BAB II
KONSELING MASYARAKAT
Dalam bab ini, penulis akan memaparkan tentang konseling masyarakat yang meliputi
pemahaman, kompetensi multikultural, keadilan soial masyarakat, model konseling
masyarakat, dan teori tentang psikososial warga binaan.
2.1. Pemahaman Tentang Konseling Masyarakat
Konseling merupakan suatu proses pertolongan yang membuat orang diberdayakan
untuk hidup yang menghidupkan dan memanusiakan sesama manusia. Hal itu berarti bahwa
konseling tidak hanya sekedar membawa orang keluar dari keterpurukan dan penderitaan
hidup tetapi membantu mengembangkan potensi yang dimiliki dirinya untuk memberdayakan
dirinya dan juga orang lain. Konseling berasal dari bahasa inggris to counsel yang secara
harafiah berarti memberi arahan.1 Dengan pengembangan Counseling Psychology, di
Amerika, konselor diartikan sebagai seorang yang berusaha menolong orang yang
bermasalah melalui pendekatan psikologis.2 Konseling merupakan media untuk mencurahkan
isi hati setiap individu yang mengalami tekanan-tekanan psikologis.3 Dari pemahaman
tersebut, konseling menempatkan seorang konselor untuk selalu bersentuhan dengan apa
yang disebut relasi terhadap sesamanya. Relasi yang mendalam hanya dapat dibangun jika
seorang konselor memandang orang yang bermasalah itu sangat berharga. Bukan sekedar
dikasihani tetapi dicintai. Karena itu konseling adalah proses pertolongan antara seseorang
penolong (konselor) dan yang ditolong (konseli) dengan maksud bukan hanya meringankan
penderitaan konseli tetapi memberdayakannya. Asumsi dasar yang mendasari konseling
1
J.D. Engel, Pastoral Dan Kebutuhan…, hlm 1. 2
Aart Van Beek , Pendampingan Pastoral, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2012), hlm 7. 3
masyarakat mengarah pada pendekatan multifaset untuk membantu.4 Artinya bahwa konseling masyarakat menggunakan lebih dari satu pendekatan agar proses konseling dapat
berjalan dengan baik. Konseling masyarakat merupakan bentuk pertolongan secara
komperhensif yang didasarkan pada kompetensi multikultural dan keadilan sosial. Karena
perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan, maka konselor masyarakat menggunakan
strategi yang memfasilitasi perkembangan sehat dari klien maupun masyarakat. Kata
masyarakat dipahami secara berbeda-beda tergantung cara pandang orang yang
memahaminya. Masyarakat yang dipahami dalam konseling masyarakat didefinisikan
menurut pemikiran Paisley (1996)5 sebagai berikut: 1)orang-orang yang tinggal di daerah
geografis tertentu (misalnya orang-orang pedesaan versus perkotaan, orang-orang pribumi
versus pendatang); 2)sekelompok orang yang berhubungan dengan perbedaan latar belakang
budaya, etnis atau ras; 3)orang- orang yang saling ketergantungan dan masing-masing
memiliki kesamaan antara satu dengan yang lain sebagai anggota dari komunitas kategorial,
professional maupun fungsional yang lebih luas yang disebut komunitas global; 4)kelompok
atau kumpulan orang yang termarjinalkan kaum penyakit kusta, LGBT, kaum disabilitas,
kaum perempuan korban trafficking dan anak-anak yang berbagi dan saling peduli untuk
kepentingan dan kebutuhan umum.
Definisi ini merujuk pada masyarakat sebagai sebagai sistem yang memiliki kesatuan,
kontinuitas dan prediktabilitas. Individu, kelompok dan organisasi merupakan link
masyarakat. Masyarakat juga menghubungkan individu dengan masyarakat lainnya,
termaksud masyarakat yang lebih besar. Dengan demikian, masyarakat berfungsi sebagai
media dimana individu dapat bertindak dan mentransformasikan norma. Dengan demikian,
sekolah, kampus menjadi komunitas untuk masyarakat yang lebih besar, seperti lesbian, gay,
biseksual, transgender (LGBT), kaum disabilitas, kaum marjinalitas, perempuan korban
traffickingdan anak-anak juga sistem sosial politik yang jauh lebih besar dan lebih kompleks.
Dengan itu, individu sebagai anggota masyarakat saling mempengaruhi secara langsung dan
tidak langsung baik secara positif maupun secara negatif. Asumsi berpikir seperti inilah yang
menjadi alasan mengapa konseling masyarakat diperlukan.
Conyne dan Cook (2004)6 melihat fokus masalah konseling masyarakat berorientasi
pada masa lalu pribadi setiap individu masyarakat sebagai klien. Tujuan konseling
masyarakat adalah merubah perilaku klien yang dipengaruhi pikiran dan perasaan masa
lampau menjadi perilaku adaptif. Konselor memiliki keahlian dan keterampilan untuk
membantu klien mengindentifikasi dan menemukan faktor penyebab masalah serta
mengembangkan alternatif penyelesaian yang lebih memuasakan. Jordan (2010:3) memahami
masalah masyarakat mengacu pada dampak buruk lingkungan yang bersifat minindas dan
menghambat tingkat pemahaman individu serta tekanan budaya.
Konselor masyarakat memainkan peran penting dalam membantu klien untuk
menjembatani kesenjangan antara kehidupan klien dengan perkembangan masyarakatnya.
Kesenjangan tersebut merupakan hasil interaksi klien dengan lingkungan dan bahwa interaksi
ini mempengaruhi perkembangan mereka secara negatif. Tugas konselor melakukan
negosiasi perubahan lingkungan terhadap korban kemiskinan, rasisme, seksisme, stigmatisasi
politik, ekonomi dan sosial sitem yang menyebabkan masyarakat tidak berdaya. Dalam
menghadapi kenyataan ini, menurut Lewis(2011)7peran konselor masyarakat sebagai agen
perubahan sosial untuk:1) Mempromosikan perubahan positif dalam sistem masyarakat yang
6
Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. Daniels, and Michael J. D’Andrea, Community
Counseling…,hlm 4. 7
Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. Daniels, and Michael J. D’Andrea, Community
mempengaruhi kesejahteraan klien; 2) Memfasilitasi pembangunan manusia (individu)
dengan pengembangan masyarakat; 3) Menciptakan strategi konseling masyarakat.
2.2. Kompetensi Multikultural
Konselor masyarakat memiliki kompetensi multikultural yang didasarkan pada asumsi
akan8 : 1) Kesadaran konselor masyarakat terhadap landasan filosofis dan nilai-nilai spiritual
yang terkandung dalam budaya masyarakat; 2) Kesadaran konselor terhadap permasalahan
klien; 3) Kesadaran konselor masyarakat untuk menciptakan strategi intervensi untuk
pengembangan suatu pendekatan konseling yang sesuai dengan budaya klien. Dalam
masing-masing bagian ini, kompetensi meliputi kategori : a) Sikap dan keyakinan; b) Pengetahuan; c)
Keterampilan. Sue dan Sue (2002) memberikan definisi tentang kompetensi multikultural
professional sebagai berikut : Pertama, seorang konselor professional membantu kompetensi
multikultural terhadap perilaku manusia, nilai-nilai, bias budaya, dan praduga; Kedua,
seorang konselor profesional membantu kompetensi multikultural terhadap pandangan
budaya klien yang berbeda; Ketiga, seorang konselor profesional membantu kompetensi
multikultural terhadap pengembangan strategi intervensi yang tepat dan relevan dalam
budaya klien yang berbeda.
2.3. Keadilan sosial Masyarakat
Konseling masyarakat berorientasi pada keadilan sosial masyarakat didasarkan pada
asumsi bahwa, konselor masyarakat menggunakan sudut pandang yang luas untuk melihat
klien dalam konteks lingkungan yang sehat, adil dan merata masyarakatnya. Keadilan sosial
melibatkan akses dan pemerataan untuk memastikan partisipasi penuh dalam kehidupan
berdasarkan ras/etnis, jenis kelamin, usia, cacat fisik atau cacat mental, pendidikan, orientasi
seksual, status ekonomi, status sosial atau karakteristik lain dari latar belakang atau kelompok
anggota masyarakat.
Keadilan Sosial didasarkan pada asumsi bahwa semua orang memiliki hak untuk
diperlakukan secara adil (setara), dukungan untuk hak asasi manusia dan sumber daya
masyarakat (Lee, 2007:1).9 Konselor masyarakat menjadi sadar ketika klien mereka ditolak
hak-haknya, maka konselor melakukan intervensi lingkungan dalam bentuk advokasi
keadilan sosial. Kompetensi advokasi diatur dalam tiga tingkat intervensi : 1) Pada tingkat
intervensi, kompetensi bertujuan untuk membawa perubahan; 2) Pada tingkat klien individu,
kompetensi dikategorikan sebagai pemberdayaan dan advokasi klien; 3) Pada tingkat
masyarakat, kompetensi berfokus pada kolaborasi dan sistem komunikasi. Akhirnya di area
publik yang lebih luas konselor melaksanakan program-program publik-informasi dan sosial/
advokasi politik. Levy dan Sidel (2006) memberikan definisi ketidakadilan sosial sebagai
berikut 10: 1) Penolakan atau pelanggaran ekonomi, sosial budaya, politik, sipil dan hak
manusia; 2) Ketidakadilan sosial mengacu pada kebijakan atau tindakan yang mempengaruhi
kondisi sosial masyarakat miskin, tunawisma, yang sakit dan terluka.
2.4. Model Konseling Masyarakat
Strategi konseling masyarakat berdasarkan asumsi bahwa peran konselor masyarakat
adalah mendesain strategi terfokus dan strategi berbasis luas yang memefasilitasi
pengembangan klien dan pengembangan masyarakat yang sehat dan kondusif, memenuhi
9
Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. Daniels, and Michael J. D’Andrea, Community
Counseling…, hlm 12. 10
Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. Daniels, and Michael J. D’Andrea, Community
kebutuhan individu dan kelompok untuk mempengaruhi masyarakat umum. Strategi tersebut
tercakup dalam model konseling masyarakat yang ditujukan pada tabel di bawah ini :11
STRATEGI MEMFASILITASI
Strategi Terfokus Konseling dalam konteks out reach
(penjangkauan lapangan/lingkungan
Sifat dari model konseling masyarakat secara komperhensif, mempengaruhi baik,
program yang dirancang dan peran konselor masyarakat untuk mambantu klien mereka.
Program konseling masyarakat mempergunakan intervensi/treatment(perlakuan) yang
ditawarkan disetiap aspek model. Peran konselor masyarakat menunjukan karakteristik
optimisme, aktivisme dan visi yang memberdayakan klien dalam model konseling
1. Memfasilitasi Pengembangan Manusia : Strategi Terfokus
Fakta bahwa konselor abad ke-21 mempedulikan lingkungan masyarakat, tidak berarti
mengabaikan kemampuan dan peran setiap individu dalam memberikan bantuan kepada
mereka. Hal tersebut didasari kesadaran konselor dalam konteks lingkungan. Keterkaitan
konseling dengan jangkaun lingkungan melibatkan partisipasi mitra kerja (observer dan
interviewer) dalam menginterpretasi fenomena psikis klien dan fenomena sosial masyarakat
melalui observasi dan interview. Konselor menemukan keterkaitan teori-teori konseling
dengan berbagai fenomena masalah klien dalam masyarakat.12 Strategi terfokus ini
memfasilitasi pengembangan manusia tidak hanya mencakup konseling konvensional tetapi
juga hasil penjangkauan lingkungan merupakan upaya pendidikan bagi individu dan
masyarakat. Tujuannya adalah agar individu dan masyarakat memahami tantangan baru
mereka dan belajar meningkatkan keterampilan dan kemampuan untuk menangani depresi
dan marjinalisasi.
2. Memfasilitasi Pengembangan Manusia : Strategi Berbasis Luas
Pengembangan/intervensi pencegahan memungkinkan konselor masyarakat untuk
mendidik atau melatih anggota masyarakat pada umumnya. Anggota masyarakat dilatih
mekanisme koping spesifik (mengatasi masalah) dan bagaimana memenuhi kebutuhan ketika
diperhadapkan dengan masalah masyarakat secara mendadak. Intervensi pencegahan sebagai
suatu proses pendidikan pengembangan mental anggota masyarakat, dalam rangka
pencegahan dini masalah-masalah masyarakat. Tujuan dari strategi berbasis luas :13 1)
membantu anggota masyarakat mendapatkan pengetahuan baru melalui penyuluhan yang
berguna dalam menangani masalah yang belum diketahui; 2) meningkatkan kesadaran
12
Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. Daniels, and Michael J. D’Andrea, Community
Counseling…,hlm 15.
13
Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. Daniels, and Michael J. D’Andrea, Community
anggota masyarakat tentang tantangan hidup potensial dan mengembangkan keterampilan
yang dapat membantu mereka mengatasi tantangan dini; 3) melaksanakan program-program
seminar tentang kesehatan mental masyarakat dan pelatihan relaksasi. Konselor dapat
mengembangkan teknik, konsep dan program pendidikan pencegahan, membuat konseling
masyarakat efektif dan peranan konselor masyarakat menjadi praktisi, penyuluh, pelatih yang
produktif dan sangat aktif.
3. Memfasilitasi Pengembangan Masyarakat : Strategi Terfokus
Dalam banyak situasi, pendekatan pemberdayaan yang berfokus konselor adalah
semua yang dibutuhkan untuk mempersiapkan klien menjadi pendukung bagi diri sendiri.14
Treatment/perlakuan merupakan bagian integral dari proses konseling, ketika konselor
menyadari faktor eksternal sebagai hambatan untuk pengembangan individu. Peran mitra
kerja sangat signifikan ketika individu atau kelompok rentan dan kekurangan akses ke
layanan konseling.
Peran konselor, mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan untuk jasa layanan
dan faktor-faktor hambatan yang dipengaruhi sejumlah individu dan keluarga. Konselor
mengidentifikasi faktor sistematik sebagai penghalang untuk pengembangan masyarakat, dan
berharap bisa mengubah lingkungan dan mencegah beberapa masalah yang mereka hadapi.
Konselor sebagai agen perubahan memahami prinsip-prinsip perubahan sistematik dapat
membuat keinginan mereka menjadi suatu kenyataan. Dalam peran memfasilitasi
pengembangan masyarakat, konselor mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh negatif
terhadap perkembangan klien mereka dan mengambil partisipasi mitra kerja dalam pengertian
bahwa bekerja sama dengan orang lain dan lembaga untuk membawa perubahan yang
4. Memfasilitasi Pengembangan Masyarakat : Strategi Berbasis Luas
Pengalaman konselor masyarakat dalam treatment/perlakuan mempengaruhi kliennya
pada setiap langkah perlakuan yang diperlukan pada tingkat yang lebih luas. Konselor
sebagai agen perubahan dalam sistem yang mempengaruhi klien dan oranglain dalam jumlah
lebih besar. Ketika hal tersebut terjadi, konselor menggunakan keahliannya untuk melakukan
perlakuan sosial/politik. Kompetensi konselor terfokus pada kemampuannya membedakan
masalah-masalah yang dapat diselesaikan melalui aksi sosial/politik dan mengidentifikasi
mekanisme yang tepat utuk mengatasi masalah.15
Beberapa hal yang perlu diketahui konselor masyarakat adalah : Pertama, praktek
konseling membuat konselor peka terhadap masalah lingkungan yang mempengaruhi
pengembangan manusia; Kedua, profesi konseling mengharuskan konselor memiliki
pengetahuan dan keterampilan untuk berkomunikasi tentang perlunya perubahan dan
tindakan kolaboratif(partisipasi mitra kerja). Konselor dapat mengembangkan potensi klien
untuk diberdayakan melalui berbagai peran partisipasi mitra kerja. Strategi berbasis luas,
memfasilitasi pengembangan manusia tidak hanya mencakup konseling konvensional tetapi
juga treatment/perlakuan melalui kolaboratif. Tindakan ini untuk tujuan pendidikan dan
melakukan perubahan sosial, politik, ekonomi yang cenderung melawan penindasan dalam
segala bentuknya.
2.5. Teori Tentang Psikososial Warga Binaan
2.5.1. Pengertian Psikososial
Istilah psikososial menurut Kamus Lengkap Psikologi berarti menyinggung relasi
sosial yang mencakup faktor-faktor psikologis.16 Psikososial adalah suatu kondisi yang
15
Judith A. Lewis, Michael D. Lewis, Judy A. Daniels, and Michael J. D’Andrea, Community
Counseling…, hlm 18.
16
terjadi pada individu yang mencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya secara
terintegrasi. Psikososial berasal dari gabungan dua kata, psiko dan sosial. Kata “psiko”
mengacu pada aspek psikologis dari individu (pikiran, perasaan dan perilaku), sedangkan
“sosial” mengacu pada hubungan eksternal individu dengan oranglain di lingkungannya.
Berdasarkan asal katanya, psikososial menunjuk pada hubungan yang dinamis antara faktor
psikis dan sosial yang saling berinteraksi dan memengaruhi satu sama lainnya.
Psikososial juga dipakai sebagai istilah hubungan antara kondisi sosial seseorang
dengan kesehatan mental/emosinya. Dari katanya, istilah psikososial melibatkan aspek fisik
dan sosial. Contohnya, hubungan antara ketakutan yang dimiliki seseorang (psikologis)
terhadap bagaimana cara ia berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sosialnya.
Seseorang yang sehat mentalnya akan bereaksi denga cara yang positif dalam banyak situasi.
Berbeda dengan orang yang tidak stabil mentalnya, ia akan bereaksi negatif terhadap segala
sesuatu yang terjadi dalam hidupnya.17 Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa
psikososial terdiri dari 2 aspek yaitu psikologi dan sosial. Psikologi terdiri dari kata Psyche
yang dalam bahasa Yunani berarti “jiwa” dan kata Logos yang dapat diterjemahkan sebagai
“ilmu”. Jadi pengertian dari psikologi adalah sebuah ilmu jiwa yang merupakan suatu istilah
ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah sehingga kata ini digunakan untuk menunjuk kepada
sebuah pengetahuan ilmu jiwa.18
Berbicara mengenai psikis manusia berarti membahas juga tentang tingkah laku
manusia, yaitu mempersoalkan apa yang diperbuat individu dalam lingkungannya dan
mengapa ia berbuat seperti yang diperbuatnya. Karena faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkah lakunya itu banyak dan bermacam-macam, maka tingkah laku individu yang
mengabaikan sama sekali persamaan-persamaan yang terdapat di dalamnya, sedangkan
pengaruh sosial seperti tekanan teman sebaya, dukungan orangtua, latar belakang budaya dan
agama, status sosial-ekonomi dan hubungan interpersonal, semua membantu untuk untuk
membentuk kepribadian dan pengaruh psikis seseorang. Individu dengan gangguan
psikososial sering memiliki fungsi kesulitan dalam situasi sosial dan memiliki masalah
berkomunikasi dengan orang lain secara efektif.
2.5.2. Pengertian Warga Binaan
Menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia, warga binaan adalah orang hukuman yang
telah dijatuhi pidana oleh pengadilan untuk dimasukan ke dalam Lembaga Pemasyarakatan.
Sebelum mendapat status terhukum, seseorang yang didakwa melakukan tindakan melawan
hukum berstatus sebagai terdakwa,19sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
warga binaan adalah orang hukuman atau orang yang sedang menjalani hukuman karena
tindak pidana.20
2.5.3. Psikososial Warga Binaan
Pada bagian ini, penulis akan memaparkan tentang deskripsi mengenai psikososial
seorang warga binaan21 :
1. Lost of personality
Seorang warga binaan selama dipidana akan kehilangan kepribadian, identitas diri,
akibat peraturan dan tata cara hidup di Lembaga Pemasyarakatan. Selama menjalani pidana,
warga binaan diperlakukan sama atau hampir sama antara warga binaan yang satu dengan
warga binaan yang lain. Hal ini akan membentuk kepribadian yang khas yaitu kepribadian
yang tempramental, agresif dan lain-lain.
19
Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di siding pengadilan. Lih. Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana dan Penjelasannya, (Surabaya : Permata Press, 2015), hlm 13.
20
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm 774.
21
2. Lost of securuty
Selama menjalani pidana, warga binaan selalu dalam pengawasan petugas. Seorang
yang terus menerus diawasi akan merasakan kurang aman, merasa selalu dicurigai, dan
merasa selalu tidak dapat berbuat sesuatu atau bertindak karena takut kalau tindakannya
merupakan suatu kesalahan yang dapat membuat warga binaan tersebut dihukum. Karena
warga binaan diawasi terus-menerus menyebabkan warga binaan tersebut ragu dalam
bertindak, kurang percaya diri, salah tingkah, tidak mampu mengambil keputusan dengan
baik. Situasi yang demikian, dapat mengakibatkan warga binaan melakukan tindakan
kompensasi demi stabilitas jiwanya. Warga binaan akan bertindak sesuai dengan kondisi di
Lembaga Pemasyarakatan tersebut meskipun bertentangan dengan kehendak warga binaan
untuk menghindari hukuman.
3. Lost of liberty
Pidana hilang kebebasan telah merampas berbagai kebebasan individual. Misalnya
kebebasan untuk berpendapat, melakukan hobby, membaca surat kabar dan sebagainya.
Secara psikologis keadaan yang demikian menyebabkan warga binaan menjadi tertekan
jiwanya, pemurung, malas, mudah marah, dan tidak bergairah dengan program-program
pembinaan.
4. Lost of personal comunication
Selama menjalani hukuman, kebebasan untuk berkomunikasi dibatasi. Warga binaan
tidak bisa bebas untuk berkomunikasi dengan relasi, keluarganya. Sebagai makhluk sosial,
warga binaan memerlukan komunikasi dengan teman, keluarga atau oranglain. Keterbatasan
kesempatan untuk berkomunikasi ini juga merupakan beban tersendiri bagi para warga
Warga binaan juga merasakan kehilangan pelayanan. Dalam Lembaga
Pemasyarakatan, warga binaan harus mampu mengurus dirinya sendiri, misalnya mencuci
pakaian, menyapu ruangan dan lain-lain. Warga binaan tidak boleh memilih warna atau
model pakaian sendiri, sebab semuanya telah diatur agar sesuai dengan warga binaan yang
lainnya, termaksud dalam hal menu makanan setiap hari. Hilangnya pelayan menyebabkan
warga binaan kehilangan rasa afeksi, kasih sayang yang biasanya didapat di luar Lembaga
Pemasyarakatan.
6. Lost of heterosexual
Selama menjalani pidana, warga binaan ditempatkan dalam blok-blok sesuai dengan
jenis kelaminnya. Penempatan ini menyebabkan warga binaan juga merasakan betapa naluri
seks, kasih sayang, rasa aman bersama keluarga ikut terhempas. Hal ini akan menyebabkan
penyimpangan seksual, seperti homoseksual, lesbian dan lain-lain. Semua merupakan
penyaluran seks yang terpendam.
7. Lost of prestige
Warga binaan juga kehilangan harga dirinya. Bentuk-bentuk perlakuan dari petugas
terhadap warga binaan membuat warga binaan menjadi terhempas harga dirinya. Misalnya
WC dan tempat mandi yang terbuka.
8. Lost of belief
Akibat dari perampasan berbagai kebebasan, warga binaan menjadi kehilangan rasa
percaya diri. Hal ini disebabkan tidak adanya rasa aman, tidak dapat membuat keputusan
sendiri, kurang mantap dalam bertindak dan kurang memiliki stabilitas jiwa yang menetap.
9. Lost of creativity
Selama menjalani pidana, kreativitas, ide-ide, gagasan, imajinasi, bahkan juga impian
dan cita-cita warga binaan ikut terhempas.
Menurut June Hunt, salah satu penyebab warga binaan melakukan kejahatan
dikarenakan depresi. June Hunt menggambarkan bahwa depresi psikologi dalam tulisan kuno
berasal dari kata depresi adalah melancholia.22Depresi psikologi adalah keadaan dimana
jantung terasa tertekan dan tidak dapat mengalami kesenangan. Mengindap depresi merasa
terjebak dalam kesedihan, rasa bersalah dan tidak mempunyai harapan yang mudah
menyebar. Depresi psikologi berhubungan dengan karakteristik mental, emosional dan
tingkahlaku orang yang depresi.23Depresi yang dirasakan oleh warga binaan adalah depresi
yang berada pada tahap depresi emosional. Depresi adalah kemarahan yang timbul karena
tekanan, tekanan yang terjadi jika keinginan dan emosi yang tidak masuk akal dihalangi dari
kesadaran seorang dan dibiarkan berjalan di bawah sadar, depresi juga muncul dari
kemarahan yang terpendam. Marah yang ditekan karena kehilanag seseorang yang dikasihi,
kehilangan harga diri, kehilangan kendali, kehilangan milik, kehilangan harapan, kehilangan
rasa hormat pada oranglain, kehilangan tujuan pribadi. Depresi juga terjadi stres yang ditahan
karena tanggungjawab pada keluarga, kewajiban pada keluarga, terlalu banyak pekerjaan dan
lain-lain.Akar penyebab terpaku dalam depresi dikarenakan keyakinan yang salah. Hal ini
timbul karena kegagalan, kehilangan dan kekecewaan dalam hidup, merasa tidak punya
harapan dan hilang masa depan, dan merasa tidak dapat melakukan apa-apa. 24 Depresi sangat
berpengaruh bagi para warga binaan, khususnya warga binaan dalam kasus pelecehan seksual
yang tidak bisa menerima perbuatan yang mereka lakukan.
2.6. Rangkuman
22Melancholia secara harafiah berarti air empedu hitam, bahwa seorang melankolis mempunyai
Konseling masyarakat merupakan suatu bentuk pertolongan secara komperehensif,
yang di dasarkan pada kompetensi multikultural dan berorientasi pada keadilan sosial
masyarakat. Kompetensi multikultural didasarkan asumsi akan kesadaran konselor
masyarakat terhadap landasan filosofis dan nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam
budaya masyarakat, kesadaran konselor terhadap permasalahan konseli dan kesadaran untuk
menciptakan suatu pendekatan konseling sesuai dengan budaya klien. Konseling masyarakat
berorientasi pada keadilan sosial didasarkan asumsi bahwa, konselor masyarakat
menggunakan sudut pandang yang luas untuk melihat konseli dalam konteks lingkungan
yang sehat, adil dan merata dalam masyarakat. Keadilan sosial didasarkan pada keyakinan
bahwa semua orang memiliki hak untuk diperlalukan setara. Tujuan konseling masyarakat
adalah merubah perilaku konseli yang dipengaruhi pikiran dan perasaan masa lampau
menjadi perilaku adaptif. Konselor membantu konseli mengidentifikasi dan menemukan
faktor penyebab masalah serta mengembangkan alternatif penyelesain.
Psikososial merupakan suatu kondisi yang dialami oleh seorang individu yang
mencakup aspek psikis dan sosial. Warga binaan merupakan orang-orang yang melalui
pengadilan dinyatakan bersalah, sehingga mereka kehilangan kebebasannya untuk itu mereka
perlu mendapatkan perhatian dan pertolongan agar supaya mereka diberdayakan menjadi