• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1. Pemahaman Tentang Konseling Masyarakat - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Permasalahan Psikososial Warga Binaan Dikaji dari Perspektif Konseling Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "2.1. Pemahaman Tentang Konseling Masyarakat - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Permasalahan Psikososial Warga Binaan Dikaji dari Perspektif Konseling Masyarakat"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONSELING MASYARAKAT

Dalam bab ini, penulis akan memaparkan tentang konseling masyarakat yang meliputi

pemahaman, kompetensi multikultural, keadilan soial masyarakat, model konseling

masyarakat, dan teori tentang psikososial warga binaan.

2.1. Pemahaman Tentang Konseling Masyarakat

Konseling merupakan suatu proses pertolongan yang membuat orang diberdayakan

untuk hidup yang menghidupkan dan memanusiakan sesama manusia. Hal itu berarti bahwa

konseling tidak hanya sekedar membawa orang keluar dari keterpurukan dan penderitaan

hidup tetapi membantu mengembangkan potensi yang dimiliki dirinya untuk memberdayakan

dirinya dan juga orang lain. Konseling berasal dari bahasa inggris to counsel yang secara

harafiah berarti memberi arahan.1 Dengan pengembangan Counseling Psychology, di

Amerika, konselor diartikan sebagai seorang yang berusaha menolong orang yang

bermasalah melalui pendekatan psikologis.2 Konseling merupakan media untuk mencurahkan

isi hati setiap individu yang mengalami tekanan-tekanan psikologis.3 Dari pemahaman

tersebut, konseling menempatkan seorang konselor untuk selalu bersentuhan dengan apa

yang disebut relasi terhadap sesamanya. Relasi yang mendalam hanya dapat dibangun jika

seorang konselor memandang orang yang bermasalah itu sangat berharga. Bukan sekedar

dikasihani tetapi dicintai. Karena itu konseling adalah proses pertolongan antara seseorang

penolong (konselor) dan yang ditolong (konseli) dengan maksud bukan hanya meringankan

penderitaan konseli tetapi memberdayakannya. Asumsi dasar yang mendasari konseling

1

J.D. Engel, Pastoral Dan Kebutuhan, hlm 1. 2

Aart Van Beek , Pendampingan Pastoral, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2012), hlm 7. 3

(2)

masyarakat mengarah pada pendekatan multifaset untuk membantu.4 Artinya bahwa konseling masyarakat menggunakan lebih dari satu pendekatan agar proses konseling dapat

berjalan dengan baik. Konseling masyarakat merupakan bentuk pertolongan secara

komperhensif yang didasarkan pada kompetensi multikultural dan keadilan sosial. Karena

perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan, maka konselor masyarakat menggunakan

strategi yang memfasilitasi perkembangan sehat dari klien maupun masyarakat. Kata

masyarakat dipahami secara berbeda-beda tergantung cara pandang orang yang

memahaminya. Masyarakat yang dipahami dalam konseling masyarakat didefinisikan

menurut pemikiran Paisley (1996)5 sebagai berikut: 1)orang-orang yang tinggal di daerah

geografis tertentu (misalnya orang-orang pedesaan versus perkotaan, orang-orang pribumi

versus pendatang); 2)sekelompok orang yang berhubungan dengan perbedaan latar belakang

budaya, etnis atau ras; 3)orang- orang yang saling ketergantungan dan masing-masing

memiliki kesamaan antara satu dengan yang lain sebagai anggota dari komunitas kategorial,

professional maupun fungsional yang lebih luas yang disebut komunitas global; 4)kelompok

atau kumpulan orang yang termarjinalkan kaum penyakit kusta, LGBT, kaum disabilitas,

kaum perempuan korban trafficking dan anak-anak yang berbagi dan saling peduli untuk

kepentingan dan kebutuhan umum.

Definisi ini merujuk pada masyarakat sebagai sebagai sistem yang memiliki kesatuan,

kontinuitas dan prediktabilitas. Individu, kelompok dan organisasi merupakan link

masyarakat. Masyarakat juga menghubungkan individu dengan masyarakat lainnya,

termaksud masyarakat yang lebih besar. Dengan demikian, masyarakat berfungsi sebagai

media dimana individu dapat bertindak dan mentransformasikan norma. Dengan demikian,

(3)

sekolah, kampus menjadi komunitas untuk masyarakat yang lebih besar, seperti lesbian, gay,

biseksual, transgender (LGBT), kaum disabilitas, kaum marjinalitas, perempuan korban

traffickingdan anak-anak juga sistem sosial politik yang jauh lebih besar dan lebih kompleks.

Dengan itu, individu sebagai anggota masyarakat saling mempengaruhi secara langsung dan

tidak langsung baik secara positif maupun secara negatif. Asumsi berpikir seperti inilah yang

menjadi alasan mengapa konseling masyarakat diperlukan.

Conyne dan Cook (2004)6 melihat fokus masalah konseling masyarakat berorientasi

pada masa lalu pribadi setiap individu masyarakat sebagai klien. Tujuan konseling

masyarakat adalah merubah perilaku klien yang dipengaruhi pikiran dan perasaan masa

lampau menjadi perilaku adaptif. Konselor memiliki keahlian dan keterampilan untuk

membantu klien mengindentifikasi dan menemukan faktor penyebab masalah serta

mengembangkan alternatif penyelesaian yang lebih memuasakan. Jordan (2010:3) memahami

masalah masyarakat mengacu pada dampak buruk lingkungan yang bersifat minindas dan

menghambat tingkat pemahaman individu serta tekanan budaya.

Konselor masyarakat memainkan peran penting dalam membantu klien untuk

menjembatani kesenjangan antara kehidupan klien dengan perkembangan masyarakatnya.

Kesenjangan tersebut merupakan hasil interaksi klien dengan lingkungan dan bahwa interaksi

ini mempengaruhi perkembangan mereka secara negatif. Tugas konselor melakukan

negosiasi perubahan lingkungan terhadap korban kemiskinan, rasisme, seksisme, stigmatisasi

politik, ekonomi dan sosial sitem yang menyebabkan masyarakat tidak berdaya. Dalam

menghadapi kenyataan ini, menurut Lewis(2011)7peran konselor masyarakat sebagai agen

perubahan sosial untuk:1) Mempromosikan perubahan positif dalam sistem masyarakat yang

6

Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. Daniels, and Michael J. D’Andrea, Community

Counseling…,hlm 4. 7

Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. Daniels, and Michael J. D’Andrea, Community

(4)

mempengaruhi kesejahteraan klien; 2) Memfasilitasi pembangunan manusia (individu)

dengan pengembangan masyarakat; 3) Menciptakan strategi konseling masyarakat.

2.2. Kompetensi Multikultural

Konselor masyarakat memiliki kompetensi multikultural yang didasarkan pada asumsi

akan8 : 1) Kesadaran konselor masyarakat terhadap landasan filosofis dan nilai-nilai spiritual

yang terkandung dalam budaya masyarakat; 2) Kesadaran konselor terhadap permasalahan

klien; 3) Kesadaran konselor masyarakat untuk menciptakan strategi intervensi untuk

pengembangan suatu pendekatan konseling yang sesuai dengan budaya klien. Dalam

masing-masing bagian ini, kompetensi meliputi kategori : a) Sikap dan keyakinan; b) Pengetahuan; c)

Keterampilan. Sue dan Sue (2002) memberikan definisi tentang kompetensi multikultural

professional sebagai berikut : Pertama, seorang konselor professional membantu kompetensi

multikultural terhadap perilaku manusia, nilai-nilai, bias budaya, dan praduga; Kedua,

seorang konselor profesional membantu kompetensi multikultural terhadap pandangan

budaya klien yang berbeda; Ketiga, seorang konselor profesional membantu kompetensi

multikultural terhadap pengembangan strategi intervensi yang tepat dan relevan dalam

budaya klien yang berbeda.

2.3. Keadilan sosial Masyarakat

Konseling masyarakat berorientasi pada keadilan sosial masyarakat didasarkan pada

asumsi bahwa, konselor masyarakat menggunakan sudut pandang yang luas untuk melihat

klien dalam konteks lingkungan yang sehat, adil dan merata masyarakatnya. Keadilan sosial

melibatkan akses dan pemerataan untuk memastikan partisipasi penuh dalam kehidupan

(5)

berdasarkan ras/etnis, jenis kelamin, usia, cacat fisik atau cacat mental, pendidikan, orientasi

seksual, status ekonomi, status sosial atau karakteristik lain dari latar belakang atau kelompok

anggota masyarakat.

Keadilan Sosial didasarkan pada asumsi bahwa semua orang memiliki hak untuk

diperlakukan secara adil (setara), dukungan untuk hak asasi manusia dan sumber daya

masyarakat (Lee, 2007:1).9 Konselor masyarakat menjadi sadar ketika klien mereka ditolak

hak-haknya, maka konselor melakukan intervensi lingkungan dalam bentuk advokasi

keadilan sosial. Kompetensi advokasi diatur dalam tiga tingkat intervensi : 1) Pada tingkat

intervensi, kompetensi bertujuan untuk membawa perubahan; 2) Pada tingkat klien individu,

kompetensi dikategorikan sebagai pemberdayaan dan advokasi klien; 3) Pada tingkat

masyarakat, kompetensi berfokus pada kolaborasi dan sistem komunikasi. Akhirnya di area

publik yang lebih luas konselor melaksanakan program-program publik-informasi dan sosial/

advokasi politik. Levy dan Sidel (2006) memberikan definisi ketidakadilan sosial sebagai

berikut 10: 1) Penolakan atau pelanggaran ekonomi, sosial budaya, politik, sipil dan hak

manusia; 2) Ketidakadilan sosial mengacu pada kebijakan atau tindakan yang mempengaruhi

kondisi sosial masyarakat miskin, tunawisma, yang sakit dan terluka.

2.4. Model Konseling Masyarakat

Strategi konseling masyarakat berdasarkan asumsi bahwa peran konselor masyarakat

adalah mendesain strategi terfokus dan strategi berbasis luas yang memefasilitasi

pengembangan klien dan pengembangan masyarakat yang sehat dan kondusif, memenuhi

9

Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. Daniels, and Michael J. D’Andrea, Community

Counseling…, hlm 12. 10

Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. Daniels, and Michael J. D’Andrea, Community

(6)

kebutuhan individu dan kelompok untuk mempengaruhi masyarakat umum. Strategi tersebut

tercakup dalam model konseling masyarakat yang ditujukan pada tabel di bawah ini :11

STRATEGI MEMFASILITASI

Strategi Terfokus Konseling dalam konteks out reach

(penjangkauan lapangan/lingkungan

Sifat dari model konseling masyarakat secara komperhensif, mempengaruhi baik,

program yang dirancang dan peran konselor masyarakat untuk mambantu klien mereka.

Program konseling masyarakat mempergunakan intervensi/treatment(perlakuan) yang

ditawarkan disetiap aspek model. Peran konselor masyarakat menunjukan karakteristik

optimisme, aktivisme dan visi yang memberdayakan klien dalam model konseling

(7)

1. Memfasilitasi Pengembangan Manusia : Strategi Terfokus

Fakta bahwa konselor abad ke-21 mempedulikan lingkungan masyarakat, tidak berarti

mengabaikan kemampuan dan peran setiap individu dalam memberikan bantuan kepada

mereka. Hal tersebut didasari kesadaran konselor dalam konteks lingkungan. Keterkaitan

konseling dengan jangkaun lingkungan melibatkan partisipasi mitra kerja (observer dan

interviewer) dalam menginterpretasi fenomena psikis klien dan fenomena sosial masyarakat

melalui observasi dan interview. Konselor menemukan keterkaitan teori-teori konseling

dengan berbagai fenomena masalah klien dalam masyarakat.12 Strategi terfokus ini

memfasilitasi pengembangan manusia tidak hanya mencakup konseling konvensional tetapi

juga hasil penjangkauan lingkungan merupakan upaya pendidikan bagi individu dan

masyarakat. Tujuannya adalah agar individu dan masyarakat memahami tantangan baru

mereka dan belajar meningkatkan keterampilan dan kemampuan untuk menangani depresi

dan marjinalisasi.

2. Memfasilitasi Pengembangan Manusia : Strategi Berbasis Luas

Pengembangan/intervensi pencegahan memungkinkan konselor masyarakat untuk

mendidik atau melatih anggota masyarakat pada umumnya. Anggota masyarakat dilatih

mekanisme koping spesifik (mengatasi masalah) dan bagaimana memenuhi kebutuhan ketika

diperhadapkan dengan masalah masyarakat secara mendadak. Intervensi pencegahan sebagai

suatu proses pendidikan pengembangan mental anggota masyarakat, dalam rangka

pencegahan dini masalah-masalah masyarakat. Tujuan dari strategi berbasis luas :13 1)

membantu anggota masyarakat mendapatkan pengetahuan baru melalui penyuluhan yang

berguna dalam menangani masalah yang belum diketahui; 2) meningkatkan kesadaran

12

Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. Daniels, and Michael J. D’Andrea, Community

Counseling…,hlm 15.

13

Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. Daniels, and Michael J. D’Andrea, Community

(8)

anggota masyarakat tentang tantangan hidup potensial dan mengembangkan keterampilan

yang dapat membantu mereka mengatasi tantangan dini; 3) melaksanakan program-program

seminar tentang kesehatan mental masyarakat dan pelatihan relaksasi. Konselor dapat

mengembangkan teknik, konsep dan program pendidikan pencegahan, membuat konseling

masyarakat efektif dan peranan konselor masyarakat menjadi praktisi, penyuluh, pelatih yang

produktif dan sangat aktif.

3. Memfasilitasi Pengembangan Masyarakat : Strategi Terfokus

Dalam banyak situasi, pendekatan pemberdayaan yang berfokus konselor adalah

semua yang dibutuhkan untuk mempersiapkan klien menjadi pendukung bagi diri sendiri.14

Treatment/perlakuan merupakan bagian integral dari proses konseling, ketika konselor

menyadari faktor eksternal sebagai hambatan untuk pengembangan individu. Peran mitra

kerja sangat signifikan ketika individu atau kelompok rentan dan kekurangan akses ke

layanan konseling.

Peran konselor, mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan untuk jasa layanan

dan faktor-faktor hambatan yang dipengaruhi sejumlah individu dan keluarga. Konselor

mengidentifikasi faktor sistematik sebagai penghalang untuk pengembangan masyarakat, dan

berharap bisa mengubah lingkungan dan mencegah beberapa masalah yang mereka hadapi.

Konselor sebagai agen perubahan memahami prinsip-prinsip perubahan sistematik dapat

membuat keinginan mereka menjadi suatu kenyataan. Dalam peran memfasilitasi

pengembangan masyarakat, konselor mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh negatif

terhadap perkembangan klien mereka dan mengambil partisipasi mitra kerja dalam pengertian

bahwa bekerja sama dengan orang lain dan lembaga untuk membawa perubahan yang

(9)

4. Memfasilitasi Pengembangan Masyarakat : Strategi Berbasis Luas

Pengalaman konselor masyarakat dalam treatment/perlakuan mempengaruhi kliennya

pada setiap langkah perlakuan yang diperlukan pada tingkat yang lebih luas. Konselor

sebagai agen perubahan dalam sistem yang mempengaruhi klien dan oranglain dalam jumlah

lebih besar. Ketika hal tersebut terjadi, konselor menggunakan keahliannya untuk melakukan

perlakuan sosial/politik. Kompetensi konselor terfokus pada kemampuannya membedakan

masalah-masalah yang dapat diselesaikan melalui aksi sosial/politik dan mengidentifikasi

mekanisme yang tepat utuk mengatasi masalah.15

Beberapa hal yang perlu diketahui konselor masyarakat adalah : Pertama, praktek

konseling membuat konselor peka terhadap masalah lingkungan yang mempengaruhi

pengembangan manusia; Kedua, profesi konseling mengharuskan konselor memiliki

pengetahuan dan keterampilan untuk berkomunikasi tentang perlunya perubahan dan

tindakan kolaboratif(partisipasi mitra kerja). Konselor dapat mengembangkan potensi klien

untuk diberdayakan melalui berbagai peran partisipasi mitra kerja. Strategi berbasis luas,

memfasilitasi pengembangan manusia tidak hanya mencakup konseling konvensional tetapi

juga treatment/perlakuan melalui kolaboratif. Tindakan ini untuk tujuan pendidikan dan

melakukan perubahan sosial, politik, ekonomi yang cenderung melawan penindasan dalam

segala bentuknya.

2.5. Teori Tentang Psikososial Warga Binaan

2.5.1. Pengertian Psikososial

Istilah psikososial menurut Kamus Lengkap Psikologi berarti menyinggung relasi

sosial yang mencakup faktor-faktor psikologis.16 Psikososial adalah suatu kondisi yang

15

Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. Daniels, and Michael J. D’Andrea, Community

Counseling…, hlm 18.

16

(10)

terjadi pada individu yang mencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya secara

terintegrasi. Psikososial berasal dari gabungan dua kata, psiko dan sosial. Kata “psiko”

mengacu pada aspek psikologis dari individu (pikiran, perasaan dan perilaku), sedangkan

“sosial” mengacu pada hubungan eksternal individu dengan oranglain di lingkungannya.

Berdasarkan asal katanya, psikososial menunjuk pada hubungan yang dinamis antara faktor

psikis dan sosial yang saling berinteraksi dan memengaruhi satu sama lainnya.

Psikososial juga dipakai sebagai istilah hubungan antara kondisi sosial seseorang

dengan kesehatan mental/emosinya. Dari katanya, istilah psikososial melibatkan aspek fisik

dan sosial. Contohnya, hubungan antara ketakutan yang dimiliki seseorang (psikologis)

terhadap bagaimana cara ia berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sosialnya.

Seseorang yang sehat mentalnya akan bereaksi denga cara yang positif dalam banyak situasi.

Berbeda dengan orang yang tidak stabil mentalnya, ia akan bereaksi negatif terhadap segala

sesuatu yang terjadi dalam hidupnya.17 Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa

psikososial terdiri dari 2 aspek yaitu psikologi dan sosial. Psikologi terdiri dari kata Psyche

yang dalam bahasa Yunani berarti “jiwa” dan kata Logos yang dapat diterjemahkan sebagai

“ilmu”. Jadi pengertian dari psikologi adalah sebuah ilmu jiwa yang merupakan suatu istilah

ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah sehingga kata ini digunakan untuk menunjuk kepada

sebuah pengetahuan ilmu jiwa.18

Berbicara mengenai psikis manusia berarti membahas juga tentang tingkah laku

manusia, yaitu mempersoalkan apa yang diperbuat individu dalam lingkungannya dan

mengapa ia berbuat seperti yang diperbuatnya. Karena faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkah lakunya itu banyak dan bermacam-macam, maka tingkah laku individu yang

(11)

mengabaikan sama sekali persamaan-persamaan yang terdapat di dalamnya, sedangkan

pengaruh sosial seperti tekanan teman sebaya, dukungan orangtua, latar belakang budaya dan

agama, status sosial-ekonomi dan hubungan interpersonal, semua membantu untuk untuk

membentuk kepribadian dan pengaruh psikis seseorang. Individu dengan gangguan

psikososial sering memiliki fungsi kesulitan dalam situasi sosial dan memiliki masalah

berkomunikasi dengan orang lain secara efektif.

2.5.2. Pengertian Warga Binaan

Menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia, warga binaan adalah orang hukuman yang

telah dijatuhi pidana oleh pengadilan untuk dimasukan ke dalam Lembaga Pemasyarakatan.

Sebelum mendapat status terhukum, seseorang yang didakwa melakukan tindakan melawan

hukum berstatus sebagai terdakwa,19sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

warga binaan adalah orang hukuman atau orang yang sedang menjalani hukuman karena

tindak pidana.20

2.5.3. Psikososial Warga Binaan

Pada bagian ini, penulis akan memaparkan tentang deskripsi mengenai psikososial

seorang warga binaan21 :

1. Lost of personality

Seorang warga binaan selama dipidana akan kehilangan kepribadian, identitas diri,

akibat peraturan dan tata cara hidup di Lembaga Pemasyarakatan. Selama menjalani pidana,

warga binaan diperlakukan sama atau hampir sama antara warga binaan yang satu dengan

warga binaan yang lain. Hal ini akan membentuk kepribadian yang khas yaitu kepribadian

yang tempramental, agresif dan lain-lain.

19

Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di siding pengadilan. Lih. Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana dan Penjelasannya, (Surabaya : Permata Press, 2015), hlm 13.

20

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm 774.

21

(12)

2. Lost of securuty

Selama menjalani pidana, warga binaan selalu dalam pengawasan petugas. Seorang

yang terus menerus diawasi akan merasakan kurang aman, merasa selalu dicurigai, dan

merasa selalu tidak dapat berbuat sesuatu atau bertindak karena takut kalau tindakannya

merupakan suatu kesalahan yang dapat membuat warga binaan tersebut dihukum. Karena

warga binaan diawasi terus-menerus menyebabkan warga binaan tersebut ragu dalam

bertindak, kurang percaya diri, salah tingkah, tidak mampu mengambil keputusan dengan

baik. Situasi yang demikian, dapat mengakibatkan warga binaan melakukan tindakan

kompensasi demi stabilitas jiwanya. Warga binaan akan bertindak sesuai dengan kondisi di

Lembaga Pemasyarakatan tersebut meskipun bertentangan dengan kehendak warga binaan

untuk menghindari hukuman.

3. Lost of liberty

Pidana hilang kebebasan telah merampas berbagai kebebasan individual. Misalnya

kebebasan untuk berpendapat, melakukan hobby, membaca surat kabar dan sebagainya.

Secara psikologis keadaan yang demikian menyebabkan warga binaan menjadi tertekan

jiwanya, pemurung, malas, mudah marah, dan tidak bergairah dengan program-program

pembinaan.

4. Lost of personal comunication

Selama menjalani hukuman, kebebasan untuk berkomunikasi dibatasi. Warga binaan

tidak bisa bebas untuk berkomunikasi dengan relasi, keluarganya. Sebagai makhluk sosial,

warga binaan memerlukan komunikasi dengan teman, keluarga atau oranglain. Keterbatasan

kesempatan untuk berkomunikasi ini juga merupakan beban tersendiri bagi para warga

(13)

Warga binaan juga merasakan kehilangan pelayanan. Dalam Lembaga

Pemasyarakatan, warga binaan harus mampu mengurus dirinya sendiri, misalnya mencuci

pakaian, menyapu ruangan dan lain-lain. Warga binaan tidak boleh memilih warna atau

model pakaian sendiri, sebab semuanya telah diatur agar sesuai dengan warga binaan yang

lainnya, termaksud dalam hal menu makanan setiap hari. Hilangnya pelayan menyebabkan

warga binaan kehilangan rasa afeksi, kasih sayang yang biasanya didapat di luar Lembaga

Pemasyarakatan.

6. Lost of heterosexual

Selama menjalani pidana, warga binaan ditempatkan dalam blok-blok sesuai dengan

jenis kelaminnya. Penempatan ini menyebabkan warga binaan juga merasakan betapa naluri

seks, kasih sayang, rasa aman bersama keluarga ikut terhempas. Hal ini akan menyebabkan

penyimpangan seksual, seperti homoseksual, lesbian dan lain-lain. Semua merupakan

penyaluran seks yang terpendam.

7. Lost of prestige

Warga binaan juga kehilangan harga dirinya. Bentuk-bentuk perlakuan dari petugas

terhadap warga binaan membuat warga binaan menjadi terhempas harga dirinya. Misalnya

WC dan tempat mandi yang terbuka.

8. Lost of belief

Akibat dari perampasan berbagai kebebasan, warga binaan menjadi kehilangan rasa

percaya diri. Hal ini disebabkan tidak adanya rasa aman, tidak dapat membuat keputusan

sendiri, kurang mantap dalam bertindak dan kurang memiliki stabilitas jiwa yang menetap.

9. Lost of creativity

Selama menjalani pidana, kreativitas, ide-ide, gagasan, imajinasi, bahkan juga impian

dan cita-cita warga binaan ikut terhempas.

(14)

Menurut June Hunt, salah satu penyebab warga binaan melakukan kejahatan

dikarenakan depresi. June Hunt menggambarkan bahwa depresi psikologi dalam tulisan kuno

berasal dari kata depresi adalah melancholia.22Depresi psikologi adalah keadaan dimana

jantung terasa tertekan dan tidak dapat mengalami kesenangan. Mengindap depresi merasa

terjebak dalam kesedihan, rasa bersalah dan tidak mempunyai harapan yang mudah

menyebar. Depresi psikologi berhubungan dengan karakteristik mental, emosional dan

tingkahlaku orang yang depresi.23Depresi yang dirasakan oleh warga binaan adalah depresi

yang berada pada tahap depresi emosional. Depresi adalah kemarahan yang timbul karena

tekanan, tekanan yang terjadi jika keinginan dan emosi yang tidak masuk akal dihalangi dari

kesadaran seorang dan dibiarkan berjalan di bawah sadar, depresi juga muncul dari

kemarahan yang terpendam. Marah yang ditekan karena kehilanag seseorang yang dikasihi,

kehilangan harga diri, kehilangan kendali, kehilangan milik, kehilangan harapan, kehilangan

rasa hormat pada oranglain, kehilangan tujuan pribadi. Depresi juga terjadi stres yang ditahan

karena tanggungjawab pada keluarga, kewajiban pada keluarga, terlalu banyak pekerjaan dan

lain-lain.Akar penyebab terpaku dalam depresi dikarenakan keyakinan yang salah. Hal ini

timbul karena kegagalan, kehilangan dan kekecewaan dalam hidup, merasa tidak punya

harapan dan hilang masa depan, dan merasa tidak dapat melakukan apa-apa. 24 Depresi sangat

berpengaruh bagi para warga binaan, khususnya warga binaan dalam kasus pelecehan seksual

yang tidak bisa menerima perbuatan yang mereka lakukan.

2.6. Rangkuman

22Melancholia secara harafiah berarti air empedu hitam, bahwa seorang melankolis mempunyai

(15)

Konseling masyarakat merupakan suatu bentuk pertolongan secara komperehensif,

yang di dasarkan pada kompetensi multikultural dan berorientasi pada keadilan sosial

masyarakat. Kompetensi multikultural didasarkan asumsi akan kesadaran konselor

masyarakat terhadap landasan filosofis dan nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam

budaya masyarakat, kesadaran konselor terhadap permasalahan konseli dan kesadaran untuk

menciptakan suatu pendekatan konseling sesuai dengan budaya klien. Konseling masyarakat

berorientasi pada keadilan sosial didasarkan asumsi bahwa, konselor masyarakat

menggunakan sudut pandang yang luas untuk melihat konseli dalam konteks lingkungan

yang sehat, adil dan merata dalam masyarakat. Keadilan sosial didasarkan pada keyakinan

bahwa semua orang memiliki hak untuk diperlalukan setara. Tujuan konseling masyarakat

adalah merubah perilaku konseli yang dipengaruhi pikiran dan perasaan masa lampau

menjadi perilaku adaptif. Konselor membantu konseli mengidentifikasi dan menemukan

faktor penyebab masalah serta mengembangkan alternatif penyelesain.

Psikososial merupakan suatu kondisi yang dialami oleh seorang individu yang

mencakup aspek psikis dan sosial. Warga binaan merupakan orang-orang yang melalui

pengadilan dinyatakan bersalah, sehingga mereka kehilangan kebebasannya untuk itu mereka

perlu mendapatkan perhatian dan pertolongan agar supaya mereka diberdayakan menjadi

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa atas dasar apa yang dipertimbangkan dan disebutkan sebagai pendapat Pengadilan Agama dalam putusannya mengenai permohonan izin untuk menjatuhkan

3ROLNOLQLN 3HQ\DNLW 'DODP WHUEDJL GDODP GXD SROL UDZDW MDODQ \DLWX SROL XPXP \DQJ GLWDQJDQL ROHK UHVLGHQ GRNWHU XPXP GDQ SROL NKXVXV \DQJ GLWDQJDQL UHVLGHQ GRNWHU VSHVLDOLV 3DVLHQ

Selain daripada itu juga, kajian ini turut mengkaji sama ada terdapat hubungan antara setiap fasa (analisis, reka bentuk, pembangunan, pelaksanaan, dan penilaian) dengan

Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu “Analisis Employee Stock Ownership Plans (ESOP) Terhadap Earning Per Share (EPS) dan dampaknya Terhadap Harga Saham,”

Kesalahan yang paling fatal saat awal wawancara dengan para santri adalah mereka menganggap perilaku bullying adalah hal yang lumrah, sehingga menjadi wajar bila

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis pengaruh Media Massa, Media Sosial, dan

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Microsoft Visual Basic (sering disingkat sebagai VB saja) merupakan sebuah bahasa pemrograman yang menawarkan Integrated Development Environment (IDE) visual untuk membuat