• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sifat Fisik Tepung Tapioka di Balai Pengujian dan Identifikasi Barang Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis Sifat Fisik Tepung Tapioka di Balai Pengujian dan Identifikasi Barang Medan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karbohidrat

Karbohidrat berasal dari pengertian atom karbon yang terhidrasi dengan rumus

(CH2O)n. Tetapi pengertian ini sebenarnya sudah tidak tepat lagi karena banyak

senyawa karbohidrat yang tidak mengandung atom hidrogen dan oksigen dengan

perbandingan 2:1, misalnya gula deoksiribosa yang mempunyai rumus C5H10O4.

Disamping itu banyak pula karbohidrat yang mengandung atom lain seperti

nitrogen, sulfur dan lain-lain yang menunjukkan tidak sesuainya dengan rumus

karbohidrat tersebut. Walaupun demikian, nama karbohidrat ini sampai sekarang

masih terus dipergunakan (Girindra, 1990).

Karbohidrat tersebar luas di dalam tumbuhan dan hewan. Dalam

tumbuhan, glukosa disintesis dari karbondioksida serta air melalui fotosintesis dan

disimpan sebagai pati atau diubah menjadi selulosa yang merupakan kerangka

tumbuhan. Hewan dapat mensintesis sebagian karbohidrat dari lemak dan protein,

tetapi jumlah terbesar karbohidrat dalam jaringan tubuh hewan berasal dari

tumbuhan (Iswari & Yuniastuti, 2006).

Bersama-sama dengan lemak dan protein, karbohidrat memegang peranan

dasar bagi kehidupan di bumi ini. Bukan hanya sebagai sumber energi utama bagi

makhluk hidup, tetapi juga sebagai senyawa yang menyimpan energi kimia. Pada

hewan atau manusia energi disimpan sebagai glikogen dan pada tanaman sebagai

pati. Di samping kedua senyawa tersebut, ada pula karbohidrat pembentuk

(2)

tumbuhan, dan peptidoglikan yang terdapat di dinding sel bakteri. Selain terdapat

pada dinding sel bakteri dan tumbuhan, polisakarida juga banyak terdapat pada

dinging sel binatang. Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir

seluruh penduduk di dunia khususnya bagi penduduk negara yang sedang

berkembang walaupun jumlah kalori yang didapat dihasilkan oleh 1 gram (g)

karbohidrat hanya 4 kalori (kal) dibanding lemak. Karbohidrat mempunyai

peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa,

warna, tekstur, dan lain-lain. Di alam, karbohidrat merupakan hasil sintesa CO2

dan H2O dengan pertolongan sinar matahari dan hijau daun (chlorophyll). Hasil

fotosintesa ini kemudian mengalami polimerisasi menjadi pati dan

senyawa-senyawa bermolekul besar lain yang menjadi cadangan makanan pada tanaman.

Organisme yang dapat mensintesa biomolekuluntuk keperluan hidupnya dari

bahan-bahan anorganik (misalnya CO2 dan H2O) disebut organisme autotroph.

Sedangkan mikroorganisme pada umumnya, hewan dan manusia yang hanya

dapat mempergunakan hasil sintesa organisme autotroph untuk keperluan

hidupnya disebut organismeheterotroph(Sudarmadji, 1989).

Karbohidrat banyak terdapat dalam bahan nabati, baik berupa gula

sederhana, heksosa, pentosa, maupun karbohidrat dengan berat molekul yang

tinggi seperti pati, pektin, selulosa, dan lignin. Polisakarida seperti pati, banyak

terdapat dalam serealia dan umbi-umbian. Sumber karbohidrat utama bagi bahan

makanan kita adalaah serealia dan umbi-umbian. Misalanya kandungan pati dalam

beras = 78,3%, jagung = 72,4%, singkong = 34,6%, dan talas = 40% (Budianto,

(3)

2.2. Klasifikasi Karbohidrat

Karbohirat adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton yang mempunyai

rumus molekul umum (CH2O)n. Yang pertama lebih dikenal sebagai golongan

aldosa dan yang kedua adalah ketosa. Dari rumus umum dapat diketahui bahwa

karbohidrat adaalah suatu polimer. Senyawa yang menyusunnya dalah

monomer-monomer (Matorharsono, 1998).

Menurut Yazid dan Nursanti (2006) bahwa dari rumus umum karbohidrat,

dapat diketahui bahwa senyawa ini adalah suatu polimer yang tersusun atas

monomer-monomer. Berdasarkan monomer yang menyusunnya, karbohidrat

dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu monosakarida, disakarida dan polisakarida.

2.2.1. Monosakarida

Karbohidrat paling sederhana yang tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat

lain. Bentuk lain dibedakan kembali menurut jumlah atom C yang dimiliki dan

sebagai aldosa dan ketosa. Monosakarida yang terpenting adalah glukosa,

galaktosa, dan fruktosa (Yazid & nursanti, 2006).

Menurut Poedjiadi dan Supriyanti (2009), monosakarida ialah karbohidrat

yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon

saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis menjadi karbohidrat lain.

Tiga senyawa gula yang penting dalam monosakarida adalah glukosa, fruktosa

dan galaktosa.

Tabel 1. Beberapa Jenis Monosakarida

Monosakrida Rumus Molekul Aldosa Ketosa

Triosa C3H6O3 Gliserosa Dihidroksi aseton

Tetrosa C4H8O4 Eritrosa Eritrulosa

Pentosa C5H10O5 Ribosa Ribulosa

(4)

2.2.1.1. Glukosa

kstrosa karena mempunyai sifat dapat m

h kanan. Di alam, glukosa terdapat dalam bua

glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondi

sinar matahari dan klorofil dalam daun. Prose

lukosa yang terbentuk terus digunakan untuk

osa.

6H2O Sinar matahari C6H12O6 + 6O2 klrofil

uk dari glukosa dengan jalan penggabungan m

bentuk rantai lurus maupun bercabang denga

(C6H10O5)n + n H2O

gangan dikenal sirup glukosa, yaitu suatu laruta

gga mempunyai viskositas atau kekentalan yan

eh dari amilum melalui proses hidrolisis dengan a

(5)

2.2.1.2. Fruktosa

glukosa dalam bentuk

mempunyai rasa kur

Galaktosa mempunya

(Poedjiadi & Supriyant

n glukosa juga mengandung fruktosa. Fruktosa

mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisa

but levulosa. Pada umumnya monosakarida

anis. Fruktosa berikatan dengan glukosa mem

asa digunakan sehari-hari sebagai pemanis, b

& Supriyanti, 2009).

Gambar 2. Struktur Fruktosa

jarang terdapat bebas dalam alam. Umunya be

ntuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu.

kurang manis daripada glukosa dan kurang l

punyai sifat memutar bidang cahaya terpolar

(6)

2.2.2. Disakarida

Senyawa yang termasuk oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas

beberapa molekul monosakarida. Dua molekul monosakarida yang berikan satu

dengan yang lain, membentuk satu molekul disakarida. Oligosakarida yang paling

banyak terdapat dalam alam ialah disakarida (Poedjiadi & Supriyanti, 2009).

Disakarida merupakan karbohidrat yang pada hidrolisis menghasilkan 2 molekul

monosakarida yang sama atau berlainan, misalnya sukrosa, maltosa dan laktosa

(Iswari & Yuniastuti, 2006).

Karbohidrat yang tersusun dari dua sampai sepuluh satuan monosakarida.

Oligosakarida yang umum adalah disakarida, yang terdiri atas dua satuan

monosakarida dan dapat dihidrolisis menjadi monosakarida. Contoh: sukrosa,

maltosa, dan laktosa (Yazid & Nursanti, 2006).

2.2.2.1. Sukrosa

Sukrosa ialah gula yang kita kenal sehari – hari, baik yang berasal dari tebu

maupun bit. Selain dari tebu dan bit, sukrosa terdapat pula pada tumbuhan lain,

misalnya dalam buah nanas dan dalam wortel. Dengan hidrolisis sukrosa akan

terpecah dan menghasilkan glukosa dan fruktosa (Poedjiadi & Supriyanti, 2009).

Sukrosa, berbeda dengan disakarida yang lain. Sukrosa tidak mempunyai

daya mereduksi sama sekali, karena gugus pereduksi kedua satuan itu

ikat-mengikat. Terdiri dari glukosa dan fruktosa. Ikatannya adalah 1,2-glukosidik

(Iswari & Yuniastuti, 2006). Sukrosa mudah dihidrolisis menjadi D-glukosa dan

D-fruktosa. Hidrolisis ini biasa disebut proses inversi dan akan diikuti oleh

(7)

jumlah yang sama ant

antara glukosa dan fruktosa. Campuran ini dis

Gambar 4. Struktur Sukrosa

tu disakarida yang terbentuk dari dua molekul

ntara atom karbon nomor 1 dan atom nomor 4,

mpunyai gugus –OH glikosidik dan dengan de

mereduksi. Maltosa merupakan hasil antara

dengan asam maupun dengan enzim (Poedjiadi

osa, sebuah molekul glukosa dihubungkan oleh

bonnya yang pertama dengan gugus hidroksi

ukosa lainnya. Ikatan antara kedua unit monosaka

kosida, sebab atom karbon hemiasetal yang ikut

lah atom karbon dengan konfigurasi α (Girindra

(8)

2.2.2.3. Laktosa

laktosa akan menghasilkan galaktosa dan

D-sutu disakarida. Ikatan galaktosa dan glukosa

or 1 pada galaktosa dan atom nomor 4 pada

kul laktosa masih mempunyai gugus –OH glikosi

mempunyai sifat mereduksi dan mutarotasi

ng biasa disebut gula susu terdiri dari D-ga

katan melalui ikatan α (1,4)-glikosidik. Laktosa m

asetal, maka laktosa termasuk disakarida pereduksi

Gambar 6. Struktur Laktosa

tersusun dari sepuluh satuan monosakarida dan

ang. Polisakarida dapat dihidrolisis pleh asa

anya spesifik. Hidrolisis sebagian polisakarida

n dapat digunakan untuk menentukan str

oh: amilum, glikogen, dekstrin, dan selulosa

(9)

2.2.3.1. Pati

Pati merupakan bentuk karbohidrat yang disimpan dalam bentuk karbohidrat

tanaman. Pati terdiri dari 2 fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi

terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak larut disebut amilopektin. Amilosa

mempunyai struktur lurus dengan ikatan (-(1,4)) D-Glukosa. Sedang amilopektin

mempunyai cabang dengan ikatan (-(1,6)) D-Glukosa. Glukosa sebanyak 4-5%

dari berat total. Sumber pati anatara lain: biji-bijian, akar-akaran, umbi-umbian,

dan buah yang belum matang. Pati merupakan homopolimer glukosa dengan

ikatan a-glikosidik. Berbagai macam pati tidak samaa sifatnya, tergantung dari

panjang rantai C-nya, serta apakah lurus atau bercabang rantai molekulnya

(Budianto, 2009).

Pada umumnya, karbohidrat berupa serbuk putih yang mempunyai sifat

sukar larut dalam pelarut nonpolar, tetapi mudah larut dalam air. Kecuali,

polisakarida bersifat tidak larut dalam air. Amilum dengan air dingin akan

membentuk suspensi dan bila dipanaskan akan terbentuk pembesaran berupa pasta

dan bila didinginkan akan membentuk koloid yang kental semacam gel. Suspensi

amilum akan memberikan warna biru dengan larutan iodium. Hal ini dapat

digunakan untuk mengindetifikasikan adanya amilum dalam suatu bahan.

Hidrolisis sempurna amilum oleh asam atau enzim akan menghasilkan glukosa.

Glikogen mempunyai struktur empiris yang serupa dengan amilum pada

tumbuhan. Pada proses hidrolisis, glikogen menghasilkan pula glukosa karena,

baik amilum maupun glikogen, tersusun dari sejumlah satuan glukosa (Yazid &

(10)
(11)
(12)
(13)

2.4. Analisis Karbohidrat

Berbagai cara analisis dapat dilakukan terhadap karbohidrat untuk memenuhi

berbagai keperluan. Dalam ilmu dan teknologi pangan, analisis karbohidrat yang

biasa dilakukan misalnya penentuan jumlahnya secara kuantitatif dalam rangka

menentukan komposisi suatu bahan makanan, penentuan sifat fisisnya atau

kimiawinya dalam kaitannya dengan pembentukan kekentalan, kelekatan,

stabilitas larutan dan tekstur hasil olahannya.

Karbohidrat yang berbentuk polimer memliki ukuran molekul yang sangat

besar dan kompleks serta memiliki satuan monomer berbagai jenis jenis

menyebabkan karbohidrat sulit ditentukan jumlah sebenarnya. Sering jumlah

karbohidrat hanya dapat dinyatakan sebagai jumlah monomer penyusunnya saja

misalnya sebagai heksosa atau pentosa total. Bahkan untuk senyawa yang

homogen (homoglikan) misalnya pati yang terdiri dari monomer glukosa saja,

masih memerlukan kurva standar yang menunjukkan hubungan antara jumlah pati

murni dengan indikatornya (misalnya gula hasil hidrolisanya). Karena terdapat

perbedaan ukuran molekul antara jenis pati yang satu dengan yang lain dan

sulitnya mendapatkan pati yang betul-betul murni yang bebas air dan

senyawa-senyawa lain, maka cara penentuan jumlah pati yang sebenarnya menjadi sangat

sulit

2.4.1 Analisis Kadar Gula

Banyak cara yang dapat digunakan untuk menentukan banyaknya karbohidrat

dalam suatu bahan yaitu antara lain dengan cara kimiawi, cara fisik, cara

enzimatik atau biokimiawi dan cara kromatografi. Penentuan karbohidrat yang

(14)

yaitu hidrolisa lebih dahulu sehingga diperoleh monosakarida. Untuk keperluan

ini maka bahan dihidrolisa dengan asam atau enzim pada suatu keadaan yang

tertentu. Salah satu cara untuk menganalisis kadar pati dengan diubah menjadi

gula terlebih dahulu adalah dengan cara Luff Schoorl.

Pada penetuan gula cara Luff Schoorl dimana yang ditentukan bukannya

kuprooksida yang mengendap tetapi dengan menentukan kuprioksida dalam

larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah

direaksikan dengan sampel gula reduksi (titrasi sampel). Penentuannya dengan

titrasi menggunakan Na-tiosulfat. Selisih titrasi blanko dengan titrasi sampel

ekuivalen dengan kuprooksidayang terbentuk dan juga ekuivalen dengan jumlah

gula reduksi yang ada dalam bahan/larutan.

Reaksi yang terjadi selama penentuan karbohidrat cara ini mula-mula

kuprioksida yang ada dalam reagen akan membebaskan iod dari garam K-iodida.

Banyaknya iod yang dibebaskan ekuivalen dengan banyaknya kuprioksida.

Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi menggunakan Na-tiosulfat. Untuk

mengetahui bahwa titrasi sudah cukup maka diperlukan indikator amilum.

Apabila larutan berubah warna dari biru menjadi putih berarti titrasi sudah selesai.

Agar supaya perubahan warna biru menjadi putih dapat tepat maka penambahan

amilum diberikan pada saat titrasi hampir selesai. Setelah diketahui selisih

banyaknya titrasi blanko dan titrasi sampel kemudian dikonsultasikan dengan

tabel yang sudah tersedia yang menggambarkan hubungan antara banyaknya

(15)

Reaksi yang terjadi dalam penetuan gula cara Luff Schoorl dapat

dituliskan sebagai berikut:

R—COH + CuO Cu2O + R—COOH

H2SO4 + CuO CuSO4 + H2O

CuSO4 + 2 KI CuI2 + K2SO4

2 CuI2 Cu2I2 + I2

I2 + 2 Na2S2O3 Na2S4O6 + 2 NaI

I2 + Amilum : Biru (Sudarmadji, 1989).

Untuk dapat dilakukan analisis ini harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Reaksinya harus berlangsung secara cepat. Kebanyakan reaksi ion

memenuhi syarat ini.

2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan

reaksi. Bahan yang diselidiki bereaksi sempurna dengan senyawa baku

dengan perbandingan kesetaraan stoikiometris.

3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekivalen tercapai, baik

secara kimia atau fisika.

4. Harus ada indikator jika syarat 3 tidak terpenuhi. Indikator juga dapat

diamati dengan pengukuran daya hantar listrik (titrasi

potensiometri/konduktometri)

Berikut adalah hal-hal yang diperlukan dalam analisis :

1. Alat pengukur volume seperti buret, pipet volume, dan labu takar yang

ditera secara teliti (telah dikalibrasi)

2. Senyawa pembakuan harus senyawa dengan kemurnian yang tinggi

(16)

Disamping itu diperlukan juga neraca analitik untuk menimbang bahan yang

akan diselidiki atau senyawa baku untuk membuat larutan baku (Rohman, 2007).

2.4.2. Analisis Kandungan Air

Analisis kandungan air dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya

adalah metode pengeringan(thermogravimetri).

Metode ini prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan dengan

jalan pemanasan di dalam oven dengan suhu ± 100-110 oC selama 3 jam atau

sampai berat yang konstan. Untuk bahan-bahan yang tidak panas, seperti pada

bahan yang berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap ataupun bahan-bahan

yang lainnya, pemanasan dilakukan pada oven vakum dengan suhu yang lebih

rendah. Suatu bahan yang telah mengalami pengeringan ternyata lebih bersifat

higroskopis dari pada bahan aslinya. Oleh karena itu selama pendingan sebelum

penimbangan, bahan selalu ditempatkan dalam ruang tertutup, yang kering

misalnya dalam eksikator atau desikator yang telah diberi zat penyerap air. Zat

penyerap ini dapat menggunakan kapur aktif, asam sulfat silika gel alumunium

oksida, kalium klorida, dalium hidroksida dan lain-lain (Budianto,2009).

Menurut Sudarmadji (1989) bahwa kelemahan cara ini adalah:

1. Bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan

uap air misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain.

2. Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah

menguap lain. Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak

mengalami oksidasi dan sebagainya.

(17)

2.4.3. Analisis Kandungan Abu

Sebagian besar bahan makanan, yaitu 96 % terdiri dari organik dan air

sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral. Unsur mineral juga dikenal sebagai zat

anorganik atau abu. Dalam proses pembakaran bahan-bahan organik terbakar

tetapi zat anorganiknya tidak. Karena itulah disebut abu.

Menurut Sudarmadji (1989) bahwa penentuan abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan yaitu diantara lain:

1. Untuk menentukan baik tidaknya suatu proses pengolahan. Misalnya pada

proses penggilingan gandum diharapkan dapat dipisahkan antara bagian

endosperm dengan kulit/katul dan lembaganya. Apabila masih banyak

katul atau lembaga terikut dalam endosperm maka tepung gandum yang

dihasilkan akan akan mempunyai kadar abu yang relatif tinggi. Hal ini

karena pada bagian katul kandungan mineralnya dapat mencapai 20 kali

lebih banyak daripada dalam endosperm.

2. Untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan. Penetuan kadar abu dapat

digunakan untuk memperkirakan kandungan buah yang digunakan untuk

membuat Jellyatau marmelade. Kandungan abu juga dapat dipakai untuk menentukan atau membedakanfruit vinegar(asli) atau sintetis.

3. Penentuan kadar abu sangat berguna sebagai parameter nilai gizi bahan

makanan. Adanya kandungan abu yang tidak larut dalam asam yang cukup

tinggi menunjukkan adanya pasir atau kotoran yang lain.

Penentuan abu total dapat dikerjakan dengan pengabuan secara kering atau cara langsung dan dapat pula secara basah atau cara tidak langsung.

(18)

Penentuan kadar abu dengan cara ini adalah dengan mengoksidasikan

semua zat organik pada suhu tinggi. Yaitu sekitar 500-600oC yang

kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses

pembakaran. Bahan yang mempunyai kadar tinggi sebelum pengabuan

harus dikeringkan hilang. Baru kemudian dinaikkan sesuai suhunya sesuai

dengan yang dikehendaki.

2. Penentuan Kadar Abu Secara Tidak Langsung (Cara Basah)

Pengabuan basah dapat digunakan untuk diganti sampel dalam usaha

penentuan froce elemen dan logam-logam beracun. Pengabuan cara basah ini prinsipnya adalah memberikan reagen kimia tertentu ke dalam bahan

sebelum dilakukan pengabuan. Berbagai bahan kimia yang sering

digunakan adalah asam sulfat yang ditumbuhkan ke dalam sampel untuk

membantu mempercepat terjadi reaksi oksidasi, campuran asam sulfat dan

potasium sulfat dipergunakan untuk mempercepat dekomposisi sampel.

Campuran asam sulfat, asam sitrat yang berfungsi mempercepat proses

pengabuan dan masih banyak lagi zat-zat kimia yang lain yang membantu

salam proses pengabuan ( Budianto, 2009).

Perbedaan pengabuan cara kering dan cara basah.

1. Cara kering biasa digunakan untuk menentukan total abu dalam suatu

bahan makanan dan hasil pertanian, sedangkankan cara basah untuktrace element.

2. Cara kering untuk penentuan abu yang larut dan tidak larut dalam air serta

abu yang tidak larut dalam asam memerlukan waktu yang relatif lama

(19)

3. Cara kering memerlukan suhu yang relatif tinggi, sedang cara basah

dengan suhu relatif rendah.

4. Cara kering dapat digunakan untuk sampel yang relatif banyak, sedang

cara basah sebaiknya sampel sedikit dan memerlukan reagensia yang

kadangkala berbahaya. Karena menggunakan reagensia maka penentuan

cara basah perlu koreksi terhadap reagen yang digunakan (Sudarmadji,

Gambar

Tabel 1. Beberapa Jenis Monosakarida
Gambar 1. Struktur Glukosa
Gambar 2. Struktur Fruktosa
Gambar 4. Struktur Sukrosa
+2

Referensi

Dokumen terkait

utama minyak nilam sebagai bahan baku (fiksatif) dari komponen kandungan.. utamanya yaitu patchouli alkohol (C 15 H 26 ) dan sebagai

Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung lemak atau minyak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua cara rendering,

Perencanaan penanganan pasca-panen buah kenitu, membutuhkan pemahaman yang sangat baik tentang sifat- sifat fisik dan mekanis bahan tersebut agar menghasilkan

Namun selain jenis/varietas beras yang digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan bihun, masih banyak faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap nilai IG suatu

Cara untuk memenuhi nilai gizi (protein), memperbaiki sifat fisik dan daya terima konsumen terhadap produk ekstrudat yang dihasilkan yaitu dengan mensubstitusi bahan baku

Untuk memisahkan dalam jumlah yang cukup besar pada bahan yang mempunyai titik.

Metode kromatografi gas dan berat jenis dapat diterapkan untuk mengukur kadar etanol dalam suatu bahan yang mengandung etanol seperti minuman beralkohol diantaranya minuman

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktek kerja lapangan kali ini antara lain GPS untuk menentukan koordinat pembibitan, buku identifikasi mangrove, polybag