• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan pada Pekerja Seks Komersial Lokalisasi "X" di Kota "Y".

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan pada Pekerja Seks Komersial Lokalisasi "X" di Kota "Y"."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai orientasi masa depan bidang pekerjaan pada PSK Lokalisasi “X” di Kota “Y”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Variabel penelitiannya adalah orientasi masa depan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang disusun peneliti dengan merujuk kepada teori orientasi masa depan dari teori Nurmi, terdiri dari 38 item. Validitas dalam penelitian ini menggunakan construct validity. Nilai validitas item-item tersebut antara 0,300-0,889 dan reliabilitas item-item yaitu 0,827. Teknik pengambilan data dilakukan pada PSK Lokalisasi “X” di Kota “Y” yang berjumlah 50 PSK.

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh sebanyak 62% PSK memiliki ketidakjelasan orientasi masa depan bidang pekerjaan dan sebagian lainnya 38% PSK memiliki kejelasan orientasi masa depan bidang pekerjaan. Faktor social environment memiliki keterkaitan dengan orientasi masa depan bidang pekerjaan, terutama hubungan dengan teman-teman di lokalisasi, ketua RT, dan pelatihan yang diberikan oleh instansi Dinas Sosial.

(2)

ii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

This research is a descriptive studies concerning an overview about future orientation of field of work on prostitutes (PSK) localization "X" in the City "Y".

The method used in this research is descriptive method . The variable is orientation of future research. Measuring instruments used in this study was a questionnaire prepared by the researcher refer to the theory of the future orientation of Nurmi's theory and consists of 38 items. Validity in this study used the construct validity. The value validity of these items between 0.300 to 0.889 and reliability of the items is 0.827. Data collection techniques performed on PSK Localization " X " in the City " Y " which amounted to 50 prostitutes.

Based on the results obtained by the data processing as much as 62% of prostitutes have a future orientation obscurity occupations and others 38% of prostitutes have a clear orientation of future areas of work. Social environment factors are relevant to the future orientation of the field work, especially relationships with friends in localization, head of the neighborhood, and the training provided by the Social Service agencies.

(3)

vi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Maksud Penelitian ... 7

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

1.4.1 Kegunaan Teoretis ... 7

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 8

(4)

vii Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi ... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Orientasi Masa Depan ... 18

2.1.1 Pengertian Orientasi Masa Depan ... 18

2.1.2 Ciri-Ciri Orientasi Masa Depan ... 20

2.1.3 Proses Orientasi Masa Depan ... 21

2.1.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Orientasi Masa Depan ... 28

2.2 Tahap Perkembangan Dewasa Awal ... 30

2.2.1 Karakteristik Dewasa Awal ... 31

2.2.2 Tugas Perkembangan Dewasa Awal ... 32

2.3 PSK (Pekerja Seks Komersial) ... 33

2.3.1 Definisi PSK ... 33

2.3.2 Sejarah dan Konsep Pelacuran di Indonesia ... 33

2.3.3 Faktor-Faktor Penyebab Adanya PSK (Pekerja Seks Komersial) ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 39

(5)

viii Universitas Kristen Maranatha

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 39

3.3.1 Variabel Penelitian ... 39

3.3.2 Definisi Operasional ... 40

3.4 Alat Ukur ... 41

3.4.1 Kuesioner Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan ... 41

3.4.2 Cara Pengerjaan Skala ... 43

3.4.3 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 44

3.4.4 Pengujian Alat Ukur ... 44

3.4.4.1 Validitas Alat Ukur ... 44

3.4.4.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 46

3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel ... 48

3.5.1 Populasi Sasaran ... 48

3.5.2 Karakteristik Populasi ... 48

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 48

3.6 Teknik Analisis Data ... 48

(6)

ix Universitas Kristen Maranatha

4.1.1 Gambaran PSK Lokalisasi “X” di kota “Y” Berdasarkan Usia

... 50

4.1.2 Gambaran PSK Lokalisasi “X” di kota “Y” Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 50

4.1.3 Gambaran PSK Lokalisasi “X” di kota “Y” Berdasarkan Lamanya Menjadi PSK ... 51

4.1.4 Gambaran PSK Lokalisasi “X” di kota “Y” Berdasarkan Pekerjaan yang Diinginkan ... 52

4.2 Hasil Penelitian ... 52

4.3 Pembahasan ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Saran ... 69

5.2.1 Saran Teoretis ... 69

5.2.2 Saran Praktis ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(7)

x Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

(8)

xi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Skema Kerangka Pikir ... 16

Bagan 2.1 Orientasi masa depan berdasarkan ketiga tahapan ... 23

Bagan 2.2 Perkembangan Motivasi menurut Nurmi ... 24

(9)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Kuesioner Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan LAMPIRAN 2 Kuesioner Data Pribadi Dan Data Penunjang LAMPIRAN 3 Kisi-kisi Alat Ukur

LAMPIRAN 4 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur

(10)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keberadaan wanita tuna susila atau sering disebut PSK (Pekerja Seks Komersial) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia, keberadaannya masih menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Menurut Kartono (2005), PSK adalah wanita yang mempunyai kebiasaan melakukan hubungan seks di luar perkawinan dengan berganti-ganti pasangan dengan maksud mendapatkan imbalan berupa uang ataupun barang. Bayaran atas pelayanan seks adalah elemen yang paling mendasar dalam definisi tentang pelacuran.

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha selalu merasakan kekejaman dan tindak sewenang-wenang; (3) kekacauan kepribadian, mengalami disharmoni dan banyak konflik batin yang tidak bisa diselesaikan; (4) memberontak terhadap semua bentuk otoritas dan mengikuti kemauan sendiri (Kartono, 2011).

Kehidupan seorang PSK dalam lingkungan masyarakat merupakan suatu hal yang kurang dapat diterima. Sampai sekarang PSK dipandang sebagai individu yang menyandang stereotype negatif, dan tidak dianggap pantas menjadi bagian dari masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, kaum PSK selalu mendapat tekanan dari masyarakat, bahkan menjadi bahan olokan dan ejekan. Tekanan dan perlakuan negatif dari lingkungan ini biasanya muncul dari perilaku masyarakat yang selalu ingin memojokkan mereka. (Anisa. 2007. http://www.pikiran rakyat.com/)

Kehidupan seorang PSK dalam keluarga, bila keluarga mengetahui bahwa ada anggota keluarganya yang menjadi PSK, ada yang mendukung pekerjaan tersebut, karena dapat menunjang perekonomian keluarga. Tapi di sisi lain, banyak juga keluarga yang menentang dan memaksanya untuk keluar dari lingkaran pelacuran. Bahkan tidak sedikit dari PSK yang tidak dianggap lagi sebagai anggota keluarga karena dianggap telah merusak nama baik dan kehormatan keluarga (Koentjoro, 2004).

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha kembali lagi ke lokalisasi tersebut. Adapun alasan-alasan bekerja sebagai PSK yang diungkapkan oleh para PSK di Lokalisasi “X” di Kota “Y” tersebut kepada

Ketua RT adalah karena faktor ekonomi, mereka memiliki latar belakang pendidikan yang rendah jadi mereka bekerja sebagai buruh sewaktu mereka masih tinggal di pulau Jawa, penghasilannya pun tidak cukup untuk menghidupi keluarga, alasan lain yaitu karena patah hati dengan pacar dan ada yang dipukuli oleh suami yang ingin menikah lagi.

Ketua RT menerima dengan sangat terbuka dan sangat mendukung program-program dari pemerintah yang dilakukan di Lokalisasi “X” di Kota “Y” tersebut, yaitu dari pihak instansi Dinas Sosial yang memberikan pembinaan/penyuluhan, keterampilan-keterampilan berupa kursus, seperti kursus salon, kursus menjahit, dan kursus memasak (membuat kue), Dinas Sosial juga memberikan alat-alat memasak dan menjahit kepada pengelola lokalisasi. Menurut Ketua RT, program dari pihak instansi Dinas Sosial ini sangat berguna bagi mereka untuk memberikan pengalaman hidup dan keterampilan pribadi bagi para PSK di lokalisasi tersebut supaya mereka bisa memiliki keterampilan dan bisa mengaplikasikan keterampilan tersebut untuk kehidupan mereka di masa mendatang.

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha menggunakan narkoba dan melakukan perjudian di dalam lokalisasi tersebut. Ketua RT juga mengatakan bahwa untuk masalah utang piutang PSK dengan mucikarinya itu tergantung kepada kebijakan dari mucikari tiap wisma karaoke yang sudah memiliki manajemen keuangannya masing-masing. Ketua RT juga mengatakan bahwa setiap wisma karaoke mengadakan kegiatan keagamaan yaitu Yasinan setiap malam Jum’at, kegiatan ini dilakukan agar mereka dapat sedikit

demi sedikit bisa sadar dengan kehidupan mereka. Para PSK yang ada di Lokalisasi “X” di Kota “Y” tersebut terkadang bersikap terbuka dan mau bercerita

tentang masalah-masalah mereka kepada Ketua RT, salah satunya mengenai masalah kesehatan mereka.

Pekerjaan menjadi PSK bukanlah pekerjaan yang akan ditekuni selamanya, mereka pun mempunyai rencana masa depan yang jauh dari apa yang mereka tekuni saat ini. Ketika peneliti mewawancarai 10 orang PSK pada saat melakukan survey awal, mereka juga sebenarnya tahu akan segala resiko dari pekerjaannya sebagai PSK. Melalui apa yang mereka ungkapkan tersebut, mereka sudah mempunyai niat bahwa suatu saat nanti akan berhenti dari pekerjaan sebagai PSK. Beberapa dari mereka memiliki target untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai PSK tetapi ada 4 orang dari mereka masih ragu dengan jaminan ekonomi di masa mendatang ketika mereka berhenti menjadi PSK, walaupun mereka sudah dibekali dengan pengalaman keterampilan/kursus yang diberikan oleh pihak instansi Dinas Sosial.

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha PSK yang berada pada tahap dewasa awal, karena kaitannya sangat erat dengan kesiapan seseorang untuk menghadapi masa depannya.

Dengan karakteristik para PSK seperti pendidikan terbatas, kebutuhan ekonomi yang kurang tercukupi, dan sebagainya, membuat mereka perlu diarahkan untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan masa depan yang jelas. Dengan mengikuti pelatihan atau kegiatan kursus, dimungkinkan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan tidak menjadi PSK lagi.

Berdasarkan survey awal dengan 10 orang PSK Lokalisasi “X” di Kota “Y”, PSK Lokalisasi “X” di Kota “Y” tersebut berusia antara 18-40 tahun yang berada pada masa dewasa awal, mereka mengalami masa peralihan dari ketergantungan ke masa mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah lebih realistis Hurlock (1993). Masa dewasa awal menurut Hurlock (1993) merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya. Masa dewasa awal memiliki beberapa tugas perkembangan yang harus dipenuhi, antara lain, mencapai sikap interdependensi emosional, sosial, ekonomi (termasuk di dalamnya meniti karir di dunia kerja), menyelesaikan studi, perkawinan, dan membentuk keluarga.

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha bidang apa. Sebanyak 10 orang PSK (100%) telah mengumpulkan informasi tentang pekerjaan yang diinginkannya dengan bertanya kepada pihak instansi Dinas Sosial dan berencana bersungguh-sungguh mengikuti pelatihan atau kegiatan kursus yang diselenggarakan oleh pihak instansi Dinas Sosial tersebut. Sebanyak 3 orang PSK (30%) merencanakan dan mengevaluasi kemungkinan terealisasinya pekerjaan yang diinginkan, serta menyesuaikannya dengan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman yang dimiliki. Sebanyak 7 orang PSK (70%) belum mengevaluasi kemungkinan terealisasinya tujuan yang telah dibentuk dan rencana-rencana yang telah disusun. Para PSK belum memikirkan kembali kemungkinan tercapainya pekerjaan yang diinginkan berdasarkan kemampuan mereka, seperti pengetahuan dan keterampilan.

Untuk dapat memperoleh pekerjaan yang mereka inginkan dibutuhkan orientasi masa depan yang jelas agar pekerjaan yang diinginkan dapat tercapai (Nurmi, 1989). Dengan adanya orientasi masa depan bidang pekerjaan, PSK dapat mempersiapkan kehidupan pekerjaannya kelak dan dapat mengarahkan ke masa depan yang lebih baik.

Berdasarkan hasil survey awal terhadap PSK Lokalisasi “X” di Kota “Y”,

didapatkan bahwa para PSK Lokalisasi “X” di Kota “Y” tersebut ada 6 orang (60%) yang memikirkan dengan matang mengenai pekerjaan di masa depannya dan ada juga yang belum yakin akan pekerjaannya di masa depan. Dengan adanya fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai gambaran tentang orientasi masa depan di bidang pekerjaan pada PSK Lokalisasi “X” di

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha 1.2. Identifikasi Masalah

Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana gambaran orientasi masa depan bidang pekerjaan pada PSK Lokalisasi “X” di Kota “Y”.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai orientasi masa depan bidang pekerjaan pada PSK Lokalisasi “X” di Kota “Y”.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kejelasan orientasi masa depan bidang pekerjaan melalui tahap motivasi, perencanaan, dan evaluasi beserta faktor-faktor yang memengaruhi orientasi masa depan bidang pekerjaan pada PSK Lokalisasi “X” di Kota “Y”.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoretis

1. Memberikan informasi tambahan sebagai wacana dari hasil penelitian ini pada bidang ilmu psikologi, khususnya Psikologi Sosial, mengenai gambaran orientasi masa depan bidang pekerjaan pada PSK.

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha lebih lanjut mengenai gambaran orientasi masa depan bidang pekerjaan pada PSK.

1.4.2. Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada para PSK Lokalisasi “X” di Kota “Y” mengenai gambaran orientasi masa depan bidang pekerjaan, sehingga para PSK tersebut dapat menyusun strategi yang tepat dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

1.5 Kerangka Pemikiran

Menurut Koentjoro (2004), PSK adalah para pekerja yang bertugas melayani aktivitas seksual dengan tujuan untuk mendapatkan upah atau imbalan dari orang-orang yang telah memakai jasa mereka tersebut. Wanita-wanita ini pada umumnya berusia muda, yaitu usia 18 – 40 tahun. Usia ini berada pada tahap dewasa awal (Hurlock, 1993).

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha Tugas perkembangan pada masa ini diantaranya memilih teman hidup, mendapat pekerjaan, belajar hidup bersama dengan pasangan, membentuk suatu keluarga, membesarkan anak-anak, dan mengatur rumah tangga. Semua itu akan memengaruhi bagaimana orientasi masa depan seseorang. Orientasi masa depan seseorang dapat berbeda-beda. Secara khusus pada wanita PSK Lokalisasi “X” di Kota “Y”, sebagai individu yang berada pada tahap perkembangan masa dewasa

awal, mereka sudah dapat memikirkan orientasi masa depan mereka terutama di bidang pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan mereka yang diantaranya telah dibekali melalui pembinaan di lokalisasi.

Adapun pengertian orientasi masa depan menurut Nurmi (1989) adalah gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya dalam konteks masa depan yang memungkinkan individu untuk menentukan tujuan, menyusun rencana untuk mencapai tujuan dan mengevaluasi sejauh mana tujuan-tujuan tersebut dapat dilaksanakan. Orientasi masa depan menurut Nurmi (1989) merupakan suatu proses yang mencakup tiga tahap, yakni : motivation (motivasi), planning (perencanaan), dan evaluation (evaluasi).

Tahap motivasi adalah suatu tahap penting dalam orientasi masa depan PSK Lokalisasi “X” di Kota “Y”. Tanpa adanya motivasi, seluruh kegiatan yang

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha pengetahuan yang mereka miliki mengenai usaha pemenuhan tugas perkembangan.

Setelah mengetahui bidang pekerjaan lain yang diminati maka diharapkan PSK dapat belajar sesuai kemampuan yang dimiliki dan optimal dalam memperoleh hasilnya. Minat pada tiap orang bervariasi berdasarkan seberapa jauh mereka memperkirakan minat tersebut dapat direalisasikan (Nurmi, 1989). Terdapat berbagai macam bidang pekerjaan, diantaranya seperti bekerja sebagai karyawan, dan membuka usaha sendiri. Hal ini dapat dipertimbangkan juga dengan minat dan motivasi yang menyertainya. Akan tetapi jika pekerjaan yang diinginkan PSK tidak berjalan sesuai rencana dan PSK tersebut mengalami kesulitan dalam menjalankan rencananya, maka hal ini akan memengaruhi orientasi masa depan di bidang pekerjaannya. Motivasi yang kuat sangat mendukung PSK dalam mencapai tujuannya dan sebaliknya, jika motivasi lemah maka akan menghambat pencapaian PSK untuk mencapai tujuannya.

Contoh akan motivasi yang kuat yaitu jika seorang PSK melihat peluang pekerjaan yang ada di masa depan dengan keterampilan yang dimilikinya saat ini. Seorang PSK yang memiliki motivasi yang kuat akan berusaha untuk mencari tahu mengenai peluang pekerjaan dan menyesuaikan dengan keterampilan yang dimiliki.

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha status yang mendukung, akan membuat PSK semakin termotivasi dalam mencapai

tujuannya dan hal ini mendukung seluruh tahap orientasi masa depan.

Faktor yang pertama yaitu socioeconomic status. Status sosial ekonomi pada konten atau isi dari minat-minat seseorang, menunjukkan bahwa kehidupan pekerjaan di masa mendatang lebih ditegaskan dalam pemikiran yang berada pada status sosial ekonomi yang lebih rendah, sementara individu yang berada pada kelas menengah cenderung untuk lebih tertarik pada pendidikan, karier, dan aktivitas untuk bersenang-senang. Dalam hal ini, rata-rata para PSK berada pada status sosial ekonomi yang rendah, karena dengan bekerja sebagai PSK ataupun mencari pekerjaan yang lain, PSK akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehingga dalam proses penyusunan orientasi masa depan, hal tersebut memengaruhi minat, perencanaan, dan evaluasi dari PSK tersebut.

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha pekerjaan sebagai PSK di lokalisasi. Faktor social environment akan sangat berpengaruh dalam perkembangan orientasi masa depan.

Tahap kedua adalah tahap perencanaan. Perencanaan ini mencakup bagaimana rencana yang dimiliki individu untuk merealisasikan maksud, minat, dan goal yang dimilikinya (Nurmi, 1989). Meskipun PSK telah memiliki cara-cara untuk merealisasikan strateginya atau pengetahuan mengenai prosedur yang berkaitan dengan goalnya, namun perencanaan dan pemecahan masalah wajib dimiliki. Pada tahap perencanaan ini PSK diharapkan agar sudah mulai mengetahui dan menyadari hal-hal apa saja yang menjadi kelebihan, kelemahan dirinya, hal-hal apa saja yang mungkin akan menjadi hambatan, dan peluang yang membantu mereka dalam pencapaian tujuan. Para PSK harus membentuk rencana, rancangan, atau strategi untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan dalam konteks yang dipilih. Membangun rencana sama dengan proses memecahkan masalah (problem solving) dimana PSK harus menemukan jalan yang membawa pada peraihan goal dan kemudian memutuskan jalan mana yang paling efisien.

Setelah mempertimbangkan minat, PSK Lokalisasi “X” di Kota “Y” akan

memikirkan bagaimana merealisasikan minat dan tujuan bidang pekerjaan PSK Lokalisasi “X” di Kota “Y”. Proses dalam memikirkan cara merealisasikan minat

(22)

13

Universitas Kristen Maranatha Contoh perencanaan terarah pada PSK seperti akan membuka usaha setelah keluar dari pekerjaannya sebagai PSK, mencari informasi ke orang-orang sekitar, mulai mencoba menjalani kursus mengenai hal yang diminatinya, dan sebagainya, sedangkan, perencanaan yang tidak terarah akan membuat PSK kebingungan dalam menjalani rencananya dan memungkinkan munculnya perasaan buntu terhadap hal apa yang akan dilakukan selanjutnya. Contoh perencanaan yang tidak terarah adalah PSK tidak mengetahui apa yang akan dilakukannya dan memilih untuk mengikuti keadaan aktual yang sedang dijalani. Para PSK tidak membuat perencanaan spesifik dan terstruktur yang mana dipengaruhi juga mungkin oleh motivasi yang lemah.

Tahap terakhir adalah evaluasi, yaitu tahap mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan terealisasinya tujuan dan rencana yang telah disusun. Sama seperti perencanaan umum, pelaksanaan rencana dan strategi juga dikontrol oleh perbandingan antara gambaran goal dan konteks aktual (Nurmi, 1989). Para PSK mendapatkan informasi atau pengetahuan tambahan dan keadaan yang mungkin dapat memengaruhi rencana PSK untuk meraih pekerjaan yang diinginkan. Dalam hal ini apabila PSK Lokalisasi “X” di Kota “Y” telah membuat perencanaan untuk

merealisasikan tujuan pekerjaannya maka selanjutnya PSK Lokalisasi “X” di Kota “Y” akan mereview antara tujuan yang ingin dicapai dengan apa yang telah PSK

lakukan demi mencapai tujuan tersebut. Tahap ini penting sebagai bahan pertimbangan apakah PSK Lokalisasi “X” di Kota “Y” akan terus berusaha

(23)

14

Universitas Kristen Maranatha dengan kemampuan atau keterampilan yang dimiliki PSK Lokalisasi “X” di Kota

“Y”.

Dalam tahap evaluasi, terdapat causal attributions dan affect. (Nurmi, 1989) Causal attributions didasari oleh evaluasi kognitif secara sadar mengenai kesempatan seseorang untuk mengontrol masa depannya. Causal attributions menyangkut masa depan dapat diketahui sejauhmana PSK merasa yakin bahwa mereka dapat mengontrol realisasi dari harapan-harapan mereka. Affect yang menyangkut masa depan diketahui dari harapan individu tentang masa depan dan kemungkinan realisasi dari harapan-harapan PSK di masa depan. Oleh karena itu, dengan menyusun goal yang dimiliki dan menuangkannya dalam perencanaan yang sudah disusun dan terarah merupakan awal dari kesuksesan pribadi wanita PSK. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa wanita PSK tersebut memiliki evaluasi yang tinggi. Contoh evaluasi yang tinggi pada PSK adalah munculnya perasaan yakin bahwa PSK dapat mengontrol realisasi dari harapan-harapan PSK bahwa goal untuk membuka usaha warung makan dengan rencana-rencana yang dipikirkannya akan sukses terwujud. Evaluasi yang rendah akan goal dan perencanaan yang dibuat PSK akan memunculkan perasaan tidak mampu dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini begitu penting karena dalam proses evaluasi terdapat proses melihat sejauh mana tujuan itu relevan dan berprospek bagi PSK Lokalisasi “X” di Kota “Y”.

(24)

15

Universitas Kristen Maranatha seorang PSK melakukan evaluasi, mereka akan melihat kembali tujuannya untuk bekerja di suatu bidang, apakah dapat diwujudkan atau tidak. Tercapainya tujuan akan membentuk konsep diri yang positif dan yakin dengan kemampuan yang dimiliki (attributional style).

Wanita PSK yang dapat dikatakan mempunyai orientasi masa depan yang jelas apabila mereka dapat menentukan tujuan yang spesifik untuk bidang pekerjaan di masa depan (motivasi kuat), mampu merencanakan secara jelas sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (perencanaan terarah), serta dapat mengevaluasi kemungkinan terwujudnya tujuan yang telah dibentuk dan rencana yang telah disusun (evaluasi akurat).

(25)

16

Universitas Kristen Maranatha Bagan 1.1 Skema Kerangka Pikir

1.6 Asumsi

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka peneliti menurunkan beberapa asumsi sebagai berikut :

1) Salah satu tugas perkembangan PSK yang berada pada tahap dewasa awal adalah mempersiapkan diri untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, yang akan tercermin dalam bentuk orientasi masa depan.

2) Kejelasan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada PSK Lokalisasi “X” di Kota “Y” ditentukan berdasarkan tiga tahap, yaitu motivasi,

perencanaan, dan evaluasi beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu socioeconomic status dan social environment.

3) Socioeconomic status dan social environment yang mendukung akan membuat motivasi menjadi kuat pada wanita PSK Lokalisasi “X” yang

Faktor yang memengaruhi : -Socioeconomic status -Social environment

Jelas Orientasi Masa

Depan Bidang Pekerjaan PSK Lokalisasi

“X” di Kota “Y”

Tahap OMD : - Motivasi - Perencanaan - Evaluasi

(26)

17

Universitas Kristen Maranatha kemudian akan berpengaruh pada perencanaan yang jelas dan evaluasi yang akurat, sehingga dapat membentuk orientasi masa depan bidang pekerjaan yang jelas.

(27)

68

Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 PSK Lokalisasi “X” di Kota “Y”,

maka dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai orientasi masa depan bidang pekerjaan, yaitu sebagai berikut :

1. Sebanyak 31 PSK (62%) Lokalisasi “X” di Kota “Y” memiliki gambaran orientasi masa depan bidang pekerjaan lain yang tidak jelas dan sebagian lainnya (38%) memiliki gambaran orientasi masa depan bidang pekerjaan lain yang jelas.

2. Sebagian besar PSK Lokalisasi “X” di Kota “Y” dengan orientasi masa

depan bidang pekerjaan yang tidak jelas, memiliki motivasi yang lemah yang dapat memengaruhi perencanaan menjadi tidak terarah dan evaluasi menjadi tidak akurat.

(28)

69

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan :

5.2.1 Saran Teoretis

1. Bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian mengenai orientasi masa depan, disarankan untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara orientasi masa depan dengan faktor-faktor yang memengaruhi. 2. Peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian mengenai orientasi

masa depan bidang pernikahan pada PSK. Para PSK berada pada masa dewasa awal, tugas perkembangannya selain mendapatkan pekerjaan, mereka juga membentuk keluarga.

5.2.2 Saran Praktis

1. Pihak instansi Dinas Sosial dapat membantu dan mengarahkan para PSK mengenai minat dan tujuan mereka, dengan memberikan pengarahan peluang pekerjaan apa saja yang dapat mereka jalani di masa yang akan datang, serta memberikan informasi sebagai bentuk pengarahan terhadap minatnya di bidang pekerjaan.

(29)

70

Universitas Kristen Maranatha baik dan melalui hal ini juga para PSK akan merasa lebih diperhatikan atau dipercaya.

3. Disarankan kepada Ketua RT sebagai pengelola Lokalisasi “X” di Kota “Y” untuk memotivasi para PSK supaya mereka mau mencari lapangan pekerjaan lain dan dapat mengembangkan keterampilan diri dalam bidang pekerjaan yang mereka inginkan.

4. Disarankan bagi PSK Lokalisasi “X” di Kota “Y” untuk terus menggali

(30)

71 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Anastasi A., Urbina U. 1997. Psychological Testing (7�ℎ Edition). New Jersey : Prentice-Hall, Inc

Bartlett, Kotrlik, & Higgins. 2001. Organizational Research: Determining Appropriate Sample Size in Survey Research.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing. Massachusetts : Allyn & Bacon. Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia

Hurlock, E.B. 1993. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga

Jess Feist, Gregory J. Feist. 2010. Teori Kepribadian - Teori Perkembangan Erikson. Jakarta : Salemba Humanika

Kaplan, Robert M. & Saccuzzo, Dennis P. 2001. Psychological Testing (5�ℎ Edition), Singapore: Wordworth Thomson Learning

Kartono, Kartini. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers ---. 2011. Patologi Sosial, jilid 1. Jakarta: Rajawali Koentjoro, 2004. Tutur Dari Sarang Pelacur. Yogyakarta: CV. Salam

Nurmi, Jari – Erik. 1989. Adolescents Orientation To The Future. In the Life-span contex. Societas Scientiarum Fennica

Santrock, W. 2002. Life – Span Development. Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Sudjana, Nana. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Trommsdorf, G. 1983. Future Orientation Socialization. International Journal of

(31)

72 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Anisa. 2007. Makna Hidup Pada Pekerja Seks Komersial (PSK). (http://www.pikiranrakyat.com diakses tanggal 20 September 2013)

Referensi

Dokumen terkait

Jawaban: pihak sekolah mengikutsertakan orang tua dalam evaluasi untuk meningkatkan mutu layanan administrasi namun tidak secara keseluruhan, melainkan para orang

Dalam memilih model pembelajaran, seorang guru harus memperhatikan siswanya sebagai subjek belajar. Pada dasarnya siswa yang satu berbeda dengan siswa yang lain,

Pengembangan bentuk pembelajaran tersebut berpeluang besar guna mewujudkan pemerataan kesempatan pendidikan sekaligus meningkatkan kualitas sumber daya manusia; dan (5) Kepada

Sub target behavior dalam penelitian ini adalah melipat sisi atas dan sisi bawah kain, menjahit sisi atas dan sisi bawah kain yang telah dilipat, melipat

Barang yang dibutuhkan. 3.) Fungsi promosi adalah pasar juga dapat digunakan untuk memperkenalkan produk baru. dari produsen kepada

[r]

Umur simpan produk emulsi (yang diwakili oleh jenis emulsi A), untuk dapat dikatakan sebagai minuman emulsi yang kaya kandungan beta karoten (100 ppm kadar beta karoten)

Karena motif tersebut yang akan mempengaruhi perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa masa remaja adalah masa dimana