IPAYA MEMAHAMI KONSEP SIFAT DAN KEGUNAAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES
PADA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR
( Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Di Kabupaten Buton )
T E S I S
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan IPAO L E H
A N W A R 9696075/XXVIII-20
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
LEMBAR PERSETUJUAN
DISETUJUI DAN DISYAHKAN UNTUK U JLAN TAHAP II
PROF. DR. UTARI SUMARMO Pembimbing I
DR. ACHMAD MUNANDAR Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan IPA
ABSTRAK
Anwar, Pendekatan Keterampilan Proses Pada Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar Penelitian ini mengenai masalah penerapan pendekatan keterampilan proses dalam
pembelajaran untuk memahami konsep IPA secara baik. Permasalahanya berkaitan
dengan pembentukan sikap dan keterampilan siswa melalui percobaan yang dilakukan, kemampuan siswa membangun konsep sifat dan kegunaan air melalui rangkaian kegiatan
percobaan yang dilakukan.
Melalui penelitian ini akan diperoleh gambaran tentang sikap hati-hati, teliti,
terampil, dan kerja sama dalam melakukan setiap percobaan dan keterampilan mengamati, komunikasi, membandingkan, mengukur, mengklasifikasi, diskusi, bertanya, menyimpulkan sesuai dengan pokok bahasan yang dipelajari dan diperoleh gambaran
tentang pemahaman konsep siswa. Instrumen yang digunakan, yaitu Observasi,
wawancara dan tes prestasi. Observasi dilakukan untuk mengungkap sikap siswa melalui catatan lapangan dan mengungkap keterampilan siswa melalui LKS, tes prestasi
dilakukan untuk mengungkap pemahaman siswa melalui tes tertulis, wawancara
digunakan sebagai data pendukung tentang hasil kegiatan siswa dan tanggapan dari
berbagai pihak tentang pendekatan keterampilan proses.
Melalui observasi terungkap bahwa siswa dapat membentuk sikap dengan baik, yaitu dari kurang hati-hati menjadi cukup hati-hati, dari kurang teliti menjadi cukup teliti, dari kurang terampil menjadi cukup terampil, dari kerja sendiri-sendiri menjadi terbentuk kerja sama yang baik. Melalui observasi terungkap pula bahwa keterampilan mengamati siswa cukup baik, sebagian besar siswa memiliki keterampilan komunikasi (tulisan) yang cukup baik, keterampilan membandingkan, mengukur dan mengklasifikasi cukup baik, siswa dapat membentuk keterampilan diskusi dan bertanya dengan baik, yaitu menjadi terbiasa untuk melakukan diskusi dan mulai berani untuk mengajukan pertanyaan. Untuk hal-hal yang tidak konkrit, keterampilan menyimpulkan sukar dilakukan. Melalui tes prestasi terungkap bahwa konsep yang dibangun melalui percobaan tentang sifat permukaan air yang tenang selalu datar, air mempunyai berat, air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, air berubah wujud jika dipanaskan atau didinginkan,
air melarutkan berbagai zat dapat dipertahankan sedangkan konsep sifat air menempati ruang dan air menekan ke segala arah tidak dapat dipertahankan.
Implikasi dari penelitian ini ditujukan agar dalam pembelajaran IPA di sekolah
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMANJUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANT AR iv
UCAPAN TERIMA KASIH vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang 1
2. Identifikasi Masalah 9
3. Tujuan Penelitian 9
4. Manfaat penelitian 9
5. Definisi Operasional 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11
1. Proses Belajar Mengajar 11
2. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran IPA 14
3. Proses Belajar Mengajar IPA 15
4. Ketrampilan Proses Dalam Pembelajaran IPA 19
5. Cara Mengajar Dengan Ketrampilan Proses 23
6. Penelitian Terdahulu 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29
1. Obyek Penelitian 30
2. Subyek Penelitian 31
3. Instrumen Penelitian 32
3.1. Observasi 32
3.2. Wawancara 33
IX
4. Pengumpulan Data 34
5. Analisis Data 35
6. Kredibilitas Hasil Penelitian 36
6.1. Triangulasi 36
6.2. Kerahasiaan 36
BAB IV HASIL PENELITIAN 37
1. Temuan Dan Analisis Pengetahuan Awal Siswa Tentang Air 37
2. Temuan Dan Analisis Pengetahuan Siswa Tentang Permukaan
Air Yang Tenang Selalu Datar 39
3. Temuan Dan Analisis Pengetahuan Siswa Tentang Air Menempati
Ruang Dan Mempunyai Berat 45
4. Temuan Dan Analisis Pengetahuan Siswa Tentang Air Mengalir
Dari Tempat Yang Tinggi Ke Tempat Yang Rendah 50 5. Temuan Dan Analisis Pengetahuan Siswa Tentang Air Dapat
Berubah Wujud Jika Dipanaskan Atau Didinginkan 53
6. Temuan Dan Analisis Pengetahuan Siswa Tentang Air Menekan
Ke Segala Arah 57
7. Temuan Dan Analisis Pengetahuan Siswa Tentang Air Dapat
Melarutkan Berbagai Zat 60
8. Analisis Hasil Tes Formatif Pertama 62
9. Analisis Hasil Tes Formatif Kedua 64
10. Analisis Hasil Tes Formatif Ketiga 66
BAB V KESIMPULAN BAN SARAN 68
1. Kesimpulan 68
2. Saran-Saran 70
3. Implikasi 71
DAFTAR PUSTAKA 72
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil percobaan kegiatan I subpokok bahasan permukaan air
yang tenang selalu datar 76
Lampiran 2 Hasil percobaan kegiatan II subpokok bahasan permukaan air
yang tenang selalu datar 77
Lampiran 3 Hasil percobaan kegiatan I subpokok bahasan air menempati
ruang dan mempunyai berat 78
Lampiran 4 Hasil percobaan kegiatan II subpokok bahasan air menempati
ruang dan mempunyai berat 79
Lampiran 5 Hasil percobaan kegiatan I dan II subpokok bahasan air
mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah 81 Lampiran 6 Hasil percobaan kegiatan III subpokok bahasan air mengalir
dari tempat tinggi ke tempat yang rendah 82
Lampiran 7 Hasil percobaan kegiatan I subpokok bahasan air dapat berubah
wujud jika dipanaskan atau didinginkan 83
Lampiran 8 Hasil percobaan kegiatan II subpokok bahasan air dapat
berubah wujud jika dipanaskan atau didinginkan 84
Lampiran 9 Hasil percobaan subpokok bahasan air menekan ke segala arah. .85 Lampiran 10 Hasil percobaan subpokok bahasan air dapat melarutkan
berbagai zat 87
Lampiran 11 Hasil ulangan formatif I 89
Lampiran 12 Hasil ulangan formatif II 90
Lampiran 13 Hasil ulangan formatif III 91
Lampiran 14 Kisi-kisi soal 93
Lampiran 15 LKS subpokok bahasan permukaan air yang tenang selalu datar.. .96 Lampiran 16 LKS subpokok bahasan air menempati ruang dan mempunyai berat98 Lampiran 17 LKS subpokok bahasan air mengalir dari tempat tinggi ke temapt
rendah 100
Lampiran 18 LKS subpokok bahasan air menekan ke segala arah 102 Lampiran 19 LKS subpokok bahasan air dapat melarutkan berbagai zat 103 Lampiran 20 LKS subpokok bahasan air dapat berubah wujud jika dipanaskan
atau didinginkan 104
Lampiran 21 Daftar wawancara dengan siswa 106
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pengalaman kehidupan sehari-hari dapat membantu siswa dalam memahami suatu konsep yang dipelajari. Hal ini dapat pula menyebabkan perbedaan antar
individu (siswa). Perbedaan itu tampak antara lain pada kemampuan, emosi
maupun minat. Selain bahan dan kegiatan-kegiatan belajar kita perlu
memperhatikan aktivitas yang dilakukan oleh siswa, agar penyusunan kegiatan dan
bahan pelajaran, khususnya IPA tidak menimbulkan frustasi, menghilangkan minat
atau keberanian. Pada tingkat Pendidikan Dasar, keterampilan maupun
pengetahuan yang dipelajari harus bersifat praktis. Bahan pelajaran yang praktis itu
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga diharapkan dapat menarik
minat sekaligus dapat memotivasi belajar siswa.
Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan formal yang pertama dialami
siswa mempunyai tugas memberikan bekal kemampuan dasar pada anak didik.
Kemampuan dasar yang dimiliki diharapkan dapat membantu siswa memahami
fenomena-fenomena alam yang terjadi di sekitarnya sebagai suatu pengetahuan.
Kemampuan dasar itu dapat diterapkan dalam kehidupan di masyarakat maupun
sebagai bekal dalam melanjutkan pada pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini sesuai
dengan tujuan pendidikan dasar yang terdapat dalam PP No. 28 tahun 1990 Pasal
3, yaitu bahwa pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan
dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi,
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Hinduan (1990 . 2) yang mengemukakan bahwa :
... tugas sekolah dasar untuk membantu peserta didiknya untuk dapat menjadi lebih dewasa dan lebih mampu menghadapi hidupnya. Jadi tugas utama sekolah dasar adalah untuk menghantarkan peserta didiknya untuk mencapai (sesuai dengan tingkatannya) tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian titik berat tugas itu bukan pada menyiapkan peserta didik untuk
suatu pekerjaan tertentu.
Untuk itu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai bagian dari pendidikan
di sekolah dasar merupakan tahap awal dalam upaya formal untuk memberikan
bekal kemampuan ilmu pengetahuan alam kepada siswa.
Berdasarkan kurikulum Sekolah Dasar, salah satu tujuan yang ingin dicapai
dari pendidikan IPA adalah agar siswa : memiliki keterampilan proses untuk
mengembangkan pengetahuannya, gagasan tentang alam sekitar (Depdikbud, 1994
: 98). Bila kita perhatikan tujuan kurikulum IPA tersebut, di dalamnya terkandung
makna, bahwa pelajaran IPA berorientasi untuk meningkatkan keterampilan proses
yang dimiliki siswa untuk menambah pengetahuan dan gagasan tentang alam
sekitar yang berhubungan dengan IPA. Dengan demikian tujuan kurikulum IPA
tidak hanya berorientasi pada produk tetapi juga berorientasi pada proses.
Pengetahuan yang diperoleh diharapkan dapat membantu proses berpikir
atau mengembangkan pola pikir siswa dalam memecahkan masalah-masalah IPA
yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Namun kenyataan yang terjadi di
lapangan, sebagian besar guru dalam mengajar cenderung untuk memberikan
Tidak ada usaha dari guru untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh siswa, misalnya pengetahuan awal (pengalaman) dengan lingkungan alam dimana siswa
tinggal. Rustaman dan Widodo (1996 : 26) mengemukakan bahwa walaupun dalam
GBPP dengan jelas tercantum agar pembelajaran IPA lebih banyak menggunakan
metode pengamatan dan percobaan guna melatih keterampilan proses pada siswa,
kenyataan di lapangan sering berbeda. Menurut Beeth (1996:21), mereka tidak
mengajar dengan baik sebab mereka tidak mempunyai motivasi untuk mengajar dan
bahkan mereka tidak mengetahui bagaimana cara mengajarkan IPA dan mereka
hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang IPA.
Eddy M. Hidayat (1991 : 17) mengatakan bahwa anak-anak hendaknya
diberikan kesempatan untuk menjelajahi dan menyelidiki dunianya sendiri dengan
mempergunakan pendekatan langsung dengan bahan-bahan pengajaran yang telah
tersedia. Lebih lanjut dikatakan fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya ditujukan untuk memupuk pengertian, minat dan pengharapan terhadap dunia di
mana mereka hidup. Pendapat lain mengatakan dalam kegiatan belajar mengajar
IPA misalnya, guru tidak hanya memberikan sejumlah pengetahuan tentang IPA
kepada murid untuk dihafalkan, tetapi bagaimana pengetahuan itu dapat bertahan
lama dimiliki oleh murid dan dapat mempengaruhi proses berpikirnya dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi (Sardiman, 1988 : 49). Pernyataan di
atas memberikan gambaran bahwa proses belajar mengajar akan memberikan hasil
yang baik kalau pelajaran itu bersifat menantang dan merangsang daya^cipt^siswa
untuk menemukan hal-hal baru. Untuk itu selain memberikan pe
//
bertanya, melakukan percobaan sehingga dapat menemukan fakta-fakta dan konsep
sendiri. Berdasarkan pertimbangan itu dan dengan memperhatikan tuntutan dari
fungsi dan tujuan mata pelajaran IPA, diduga tepat untuk menggunakan
keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar IPA di Sekolah Dasar,
dimana pendekatan keterampilan proses dirancang dalam bentuk bahan pelajaran yang sifatnya merangsang kegiatan berpikir siswa.
Conny Semiawan dkk. (1992 : 14) mengatakan bahwa ada empat alasan
yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam
kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Pertama, perkembangan ilmu pengetahuan
berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi bagi guru mengajarkan
semua fakta dan konsep kepada siswa. Jika guru tetap mengajarkan semua fakta
dan konsep maka target yang diinginkan tidak akan tercapai, sehingga guru
cenderung untuk memilih jalan termudah untuk menyampaikan semua itu dengan
menggunakan metode ceramah. Guru merupakan satu-satunya sumber informasi
yang penting, tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
potensi yang mereka miliki. Hal ini mengakibatkan siswa memiliki banyak
pengetahuan tetapi tidak terlatih untuk mengembangkan pengetahuan mereka.
Alasan kedua, secara psikologis anak-anak dengan mudah memahami
konsep-konsep yang abstrak dan rumit jika diberi contoh-contoh yang konkrit,
wajar dan sesuai dengan kondisi yang dihadapi Perkembangan pikiran anak
mengajar. Jean Peaget (dalam Conny S., 1992 . 14) menyatakan : "... mengetahui
suatu obyek tak lain daripada memperlakukannya ".
Alasan ketiga, penemuan ilmu pengetahuan tidak mutlak benar,
penemuannya bersifat relatif. Semua konsep yang ditemukan melalui metode ilmiah
masih tetap terbuka untuk dipertanyakan, dipersoalkan dan diperbaiki. Jika sikap
keterbukaan demikian ditanamkan kepada diri anak, maka anak harus dilatih untuk
selalu bertanya, berpikir kritis dan mencari kemungkinan jawaban terhadap suatu
masalah.
Alasan keempat, dalam proses belajar mengajar seharusnya pengembangan
konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.
Sehingga menghasilkan pribadi yang selaras, serasi dan seimbang.
Keempat alasan di atas, mengindikasikan kepada kita bahwa dalam kegiatan
belajar mengajar ditekankan adanya suatu proses yang memberikan kesempatan
kepada anak didik untuk mengembangkan diri sesuai dengan tarafkemampuannya.
Seiring dengan upaya-upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan, keluhan tentang rendahnya mutu pendidikan tetap menjadi masalah
dari had ke hari. Fakry Gaffar (1989 : 33) mengatakan bahwa anak didik
ditemukan kurang berkualitas kemampuan berpikirnya dalam menghadapi masalah
sederhana dalam kehidupan sehari-hari atau rendah kemampuannya dalammemecahkan masalah. Karena itu sekolah merupakan lembaga pendidikan yang
mempunyai peranan yang sangat penting sebagai sumber pendidikan, kiranya
mengembangkan pengajarannya dalam mengaktifkan siswa melalui keterampilan
dalam pikirannya yang akhirnya akan berguna bagi kehidupannya. Bruner (dalam Trowbridge & Bybee 1990 : 20) menyatakan jika seseorang individu belajar dan
mengembangkan pikirannya maka sebenarnya ia telah menggunakan potensi
intelektualnya untuk berpikir. Bruner setuju bahwa melalui pendekatan
keterampilan proses IPA anak dapat didorong secara internal membentuk
intelektualnya secara benar.
Ketika pertama kali mengadakan wawancara dengan Kepala Sekolah
terungkap bahwa kendala yang ada dalam proses belajar mengajar adalah
kurangnya alat peraga IPA dan kualitas guru. Penyebabnya antara lain mereka
jarang mengikuti pelatihan IPA, serta materi kurikulum yang terlalu padat. Begitu
pula setelah diadakan wawancara dengan guru, diperoleh data bahwa mereka
kesulitan dalam mengembangkan pengajaran dengan menggunakan alat-alat
peraga. Penyebabnya selain alat peraga sangat kurang dan keterikatan dengan
waktu untuk menyelesaikan materi yang telah ditentukan, juga dikarenakan
pemahaman terhadap alat peraga yang ada sangat kurang dan adanya kekwatiran
alat itu akan rusak. Keadaan tersebut menyulitkan mereka ketika menggunakan alat
itu dalam pelajaran. Dalam wawancara itu terungkap pula bahwa mereka belum
pernah mengikuti penataran-penataran tentang penggunaan alat-alat peraga IPA,
sehingga mereka kurang bisa mengembangkan wawasannya untuk membuat alat
memang sangat kurang, tidak menyangkut keseluruhan materi yang ada dalam
GBPP serta mereka belum mengetahui nama alat-alat tersebut. Jadi tampaknya
mereka belum pernah menggunakan alat itu dalam proses belajar mengajar.
Ketika diadakan pengamatan (observasi) terhadap guru yang mengajar
selama pelaksanaan belajar mengajar semua berpusat pada guru {teacher centered),
walaupun guru menggunakan alat dalam pembelajarannya, ternyata masih kurang efektif karena tidak melibatkan siswa serta tidak menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Anak hanya menerima secara verbal apa yang dikemukakan guru.
Begitu pula jika guru memberikan pertanyaan kepada siswa kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpikir karena guru terlalu cepat mengambil alih
dengan mengemukakan jawabannya, sehingga menimbulkan kesan bahwa
pembelajaran itu tidak menampakkan keaktifan murid.
sangat dibutuhkan terutama siswa kelas IV SD masih usia operasional konkrit, karena pelajaran yang dikembangkan dengan percobaan akan sangat membantu siswa dalam membentuk konsep yang baik dan ilmiah.
Salah satu topik bahasan dalam pelajaran IPA di Sekolah Dasar adalah air.
Air mempunyai sifat-sifat tertentu dan banyak kegunaannya. Dalam kehidupan
sehari-hari air sering dijumpai dan digunakan oleh siswa, misalnya air digunakan
untuk mandi, mencuci dan minum, tanpa mereka mengetahui atau berpikir bahwa
air memiliki karakteristik atau ciri-ciri tertentu dan selain banyak manfaatnya
terhadap manusia, air juga dapat mendatangkan malapetaka kepada manusia.
Mengingat begitu banyak manfaat air terhadap kehidupan masyarakat,
maka perlu adanya peningkatan pemahaman tentang sifat dan kegunaan air kepada
para siswa melalui proses belajar di sekolah, terutama siswa Sekolah Dasar.
Penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA pada topik air
merupakan upaya membantu siswa memahami sifat dan kegunaan air.
Permasalahan yang muncul adalah bagaimana keterampilan proses siswa yang ada dalam memahami konsep sifat dan kegunaan air ? Untuk itu perlu adanya suatu
penelitian tentang penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran
IPA pada siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Buton. Penelitian ini lebih
mengkhususkan diri dalam melihat keterampilan siswa pada beberapa komponen keterampilan proses yaitu mengamati, berkomunikasi, membandingkan,
2. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahannya
adalah bagaimana meningkatkan pemahaman tentang konsep sifat dan kegunaan air
melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses ?
Permasalahan tersebut di atas dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana keterampilan dan sikap siswa pada topik bahasan tentang sifat dan
kegunaan air dalam kegiatan belajar IPA dengan pendekatan keterampilan
proses di Sekolah Dasar ?
2. Bagaimana pemahaman siswa tentang konsep sifat dan kegunaan air dengan
pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan belajar IPA di Sekolah Dasar ?
3. Tujuan Penelitian
Sesuai permasalahan di atas tujuan penelitian ini yaitu :
1. Menelaah keterampilan dan sikap siswa Sekolah Dasar, melalui pembelajaran dengan keterampilan proses.
2. Menelaah pemahaman IPA siswa Sekolah Dasar setelah pembelajaran dengan
keterampilan proses.
4. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan tersebut di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat untuk :
1. Guru IPA di Sekolah Dasar umumnya, guru IPA kelas IV khususnya dalam
2. Siswa dalam meningkatkan motivasi belajar sehingga tercapai prestasi belajar
yang baik di bidang IPA topik bahasan sifat dan kegunaan air, membantu meningkatkan pemahamannya tentang alam sekitar, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.5. Definisi Operasional
1. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar adalah kegiatan belajar mengajar yang
berlangsung pada kelas III sampai kelas VI sesuai GBPP IPA SD Dimana
siswa dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran baik fisik, mental dan
emosionalnya.
2. Proses IPA adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan langkah dan cara
kerja tertentu dalam usaha memperoleh produk IPA
3. Konsep sifat dan kegunaan air dalam penelitian ini adalah pokok bahasan yang
terdapat dalam GBPP IPA SD 1994 pada kelas IV catur wulan satu
4. Memahami konsep adalah kemampuan menangkap makna suatu konsep, yang
ditandai antara lain dengan kemampuan menjelaskan arti suatu konsep dengan
kata-kata sendiri.
5. Keterampilan proses IPA yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan
rangkaian kegiatan dan sikap siswa dalam mengembangkan pengetahuannya*
sehingga dapat membentuk konsep yang baik dan ilmiah secara sederhana
sesuai taraf perkembangan (usia SD) tentang sifat-sifat air.
6. Sikap didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untuk melakukan suatu
BAB i n
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif untuk melihat
keterampilan, sikap dan pemahaman konsep siswa tentang konsep sifat dan
kegunaan air dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dalam
pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Desain penelitian digambarkan sebagai
berikut:
Harapan J
| Latar Belakang ]
Masalah
Keterampilan, sikap, konsep
Kenyataan
1 Obyek / Subyek 1
i Percobaan
• Permukaan air yang tenang selalu datar • Air menempati ruang dan mempunyai berat
• Air mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah • Air berubah wujudjika dipanaskan/didinginkan
• Air menekan ke segala arah
• Air dapat melarutkan berbagai zat *
Observasi Siswa Analisis Temuan
I
Cek ulangI
Temuan WawancaraSiswa dan Guru
30
Penelitian dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dalam
proses belajar mengajar IPA tentang topik air ini akan dilakukan dalam bentuk
eksperimen dan tes prestasi. Observasi dilakukan terhadap subyek (sampel) untuk melihat keterampilan dan sikap siswa selama melakukan percobaan dalam memahami konsep tentang sifat-sifat air. Hasil yang diperoleh dari percobaan itu akan dianalisis. Temuan tersebut sebelum disimpulkan akan dicek ulang melalui wawancara (sebagai data pendukung). Hasil wawancara dengan guru dan kepala sekolah merupakan data pendukung yang lain tentang pendekatan keterampilan
proses dalam proses belajar mengajar. Tes prestasi dilakukan untuk melihat
pemahaman siswa tentang konsep sifat-sifat air, yang dilakukan sebanyak tiga tahap. Hasil tes prestasi setelah dianalisis lalu disimpulkan. Analisis terhadap hasil tes prestasi akan dipadukan dengan analisis temuan dari hasil percobaan untuk
menguatkan kesimpulan yang diperoleh.
1. Obyek Penelitian
Latar situasi sosial penelitian menunjuk pada pengertian "lokasi situasi
sosial" yang dicirikan oleh adanya tiga unsur, yaitu tempat, pelaku dan kegiatan (Nasution, 1992 : 43). Sesuai dengan pendapat tersebut, yang dimaksud tempat adalah lokasi berlangsungnya pembelajaran, yaitu SD Negeri 2 Lamangga di Kotif Bau-Bau Sulawesi Tenggara. Unsur pelakunya adalah peneliti dibantu guru dan
siswa kelas IV sedangkan unsur kegiatan adalah proses pembelajaran yang
31
Rasional pengambilan satu lokasi (kelas/sekolah) antara lain pertama,
karakteristik penelitian kelas bersifat situasional. Kedua, situasi kelas bersifat
penyatuan konteks fisik, mental (sikap) dan kognitif tentang hubungan siswa, guru
dan bahan belajar dengan segala keunikan masing-masing. Ketiga, lokasi berada di
sekitar tempat tinggal peneliti.
2. Subyek Penelitian
Berdasarkan ancangan kualitatif penelitian ini, yang dijadikan subyek penelitian adalah hal, peristiwa, manusia dan situasi yang diobservasi, Hopkins,
1985; 1993, Nasution 1992; Elliott 1991; Madya 1994 (dalam Pusung, 1997 : 34).
Pemilihan dan penentuan subyek penelitian dilakukan secara purposive, yakni yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Sampel ditetapkan secara acak dari masing-masing kelompok kategori prestasi siswa pada masing-masing-masing-masing kelas, agar semua kelompok kategori prestasi siswa dapat terwakili sehingga sampel dianggap cukup
representatif.
Penelitian ini dilakukan terhadap 10 orang siswa yang terdiri dari siswa
dengan prestasi belajar tinggi, sedang dan rendah dalam bidang studi IPA. Prestasi belajar siswa diambil dari nilai kelas III untuk bidang studi IPA. Adapun ke 10
32
Asal Sekolah Kode Siswa Nilai
SD X
EY 6
SS 7
SY 7.3
RZ 7.3
RH 8
HR 7
RM 7
YN 7.3
ET 6
SH 7.3
3. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan tes hasil prestasi.
3.1. Observasi
Observasi dilakukan dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS)
untuk mengungkap keterampilan dan sikap siswa selama kegiatan belajar
berlangsung. Observasi dilakukan adalah untuk melihat langsung kegiatan belajar
siswa dilapangan, untuk mencatat dan mengamati perilaku dan kejadian di kelas
pada saat proses belajar mengajar EPA dengan topik air berlangsung. Kegiatan yang dilakukan siswa akan dinilai selama proses belajar mengajar berlangsung. Penilaian
dilakukan terhadap aspek sikap dan kegiatan yang sesuai dengan komponen
keterampilan yang telah ditentukan pada masing-masing sub pokok bahasan.
Yersild dan Meigs ( dalam Purwanto N., 1990 ) membagi situasi yang
dapat diselidiki melalui observasi langsung atas tiga macam yaitu (1) situasi bebas,
33
dan situasi yang dibuat. Penelitian ini menggunakan bentuk observasi situasi yang
dibuat. Observasi dengan situasi yang dibuat dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan
belajar yang bersifat keterampilan. Dengan observasi situasi yang dibuat maka
unit-unit tingkah laku yang diamati dirumuskan atau ditentukan lebih dulu dan
catatan-catatan yang dibuat hanyalah mengenai aspek-aspek atau kegiatan-kegiatan
yang telah ditentukan.
3.2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendukung data yang diperoleh melalui observasi. Wawancara dilakukan setelah didapat jawaban siswa yang salah atau jawaban yang tidak relevan antara pertanyaan dengan alasan yang diberikan untuk
setiap percobaan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui apakah jawaban itu
terjadi karena siswa tidak memahami pertanyaan LKS atau siswa tidak memahami
konsep apa yang sedang dikembangkan. Wawancara dilakukan juga terhadap siswa
yang memberikan jawaban yang sangat tepat. Wawancara dilakukan selain seperti
yang diuraikan di atas, wawancara dilakukan pula untuk mengetahui tanggapan
siswa terhadap penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran
IPA pada topik air. Pelaksanaan wawancara ditentukan sesuai dengan kesepakatan
antara siswa maupun guru dengan peneliti. Bogdan R.C. dan Biklen S.K. (1982
alih bahasa Munandir 1990) mengatakan bahwa keberhasilan studi observasi atau
bentuk-bentuk keberhasilan penelitian kualitatif lainnya adalah mengandalkan
34
3.3. Tes Prestasi
Tes prestasi dilakukan dengan menggunakan bentuk tes tertulis. Tes ini dilakukan untuk mengungkap pemahaman siswa tentang konsep sifat dan kegunaan
air setelah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses.
Kesahihan tes yang digunakan merujuk pada kesahihan konten yang sering
digunakan dalam mengevaluasi tes hasil belajar. Tujuan pokoknya adalah untuk
mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajari setelah mengalami proses belajar mengajar. Untuk itu butir soal yang digunakan disesuaikan dengan
kisi-kisi soal pada masing-masing sub pokok bahasan yang tercantum dalam GBPP
IPA SD, buku penunjang IPA, selanjutnya secara bersama-sama dibahas dengan guru untuk menentukan butir soal yang digunakan dalam tes formatif. Tes prestasi
ini dilakukan sebanyak tiga tahap.
4. Pengumpulan Data
Percobaan untuk memahami konsep tentang sifat permukaan air yang tenang selalu datar dilaksanakan sebanyak dua kegiatan, setiap kegiatan dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Percobaan untuk memahami konsep tentang sifat air menempati ruang dan mempunyai berat dilaksanakan sebanyak dua
kegiatan, setiap kegiatan dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Setelah selesai
melakukan percobaan di atas, lalu diadakan tes untuk melihat pemahaman konsep
siswa tentang kedua topik tersebut.
35
ini dibagi dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama melakukan kegiatan I dan
II sedangkan pertemuan berikutnya melakukan kegiatan III. Percobaan untuk memahami konsep sifat air dapat berubah wujud jika dipanaskan atau didinginkan
dilaksanakan sebanyak dua kegiatan, setiap kegiatan dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan. Setelah selesai melakukan percobaan tersebut, lalu diadakan tes untuk
melihat pemahaman konsep siswa tentang kedua topik itu.
Percobaan untuk memahami konsep tentang sifat air menekan ke segala arah dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Percobaan untuk memahami konsep
tentang sifat air dapat melarutkan berbagai zat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan. Setelah selesai melakukan percobaan di atas, lalu diadakan tes untuk melihat pemahaman konsep siswa tentang kedua topik tersebut.
Setiap percobaan dilaksanakan dengan menggunakan lembar kerja siswa (LKS), sehingga setiap kegiatan dilakukan sesuai petunjuk dalam LKS. Jadwal pelaksanaan kegiatan, yaitu banyaknya pertemuan, waktu pertemuan dan jumlah jam setiap kali pertemuan disesuaikan dengan roster yang ada. Perubahan jadwal pelaksanaan (banyaknya pertemuan dan waktu pertemuan) sesuai dengan kesepakatan pihak sekolah (guru), tetapi masih dalam catur wulan I tahun ajaran
1998/1999.
5. Analisis Data
Selama penelitian berlangsung proses analisis juga terus dilakukan, sampai
ditemukan data sebanyak mungkin mengenai keterampilan proses siswa selama
36
dikelompokan, kemudian dicari hubungan satu dengan lainnya. Setelah mendapat
hubungan-hubungan maka peneliti mengelompokan mengikuti permasalahan yang
dirumuskan dalam penelitian, kemudian dituangkan dalam bentuk pembahasan.
6. Kredibilitas Hasil Penelitian
Untuk mempertahankan kebenaran informasi atau data yang diperoleh
selama penelitian kualitatif ini berlangsung, ada beberapa kegiatan yang dilakukan.
Kegiatan-kegiatan itu sebagai berikut:
6.1. Triangulasi
Untuk menguji kebenaran informasi atau data dari penelitian kualitatif ini
dilakukan triangulasi, yaitu usaha peneliti untuk memperoleh informasi dari
berbagai sumber. Informasi tersebut diperoleh melalui wawancara terhadap guru,
Kepala Sekolah dan siswa.
6.2. Kerahasiaan
Kerahasiaan dari subyek dijaga dengan cara mengganti nama subyek
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, pada bagian berikut dikemukakan
kesimpulan, saran serta implikasi.
1. Kesimpulan
Pertama, dalam percobaan tentang sifat permukaan air yang tenang selalu datar,
siswa bersikap kurang hati-hati, kurang teliti, kurang terampil dalam bekerja dan
kurang bekerja sama. Keterampilan mengamati, komunikasi (tulisan),
membandingkan cukup baik, tetapi keterampilan diskusi dan kerja sama masih
kurang. Berhubungan hal-hal yang sederhana dan konkrit, keterampilan dalam
menarik kesimpulan bisa dilatihkan pada siswa. Berdasarkan kegiatan percobaan
dilakukan konsep yang dibangun siswa kurang baik.
Kedua, dalam percobaan tentang sifat air menempati ruang dan mempunyai berat,
siswa bersikap kurang hati-hati, kurang teliti dalam bekerja, tetapi kerja sama mulai
tampak. Percobaan tentang sifat air menempati ruang keterampilan mengamati dan
bertanya siswa tampak kurang baik, tetapi sebaliknya dengan pengamatan terhadap
percobaan tentang air mempunyai berat. Keterampilan komunikasi dan mengukur
dinilai cukup baik, kerja sama mulai tampak. Untuk konsep yang sulit dikonkritkan
tampaknya keterampilan menyimpulkan tetap sukar dilakukan. Konsep yang
dibangun siswa tentang sifat air menempati ruang kurang baik. Siswa cukup baik
membangun konsep tentang air mempunyai berat
Ketiga, dalam percobaan tentang sifat air mengalir dari tempat tinggi ke tempat
rendah, siswa bersikap teliti, hati-hati, kerja sama dan mulai terampil bekerja
69
Keterampilan mengamati, komunikasi dinilai cukup baik dan keterampilan bertanya
mulai tampak. Konsep yang dibangun siswa cukup baik.
Keempat, dalam percobaan tentang sifat air berubah wujud jika dipanaskan atau
didinginkan, sikap teliti dan hati-hati sudah baik. Keterampilan mengamati, diskusi, komunikasi dan bertanya cukup baik. Keterampilan menyimpulkan pada sifat air berubah wujud jika dipanaskan cukup baik dan sebaliknya pada sifat air berubah
wujud jika didinginkan. Konsep yang dibangun siswa tentang sifat air berubah wujud
jika dipanaskan cukup baik dan sebaliknya tentang sifat air berubah wujud jika
didinginkan.
Kelima, dalam percobaan tentang sifat air menekan ke segala arah, sikap teliti,
hati-hati dan kerja sama sudah baik. Siswa tampak terampil dalam bekerja. Keterampilan
mengamati, komunikasi, diskusi dan bertanya sudah baik. Konsep yang dibangun
siswa cukup baik.Keenam, dalam percobaan tentang sifat air melarutkan berbagai zat, sikap teliti,
hati-hati, terampil sudah baik. Keterampilan mengamati, komunikasi, bertanya dan diskusi
dilakukan cukup baik. Konsep yang dibangun siswa cukup baik dan cukup baik
membangun konsep tentang larutan jenuh.
Ketujuh, Sesuai analisis tes formatif pertama, hanya siswa HR, RH, YN yang mampu
mempertahankan konsep sifat permukaan air yang tenang selalu datar yang dibangun
melalui kegiatan percobaan. Siswa lainnya hanya mampu memberikan contoh benda
yang menggunakan konsep tersebut. Sesuai analisis tes ini , siswa dapat mempertahankan konsep sifat air mempunyai berat tetapi tidak bisa mempertahankan
70
Kedelapan, berdasarkan analisis tes formatif kedua, siswa SY, ES, YN dapat
mempertahankan konsep sifat air mengalir dari atas ke bawah sedangkan siswa HR
tidak dapat mempertahankan konsep tersebut tetapi HR dapat mempertahankan
konsep air dapat dialirkan dari bawah ke atas. Siswa ES, RZ sama sekali tidak bisa
mempertahankan konsep tersebut. Sesuai analisis tes formatif ini siswa ES, SH, EY tidak dapat mempertahankan konsep perubahan wujud air tetapi dapat memberikan
contoh benda yang menggunakan konsep tersebut.
Kesemhilan, berdasarkan analisis tes formatif ketiga, Siswa RH, RM dinilai dapat
mempertahankan konsep sifat air menekan ke segala arah sedangkan siswa yang lain
tidak dapat memberikan alasan sehingga pancaran air berbentuk seperti itu. Sesuaiformatif ini, siswa dapat mempertahankan konsep sifat air melarutkan berbagai zat.
Kesepuluh, pengetahuan awal siswa tentang konsep air masih sangat terbatas pada
kegunaan air saja sesuai pengalaman mereka masing-masing.
2. Saran-Saran
Berdasarkan temuan dan kenyataan yang diperoleh dari penelitian ini,
dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
Pertama, agar dalam merencanakan pengajaran guru tidak hanya terpaku dengan
bahan yang ada dalam buku paket, tetapi bisa memanfaatkan fenomena alam di sekitarnya atau aktivitas siswa sebagai bahan belajar.
Kedua, dalam melakukan percobaan bahan yang digunakan sangat perlu diupayakan
dari bahan yang sederhana dan dipahami siswa (dikenal atau sebagai alat permainan
mereka sehari-hari) dan diharapkan guru menggunakan lembar kerja siswa dalam
71
Ketiga, bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini diharapkan memperbaiki
atau mengganti alat percobaan tentang subpokok bahasan air menekan ke segala arah agar dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa tentang tekanan
Keempat, penelitian ini perlu ditindak lanjuti terhadap pokok bahasan yang lain atau
pada tingkatan kelas yang lain, serta faktor-faktor yang terabaikan diharapkan dapat
diidentifikasi kendala-kendala apa saja yang menjadi hambatan guru.3. Implikasi
Pertama, Guru harus menciptakan cara belajar yang lebih bervariasi, sehingga
informasi tidak semuanya bersumber dari guru. Agar anak belajar lebih aktif, guru dapat melakukan berbagai cara, seperti pemberian tugas, mengadakan pengamatan
kepada lingkungan di sekitar sekolah atau tempat tinggal mereka. Hal ini dapat
dilakukan siswa di luar jam pelajaran, sehingga kelas bukan hanya dijadikan sebagai
tempat siswa untuk mendengar informasi yang disampaikan guru, tetapi juga menjadi
tempat siswa mengembangkan konsep IPA yang dimiliki.
Kedua, Keterbatasan guru dalam mengembangkan keterampilan proses IPA dapat
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi A & Rohani A. (1991). Bimhingan dan Konseling Di Sekolah PT
Rineka Cipta, JakartaBerg E. (1990). Miskonsepsi Fisika Dalam Remidiasi. UKSW, Solo
Bess, G.H. (1991). Science With Young Children, Revised Edition. NAEYC
Washington, USA
Bogdan
R.C. dan Biklen
S.K. (1982). Riset Kualitatif Untuk Pendidikan ;
PengantarKe Teori dan Metode. PAU-PPAI, JakartaChalmers A.F. (1982). What is This Thing Called Science ? Open University.
Milton Keynes
Carin, Arthur
A. and Sund, Robert
B. (1989). Teaching Science Through
Discovery, Sixth Edition. Merrill Publishing Company. Colombus Toronto
London Melbourne
Cohen, L. & Manion, L. (1980). Research Methods in Education. London
Canberra : Croom Helm
Dahar, R.W (1985). Kesiapan Guru Mengajarkan Sains Di Sekolah Dasar Ditinjau Dari Segi Pengemhangan Ketrampilan Proses Sains. Disertasi.
Tidak Diterbitkan. IKIP Bandung
Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Erlangga, Jakarta
Driver, Rosalind (1988). Changing Conceptions. Centre For Studies In Science And Mathematics Education. University of Leeds
Elliott, John (1991). Action Research For Education Change. Open University
Press. Milton Keynes, Philadelpia
Fischer, HE. & Aufschnafter, S.V. (1993). Development of Meaning During
Physics Instruction : Case Studies in VieM> of The Paradigm of
Constructivism. Journal of Research in Science Teaching. New York : John
Wiley & Sons, Inc 77 (2) 153-168
Gorodetsky M dan Keiny S. (1996). Conceptual Change and Environmental
Cognition. International Journal of Science Education, 17 (2), 207-217
73
Hadi S. (1989). Metodologi Research. Jilid 2 & 4 Andi Offset, Yogyakarta
Hamalik,
Oemar
(1991).
Pendekatan
Bam
Strategi
Belajar Mengajar
Berdasarkan CBSA. Sinar Baru, Bandung
Hewson P.W. et al (1995). Determening The Conceptions Of Teaching Science
Held By ExperincedHigh School Science Teachers. Journal Of Research In Science Teaching, Vol. 32 No. 5 Pp 503520. University of Wisconsin-Madison, Wisconsin Center for Education Research.
Hidayat E. (1997). Keterampilan Proses Dalam Pemhelajaran IPA Di Sekolah Dasar dan Sekolah Tanjutan Tingkat Pertama (Studi Kualitatif Reinterpretasi Keterampilan Proses Dinjau Dari Prespektif Guru IPA).
Laporan Penelitian. FPMIPA IKIP Bandung
Hinduan, Achmad A. (1990). Mata Pelajaran IPA Untuk Sekolah Dasar. Makalah PCP Dosen PGSD. P2TK. Dirjendikti
Husen T (1988). Masyarakat Belajar. Rajawali Press, Jakarta
( 1997). Pemherdayaan Sistem Pendidikan Dasar. Jurnal Penelitian.
Lembaga Penelitian IKIP Bandung
(1993). Kurikulum Pendidikan Dasar. GBPP SD Depdikbud,
Jakarta
Kurnia Ningsih (1996). Pengemhangan Konsepsi Siswa Dalam Pemhelajaran IPA
TopikMakhlukHidup. Tesis PPS IKIP Bandung.Masidjo I. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah.
Kanisius, Yogyakarta
Nasution S. (1992). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito, Bandung
Purwanto
M.N. (1984). Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Pusung S. (1997). Upaya Meningkatkan Pemahaman Tentang Tekanan Udara
Melalui Siklus Belajar Dengan Menggunakan Alat IPA Sederhana. TesisPPS IKIP Bandung, Bandung
Ramsey, John (1993). Developing Conceptual Storylines With The Teaming
Cycle. Journal Of Elementary Science Education. Vol. 5. No. 2 Pp 1-20
74
Rusyan AT. dkk. (1989). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. PT
Remaja Rosdakarya, BandungRustaman
N. (1998). Keterampilan Proses Dalam Pemhelajaran Biologi Di
Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan. Bahan
Penataran Guru-Guru Sekolah Menengah Kejuruan Seluruh Indonesia.Makalah. IKIP Bandung
Rustaman N. & Rustaman A. (1996). Penilaian Keterampilan Proses IPA Di
Sekolah Dasar. Depdikbud. Direktorat Pendidikan Dasar, JakartaRustaman N. & Widodo A. (1996). Keterpaduan Kurikulum Dan Pemhelajaran
Dalam Menyiapkan Guru IPA Sekolah Dasar : "Trend" Dan Alternatif
Khazanah Pengajaran IPA Vol. I No 3 . IMAPIPA PPS IKIP Bandung.
Semiawan Conny, dkk (1992). Pendekatan Keterampilan Proses. PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta(1995). Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 2 Th. 1989) dan
Peraturan Pelaksanaanya. Sinar Grafika, Jakarta
Silaban S. dkk. (1993). Pendidikan Indonesia. Dalam Pandangan Lima Belas
Tokoh Pendidikan Swasta. Dasamedia Utama, JakartaSinaga P. dkk (1996). Model Alat Peraga IPA Sederhana Untuk Memmjang
Pengajaran Melalui Ketrampilan Proses Di SD Dengan Memperhatikan
Tahap Perkembangan Anak. Laporan Penelitian Proyek Pendidikan Tenaga
Guru. Lemlit IKIP Bandung, Bandung
S.P Muchtar & Kasmuri (1994). Ilmu Pengetahuan Alam, Jilid 2a. Yudhistira,
Jakarta
Sudjana N. & Ibrahim (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru,
Bandung
Suriaty (1996). Keterampilan Proses IPA Siswa Dengan Menggunakan
Lingkungan Dalam Pemhelajaran IPA Di Sekolah Dasar. Tesis. PPS IKIP
Bandung.
Suryabrata S. (1983). Metodo/ogi Penelitian. PT Raja Grafindo, Jakarta
Sutarno N. (1987). Perbedaan Kemampuan Penguasaan Konsep-Konsep IPA
Antara Murid-Murid Kelas I Sekolah Dasar Yang Berasal Dari Taman
Kanak-Kanak Dan Yang Tidak Melalui Taman Kanak-Kanak. Tesis PPS75
Sutrisno
dkk.
(1996).
Tingkat
Keherhasilan
Penggunaan
Pendekatan
Keterampilan Proses Dalam Proses Belajar Mengajar IPA Di Sekolah
Dasar Kecamatan Pangandaran.
Laporan Penelitian. FPMIPA IKIP
Bandung.
Syafaruddin S. (1987). Presepsi Guru IPA Tentang Alat Peraga Dihubungkan
Dengan Tatar Profesionalnya. Tesis PPS IKIP Bandung.
Tabrani dkk. (1989). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. PT Remaja
Rosdakarya, Bandung
Zainsyah A.E. dkk. (1990). Model-Model Mengajar. Beberapa Alternatif Interaksi