• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI DEMAKIJO 1 GAMPING SLEMAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI DEMAKIJO 1 GAMPING SLEMAN."

Copied!
275
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI DEMAKIJO 1 GAMPING SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Dewi Wulandari NIM 13108241148

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI DEMAKIJO 1 GAMPING SLEMAN

Oleh Dewi Wulandari NIM 13108241148

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui model pembelajaran Quantum Teaching pada siswa kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Gamping Sleman.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilakukan secara kolaboratif dengan guru kelas. Desain penelitian ini menggunakan model Kemmis & Mc.Taggart. Subjek penelitian meliputi siswa kelas VB SD Negeri Demakij 1 Gamping Sleman yang berjumlah 33 siswa. Objek penelitian adalah meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui model pembelajaran Quantum Teaching. Teknik pengumpulan data melalui tes dan observasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Gamping Sleman dapat meningkat setelah diberikan tindakan berupa penerapan model pembelajaran Quantum Teaching. Hasil belajar pratindakan menunjukkan siswa yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 6 siswa (18.18%) dan sebanyak 27 siswa (81.82%) belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pada siklus I diperoleh hasil sebanyak 22 siswa (66.67%) telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan sebanyak 11 siswa (33.33%) belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Persentase aktivitas siswa pada siklus I yaitu 78.83%. Pada siklus II diperoleh hasil sebanyak 29 siswa (87.88%) telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan sebanyak 4 siswa (12.12%) belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Persentase aktivitas siswa pada siklus I yaitu 85.08%. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran

Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada siswa kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.

(6)

MOTTO

Engkau tak dapat meraih ilmu kecuali dengan enam hal yaitu cerdas, selalu ingin tahu, tabah, punya bekal dalam menuntut ilmu, bimbingan dari guru dan dalam

waktu yang lama. (Ali bin Abi Thalib)

(7)

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT penulis ucapkan atas limpahan rahmat dan hidayah yang telah diberikan oleh-Nya, sehingga skripsi ini dapat disusun dengan lancar hingga selesai. Dengan segala rasa syukur dan terima kasih skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Bapak Ngadino dan Ibu Rusmini yang selalu memberikan doa, dukungan, kasih sayang, dan didikan.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limahan rahmat, hidayah, petunjuk, dan kekuatan sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching pada Siswa Kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Gamping Sleman”.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya dukungan, bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA., yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Dr. Haryanto, M.Pd, yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

(9)
(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

PENGESAHAN... iv

ABSTRAK... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... B. Identifikasi Masalah... C. Batasan Masalah... D. Rumusan Masalah... E. Tujuan Penelitian... F. Definisi Operasional Variabel... G. Manfaat Penelitian... BAB II KAJIAN TEORI A. Peningkatan Hasil Belajar... 12

1. Pengertian Hasil Belajar... 2. Hasil Belajar Kognitif... 3. Hasil Belajar Afekif... 12 14 16 B. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD... 17

(11)

1. Pengertian Model Pembelajaran... 2. Model Pembelajaran Quantum Teaching... 3. Asas Model Pembelajaran Quantum Teaching... 4. Prinsip dan Strategi Quantum Teaching...... 5. Karakteristik Model Pembelajaran Quantum Teaching...

6. Unsur-unsur Model Pembelajaran Quantum Teaching...... 7. Kerangka Model Pembelajaran Quantum Teaching... 8. Kelebihan Model Pembelajaran Quantum Teaching...

20 D. Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching dalam Mata Pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD... 40

E. Karakteristik Siswa SD... 42

F. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan... 44

G. Kerangka Pikir... 45

H. Hipotesis... 46

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... B. Desain Penelitian... C. Tempat dan Waktu Penelitian... D. Subjek dan Objek Penelitian... E. Tenik Pengumpulan Data... F. Instrumen Penelitian... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 62

1. Pelaksanaan Pratindakan... 2. Pelaksanaan Siklus I... 3. Pelaksanaan Siklus II... 62 65 97 B. Pembahasan... 132

(12)

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan... B. Saran...

137 137

(13)

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Hasil Belajar Siswa Kelas VB SD Negeri Demakijo 1 pada Ujian

Akhir Semester Genap Tahun Ajaran 2016/2017... 4 Tabel 2. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Kelas V

Semester 1... 19 Tabel 3. Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)... 56 Tabel 4. Kisi-kisi Pedoman Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui Model Pembelajaran

Quantum Teaching... 58 Tabel 5. Klasifikasi Perolehan Nilai Hasil Belajar Siswa... 60 Tabel 6. Klasifikasi Perolehan Nilai Hasil Observasi Aktivitas Siswa... 61 Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Tes Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Pratindakan

(Pretest) Siswa Kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Gamping Sleman... 62 Tabel 8. Hasil Tes Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Pratindakan

(Pretest)... 64 Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Tes Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Setelah

Tindakan (Postest) Siklus I Siswa Kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Gamping Sleman... 75 Tabel 10. Hasil Tes Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Setelah Tindakan

Siklus I... 76 Tabel 11. Perbandingan Hasil Tes Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Pratindakan (Pretest) dan Setelah Tindakan (Postest) Siklus I... 78 Tabel 12. Hasil Rekapitulasi Observasi Aktivitas Siswa pada Kegiatan

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siklus I Pertemuan 1... 86 Tabel 13. Analisis Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Kegiatan

(14)

Tabel 14. Hasil Rekapitulasi Observasi Aktivitas Siswa pada Kegiatan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siklus I Pertemuan 2... 88 Tabel 15. Analisis Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Kegiatan

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siklus I Pertemuan 2... 89 Tabel 16. Hasil Rekapitulasi Observasi Aktivitas Siswa pada Kegiatan

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siklus I Pertemuan 3... 91 Tabel 17. Analisis Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Kegiatan

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siklus I Pertemuan 3... 92 Tabel 18. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) dengan Menerapkan Model Pembelajaran

Quantum Teaching Siklus I Pertemuan 1 Sampai 3... 93 Tabel 19. Rekapitulasi Hasil Tes Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Setelah

Tindakan (Postest) Siklus II Siswa Kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Gamping Sleman... 107 Tabel 20. Hasil Tes Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Setelah Tindakan

Siklus II... 108 Tabel 21. Perbandingan Hasil Tes Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Pratindakan (Pretest), Setelah Tindakan Siklus I (Postest), dan

Setelah Tindakan Siklus II

(Postest)...

110

Tabel 22. Hasil Rekapitulasi Observasi Aktivitas Siswa pada Kegiatan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siklus II Pertemuan 1... 117 Tabel 23. Analisis Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Kegiatan

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siklus II Pertemuan 1... 119 Tabel 24. Hasil Rekapitulasi Observasi Aktivitas Siswa pada Kegiatan

(15)

Tabel 25. Analisis Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Kegiatan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siklus II Pertemuan 2... 121 Tabel 26. Hasil Rekapitulasi Observasi Aktivitas Siswa pada Kegiatan

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siklus II Pertemuan 3... 122 Tabel 27. Analisis Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Kegiatan

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siklus II Pertemuan 3... 123 Tabel 28. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) dengan Menerapkan Model Pembelajaran

Quantum Teaching Siklus II Pertemuan 1 Sampai 3... 125 Tabel 29. Hasil Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS) dengan Menerapkan Model Pembelajaran Quantum Teaching

(16)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan

Mc.Taggart (Wijayah Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010: 21)... 48 Gambar 2. Diagram Tes Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Pra

Tindakan (Pretest) ... 64 Gambar 3. Diagram Tes Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Setelah Tindakan (Postest) Siklus I... 77 Gambar 4. Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I Gambar 7. Diagram Rata-Rata Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada

Siklus I Pertemuan 1 Sampai 3... 95 Gambar 8. Diagram Tes Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Setelah Tindakan (Postest) Siklus II... 109 Gambar 9. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS) Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II... 110 Gambar 10. Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II Gambar 13. Diagram Rata-Rata Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada

Siklus II Pertemuan 1 Sampai 3... 126 Gambar 14. Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Pembelajaran

(17)

Gambar 15. Diagram Nilai Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan Menerapkan Model Pembelajaran Quantum Teaching

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 142 Lampiran 2. Soal Tes Hasil Belajar dan Lembar Observasi... 211 Lampiran 3. Hasil Belajar dan Observasi... 246 Lampiran 4. Contoh Hasil Belajar Siswa dan Foto Kegiatan

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar dapat meningkatkan taraf hidup dan mampu bersaing dengan bangsa lain. Kecerdasan yang harus dimiliki suatu bangsa tidak hanya kecerdasan dalam segi intelektual, tetapi juga kecerdasan interpersonal. Dalam membangun masyarakat yang cerdas, tentunya dapat dicapai melalui pendidikan yang berkualitas.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Tim Penyusun, 2007: 3) menyebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasam akhlak mulia, serta penampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

(20)

Untuk pendidikan SD yang merupakan pendidikan formal pada tingkat dasar untuk usia 7 (tujuh) tahun hingga 12 (dua belas) tahun dapat dijadikan sebagai dasar atau pondasi bagi seorang anak dalam memperoleh ilmu, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ilmu dalam berbagai ranah tersebut dapat dijadikan sebagai bekal bagi diri anak kelak di kemudian hari ketika berada di jenjang pendidikan yang lebih tingi maupun di kehidupan masyarakat.

Mata pelajaran yang ada di SD terdiri dari Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dari kelima mata pelajaran yang ada dalam pendidikan SD tersebut, salah satunya adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengandung konsep-konsep berbagai ilmu sosial dan implementasinya dalam kehidupan masyarakat yang dipadukan melalui pendekatan pendidikan. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat dijadikan sebagai sarana dalam upaya mewujudkan sikap, kecerdasan, dan keterampilan yang diperlukan seorang warga negara dalam kehidupan sosial masyarakat dan menanamkan kesadaran lingkungan.

(21)

dengan bahan kajian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yaitu ilmu pengetahuan tentang seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan pengertian yang terkait dengan ilmu-ilmu sosial.

Tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang terdapat dalam KTSP (2007: 237) yaitu hendaknya siswa dapat mencapai kompetensi-kompetensi sebagai berikut.

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan kompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang tertuang dalam KTSP sangat baik, yaitu agar siswa dapat mencapai kompetensi di dalam dirinya yang kelak di kemudian hari kompetensi itu hendaknya dapat berguna bagi masyarakat dan negara. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran IPS masih jauh dari tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tersebut.

(22)

(IPS) siswa kelas VB pada Ujian Akhir Semester Genap tahun ajaran 2015/2016 adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil Belajar Siswa Kelas VB SD Negeri Demakijo 1 pada Ujian Akhir Semester Genap Tahun Ajaran 2016/2017.

No. Mata Pelajaran Nilai Rata-rata UAS

1. Bahasa Indonesia 80

2. Matematika 70

3. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 75 4. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 68

5. PKn 70

Selain melakukan wawancara dengan guru, peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa secara acak di kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Gamping Sleman, beberapa siswa tersebut mengungkapkan bahwa pelajaran IPS adalah pelajaran yang penuh dengan tulisan dan hafalan. Guru juga mengharuskan mereka dapat memahami semua materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang telah diberikan.

(23)

kecenderungan untuk melupakan apa yang telah diberikan pengajar. Berdasarkan pendapat tersebut, guru sebaiknya merancang pembelajaran agar siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat mencapai potensi dalam dirinya sesuai dengan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang dilaksanakan di kelas VB SD Negeri Demakijo 1 dengan metode ceramah juga dinilai kurang menyenangkan bagi siswa. Hal ini dibuktikan dengan selama proses pembelajaran ada siswa yang bercerita dengan temannya, memukul-mukul meja, bermain dengan tempat pensilnya, dan kepala disandarkan di meja. Darmansyah (2011: 4) menyatakan bahwa kenyamanan dan kesenangan yang dinikmati oleh peserta didik dalam pembelajaran dapat membantu mereka mencapai hasil belajar optimal. Berdasarkan pendapat Darmansyah tersebut, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat dibuat dengan suasana kelas yang menyenangkan agar siswa dapat tertarik mengikuti proses pembelajaran sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

(24)

senang dan tidak bosan, sehingga pembelajaran yang diterima siswa akan lebih bermakna.

Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan solusi untuk membuat suasana pembelajaran di dalam kelas menjadi menarik dan menyenangkan bagi siswa adalah model pembelajaran Quantum Teaching. Menurut Sugiyanto (2010: 6), Quantum Teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat dipilih guru agar pembelajaran dapat berlangsung secara menyenangkan (enjoyful learning). Model pembelajaran Quantum Teaching menekankan pentingnya interaksi yang menyenangkan antara siswa dengan lingkungan belajarnya dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal, serta memudahkan kebehasilan tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran Quantum Teaching menggunakan strategi pembelajaran yang dikenal dengan istilah TANDUR (Bobbi DePorter dalam Udin Syaefudin Sa’ud, 2012: 129). Strategi pembelajaran ini dapat menempatkan siswa menjadi subjek yang aktif, baik secara fisik maupun mental dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Siswa dapat memiliki kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuan mereka berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dialami siswa menjadi sebuah konsep Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sehingga konsep yang didapatkan oleh siswa akan tertanam dan dapat bertahan lama dalam diri siswa.

(25)

penelitian. Peneliti terdorong untuk melakukan penelitian mengenai

“Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui Penerapan

Model Pembelajaran Quantum Teaching pada Siswa Kelas VB SD Negeri

Demakijo 1 Gamping Sleman”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut.

1. Masih rendahnya nilai hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dibandingkan dengan mata pelajaran lain.

2. Guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sehingga proses pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher center).

3. Guru menggunakan metode pembelajaran yang kurang bervariasi sehingga pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dirasa kurang menarik. 4. Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar pada proses pembelajaran Ilmu Penetahuan Sosial (IPS) di kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Gamping Sleman.

C. Batasan Masalah

(26)

Quantum Teaching pada siswa kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Gamping Sleman.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui penerapan model pembelajaran Quantum Teaching pada siswa kelas VB SD Negeri

Demakijo 1 Gamping Sleman?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui model pembelajaran Quantum Teaching di kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Gamping Sleman.

F. Definisi Operasional Variabel

(27)

2) Model pembelajaran Quantum Teaching adalah model pembelajaran yang berlandaskan pada strategi TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan). Penerapan model pembelajaran

Quantum Teaching dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada siswa kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Gamping Sleman adalah upaya agar siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran karena siswa mengalami sendiri pengalaman belajar yang dilakukan sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Langkah-langkah strategi TANDUR adalah sebagai berikut.

a. Tumbuhkan

Guru menunjukkan gambar-gambar suku bangsa dan budaya yang ada di daerah tempat tinggal siswa dan sekitarnya. Hal ini dilakukan untuk menciptakan perhatian siswa pada tahap awal proses pembelajaran.

b. Alami

Guru menciptakan atau mendatangkan pengalaman yang umum dan dapat dipahami oleh seluruh siswa. Proses alami ini dapat dilakukan dengan menanyakan hal-hal yang umum kepada siswa,

seperti “kita berada di daerah mana anak-anak? Suku dan budaya apa

yang ada di daerah kita?”. Setelah siswa mengerti makna suku

(28)

c. Namai

Guru memperlihatkan berbagai suku bangsa dan budaya daerah. Misalnya, guru memperlihatkan gambar suku bangsa, pakaian adat, dan rumah adat. Kemudian guru bersama siswa mengidentifikasi dan menamai suku bangsa, pakaian adat, rumah adat, dan nama tarian tersebut.

d. Demonstasikan

Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan presentasi hasil diskusi di depan kelas.

e. Ulangi

Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan apa yang telah dipelajari. Guru dapat memberikan pertanyaan konfirmasi kepada siswa agar mereka dapat mengingat kembali dan paham tentang materi tersebut.

f. Rayakan

Guru memberikan reward berupa pujian kepada siswa dan dilanjutkan dengan menyayikan lagu bersama-sama.

G. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis

(29)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1) Meningkatkan ingatan dan pemahaman siswa mengenai konsep-konsep dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) secara konkret.

2) Meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

b. Bagi Guru

1) Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih model pembelajaran yang tepat bagi siswa.

2) Menambah pengetahuan tentang model pembelajaran Quantum Teaching pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD.

3) Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guru untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran.

c. Bagi Peneliti

1) Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai informasi seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui penerapan model pembelajaran

Quantum Teaching.

(30)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Peningkatan Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat diartikan sebagai tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana seseorang mampu menguasai bahan ajar atau materi yang telah diberikan dan dipelajari. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan

memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”.

Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau suatu proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional (Purwanto, 2008: 44). Sebagaimana dalam proses belajar, hasil diperoleh sebagai akibat adanya proses yang berakibat adanya perubahan tingkah laku pada seseorang yang belajar.

Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar (Syaiful Sagala, 2010: 12). Mengolah bahan ajar yang dimaksud tidak semata-mata hanya bersifat hafalan, tetapi diikuti perubahan tingkah laku dalam diri seseorang. Perubahan tingkah laku yang diharapkan sebagai akibat dari pengalaman proses belajar yaitu perubahan tingkah laku menuju ke arah lebih baik sesuai dengan tujuan awal proses belajar.

Arthur T. Jersild (Syaiful Sagala, 2010: 12) menyatakan bahwa belajar

adalah “modification of behavior through experience and training” yaitu

(31)

pengalaman dan latihan. Pengalaman tersebut didapatkan dengan cara adanya interaksi antara anak didik dengan lingkungannya secara sadar dan sengaja, serta mempunyai tujuan yang jelas.

Sejalan dengan pendapat diatas, Gage (Syaiful Sagala, 2010: 12) menyatakan bahwa belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Belajar dapat disimpulkan terjadi bila tampak adanya tanda-tanda bahwa perilaku manusia berubah sebagai akibat proses pembelajaran yang membutuhkan waktu dan tempat. Perilaku yang disoroti dalam proses belajar yaitu perilaku verbal manusia, yaitu kemampuan manusia untuk menangkap informasi mengenai ilmu pengetahuan yang diterimanya dalam belajar.

Nana Sudjana (2009: 22) menyatakan bahwa “hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajarnya”. Kemampuan-kemampuan sebagai hasil belajar

tidak saja berupa kemampuan pengetahuan, tetapi juga dapat berupa kemampuan dalam hal sikap dan keterampilan.

(32)

2. Hasil Belajar Kognitif

Perubahan perilaku pada diri seseorang atau siswa diperoleh melalui proses belajar yang disengaja dan direncanakan. Dalam usaha untuk mengukur perubahan perilaku seseorang, perilaku kejiwaan manusia dibagi dalam tiga domain atau ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor (Purwanto, 2008: 48). Ketiga domain tersebut merupakan potensi jiwa siswa yang dapat diwujudkan menjadi kemampuan melalui proses belajar dalam pendidikan.

Hasil belajar kognitif merupakan perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi (Purwanto, 2008: 50). Proses belajar yang terjadi di kawasan kognisi melibatkan otak dalam menerima, mengolah, dan menyimpan stimulus dari luar menjadi informasi yang suatu saat dapat digali kembali untuk menyelesaikan suatu masalah. Kemampuan yang menimbulkan perubahan perilaku pada domain kognitif meliputi beberapa tingkat atau jenjang.

Menurut Agus Suprijono (2009: 6), tingkatan hasil belajar pada domain kognitif adalah sebagai berikut.

a. Hafalan (C1) merupakan kemampuan memanggil kembali (mengingat atau menghafal) fakta yang disimpan dalam otak untuk merespon suatu masalah.

(33)

c. Penerapan (C3) merupakan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan yang diperoleh untuk memecahkan masalah.

d. Analisis (C4) merupakan kemampuan untuk memahami suatu pengetahuan untuk dijabarkan secara rinci.

e. Sintesis (C5) merupakan kemampuan menggolongkan bagian-bagian untuk dijadikan satu.

f. Evaluasi (C6) merupakan kemampuan memberikan nilai dan melakukan tindak lanjut terhadap hasil. Semakin tinggi tingkat pengetahuan yang ingin dicapai, maka siswa harus memahami pengetahuan dari tingkatan yang paling rendah.

Hasil belajar kognitif yang sesuai dengan usia SD baru sampai pada aspek mengingat dan memahami atau aspek C1 dan C2. Sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2006: 121) bahwa beberapa aspek hasil belajar kognitif yang cocok diterapkan di SD yaitu aspek ingatan (C1) dan pemahaman (C2), sedangkan aspek aplikasi, analisis, dan sintesis baru diterapkan pada SMP, SMA, dan perguruan tinggi.

Dari pendapat Suharsimi Arikunto diatas, aspek hasil belajar yang dipakai pada penelitian ini yaitu aspek mengingat (C1) dan memahami (C2). Kedua aspek tersebut sebagai tolak ukur hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui model pembelajaran

(34)

3. Hasil Belajar Afektif

Hasil belajar afektif merupakan perubahan perilaku siswa yang terjadi pada ranah sikap akibat proses belajar. Menurut Krathwohl (Purwanto, 2010: 51-51), hasil belajar afektif dibagi menjadi lima tingkat sebagai berikut.

a) Penerimaan (receiving) atau menaruh perhatian (attending) adalah kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan perhatian kepada rangsangan yang datang.

b) Partisipasi atau merespon (responding) adalah kesediaan memberikan respons dengan berpartisipasi.

c) Penilaian atau penentuan sikap (valving) adalah kesediaan untuk menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan.

d) Organisasi adalah kesediaan mengorganisasi nilai-nilai yang dipilih untuk menjadi pedoman yang mantap dalam perilaku.

e) Internalisasi nilai atau karakterisasi (characterization) adalah menjadikan nilai-nilai yang diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juha menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari.

(35)

mengukur sejauh mana penerimaan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching. Penerimaan diukur dengan mengamati bagaimana fokus dan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang sedang berlangsung, sedangkan partisipasi diukur dengan mengamati respon dan tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang sedang berlangsung. B. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD

IPS atau Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah (Sapriya, 2009: 19). Istilah IPS di SD merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai intergrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains, bahkan berbagai isu dan masalah sosial dalam kehidupan di masyarakat.

Somatri (Sapriya, 2009: 11) menyatakan bahwa pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. IPS di SD merupakan perpaduan (integrasi) mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi.

(36)

pendekatan pendidikan dengan mempertimbangkan kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan lingkungan sekitar sesuai dengan tujuan pendidikan.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada jenjang SD dikembangkan dan disusun dengan mengacu pada aspek kehidupan nyata peserta didik sesuai dengan karakteristik usia dan tingkat perkembangan berpikir. Sapriya (2009: 194) menjelaskan tujuan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai berikut.

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.

(37)

Dasar (KD) yang terdapat di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS kelas V SD pada semeseter I yaitu:

Tabel 2. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Kelas V Semester 1.

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Menghargai berbagai

peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia

1.1 Mengenal makna peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia

1.2 Menceriterakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia

1.3 Mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya

1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia

1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah keragaman suku bangsa dan budaya. Standar Kompetensi dalam penelitian ini adalah SK 1 yaitu menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia. Kompetensi Dasar yang digunakan peneliti adalah KD 1.4 yaitu menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia.

(38)

model pembelajaran Quantum Teaching. Dengan materi keragaman suku bangsa dan budaya diharapkan siswa dapat memperoleh pengetahuan mengenai berbagai keragaman suku bangsa dan budaya yang ada di daerah kabupaten/kota tempat tinggal siswa dan daerah kabupaten/kota di sekitarnya.

C. Model Pembelajaran Quantum Teaching 1. Pengertian Model Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran memiliki tujuan jangka panjang yaitu untuk membantu siswa menggali potensi dalam dirinya dan mencapainya dengan kemampuan yang optimal. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan model pembelajaran agar pendidikan dapat lebih efektif di masa mendatang.

Model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal (Suharsimi Arikunto, 2003: 21). Model dapat diartikan sebagai bentuk sederhana dari sesuatu hal yang nyata. Sebagai contoh, model rumah yang terbuat dari kayu, plastik, dan lem adalah model nyata dari sebuah bangunan rumah. Model rumah tersebut memlikili bentuk yang sama dengan bangunan rumah, tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil dan lebih sederhana. Model rumah dapat mempresentasikan bentuk rumah yang sebenarnya.

Joyce (Suharsimi Arikunto, 2003: 22) menyatakan maksud dari model

pembelajaran adalah “suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan

(39)

pembelajaran, termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain”. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran di kelas benar-benar direncanakan dan dirancang secara sistematis agar dapat terlaksana sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Winataputra (Sugiyanto, 2010: 3) memiliki pendapat mengenai model pembelajaran, yaitu:

model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Model pembelajaran yang dimaksudkan oleh Winaputra yaitu suatu rancangan yang berisikan prosedur pembelajaran sistematis dan terorganisir. Prosedur ini digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar. Pedoman diciptakan sebagai dasar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur pembelajaran. Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur pembelajaran. Keempat ciri-ciri tersebut menurut Kardi dan Nur (Trianto, 2010: 55) sebagai berikut.

a. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.

(40)

c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.

d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Bersadarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka pembelajaran yang berisikan prosedur atau langkah-langkah teknis yang berurutan dan menggambarkan segala aktivitas pembelajaran. Prosedur tersebut dirancang dan dilaksanakan oleh guru dan siswa sehingga dapat melaksanakan proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran dan pendidikan.

2. Model Pembelajaran Quantum Teaching

Model pembelajaran Quantum Teaching pertama kali diadakan di Super Camp, sebuah program percepatan Quantum Learning yang ditawarkan oleh Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan pribadi. Menurut Bobbi DePorter (2005: 34), Quantum Teaching adalah “penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup

unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa”.

Quantum Teaching merupakan seperangkat model yang diupayakan oleh Georgi Lozanov melalui eksperimen dengan suggestology atau

(41)

situasi belajar. Sugesti itu dapat berupa sugesti positif maupun negatif. Berawal dari eksperimen dengan sugesti itulah muncullah Quantum Teaching. Akan tetapi, falsafah dan metodologi quantum learning tidak ada kaitannya dengan hasil turunan atau transformasi fisika kuantum dan juga tidak berkaitan dengan prinsip-prinsip atau pandangan-pandangan fisika kuantum yang dikemukakan oleh Albert Einstein, seorang tokoh terdepan fisika kuantum (Sugiyanto, 2010: 70).

Udin Syaefudin (2009: 126) menyatakan bahwa Quantum Teaching

merupakan sebuah model yang menyajikan bentuk pembelajaran sebagai

suatu “orkestrasi’ yang terdiri dari dua unsur pokok, yaitu konteks dan isi.

Konteks yang dimaksud dalam hal ini berkaitan dengan lingkungan belajar yang meliputi lingkungan fisik dan lingkungan psikis, sedangkan isi yang dimaksud yaitu berkenaan dengan bagaimana isi pembelajaran dirancang dan disampaikan kepada siswa.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dengan memperhatikan interaksi-interaksi antara lingkungan siswa, isi pembelajaran, dan sugesti. Quantum Teaching menggunakan dua konsep utama, yaitu percepatan belajar dan fasilitas belajar.

3. Asas Model Pembelajaran Quantum Teaching

(42)

mewujudkan energi guru dan siswa menjadi cahaya belajar yaitu percepatan belajar melalui usaha sengaja untuk mengikis hambatan-hambatan belajar tradisional, dan fasilitas belajar yang berarti mempermudah belajar. Kedua konsep utama ini, yaitu percepatan belajar dan fasilitas belajar akan mendukung asas utama yang digunakan dalam pembelajaran kuantum.

Bobbi De Porter (2007: 6) menyatakan bahwa asas utama model pembelajaran Quantum Teachingadalah “Bawalah dunia mereka ke dunia

kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Asas utama Quantum

Teaching ini mengisyaratkan pentingnya seorang guru untuk memasuki dunia atau kehidupan anak sebagai langkah awal dalam melaksanakan sebuah pembelajaran. Memahami dan memasuki dunia siswa merupakan langkah yang dapat ditempuh oleh guru untuk mempermudah dalam memimpin, menuntun, dan mendidik siswa untuk meraih hasil belajar dan menuju kesadaran ilmu pengetahuan yang lebih luas.

(43)

4. Prinsip dan Strategi Quantum Teaching

Selain asas utama “Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan

dunia kita ke dunia mereka” seperti yang telah dipaparkan diatas,

Quantum Teaching juga memiliki lima prinsip yang dikemukakan oleh Bobby De Porter (Udin Syaefudin, 2008: 128-129) sebagai berikut.

a. Segalanya berbicara

Seluruh lingkungan kelas termasuk dalam hal ini guru, hendaknya dirancang untuk membawa pesan belajar yang dapat diterima oleh siswa. Semua rancangan kurikulum dan pembelajaran, gerakan, kata-kata dan tindakan guru serta seluruh kondisi lingkungan harus dapat membawa pesan belajar yang dapat dengan mudah dicapai oleh siswa sebagai pembelajar.

b. Segalanya bertujuan

Semua yang terjadi dalam proses perubahan pembelajaran harus mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan terkontrol. Segala sumber dan fasilitas yang terlibat dalam pembelajaran digunakan untuk membantu perubahan perilaku siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor siswa.

c. Pengalaman sebelum pemberian nama

(44)

mengkategorikan). Peran guru sangat diperlukan dalam proses pengkaitan pengalaman informasi dan materi pembelajaran.

d. Mengakui setiap usaha

Semua usaha yang telah dilakukan oleh usaha harus memperoleh pengakuan dan penghargaan dari guru dan teman-temannya. Pengakuan ini penting dilakukan agar siswa dapat merasa percaya diri dan berani melangkah ke bagian berikutnya dalam pembelajaran. e. Merayakan keberhasilan

Setiap usaha yang telah dilakukan dan hasil yang telah diperoleh dalam pembelajaran patut dirayakan. Perayaan ini diharapkan dapat memberikan umpan balik atau feedback dan motivasi agar siswa dapat terus maju dan meningkatkan hasil belajar berikutnya.

5. Karakteristik Model Pembelajaran Quantum Teaching

Pembelajaran kuantum memiliki karakteristik umum yang dapat menggambarkan bagaimana sosok pembelajaran kuantum atau Quantum Teaching yang sesungguhnya. Menurut Sugiyanto (2010, 73-78), karakteristik model pembelajaran Quantum Teaching adalah sebagai berikut.

(45)

b. Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris atau nativistis. Manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi, dam sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang secara maksimal dan optimal. Hadiah dan hukuman dipandang tidak ada karena semua usaha yang dilakukan patut dihargai.

c. Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivis (tis), bukan positivistis-empiris, behavioristis. Pembelajaran kuantum lebih menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal dan memudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran.

d. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna. Interaksi menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam pembelajaran kuantum.

e. Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada berlangsungnya pembelajaran yang berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi. Di sini berbagai kiat, cara, dan teknik dapat dipergunakan, misalnya pencahayaan, iringan musik, suasana yang menyenangkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan sebagainya.

(46)

g. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. Dalam hal ini perlu dihadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman pembelajar perlu diakomodasi secara memadai.

h. Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang lentur, keterampilan belajar-untuk-belajar, dan keterampilan hidup.

i. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi fisikal atau material. Pembelajaran yang berhasil bukan hanya terbentuknya keterampilan akademis, namun lebih penting lagi terbentuknya keterampilan hidup pembelajar.

j. Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. Proses pembelajaran hendaknya menanamkan nilai dan keyakinan positif dalam diri pembelajar. Hukuman dan hadiah (punishment and reward) tidak diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai.

(47)

diakui keragaman gaya belajar siswa atau pembelajar, dikembangkannya aktivitas-aktivitas pembelajar yang beragam, dan digunakannya bermacam-macam kiat dan metode pembelajaran. l. Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran

dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pendapat diatas, yang dimaksud dengan karakteristik model pembelajaran Quantum Teaching yaitu gambaran atau ciri khas yang menggambarkan sosok model pembelajaran Quantum Teaching.

Karakteristik model pembelajaran Quantum Teaching adalah mengutamakan adanya suatu interaksi siswa dengan lingkungan, yaitu dapat dengan teman sebaya, guru, maupun lingkungan sekitar siswa. Selain itu, model pembelajaran Quantum Teaching menekankan pada proses pembelajaran, bukan hasil akhir dari pelaksanaan pembelajaran. Setiap usaha siswa untuk belajar diakui dan dihargai dengan memberikan pujian atau nyanyian suka cita agar siswa memiliki motivasi, rasa percaya diri, dan keinginan untuk belajar lebih lanjut. 6. Unsur-unsur Model Pembelajaran Quantum Teaching

(48)

pembelajaran, termasuk teman sebaya, sedangkan konten berkaitan dengan isi pembelajaran.

a. Mengorkestrasi kesuksesan belajar melalui lingkungan pembelajaran (konteks)

Menurut Udin Syaefudin (2008: 130-134), dimensi konteks dalam pembelajaran kuantum dikelompokkan menjadi empat bagian. Keempat dimensi tersebut adalah sebagai berikut.

1) Suasana belajar yang menggairahkan

Seorang guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang memberdayakan siswa. Guru perlu memahami dan menerapkan aspek-aspek berikut ini untuk menciptakan suasana yang dinamis dan menggairahkan dalam belajar.

a) Kekuatan niat dan berpandangan positif b) Menjalin rasa simpati dan saling pengertian c) Keriangan dan ketakjuban

d) Mau mengambil resiko

e) Menumbuhkan rasa saling memiliki f) Menunjukkan keteladanan

2) Landasan yang kukuh

(49)

kuantum, landasan yang kukuh dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a) Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran b) Mengukuhkan prinsip-prinsip keunggulan

c) Meyakini kemampuan diri dan kemampuan siswa d) Kesepakatan, kebijaksanaan, prosedur, dan peraturan e) Menjaga komunitas belajar tetap tumbuh dan berjalan 3) Lingkungan yang mendukung

Lingkungan kelas merupakan lingkungan yang berpengaruh terhadap daya siswa dalam memusatkan perhatian dan menyerap informasi ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, guru dapat mendukung situasi belajar dengan cara sebagai berikut.

a) Mengorganisasikan dan memanfaatkan lingkungan sekitar b) Menggunakan alat bantu yang mewakili satu gagasan c) Pengaturan formasi siswa

d) Pemutaran musik yang sesuai dengan kondisi siswa 4) Perancangan pengajaran yang dinamis

(50)

Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.

b. Mengorkestrasi kesuksesan belajar melalui konten atau isi

Dimensi konten atau isi dalam Quantum Teaching

dikelompokkan menjadi empat bagian. Menurut Udin Syefudin (2008: 134-137). Keempat bagian tersebut adalah sebagai berikut.

1) Mengorkestrasi presentasi prima

Kemampuan guru mengorkestrasi presentasi prima merupakan kemampuan berkomunikasi dengan menekankan interaksi sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah ditetapkan. Empat prinsip komunikasi hendaknya dilakukan oleh guru ketika guru mengajar, memberikan pengarahan, menata konteks, dan memberikan umpan balik. Keempat prinsip tersebut yaitu: memunculkan kesan yang diinginkan, mengarahkan perhatian, bersifat mengajak, dan tepat sasaran. 2) Mengorkestrasi fasilitas yang elegan

(51)

3) Mengorkestrasi keterampilan belajar dan keterampilan hidup Keterampilan belajar dapat membantu siswa mencapai tujuan belajar dengan efisien dan cepat. Belajar di kelas perlu memanfaatkan gaya belajar masing-masing siswa, yakni gaya belajar visual, auditorial, dan kinetik.

a) Visual

Gaya belajar visual akan berhasil jika siswa banyak membuat simbol dan gambar dalam catatannya. Siswa dengan gaya belajar visual dapat menangkap isi pembelajaran dengan baik melalui membaca cepat secara keseluruhan yang membantunya mendapatkan gambaran umum.

b) Auditorial

Siswa dengan gaya belajar auditorial dapat belajar melalui mendengarkan kuliah, contoh-contoh model, ceramah, ceritera, dan mengulang informasi. Biasanya siswa belajar auditorial menyenangi belajar dengan mendengarkan musik. Mereka harus dibantu menterjemahkan informasi belajar ke dalam bentuk lagu yang sudah mereka kenal.

c) Kinestetik

(52)

Siswa dengan gaya belajar ini mudah memahami informasi pembelajaran jika belajar dengan melakukan (learning by doing).

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus menguasai unsur-unsur dalam model pembelajaran Quantum Teaching. Guru harus mampu melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan dengan memadukan lingkungan belajar dan isi pembelajaran yang menarik. Lingkungan belajar dalam hal ini termasuk juga teman sebaya. Lingkungan belajar dengan fasilitas yang mendukung, teman sebaya yang bersemangat untuk belajar, pembelajaran yang dirancang dengan matang, dan isi pembelajaran yang mampu menampung semua gaya belajar siswa dapat menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran Quantum Teaching di SD.

7. Kerangka Model Pembelajaran Quantum Teaching

Model pembelajaran Quantum Teaching menerapkan konsep TANDUR yang merupakan akronim dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Konsep melandasi pelaksanaan model pembelajaran Quantum Teaching.

(53)

TANDUR, siswa dapat mengalami pembelajaran, berlatih, dan menjadikan isi pelajaran nyata bagi merek asendiri. Menurut Sugiyanto (2010: 84-93), kerangka perancangan model pembelajaran Quantum Teaching adalah sebagai berikut.

a. Tumbuhkan

Tahap tumbuhkan merupakan konsep operasional dari prinsip

“Bawalah dunia mereka ke dunia kita”. Realisasi konsep tumbuhkan

dapat dilakukan dengan menyertakan pengalaman siswa sebagai langkah awal untuk menstimulus tanggapan. Kekuatan penanaman dalam diri dengan AMBAK (Apa Manfaatnya BagiKu?) merupakan sebuah cara untuk menimbulkan motivasi dari dalam diri sendiri. AMBAK sama saja dengan menciptakan minat dalam apa yang sedang dipelajari dan menghubungkan dengan dunia nyata (Bobbi De Porter, 2006: 48).

Dalam melakukan apersepsi, menarik perhatian siswa, dan memfokuskan perhatian siswa, tidak harus dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Tahap tumbuhkan dapat dilakukan dengan menyajikan gambar/ media yang menarik, peta konsep, puisi, cerita menarik, dan berita terkini.

b. Alami

(54)

meningkatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Pengalaman memberikan kesempatan mengajar untuk memanfaatkan pengetahuan dan keingintahuan mereka. Informasi pengalaman ini membuat yang abstrak menjadi konkret (Bobbi De Porter, 2005: 90).

Tahap alami dapat dilakukan dengan menggunakan jembatan keledai, permainan, dan stimulasi dalam menyampaikan konsep kepada siswa. Selain itu juga dapat menggunakan sandiwara, tugas individu atau kelompok, serta kegiatan lain yang mengaktifkan pengetahuan yang sudah siswa miliki.

c. Namai

Penamaan merupakan saat untuk mengajarkan konsep, keterampilan berpikir, dan strategi belajar. Guru dapat memuaskan otak siswa, yaitu membuat mereka penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman yang telah mereka alami. Penamaan dapat berupa informasi, fakta, rumus pemikiran, tempat, dan sebagainya. Siswa mendapatkan informasi, tetapi harus mendapatkan pengalaman untuk benar-benar membuat pengetahuan tersebut bermakna.

(55)

mereka peroleh, baik itu informasi, konsep, rumus, pemikiran, tempat, dan sebagainya.

d. Demonstrasikan

Memberikan siswa peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran lain, yaitu permasalahan yang lebih riil atau nyata. Tahap demonstrasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan tingkat pemahaman atau penguasaan mereka terhadap materi yang telah dipelajari.

Tahap ini dapat dilakukan dengan mempraktekkan sandiwara, membuat puisi, menyusun laporan, menyusun skenario, menyelesaikan kasus atau permasalahan. Juga dapat dengan membuat lagu, menganalisis data, melakukan gerakan kaki, gerakan tangan, gerakan tubuh bersama secara harmonis, dan seterusnya. e. Ulangi

Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa

“aku tahu bahwa aku tahu ini!”. Jadi pengulangan harus dilakukan

secara multikecerdasan dalam konteks yang berbeda (permainan, pertunjukan, drama, dan sebagainya).

(56)

kelas konvensional, dapat dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan

post test. f. Rayakan

Perayaan dapat digunakan sebagai bentuk rasa menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan dan akhirnya dapat memberikan kepuasan dan kegembiraan pada diri siswa. Kondisi akhir pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat siswa bergairah untuk belajar lebih lanjut. Perayaan bertujuan untuk menumbuhkan

suasana menyenangkan, sehingga siswa dapat merasa: “Kelasku

adalah surgaku, sekolahku adalah surgaku!”.

Bentuk perayaan dapat berupa pujian, bernyanyi bersama, pamer pada pengunjung, pesta kelas, dan pemberian reward berupa tepukan. Tahap rayakan dapat memperkuat kesuksesan dan memberikan motivasi kepada siswa.

Dari kerangka model ini, dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut.

a. Model pembelajaran yang dapat menjadikan pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna karena siswa dapat mengalami sendiri pembelajaran yang mereka lakukan.

(57)

c. Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan kerangka belajar TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar, khususnya pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas V.

8. Kelebihan Model Pembelajaran Quantum Teaching

Model pembelajaran Quantum Teaching memiliki beberapa kelebihan. Menurut Aris Shoimin (2016: 145-146), kelebihan-kelebihan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Dapat membimbing peserta didik ke arah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.

b. Karena Quantum Teaching lebih melibatkan siswa, saat proses pembelajaran perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga banyak hal yang penting itu dapat diamati secara teliti.

c. Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak.

d. Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan. e. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori

dengan kenyataan, dan dapat mencoba melakukan sendiri.

(58)

g. Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti oleh siswa.

Model pembelajaran Quantum Teaching mengharuskan guru membangun keterikatan dengan siswa dalam bentuk rasa simpati dan saling pengertian. Keterikatan dan hubungan erat yang menyenangkan antara siswa dan guru akan membuka jalan memasuki dunia siswa dan memudahkan untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran.

D. Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD

Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas VB materi keragaman suku bangsa dan budaya pada penelitian ini menggunakan kerangka TANDUR. Langkah-langkah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching adalah sebagai berikut.

a. Tumbuhkan

Guru menunjukkan beberapa gambar suku bangsa dan budaya yang ada di Indonesia. Guru juga menunjukkan daerah persebaran suku bangsa dan budaya pada peta. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian dan menciptakan siswa pada tahap awal proses pembelajaran.

b. Alami

(59)

berada di daerah mana anak-anak? Suku dan budaya apa yang ada di

daerah kita?”. Setelah siswa mengerti makna suku bangsa dan budaya,

siswa mempraktikkan salah satu kesenian daerah sekitar tempat tinggalnya, misalnya kethoprak.

c. Namai

Guru memperlihatkan berbagai gambar suku bangsa dan budaya daerah. Kemudian guru mengajak siswa mengidentifikasi dan menamai gambar-gambar suku bangsa, pakaian adat, rumah adat, alat musik tradisional, dan nama tarian daerah. Yang dimaksud menamai dalam pembelajaran ini yaitu menyebutkan asal daerah, nama, atau deskripsi suku bangsa dan budaya tersebut.

d. Demonstasikan

Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan presentasi hasil diskusi di depan kelas dan memberikan tanggapan terhadap kelompok lain yang melaksanakan presentasi.

e. Ulangi

Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan apa yang telah dipelajari. Guru dapat memberikan pertanyaan konfirmasi kepada siswa agar mereka dapat mengingat kembali dan paham tentang materi tersebut.

f. Rayakan

(60)

E. Karakteristik Siswa SD

Siswa merupakan makhluk individu yang utuh dan juga sebagai makhluk sosial yang memiliki potensi yang berbeda-beda. Menurut Piaget (Rita Eka Izzaty dkk, 2013: 104), siswa SD termasuk dalam masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berpikir (usia 7-12 tahun), dimana konsep pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas menjadi lebih konkret. Siswa pada usia SD sudah mampu menggunakan kemampuan mentalnya untuk memecahkan masalah yang bersifat konkret.

Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana kemampuan berpikir anak berkembang dan berfungsi. Kemampuan berpikir siswa usia SD berkembang dari tingkat sederhana dan konkret ke tingkat yang lebih rumit dan abstrak. Kemampuan berpikir ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas mental seperti mengingat, memahami, dan memecahkan masalah. Pengalaman awal siswa berperan penting dalam mempertajam penerimaan konsep baru dalam pengetahuan. Karakteristik lain siswa SD yaitu senang bermain, senang bergerak, senang bekerja kelompok, senang merasakan atau memperagakan sesuatu secara langsung.

(61)

a. Pembelajaran hendaknya enggunakan bahan-bahan yang konkret, misalnya barang/ benda konkret.

b. Pembelajaran yang menggunakan alat visual, misalnya OHP, transparan. c. Pembelajaran dengan menggunakan contoh-contoh yang sudah akrab

dengan anak dari hal yang bersifat sederhana ke yang bersifat kompleks. d. Menjamin penyajian yang singkat dan terorganisasi dengan baik,

misalnya menggunakan angka kecil dari butir-butir kunci.

e. Pembelajaran dengan memberikan latihan nyata dalam menganalisis masalah atau kegiatan, misalnya menggunakan teka-teki dan curah pendapat.

Sebagai seorang guru perlu untuk mengamati apa yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran dan mencoba untuk menganalisis bagaimana siswa dalam berpikir. Untuk menstimulasi dalam berpikir, siswa memerlukan kegiatan kerja dengan benda-benda konkret sebagai objek memanipulasi, menyentuh, meraba, melihat, dan merasakannya.

F. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Model pembelajaran Quantum Teaching merupakan model pembelajaran yang baik untuk diterapkan pada siswa dalam memahami berbagai konsep materi pembelajaran dan juga memberikan dampak positif bagi guru dalam mengajar menurut beberapa pihak yang telah melakukan penelitian. Beberapa penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

(62)

IV SD Negeri Brongkol Godean Sleman”. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN Negeri Brongkol Godean Sleman. Hasil tes yang diperoleh pada setiap akhir siklus menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar IPS. Pada pratindakan motivasi belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Brongkol dengan kategori tinggi hanya 16,67%. Setelah dilakukan tindakan dengan melaksanakan model pembelajaran Quantum Teaching pada siklus I persentase siswa yang memiliki motivasi belajar meningkat menjadi 57,14%. Setelah dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan model pembelajaran Quantum Teaching pada siklus II persentase siswa yang memiliki motivasi belajar dengan kategori tinggi meningkat menjadi 85,71%.

2. Penelitian Johayyatul Anisa dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Model Quantum Teaching pada Siswa

Kelas VC SD Negeri Jumoyo 2 Salam Magelang”.

(63)

G. Kerangka Pikir

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD mengandung materi tentang pengetahuan sosial dan sejarah. Sebagian besar materi pembelajaran dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tersebut merupakan materi yang harus dihafalkan, sedangkan cakupan materinya cukup luas. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang berlangsung di SD selama ini masih konvensional. Guru masih menyampaikan materi pembelajaran dengan metode ceramah dan menjelaskan materi tersebut sesuai dengan buku paket yang digunakan. Siswa tidak terlibat aktif di dalam proses pembelajaran sehingga membuat pembelajaran menjadi kurang bermakna bagi siswa.

Guru sebagai perencana dan pelaksana kegiatan pembelajaran memiliki peranan penting untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, aktif, dan inovatif agar siswa dapat berperan aktif dan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat lebih bermakna. Langkah yang dapat dilakukan oleh guru yaitu dengan menerapkan salah satu model pembelajaran, yaitu model pembelajaran Quantum Teaching.

Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching merupakan salah satu jalan untuk menjadikan pembelajaran mata pelajaran IPS lebih bermakna bagi siswa. Pembelajaran dengan model pembelajaran Quantum Teaching

(64)

strategi TANDUR tersebut siswa diajak untuk merasakan sendiri pengalaman belajarnya secara langsung melalui demonstrasi sehingga konsep pembelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret karena siswa dapat terlibat aktif dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pada akhir pembelajaran, siswa diberikan reward agar siswa lebih termotivasi dan semangat dalam proses pembelajaran selanjutnya. Dengan kerangka tersebut diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat.

H. Hipotesis

(65)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research). Suharsimi Arikunto (2012: 3) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Dalam penelitian ini, jenis penelitian tindakan kelas yang dipilih adalah penelitian kolaboratif, yaitu dengan adanya partisipasi atau kerjasama antara peneliti dengan guru kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Gamping Sleman. Guru kelas VB dalam penelitian ini bertindak sebagai pelaksana tindakan dan peneliti sebagai observer, membantu menyiapkan media pembelajaran, membuat perlengkapan pembelajaran dan membantu dalam proses pembelajaran. Peneliti dan guru bersama-sama menyusun RPP sebelum pelaksanaan tindakan siklus I dan II. Tindakan dalam penelitian ini berupa penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dengan tujuan meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VB SD Negeri Demakijo 1 Gamping Sleman.

B. Desain Penelitian

(66)

sebagai pelaku tindakan, yaitu melaksanakan pengajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui model pembelajaran Quantum Teaching,

sedangkan peneliti berperan sebagai observer yang mengamati partisipasi siswa dan aktivitas guru dalam proses pembelajaran.

Dalam penelitian ini, model penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah model action research spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian ini menggunakan siklus yang meliputi tahapan

planning (perencanaan), action (tindakan), observing (pengamatan), dan

reflecting (refleksi). Siklus model action research spiral Kemmis dan Mc. Taggart adalah sebagai berikut.

Keterangan:

Siklus I: Plan (perencanaan)

Act (tindakan)

Observe (pengamatan)

Reflect (fefleksi) Siklus II: Plan (perencanaan)

Act (tindakan)

Observe (pengamatan)

Reflect (fefleksi)

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan Mc. Taggart (Wijayah Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010: 21).

Wijayah Kusumah dan Dedi Dwitagama (2010: 20) menyatakan bahwa model Kemmis dan Mc. Taggart pada komponen acting (tindakan) dengan

observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan. Hal ini disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara penerapan acting (tindakan) dengan

(67)

Maksudnya adalah kedua tahap tersebut harus dilakukan dalam satu kesatuan waktu yaitu ketika dilaksanakan acting (tindakan) maka observing

(pengamatan) juga harus dilaksanakan.

Berdasarkan gambar diatas, siklus penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc. Taggart adalah sebagai berikut.

1. Planning (Perencanaan)

Planning (perencanaan) merupakan langkah yang dilakukan ketika akan memulai tindakan (Suharsimi Arikunto, 2010: 17). Dalam penelitian ini, perencanaan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

a. Peneliti bekerja sama dengan guru membuat skenario pembelajaran dan perangkat pembelajaran, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi pembelajaran, media pembelajaran, serta instrumen penelitian.

b. Peneliti menyusun lembar observasi untuk memantau sejauh mana pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching.

c. Peneliti mempersiapkan lembar tes untuk mengumpulkan data hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebelum diterapkan model pembelajaran Quantum Teaching (pre test) dan setelah diterapkan model pembelajaran Quantum Teaching (post test).

Gambar

Tabel 2. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Kelas V
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan Mc. Taggart (Wijayah Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010: 21)
Tabel 4. Kisi-kisi Pedoman Observasi Aktivitas Siswa dalam
Tabel 8. Hasil Tes Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Pratindakan (Pretest)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Joidenkin jäsenvaltioiden päämiehet pyrkivät turvallistamaan liuskekaasun hyödyntämistä Euroopan unionin alueella, mutta komission teksteistä näitä uhkakuvia Venäjän

Hermawan Kertajaya (2009 : 4) juga menulis performa dari layanan yang diberikan akan membedakan perusahaan jasa yang satu dengan yang lainnya serta performa layanan yang

Game yang populer dengan nama video game ini hanya bisa dimainkan oleh satu atau dua orang pemain pada sebuah console.. Pesawat televisi dibutuhkan sebagai

Sama seperti pada proses perhitungan dengan metode WSM, dalam proses perhitungan dengan WPM, sistem akan menampilkan data nilai kriteria dari seluruh alternatif yang ada..

See discussion items on SWG Wiki pages for change request parts listed on https://portal.opengeospatial.org/wiki/GEOPACKAGEswg/ChangeRequests with hyperlinks to constituent

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di peroleh dan analisa data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa nilai suseptibilitas magnetik Pasir Sungai

Dari hasil analisis data pengaruh yang positif dan signifikan secara parsial dari variabel kompetensi terhadap kinerja karyawan dengan nilai koefisien regresi sebesar

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pola aliran perakitan aliran perakitan dan stasiun kerja sekarang bahwa proses perakitan produk tipe Xtipe X terdiri atas 20