• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PEMIMPIN PESANTREN DALAM PENGUATAN NILAI-NILAI KARAKTER GURU DI PONDOK MODERN TAZAKKA BANDAR Upaya Pemimpin Pesantren Dalam Penguatan Nilai-Nilai Karakter Guru Di Pondok Modern Tazakka Bandar Kabupaten Batang Tahun 2014-2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PEMIMPIN PESANTREN DALAM PENGUATAN NILAI-NILAI KARAKTER GURU DI PONDOK MODERN TAZAKKA BANDAR Upaya Pemimpin Pesantren Dalam Penguatan Nilai-Nilai Karakter Guru Di Pondok Modern Tazakka Bandar Kabupaten Batang Tahun 2014-2016."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

UPAYA PEMIMPIN PESANTREN DALAM PENGUATAN NILAI-NILAI KARAKTER GURU DI PONDOK MODERN TAZAKKA BANDAR

KABUPATEN BATANG TAHUN 2014-2016

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.)

oleh :

Rifki Ziaur Rahman Abdullah NIM: G000110051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

(2)
(3)
(4)
(5)

1

UPAYA PEMIMPIN PESANTREN DALAM PENGUATAN NILAI-NILAI KARAKTER GURU DI PONDOK MODERN TAZAKKA BANDAR

KABUPATEN BATANG TAHUN 2014-2016.

ABSTRAK

Pendidikan karakter merupakan bekal paling penting bagi generasi muda yang nantinya akan memimpin bangsa Indonesia saat ini. Kondisi bangsa Indonesia dikategorikan dalam kondisi krisis, bahkan bukan hanya satu krisis namun krisis multidimensi. Hal ini dapat dilihat dari penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh para pelajar diantaranya, seks bebas, penggunaan narkoba, tawuran antar sekolah hingga kasus pembunuhan yang sampai mengakhiri masa depan mereka. Dari fenomena di atas pendidikan karakter menjadi salah satu solusi utama di dalam menyelesaikan masalah tersebut. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, yaitu menjadikan anak didik memiliki karakter yang kuat, maka diperlukan pula sosok guru yang berkarakter. Dalampenelitian ini, masalah yang yang menjadi titik fokus penelitian adalah Apa saja nilai-nilai karakter yang dikuatkan oleh pemimpin

pesantren terhadap guru serta bagaimana upaya pemimpin pesantren dalam menguatkan nilai-nilai karakter guru. Sedangkan manfaatnya diharapkan dapat menambah wawasan dan khazanah keilmuan terutama dalam penguatan karakter guru, serta dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya dan dapat memberi masukan dan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam pembentukan karakter. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan latar penelitaian adalah pemimpin pesantren Pondok Modern Tazakka Bandar Kabupaten Batang. Metode lapangan pengumpulan data yang digunakan dengan dokumentasi, observasi dan wawancara. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah analisis siklus interaktif yaitu mengambil data dari lapangan, kemudian meringkas serta menyambungkan informasi dari data-data yang diperoleh dan kemudian kesimpulan. menurut pemimpin Pondok Modern Tazakka nilai-nilai karakter yang harus dimiliki oleh duru yaitu, amanah, keikhlasan, berwibawa, penampilan yang menarik, kesederhanaan, penegakan kedisiplinan dan mempunyai wawasan yang luas. Dalam menanamkan nilai-nilai karakter tersebut, pemimpin pesantren menerapkan tiga model kepemimpinan yang dijalankan oleh pemimpin pesantren. Tiga model kepemimpinan yang diterapkan tersebut yaitu, kepemimpinan religio-paternalistic, kepemimpinan paternalistic-otoriter, kepemimpinan legal-formal, serta menggunakan beberapa strategi yang lain.

(6)

2

EFFORTS PESANTREN LEADER IN STRENGTHENING THE VALUES OF TEACHER CHARACTER PONDOK MODERN TAZAKKA BANDAR

BATANG DISTRICT YEAR 2014-2016.

ABSTRACT

Character education is the most important provision for the younger generation who will lead Indonesia today. The condition of Indonesia is categorized under crisis conditions, even not just one crisis but a multidimensional crisis. this can be seen from deviant behavior committed by students such, promiscuity, drug use, fighting between the school to homicides to terminate their future. From the above phenomena of character education to be one of the main solutions in solving the problem. To obtain maximum results, which makes the students have a strong character, it is necessary also a teacher of character. This in research, issues that became the focal point of research is Any character values boosted by pesantren leaders to teachers and how efforts pesantren leaders in strengthening character values teachers. While the benefits are expected to add insight and scientific treasures, especially in strengthening the character of the teacher, and can be used as a reference for future research and can provide input and contribute ideas to improve the quality of education in the formation of character. This study is a qualitative research background is penelitaian pesantren leaders Pondok Modern Tazakka Bandar Batang District. Field methods of data collection used by documentation, observation and interviews. While the data analysis methods used are interactive cycle analysis that takes data from the field, then summarize and correlating information from the data obtained and then a conclusion. according to the leader of Pondok Modern Tazakka character values that must be owned by duru namely, trust, sincerity, authoritative, attractive appearance, simplicity, enforcement of discipline and have extensive knowledge. In instilling the values of these characters, the leader of the three schools apply leadership models that are run by leaders of pesantren. Three models of leadership that these applied that is, religio-paternalistic leadership, paternalistic-authoritarian leadership, legal-formal leadership, and use some other strategy.

(7)

3

1. PENDAHULUAN

Pendidikan karakter adalah dikemukakan oleh Fakry Gaffar (2010:1): sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.1

Pendidikan karakter juga merupakan bekal paling penting bagi generasi muda yang nantinya akan memimpin bangsa Indonesia saat ini. Kondisi bangsa Indonesia dikategorikan dalam kondisi krisis, bahkan bukan hanya satu krisis namun krisis multidimensi. Hal ini dapat dilihat dari penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh para pelajar diantaranya, seks bebas, penggunaan narkoba, tawuran antar sekolah hingga kasus pembunuhan yang sampai mengakhiri masa depan mereka. Dari fenomena di atas pendidikan karakter menjadi salah satu solusi utama di dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Untuk memperoleh hasil yang maksimal, yaitu menjadikan anak didik memiliki karakter yang kuat, maka diperlukan pula sosok guru yang berkarakter. Sebab guru adalah figur sentral, sosok yang berdiri di tengah-tengah pusaran arus proses pendidikan, yang mengajarkan nilai-nilai karakter kepada para pelajar secara langsung melalui contoh dan keteladanan yang disertai himbauan dan ajakan. Namun belakangan ini marak sekali terjadi penyimpangan-penyimpangan yang mana justru dilakukan oleh para oknum guru, diantaranya membocorkan jawaban ujian nasional (UN), membiarkan bahkan menyuruh siswa untuk menyontek ketika ujian, melakukan tindakan asusila terhadap siswa, meninggalkan kegiatan mengajar tanpa alasan yang jelas, dan melakukan kekerasan kepada siswa. Sehingga menjadi penghambat bagi terwujudnya tujuan dari pendidikan karakter tersebut. Untuk itu, guru harus menjadikan dirinya seseorang yang berkarakter kuat terlebih dahulu, sebelum dia pada akhirnya melahirkan pelajar-pelajar yang berkarakter kuat pula.

(8)

4

Sebagaimana tujuan pendidikan jika mengacu pada UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan, membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.2

Secara historis pendidikan karakter merupakan misi utama Rasul. Islam hadir sebagai gerakan untuk menyempurnakan karakter. Sejak abad ke-7 secara tegas Rasulullah Muhammad saw. Menyatakan bahwa tugas utamanya adalah untuk menyempurnakan akhlak (karakter). 3 manifesto kerasulan

Muhammad ini, mengindikasikan bahwa pembentukan karakter merupakan kebutuhan utama bagi tumbuhnya cara beragama yang dapat menciptakan peradaban.4

Dengan kesimpulan di atas, maka penulis ingin mengadakan penelitian tentang upaya pemimpin pondok pesantren dalam penguatan nilai-nilai karakter guru. Peneliti memilih Pondok Modern Tazakka sebagai tempat penelitian, hal ini dikarenakan pondok atau sekolah tersebut memiliki visi sebagai berikut „mencetak kader pemimpin ummat, serta mempersiapkan generasi yang unggul dan berkualitas menuju terbentuknya khoiru ummah‟. Untuk mewujudkan visinya, pemimpin pondok modern Tazakka sangat memperhatikan karakter para guru agar dapat benar-benar menjadi figur yang layak untuk digugu dan ditiru oleh para siswa. Kemudian berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa jumlah santri Pondok Modern Tazakka semakin bertambah, karena semakin mendapat kepercayaan masyarakat dari berbagai daerah khususnya daerah yang terletak di sekitar kota dimana pondok pesantren tersebut berada. Hal inilah yang menjadikan peneliti tertarik untuk menjadikan Pondok Modern Tazakka sebagai tempat penelitian.

2 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

3 Achmad Sunarto, Himpunan Hadist Bukhori, (Jakarta: An Nur Preess, 2005), hlm. 23.

(9)

5

berdasarkan latar belakang yang penulis utarakan di atas maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah, Apa saja nilai-nilai

karakter yang dikuatkan oleh pemimpin pesantren terhadap guru? Bagaimana upaya pemimpin pesantren dalam menguatkan nilai-nilai karakter guru?

Setelah memaparkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: “Untuk mendeskripsikan nilai karakter apa saja yang dikuatkan oleh pemimpin pesantren terhadap guru dan bagaimana upaya pemimpin pesantren dalam menguatkan nilai-nilai tersebut di Pondok Modern Tazakka ”

2. METODE

2.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan field research karena penelitian ini langsung dilakukan di lapangan yaitu pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif yaitu data yang diperoleh berupa (kata-kata, gambar, perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik melainkan dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari sekedar angka atau frekuensi5.

Jika dilihat dari pendekatannya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan suatu keadaan secara mendalam dan intensif, sehingga menghasilkan data daskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati6.

2.2 Sumber Data

Scumber data penelitian ini adalah Pemimpin Pondok Modern Tazakka. Untuk obyek penelitian adalah upaya pemimpin pesantren dalam penguatan niai-nilai karakter guru di Pondok Modern Tazakka.

5 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 39.

(10)

6

2.3 Metode Analisis Data

Adapun metode yang dipakai dalam penelitian ini antara lain:

2.3.1 Wawancara (Interview)

Wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi yang dilakukan oleh setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam setting alamiah, dimana arah pembicaraan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan mengedepankan trust sebagai landasan utama dalam proses memahami 7 . Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancara memberikan jawaban atas pertanyaan itu8. Metode ini digunakan

untuk memperoleh informasi tentang upaya pemimpin pesantren dalam penguatan nilai-nilai karakter guru di Pondok Modern Tazakka.

2.3.2 Observasi

Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung objek penelitian untuk melihat dari dekat atau berkecimpung langsung dengan kegiatan yang sedang dilakukan9, yakni mengamati

secara langsung kondisi atau situasi yang sebenarnya terkait upaya pemimpin pesantren dalam penguatan nilai-nilai karakter guru di Pondok Modern Tazakka.

7 Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi Dan Focus Groups, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013). hlm. 31. 8 Lexy J, Moleong, Metodologi penelitian kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 186

(11)

7

2.3.3 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode penelitian untuk memperoleh data dokumen yang berupa catatan laporan kerja, notulen rapat, catatan kasus, transkip nilai, foto dan lain sebagainya10. Dokumen yang dimaksud adalah berkaitan dengan upaya pemimpin pesantren dalam penguatan nilai-nilai karakter guru di Pondok Modern Tazakka.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hamka Abdul Azizi mengungkapkan bahwa untuk menjadi guru profesional yang berkarakter, syaratnya harus memiliki empat kempetensi guru, yaitu kompetensi paedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional11. Disisi lain M. Furqon. H menerangkan

bahwa guru hendaknya memiliki karakter kedisiplinan, amanah, dan kesederhanaan. Menurut beliau beberapa indikator sikap guru yang mencerminkan kesederhanaan adalah: bersahaja, tidak mewah, dan tidak berlebihan12.

Dalam hal ini Pondok Modern Tazakka melalui pimpinannya juga menginginkan semua guru di pesantren tersebut berkarakter. Nilai-nilai karakter guru yang diharapkan oleh Pondok Modern Tazakka antara lain, amanah, keikhlasan, berwibawa, penampilan yang menarik, kesederhanaan, penegakan kedisiplinan dan mempunyai wawasan yang luas13. Pemimpin

pesantren berharap guru-guru di Pondok Modern Tazakka untuk selalu memperluas wawasannya agar tidak seperti kaset yang selalu diulang-ulang, dalam artian wawasannya harus terus berkembang.

10 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Yogyakarta, Gajah Mada University, 2007), hlm. 100. 11 Hamka Abdul Aziz, Karakter Guru, hlm. 232.

12 M. Furqon hidayatullah, pendidikan karakter, hlm. 28

(12)

8

Setelah melihat pandangan dari tokoh yang lain mengenai nilai-nilai karakter guru, pendapat pemimpin Pondok Modern Tazakka memiliki kesamaan pandangan bahwa semua guru di pondok moden ini diharapkan memiliki nilai-nilai karakter seperti amanah, keikhlasan, berwibawa, penampilan yang menarik, kesederhanaan, penegakan kedisiplinan dan mempunyai wawasan yang luas.

M. Furqon Hidayatullah menerangkan bahwa salah satu nilai karakter yang harus dimiliki guru adalah sifat amanah. Untuk menguatkan karakter amanah tersebut, upaya yang harus dilakukan tidak terlepas dari sifat jujur. Dapat dikatakan bahwa kejujuran merupakan pilar utama dalam mengemban sebuah amanah14.

Kemudian Mulyana A.Z mengemukakan seorang guru juga hendaknya berpenampilan menarik serta berwibawa, karakter wibawa ini dapat diperoleh diantaranya dengan meningkatkan kedisiplinan diri dan memperbaiki cara bertutur kata kepada peserta didik. Dengan demikian wibawa guru akan tampak di hadapan para siswa. Sedangkan berpenampilan menarik dapat diwujudkan dengan setiap guru harus selalu berbusana/berpakaian rapi, tidak usah berlebihan tapi bukan berarti berpakaian kedodoran dan sekenanya. Prinsipnya ketika mengajar, guru harus selalu berpakaian rapi15.

Dalam pandangan yang lain, lebih rinci pimpinan Pondok Modern Tazakka berpendapat bahwa untuk menguatkan nilai-nilai karakter tersebut, pimpinan Pondok Modern Tazakka memiliki beberapa upaya, diantaranya:

3.1 Untuk menguatkan karakter amanah dengan menempatkan para guru di

staf bagian-bagian, yang mana setiap bagian mempunyai peran penting di bidangnya masing-masing untuk menjalankan semua kegiatan yang ada di pesantren. Selain menempatkan di staf bagian-bagian, pemimpin pesantren juga menempatkan beberapa guru di beberapa amal usaha milik

14 M. Furqon hidayatullah, guru sejati,, hlm. 51.

(13)

9

pesantren. Setiap guru wajib melaporkan kepada pemimpin pesantren tentang perkembangan dan keuangan di mana para guru tersebut ditempatkan. hal ini sangat efektif dalam menguatkan karakter guru agar selalu amanah dan bertanggungjawab dalam menjalankan setiap tugas yang diberikan.

3.2 Untuk menguatkan karakter keikhlasan dengan memberikan pengarahan

bahwa semua guru bahkan pemimpin pesantren yang ada di Pondok Modern Tazakka tidak berorientasi pada materi karena pesantren merupakan ladang perjuangan”. Untuk kesejahteraan pemimpin pesantren dan para guru tidak sedikitpun diambil dari uang pembayaran SPP santri, akan tetapi kesejahteraan tersebut diambil dari hasil beberapa amal usaha milik pesantren. Dengan demikian semua guru yang ada di Pondok Modern Tazakka sangat menjunjung tinggi nilai keikhlasan dalam menjalankan setiap kewajiban di pesantren, bahkan para guru sampai mengatakan “haram hukumnya membicarakan gaji kalau untuk kepentingan pesantren” karena menurut mereka kata-kata tersebut sangat tidak layak untuk diucapkan.

3.3 Untuk menguatkan karakter kedisiplinan dengan mewajibkan guru untuk

(14)

10

3.4 Untuk menguatkan karakter kewibawaan dengan membentuk suatu

kelompok yang dinamakan majelis guru. Kelompok tersebut dipercayakan kepada guru-guru senior yang dianggap mampu mengayomi guru-guru yang lain. Adapun majelis guru terdiri dari delapan orang guru senior. Salah satu tugas majelis guru adalah mengamati perilaku guru yang kurang memperhatikan kewibawaannya di depan para santri khususnya dalam kegiatan belajar mengajar. Apabila ada guru yang kurang atau tidak memperhatikan kewibawaannya maka akan dipanggil dan diberikan nasehat serta masukan agar memperbaiki kekurangannya. Disamping itu pemimpin pesantren memberikan himbauan kepada para santri agar menghormati, patuh dan taat kepada semua guru, sehingga guru benar-benar merasa bahwa ia adalah sosok yang digugu dan ditiru dan enggan untuk memberikan contoh yang kurang baik kepada para santrinya.

3.5 Untuk menguatkan karakter wawasan yang luas dengan mengirim

delegasi dari jajaran guru untuk mengikuti seminar-seminar, menyediakan perpustakaan guru, menyediakan fasilitas internet yang memadahi agar guru mudah mengakses informasi-informasi terkini, menugaskan guru secara bergantian dalam kepanitiaan kegiatan diluar pesantren yang berkaitan dengan akademik, mengundang guru besar dari timur tengah untuk mengisi seminar di dalam pesantren.

3.6 Untuk menguatkan karakter kesederhanaan dengan memberikan contoh

(15)

11

3.7 Untuk menguatkan karakter penampilan yang menarik dengan

menetapkan standar pakaian bagi guru di Pondok Modern Tazakka adalah kemeja lengan panjang, celana bahan, berikat pinggang, dasi dan sepatu pantofel. Selain dari pakaian, rambut juga harus rapi dan tidak panjang. Dengan menetapkan standar dalam berpenampilan, para guru akan terbiasa untuk berpenampilan rapi dan menarik.

Setelah melihat dan membandingkan beberapa pandangan dari tokoh yang lain tentang upaya penguatan nilai-nilai karakter guru, baik oleh M. Furqon Hidayatullah, Mulyana A Z, dan pimpinan Pondok Modern Tazakka, ketiganya sama-sama memiliki upaya di dalam penguatan nilai-nilai karakter tersebut. Namun Selain upaya-upaya tersebut di atas, pemimpin Pondok Modern Tazakka juga memiliki strategi lain di dalam mengupayakan penguatan nilai-nilai karakter guru, strategi yang dimaksud adalah dengan menerapkan tiga model kepemimpinan yang dijalankan oleh pemimpin pesantren. Tiga model kepemimpinan yang diterapkan tersebut yaitu, kepemimpinan religio-paternalistic, kepemimpinan paternalistic-otoriter, kepemimpinan legal-formal.

(16)

12

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

setelah melakukan penelitian terhadap upaya pemimpin pesantren dalam penguatan nilai-nilai karakter guru di Pondok Modern Tazakka Bandar Kabubaten Batang tahun 2014-2016, maka dapat disimpulkan:

4.1.1 Menurut pemimpin Pondok Modern Tazakka nilai-nilai karakter

yang harus dimiliki oleh duru yaitu, amanah, keikhlasan, berwibawa, penampilan yang menarik, kesederhanaan, penegakan kedisiplinan dan mempunyai wawasan yang luas.

4.1.2 Pemimpin Pondok Modern Tazakka mengemukakan bahwa

selain upaya yang dilakukan dalam menguatkan nilai-nilai karakter guru, pemimpin Pondok Modern Tazakka juga memiliki strategi lain di dalam mengupayakan penguatan nilai-nilai karakter guru, strategi yang dimaksud adalah dengan menerapkan tiga model kepemimpinan yang dijalankan oleh pemimpin pesantren. Tiga model kepemimpinan yang diterapkan tersebut yaitu, kepemimpinan religio-paternalistic, kepemimpinan paternalistic-otoriter, kepemimpinan legal-formal.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi para pendidik, selaku aktor yang mempengaruhi proses

(17)

13

4.2.2 Bagi peserta didik, untuk tetap semangat menjaga dan

menjalankan ajaran Islam serta nilai-nilai luhur yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dengan senantiasa memegang teguh nilai-nilai karakter yang baik sehingga menjadi generasi penerus yang diharapkan oleh bangsa ini.

4.2.3 Setelah melakukan penelitian mengenai upaya pemimpin

pesantren dalam penguatan nilai-nilai karakter guru di Pondok Modern Tazakka, peneliti berpendapat bahwa selain mengupayakan penguatan nilai-nilai karakter guru, Pemimpin Pondok Modern Tazakka juga mengupayakan penanaman nilai-nilai karakter terhadap santri-santrinya. Maka, apabila peneliti lain ingin menjadikan Pimpinan Pondok Modern Tazakka sebagai subyek penelitian, sebaiknya dapat memfokuskan bahasannya pada penanaman karakter terhadap santrinya. Agar dapat menambah dan membuka khazanah keilmuan baru dari pemikiran beliau.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz, Hamka. Karakter Guru Profesional Melahirkan Murid Unggul Menjawab Tantangan Masa Depan, Jakarta: Al-Mawardi, 2012.

Arifin, Imron. Kepemimpinan Kyai: Kasus Pondok Pesantren Tebuireng, Malang: Kalimasahada Press, 1993.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian, Yogyakarta, Gajah Mada University, 2007.

A.Z Mulyana. Rahasia Menjadi Guru Hebat Motivasi Diri Menjadi Guru Luar Biasa, Jakarta: Grasindo, 2010.

(18)

14

Daryanto. Standar Kompetensi Dan Penilaian Kinerja Guru Profesional, Yogyakarta: Gava Media, 2013.

El Widdah, Minnah. Kepemimpinan berbasis Nilai Dan Pengembangan Mutu Madrasah, Bandung: Alfabeta, 2012.

Faiqoh. Nyai Agen Perubahan Di Pesantren, Jakarta: Kucica, 2003.

Gunawan, Herri. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, Bandung: Alfabeta, 2012.

Hambali,Adang. Pendidikan Karakter Berbasis Al Qur’an, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008.

Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: Salemba Humanika, 2010.

Herdiansyah, Haris. Wawancara, Observasi Dan Focus Groups, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.

Hidayatullah, M. Furqon. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa, Surakarta: Yuma pustaka, 2010.

Hidayatullah, M. Furqon. guru sejati; membangun insan berkarakter kuat dan cerdas, Surakarta: Yuma Pustaka, 2010.

Kesuma, Dharma. Pendidikan Karakter Kajian Teori Dan Praktik Di Sekolah, Bandung, Rosdakarya, 2011.

Majid, Abdul. Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.

Maksudin. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.

(19)

15

Marfu‟ah, Siti. peran pimpinan pesantren dalam meningkatkan mutu pendidikan di pondok pesantren modern Imam Syuhodo Polokarto Sukoharjo tahun 2010-2011, Surakarta: IAIN, 2012.

Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2011.

Moleong, Lexy J. Metodologi penelitian kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi GuruMelalui Pelatihan Dan Sumber Belajar Teori Dan Praktik, Jakarta: Kencana, 2011.

Mustari, Mohammad. Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan, Jakarta: Grafindo Persada, 2014.

Naim, Ngainun. menjadi guru inspiratif, Yogyakarta: pustaka pelajar, 2009. Putra, Nusa. Penelitian Kualitatif Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2012. Qur‟an Tajwid, Maghfirah Pustaka: 2006, hlm. 150.

Rejeki, Nuraini Fajar. Usaha Pondok Pesantren Dalam mengantisipasi Kenakalan Remaja (Studi kasus pada pondok pesantren Al-muayyad Windan Makamhaji Kartasura), Surakarta: IAIN, 2012.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.

Sunarto, Achmad. Himpunan Hadist Bukhori, Jakarta: An Nur Preess, 2005. Soetopo, Hendiyat dan Wasty Soemanto. Kepemimpinan Dan Supervisi Pendidikan, Bina Aksara, 1984.

Referensi

Dokumen terkait

data analytics perlu ditindaklanjuti, perlu dibuat keputusan dari manajemen agar kemampuan perusahaan dalam menyesuaikan perubahan lingkungan industri dapat tetap efektif

Ltd., (MP), diselenggarakan dalam mata uang Rupiah. Transaksi-transaksi selama tahun berjalan dalam mata uang asing dicatat dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya

Maka pengaruh total yang diberikan kualitas pelayanan terhadap niat pembelian kembali adalah pengaruh langsung ditambah pengaruh tidak langsung yaitu 0,303

Sedangkan di dalam skripsi yang akan peneliti bahas adalah upaya preventif Hoax melalui teori double movement dan persamaan skripsi peneliti dengan skripsi Salwa Sofia

1 Keserasian jiwa Terhindar dari 1,3,39, 2 5.. Proses penimbangan dilakukan oleh dua dosen ahli dari Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Penilaian pada

Kontrol kestabilan menggunakan hasil pembacaan sensor IMU yang kemudian dilakukan penggabungan data sensor dengan mengimplementasikan algoritma fusion sensor Kalman Filter

Pentingnya lokalitas dalam memahami Islam didasarkan pada pertimbangan bahwa tingkat penerimaan masyarakat terhadap datangnya Islam di Jawa tidak hanya bergantung pada rentang

Oleh karena itu rencana selanjutnya adalah memberikan pemahaman dan pembelajaran melalui sosialisasi terhadap Undang-Undang No.38 tahun 2014, dengan tujuan