• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MEMAHAMI KONSEP SIFAT DAN KEGUNAAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR : Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Di Kabupaten Buton.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MEMAHAMI KONSEP SIFAT DAN KEGUNAAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR : Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Di Kabupaten Buton."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

IPAYA MEMAHAMI KONSEP SIFAT DAN KEGUNAAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES

PADA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR

( Studi Kasus Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Di Kabupaten Buton )

T E S I S

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA

O L E H

A N W A R 9696075/XXVIII-20

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

DISETUJUI DAN DISYAHKAN UNTUK U JLAN TAHAP II

PROF. DR. UTARI SUMARMO Pembimbing I

DR. ACHMAD MUNANDAR Pembimbing II

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan IPA

(3)

ABSTRAK

Anwar, Pendekatan Keterampilan Proses Pada Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar Penelitian ini mengenai masalah penerapan pendekatan keterampilan proses dalam

pembelajaran untuk memahami konsep IPA secara baik. Permasalahanya berkaitan

dengan pembentukan sikap dan keterampilan siswa melalui percobaan yang dilakukan, kemampuan siswa membangun konsep sifat dan kegunaan air melalui rangkaian kegiatan

percobaan yang dilakukan.

Melalui penelitian ini akan diperoleh gambaran tentang sikap hati-hati, teliti,

terampil, dan kerja sama dalam melakukan setiap percobaan dan keterampilan mengamati, komunikasi, membandingkan, mengukur, mengklasifikasi, diskusi, bertanya, menyimpulkan sesuai dengan pokok bahasan yang dipelajari dan diperoleh gambaran

tentang pemahaman konsep siswa. Instrumen yang digunakan, yaitu Observasi,

wawancara dan tes prestasi. Observasi dilakukan untuk mengungkap sikap siswa melalui catatan lapangan dan mengungkap keterampilan siswa melalui LKS, tes prestasi

dilakukan untuk mengungkap pemahaman siswa melalui tes tertulis, wawancara

digunakan sebagai data pendukung tentang hasil kegiatan siswa dan tanggapan dari

berbagai pihak tentang pendekatan keterampilan proses.

Melalui observasi terungkap bahwa siswa dapat membentuk sikap dengan baik, yaitu dari kurang hati-hati menjadi cukup hati-hati, dari kurang teliti menjadi cukup teliti, dari kurang terampil menjadi cukup terampil, dari kerja sendiri-sendiri menjadi terbentuk kerja sama yang baik. Melalui observasi terungkap pula bahwa keterampilan mengamati siswa cukup baik, sebagian besar siswa memiliki keterampilan komunikasi (tulisan) yang cukup baik, keterampilan membandingkan, mengukur dan mengklasifikasi cukup baik, siswa dapat membentuk keterampilan diskusi dan bertanya dengan baik, yaitu menjadi terbiasa untuk melakukan diskusi dan mulai berani untuk mengajukan pertanyaan. Untuk hal-hal yang tidak konkrit, keterampilan menyimpulkan sukar dilakukan. Melalui tes prestasi terungkap bahwa konsep yang dibangun melalui percobaan tentang sifat permukaan air yang tenang selalu datar, air mempunyai berat, air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, air berubah wujud jika dipanaskan atau didinginkan,

air melarutkan berbagai zat dapat dipertahankan sedangkan konsep sifat air menempati ruang dan air menekan ke segala arah tidak dapat dipertahankan.

Implikasi dari penelitian ini ditujukan agar dalam pembelajaran IPA di sekolah

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMANJUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

ABSTRAK iii

KATA PENGANT AR iv

UCAPAN TERIMA KASIH vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN 1

1. Latar Belakang 1

2. Identifikasi Masalah 9

3. Tujuan Penelitian 9

4. Manfaat penelitian 9

5. Definisi Operasional 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11

1. Proses Belajar Mengajar 11

2. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran IPA 14

3. Proses Belajar Mengajar IPA 15

4. Ketrampilan Proses Dalam Pembelajaran IPA 19

5. Cara Mengajar Dengan Ketrampilan Proses 23

6. Penelitian Terdahulu 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29

1. Obyek Penelitian 30

2. Subyek Penelitian 31

3. Instrumen Penelitian 32

3.1. Observasi 32

3.2. Wawancara 33

(5)

IX

4. Pengumpulan Data 34

5. Analisis Data 35

6. Kredibilitas Hasil Penelitian 36

6.1. Triangulasi 36

6.2. Kerahasiaan 36

BAB IV HASIL PENELITIAN 37

1. Temuan Dan Analisis Pengetahuan Awal Siswa Tentang Air 37

2. Temuan Dan Analisis Pengetahuan Siswa Tentang Permukaan

Air Yang Tenang Selalu Datar 39

3. Temuan Dan Analisis Pengetahuan Siswa Tentang Air Menempati

Ruang Dan Mempunyai Berat 45

4. Temuan Dan Analisis Pengetahuan Siswa Tentang Air Mengalir

Dari Tempat Yang Tinggi Ke Tempat Yang Rendah 50 5. Temuan Dan Analisis Pengetahuan Siswa Tentang Air Dapat

Berubah Wujud Jika Dipanaskan Atau Didinginkan 53

6. Temuan Dan Analisis Pengetahuan Siswa Tentang Air Menekan

Ke Segala Arah 57

7. Temuan Dan Analisis Pengetahuan Siswa Tentang Air Dapat

Melarutkan Berbagai Zat 60

8. Analisis Hasil Tes Formatif Pertama 62

9. Analisis Hasil Tes Formatif Kedua 64

10. Analisis Hasil Tes Formatif Ketiga 66

BAB V KESIMPULAN BAN SARAN 68

1. Kesimpulan 68

2. Saran-Saran 70

3. Implikasi 71

DAFTAR PUSTAKA 72

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil percobaan kegiatan I subpokok bahasan permukaan air

yang tenang selalu datar 76

Lampiran 2 Hasil percobaan kegiatan II subpokok bahasan permukaan air

yang tenang selalu datar 77

Lampiran 3 Hasil percobaan kegiatan I subpokok bahasan air menempati

ruang dan mempunyai berat 78

Lampiran 4 Hasil percobaan kegiatan II subpokok bahasan air menempati

ruang dan mempunyai berat 79

Lampiran 5 Hasil percobaan kegiatan I dan II subpokok bahasan air

mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah 81 Lampiran 6 Hasil percobaan kegiatan III subpokok bahasan air mengalir

dari tempat tinggi ke tempat yang rendah 82

Lampiran 7 Hasil percobaan kegiatan I subpokok bahasan air dapat berubah

wujud jika dipanaskan atau didinginkan 83

Lampiran 8 Hasil percobaan kegiatan II subpokok bahasan air dapat

berubah wujud jika dipanaskan atau didinginkan 84

Lampiran 9 Hasil percobaan subpokok bahasan air menekan ke segala arah. .85 Lampiran 10 Hasil percobaan subpokok bahasan air dapat melarutkan

berbagai zat 87

Lampiran 11 Hasil ulangan formatif I 89

Lampiran 12 Hasil ulangan formatif II 90

Lampiran 13 Hasil ulangan formatif III 91

Lampiran 14 Kisi-kisi soal 93

Lampiran 15 LKS subpokok bahasan permukaan air yang tenang selalu datar.. .96 Lampiran 16 LKS subpokok bahasan air menempati ruang dan mempunyai berat98 Lampiran 17 LKS subpokok bahasan air mengalir dari tempat tinggi ke temapt

rendah 100

Lampiran 18 LKS subpokok bahasan air menekan ke segala arah 102 Lampiran 19 LKS subpokok bahasan air dapat melarutkan berbagai zat 103 Lampiran 20 LKS subpokok bahasan air dapat berubah wujud jika dipanaskan

atau didinginkan 104

Lampiran 21 Daftar wawancara dengan siswa 106

(7)
(8)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pengalaman kehidupan sehari-hari dapat membantu siswa dalam memahami suatu konsep yang dipelajari. Hal ini dapat pula menyebabkan perbedaan antar

individu (siswa). Perbedaan itu tampak antara lain pada kemampuan, emosi

maupun minat. Selain bahan dan kegiatan-kegiatan belajar kita perlu

memperhatikan aktivitas yang dilakukan oleh siswa, agar penyusunan kegiatan dan

bahan pelajaran, khususnya IPA tidak menimbulkan frustasi, menghilangkan minat

atau keberanian. Pada tingkat Pendidikan Dasar, keterampilan maupun

pengetahuan yang dipelajari harus bersifat praktis. Bahan pelajaran yang praktis itu

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga diharapkan dapat menarik

minat sekaligus dapat memotivasi belajar siswa.

Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan formal yang pertama dialami

siswa mempunyai tugas memberikan bekal kemampuan dasar pada anak didik.

Kemampuan dasar yang dimiliki diharapkan dapat membantu siswa memahami

fenomena-fenomena alam yang terjadi di sekitarnya sebagai suatu pengetahuan.

Kemampuan dasar itu dapat diterapkan dalam kehidupan di masyarakat maupun

sebagai bekal dalam melanjutkan pada pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini sesuai

dengan tujuan pendidikan dasar yang terdapat dalam PP No. 28 tahun 1990 Pasal

3, yaitu bahwa pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan

dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi,

(9)

mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Hinduan (1990 . 2) yang mengemukakan bahwa :

... tugas sekolah dasar untuk membantu peserta didiknya untuk dapat menjadi lebih dewasa dan lebih mampu menghadapi hidupnya. Jadi tugas utama sekolah dasar adalah untuk menghantarkan peserta didiknya untuk mencapai (sesuai dengan tingkatannya) tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian titik berat tugas itu bukan pada menyiapkan peserta didik untuk

suatu pekerjaan tertentu.

Untuk itu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai bagian dari pendidikan

di sekolah dasar merupakan tahap awal dalam upaya formal untuk memberikan

bekal kemampuan ilmu pengetahuan alam kepada siswa.

Berdasarkan kurikulum Sekolah Dasar, salah satu tujuan yang ingin dicapai

dari pendidikan IPA adalah agar siswa : memiliki keterampilan proses untuk

mengembangkan pengetahuannya, gagasan tentang alam sekitar (Depdikbud, 1994

: 98). Bila kita perhatikan tujuan kurikulum IPA tersebut, di dalamnya terkandung

makna, bahwa pelajaran IPA berorientasi untuk meningkatkan keterampilan proses

yang dimiliki siswa untuk menambah pengetahuan dan gagasan tentang alam

sekitar yang berhubungan dengan IPA. Dengan demikian tujuan kurikulum IPA

tidak hanya berorientasi pada produk tetapi juga berorientasi pada proses.

Pengetahuan yang diperoleh diharapkan dapat membantu proses berpikir

atau mengembangkan pola pikir siswa dalam memecahkan masalah-masalah IPA

yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Namun kenyataan yang terjadi di

lapangan, sebagian besar guru dalam mengajar cenderung untuk memberikan

(10)

Tidak ada usaha dari guru untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh siswa, misalnya pengetahuan awal (pengalaman) dengan lingkungan alam dimana siswa

tinggal. Rustaman dan Widodo (1996 : 26) mengemukakan bahwa walaupun dalam

GBPP dengan jelas tercantum agar pembelajaran IPA lebih banyak menggunakan

metode pengamatan dan percobaan guna melatih keterampilan proses pada siswa,

kenyataan di lapangan sering berbeda. Menurut Beeth (1996:21), mereka tidak

mengajar dengan baik sebab mereka tidak mempunyai motivasi untuk mengajar dan

bahkan mereka tidak mengetahui bagaimana cara mengajarkan IPA dan mereka

hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang IPA.

Eddy M. Hidayat (1991 : 17) mengatakan bahwa anak-anak hendaknya

diberikan kesempatan untuk menjelajahi dan menyelidiki dunianya sendiri dengan

mempergunakan pendekatan langsung dengan bahan-bahan pengajaran yang telah

tersedia. Lebih lanjut dikatakan fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya ditujukan untuk memupuk pengertian, minat dan pengharapan terhadap dunia di

mana mereka hidup. Pendapat lain mengatakan dalam kegiatan belajar mengajar

IPA misalnya, guru tidak hanya memberikan sejumlah pengetahuan tentang IPA

kepada murid untuk dihafalkan, tetapi bagaimana pengetahuan itu dapat bertahan

lama dimiliki oleh murid dan dapat mempengaruhi proses berpikirnya dalam

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi (Sardiman, 1988 : 49). Pernyataan di

atas memberikan gambaran bahwa proses belajar mengajar akan memberikan hasil

yang baik kalau pelajaran itu bersifat menantang dan merangsang daya^cipt^siswa

untuk menemukan hal-hal baru. Untuk itu selain memberikan pe

//

(11)

bertanya, melakukan percobaan sehingga dapat menemukan fakta-fakta dan konsep

sendiri. Berdasarkan pertimbangan itu dan dengan memperhatikan tuntutan dari

fungsi dan tujuan mata pelajaran IPA, diduga tepat untuk menggunakan

keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar IPA di Sekolah Dasar,

dimana pendekatan keterampilan proses dirancang dalam bentuk bahan pelajaran yang sifatnya merangsang kegiatan berpikir siswa.

Conny Semiawan dkk. (1992 : 14) mengatakan bahwa ada empat alasan

yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam

kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Pertama, perkembangan ilmu pengetahuan

berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi bagi guru mengajarkan

semua fakta dan konsep kepada siswa. Jika guru tetap mengajarkan semua fakta

dan konsep maka target yang diinginkan tidak akan tercapai, sehingga guru

cenderung untuk memilih jalan termudah untuk menyampaikan semua itu dengan

menggunakan metode ceramah. Guru merupakan satu-satunya sumber informasi

yang penting, tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan

potensi yang mereka miliki. Hal ini mengakibatkan siswa memiliki banyak

pengetahuan tetapi tidak terlatih untuk mengembangkan pengetahuan mereka.

Alasan kedua, secara psikologis anak-anak dengan mudah memahami

konsep-konsep yang abstrak dan rumit jika diberi contoh-contoh yang konkrit,

wajar dan sesuai dengan kondisi yang dihadapi Perkembangan pikiran anak

(12)

mengajar. Jean Peaget (dalam Conny S., 1992 . 14) menyatakan : "... mengetahui

suatu obyek tak lain daripada memperlakukannya ".

Alasan ketiga, penemuan ilmu pengetahuan tidak mutlak benar,

penemuannya bersifat relatif. Semua konsep yang ditemukan melalui metode ilmiah

masih tetap terbuka untuk dipertanyakan, dipersoalkan dan diperbaiki. Jika sikap

keterbukaan demikian ditanamkan kepada diri anak, maka anak harus dilatih untuk

selalu bertanya, berpikir kritis dan mencari kemungkinan jawaban terhadap suatu

masalah.

Alasan keempat, dalam proses belajar mengajar seharusnya pengembangan

konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.

Sehingga menghasilkan pribadi yang selaras, serasi dan seimbang.

Keempat alasan di atas, mengindikasikan kepada kita bahwa dalam kegiatan

belajar mengajar ditekankan adanya suatu proses yang memberikan kesempatan

kepada anak didik untuk mengembangkan diri sesuai dengan tarafkemampuannya.

Seiring dengan upaya-upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan, keluhan tentang rendahnya mutu pendidikan tetap menjadi masalah

dari had ke hari. Fakry Gaffar (1989 : 33) mengatakan bahwa anak didik

ditemukan kurang berkualitas kemampuan berpikirnya dalam menghadapi masalah

sederhana dalam kehidupan sehari-hari atau rendah kemampuannya dalam

memecahkan masalah. Karena itu sekolah merupakan lembaga pendidikan yang

mempunyai peranan yang sangat penting sebagai sumber pendidikan, kiranya

mengembangkan pengajarannya dalam mengaktifkan siswa melalui keterampilan

(13)

dalam pikirannya yang akhirnya akan berguna bagi kehidupannya. Bruner (dalam Trowbridge & Bybee 1990 : 20) menyatakan jika seseorang individu belajar dan

mengembangkan pikirannya maka sebenarnya ia telah menggunakan potensi

intelektualnya untuk berpikir. Bruner setuju bahwa melalui pendekatan

keterampilan proses IPA anak dapat didorong secara internal membentuk

intelektualnya secara benar.

Ketika pertama kali mengadakan wawancara dengan Kepala Sekolah

terungkap bahwa kendala yang ada dalam proses belajar mengajar adalah

kurangnya alat peraga IPA dan kualitas guru. Penyebabnya antara lain mereka

jarang mengikuti pelatihan IPA, serta materi kurikulum yang terlalu padat. Begitu

pula setelah diadakan wawancara dengan guru, diperoleh data bahwa mereka

kesulitan dalam mengembangkan pengajaran dengan menggunakan alat-alat

peraga. Penyebabnya selain alat peraga sangat kurang dan keterikatan dengan

waktu untuk menyelesaikan materi yang telah ditentukan, juga dikarenakan

pemahaman terhadap alat peraga yang ada sangat kurang dan adanya kekwatiran

alat itu akan rusak. Keadaan tersebut menyulitkan mereka ketika menggunakan alat

itu dalam pelajaran. Dalam wawancara itu terungkap pula bahwa mereka belum

pernah mengikuti penataran-penataran tentang penggunaan alat-alat peraga IPA,

sehingga mereka kurang bisa mengembangkan wawasannya untuk membuat alat

(14)

memang sangat kurang, tidak menyangkut keseluruhan materi yang ada dalam

GBPP serta mereka belum mengetahui nama alat-alat tersebut. Jadi tampaknya

mereka belum pernah menggunakan alat itu dalam proses belajar mengajar.

Ketika diadakan pengamatan (observasi) terhadap guru yang mengajar

selama pelaksanaan belajar mengajar semua berpusat pada guru {teacher centered),

walaupun guru menggunakan alat dalam pembelajarannya, ternyata masih kurang efektif karena tidak melibatkan siswa serta tidak menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Anak hanya menerima secara verbal apa yang dikemukakan guru.

Begitu pula jika guru memberikan pertanyaan kepada siswa kurang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berpikir karena guru terlalu cepat mengambil alih

dengan mengemukakan jawabannya, sehingga menimbulkan kesan bahwa

pembelajaran itu tidak menampakkan keaktifan murid.

(15)

sangat dibutuhkan terutama siswa kelas IV SD masih usia operasional konkrit, karena pelajaran yang dikembangkan dengan percobaan akan sangat membantu siswa dalam membentuk konsep yang baik dan ilmiah.

Salah satu topik bahasan dalam pelajaran IPA di Sekolah Dasar adalah air.

Air mempunyai sifat-sifat tertentu dan banyak kegunaannya. Dalam kehidupan

sehari-hari air sering dijumpai dan digunakan oleh siswa, misalnya air digunakan

untuk mandi, mencuci dan minum, tanpa mereka mengetahui atau berpikir bahwa

air memiliki karakteristik atau ciri-ciri tertentu dan selain banyak manfaatnya

terhadap manusia, air juga dapat mendatangkan malapetaka kepada manusia.

Mengingat begitu banyak manfaat air terhadap kehidupan masyarakat,

maka perlu adanya peningkatan pemahaman tentang sifat dan kegunaan air kepada

para siswa melalui proses belajar di sekolah, terutama siswa Sekolah Dasar.

Penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA pada topik air

merupakan upaya membantu siswa memahami sifat dan kegunaan air.

Permasalahan yang muncul adalah bagaimana keterampilan proses siswa yang ada dalam memahami konsep sifat dan kegunaan air ? Untuk itu perlu adanya suatu

penelitian tentang penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran

IPA pada siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Buton. Penelitian ini lebih

mengkhususkan diri dalam melihat keterampilan siswa pada beberapa komponen keterampilan proses yaitu mengamati, berkomunikasi, membandingkan,

(16)

2. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahannya

adalah bagaimana meningkatkan pemahaman tentang konsep sifat dan kegunaan air

melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses ?

Permasalahan tersebut di atas dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana keterampilan dan sikap siswa pada topik bahasan tentang sifat dan

kegunaan air dalam kegiatan belajar IPA dengan pendekatan keterampilan

proses di Sekolah Dasar ?

2. Bagaimana pemahaman siswa tentang konsep sifat dan kegunaan air dengan

pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan belajar IPA di Sekolah Dasar ?

3. Tujuan Penelitian

Sesuai permasalahan di atas tujuan penelitian ini yaitu :

1. Menelaah keterampilan dan sikap siswa Sekolah Dasar, melalui pembelajaran dengan keterampilan proses.

2. Menelaah pemahaman IPA siswa Sekolah Dasar setelah pembelajaran dengan

keterampilan proses.

4. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan tersebut di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat untuk :

1. Guru IPA di Sekolah Dasar umumnya, guru IPA kelas IV khususnya dalam

(17)

2. Siswa dalam meningkatkan motivasi belajar sehingga tercapai prestasi belajar

yang baik di bidang IPA topik bahasan sifat dan kegunaan air, membantu meningkatkan pemahamannya tentang alam sekitar, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.

5. Definisi Operasional

1. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar adalah kegiatan belajar mengajar yang

berlangsung pada kelas III sampai kelas VI sesuai GBPP IPA SD Dimana

siswa dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran baik fisik, mental dan

emosionalnya.

2. Proses IPA adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan langkah dan cara

kerja tertentu dalam usaha memperoleh produk IPA

3. Konsep sifat dan kegunaan air dalam penelitian ini adalah pokok bahasan yang

terdapat dalam GBPP IPA SD 1994 pada kelas IV catur wulan satu

4. Memahami konsep adalah kemampuan menangkap makna suatu konsep, yang

ditandai antara lain dengan kemampuan menjelaskan arti suatu konsep dengan

kata-kata sendiri.

5. Keterampilan proses IPA yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan

rangkaian kegiatan dan sikap siswa dalam mengembangkan pengetahuannya*

sehingga dapat membentuk konsep yang baik dan ilmiah secara sederhana

sesuai taraf perkembangan (usia SD) tentang sifat-sifat air.

6. Sikap didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untuk melakukan suatu

(18)
(19)

BAB i n

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif untuk melihat

keterampilan, sikap dan pemahaman konsep siswa tentang konsep sifat dan

kegunaan air dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dalam

pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Desain penelitian digambarkan sebagai

berikut:

Harapan J

| Latar Belakang ]

Masalah

Keterampilan, sikap, konsep

Kenyataan

1 Obyek / Subyek 1

i Percobaan

Permukaan air yang tenang selalu datarAir menempati ruang dan mempunyai berat

Air mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah Air berubah wujudjika dipanaskan/didinginkan

Air menekan ke segala arah

• Air dapat melarutkan berbagai zat *

Observasi Siswa Analisis Temuan

I

Cek ulang

I

Temuan Wawancara

Siswa dan Guru

(20)

30

Penelitian dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dalam

proses belajar mengajar IPA tentang topik air ini akan dilakukan dalam bentuk

eksperimen dan tes prestasi. Observasi dilakukan terhadap subyek (sampel) untuk melihat keterampilan dan sikap siswa selama melakukan percobaan dalam memahami konsep tentang sifat-sifat air. Hasil yang diperoleh dari percobaan itu akan dianalisis. Temuan tersebut sebelum disimpulkan akan dicek ulang melalui wawancara (sebagai data pendukung). Hasil wawancara dengan guru dan kepala sekolah merupakan data pendukung yang lain tentang pendekatan keterampilan

proses dalam proses belajar mengajar. Tes prestasi dilakukan untuk melihat

pemahaman siswa tentang konsep sifat-sifat air, yang dilakukan sebanyak tiga tahap. Hasil tes prestasi setelah dianalisis lalu disimpulkan. Analisis terhadap hasil tes prestasi akan dipadukan dengan analisis temuan dari hasil percobaan untuk

menguatkan kesimpulan yang diperoleh.

1. Obyek Penelitian

Latar situasi sosial penelitian menunjuk pada pengertian "lokasi situasi

sosial" yang dicirikan oleh adanya tiga unsur, yaitu tempat, pelaku dan kegiatan (Nasution, 1992 : 43). Sesuai dengan pendapat tersebut, yang dimaksud tempat adalah lokasi berlangsungnya pembelajaran, yaitu SD Negeri 2 Lamangga di Kotif Bau-Bau Sulawesi Tenggara. Unsur pelakunya adalah peneliti dibantu guru dan

siswa kelas IV sedangkan unsur kegiatan adalah proses pembelajaran yang

(21)

31

Rasional pengambilan satu lokasi (kelas/sekolah) antara lain pertama,

karakteristik penelitian kelas bersifat situasional. Kedua, situasi kelas bersifat

penyatuan konteks fisik, mental (sikap) dan kognitif tentang hubungan siswa, guru

dan bahan belajar dengan segala keunikan masing-masing. Ketiga, lokasi berada di

sekitar tempat tinggal peneliti.

2. Subyek Penelitian

Berdasarkan ancangan kualitatif penelitian ini, yang dijadikan subyek penelitian adalah hal, peristiwa, manusia dan situasi yang diobservasi, Hopkins,

1985; 1993, Nasution 1992; Elliott 1991; Madya 1994 (dalam Pusung, 1997 : 34).

Pemilihan dan penentuan subyek penelitian dilakukan secara purposive, yakni yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Sampel ditetapkan secara acak dari masing-masing kelompok kategori prestasi siswa pada masing-masing-masing-masing kelas, agar semua kelompok kategori prestasi siswa dapat terwakili sehingga sampel dianggap cukup

representatif.

Penelitian ini dilakukan terhadap 10 orang siswa yang terdiri dari siswa

dengan prestasi belajar tinggi, sedang dan rendah dalam bidang studi IPA. Prestasi belajar siswa diambil dari nilai kelas III untuk bidang studi IPA. Adapun ke 10

(22)

32

Asal Sekolah Kode Siswa Nilai

SD X

EY 6

SS 7

SY 7.3

RZ 7.3

RH 8

HR 7

RM 7

YN 7.3

ET 6

SH 7.3

3. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan tes hasil prestasi.

3.1. Observasi

Observasi dilakukan dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS)

untuk mengungkap keterampilan dan sikap siswa selama kegiatan belajar

berlangsung. Observasi dilakukan adalah untuk melihat langsung kegiatan belajar

siswa dilapangan, untuk mencatat dan mengamati perilaku dan kejadian di kelas

pada saat proses belajar mengajar EPA dengan topik air berlangsung. Kegiatan yang dilakukan siswa akan dinilai selama proses belajar mengajar berlangsung. Penilaian

dilakukan terhadap aspek sikap dan kegiatan yang sesuai dengan komponen

keterampilan yang telah ditentukan pada masing-masing sub pokok bahasan.

Yersild dan Meigs ( dalam Purwanto N., 1990 ) membagi situasi yang

dapat diselidiki melalui observasi langsung atas tiga macam yaitu (1) situasi bebas,

(23)

33

dan situasi yang dibuat. Penelitian ini menggunakan bentuk observasi situasi yang

dibuat. Observasi dengan situasi yang dibuat dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan

belajar yang bersifat keterampilan. Dengan observasi situasi yang dibuat maka

unit-unit tingkah laku yang diamati dirumuskan atau ditentukan lebih dulu dan

catatan-catatan yang dibuat hanyalah mengenai aspek-aspek atau kegiatan-kegiatan

yang telah ditentukan.

3.2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendukung data yang diperoleh melalui observasi. Wawancara dilakukan setelah didapat jawaban siswa yang salah atau jawaban yang tidak relevan antara pertanyaan dengan alasan yang diberikan untuk

setiap percobaan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui apakah jawaban itu

terjadi karena siswa tidak memahami pertanyaan LKS atau siswa tidak memahami

konsep apa yang sedang dikembangkan. Wawancara dilakukan juga terhadap siswa

yang memberikan jawaban yang sangat tepat. Wawancara dilakukan selain seperti

yang diuraikan di atas, wawancara dilakukan pula untuk mengetahui tanggapan

siswa terhadap penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran

IPA pada topik air. Pelaksanaan wawancara ditentukan sesuai dengan kesepakatan

antara siswa maupun guru dengan peneliti. Bogdan R.C. dan Biklen S.K. (1982

alih bahasa Munandir 1990) mengatakan bahwa keberhasilan studi observasi atau

bentuk-bentuk keberhasilan penelitian kualitatif lainnya adalah mengandalkan

(24)

34

3.3. Tes Prestasi

Tes prestasi dilakukan dengan menggunakan bentuk tes tertulis. Tes ini dilakukan untuk mengungkap pemahaman siswa tentang konsep sifat dan kegunaan

air setelah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses.

Kesahihan tes yang digunakan merujuk pada kesahihan konten yang sering

digunakan dalam mengevaluasi tes hasil belajar. Tujuan pokoknya adalah untuk

mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajari setelah mengalami proses belajar mengajar. Untuk itu butir soal yang digunakan disesuaikan dengan

kisi-kisi soal pada masing-masing sub pokok bahasan yang tercantum dalam GBPP

IPA SD, buku penunjang IPA, selanjutnya secara bersama-sama dibahas dengan guru untuk menentukan butir soal yang digunakan dalam tes formatif. Tes prestasi

ini dilakukan sebanyak tiga tahap.

4. Pengumpulan Data

Percobaan untuk memahami konsep tentang sifat permukaan air yang tenang selalu datar dilaksanakan sebanyak dua kegiatan, setiap kegiatan dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Percobaan untuk memahami konsep tentang sifat air menempati ruang dan mempunyai berat dilaksanakan sebanyak dua

kegiatan, setiap kegiatan dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Setelah selesai

melakukan percobaan di atas, lalu diadakan tes untuk melihat pemahaman konsep

siswa tentang kedua topik tersebut.

(25)

35

ini dibagi dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama melakukan kegiatan I dan

II sedangkan pertemuan berikutnya melakukan kegiatan III. Percobaan untuk memahami konsep sifat air dapat berubah wujud jika dipanaskan atau didinginkan

dilaksanakan sebanyak dua kegiatan, setiap kegiatan dilaksanakan dalam satu kali

pertemuan. Setelah selesai melakukan percobaan tersebut, lalu diadakan tes untuk

melihat pemahaman konsep siswa tentang kedua topik itu.

Percobaan untuk memahami konsep tentang sifat air menekan ke segala arah dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. Percobaan untuk memahami konsep

tentang sifat air dapat melarutkan berbagai zat dilaksanakan dalam satu kali

pertemuan. Setelah selesai melakukan percobaan di atas, lalu diadakan tes untuk melihat pemahaman konsep siswa tentang kedua topik tersebut.

Setiap percobaan dilaksanakan dengan menggunakan lembar kerja siswa (LKS), sehingga setiap kegiatan dilakukan sesuai petunjuk dalam LKS. Jadwal pelaksanaan kegiatan, yaitu banyaknya pertemuan, waktu pertemuan dan jumlah jam setiap kali pertemuan disesuaikan dengan roster yang ada. Perubahan jadwal pelaksanaan (banyaknya pertemuan dan waktu pertemuan) sesuai dengan kesepakatan pihak sekolah (guru), tetapi masih dalam catur wulan I tahun ajaran

1998/1999.

5. Analisis Data

Selama penelitian berlangsung proses analisis juga terus dilakukan, sampai

ditemukan data sebanyak mungkin mengenai keterampilan proses siswa selama

(26)

36

dikelompokan, kemudian dicari hubungan satu dengan lainnya. Setelah mendapat

hubungan-hubungan maka peneliti mengelompokan mengikuti permasalahan yang

dirumuskan dalam penelitian, kemudian dituangkan dalam bentuk pembahasan.

6. Kredibilitas Hasil Penelitian

Untuk mempertahankan kebenaran informasi atau data yang diperoleh

selama penelitian kualitatif ini berlangsung, ada beberapa kegiatan yang dilakukan.

Kegiatan-kegiatan itu sebagai berikut:

6.1. Triangulasi

Untuk menguji kebenaran informasi atau data dari penelitian kualitatif ini

dilakukan triangulasi, yaitu usaha peneliti untuk memperoleh informasi dari

berbagai sumber. Informasi tersebut diperoleh melalui wawancara terhadap guru,

Kepala Sekolah dan siswa.

6.2. Kerahasiaan

Kerahasiaan dari subyek dijaga dengan cara mengganti nama subyek

(27)
(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, pada bagian berikut dikemukakan

kesimpulan, saran serta implikasi.

1. Kesimpulan

Pertama, dalam percobaan tentang sifat permukaan air yang tenang selalu datar,

siswa bersikap kurang hati-hati, kurang teliti, kurang terampil dalam bekerja dan

kurang bekerja sama. Keterampilan mengamati, komunikasi (tulisan),

membandingkan cukup baik, tetapi keterampilan diskusi dan kerja sama masih

kurang. Berhubungan hal-hal yang sederhana dan konkrit, keterampilan dalam

menarik kesimpulan bisa dilatihkan pada siswa. Berdasarkan kegiatan percobaan

dilakukan konsep yang dibangun siswa kurang baik.

Kedua, dalam percobaan tentang sifat air menempati ruang dan mempunyai berat,

siswa bersikap kurang hati-hati, kurang teliti dalam bekerja, tetapi kerja sama mulai

tampak. Percobaan tentang sifat air menempati ruang keterampilan mengamati dan

bertanya siswa tampak kurang baik, tetapi sebaliknya dengan pengamatan terhadap

percobaan tentang air mempunyai berat. Keterampilan komunikasi dan mengukur

dinilai cukup baik, kerja sama mulai tampak. Untuk konsep yang sulit dikonkritkan

tampaknya keterampilan menyimpulkan tetap sukar dilakukan. Konsep yang

dibangun siswa tentang sifat air menempati ruang kurang baik. Siswa cukup baik

membangun konsep tentang air mempunyai berat

Ketiga, dalam percobaan tentang sifat air mengalir dari tempat tinggi ke tempat

rendah, siswa bersikap teliti, hati-hati, kerja sama dan mulai terampil bekerja

(29)

69

Keterampilan mengamati, komunikasi dinilai cukup baik dan keterampilan bertanya

mulai tampak. Konsep yang dibangun siswa cukup baik.

Keempat, dalam percobaan tentang sifat air berubah wujud jika dipanaskan atau

didinginkan, sikap teliti dan hati-hati sudah baik. Keterampilan mengamati, diskusi, komunikasi dan bertanya cukup baik. Keterampilan menyimpulkan pada sifat air berubah wujud jika dipanaskan cukup baik dan sebaliknya pada sifat air berubah

wujud jika didinginkan. Konsep yang dibangun siswa tentang sifat air berubah wujud

jika dipanaskan cukup baik dan sebaliknya tentang sifat air berubah wujud jika

didinginkan.

Kelima, dalam percobaan tentang sifat air menekan ke segala arah, sikap teliti,

hati-hati dan kerja sama sudah baik. Siswa tampak terampil dalam bekerja. Keterampilan

mengamati, komunikasi, diskusi dan bertanya sudah baik. Konsep yang dibangun

siswa cukup baik.

Keenam, dalam percobaan tentang sifat air melarutkan berbagai zat, sikap teliti,

hati-hati, terampil sudah baik. Keterampilan mengamati, komunikasi, bertanya dan diskusi

dilakukan cukup baik. Konsep yang dibangun siswa cukup baik dan cukup baik

membangun konsep tentang larutan jenuh.

Ketujuh, Sesuai analisis tes formatif pertama, hanya siswa HR, RH, YN yang mampu

mempertahankan konsep sifat permukaan air yang tenang selalu datar yang dibangun

melalui kegiatan percobaan. Siswa lainnya hanya mampu memberikan contoh benda

yang menggunakan konsep tersebut. Sesuai analisis tes ini , siswa dapat mempertahankan konsep sifat air mempunyai berat tetapi tidak bisa mempertahankan

(30)

70

Kedelapan, berdasarkan analisis tes formatif kedua, siswa SY, ES, YN dapat

mempertahankan konsep sifat air mengalir dari atas ke bawah sedangkan siswa HR

tidak dapat mempertahankan konsep tersebut tetapi HR dapat mempertahankan

konsep air dapat dialirkan dari bawah ke atas. Siswa ES, RZ sama sekali tidak bisa

mempertahankan konsep tersebut. Sesuai analisis tes formatif ini siswa ES, SH, EY tidak dapat mempertahankan konsep perubahan wujud air tetapi dapat memberikan

contoh benda yang menggunakan konsep tersebut.

Kesemhilan, berdasarkan analisis tes formatif ketiga, Siswa RH, RM dinilai dapat

mempertahankan konsep sifat air menekan ke segala arah sedangkan siswa yang lain

tidak dapat memberikan alasan sehingga pancaran air berbentuk seperti itu. Sesuai

formatif ini, siswa dapat mempertahankan konsep sifat air melarutkan berbagai zat.

Kesepuluh, pengetahuan awal siswa tentang konsep air masih sangat terbatas pada

kegunaan air saja sesuai pengalaman mereka masing-masing.

2. Saran-Saran

Berdasarkan temuan dan kenyataan yang diperoleh dari penelitian ini,

dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

Pertama, agar dalam merencanakan pengajaran guru tidak hanya terpaku dengan

bahan yang ada dalam buku paket, tetapi bisa memanfaatkan fenomena alam di sekitarnya atau aktivitas siswa sebagai bahan belajar.

Kedua, dalam melakukan percobaan bahan yang digunakan sangat perlu diupayakan

dari bahan yang sederhana dan dipahami siswa (dikenal atau sebagai alat permainan

mereka sehari-hari) dan diharapkan guru menggunakan lembar kerja siswa dalam

(31)

71

Ketiga, bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini diharapkan memperbaiki

atau mengganti alat percobaan tentang subpokok bahasan air menekan ke segala arah agar dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa tentang tekanan

Keempat, penelitian ini perlu ditindak lanjuti terhadap pokok bahasan yang lain atau

pada tingkatan kelas yang lain, serta faktor-faktor yang terabaikan diharapkan dapat

diidentifikasi kendala-kendala apa saja yang menjadi hambatan guru.

3. Implikasi

Pertama, Guru harus menciptakan cara belajar yang lebih bervariasi, sehingga

informasi tidak semuanya bersumber dari guru. Agar anak belajar lebih aktif, guru dapat melakukan berbagai cara, seperti pemberian tugas, mengadakan pengamatan

kepada lingkungan di sekitar sekolah atau tempat tinggal mereka. Hal ini dapat

dilakukan siswa di luar jam pelajaran, sehingga kelas bukan hanya dijadikan sebagai

tempat siswa untuk mendengar informasi yang disampaikan guru, tetapi juga menjadi

tempat siswa mengembangkan konsep IPA yang dimiliki.

Kedua, Keterbatasan guru dalam mengembangkan keterampilan proses IPA dapat

(32)
(33)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi A & Rohani A. (1991). Bimhingan dan Konseling Di Sekolah PT

Rineka Cipta, Jakarta

Berg E. (1990). Miskonsepsi Fisika Dalam Remidiasi. UKSW, Solo

Bess, G.H. (1991). Science With Young Children, Revised Edition. NAEYC

Washington, USA

Bogdan

R.C. dan Biklen

S.K. (1982). Riset Kualitatif Untuk Pendidikan ;

PengantarKe Teori dan Metode. PAU-PPAI, Jakarta

Chalmers A.F. (1982). What is This Thing Called Science ? Open University.

Milton Keynes

Carin, Arthur

A. and Sund, Robert

B. (1989). Teaching Science Through

Discovery, Sixth Edition. Merrill Publishing Company. Colombus Toronto

London Melbourne

Cohen, L. & Manion, L. (1980). Research Methods in Education. London

Canberra : Croom Helm

Dahar, R.W (1985). Kesiapan Guru Mengajarkan Sains Di Sekolah Dasar Ditinjau Dari Segi Pengemhangan Ketrampilan Proses Sains. Disertasi.

Tidak Diterbitkan. IKIP Bandung

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Erlangga, Jakarta

Driver, Rosalind (1988). Changing Conceptions. Centre For Studies In Science And Mathematics Education. University of Leeds

Elliott, John (1991). Action Research For Education Change. Open University

Press. Milton Keynes, Philadelpia

Fischer, HE. & Aufschnafter, S.V. (1993). Development of Meaning During

Physics Instruction : Case Studies in VieM> of The Paradigm of

Constructivism. Journal of Research in Science Teaching. New York : John

Wiley & Sons, Inc 77 (2) 153-168

Gorodetsky M dan Keiny S. (1996). Conceptual Change and Environmental

Cognition. International Journal of Science Education, 17 (2), 207-217

(34)

73

Hadi S. (1989). Metodologi Research. Jilid 2 & 4 Andi Offset, Yogyakarta

Hamalik,

Oemar

(1991).

Pendekatan

Bam

Strategi

Belajar Mengajar

Berdasarkan CBSA. Sinar Baru, Bandung

Hewson P.W. et al (1995). Determening The Conceptions Of Teaching Science

Held By ExperincedHigh School Science Teachers. Journal Of Research In Science Teaching, Vol. 32 No. 5 Pp 503520. University of Wisconsin

-Madison, Wisconsin Center for Education Research.

Hidayat E. (1997). Keterampilan Proses Dalam Pemhelajaran IPA Di Sekolah Dasar dan Sekolah Tanjutan Tingkat Pertama (Studi Kualitatif Reinterpretasi Keterampilan Proses Dinjau Dari Prespektif Guru IPA).

Laporan Penelitian. FPMIPA IKIP Bandung

Hinduan, Achmad A. (1990). Mata Pelajaran IPA Untuk Sekolah Dasar. Makalah PCP Dosen PGSD. P2TK. Dirjendikti

Husen T (1988). Masyarakat Belajar. Rajawali Press, Jakarta

( 1997). Pemherdayaan Sistem Pendidikan Dasar. Jurnal Penelitian.

Lembaga Penelitian IKIP Bandung

(1993). Kurikulum Pendidikan Dasar. GBPP SD Depdikbud,

Jakarta

Kurnia Ningsih (1996). Pengemhangan Konsepsi Siswa Dalam Pemhelajaran IPA

TopikMakhlukHidup. Tesis PPS IKIP Bandung.

Masidjo I. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah.

Kanisius, Yogyakarta

Nasution S. (1992). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito, Bandung

Purwanto

M.N. (1984). Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

PT Remaja Rosdakarya, Bandung

Pusung S. (1997). Upaya Meningkatkan Pemahaman Tentang Tekanan Udara

Melalui Siklus Belajar Dengan Menggunakan Alat IPA Sederhana. Tesis

PPS IKIP Bandung, Bandung

Ramsey, John (1993). Developing Conceptual Storylines With The Teaming

Cycle. Journal Of Elementary Science Education. Vol. 5. No. 2 Pp 1-20

(35)

74

Rusyan AT. dkk. (1989). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. PT

Remaja Rosdakarya, Bandung

Rustaman

N. (1998). Keterampilan Proses Dalam Pemhelajaran Biologi Di

Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan. Bahan

Penataran Guru-Guru Sekolah Menengah Kejuruan Seluruh Indonesia.

Makalah. IKIP Bandung

Rustaman N. & Rustaman A. (1996). Penilaian Keterampilan Proses IPA Di

Sekolah Dasar. Depdikbud. Direktorat Pendidikan Dasar, Jakarta

Rustaman N. & Widodo A. (1996). Keterpaduan Kurikulum Dan Pemhelajaran

Dalam Menyiapkan Guru IPA Sekolah Dasar : "Trend" Dan Alternatif

Khazanah Pengajaran IPA Vol. I No 3 . IMAPIPA PPS IKIP Bandung.

Semiawan Conny, dkk (1992). Pendekatan Keterampilan Proses. PT Gramedia

Widiasarana Indonesia, Jakarta

(1995). Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 2 Th. 1989) dan

Peraturan Pelaksanaanya. Sinar Grafika, Jakarta

Silaban S. dkk. (1993). Pendidikan Indonesia. Dalam Pandangan Lima Belas

Tokoh Pendidikan Swasta. Dasamedia Utama, Jakarta

Sinaga P. dkk (1996). Model Alat Peraga IPA Sederhana Untuk Memmjang

Pengajaran Melalui Ketrampilan Proses Di SD Dengan Memperhatikan

Tahap Perkembangan Anak. Laporan Penelitian Proyek Pendidikan Tenaga

Guru. Lemlit IKIP Bandung, Bandung

S.P Muchtar & Kasmuri (1994). Ilmu Pengetahuan Alam, Jilid 2a. Yudhistira,

Jakarta

Sudjana N. & Ibrahim (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru,

Bandung

Suriaty (1996). Keterampilan Proses IPA Siswa Dengan Menggunakan

Lingkungan Dalam Pemhelajaran IPA Di Sekolah Dasar. Tesis. PPS IKIP

Bandung.

Suryabrata S. (1983). Metodo/ogi Penelitian. PT Raja Grafindo, Jakarta

Sutarno N. (1987). Perbedaan Kemampuan Penguasaan Konsep-Konsep IPA

Antara Murid-Murid Kelas I Sekolah Dasar Yang Berasal Dari Taman

Kanak-Kanak Dan Yang Tidak Melalui Taman Kanak-Kanak. Tesis PPS
(36)

75

Sutrisno

dkk.

(1996).

Tingkat

Keherhasilan

Penggunaan

Pendekatan

Keterampilan Proses Dalam Proses Belajar Mengajar IPA Di Sekolah

Dasar Kecamatan Pangandaran.

Laporan Penelitian. FPMIPA IKIP

Bandung.

Syafaruddin S. (1987). Presepsi Guru IPA Tentang Alat Peraga Dihubungkan

Dengan Tatar Profesionalnya. Tesis PPS IKIP Bandung.

Tabrani dkk. (1989). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. PT Remaja

Rosdakarya, Bandung

Zainsyah A.E. dkk. (1990). Model-Model Mengajar. Beberapa Alternatif Interaksi

(37)

Referensi

Dokumen terkait

1) Memberikan lembar observasi kepada observer untuk diisi. 2) Melaksanakan pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan inkuiri terbimbing. 3) Melakukan tes siklus I untuk

mengklasifikasikan prestasi belajar menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. 65 tahun 2013 menyatakan bahwa Standar Proses Pendidikan

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul : “Peningkatan Pemahaman Konsep Cara Gerak Benda Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Pada Siswa Kelas III Sekolah

Simpulan dari penelitian ini adalah penerapan Pendekatan Starter Experiment dapat meningkatkan keterampilan mengomunikasikan hasil percobaan pemebntukan tanah dalam

Setelah dilakukan tindakan, peneliti melakukan analisi terhadap hasil tes evaluasi, hasil observasi. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan

Instrument yang digunakan berupa tes kemampuan penguasaan konsep (pretes dan postes) serta lembar observasi (siswa dan guru). Penelitian ini berkesimpulan bahwa

Setelah dilakukan tindakan, peneliti melakukan analisi terhadap hasil tes evaluasi, hasil observasi. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan

Peningkatan Keterampilan Bertanya Inkuiri Guru Pada Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar Melalui Kegiatan Lesson Study. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |