• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARANGKAN II KABUPATEN KLUNGKUNG BALI 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARANGKAN II KABUPATEN KLUNGKUNG BALI 2014."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 http://isainsmedis.id/ojs/

GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARANGKAN II

KABUPATEN KLUNGKUNG BALI 2014

Putu Riska Mordiana

1

, I Wayan Weta

2

Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

1

Bagian Ilmu Kedoteran Komunitas – Ilmu Kedokteran Pencegahan FK Universitas Udayana

2

riskamomo_23@yahoo.com

ABSTRAK

Hipertensi merupakan masalah kesehatan di masyarakat yang memerlukan penanganan dengan baik.

Menurut data di Puskesmas Banjarangkan II, kunjungan pasien yang menderita hipertensi pada bulan

Juli 2014 menempati urutan kelima dari total sepuluh penyakit terbanyak, dan mengalami

peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya. Terdapat berbagai macam faktor yang seharusnya

dikontrol oleh para penderita hipertensi untuk menjaga agar tekanan darahnya dapat membaik.

Dalam penelitian ini dilakukan observasi pada responden untuk mengetahui bagaimana responden

melakukan kontrol terhadap tekanan darahnya setelah didiagnosis mengalami hipertensi. Penelitian

ini merupakan studi

cross-sectional deskriptif dengan populasi penelitian adalah semua pasien

hipertensi yang datang berobat dan tercatat dalam data kunjungan tahun 2014 di Puskesmas

Banjarangkan II. Sampel pada penelitian ini didapat dengan menghitung jumlah sampel minimal dan

dilakukan

simple random sampling sehingga didapatkan 41 sampel. Data penelitian didapatkan

dengan wawancara langsung pada sampel dan observasi ke lapangan. Dari wawancara dan observasi

di lapangan pada 41 orang sampel didapatkan sampel yang mematuhi aturan minum obat sebanyak

87,8%, patuh terhadap aturan diet yang dianjurkan sebanyak 68,8% dan aktif berolahraga sebanyak

53,7%. Pasien yang patuh minum obat yang menunjukkan hipertensi terkontrol adalah 96,2%. Jika

dilihat dari kepatuhan diet, 73,1% responden yang patuh diet menunjukkan hipertensi yang

terkontrol. Pada variabel aktivitas olahraga, diperoleh hasil 69,2% yang patuh olahraga menunjukkan

hipertensi yang terkontrol.

Kata kunci

: hipertensi, perilaku, gaya hidup, banjarangkan, puskesmas

BEHAVIOR OF HYPERTENSION PATIENTS IN WORK AREA OF BANJARANGKAN II PUBLIC HEALTH

CENTRE KLUNGKUNG REGENCY BALI 2014

ABSTRACT

(2)

2 http://isainsmedis.id/ojs/

of respondents who adhere showed controlled hypertension. From sports activities, the results

obtained 69.2% adherent sports show controlled hypertension.

Keywords

: hypertension, behavior, lifestyle, banjarangkan,health care

PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan masalah kesehatan di masyarakat yang memerlukan penanganan dengan baik. Hipertensi merupakan masalah besar yang terdapat di Indonesia. Hipertensi sendiri didefinisikan sebagai tekanan darah di atas 140/90 mmHg1. Menurut National Center of Health

Statistic pada tahun 2011-2012, sekitar 29,1% penduduk di Amerika Serikat terdiagnosis hipertensi. Angka prevalensi hipertensi pada perempuan dan laki-laki hampir sama yaitu 29,7% pada laki-laki dan 28,5% pada perempuan1,2.

Sedangkan angka kematian pada perempuan adalah sebesar 55,2%2. Di Indonesia sendiri, angka

prevalensi hipertensi adalah 30%.

Menurut data di Puskesmas Banjarangkan II, hipertensi pada bulan Juli menjadi penyakit dengan urutan kelima dan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.

Berbagai faktor ikut berperan dalam terjadinya hipertensi. Faktor-faktor tersebut antara lain usia dan jenis kelamin. Gaya hidup pasien juga berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Hal tersebut meliputi kebiasan merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol serta pola makan dengan asupan tinggi garam. Faktor lain yang berpengaruh adalah obesitas dan kurangnya aktivitas olahraga. Riwayat keluarga dengan stroke merupakan fakor yang sangat penting karena faktor genetik juga berperan dalam kejadian hipertensi4.

Hipertensi dapat menjadi kontributor dalam terjadinya berbagai macam penyakit, seperti penyakit kardiovaskular yang meliputi, infark miokardial, congestive heart failure, penyakit vaskular lain seperti stroke, dan dapat pula menyebabkan gagal ginjal kronis4. Berdasarkan

Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI menunjukkan bahwa hipertensi dan penyakit kardiovaskular masih cukup tinggi dan bahkan cenderung meningkat seiring dengan gaya hidup yang jauh dari perilaku hidup bersih dan sehat, mahalnya biaya pengobatan hipertensi, disertai kurangnya sarana dan prasarana penanggulangan hipertensi.

Data Riskesdas 2007 juga menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar 30% dengan insiden komplikasi penyakit kardiovaskular. Berdasarkan komplikasi-komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat hipertensi, maka seseorang yang sudah terdiagnosis hipertensi harus menjalankan penanganan baik secara medikamentosa maupun dengan perubahan gaya hidup.

Biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pengobatan yang adekuat tergolong cukup signifikan. Menurut data dari NCHS (National Center for Health Statistic), hanya 52% pasien yang menjalani pengobatan hingga hipertensinya terkontrol, yaitu di bawah 140/90 mmHg1,3. Di

Indonesia sendiri hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol dari 30% pasien hipertensi. Status hipertensi terkontrol dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kepatuhan minum obat, kepatuhan diet dan aktivitas olahraga.

Oleh karena itu berdasarkan data di atas, dilakukan penelitian untuk mengetahui perilaku pasien setelah terdiagnosis hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Banjarangkan II. Dengan diketahuinya gaya hidup pasien setelah terdiagnosis hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Banjarangkan II, diharapkan dapat dilakukan modifikasi gaya hidup yang benar agar tidak menimbulkan kontribusi yang lebih jauh terhadap terjadinya penyakit-penyakit lain seperti kardiovaskular, stroke maupun gagal ginjal kronis.

METODE PENELITIAN

Wilayah dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Banjarangkan II, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung pada bulan Agustus 2014.

Desain Penelitian

(3)

3 http://isainsmedis.id/ojs/

Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang menderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Banjarangkan II yang tercatat pada buku register puskesmas.

Pemilihan Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian adalah 41 orang yang dipilih melalui teknik simple random sampling. Pasien yang terpilih akan dikunjungi ke rumahnya sebagai responden. Pemilihan sampel dilakukan dengan membuat daftar nama-nama pasien yang pernah datang berobat ke Puskesmas Banjarangkan II. Kemudian dipilih secara acak hingga mencapai jumlah 41 sampel.

Prosedur Pengumpulan Data

Responden dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Banjarangkan II.

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner dengan pertanyaan terstruktur untuk memperoleh data kuantitatif.

Data diperoleh dengan cara wawancara. Wawancara dilakukan di rumah responden, lama wawancara sekitar 15 menit. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuisioner.

Analisis Data

Data entry dilakukan dengan coding dan editting menggunakan software SPSS Windows versi 20.0. Cleaning data dilakukan terhadap semua variabel untuk mengetahui data yang tidak sesuai (missing) sehingga didapatkan data yang tepat. Analisis data dilakukan secara deskriptif menggunakan software SPSS Windows versi 20.0. Adapun analisis yang dilakukan berupa analisis univariat terhadap variabel usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan untuk karakteristik responden serta terhadap variabel kepatuhan minum obat, kepatuhan diet, aktivitas olahraga dan status hipertensi. Tabulasi silang dilakukan pada variabel perilaku responden terhadap status hipertensi pasien.

HASIL PENELITIAN

Pada karakteristik responden, kelompok umur yang paling banyak mengalami hipertensi adalah kelompok usia 51-60 tahun yaitu 19 orang (46,3%).

Jenis kelamin responden yang ditemukan lebih banyak adalah responden perempuan yaitu 22 orang (53,7%).

Responden pada wilayah kerja Puskesmas Banjarangkan II lebih banyak berprofesi sebagai pedagang yaitu 14 orang (34,1%). Tingkat pendidikan responden kebanyakan adalah tamat SD, yaitu 13 orang (31,7%)(Tabel 1).

Tabel 1. Karakteristik Responden

Karakteristik

Perilaku responden yang dianalisis adalah kepatuhan minum obat, kepatuhan diet dan keaktifan olahraga.

Dari hasil wawancara didapatkan lebih banyak responden yang mematuhi aturan minum obat yaitu sebanyak 87,8%. Responden yang patuh terhadap aturan diet yang dianjurkan sebanyak 68,8%. Dari wawancara juga didapatkan responden yang aktif berolahraga secara teratur sebanyak 53,7%.

Tabel 2. Perilaku Responden Setelah Terdiagnosis Hipertensi

(4)

4

Dari hasil penelitian didapatkan hasil pasien yang patuh minum obat yang menunjukkan hipertensi terkontrol adalah 96,2% dan pada pasien yang tidak patuh minum obat menunjukkan 73,3% dengan hipertensi terkontrol. Jika dilihat dari kepatuhan diet, 73,1% responden yang patuh diet menunjukkan hipertensi yang terkontrol dan pada responden yang tidak patuh diet, 60% menunjukkan hipertensi yang terkontrol. Dari variabel aktivitas olahraga, diperoleh hasil 69,2% yang patuh olahraga menunjukkan hipertensi yang terkontrol dan pada yang tidak aktif olahraga menunjukkan 73,3% dengan hipertensi tidak terkontrol.

Tabel 3. Perilaku Sampel Terhadap Status Hipertensi

Karakteristik dan Perilaku Responden

Berdasarkan karakteristik responden menurut jenis kelamin, diperoleh hasil lebih banyak responden perempuan 22 (53,7%) daripada responden laki-laki 19 (46,3%). Namun, perbedaan jumlah responden hipertensi antara laki-laki dan perempuan tidak terlalu signifikan. Data penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2009), bahwa prevalensi hipertensi dan

wanita hampir sama. Selain itu, data NCHS (National Center of Health Statistic) juga menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi sama pada laki-laki dan perempuan di Amerika Serikat tahun 2011-20121,2. Usia responden yang

mengalami hipertensi mayoritas pada rentang usia 51-60 tahun yaitu sebesar 46,3%. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Frisoli et al di mana risiko hipertensi meningkat seiring peningkatan usia. Rentang usia 50 tahun ke atas rentan mengalami isolated systolic hypertension5.

Berdasarkan data penelitian diperoleh hasil bahwa mayoritas responden bekerja sebagai pedagang. Variabel pekerjaan digunakan untuk mengetahui gambaran mata pencaharian responden, sehingga peneliti dapat mengetahui gambaran status ekonomi yang berhubungan dengan tingkat stress yang dapat menjadi faktor risiko hipertensi. Stress melalui aktivitas saraf simpatik mengakibatkan peningkatan tekanan darah secara intermiten dan bertahap. Stress juga meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung6.

Apabila dilihat dari tingkat pendidikan, diperoleh hasil mayoritas pasien hipertensi adalah tamat SD. Pengetahuan responden mengenai hipertensi yang masuk dalam kategori baik sebanyak 56,1%. Berdasarkan variabel tingkat pendidikan, dapat diketahui gambaran sebaran tingkat pendidikan responden sehingga dapat berguna dalam pemberian edukasi mengenai cara pengendalian faktor risiko dan pengobatan serta modifikasi gaya hidup yang benar.

Jika dilihat dari perilaku responden menurut kepatuhan minum obat, kepatuhan diet dan keaktifan olahraga, diperoleh data 87,8% patuh minum obat, 68% patuh anjuran diet dan 53,7% aktif berolahraga. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa lebih dari 50% pasien hipertensi menjalankan anjuran minum obat, diet yang sesuai dan aktivitas olahraga karena pengetahuan pasien mengenai hipertensi dan komplikasinya mayoritas baik.

Perilaku Responden Terhadap Status Hipertensi

(5)

5 http://isainsmedis.id/ojs/ menunjukkan 73,3% dengan hipertensi terkontrol.

Hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan pada penatalaksanaan secara farmakologis memberikan hasil yang baik pada penurunan tekanan darah pasien. Pada pasien yang tidak patuh minum obat juga menunjukkan proporsi yang tinggi terhadap status hipertensi yang terkontrol. Hal ini disebabkan pada responden yang tidak patuh minum obat, sebagian besar lebih mematuhi modifikasi gaya hidup meliputi konsumsi makanan yang sesuai untuk hipertensi dan aktif berolahraga. Jika dilihat dari kepatuhan diet, 73,1% responden yang patuh diet menunjukkan hipertensi yang terkontrol dan pada responden yang tidak patuh diet, 60% menunjukkan hipertensi yang terkontrol. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa modifikasi pola makan dengan mengikuti anjuran asupan makanan yang benar untuk hipertensi memberikan hasil yang baik dalam kontrol tekanan darah. Pada hasil ini dijumpai persentase yang tinggi pula pada responden yang tidak patuh diet namun hipertensinya terkontrol. Hal tersebut juga disebabkan oleh hal-hal lain yaitu responden lebih patuh dalam minum obat dan aktif olahraga. Dari hasil wawancara, sebagian responden mengaku bahwa mereka terkadang sulit untuk menahan dirinya untuk tidak mengkonsumsi makanan asin maupun makanan yang berlemak, misalnya pada masyarakat Bali yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi daging babi pada saat merayakan hari raya.

Pada variabel aktivitas olahraga, diperoleh hasil 69,2% yang patuh olahraga menunjukkan hipertensi yang terkontrol dan pada yang tidak aktif olahraga menunjukkan 73,3% dengan hipertensi tidak terkontrol. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas olahraga berkontribusi secara baik dalam menurunkan tekanan darah. Oleh karena itu, persentasi hipertensi terkontrol lebih dijumpai pada responden yang aktif dalam olahraga. Dari keseluruhan data diketahui bahwa kepatuhan pasien dalam minum obat, diet dan keaktifan olahraga sangat berkontribusi dalam penurunan tekanan darah. Ketiga modalitas tersebut tidak dapat dipisahkan. Apabila ketiga modalitas tersebut dijalankan dengan baik dan secara bersamaan maka akan diperoleh penurunan tekanan darah yang lebih baik dan status hipertensi terkontrol pada pasien dapat

dipertahankan. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa pengetahuan yang baik mengenai hipertensi membuat responden mematuhi anjuran minum obat, diet yang sesuai dan keaktifan olahraga guna mempertahankan hipertensinya agar terkontrol7,8. Selain itu, dari hasil wawancara

kepatuhan pasien juga dilatarbelakangi oleh adanya riwayat penyakit yang mendasari dan sebagian besar responden juga mengetahui komplikasi yang ditimbulkan. Pada wawancara didapatkan beberapa pasien mengalami diabetes mellitus. Sehingga pasien akan berupaya untuk menjaga kondisi dirinya agar dalam keadaan yang terkontrol. Oleh karena itu, mayoritas responden senantiasa mematuhi anjuran-anjuran yang benar dalam penatalaksanaan hipertensi.

Kelemahan Penelitian

Adapun kelemahan dalam penelitian ini antara lain hasil penelitian ini mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan perilaku pasien hipertensi yang sebenarnya. Hal ini disebabkan ada kemungkinan responden tidak berkata jujur saat wawancara dan dalam menilai perilaku tidak cukup hanya dengan wawancara saja.

Yang kedua adalah pewawancara adalah peneliti sendiri yang mengetahui tujuan penelitian secara rinci, kemungkinan mengarahkan jawaban responden dapat terjadi. Untuk mengurangi hal tersebut beberapa pertanyaan dalam kuesioner dibuat pertanyaan dengan jawaban tertutup. Kelemahan lainnya adalah waktu penelitian yang terbatas dan ruang lingkup penelitian yang sempit sehingga mungkin belum diperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai perilaku pasien hipertensi.

SIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan 53,7% pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Banjarangkan II adalah perempuan dengan rentang usia mayoritas 51-60 tahun sebanyak 46,3%. Berdasarkan pekerjaan, mayoritas sebagai pedagang (34,1%) dengan tingkat pendidikan terbanyak tamat SD (31,7%).

(6)

6 http://isainsmedis.id/ojs/ menunjukkan hipertensi terkontrol adalah 96,2%

dan pada pasien yang tidak patuh minum obat menunjukkan 73,3%. Jika dilihat dari kepatuhan diet, 73,1% responden yang patuh diet menunjukkan hipertensi yang terkontrol dan pada responden yang tidak patuh diet, 60% menunjukkan hipertensi yang terkontrol. Pada variabel aktivitas olahraga, diperoleh hasil 69,2% yang patuh olahraga menunjukkan hipertensi yang terkontrol dan pada yang tidak aktif olahraga menunjukkan 73,3% dengan hipertensi tidak terkontrol. Ketiga modalitas tersebut tidak dapat dipisahkan dan jika dilaksanakan secara bersamaan akan menurunkan tekanan darah lebih baik dan terkontrol.

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa pengetahuan yang baik mengenai hipertensi membuat responden mematuhi anjuran minum obat, diet yang sesuai dan keaktifan olahraga. Selain itu kepatuhan responden juga dilatarbelakangi oleh adanya riwayat penyakit yang mendasari seperti diabetes mellitus dan pengetahuan mengenai komplikasi hipertensi, sehingga pasien akan berupaya untuk menjaga kondisi dan mematuhi penatalaksanaan hipertensi yang benar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Nwanko T, Yun SS, Burt V, et al. Hypertension Among Adults in the United States: National Health and Nutrition Examination Survey, 2011–2012. NCHS : No. 133. 2013. p 1-8.

2. Anonim. High Blood Pressure. American Heart Association. 2013.

3. Luehr D, Wolley T , et al. Health Care Guideline : Hypertension Diagnosis and Treatment. 2012.

4. Anggraini AD, Waren A, et al. Faktor--Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. FK UNRI. 2009. p 6-14.

5. Frisoli TM, Schiemeder RE, et al. Beyond Salt : Lifestyle Modification and Blood Pressure. European Heart Journal ; 2011(32) : 3081-3087.

6. Huang N, Duggan K, et al. Lifestyle Management of Hypertension. Australian Prescriber ; Vol.31 ; No. 6. 2008. p 150-153. 7. Simces ZL, Rose SE, Rabkin SW. Diagnosis of Hypertension and Lifestyle Modifications for Its Management. BC Medical Journal : Vol.54 ; No.8. 2012.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Responden
Tabel 3. Perilaku Sampel Terhadap Status

Referensi

Dokumen terkait

telah berlaku di Pertamina EP apabila terjadi pipa terjepit, dimulai dengan dilakukan work on pipe, sirkulasi dengan hi ± vis dan low ± vis, dimana fungsi dari low ± vis

menelepon divisi pengaduan UPTD PPA secara langsung untuk membuat aduan kekerasan, sedangkan secara tidak langsung yaitu korban/pelapor melaporkan melalui media surat/ email

Bahwa benar telah melakukan wawancara dengan narasumber guna memenuhi keabsahan hasil penelitian yang berjudul “ Penulisan Notasi Terompet Pencak dalam Lagu

Jadi yang harus dilakukan pemimpin harus mengoreksi, memantau, mengetahui masalah-masalah yang sedang terjadi pada karyawan agar pemimpin bisa menyelesaikan masalah

Indera pendengar ikan hanya terdiri dari atas telinga dalam saja yang berfungsi sebagai organ pendengar dan alat keseimbangan indra pendengar ini kurang berkembang dengan baik..

pujian positif pada keluarga atas usahanya.. e) Dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan. cara atur jadwal rutin

Perbaikan citra bertujuan meningkatkan tampilan citra untuk pandangan manusia atau untuk mengkonversi suatu citra agar memiliki format yang lebih baik sehingga

Strategi mental dapat mendukung fleksibilitas dalam berhitung dengan berbagai strategi yang dapat diciptakan sendiri oleh anak dan tidak berkutat pada prosedur kaku