Lembaga Keuangan Bank merupakan sebuah institusi yang mempunyai
peran penting di dalam proses maupun aktivitas ekonomi masyarakat di
Indonesia. Fungsi utama Bank adalah untuk menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkannya kembali untuk membiayai sektor-sektor produktif.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri akhir-akhir ini telah mencapai
pertumbuhan yang signifikan. Hal ini telah mendorong sektor perbankan kita
untuk menciptakan produk dan layanan yang sifatnya memberi kepuasan dan
kemudahan kepada nasabahnya.
Di Indonesia. Bank terdiri dari 2 jenis. yaitu :
1. Bank Umum
2. Bank Perkreditan Rakyat
Seperti halnya Bank Umum. BPR pun dibagi menjadi dua jenis usaha.
yaitu Syariah dan Konvensional. Secara umum tidak ada perbedaan fungsi antara
BPR syariah dengan BPR konvensional. yaitu sebagai lembaga intermediasi atau
intermediary institution yang mengerahkan dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang
membutuhkannya dalam bentuk pinjaman atau fasilitas pembiayaan.Litta
Rachmalia (2011 : 2)
BPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi
mengacu kepada Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 dan Peraturan Bank
Indonesia (PBI) .serta dipertegas dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah disebutkan bahwa BPR Syariah adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Dalam sistem perbankan nasional. BPR Syariah adalah bank yang
didirikan untuk melayani Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Sektor UMK ini yang
menjadikan BPR Syariah berbeda pangsa pasarnya dengan Bank Umum / Bank
Umum Syariah. Dalam sistem perbankan syariah. BPR Syariah merupakan salah
satu bentuk BPR yang pengelolaannya harus berdasarkan prinsip syariah. (Bank
Indonesia)
Menurut Litta Rachmalia (2011 : 2) BPR Syariah terfokus untuk melayani
Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang menginginkan proses mudah. pelayanan
cepat dan persyaratan ringan. BPR Syariah memiliki petugas yang berfungsi
sebagai armada antar jemput setoran dan penarikan tabungan/deposito termasuk
setoran angsuran pembiayaan. Pelayanan ini sangat relevan dengan kebutuhan
masyarakat UMK yang cenderung tidak bisa meninggalkan usaha kesehariannya
di pasar/toko/rumah.
Di Indonesia terdapat 2.872 BPRS hingga akhir 2013. Secara nasional
kinerja BPRS periode 2011-2013 mengalami perkembangan cukup stabil.
Berdasarkan data Bank Indonesia selama periode tersebut total aset bertumbuh
dari Rp. 3.520 miliar menjadi Rp. 5.833 miliar. atau naik rata-rata 24.73%
miliar pada akhir 2013 atau. naik kira-kira 27.26% pertahun. Penyaluran kredit
dari Rp. 3.328 miliar menjadi Rp. 5.544 miliar. atau naik rata-rata 24.97%
pertahun. Yang menarik jumlah penyaluran kredit melebihi jumlah dana pihak
ketiga. hal ini berarti fungsi intermediasi keuangan ternyata berjalan dengan baik.
Namun beberapa tahun terakhir. keberadaan BPRS mengalami tren
kenaikan yang cukup signifikan. karena lahan pembiayaan mikro yang menjadi
lahan bagi BPR Konvensional kini mulai diambil alih oleh BPRS. Hal ini tentu
perkembangan yang cukup signifikan. Pada tahun 2011. jumlah asetnya adalah
miliar. Sedangkan dari sisi pembiayaan. kontribusi BPR Syariah cukup
diperhitungkan. Pada tahun 2011. jumlah dana yang disalurkan oleh BPR Syariah
mencapai 2.676 miliar yang terus naik menjadi 4.433 miliar pada akhir 2013.
Selain BPR Syariah. di Indonesia terlebih dahulu terdapat BPR
Konvensional yaitu salah satu jenis bank pembiayaan yang beroperasi
menggunakan prinsip-prinsip ekonomi konvensional pada umumya. BPR
merupakan lembaga perbankan resmi yang diatur dalam Undang-Undang
Perbankan yang berfungsi tidak hanya sekedar menyalurkan kredit dalam bentuk
kredit modal kerja. investasi maupun konsumsi tetapi juga melakukan
penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk deposito berjangka. tabungan dan
bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.
BPR juga dapat menerbitkan cek dan bilyet giro seperti bank umum.
Wilayah operasional BPR pun mencakup secara nasional. BPR yang menjalankan
fungsinya berdasarkan perbankan pada umumnya. Bagi perbankan konvensional.
keuntungan diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada
penyimpan. dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Sedangkan bagi
bank yang berdasarkan prinsip syariah. keuntungan bukan diperoleh dari bunga
melainkan dari sistem bagi hasil.
Secara khusus. perkembangan BPR Konvensional di Indonesia jug
mengalami tren kenaikan jumlah aset yang signifikan yang dapat dilihat pada
Tabel 1.2
Aset dan Pembiayaan BPR Konvensional di Indonesia (Asset and Financing of Conventional Rural Bank) Miliar Rp (Billion Rp)
Indikator 2011 2012 2013
Aset 55.799 67.397 77.376
Kredit 41.100 49.818 59.176
Lancar 38.953 47.450 56.566 Kurang Lancar 495 577 640 Diragukan 420 453 537 Macet 1.231 1.339 1.433 Non Performing Financing
(Nominal)
2.146 2.369 2.610
Rasio Non Performing Loan (%)
5.22 4.75 4.41
Sumber: Bank Indonesia (Data diolah)
Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa aset BPR Konvensional mengalami
perkembangan yang cukup signifikan. Pada tahun 2011. jumlah asetnya adalah
55.799 miliar miliar. Namun pada akhir 2013 jumlah asetnya melonjak menjadi
59.176 miliar. Sedangkan dari sisi penyaluran kredit. BPR Konvensional
menyalurkan dana sejumlah 41.100 pada tahun 2011. dan terus meningkat
menjadi 59.176 pada akhir 2013.
Namun demikian. perkembangan jumlah kantor BPR Syariah dan secara
nasional selama periode 2011-2013 mengalami kenaikan secara perlahan daripada
Tabel 1.3
Perbandingan Jaringan Kantor BPR Syariah dan BPR Konvensional di Indonesia
Tahun 2011-2013
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (Data diolah)
Dari Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa BPR Syariah dan BPR Konvensional
mengalami kenaikan jumlah. Hal ini dibuktikan dengan naiknya jumlah BPR
Syariah dari 155 bank pada tahun 2011. menjadi 163 bank saja saja pada akhir
2013. Sedangkan pada BPR Konvensional jumlah unit banknya mengalami tren
penurunan yang cukup drastis. Hal ini dapat kita lihat bahwa pada tahun 2011
jumlahnya adalah sebanyak 1.669 unit bank saja saja. Namun pada akhir 2013
meningkat menjadi 1.635 kantor di seluruh Indonesia.
Sama halnya dengan BPR Syariah. BPR Konvensional juga harus
menghadapi berbagai resiko dalam kegiatan operasionalnya. Menurut Idroes
(2008 : 21). pada dasarnya resiko yang dihadapi dapat dibagi atas dua kelompok
besar. yaitu resiko finansial dan resiko nonfinansial. Resiko finansial terkait
dengan berupa hilangnya sejumlah uang akibat resiko yang terjadi. Pada sisi lain.
resiko nonfinansial terkait kepada kerugian yang tidak dapat dikalkulasikan secara
jelas jumlah uang yang hilang. Dampak finasial dari resiko nonfinansial tidak
Mengukur efisiensi perbankan dapat dilakukan dengan berbagai metode
seperti melihat perbandingan indikator kinerja perbankan dan rasio keuangan.
selain itu ada juga beberapa metode lain. yaitu pendekatan parametrik dan non
parametrik Hadad et al..2003 (dalam Arief Setiawan. 2013 : 8) Pendekatan
parametrik meliputi Stochastic Frontier Approach (SFA). Distribution Free
Approach (DFA). dan Thick Frontier Approach (TFA). sedangkan yang non
parametrik adalah dengan menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis
(DEA).
Pengukuran efisiensi BPR Syariah dan BPR Konvensional dalam
penelitian ini akan menggunakan metode non-parametrik Data Envelopment
Analysis (DEA). Mengingat pentingnya efisiensi dalam persaingan dunia
perbankan yang semakin ketat dan untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi
BPR Syariah dan BPR Konvensional yang beroperasi di Indonesia. maka peneliti
tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Perbandingan Tingkat Efisiensi Antara BPR Syariah Dengan BPR Konvensional Di Indonesia”
menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas. maka masalah
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat efisiensi BPR Syariah selama periode 2011-2013?
2. Bagaimanakah tingkat efisiensi BPR Konvensional selama periode
2011-2013?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi BPR Syariah selama
periode 2011-2013.
2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi BPR Konvensional selama
periode 2011-2013.
3. Untuk mengetahui BPR mana yang lebih efisien selama periode
2011-2013.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai suatu kesempatan bagi penulis menambah wawasan ilmiah yang
berkaitan dengan program studi yang sedang penulis tekuni khususnya
mengenai perbandingan tingkat efisiensi antara BPR Syariah dan BPR
Konvensional di Indonesia.
2. Sebagai bahan studi tambahan literature dan informasi bagi mahasiswa/I
Fakultas Ekonomi khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan dan
juga masyarakat yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.
3. Sebagai referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang topiknya