IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI
(Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi padaClub Motor Yamaha Mio Surabaya)
PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN ”Veteran” Jawa Timur
Disusun Oleh : Anton Syuhada
0543010240
YAYASAN KESEJAHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI
(Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi padaClub Motor Yamaha Mio Surabaya)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN ”Veteran” Jawa Timur
Disusun Oleh :
Anton Syuhada 0543010240
YAYASAN KESEJAHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI
(Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi padaClub Motor Yamaha Mio Surabaya)
SKRIPSI
Disusun Oleh : Anton Syuhada
0543010240
YAYASAN KESEJAHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Judul : IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI (Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi pada Club Motor Yamaha Mio Surabaya)
Nama : Anton Syuhada NPM : 0543010240 Program Studi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Telah disetujui untuk mengikuti Seminar Proposal
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Dra. Dyva Claretta, MSi NIP. 3 6601 94 00251
Mengetahui
Ketua Program Studi Komunikasi
Judul : IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI (Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi pada Club Motor Yamaha Mio Surabaya)
Nama : Anton Syuhada
NPM : 0543010240
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Telah diuji dan diseminarkan pada tanggal 23 Agustus 2010
Pembimbing Utama 1. Penguji I
Dra. Dyva Claretta, MSi Dra. Dyva Claretta, MSi NIP. 3 6601 94 00251 NIP. 3 6601 94 00251
2. Penguji II
Dra. Herlina Suksmawati, MSi NIP. 1964 1225 1993 09 2001
3. Penguji III
Drs. Kusnarto, MSi
NIP. 1958 0801 1984 02 2001
Mengetahui
Ketua Program Studi Komunikasi
Judul : IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI (Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi pada Club Motor Yamaha Mio Surabaya)
Nama : Anton Syuhada
NPM : 0543010240
Program Studi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
Pembimbing
Dra. Dyva Claretta, MS NIP. 3 6601 94 00251
Mengetahui Dekan
IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI
(Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi padaClub Motor Yamaha Mio Surabaya)
Diajukan Oleh : Anton Syuhada
0543010240
Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 12 Nopember 2010
Menyetujui,
Pembimbing Utama Tim Penguji
1. Ketua
Dra. Dyva Claretta, MS Ir. Didiek Tranggono, MSi
NIP. 3 6601 94 00251 NIP. 1999581225199001001
2. Skretaris
Dra. Dyva Claretta, MS NIP. 3 6601 94 00251 3. Anggota
Drs. Kusnarto, MSi
NIP. 195808011984022001
Mengetahui Dekan
IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI
(Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi padaClub Motor Yamaha Mio Surabaya)
Diajukan Oleh : Anton Syuhada
0543010240
Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 12 Nopember 2010
Menyetujui,
Pembimbing Utama Tim Penguji
1. Ketua
Dra. Dyva Claretta, MS Ir. Didiek Tranggono, MSi
NIP. 3 6601 94 00251 NIP. 1999581225199001001
2. Skretaris
Dra. Dyva Claretta, MS NIP. 3 6601 94 00251 3. Anggota
Drs. Kusnarto, MSi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan
karuniaNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Iklim Komunikasi Organisasi (Study Deskripti Iklim Komunikasi Organisasi
pada Club Motor Yamaha Mio Surabaya)” dapat terselesaikan dengan baik.
Maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dra. Dyva Claretta, MSi., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, pengarahan serta motivasi
kepada penulis.
Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu
berupa moril, spiritual maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, Msi., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
3. Dosen-dosen Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan
ilmu dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Orang tua ku, terima kasih atas doanya serta dorongannya baik berupa moril
maupun materiil.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan guna
ii
memperbaiki kekurangan yang ada untuk melanjutkan tahap penelitian
selanjutnya. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,
khususnya untuk teman-teman pada Program Studi Ilmu Komunikasi.
Surabaya, November 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 8
2.1.1 Komunikasi ... 8
2.1.2 Fungsi Komunikasi ... 9
2.1.3 Proses Komunikasi ... 10
2.1.4 Strategi Komunikasi ... 11
2.1.5 Pengaruh Komunikasi ... 13
2.1.6 Hambatan Komunikasi ... 14
2.1.7 Komunikasi Dalam Organisasi ... 20
2.1.7.1. Komunikasi ke Bawah ... 20
2.1.7.2. Komunikasi ke Atas ... 22
2.1.7.3. Komunikasi Horisontal ... 23
2.1.7.4. Komunikasi Diagonal ... 23
2.1.8 Komunikasi Interpersonal ... 24
2.1.9 Komunikasi Antarpersonal ... 25
2.1.10 Iklim Komunikasi Organisasi ... 27
2.2 Kerangka Berpikir ... 28
2.3 Hipotesis Pemikiran ... 28
BAB IIIMETODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30
3.1.1 Iklim Komunikasi Organisasi ... 30
3.1.2 Pengukuran Variabel ... 31
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 35
3.2.1 Populasi ... 35
3.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 35
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 35
3.4. Teknik Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Objek Penelitian ... 41
4.2. Penyajian Data ... 43
4.2.1.Identitas Responden ... 43
4.2.2.Pertanyaan Tentang Kepercayaan ... 45
4.2.3.Pertanyaan Tentang Pembuatan Keputusan Bersama .... 49
4.2.4.Pertanyaan Tentang Kejujuran ... 45
4.2.5.Pertanyaan Tentang Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah ... 56
4.2.6.Pertanyaan Tentang Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas ... 59
4.2.7.Pertanyaan Tentang Perhatian pada Tujuan-Tujuan Berkinerja Tinggi ... 61
4.3. Hasil Pengujian dan Analisis ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 70
5.2. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
LAMPIRAN ... 73
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43
Tabel 2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 43
Tabel 3 : Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 44
Tabel 4 : Pertanyaan Tentang Kepercayaan ... 45
Tabel 5 : Pertanyaan Tentang Keyakinan ... 47
Tabel 6 : Pertanyaan Tentang Kredibilitas ... 48
Tabel 7 : Pertanyaan Tentang Keikutsertaan DalamPengambilan Keputusan ... 49
Tabel 8 : Pertanyaan Tentang Perhatian Manajemen Organisasi ... 50
Tabel 9 : Pertanyaan Tentang Tanggapan Manajemen Organisasi ... 51
Tabel 10 : Pertanyaan Tentang Penyelesaian Konflik ... 53
Tabel 11 : Pertanyaan Tentang Penyampaian Ide Dalam Kegiatan ... 54
Tabel 12 : Pertanyaan Tentang Penyampaian Ide Pada Manajemen ... 55
Tabel 13 : Pertanyaan Tentang Penyebaran Informasi ... 57
Tabel 14 : Pertanyaan Tentang Mengkomunikasikan Kebijakan ... 58
Tabel 15 : Pertanyaan Tentang Tanggapan Pihak Manajemen ... 59
Tabel 16 : Pertanyaan Tentang Penerimaan Pihak Manajemen ... 60
Tabel 17 : Pertanyaan Tentang Komitmen Dalam Pencapaian Tujuan ... 62
Tabel 18 : Pertanyaan Tentang Komitmen Dalam Menghasilkan Suasana Nyaman ... 63
Tabel 19 : Pertanyaan Tentang Komitmen Dalam Menghasilkan Keakraban ... 64
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Iklim Organisasi Pada Mio Association
Surabaya (MAS) ... 29
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Club Motor Yamaha Mio Surabaya .... 42
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kuesioner ... 72
Lampiran 2 Data Rekapitulasi Jawaban Responden ... 79
Lampiran 3 Frekuensi Tabel ... 86
ABSTRAKSI
Anton Syuhada, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI (Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi pada Club Motor Yamaha Mio Surabaya).
Keberadaan iklim komunikasi sangatlah penting, karena iklim organisasi dapat mempengaruhi cara hidup anggotanya, kepada siapa berbicara, siapa yang disukai, bagaimana kegiatan cara kerjanya, bagaimana perkembangannya, apa yang ingin dicapai dan bagimana cara beradaptasi. Banyak peeliti yang berpendapat bahwa iklim organisasi jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-matadalam menciptakan suatu organisasi yang efektif.
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Iklim komunikasi organisasi yang merupakan situasi dalam lingkungan kerja disuatu organisasi secara keseluruhan. Perusahaan yang memiliki iklim komuniksi organisasi yang baik dapat digunakan sebagai indikasi bahwa perusahaan tersebut memiliki citra yang baik.
Metode analisis data dalam penelitian ini dengan mengukur nilai-nilai indikator iklim komunikasi kerja dalam organisasi, penulis menggunakan rumus milik R. Wayne Pace. Sampel dalam penelitian ini adalah para anggota MAS (Mio Association Surabaya). Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik likert.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada beberapa variabel iklim komunikasi diatas, yang diperoleh Nilai Iklim Komposit sebesar 0,6198. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa iklim komunikasi pada club MAR’S (Mione Arek Suroboyo) berada pada keofisien yang nilainya kurang dari 0,79, sehingga dapat dikatakan club MAR’S (Mione Arek Suroboyo) memiliki iklim organisasi yang negatif.
Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa tingkat pengetahuan sebagian besar Berdasarkan pada bab sebelumnya diperoleh hasil bahwa Nilai Iklim Komposit sebesar 0,6198. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa iklim komunikasi pada club MAR’S (Mione Arek Suroboyo) berada pada keofisien yang nilainya kurang dari 0,79, sehingga dapat dikatakan club MAR’S (Mione Arek Suroboyo) memiliki iklim organisasi yang negatif. Yang berarti iklim komunikasi yang terjadi di club motor Yamaha Mio Surabaya kurang berjalan dengan baik. Hal tersebut disebabkan karena permasalahan yang ada di dalam club motor Yamaha Mio Surabaya, terutama kurangnya komunikasi yang terjalin dengan baik antara para pengurus club dengan para anggotanya.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang Masalah
Setiap organisasi selalu ingin terus mengembangkan organisasinya, untuk selalu dapat mengembangkan organisasi tentu harus dapat meningkatkan komunikasi di dalam organisasinya dengan cara mengeluarkan semua ide yang ada pada dirinya untuk kemajuan organisasi. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya jelas terlihat melalui jenis, peringkat, bentuk dan jumlah interaksi yang berlaku. Proses dalam organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai organisasi yang efektif. Salah satu proses yang akan selalu terjadi dalam organisasi apapun adalah proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam menunjang kelancaran organisasi, maka perhtaian yang cukup perlu dicurahakan untuk mengelola komunikasi dalam organisasi. Proses komunikasi yang begitu dinamik dapat menimbulkan berbagai maslah yang mempengaruhi pencapain sebuah organisasi terutama dengan timbulnya salah paham dan konflik.
Permasalahan itu bisa terjadi antara anggota dengan anggota dalam sebuah organisasi, bisa juga ketua dari organisasi memiliki suatu permasalahan dengan anggota organisasi. Dengan adanya masalah seperti ini akan menimbulkan kesulitan dalam kemajuan dan perkembangan organisasi. Karena suatu organisasi yang baik bisa terwujud apabila ada komunikasi yang baik. Permasalahan di dalam organisasi juga bisa terjadi dikarenakan adanya perbedaan pendapat antar anggota satu dengan yang lain. Dan apabila terjadi
2
suatu permasalahan di dalam organisasi maka peran ketua organisasi sangat dibutuhkan untuk meluruskan permasalahan yang sedang terjadi, dan para anggota organisasi pun tidak boleh egois mereka harus bersedia untuk diatur oleh ketua demi kemajuan dan perkembangan organisasi.
Dari permasalahan yang terjadi di sebuah organisasi dapat menjadi indikasi bagaimana kondisi lingkungan organisasi yang tidak harmonis melibatkan anggota dan ketua dalam organisasi yang nantinya dapat mempengaruhi kemajuan dan perkembangan dari organisasi itu sendiri. Karena memang komunikasi merupakan faktor paling penting dalam proses perkembangan dan kemajuan suatu organisasi. Komunikasi merupakan salah satu pengetahuan terpenting dalam masyarakat. Komunikasi dapat menghasilkan sebuah informasi, karena informasi ini dapat menyajikan fakta, mengembangkan perasaan, dan dengan berkomunikasi bisa terjadi tukar pikiran antar anggota dan ketua. Hendaknya ketua dan petinggi lainnya dalam suatu organisasi bisa memberikan informasi yang akurat kepada para anggota sebuah organisasi dalam mendukung kemajuan dan perkembangannya. Dan sebuah informasi bisa juga memberikan solusi jika antar anggota mengalami suatu masalah, karena memang pengetahuan yang dimiliki anggota dapat mempengaruhi sikap individu terhadap suatu permasalahan tertentu dan faktor penting dalam kehidupan organisasi.
3
Diantara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi dua arah aatau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi.
Dalam hal komunikasi yang terjadi antara anggota dalam suatu organisasi, kompensasi komunikasi yang baik akan mampu memperoleh dan mengembangkan tugas yang diembannya, sehngga tingkat kinerja suatu organisasi menjadi makin baik. Dan sebaliknya, apabila terjadi komunikasi yang buruk akibat tidak terjalinnya hubungan yang baik, sikap yang otoriter atau acuh, perbedaan pendapat atau konflik yang berkepanjangan, dan sebagainya, dapat berdampak pada hasil kerja yang tidak maksimal.(Husnan, 2002:241).
Keberadaan iklim komunikasi sangatlah penting, karena iklim organisasi dapat mempengaruhi cara hidup anggotanya, kepada siapa berbicara, siapa yang disukai, bagaimana kegiatan cara kerjanya, bagaimana perkembangannya, apa yang ingin dicapai dan bagimana cara beradaptasi. Banyak peeliti yang berpendapat bahwa iklim organisasi jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-matadalam menciptakan suatu organisasi yang efektif (Pace dan Faules, 2001:148).
4
terdiri dari berbagai macam organisasi pecinta motor Yamaha Mio namun selama ini komunikasi yang terjalin antara pengurus organisasi Yamaha Mio Jawa Timur dengan ketua-ketua organisasi atau club pecinta motor Yamaha Mio di daerah-daerah cukup terjalin dengan baik hal tersebut dapat dibuktikan dengan keikutsertaan seluruh pengurus organisasi club motor Yamaha Mio di seluruh Jawa Timur. Salah satu komunikasi yang terjalin dengan baik yaitu antara pengurus club motor Yamaha Mio Jawa Timur dengan club pecinta motor Yamaha Mio yang berada di Surabaya. Club motor Yamaha Mio di Surabaya merupakan salah satu bagian dari Club Yamaha Mio Jawa Timur yang cukup maju jika dibandingkan dengan Club Yamaha Mio lainnya yang berada di Jawa Timur. Anggota club sebagai tonggak utama organisasi, dituntut memiliki pengetahuan yang cukup baik dan mampu berkomunikasi dengan baik sesama anggota. Dengan komunikasi yang lancar maka iklim komunikasi yang ada dalam organisasi tersebut juga baik, sehingga mampu mempererat hubungan antar anggota.
Namun pada kenyataanya dari hasil pengamatan peneliti diketahui bahwa iklim komunikasi yang terjadi di club motor Yamaha Mio Surabaya kurang berjalan denga baika. Hal tersebut dapat diketahui dengan berbagai permasalahan yang ada di dalam club motor Yamaha Mio Surabaya. Hal ini dikarenakan kurangnya komunikasi yang terjalin dengan baik antara ketua club dengan para anggotanya, hal tersebut dapat diketahui dari kurangnya
5
dapat menyelesaikan masalah tersebut sehingga masalah tersebut tidak ada titik temunya dan berlarut-larut karena tidak adanya jalinan komunikasi yang baik antara para anggota dengan ketua dan pengurus anggota. Dampak dari masalah tersebut menyebabkan munculnya perpecahan antar anggota di dalam club motor Yamaha Mio tersebut. Dengan adanya perpecahan tersebut, berbagai informasi penting yang menyangkut kelangsungan organisasional dari club tersebut menjadi terganggu karena masing-masing anggota club cenderung individual dan tidak lagi menurut kepada petunjuk ataupun informasi dari pimpinannya sehingga tidak memberitahukan informasi yang didapat kepada rekan-rekannya sesama anggota club. Dampak paling nyata dari hal tersebut adalah banyak anggota club yang terpecah-pecah dan keluar dari club untuk membuat club baru di luar club motor Yamaha Mio yang resmi.
6
Proses-proses interaksi yang terlibat dalam perkembangan iklim komunikasi organisasi juga memberi andil pada beberapa pengaruh penting dalam restrukturisasi, reorganisasi, dan dalam menghidupkan kembali unsur-unsur dasar organisasi. Iklim komunikasi yang kuat dan positif seringkali menghasilkan praktik-praktik pengelolaan dan pedoman organisasi yang lebih mendukung.
Keharmonisan hubungan dalam suatu organisasi merupakan hal yang penting bagi kealncaran pelaksanaan tugas. Hubungan yang harmonis dalam suatu organisasi dapat dicapai apabila terjalin suatu komunikasi yang baik antara karyawan dengan atasan maupun dengan sesama rekan kerja. Komunikasi yang terjalin baik akan mempererat hubungan antara karywan dengan atasan atau dengan sesama rekan kerja.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang terjadi dalam club motor yamaha Mio tersebut serta ditunjang pentingnya penelitian tentang iklim komunikasi dalam sebuah organisasi, maka dalam penelitian ini penulis akan mencoba untuk melakukan penelitian dengan judul ”Iklim Komunikasi Organisasi di Club Motor Yamaha Mio Surabaya”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikandi atas, maka rumusan masalah dlam penelitian ini adalah “Bagaimanakah iklim komunikasi organisasi Club Motor Yamaha Mio Surabaya?”
1.3. Tujuan Penelitian
7
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis
Penelitian diharapkan dapat memberikan ciri ilmiah pada sebuah penelitian dengan mengaplikasikan teori-teori, khususnya teori-teori komunikasi tentang proses komunikasi dan dampaknya terhadap iklim organisasi.
2. Manfaat Praktis
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Komunikasi
Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi
bersasal dari bahasa Latin, yaitu communication, yang akar katanya adalah
communis, tetapi bukan partai komunis dalam kegiatan politik. Arti
communis di sini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama
makna mengnai suatu hal (Djamarah, 2004:11).
Jadi, komunikasi berlangsung bila antara orang-orang yang
terlibat terdapat kesamaan makna mengnai sutu hal yang
dikomunikasikan. Disini pengetian diperlukan agar komunikasi dapat
berlangsung, sehingga hubungan mereka itu bersifat komunikatif.
Sebaliknya, jika tidak ada pengertian, komuniksi tidak berlangsung,
hubungan antara orang-orang itu kitakan tidak komunikatif.
Secara terminologi, komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan boleh kepada orang lain. Dari pengertian ini jelas bahwa
komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan
sesuatu kepada orang lain. Komuniksi dalam konteks ini dinamakan
komunikasi atau disebutkan juga kemasyarakatan. Komunikasi jenis ini
hanya dapat berlangsung di tengah masyarakat. Kecuali komuniksi
berlangsung. Meski dia adalah manusia, tetapi bila hidup seorang diri,
tidak bermasyarakat, maka tidak ada komunikasi, karena dia tidak
berbicara dengan siapapun.
Dalam pengertian pragmatis, komunikasi mengandung tujuan
tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, tatap muka, atau via media
massa maupun media nonmassa, misalnya surat, telepon dan sebagainya.
Jadi, komunikasi dalam pengertian pragmatis bersifat intensional,
mengandung tujuan tertentu, yang diawali dengan suatu perencanaan.
Entah komunikasi itu dengan maksud untuk memberi tahu, mengubah
sikap, pendapat atau perilaku orang lain. Jadi, dalam perspektif pragmatis,
“komunikasi adalah proses penyempaian suatu pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung
melalui media”
2.1.2. Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi sebagai komuniksi sosial setidaknya
mengyisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep
diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperolah
kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat
komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan
orang lain. Melalui komunikasi kita berkerjasama dengan anggota
masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa,
Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa
dipartikan akan “tersesat”, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya
dalam suatu lingkungan sosial (Mulyana, 2001:5). Komuniksilah yang
memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan
menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang
ia hadapi. Komunikasi pula yang memungkinkannya mempelajari dn
menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi-situasi
problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi,
seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai
manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab, karena
cara-cara berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan
pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi.
2.1.3. Proses Komunikasi
Dalam menyusun suatu strategi komuniksi untuk dioperasikan
dengan taktik-taktik komunikasi sebagai penjabaran, pertama-tama ia
harus menghayati proses komunikasi yang akan ia lancarkan. Dalam
proses komunikasi harus berlangsung secara “berputar”, tidak “melurus”;
ini berarti identik sebagai ekspresi dari panduan dan peristiwa yang
kemudian berbentuk pesan, setelah sampai kepada komunikan, harus
diusahakan agar efek komunikasinya dalam bentuk tanggapan harus
menjadi umpan balik. Dengan kata lain perkataan komunikator harus tahu
efek atau akibat dari komunikasi yang dilancarkannyaitu; apakah positif
komunikasinya itu positif, maka pola komunikasi yang sama dapat
dipergunakan lagi untuk pesan lain yang harus dikomunikasikan, bila
ternyata negatif, pada gilirannya harus diteliti faktor-faktor penghambat
yang menyebabkan kegagalan komunikasinya itu (Effendy, 2003:310).
2.1.4. Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan
komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan.
Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat
menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis dilakukan, dalam
arti bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi
dan kondisi (Effendy, 2003:3).
Strategi komuniksi sangat penting dalam komunikasi, karena
berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan
oleh strategi komunikasi. Dilain pihak, tanpa strategi komunikasi, media
massa yagn semakin modern kini banyak dipergunakan, karena mudahnya
diperoleh dan relatif mudahnya dioperasionalkan, bukan tidak mungkin
akan menimbulkan pengaruh negatif (Effendy, 2003:299)
Apakah tujuan sentral strategi komunikasi menurut R. Wayne Pace,
et al dalam Effendy (2005:32), menyatakan bahwa tujuan sentral kegiatan
komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu:
To secure understansing, yaitu memastikan bahwa komunikasi
menerima, maka penerimaannya itu harus dibina (to estabilish
acceptance), pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (to motivate action).
Untuk memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang
diterimanya. Andarikata ia sudah mengerti dan menerima, maka
penerimaannya itu harus dibina (to estabish ecceptance). Pada akhirnya
kegiatan dimotivasi (to motivate action). Strategi komunikasi sudah tentu
bersifat makro yang dalam prosesnya berlangsung secara vertikal
piramidal.
Akan tetapi, bagaimanapun memang ada baiknya apabila tujuan
kemunikasi itu dinyatakan secara tegas-tegas sebelum komunikasi
dilancarkan. Sebab ini menyangkut khalayak sasaran (target audience)
yang dalam strategi komunikasi secara makro perlu dibagi-bagi menjadi
kelompok saaran (target groups). Peliknya masalah target audience dan
target groups ini ialah karena berkaitan dengan aspek-aspek sosiologis,
psikologis, dan antropologis, mungkin pula politis dan ekonomis
(Effendy, 2005:33).
Dengan demikian, orang yang menyampaikan pesan, yaitu
komunikator, ikut menentukan berhasilnya komunikasi. Dalam hubungan
ini faktor soruce credibility komunikator memegang peranan yang sangat
penting. Istilah kredibilitas ini adalah istilah yang menunjukkan nilai
2.1.5. Pengaruh Komunikasi
Teknologi elektronik yang semakin maju telah menyebabkan dunia
semin kecil. Pesan komunikasi (communication message) yang dahulu
tidak mungkin disampikan pad suatu tempat, dengan radio atau televisi
melalui satelit palapa sekarang dapat sampai bukan dalma ukuran hari, jam
atau menit, melainkan detik.
Kita terpukau oleh produk revolusi elektronik itu; lupa bahwa ia
sebagai sarana hiburan, penerangan, dan pendidikan menimbulkan
pengaruh positif. Tetapi kalau kurang keterampilan, pengetahuan dan
kewaspadaan pihak yang menanganinya, pengaruhnya yang negatif juga
tidak kecil.
Program film seri yang disajikan TVRI tiap malam merupakan
salah satu contoh. Orang kini tak perlu lagi susah-sudah keluar rumah
untuk menonton film di gedung bioskop. Film dengan ceritera mulai dari
yang menampilkan ciuman sampai dor-doran sekarang datang di rumah.
Anak-anak yang biasanya dicegat di pintu gedung bioskop, dan
orang-orang tertentu seperti umpamanya bapak-bapak Haji yang biasanya malu
untuk antri karcis bioskop, kini bebas menonton dirumahnya
masing-masing, mulai dari film sadir sampai erotis.
Diwasa ini trailer-trailer film dari film Indonesia yang akan
notabene menyajikan adegan ranjang, pertengkaran suami-istri,
perkelahian, kebut-kebutan, club malam, kemewahan dan sebagainya yang
bertentangan dengan nilai-nilai moral Indonesia yang dianjurkan
dipertunjukkan di layar televisi. Bahak oleh satelit palapa kini film-film
yang mengandung kisah-kisah seperti itu diperluas sampai ke seluruh
Indonesia.
Dalam hubungannya dengan modernisasi, baik komunikasi massa
(mass communication), komunikasi kelompok (group communication),
maupun komunikasi antarperseonal (interpersonal communication), akan
merupakan sarana efektif untuk menyajikan contoh, persuasi, penerangan,
dan pendidikan. Itupun kalalu dilakukan dengan planning dan
programming secara integral menyeluruh berdasarkan metode-metode
ilmiah, dan apabila pihak pengelolanya dilengkapi dengan knowledge dan
knowhow. Jika tidak demikian, media massa bukannya functional
melainkan, disfuntional. Modernisasi bukannya konstruktif, melainkan
destruktif, lebih jauh lagi akibatnya akan mengancam kelestarian bangsa
(Effendy, 2004:45)
2.1.6. Hambatan Komunikasi
Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif.
Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mengkinlah
seseorang melakukan komunikasi yang sebesar-besarnya efektif. Ada
beberapa hambatan komuniksi yang harus menjadi perhatian bagi
komunikator kalau ingin komunikasinya sukses.
1. Gangguan
Ada dua jenis ganngguan terhadap jalannya komunikasi yang
menurut sifatnya dapat diklarifikasikan sebagi gangguan mekanik dan
gangguan semantik
a. Gangguan mekanik (mechanical, channel noise)
Yang dimaksud dengan gangguan mekanik ialah
gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan
yang bersifat fisik.
Sebagai contoh, ialah gangguan suara ganda (interferensi)
pada pesawat radio disebabkan dua pemancar yang berdempetan
gelombangnya, gambar meliuk-liuk atau berubah-ubah pada layar
televisi, atau huruf yang tidak jelas, jalur huruf yang hilang atau
berbalik, atau halaman yang sobek pada surat kabar.
Termasuk gangguna mekanik pula adalah bunyi mengaung
pada pengeras suara atau riuh hadirin atau bunyi kendaraan lewat
ketika seseorang berpidato dalam suatu pertemuan.
b. Gangguan semantik (semantic noise)
Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan komunikasi
yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik tersaring
ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak
terdapat pada komunikator, akan lebih banyak gangguan semantik
dalam pesannya. Gangguan semantik terjadi dalam salah
pengertian.
Pada hakikatnya orang-orang yang terlibat dalam
komuniksi menginterpretasikan bahasa yang menyalurkan suatu
pesan dengan barbagai cara; karen itu mereka mempunyai
pengertian yang berbeda. Seorang komunikasi mungkin menerima
suatu pesan denan jelas sekai, baik secara mekanik maupun
secara phonetik, secara fisik berlaku dengan keras dan jelas,
tetapi disebabkan kesukaran pengertian (gangguan semantik)
komunikasi menjadi gagal.
Semantik adalah pengetahuan mengenai pengetian
kata-kata yang sebenarnya atau perubahan pengertian kata-kata-kata-kata.
Lambang kata yang sama mempunyai pengertian yang berbeda
untuk orang-orang yang berlainan. Ini disebabkan dua jenis
pengertian mengenai kata-kata, ada yang mempunyai pengertian
denotatif dan ada yang mempunyai pengertian konotatif.
Pengertian denotatif (denotatif meaning) adalah pengertian
suatu perkataan yang lazim terdapat dalam kamus yang
secara umum diterima oleh orang-orang dengan bahasa dan
Pengertian konotatif (conotative meaning) adalah
pengertian yang bersifat emosional latar belakang dan pengalaman
seseorang.
Sebagai contoh secara denotatif semua orang akan setuju,
bahawa anjing adalah binatang berbulu, berkaki empat, secar
kontatif, banyak orang menganggap anjing sebagai binatang
piaraan yang setia, bersahabat, dan panjang ingatan. Tetapi untuk
orang-orang lainnya, perkataan anjing mengkonotasikan binatang
yang menakutkan dan berbahaya.
Pekataan demokrasi secar konotatif untuk bangsa
Amerika lain dengan bangsa Rusia, lain pula dengan bangsa
Indonesia dan banyak contoh lain. Karena itu bahasa
merupakan komponen penting dalam komuniksi, sebab dengan
adanya faktor konotasi tersebut komunikasi bisa gagal.
2. Kepentingan
Internet atau kepentingan akan membuat seseorang selektif
dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang hanya akan
memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan
kepentingannya. Apabila kita tersesat dalam hutan dan beberapa hari
tak menemui makanan sedikitpun, maka kita akan lebih
memperhatikan perangsang-perangsang yang mungkin dapat
dimakan daripada lain-lainnya. Andaikata dalam situasi demikian kita
pastilah kita akan memilih makanan. Kepentingan bukan hanya
mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya
tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita, merupakan sifat
reaktif terhadap segala perangksang yagn tidak bersesuaian atau
bertentangan dengan suatu kepentingan.
Setiap peraturan yang dikeluarkan, apakah itu mengenai
perburuhan, perkawinan, kurikulum baru, dan sebagainya ada juga
yang merasa dirugikan. Pihak yang berkepentingan biasanya tidak
mengajukan tanggapan denga alasan yang sungguh-sungguh, tetapi
seringkali mengetengahkan argumentasi dan alasan tersembunyi
(disguised argumentation and reasons).
3. Motivasi Terpendam
Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat
sesuatu yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya.
Keinginan, kebutuhan dan kekurangan seseorang berbeda
dengan orang lainnya, dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat,
sehingga karenanya motivasi itu berbeda dalam intensitasnya.
Demikian pula intensitas tanggapan sseorang terhadap suatu
komunikasi.
Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang
semaikn besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan
baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan
Dalam pada itu sering kali pula terjadi seorang komunikator tertipu
oleh tanggapan komunikan yang seolah-olah tampaknya khusus
(attentive) menanggapinya, sungguhpun pesan komunikasi tak
bersesuaian dengan motivasinya. Tanggpan semu dari komunikan itu
tentunya mempunyai motivasi terpendam. Mungkin sekali seorang
pegawai seolah-olah menanggapi komunikasi dari atasannya secara
attentive, kendatipun ada yang tak disetujuinya. Hal itu mungkin sekali
dilakukan karena si pegawai itu berkeinginan baik pangkat, ingin
menyenangkan hati atasannya, dan lain sebagainya.
4. Prasangka
Prejudice atau prasangka merupakan salah satu rintangan atau
hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang
yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan
menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi. Dalam
prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar
syakwasangka tanpa menggunakan pikiran yagn rasional. Emosi
seringkali membutakan pikiran dan pandangan kita terhadap fakta
yang nyata bagaimanapun, oleh karena sekali prasangka itu sudah
mencekam, maka seseorang tak akan dapat berpikir secara objektifpun
akan dinilai negatif. Prasangka bukan saja dapat terjadi terhadap suatu
pendirian politik, kelompok, pendek kata suatu perangsang yang dalam
pengalaman pernah memberi kesan yang tidak enak.
2.1.7. Komunikasi Dalam Organisasi 2.1.7.1. Komunikasi Ke Bawah
Komunikasi ke bawah dalam suatu organisasi berarti ia
mengalir dari wewenang yang lebih tinggi ke wewenang yang lebih
rendah. Atau komuniksi yang mengalir dari orang pada jenjang
hirarki yang lebih tinggi ke jenjang yang lebih rendah. Bentuk
yang paling umu m adalah instruksi, memo resmi, pernyataan
tentang kebijakan perusahaan, prosedur, pedoman kerja, dan
pengumuman perusahaan. Dalam banyak organisasi, komunikasi
ke bawah sering kali kurang tepat dan kurang teliti. Hal ini terihat
dari pernyataan yang sering terdengar diantara para anggota
organisasi, bahwa mereka kurang me mahani apa yang sebenarnya
terjadi (Arifin dkk, 2003)
Menurut Katz dan Kahn dalam Arifin dkk (2003), komunikasi ke
bawah mempunyai lima tujuan pokok, yaitu:
a. Memberi pengarahan atau instruksi kerja.
b. Memberi informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan.
d. Memberi umpan balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan
e. Menyajikan inforamsi mengenai aspek ideologi yang dapat
membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang
ingin dicapai.
Namun disatu sisi, komunikasi ke bawah juga mengandung
kelemahan, yaitu kemungkinan terjadinya penyaringan atau sensor
informasi penting sebelum disampaikan kepada para bawahan.
Artinya, informasi yan diterima bawahan tidak seperti aslinya.
Hal seperti ini seringkali menimbulkan konflik di dalam organisasi.
Oleh karena adanya kemungkinan seperti itu, maka pimpinan perlu
me mperhatikan cara-cara penyampaian pesan yang efektif. Davis
(1985) dalam buku Arifin dkk (2003) memberikan saran-saran dalam hal
itu sebagai berikut:
1) Pimpinan hendaklah sanggup memberikan inforamsi kepada
karyawan apabila dibutuhkan mereka. Jika pimpinan tidak
mempunyai inforamsi yang dibutuhkan mereka dan perlu
mengatakan terus terang dn berjanji akan mencarikannya.
2) Pimpinan hendaklah membagi informasi yang dibutuhkan oleh
karyawan.
3) Pimpinan mengembangkan suatu perencanaan komunikasi,
sehingga karyawan dpat mengetahui informasi yang dapat
4) Berusaha membentuk kepercayaan diantara pengirim dan penerima
pesan.
2.1.7.2. Komunikasi ke Atas
Kebutuhan akan komuniksi ke bawah sama banyak dengan
jumlah komunikasi ke atas. Pada situasi tertentu, komunikator
berada dalam jenjang yang lebih rendah dalam organisasi dari pada
penerima. Komunikasi ke atas yang efektif sulit untuk tercapai,
terutama dalam organisasi besar. Alat komunikasi ke atas yang
sering digunakan secara luas terdiri dari kotak saran, rapat
kelompok, laporan kepada penyelia, dan prosedur permohonan atau
keluhan. Jika hal ini tidak ada maka orang akan mencari suatu cara
apapun juga untuk menyesuaikan diri dengan saluran komunikasi ke atas
yan tidak ada. Saluran komunikasi ke atas yang efektif penting karena
saluran itu me mberikan kesempatan bagi pegawai untuk
berbicara (Arifin dkk, 2003).
Komunikasi ke atas cenderung bergerak lamban. Bentuk
komunikasi ini biasanya tersendat-sendat dan tersaing. Setiap
jenjang pimpinan enggan meneruskan masalah ke atas karena hal
itu dapat dipandang sebagai pengakuan kegagalan. Oleh karena itu setiap
jenjang menunda komunikasi dalam upaya memutuskan cara
pemecahannya. Pesan tersebut mungkin disaring agar pimpinan yang
lebih tinggi hanya menerima sebgian dari informasi itu. Para
hal-hal yang menurut mereka ingin didengar atasan. Jadi, setiap
bawahan memiliki alasan untuk me milih, manafsirkan, dan
berbagai tindakan penyaringan informasi lainnya.
2.1.7.3. Komunikasi Horisontal
Tersedianya arus komunikasi horisontal sering kali dilupakan
dalam sebuah design organisasi. Jika departemen pemasaran
berkomunikasi dengan departemen personalia dalam suatau
organisasi, maka komunikasi itu disebut komunikasi horisontal.
Komunikasi horisontal sangat penting bagi koordinasi dan integrasi
dari beraneka ragam fungsi keorganisasian, misalnya antara bagian
produksi dan penjualan dalam organisasi bisnis. Komunikasi dari
teman sejawat ke teman sejawat sering kali diperlukan untuk
mengadakan koordinasi dan dapat juga memberikan kepuasan
terhadap kebutuhan sosial (Arifin dkk, 2003)
2.1.7.4. Komunikasi Diagonal
Jenis komunikasi ini jarang sekali duipergunakan, namun
komuniksi diagonal adalah penting dalam keadaan dimana para
anggota tidak dapat berkomunikasi secara efektif lewat jalur lain.
Misalnya, seorang pengawas keuangan dari sebuah organisasi
besar mungkin ingin menyusun analisa biaya distribusi. Sebagian
khusus langsung kepada pengawas keuangan, dan tidak melewati
jalur tradisional dalam departemen pemasaran (Arifin dkk, 2003)
2.1.8. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi dengan kenalan, teman, sahabat, pacar, satu lawan
satu, disebut komunikasi antarpersonal (interpersonal
communication). Komunikasi interpersonal adalah “interaksi tatap
muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat
menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat
menerima dan menaggapi secara langsung pula. “Kebanyakan
komunikasi interpersonal berbentuk verval disertai
ungkapan-ungkapan nonverbal dan dilakukan secaara lisan. Cara tertulis diambil
sejauh diperlukan, misalnya dalam bentuk me mo, surat atau catatan
(Hardjana, 2003:85)
Komunikasi interpesonal dengan masing-masing orang
berbeda tingkat kedalaman komunikasinya, tingkat intensifnya, dan
tingkat ekstnesifnya. Komunikasi interpersonal antara dua orang
kenalan tentu berbeda dari komunikasi interpersonal antar sahabat
atau pacar. berkat komuniksi itu mereka yang telibat dapat
semakin mengenal. Karena itu juga komunikasi interpersonal,
seorang kenalan pada akhirnya dapat menjadi sahabat.
Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang dinamis.
Dengan tetap me mperhatikan kedinamisannya, komunikasi
2.1.9. Komunikasi Antarpersonal
Komunikasi merupakan suatu alat yang sangat penting
didalam manajemen. G. R. Terry mengibaratkan komunikasi dalam
manajemen sebagai minyak pelumas agar proses manajemen dapat
berjalan lancar. Komunikasi yang ada dalam suatu organisasi
biasanya adalah komunikasi antar personal. Komunikasi antar
personal itu sendiri adalah komunikasi dari mulut ke mulut yang
terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa orang (Depari dan
Mac Andrew, 1978). Jadi, komunikasi antar personal itu merupakan
suatu proses pemberitahuan sesuatu dari satu orang kepada orang
lain atau beberapa orang.
Komunikasi antar personal mempunyai arti yang sangat
penting didalam suatu organisasi, karena dengan adanya komunikasi
maka apa yang menjadi keinginan atau kebutuhan baik itu dari
pimpinannya atau pegawainya dapat diketahui, seperti yang
dikatakan oleh Susanto bahwa “seorang atasan hanya dapat
memahami sedikit demi sedikit motivasi-motivasi seseorang, apabila
ia banyak mengadakan komunikasi dengan orang-orang
disekelilingnya”. Selain itu dengan adanya komunikasi antar
personal yang baik maka jalinan pengertian antara pihak yang satu
dengan pihak yang lain akan terjalin dengan baik sehingga apa yang
dikomunikasikan dapat dimengerti, dipikirkan dan akhirnya
komunikasi dengan baik, maka semua rencana-rencana,
instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, saran-saran, motivasi-motivasi dan
sebagainya, hanya akan tinggal diatas kertas. Dengan kata lain
pekerjaan akan menjadi simpang siur dan kacau balau sehingga
tujuan peruahaan kemungkinana besar tidak akan tercapai
(www.papuaweb.org/unipa/)
Kegiatan komunikasi antar personal daapt dibagi menjadi 2 (dua),
yaitu komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal:
1. Komuniksi Vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan
dari bawah ke atas, adalah komunikasi dari pimpinan ke bawahan
dan dari bawahan ke pimpinan secara timbal balik, komuniksi
dua arah. Dalam komnikasi vertikal tersebut pimpinan
memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk,
informasi-informasi, penjelasan-penjelasan dan lain-lain kepada
bawahanya. Dalam hal ini bawahan memberikan
laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan dan sebagainya
kepada pimpinan. Komunikasi dua arah secara timbal balik
sangat penting bagi manajemen, karena jika hanya satu arah
saja dari atas ke bawah, maka manajemen tidak akan berlangsung
dengan baik.
2. Komunikasi Hositontal, adalah komunikasi antar para karyawan
dengan karyawan dan antar para karyawan dengan
bersifat komuniksi bersilang, sebab bukan saja melebar antara
para karyawan dengan karyawan, tetapi juga secara diagonal
antar pimpinan kelompok dengan para karyawan secara timbal
balik.
Adanya komunikasi antar personal, baik secara vertikal maupun
horisontal yang berjalan dengan baik, akan memberikan motivasi bagi
seorang karyawan untuk bekerja dengan baik guna mencapai tujuan
organisasi. Selain itu, komunikasi antar personal yang berjalan dengan
baik, juga akan memotivasi seseorang untuk ikut bergabung dalam
organisasi tersebut.
2.1.10. Iklim Komunikasi Organisasi
Iklim komunikasi organisasi merupakan situasi dalam
lingkungan kerja disuatu organisasi secara keseluruhan. Perusahaan
yang memiliki iklim komuniksi organisasi yang baik dapat
digunakan sebagai indikasi bahwa perusahaan tersebut memiliki citra
yang baik. Iklim ini dibentuk dari pola interaksi yang intens antar
anggota organisasi (semua pegawai) dengan lingkungan yang penuh
persahabatan, saling mendengarkan, menghargai dan kepercayaan
yang tinggi akan menuju ke arah iklim yang baik.
Iklim komuniksi organisasi dibentuk dari interaksi karyawan
dalam mempersepsi aturan, kebijakan dan nilai yang akan ada dalam
organissi tersebut. Iklim organisasi yang akan dilihat dari 6 faktor, yaitu:
dalam komunikasike bawah dan mendengarkan dalam komunikasi ke atas
serta perhatian pada tujuan berkinerja tinggi.
2.2. Kerangka Pikir
Pada saat ini banyak sekali berdiri organisasi-organisasi, hal itu bisa
dilihat dengan semakin maraknya organisasi yang bermunculan. Dengan
keadaan seperti ini tentu masyarakat juga ingin bergabung dengan
organisasi-organisasi tersebut baik organisasi masyarakat, organisasi
keagamaan ataupun organisasi yang lain.
Bagi organisasi yang ingin maju dan berkembang tentu harus
mempunyai komunikasi yang baik antara anggota dengan anggota, maupun
antara anggota dengan ketua dari organisasi tersebut. Organisasi adalah
sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya jelas terlihat melalui jenis,
peringkat, bentuk dan jumlah interaksi yang berlaku. Proses dalam
organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai organisasi yang
efektif. Salah satu proses yang akan selalu terjadi dalam organisasi apapun
adalah proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi pertukaran informasi,
gagasan, dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam
menunjang kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu
dicurahkan untuk mengelola komunikasi dalam organisasi.
Iklim komunikasi organisasi yang terjadi pada MAS (Mio
Association Surabaya) adalah kurang komunikasi antara anggota dan
anggota yang lain, bahkan juga antara anggota dengan ketua, sehingga
touring ke suatu tempat, terpecah menjadi dua grup yang mengakibatkan
sering terjadi anggota tersesat dan bahkan sering terjadi juga kecelakaan
kecil bahkan kecelakaan besar. Selain itu para anggota juga memangbelum
bisa mengungkapkan semau ide yang ada dipikirannya, padahal ide-ide dari
para anggota itu bisa membangun organisasi itu sendiri dan bisa memajukan
organisasinya.
Gambar 2.1.
Kerangka Berpikir Iklim Komunikasi Organisasi Pada Mio Association Surabaya (MAS) Variabel Penelitian:
1. Kepercayaan, dengan indikator: kepercayaan, keyakinan dan kredibilitas. 2. Pembuatan keputusan bersama, dengan indikator: kegiatan konsultasi,
perhatian pihak manajemen dan tanggapan pihak manajemen.
3. Kejujuran, dengan indikator: konflik antar pihak, penyampaian ide kepada karyawan dan penyampaian ide kepada pihak manajemen.
4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, dengan indikator: penyebarluasan informasi dan kegiatan pihak manajemen dalam mengkomunikasi.
5. Keterbukaan dalam komunikasi ke atas, dengan indikator: tanggapan pihak manajemen dan penerimaan pihak manajemen.
6. Tujuan-tujuan berkinerja tinggi, dengan indikator: komitmen pada
pencapain tujuan, produktivitas kerja karyawn dan kualitas kerja karyawan.
Iklim Komposit: 1. Positif 2. Negatif
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Opersional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Iklim Komunikasi Organisasi
Iklim komunikasi orgnisasi merupakan situasi dalam lingkungan
kerja disuatu organisasi secara keseluruhan. Iklim komunikasi organisasi
dibentuk dari interaksi anggota yang terdapat didalamnya dalam
mempersepsi aturan, kebijakan dan nilai yang akan ada dalam organisasi
tersebut. Iklim komunikasi organisasi yang akan dilihat dari 6 faktor,
yaitu: kepercayaan, pengambilan keputusan bersama, kejujuran,
keterbukaan dalam komunikasi ke bawah dan mendengarkan dalam
komunikasi ke atas serta perhatian pada tujuan berkinerja tinggi.
Menurut Petersn dan Pace (1976), dalam pengujian inventaris iklim
komunikasi dalam suatu organisasi, hasil perhitungan masing-masing nilai
gabungan indikator iklim komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Koefisien berkisar antar 0,8 - 0,97 dapat dikatakan memiliki iklim
organisasi yang positif.
2. Koefisien kurang dari 0,79 dapat dikatakan memiliki iklim organisasi
3.1.2. Pengukuran Variabel
Indikator yang digunakan untuk mengukur dari keenam variabel
yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan dari Peterson dan Pace
(1976), sebagai berikut:
1. Kepercayaan
Kepercayaan yang dimaksud adalah bagaimana para anggota club
dapat mengembangkan dan mempertahankan hubungan.
Indikator:
a. Kepercayaan: sejauhmana bentuk kepercayaan anggota kepada
organisasi sehingga anggota tersebut memiliki loyallitas yang
tinggi terhadap organisasi.
b. Keyakinan: sejauhmana tingkat keyakinan anggota terhadap
organisasi dalam membangun hubungan dengan pihak manajemen
organisasi.
c. Kredibilitas: sejuahmana kredibilitas yang ditunjukkan oleh
anggota kepada organisasi.
2. Pembuatan keputusan bersama
Pembutan keputusan bersama yang dimaksud adalah bagaimana
anggota berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai permasalahan
yang dihadapi dan mencari jalan keluar. Sehingga semua anggota
organisasi diberikan kesmpatan untuk berperan serta dalam proses
Indikator:
a. Anggota ikut serta dalam pembuatan keputusan dalam mencari
suatu pemecahan masalah dalam organisasi.
b. Pihak manajemen memperhatikan setiap keluhan dari setiap
anggota.
c. Pihak menajemen menanggapai setipa keluhan dari para anggota.
3. Kejujuran
Kejujuran yangdimaksud adlah bagimana anggota dapat atau mampu
mengtakan dan menyampaikan ide yang ada secara terbuka kepada
manajemen atau sebaliknya. Sehingga tidak ada kesalahpahaman di
masing-masing anggota.
a. Penyelesaian konflik yang terjadi antara pihak manajemen dengan
para anggota dalam organisasi.
b. Penyampaian ide secar aterbuka kepada anggota dalam
pelaksanaan kegiatan.
c. Penyampaian ide secara terbuka dari anggota kepada pihak
manajemen
4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah
Keterbukaan dalam komuniksi ke bawah yang dimaksud adalah
bagaimana anggota mampu secara terbuka mengkoordinasi dan suatu
kegiatan atau anggota yang lainnya supaya inforamsi yang diterima
Indikator:
a. Penyebarluasan atau penyampaian informasi kepada seluruh
anggota mulai dari tingkat ketua sampai anggota.
b. Pihak manajemen mengkomunikasikan setiap kebijakan yang
dikeluarkan yang menyangkut organisasi..
5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas
Mendengarkan dalam komunikasi ke atasan yang dimaksud adalah
bagaimana anggota merasa bahwa inforamsi yang dimiliki dianggap
penttng oleh manajemen, sehingga manajemen berkenan untuk
mendengarkan masukan dari anggota dengan pikiran yang terbuka.
Indikator:
a. Tanggapan dari pihak manajemen mengenai informasi yang
disampaikan oleh anggota kepada pihak manajemen.
b. Penerimaan pihak manajemen atas gagasan yang disampaikan oleh
anggota dalam kaitannya dengan pembuatan keputusan.
6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi
Perhatian pada tujuan berkinerja tinggi yang dimaksud adalah
bagaimana anggota menunjukkan komitmen pada organisasi untuk
menciptakan suasana organisasi yang nyaman. Sehingga tujuan dari
organisasi dapat tercapai didukung oleh semua anggota organisasi
Indikator:
a. Komitmen anggota dalam pencapaian tujuan organisasi yang telah
ditetapkan oleh pihak manajemen.
b. Komitmen anggota yang tinggi menhasilkan suasana organisasi
yang nyaman dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan
organisasi.
c. Komitmen anggota yang tinggi menghasilkan keakraban yang baik
dalam pencapaian tujuan organisasi.
Skala pengukuran yang digunakan adalah Likert. Skala ini hanya
mengelompokkan peristiwa dalam kategori tertentu. Angka yang
digunakan tidak menunjukkan kedudukan suatu kategori terhadap ketegori
lain melainkan hanya sekedar kode saja. Dalam penelitian ini pertanyaan
dengan jawaban penilaian berdasrakan pengurutan angka, sehingga angka
atau jawaban ”5” adalah nilai tertinggi dan pertanyaan dengan jawaban
nilai kecil atau negatif diberi angka ”1”
Kode-kode berikut untuk menafsirkan simbol-simbol numerik pada
kuesioner:
5 → Sangat baik, yang menunjukkan penilaian yang jujur, pernyataan
ini merupakan gambaran kondisi organisasi yang sebenarnya.
4 → Baik, yang menunjukkan gambaran kondisi dalam organisasi lebih
banyak benarnya daripada salahnya.
3 → Kurang baik, yang menunjukkan gambaran kondisi dalam
2 → Tidak baik, yang menunjukkan gambaran kondisi dalam organisasi
lebih banyak salahnya daripasa benarnya.
1 → Sangat tidak baik, yang menunjukkan gambaran kondisi dalam
organisasi. (Pace & Faules, 2006:158)
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.1. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang
ciri-cirinya akan diduga. Populasi penelitian ini adalah para anggota MAS
(Mio Association Surabaya) yang berjumlah 60 orang.
3.2.2. Sampel dan Tehnik Penarikan Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Untuk penentuan sampel berdasarkan total
sampling, yaitu sampel yang diambil dar total keseluruhan. Pengambilan
sampel tetap mengikuti persyaratan yang dibutuhkan dalam penelitian ini
atas responden tersebut, yaitu para anggota MAS (Mio Association
Surabaya). Peneliti melakukan perhitungan ukuran sampel ini didasarkan
atas populasi yang ada pada MAS (Mio Association Surabaya).
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dipakai pada penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang telah disediakan peneliti. Penjelasannya
adalah sebagai berikut:
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung pada
tempat penelitian yang baerupa hasil jawaban dari responden atas
pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan secara tidak
langsung melalui organisasi yang bersangkutan, dalam hal ini adalah
MAS (Mio Association Surabaya).
2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah berupa data internal yaitu data
yang diperoleh dari dalam organisasi yaitu yang ada dalam MAS (Mio
Association Surabaya)
3. Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data primer dan sekunder penulis
menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data, yaitu:
a. Kuesioner
Untuk memperoleh data primer penulis juga menggunakan
kuesioner yang disebarkan kepada responden dengan harapan akan
b. Dokumentasi
Untuk memperoleh data sekunder dipergunakan cara pencatatan dari
dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.4. Teknik Analisis Data
Untuk mengukur nilai-nilai indikator iklim komunikasi kerja dalam
organisasi, penulis menggunakan rumus milik R. Wayne Pace.
1. Untuk mengukura Nilai Iklim Komposit (NIK) digunakan rumus:
pertanyaan
2. Untuk mengukur Nilai Iklim Kepercayaan (NIT) digunakan rumus:
3 N1
NIT
N1= pertanyaan mengenai kepercayaan
3. Untuk mengukurn Nilai Pengambilan Keputusan Partispatif (NIP)
digunakan rumus:
3 N2
NIP
N2= pertanyaan mengenai pengambilan keputusan partisipatif
4. Untuk mengukur Nilai Kejujuran (NIJ) digunakan rumus:
3 N3
NIJ
5. Untuk mengukur Nilai Keterbukaan Dalam Komunikasi ke Bawah
(NIB) digunakan rumus:
3 N4
NIB
N4= pertanyaan mengenai keterbukaan komunikasi ke bawah
6. Untuk mengukur Nilai Keterbukaan dalam Komunikasi ke Atas (NIA)
digunakan rumus:
3 N5
NIA
N5= pertanyaan mengenai keterbukaan komunikasi ke atas
7. Untuk mengukur Nilai Perhatian Pada Tujuan Berkinerja Tinggi
(NIPBT) digunakan rumus:
3 N6
NIPBT
N6= pertanyaan mengenai perhatian pada tujuan berkinerja tinggi
Untuk mengukur indikator-indikator yang mempengaruhi iklim
komunikasi organisasi, pertanyaan-pertanyaan mengenai iklim komunikasi
organisasi akan digabungkan serta dianalisa secara deskriptif.
Peterson dan Pace (1976) mengembangkan Inventaris Iklim
Komunikasi (IIK) yang dirancang untuk mengukur enam pengaruh
komunikasi, yang berasal dari analisis iklim ideal yang berhubungan
dengan pengolahan yang dilengkapi oleh Riddig (1972). Dalam pengujian
Inventaris Iklim Komunikasi (IIK) dalam suatu organisasi, hasil
yang koefisiennya.berkisar antara 0,8-0,97 dapat dikatakan positif,
sedangkan yang berkisar 0,79 ke bawah dapat dikatakan negatif.
Penilaian dan analisis inventaris Iklim Komunikasi dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Nilai Iklim Komposit. Untuk memperoleh Nilai Iklim Komposit
Individu (NIKI), jumlahkan keenam respons individu kemudian bagi
dengan 16 pertanyaan yang ada. Hasil rata-rata umum memberikan
Nilai Iklim Komposit (NIK) bagi setiap responden. Hasil yang
didapatkan dalam Iklim Komposit Organisasi (NIKO), dibagi dengan
jumlah total responden.
2. Nilai Iklim Kepercayaan. Untuk memperoleh Nilai Iklim Kepercayaan,
kalikan hasil dari item pertanyaan dengan nilai skor yang ditentukan
kemudian dibagi dengan jumlah pertanyaan. Untuk memperoleh nilai
kepercayaan gabungan, nilai individu dibagi dengan jumlah total
responden.
3. Nilai Pengambilan Keputusan Partisipatif. Untuk memperoleh Nilai
Pengambilan Keputusan Partisipatif, kalikan hasil dari item pertanyaan
dengan nilai skor yang ditentukan kemudian dibagi dengan jumlah
pertanyaan. Untuk memperoleh nilai pembuatan keputusan partisipatif
gabungan, nilai individu dibagi dengan jumlah total responden..
4. Nilai Iklim Kejujuran.Untuk memperoleh Nilai Iklim Kejujuran, kalikan
hasil dari item pertanyaan dengan nilai skor yang ditentukan kemudian
kejujuran gabungan, nilai individu dibagi dengan jumlah total
responden.
5. Nilai Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah. Untuk memperoleh
Nilai Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah kalikan hasil dari item
pertanyaan dengan nilai skor yang ditentukan kemudian dibagi dengan
jumlah pertanyaan. Untuk memperoleh nilai Keterbukaan dalam
Komunikasi ke Bawah gabungan, nilai individu dibagi dengan jumlah
total responden
6. Nilai Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas. Untuk memperoleh
nilai mendengarkan dalam komunukasi ke atas, kalikan hasil dari item
pertanyaan dengan nilai skor yang ditentukan kemudian dibagi dengan
jumlah pertanyaan. Untuk memperoleh nilai mendengarkan dalam
komunukasi ke atas gabungan, nilai individu dibagi dengan jumlah total
responden.
7. Nilai Perhatian Untuk Tujuan Berkinerja Tinggi. Untuk memperoleh
nilai perhatian untuk tujuan berkinerja tinggi, kalikan hasil dari item
pertanyaan dengan nilai skor yang ditentukan kemudian dibagi dengan
jumlah pertanyaan. Untuk memperoleh nilai perhatian untuk tujuan
berkinerja tinggi gabungan, nilai individu dibagi dengan jumlah total
responden.
1
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Obyek Penelitian
Club motor Yamaha Mio yaitu sebuah organisasi yang terdiri dari
para pecinta motor Yamaha yang ada ada di Jawa Timur karena pecinta
motor Yamaha terutama Yamaha Mio sangatlah banyak sehingga dibuatkan
wadah yaitu berupa club yang berisikan para pecinta motor Yamaha Mio.
Club motor Yamaha di Indonesia terdiri dari beberapa wilayah di
pulau Jawa yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan di
Jawa Timur sendiri terdapat beberapa club antara lain MAR’S, MAC’S,
MICOR, MIOS, dan FMC.
MAR’S ini didirikan dan dibentuk pada tanggal 19 Desember 2004
oleh Dieler Yamaha PT. SURYA TIMUR SAKTI JATIM (PT. STSJ),
sampai pada tahun 2006 telah terkumpul anggota Mio Club Surabaya
sebanyak 50 anggota. Route pelantikan yang dilaksanakan dan dilakukan
oleh seluruh anggota yang dikemas dengan kegiatan touring perjalanan
sejauh minimal 200 kilo meter, yang sesuai dengan AD/ART. Saat ini
MAR’S memiliki susunan kepengurusan yag terdiri dari pembina, penasehat,
ketua, wakil, sekertaris, bendahara, humas, perlengkapan dan divisi touring.
2
Gambar 1.
43
4.2. Penyajian Data
4.2.1. Identitas Responden
Identitas responden yang dimaksud adalah data-data yang diperoleh berdasarkan karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia dan pekerjaan responden selengkapnya tertera pada tabel berikut :
Tabel 1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
1 Laki – laki 64 64
2 Perempuan 36 36
Total 100 100
Sumber : Kuesioner I No. 2
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini mempunyai jenis kelamin laki – laki yakni sebanyak 64 orang atau sebesar 64% dan sisanya mempunyai jenis kelamin perempuan yakni sebanyak 36 orang atau sebesar 36%. Dengan banyaknya responden yang mempunyai jenis kelamin laki – laki, hal ini dikarenakan responden yang mempunyai jenis kelamin laki – laki ini memang anggota club MAR’S lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki daripada yang berjenis kelamin perempuan.
Tabel 2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
44
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 100 orang
responden dalam penelitian ini, sebagian besar adalah responden yang
berusia antara 17 sampai dengan 25 tahun yakni sebanyak 43 orang atau
sebesar 73%, kemudian sebanyak 27 orang atau sebesar 27% adalah
responden yang berusia antara 26 sampai dengan 34 tahun. Selanjutnya
sebanyak 19 orang atau sebesar 19% adalah responden yang berusia antara
35 sampai dengan 43 tahun dan sisanya sebanyak 11 orang atau sebesar
11% adalah responden yang berusia lebih dari 43 tahun. Dengan
banyaknya responden yang berusia antara 17 sampai dengan 25 tahun, hal
ini dikarenakan banyak anggota club MAR’S yang menjadi responden
adalah kalangan anak mudah yang suka dengan modifikasi kendaraan
sepeda motor dan touring yang selalu diadakan oleh anggota club.
Tabel 3
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah Prosentase
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berprofesi sebagai
mahasiswa yakni sebanyak 36 orang atau sebesar 36%. Kemudian yakni
sebanyak 23 orang atau sebesar 23% yang berprofesi sebagai pegawai
45
sebagai wiraswasta, serta yang berprofesi sebagai pegawai negeri ada
sebanyak 12 orang atau sebesar 12%. Sedangkan sisanya yakni sebanyak 8
orang atau sebesar 8% yang masih memiliki status sebagai pelajar. Dengan
banyaknya responden yang berprofesi sebagai mahasiswa karena yang
tertarik dengan dunia club motor adalah para mahasiswa yang ingin
memperluas jaringan pertemanan dengan orang lain.
4.2.2. Kepercayaan
Pada bagian ini akan diuraikan hasil jawaban anggota club MAR’S
tentang kepercayaan para anggota club dalam menjalin suatu hubungan
dengan anggota yang lainnya.
1. Kepercayaan
Rekapitulasi jawaban para responden yang diperoleh dari
penyebaran kuesioner yang diberikan kepada para responden yaitu anggota
club MAR’S yang ada di Surabaya untuk mengetahui bentuk kepercayaan
anggota kepada organisasi sehingga anggota tersebut memiliki loyallitas
yang tinggi terhadap organisasi, terangkum pada tabel berikut ini :