• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dampak Pertumbuhan Ekonomi Bali Terhadap Perekonomian Kota Denpasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Dampak Pertumbuhan Ekonomi Bali Terhadap Perekonomian Kota Denpasar."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA DENPASAR

TIM PENELITI

Drs. I Gusti Bagus Indrajaya, M.Si. Dra. A.A.A Suresmiathi Dewi, M.Si. I Ketut Sudiana, S.E., M.Si.

Drs. I Gusti Putu Nata Wirawan, M.Si.

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

ANALISIS DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TERHADAP PEREKONOMIAN KOTA DENPASAR

TIM PENELITI Drs. I Gusti Bagus Indrajaya, M.Si. Dra. A.A.A Suresmiathi Dewi, M.Si. I Ketut Sudiana, S.E., M.Si.

Drs. I Gusti Putu Nata Wirawan, M.Si.

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(3)
(4)

Judul Penelitian : Analisis Dampak Pertumbuhan Ekonomi Bali Terhadap Perekonomian Kota Denpasar

Nama Mata Kuliah : Ekonomi Pembangunan Regional Ketua Peneliti :

a. Nama Lengkap : Drs. I Gusti Bagus Indrajaya,M.Si. b. NIP/NIDN : 19571019 198503 1 002/0019105704 c. Pangkat/Gol. : Pembina/IVa

d. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

e. Jurusan : Ekonomi Pembangunan

f. Alamat Rumah : Jl. Batuyang Gang Pipit III/14 Batubulan g. Telepon Rumah/HP : (0361) 299391/081338605072

h. E-mail : igustibagusindrajaya@yahoo.co.id Jumlah Anggota Peneliti : 3 (tiga) orang

Lama Penelitian : 4 (empat) bulan

Jumlah Biaya : Rp7.500.000,00

Denpasar, Oktober 2015

Ketua Jurusan Ketua Peneliti

(Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS.) (Drs. I Gusti Bagus Indrajaya, M.Si) NIP.19540429 198303 1 002 NIP. 19571019 198503 1 002

Mengetahui Dekan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga penelitian yang berjudul “Analisis Dampak Pertumbuhan Ekonomi Bali Terhadap Perekonomian Kota Denpasar” dapat diselesaikan tepat waktu. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi bagi staf pengajar pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Pada kesempatan ini juga disampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah banyak membantu menyelesaikan usulan penelitian ini.

Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat dalam menunjang proses pembelajaran di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

Denpasar, Oktober 2015

(6)

Pembangunan pada hakekatnya harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih baik, secara material maupun spiritual. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pertumbuhan Ekonomi Bali terhadap perekonomian Kota Denpasar pada rentang waktu 2009 – 2013. Data penelitian bersumber dari data sekunder yang diolah dengan menggunakan teknik analisis data Location Quotion (LQ) dan Shift- Share (SS).

Hasil analisis menunjukkan; (1) sektor yang dapat dijadikan prioritas untuk menjadi sektor unggulan dalam rangka mengembangkan perekonomian Kota Denpasar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sector keuangan, persewaan dan jasa pertahanan, (2) subsektor yang dapat dijadikan prioritas untuk menjadi sektor unggulan dalam rangka mengembangkan perekonomian Kota Denpasar adalah restoran dan bank, (3) atas dasar analisis Shift-Share diperoleh hasil bahwa Kota Denpasar selama periode 2009-2013 mengalami pertumbuhan PDRB sebesar Rp1.613 milyar. Pertumbuhan ini dipengaruhi secara positif oleh pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali sebesar Rp1.768,22 milyar dan bauran industri Kota Denpasar sebesar Rp68,90 milyar. Namun demikian keunggulan kompetitif Kota Denpasar memberikan kontribusi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Denpasar sebesar Rp224,13 milyar.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. PENELITIAN PROSES PEMBELAJARAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Pembangunan Ekonomi Regional ... 8

2.5 Peran Pemerintah Dalam Pembangunan Daerah ... 14

2.6 Perubahan Struktur Ekonomi ... 15

2.7 Potensi Ekonomi ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Rancangan Penelitian ... 22

3.2 Lokasi Penelitian ... 22

3.3 Objek Penelitian ... 22

3.4 Identifikasi Variabel ... 22

3.5 Definisi Operasional ... 23

3.6 Jenis Data... 23

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 24

3.8 Teknik Analisis Data ... 24

BAB IV DATA DAN ANALISIS ... 27

4.1 Perkembangan Sektor Ekonomi ... 27

4.2 Analisis Location Quotient (LQ) ... 29

4.3 Analisis Shift-Share Metode Klasik ... 32

4.4 Analisis Shift-Share Modifikasi Estaban-Marquillas ... 33

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 37

5.1 Simpulan ... 37

5.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 40

(8)
(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Pembangunan pada hakekatnya harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih baik, secara material maupun spiritual (Todaro, 2000).

(11)

2   

penduduk telah menikmati kue pembangunan yang cukup besar. Di lain pihak, KTI yang memiliki luas wilayah 68 persen dari luas wilayah nasional dengan jumlah penduduk 18 persen dari jumlah penduduk nasional hanya memperoleh lebih sedikit kue pembangunan.

Ketimpangan yang terjadi pada saat pelaksanaan pembangunan yang telah berjalan selama kurun waktu memasuki dasa warsa ke lima ini jelas tidak wajar. Upaya untuk mengatasi kesenjangan pembangunan ternyata mengalami hambatan yang cukup serius dengan terjadinya krisis ekonomi nasional sebagai akibat dari lemahnya fundamen ekonomi yang rentan terhadap perubahan perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi yang selama ini diindikasikan sebagai performance keberhasilan pembangunan telah mengalami penurunan.

Upaya mengatasi persoalan pembangunan, khususnya masalah kesenjangan distribusi pendapatan, sebenarnya bukan merupakan hal yang baru. Negara-negara berkembang dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi ternyata belum memberikan pengaruh yang berarti bagi kesejahteraan masyarakat, bahkan terjadi penururnan tingkat kehidupan riil. Tingkat pengangguran dan pengangguran semu meningkat di daerah pedesaan dan perkotaan, ketimpangan distribusi pendapatan antara kaum kaya dan kelompok miskin, dan ketimpangan regional telah melahirkan kesenjangan yang semakin melebar (Yustika, 2004:23).

(12)

perubahan, saat ini sedang berkembang paradigma pelaksanaan pembangunan, yaitu setiap program kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah hendaknya dilaksanakan secara transparan dan tingkat keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan hendaknya terukur. Pembangunan daerah yang merupakan sub sistem pembangunan nasional, dan juga merupakan agen pembangunan nasional di daerah selain melaksanakan pembangunan untuk dirinya sendiri, juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat di daerah yang selaras dengan tujuan pembangunan secara nasional.

Untuk tercapainya tujuan tersebut, berbagai alokasi sumber daya pembangunan yakni sumber daya alam, sumber daya manusia, kapital dan teknologi telah dimanfaatkan secara maksimal namun hasil-hasil yang dicapai ternyata masih menimbulkan kesenjangan, baik antar daerah, antar kawasan, antar sektor, antar golongan, maupun antar kota dan desa. Pelaksanaan pembangunan selama ini, sekalipun telah menunjukkan hasil yang positif namun masih banyak dirasakan adanya inefisiensi alokasi sumber daya ekonomi.

(13)

4   

Untuk perekonomian daerah Bali, berbagai perubahan telah dialami menjadikan pertumbuhan ekonomi Bali mengalami pasang surut. Krisis ekonomi dan moneter tahun 1998 di susul bom Bali I tahun 2002, bom Bali II tahun 2005, dan merebaknya penyakit flu burung serta krisis keuangan global menyebabkan perekonomian Bali pertumbuhannya tidak stabil (BPS Bali, 2008). Sebelum terjadi krisis ekonomi dan moneter tahun 1998, ekonomi Bali pernah mengalami pertumbuhan rata-rata 7 persen. Namun pasca krisis, ekonomi Bali mengalami keterpurukan atau kontraksi minus 4,04 persen. Upaya pemulihan yang dilakukan berangsur-angsur perekonomian Bali bangkit dari keterpurukan tumbuh mencapai 0,67 persen di tahun 1999 dan 3,05 persen di tahun 2000. Pada tahun 2006, pertumbuhan ekonomi Bali sebesar 5,28 persen mengalami perlambatan dari tahun sebelumnya sebesar 5,56 persen. Perlambatan ini merupakan dampak langsung bom Bali II tahun 2005.

Adanya krisis global yang menimpa Amerika Serikat dan Eropa tahun 2008 menimbulkan kekhawatiran terhadap perekonomian Indonesia pada umumnya dan perekonomian Bali pada khususnya. Namun, kekhawatiran tersebut tidak terbukti dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi Bali di tahun 2008 menjadi 5,97 persen jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi Bali di tahun 2007 yang tumbuh sebesar 5,92 persen. Pertumbuhan ekonomi Bali lima tahun terakhir mengalami peningkatan di atas pertumbuhan ekonomi nasional dengan rata-rata meningkat sebesar 6,07 persen. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum membaiknya kinerja perekonomian Bali.

(14)

atau 18,66 persen dari total penduduk di Provinsi Bali yang menjadikan Denpasar sebagai daerah dengan penduduk terbanyak sekaligus terpadat di Bali, Kota Denpasar mengalami tantangan tersendiri dalam membentuk PDRB per kapitanya. Salah satu penyebab besarnya jumlah penduduk Kota Denpasar adalah tingginya arus pendatang. Daya tarik Kota Denpasar sebagai ibu kota provinsi mendorong penduduk daerah lain untuk tinggal di Denpasar baik untuk mecari pekerjaan maupun untuk keperluan lain seperti halnya untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

Tingginya arus pendatang tentu membawa permasalahan yang sangat komplek. Daya saing ekonomi yang cukup tinggi serta kedatangan para pendatang yang sering kali tidak disertai dengan keahlian yang cukup justru membawa pada permasalahan baru bagi perekonomian Kota Denpasar. Oleh karena itu, meskipun dengan sumbangan PDRB sebesar 18,86 persen dari total PDRB Provinsi Bali , jumlah dan pertumbuhan penduduk yang tinggi menjadikan tugas khusus bagi Kota Denpasar untuk terus meningkatkan kesejahteraanya melalui peningkatan PDRB per kapitanya.

(15)

6   

7,18 persen pada tahun 2012. Jadi, struktur perekonomian Kota Denpasar selama kurun waktu memasuki dasa warsa kelima mengalami pertumbuhan yang tidak seimbang yang didominasi oleh sektor tersier. Gambaran kinerja ekonomi Provinsi Bali dan Kota Denpasar disajikan pada gambar berikut.

Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Bali dan Kota Denpasar Tahun 2009-2013

Sumber: Publikasi BPS Provinsi Bali Dan Kota Denpasar Tahun 2014 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah pokok penelitian sebagai berikut.

1) Bagaimana dampak riil pertumbuhan ekonomi Bali terhadap perekonomian Kota Denpasar?

(16)

3) Bagaimana dampak riil pertumbuhan ekonomi Bali terhadap keunggulan kompetitifi perekonomian Kota Denpasar?

1.3 Tujuan Penelitian

1) Untuk menganalisis dampak riil pertumbuhan ekonomi Bali terhadap perekonomian Kota Denpasar.

2) Untuk menganalisis dampak riil pertumbuhan ekonomi Bali terhadap bauran industri perekonomian Kota Denpasar.

3) Untuk menganalisis dampak riil pertumbuhan ekonomi Bali terhadap keunggulan kompetitif perekonomian Kota Denpasar.

1.4 Manfaat Penelitian

1) Khasanah Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang keterkaitan teori dengan fakta empiris.

2) Penunjang Proses Pembelajaran

(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan Ekonomi Regional

Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur social, sikap masyarakat, serta institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta perluasan kesempatan kerja (Todaro, 2000).

Tiga nilai inti pembangunan menurut Tri Widodo (2006) adalah; (1) kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar (sustenance). Semua individu memiliki kebutuhan dasar yang menyebabkan individu bertahan hidup. Kebutuhan dasar meliputi pangan, sandang, kesehatan, dan proteksi, (2) manusia terhormat (self-esteem). Salah satu komponen universal hidup adalah harga diri. Semua orang dan masyarakat mencari bentuk dasar harga diri yang mungkin kemudian disebut keaslian, identitas, kehormatan, penghargaan atau kemasyuran, (3) kebebasan (freedom from servitude). Kebebasan dipahami sebagai kebebasan yang terkait dengan emansipasi, kepedulian, penderitaan.

(18)

kehidupan masyarakat baik secara materiil maupun menumbuhkan jati diri yang terkandung di dalam setiap bangsa, (3) perluasan pilihan ekonomis dan social bagi setiap individu, yang mencakup pembebasan masyarakat dari sifat menghamba kepada seseorang serta kepada segala sesuatu yang mungkin merendahkan martabat kehidupan masyarakat tersebut.

Pelaksanaan kegiatan pembangunan pada suatu daerah atau negara pada dasarnya dimulai dengan kegiatan perencanaan dengan tujuan agar hasil yang diperoleh lebih berdaya guna dan berhasil guna. Prencanaan ekonomi harus dilakukan berdasarkan pendekatan teori yang tepat agar pelaksanaan pembangunan dapat berjalan lancar. Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah penekanan terhadap kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik secara lokal yang berhubungan dengan inisiatif-inisiatif daerah (Blakely, 1994:50).

(19)

10   

Menurut Lincolin Arsyad (1999:278), bahwa paradigm baru teori pembangunan ekonomi daerah dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Paradigma Baru Teori Pembangunan Ekonomi Daerah

Komponen Konsep Lama Konsep Baru Kesempatan Kerja Semakin banyak

perusahaan sama dengan semakin banyak peluang kerja

Perusahaan harus mengembangkan pekerjaan yang sesuai dengan kondisi penduduk daerah

Unggulan Pembangunan Pengembangan sector ekonomi

Pengembangan lembaga-lembaga ekonomi baru Aset-aset Lokasi Keunggulan komparatif

didasarkan pada asset fisik

Keunggulan kompetitif didasarkan pada kualitas lingkungan

Sumberdaya Pengetahuan Ketersediaan angkatan kerja

Pengetahuan sebagai pembangkit ekonomi Sumber: Lincolin Arsyad (1999:278)

2.2 Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)

(20)

ekonomi ke daerah lain, (2) Sektor non basis, yaitu kegiatan ekonomi yang hanya mampu melayani pasar di daerah itu sendiri.

Sektor unggulan menghasilkan barang dan jasa yang dapat dijual ke luar daerah dan secara berantai akan meningkatkan konsumsi dan akhirnya akan meningkatkan investasi yang berarti menciptakan lapangan kerja baru. Kenaikan pendapatan di daerah selain meningkatkan permintaan terhadap hasil sektor unggulan juga meningkatkan permintaan terhadap sektor non unggulan. Sektor unggulan perlu dikembangkan dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang pada akhirnya pendapatan regional akan langsung mengalami kenaikan bila sektor unggulan mengalami perluasan, sedangkan kenaikan kesempatan kerja baru akan terasa dalam jangka panjang.

(21)

12   

batas daerah maka sektor basis tersebut muncul, dan oleh karenanya perkembangannya dapat meningkatkan sektor lain yang bukan basis.

2.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Prathama Rahardja (2005), suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika jumlah produksi barang dan jasanya meningkat. Dalam dunia nyata, amat sulit untuk mencatat jumlah unit barang dan jasa yang dihasilkan selama periode tertentu. Kesulitan tersebut muncul bukan saja karena jenis barang dan jasa yang dihasilkan sangat beragam, tetapi satuan ukurnya pun berbeda. Karena itu angka yang digunakan untuk menaksir perubahan output adalah nilai moneternya (uang) yang tercermin dalam nilai Produk Domestik Bruto di tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di tingkat regional.

(22)

Keterangan:

Gt = pertumbuhan ekonomi periode t

PDRBRt = Produk Domestik Regional Bruto Riil periode t berdasarkan harga konstan

PDRBRt-1 = PDRB riil satu periode sebelumnya

Jika interval waktunya lebih dari satu periode, penghitungan tingkat pertumbuhan ekonomi dapat digunakan formula eksponensial berikut.

Keterangan:

PDRBRt = PDRBR periode t PDRBR0 = PDRBR periode awal r = tingkat pertumbuhan t = jarak periode

Tujuan utama dari penghitungan pertumbuhan ekonomi adalah untuk melihat kondisi perekonomia suatu daerah. Ukuran baik buruknya dapat dilihat dari struktur produksi (sektoral) atau daerah asal produksi (regional). Dengan melihat struktur produksi, dapat diketahui apakah ada sektor yang terlalu cepat atau terlalu lambat pertumbuhannya. Demikian juga halnya jika ingin melihat apakah telah terjadi ketimpangan regional. Dengan memperhatikan pertumbuhan regional, akan segera terlihat daerah-daerah yang terlalu cepat atau lambat tingkat pertumbuhannya.

2.4 Campur Tangan Pemerintah

(23)

14   

pembangunan yang pesat di Negara yang sedang berkembang. Oleh sebab itu campur tangan pemerintah yang luas sangatlah diperlukan apabila tujuan tersebut ingin dicapai oleh setiap Negara berkembang. Telah disadari pula bahwa campur tangan pemerintah akan mencapai hasil yang maksimum apabila terdapat koordinasi yang efektif dari berbagai usaha, dan untuk tujuan tersebut perencanaan pembangunan perlu dilakukan.

Dalam mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan pembangunan daerah, banyak ahli-ahli ekonomi barat berpendapat bahwa campur tangan pemerintah dalam perencanaan pembangunan daerah haruslah lebih luas dilakukan. Beberapa alas an telah dikemukakan untuk membuktikan tentang pentingnya campur tangan pemerintah yang luas dalam pembangunan daerah. Antara lain untuk mencegah akibat-akibat buruk dari mekanisme pasar terhadap pembangunan diberbagai daerah dan untuk menjaga agar pembangunan yang tercipta dapat dinikmati oleh berbagai daerah.

2.5 Peran Pemerintah Dalam Pembangunan Daerah

(24)

daerahnya.. Dalam perannya sebagai coordinator, pemerintah daerah bisa juga melibatkan lembaga-lembaga pemerintah lainnya, dunia usaha, dan masyarakat dalam penyusunan sasaran-sasaran ekonomi, rencana-rencana, dan strategi-strategi, (3) fasilitator, pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui perbaikan lingkungan attitudinal (perilaku atau budaya masyarakat) di daerahnya. Hal ini akan mempercepat proses pembangunan dan prosedur perencanaan serta pengaturan penetapan daerah (zooning) yang lebih baik, (4) stimulator, pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan mempengaruhi perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut dan menjaga agar perusahaan-perusahaan yang telah ada tetap berada di daerah tersebut.

2.6 Perubahan Struktur Ekonomi

(25)

16   

perekonomian yang diproksikan sebagai pangsa sektor terhadap total PDRB diformulakan sebagai berikut.

Keterangan:

Si = pangsa sektor i

PDRBi = nilai PDRB sektor i

Perkembangan industrialisasi suatu daerah dapat dilihat dari kontribusi sector industri. Tahapan industrialisasi dikemukakan oleh UNIDO dan Bank Dunia relatif lebih dapat menerangkan perkembangan industrialisasi dibanding teori tahapan pembangunan Rostow. Tahapan industrialisasi dapat dilihat dari sumbangan nilai tambah sektor industri terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) maupun terhadap sektor-sektor komoditi. Tabel 2.1 berikut menunjukkan tahapan industrialisasi.

Tabel 2.2 Tahapan Industrialisasi UNIDO dan Bank Dunia

Tahapan Industrialisasi Sumbangan Nilai Tambah

Terhadap PDRB (%) Terhadap Sektor Komoditi (%) Non-industrialisasi < 10 < 20 Menuju proses

industrialisasi

10 - 20 20 – 40

(26)

2.7 Potensi Ekonomi

Menurut Tri Widodo (2006), untuk melihat potensi ekonomi suatu daerah dapat digunakan 3(tiga) pendekatan, yaitu; 1) Shift-Share (SS), 2) Location Quotion (LQ), dan 3) Klassen Typology. Untuk mengetahui tujuan penelitian ini

hanya digunakan pendekatan shift-share dan location quotion. 1) Location quotient

Location quotient (LQ) merupakan teknik kuantitatif untuk menentukan

kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat kemandirian suatu sektor. Dalam analisis LQ, kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi dua golongan, yaitu; (1) kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan, yang disebut industri basis, (2) kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah sendiri, yang disebut industri non basis atau industri lokal.

Teknik LQ mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan (industri) dalam sustu daerah dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah tersebut dengan peranan kegiatan atau industri sejenis dalam perekonomian regional atau nasional. Asumsi utama dalam nalisis LQ adalah; (1) bahwa semua penduduk di setiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan pada tingkat daerah referensi, (2) produktivitas tenaga kerja adalah sama dan setiap industri menghasilkan barang yang sama (homogeny) pada setiap sektor (Arsyad, 1999).

2) Shift-Share

(27)

18   

referensi. Untuk tujuan tersebut, analisis shift-share menggunakan tiga informasi dasar yang berhubungan satu sama lain, yaitu; (1) pertumbuhan ekonomi referensi provinsi atau nasional (national growth effect/Regional Share), yang menunjukkan pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap perekonomian daerah. Bila petumbuhan riil sama dengan regional share maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan produksi sektor/daerah sama tingginya dengan pertumbuhan produksi regional. Sementara itu bila pertumbuhan riil lebih tinggi dari regional share, maka pertumbuhan produksi di suatu daerah cenderung menarik

pertumbuhan regional. Sebaliknya jika pertumbuhan riil lebih kecil dari regional share maka pertumbuhan produksi sektor suatu daerah menghambat pertumbuhan

regional, (2) pergeseran proporsional (Proportional Shift), yang menunjukkan perubahan relative kinerja suatu sector di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di referensi provinsi atau nasional. Pergeseran proporsional disebut juga pengaruh bauran industri (industry mix). Pengukuran ini untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada indusrti-industri yang tumbuh lebih cepat ketimbang perekonmian yang dijadikan referensi, (3) pergeseran diferensial (Differential Shift), memberikan informasi dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah dengan perekonomian yang dijadikan referensi. Jika pergeseran diferensial dari suatu industri adalah posistif, maka industri tersebut relatif lebih tinggi daya saingnya dibandingkan industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan referensi (pengaruh keunggulan kompetitif).

(28)

(1) pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan-perubahan output rata-rata dibandingkan dengan perubahan-perubahan sektor yang sama pada perekonomian wilayah yang dijadikan sebagai acuan.

(2) pergeseran proporsional mengukur tingkat pertumbuhan individual sector dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan regional.

(3) pergeseran diferensial membantu dalam menentukan seberapa besar daya saing industri daerah dengan perekonomian regional yang dijadikan acuan. Bila pergeseran diferensial dari suatu industry adalah positif maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya dibandingkan dengan industri yang sama pada wilayah yang menjadi acuan.

Menurut Bendavid-val, 1991; Soepono, 1993), analisis shift-share memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut.

(1) analisis shift-share hanya memfokuskan pada satu variabel tunggal saja, misalnya tenaga kerja, nilai tambah atau pendapatan pada suatu periode tertentu dan mengabaikan faktor lain yang berhubungan dengan variabel tersebut.

(29)

20   

(3) komponen pertumbuhan regional secara implisit mengemukakan bahwa sektor/industry di daerah hendaknya tumbuh pada laju pertumbuhan regional atau dibebani laju pertumbuhan yang ekuivalen dengan laju pertumbuhan regional. Selain terlalu sederhana abalisis shift-share dapat membuat kabur sebab-sebab pertumbuhan wilayah.

(4) teknik analisis shift-share secara implisist mengambil asumsi bahwa semua barang yang dijual seragam secara nasional. Dalam kenyataannya tidak demikian, jika pasar suatu barang bersifat lokal maka barang tersebut tidak bersaing dengan wilayah-wilayah lain yang menghasilkan barang yang sama atau tidak dapat berharap untuk memperoleh bagian dari kenaikan permintaan agregat.

(5) sebagai analisis deskriptif shift-share tidak menjelaskan mengapa industri/sektor yang berbeda mengalami tingkat pertumbuhan yang berbeda secara regional, tidak mengevaluasi pergeseran atau perubahan tersebut terjadi apakah diinginkan atau tidak diinginkan.

(30)
(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Untuk dapat menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi Bali terhadap perekonomian Kota Denpasar pada tahap pertama melakukan perhitungan LQ menggunakan data PDRB harga konstan tahun 2000 per sektor ekonomi dari tahun 2009 – 2013 sehingga diketahui sektor ekonomi basis dan non basis. Tahap kedua dilakukan perhitungan menggunakan Shift-Share untuk mengetahui dampak riil pertumbuhan ekonomi, dampak terhadap bauran industri, dan dampak terhadap keunggulan kompetitif Kota Denpasar.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Kota Madya Denpasar dengan menggunakan data publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Denpasar dan Provinsi Bali tahun 2009 – 2013.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah analisis pengaruh pertumbuhan ekonomi Bali terhadap perekonomian Kota Denpasar tahun 2009 – 2013.

3.4 Identifikasi Variabel

(32)

3.5 Definisi Operasional

1) PDRB adalah jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah, atau jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu daerah yang diukur dalam satuan rupih.

2) Pertumbuhan ekonomi adalah perubahan nilai PDRB riil yang sekaligus menunjukkan perubahan jumlah barang barang dan jasa yang dihasilkan selama periode pengamatan dalam satuan persentase.

3) Bauran industry adalah perubahan relative kinerja suatu sector ekonomi suatu daerah terhadap sector ekonomi yang sama daerah referensi dalam satuan persentase.

4) Keunggulan kompetitif adalah tingkat kekompetitifan suatu sector ekonomi suatu daerah dibandingakan dengan daerah referensi. Jika nilai pergeseran diferensialnya positif, berarti sector tersebut di suatu daerah lebih kompetitif disbanding sector yang sama di daerah referensi.

3.6 Jenis Data 1) Menurut sifat data

(33)

24   

2) Menurut sumber data

Data menurut sumbernya dibedakan atas data primer dan data sekunder. Dalam penelitian ini hanya menggunakan data sekunder yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Data yang akan dianalisis dikumpulkan dengan metode observasi non perilaku, yaitu pengumpulan data dengan cara membaca, menyalin, dan mengolah dokumen dan catatan tertulis yang ada (Sugiyono, 2002:139).

3.8 Teknik Analisis Data

1) Static Location Quotion (SLQ)

Formula untuk Static Location Quotion adalah:

Keterangan:

Vik = Nilai output sektor i Kota Denpasar dalam pembentukkan PDRB Kota Denpasar tahun 2009 – 2013.

Vk = Nilai PDRB semua sektor Kota Denpasar tahun 2009 – 2013.

Vip = Nilai output sektor i Provinsi Bali dalam pembentukkan PDRB Provinsi Bali tahun 2009 – 2013.

Vp = Nilai PDRB total semua sektor Provinsi Bali tahun 2009 – 2013. 2) Shift-Share (SS)

Formula yang digunakan untuk analisis Shift-Share adalah: (1) Pengaruh riil pertumbuhan ekonomi Kota Denpasar

Dik = Nik + Mik + Cik atau Dik = ………. (3.2)

(34)

(3) Pergeseran proporsional (proportional shift) atau pengaruh bauran industri Mik = Eik ( rip – rp) ……… (3.4)

(4) Pengaruh keunggulan kompetitif

Cik = Eik (rik – rip) ……… (3.5) (5) Pengaruh alokasi (allocation effect)

Aik = Dik – Nik – Mik – Cik ... (3.6) Keterangan:

Eik = kesempatan kerja di sektor i Kota Denpasar Eip = kesempatan kerja di sektor i Provinsi Bali rik = laju pertumbuhan sektor i Kota Denpasar rip = laju pertumbuhan sektor i Provinsi Bali rp = laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali Aik = pengaruh alokasi

Untuk mengetahui pengaruh alokasi (Aik), Esteban-Marquillas (Dalam Soepono, 1993) selanjutnya disingkat E-M melakukan modifikasi terhadap teknik analisis shift-share Klasik dengan persamaan berikut.

(35)

26   

(36)

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

4.1 Perkembangan Sektor Ekonomi

[image:36.595.115.517.229.562.2]

1) Provinsi Bali

Tabel 4.1 Distribusi PDRB Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2009-2013 (Milyar Rupiah)

Sektor 2009 2010 2011 2012 2013 Perubahan

2009-2013

1 5.208,02 5.745,59 5.870,10 6.070,53 6.155,52 947,50 2 154,37 188,66 208,49 240,28 262,41 108,04 3 2.610,48 2.936,45 3.027,99 3.210,84 3.427,55 817,07 4 406,31 438,59 470,83 513,57 557,47 151,16 5 979,29 1.146,12 1.236,39 1.467,17 1.558,18 578,89 6 8.479,55 9.209,07 10.012,39 10.575,06 11.181,37 2.701,82 7 2.948,13 3.190,61 3.381,20 3.636,78 3.854,63 906,5 8 1.855,98 2.041,02 2.167,88 2.366,83 2.544,37 688,39 9 3.586,14 3.986,38 4.382,50 4.723,32 5.246,46 1.660,32 Total 26.228,27 28.882,49 30.757,77 32.804,38 34.787,96 8.559,69

Sumber: BPS Provinsi Bali Tahun 2014 Keterangan:

1. Pertanaian, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4. Listrik, Gas dan Air Minum, 5. Bangunan, 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran, 7. Pengangkutan dan Komunikasi, 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, 9. Jasa-jasa.

(37)

28   

sector jasa-jasa. Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh secara absolut sebesar Rp2.701,82 milyar dan sektor jasa-jasa sebesar Rp1.660,32 milyar. Sektor ekonomi lainnya tumbuh di bawah nilai sektor jasa-jasa.

Dilihat secara persentase pertumbuhan, Provinsi Bali mampu tumbuh rata-rata tiap tahun sebesar 9 persen. Angka ini relatif lebih tinggi karena merupakan angka yang jauh melampaui angka rata-rata pertumbuhan nasional sebesar 6,8 persen pertahun pada periode yang sama. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pertambangan dan penggalian, disusul oleh sektor bangunan. Pertumbuhan yang paling lambat dialami oleh sector pertanian sebesar 4 persen tiap tahun karena alih fungsi lahan pertanian khususnya lahan sawah yang mengalami alif fungsi ke sektor non pertanian.

[image:37.595.107.514.442.755.2]

2) Kota Denpasar

Tabel 4.2 Distribusi PDRB Kota Denpasar Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2009-2013 (Milyar Rupiah)

Sektor 2009 2010 2011 2012 2013 Perubahan

2009-2013 1 384,76 385,37 391,24 402,59 424,35 39,59

2 0,24 0,24 0,24 0,25 0,26 0,02

(38)

Sumber: Publikasi BPS Kota Denpasar Tahun 2014 Keterangan:

1. Pertanian, 2. Pertambangan dan penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4. Listrik, Gas dan Air Minum, 5. Bangunan, 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran, 7. Pengangkutan dan Komunikasi, 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, 9. Jasa-jasa.

Perkembangan nilai PDRB Provinsi Bali menurut sektor ekonomi dari tahun 2009-2013 pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami perkembangan yang paling tinggi disusul kemudian sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh secara absolut sebesar Rp759,65 milyar dan sektor keuangan, persewaan dan jasa pertahanan sebesar Rp264,5 milyar. Sektor ekonomi lainnya tumbuh di bawah nilai sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

Dilihat secara persentase pertumbuhan, Kota Denpasar mampu tumbuh rata-rata tiap tahun sebesar 5 persen. Angka ini relatif lebih rendah karena merupakan angka jauh di bawah angka rata-rata pertumbuhan Provinsi Bali sebesar 9 persen per tahun pada periode yang sama. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, disusul oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Pertumbuhan yang paling lambat dialami oleh sektor pertambangan dan penggalian sebesar 1 persen tiap tahun.

4.2 Analisis Location Quotient (LQ)

(39)
[image:39.595.122.540.125.406.2]

30   

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Sektor Ekonomi Kota Denpasar Tahun 2009-2013

Sektor 2009 2010 2011 2012 2013 Kecenderungan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0,362 0,008 1,220 2,417 0,861 1,170 1,120 1,808 0,767 0,328 0,006 1,170 2,386 0,764 1,167 1,093 1,787 0,709 0,326 0,0058 1,174 2,373 0,742 1,178 1,080 1,823 0,671 0,325 0,005 1,172 2,330 0,686 1,211 1,064 1,819 0,651 0,337 0,0048 1,153 2,278 0,690 1,220 1,072 1,828 0,625 - - - + - - - - - + - - - - - - - - - - - + + + - - - + - + - + - - - -

Sumber: Data diolah Keterangan:

1. Pertanian, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri pengolahan, 4. Listrik, Gas dan Air Minum, 5. Bangunan, 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran, 7. Pengangkutan dan Komunikasi, 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, 9. Jasa-jasa

Berdasarkan hasil perhitungan LQ pada Tabel 4.3 melalui pendekatan PDRB atas dasar harga konstan 2000 terdapat kecenderungan perubahan besaran nilai LQ yang berfluktuasi hampir disemua sektor, kecuali sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang terus mengalami peningkatan dalam periode 2010-2013.

(40)

terdapat 5 (lima) sektor yang memiliki nilai LQ lebih dari 1 selama periode 2009-2013 sebagai sektor unggulan, yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

[image:40.595.105.519.318.628.2]

Jika pengamatan dilanjutkan pada subsektor unggulan dengan kecenderungan nilai LQ meningkat selama periode 2009-2013 dapat dilihat pada Tabel 4,4.

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Subsektor Ekonomi Kota Denpasar Tahun 2009-2013

Subsektor 2009 2010 2011 2012 2013 Kecenderungan 6

6.1 0,987 0,978 0,994 0,979 0,976 - + - - 6.2 1,310 1,386 1,402 1,498 1,548 + + + +

6.3 1,232 1,295 1,292 1,333 1,303 + - + - 8

8.1 3,482 3,521 3,534 3,455 3,453 + + - - 8.2 1,745 1,732 1,688 1,676 1,682 - - - + 8.3 1,305 1,220 1,199 1,162 1,155 - - - - 8.4 0,817 0,842 0,838 0,819 0,824 + - - + 8.5 2,234 2,131 2,127 1,962 1,902 - - - - Sumber: Data diolah

Keterangan:

6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

6.1 Perdagangan Besar dan Eceran, 6.2 Hotel, 6.3 Restoran 8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

(41)

32   

4.3 Analisis Shift-Share Metode Klasik

[image:41.595.107.518.304.610.2]

Analisis dengan pendekatan LQ tidak mampu memberikan informasi nilai absolute perubahan nilai PDRB masing-masing sector ekonomi, sehingga perlu dilakukan analisis dengan pendekatan Shift-Share. Perubahan PDRB yang terjadi di Kota Denpasar atas dasar pendekatan Shift-Share Klasik periode 2009-2013 disajikan pada Tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5 Analisis Shift-Share Metode Klasik Sektor Ekonomi Kota Denpasar Atas Dasr Harga Konstan 2000 Tahun 2009-2013 (Milyar Rupiah)

Sektor Nik Mik Cik Dik

1 2 3 4 5 6 7 8 9 126,97 0,08 214,79 66,20 56,88 669,08 222,63 226,24 185,35 -56,97 0,09 -11,07 27,36 45,01 -23,06 -15,19 28,04 74,69 -31,52 -0,16 -47,51 -16,46 -53,62 104,16 -38,78 13,09 -153,33 38,48 0,01 156,21 77,10 48,26 750,18 168,66 267,38 106,72 Total 1.768,22 68,90 -224,13 1.613,00

Sumber: Data diolah Keterangan:

1. Pertanian, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri pengolahan, 4. Listrik, Gas dan Air Minum, 5. Bangunan, 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran, 7. Pengangkutan dan Komunikasi, 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, 9. Jasa-jasa

Nik = Komponen Pertumbuhan Provinsi Bali Mik = Komponen Bauran Industri

(42)

Berdasarkan Tabel 4.5 yang merupakan hasil analisis Shift-Share Klasik diperoleh hasil bahwa Kota Denpasar selama periode 2009-2013 mengalami pertumbuhan PDRB sebesar Rp1.613 milyar. Pertumbuhan ini dipengaruhi secara positif oleh pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali sebesar Rp1.768,22 milyar dan bauran industri Kota Denpasar sebesar Rp68,90 milyar. Namun demikian keunggulan kompetitif Kota Denpasar memberikan kontribusi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Denpasar sebesar Rp224,13 milyar.

Jika dilihat secara sektoral, maka sektor yang paling tinggi mengalami pertumbuhan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor pengangkutan dan Komunikasi. Namun jika dilihat dari sisi bauran industri, maka sektor yang memiliki bauran industri paling tinggi adalah sektor jasa-jasa disusul sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor listrik, gas dan air minum, dan sektor pertambangan. Sedangkan sektor ekonomi yang tidak memiliki bauran industri adalah sektor industri pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor pertanian.

4.4 Analisis Shift-Share Modifikasi Estaban-Marquillas

(43)
[image:43.595.108.517.116.426.2]

34   

Tabel 4.6 Analisis Shift-Share Modifikasi Estaban-Marquillas Kota Denpasar Atas Harga Konstan 2000 Tahun 2009-2013 (Milyar Rupiah)

Sektor Nik Mik Cik Aik

1 2 3 4 5 6 7 8 9 126,97 0,08 214,79 66,20 56,88 669,08 222,63 226,24 185,35 -56,97 0,09 -11,07 27,36 45,01 -23,06 -15,19 28,04 74,69 -48,60 -20,49 -38,93 -6,81 -62,25 88,99 -34,62 7,24 -199,99 17,07 20,34 -8,58 -9,65 8,62 15,16 -4,16 5,85 46,67 Total 1.768,22 68,90 -315,45 91,32

Sumber: Data diolah Keterangan:

1. Pertanian, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri pengolahan, 4. Listrik, Gas dan Air Minum, 5. Bangunan, 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran, 7. Pengangkutan dan Komunikasi, 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, 9. Jasa-jasa

Nik = Komponen Pertumbuhan Provinsi Bali Mik = Komponen Bauran Industri

(44)
[image:44.595.112.515.118.351.2]

Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Analisis Berdasarkan LQ, Shift-Share Sektor Ekonomi Kota Denpasar Tahun 2009-2013

Sektor LQ Shift-Share

Klasik S-S EM Kecenderungan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 - - - - - + - + - - - - - - + - + - + + - - + + - + + alokasi alokasi xxxx xxxx alokasi

surplus, kompetitif, alikasi xxxx

surplus, kompetitif, alokasi alokasi

Sumber: Tabel 4.3, Tabel 4.4, dan Tabel 4.5 Keterangan:

1. Pertanian, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri pengolahan, 4. Listrik, Gas dan Air Minum, 5. Bangunan, 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran, 7. Pengangkutan dan Komunikasi, 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, 9. Jasa-jasa

(45)

36   

pengembangan pada zona pariwisata yang menyebar di luar zona Kawasan Pariwisata Sanur, seperti di Jalan Mahendradata dan rencana terusannya sampai simpang Sun Set Road, Jalan Gatot Subroto, Jalan By Pass Ngurah Rai, dan Jalan By Pass Prof. Ida Bagus Mantra, (2) Sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor ini perlu mendapat prioritas pengembangan karena unggul baik dari nilai LQ, kompetitif (Cik) maupun dari aspek alokasinya (Aik). Sub sektor yang unggul dari sektor ini adalah bank yang didukung pertumbuhan industri persewaan di Kota Denpasar yang semakin cepat dan beragam dari barang hingga jasa/konsultasi, pertumbuhan ekonomi yang baik didorong oleh kuatnya konsumsi domestik dan berkembangnya bisnis para pelaku usaha di sektor produktif dan jasa, gaya hidup masyarakat yang semakin praktis, operasional bisnis yang semakin efektif dan efisien memperbesar kebutuhan terhadap subsektor perbankan.

(46)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

  Berdasarkan hasil analisis perhitungan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan:

1. Atas dasar analisis LQ, maka hanya sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang memiliki kecenderungan peningkatan nilai LQ, sedangkan sektor pertambangan, industri pengolahan, listrik, gas dan air minum, bangunan, dan sektor jasa-jasa memiliki kecenderungan mengalami penurunan. Namun terdapat 5 (lima) sektor yang memiliki nilai LQ lebih dari 1 selama periode 2009-2013 sebagai sektor unggulan, yaitu sektor industri pengolahan, sector listrik, gas dan air minum, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa pertahanan.

2. Sektor yang dapat dijadikan prioritas untuk menjadi sektor unggulan dalam rangka mengembangkan perekonomian Kota Denpasar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

3. Subsektor yang dapat dijadikan prioritas untuk menjadi sektor unggulan dalam rangka mengembangkan perekonomian Kota Denpasar adalah hotel dan bank. 4. Atas dasar analisis Shift-Share Klasik diperoleh hasil bahwa Kota Denpasar

(47)

38   

Denpasar sebesar Rp68,90 milyar. Namun demikian keunggulan kompetitif Kota Denpasar memberikan kontribusi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Denpasar sebesar Rp224,13 milyar.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan, disarankan bahwa kebijakan pembangunan daerah hendaknya mengutamakan sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang merupakan sektor unggulan Kota Denpasar khususnya subsektor hotel dan subsektor perbankan melalui pemangkasan birokrasi perijinan, pemberian insentif pajak, dan dukungan keamanan bagi investor.

(48)
(49)

 

DAFTAR PUSTAKA

--- Biro Pusat Statistik Kota Denpasar. 2014. Denpasar Dalam Angka. Denpasar.

--- Biro Pusat Statistik Provinsi Bali. 2014. Bali Dalam Angka. Denpasar.

Bendavid A. 1991. Regional and Economic Analysis for Practitioner. Praeger Publisher. One Madison Avenue. New York.

Blakely E.J. 1994. Planning Local Economic Development Theory and Practice. 2th Edition. Sage Publication Inc. California.

Lincolin Arsyad. 1999. Pengantar Perencanaan Dan Pembangunan Ekonomi Daerah.Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.

Prathama Rahardja dan Mandala Manurung. 2005. Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar. Edisi Ketiga. LPFEUI. Jakarta.

Ricchardson H.W. 1991. Regional Economic. University of Illinois Press. Illinois. Sadono Sukirno. 2010. Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Sadono Sukirno. 19976. Beberapa Aspek Dalam Persoalan Pembangunan Daerah. Cetakan Kesatu. LPFEUI. Jakarta.

Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Pertama. Alfabeta. Bandung. Soepono P. 1993. Analisis Shift Share. Perkembangan dan Penerapan. Jurnal

Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 3, No. 1:3.

Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Ketujuh. Erlangga. Jakarta.

Tri Widodo. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer (Era Otonomi Daerah). Cetakan Pertama. UPPSTIM YKPN. Yogyakarta.

(50)

LAMPIRAN

Lampiran 1

PDRB Provinsi Bali atas Dasar Harga Konstan 2000, 2009 - 2013 (Milyar Rupiah)

Sektor 2009 2010 2011 2012 2013

1 5.208,02 5.745,59 5.870,10 6.070,53 6.155,52 2 154,37 188,66 208,49 240,28 262,41 3 2.610,48 2.936,45 3.027,99 3.210,84 3.427,55 4 406,31 438,59 470,83 513,57 557,47 5 979,29 1.146,12 1.236,39 1.467,17 1.558,18 6 8.479,55 9.209,07 10.012,39 10.575,06 11.181,37 7 2.948,13 3.190,61 3.381,20 3.636,78 3.854,63 8 1.855,98 2.041,02 2.167,88 2.366,83 2.544,37 9 3.586,14 3.986,38 4.382,50 4.723,32 5.246,46 Total 26.228,27 28.882,49 30.757,77 32.804,38 34.787,96 Sumber: Data diolah

Keterangan:

1. Pertanian, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4. Listrik, Gas & Air Bersih, 5. Bangunan, 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran, 7. Pengangkutan dan Komunikasi, 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Pertahanan, 9. Jasa-jasa

Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali 2009 - 2013 (%) Sektor 2011-2012 2012-2013 Rerata

1 0,03 0,01 0,02

2 0,15 0,09 0,12

3 0,06 0,07 0,06

4 0,09 0,09 0,09

5 0,19 0,06 0,12

6 0,06 0,06 0,06

7 0,08 0,06 0,07

8 0,09 0,08 0,08

9 0,08 0,11 0,09

(51)

   

Lampiran 2

PDRB Kota Denpasar atas Dasar Harga Konstan 2000, 2009 - 2013 (Milyar Rupiah)

Sektor 2009 2010 2011 2012 2013 Rerata

1 384,76 385,37 391,24 402,59 424,35 397,66

2 0,243 0,244 0,245 0,251 0,256 0,25

3 650,87 702,08 726,06 768,96 807,61 731,12 4 200,62 213,77 228,26 244,46 259,49 229,32 5 172,35 178,94 187,38 205,67 219,75 192,82 6 2.027,51 2.195,13 2.409,33 2.615,21 2.787,16 2406,87 7 674,65 712,48 746,32 790,20 844,35 753,60 8 685,58 745,02 807,28 879,60 950,08 813,51 9 561,67 577,37 601,06 628,23 669,56 607,58 Total 5.358,25 5.710,40 6.097,18 6.535,17 6.962,61 Sumber: Data diolah

Pertumbuhan PDRB Kota Denpasar 2009 -2013 (%) 2011-2012 2012-2013 Rerata

0,03 0,05 0,04

0,02 0,02 0,02

0,06 0,05 0,05

0,07 0,06 0,07

0,10 0,07 0,08

0,09 0,07 0,08

0,06 0,07 0,06

0,09 0,08 0,08

0,05 0,07 0,06

Sumber: Data diolah

Proporsi Sektor Ekonomi Kota Denpasar 2009 - 2013 (vi*/vt*)

Sektor 2009 2010 2011 2012 2013

1 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07

2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

3 0,12 0,12 0,13 0,13 0,14

4 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05

5 0,03 0,03 0,03 0,04 0,04

6 0,38 0,38 0,42 0,46 0,49

7 0,13 0,12 0,13 0,14 0,15

8 0,13 0,13 0,14 0,15 0,17

9 0,10 0,10 0,11 0,11 0,12

Total 1,00 1,00 1,07 1,14 1,22

(52)

Lampiran 3

Sektor Ekonomi Provinsi Bali, 2009 - 2013 (Vi/Vt)

Sektor 2009 2010 2011 2012 2013

1 0,20 0,22 0,22 0,23 0,23

2 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

3 0,10 0,11 0,12 0,12 0,13

4 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

5 0,04 0,04 0,05 0,06 0,06

6 0,32 0,35 0,38 0,40 0,43

7 0,11 0,12 0,13 0,14 0,15

8 0,07 0,08 0,08 0,09 0,10

9 0,14 0,15 0,17 0,18 0,20

Total 1,00 1,10 1,17 1,25 1,33

Sumber: Data diolah Rumus kedua (v*i/Vi)

Sektor 2009 2010 2011 2012 2013

1 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07

2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

3 0,25 0,24 0,24 0,24 0,24

4 0,49 0,49 0,48 0,48 0,47

5 0,18 0,16 0,15 0,14 0,14

6 0,24 0,24 0,24 0,25 0,25

7 0,23 0,22 0,22 0,22 0,22

8 0,37 0,37 0,37 0,37 0,37

9 0,16 0,14 0,14 0,13 0,13

Total 1,99 1,92 1,91 1,89 1,88

(53)

   

Lampiran 4

Indeks Location Quotion Kota Denpasar 2009 - 2013

Sektor 2009 2010 2011 2012 2013

1 0,362 0,328 0,326 0,325 0,337

2 0,008 0,006 0,0058 0,005 0,0048

3 1,220 1,170 1,174 1,172 1,153

4 2,417 2,386 2,373 2,330 2,278

5 0,861 0,764 0,742 0,686 0,690

6 1,170 1,167 1,178 1,211 1,220

7 1,120 1,093 1,080 1,064 1,072

8 1,808 1,787 1,823 1,819 1,828

9 0,767 0,709 0,671 0,651 0,625

Sumber: Data diolah

2009 2010 2011 2012 2013

0,073878 0,067072311 0,06665 0,066319 0,068938 0,001574 0,001293332 0,001175 0,001045 0,000976 0,24933 0,23909142 0,239783 0,239489 0,235623 0,493761 0,487402814 0,484803 0,476001 0,465478 0,175995 0,156126758 0,151554 0,140181 0,14103 0,239106 0,238366089 0,240635 0,2473 0,249268 0,22884 0,223305261 0,220726 0,21728 0,219048 0,36939 0,365023371 0,372382 0,371636 0,373405 0,156622 0,144835665 0,13715 0,133006 0,127621 0,204293 0,197711624 0,198232 0,199216 0,200144 Sumber: Data diolah

Indeks Location Quotion Kota Denpasar 2009 - 2013

Sektor 2009 2010 2011 2012 2013 Rerata

1 0,36 0,31 0,31 0,30 0,32 0,32

2 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 0,01

3 1,22 1,10 1,10 1,10 1,08 1,12

4 2,42 2,24 2,23 2,19 2,14 2,24

5 0,86 0,72 0,70 0,64 0,65 0,71

6 1,17 1,09 1,11 1,14 1,14 1,13

7 1,12 1,03 1,01 1,00 1,01 1,03

8 1,81 1,68 1,71 1,71 1,72 1,72

9 0,77 0,67 0,63 0,61 0,59 0,65

(54)

 

Lampiran 5

Perhitungan LQ Subsektor Unggulan Kota Denpasar 2009-2013 No. Subsektor

Tahun

2009 2010 2011 2012 2013 1 6

6.1 628,53 685,73 779,95 864,46 934,27 6.2 834,55 905,92 1000,64 1083,2 1163,58 6.3 564,43 603,49 628,74 667,55 689,32

2 8

8.1 383,13 423,11 474,58 532,72 576,27 8.2 57,84 59,86 62,84 66 71,38

8.3 18 18,98 19,73 20,59 22,33

8.4 155,42 166 171,77 179,41 193,89

8.5 71,2 77,08 78,36 80,89 85,87

3

Total Sektor

Kota 5358,25 5710,404 6097,175 6535,171 6962,606 4

Total Sektor

Prov. 26228,27 28882,49 30757,77 32804,38 34787,96

5 6

6.1 3117,9 3546,07 3957,88 4431,44 4783,51 6.2 3119 3306,48 3600,42 3630,19 3754,63 6.3 2242,65 2356,51 2454,09 2513,43 2643,23

6 8

8.1 538,63 607,86 677,48 773,87 833,9 8.2 162,29 174,76 187,77 197,66 212,08

8.3 67,5 78,66 83,01 88,91 96,59

(55)

   

Lampiran 6

LQ

Subsektor 2009 2010 2011 2012 2013

6.1 0,986757 0,978078 0,994101 0,979208 0,97585 6.2 1,309735 1,385772 1,402009 1,497801 1,548411 6.3 1,231955 1,295295 1,292429 1,333189 1,302996

8.1 3,481786 3,520607 3,533777 3,45546 3,452782 8.2 1,744548 1,732457 1,688248 1,6761 1,681644 8.3 1,305314 1,220422 1,19901 1,162467 1,155084 8.4 0,816671 0,842336 0,83822 0,819154 0,823643 8.5 2,233953 2,130619 2,12661 1,961739 1,901692 Sumber: Data PDRB Provinsi Bali Tahun 2009-2013, diolah.

Perhitungan Ranking Sektor Unggulan Kota Denpasar Berdasarkan Analisis LQ, S-S Klasik dan S-S EM Tahun 2009-2013

No. Sektor LQ Nilai (3x4) SS-Klasik Nilai (6x7) Skor

Sektor Bobot

Skor

Sektor Bobot

1 2 3 4 5 6 7 8

1 1 2 25 50 5 35 175

2 2 1 25 25 7 35 245

3 3 6 25 150 3 35 105

4 4 9 25 225 6 35 210

5 5 4 25 100 2 35 70

6 6 7 25 175 9 35 315

7 7 5 25 125 4 35 140

8 8 8 25 200 8 35 280

9 9 3 25 75 1 35 35

SS-EM Nilai (9x10) Nilai Total (5+8+11) Ranking Sektor Unggulan Skor

Sektor Bobot

9 10 11 12 13

7 40 280 505 4

8 40 320 590 3

2 40 80 335 9

1 40 40 475 5

5 40 200 370 8

6 40 240 730 1

(56)

4 40 160 640 2

9 40 360 470 6

Sumber: Data diolah Lampiran 7

PDRB PROVINSI BALI TAHUN 2009 DAN 2013 (Milyar Rupiah)

1 2 3 4 5 6

No. Sektor Tahun Perubahan Growth

(rip) 2009 2013

1 Pertanian 5.208,02 6.155,52 947,50 0,18

2 Pertambangan dan Penggalian 154,37 262,41 108,04 0,70 3 Industri Pengolahan 2.610,48 3.427,55 817,07 0,31 4 Listrik, Gas & Air Bersih 406,31 557,47 151,16 0,37

5 Bangunan 979,29 1.558,18 578,89 0,59

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 8.479,55 11.181,37 2.701,82 0,32 7 Pengangkutan dan Komunikasi 2.948,13 3.854,63 906,50 0,31 8

Keuangan, Persewaan & Jasa

Pertahanan 1.855,98 2.544,37 688,39 0,37

9 Jasa-jasa 3.586,14 5.246,46 1.660,32 0,46

Total 26.228,27 34.787,96 8.559,69 0,33

7

8 9 10 1 12

Nik = Yik*rp

Mik = Yik(rip

- rp) Cik = Yik(rik - rip) Dik Aik -0,15 126,97 -56,97 -31,52 38,48 21,40

0,37 0,08 0,09 -0,16 0,01 -20,32

-0,02 214,79 -11,07 -47,51 156,21 164,79

0,04 66,20 27,36 -16,46 77,10 86,75

0,26 56,88 45,01 -53,62 48,26 39,64

-0,01 669,08 -23,06 104,16 750,18 735,01 -0,02 222,63 -15,19 -38,78 168,66 172,82 0,04 226,24 28,04 13,09 267,38 261,52 0,13 185,35 74,69 -153,33 106,72 60,05

1.768,22 68,90 -224,13 1.612,99 1.521,67

(57)

   

Lampiran 8

PDRB KOTA DENPASAR TAHUN 2009 DAN 2013

No. Sektor Tahun Perubahan Growth

(rik) 2009 2013

1 Pertanian 384,76 424,35 39,59 0,1

2 Pertambangan dan Penggalian 0,243 0,256 0,01 0,05 3 Industri Pengolahan 650,87 807,61 156,74 0,24 4 Listrik, Gas & Air Bersih 200,62 259,49 58,87 0,29

5 Bangunan 172,35 219,75 47,40 0,28

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.027,51 2.787,16 759,65 0,37 7 Pengangkutan dan Komunikasi 674,65 844,35 169,70 0,25 8

Keuangan, Persewaan & Jasa

Pertahanan 685,58 950,08 264,50 0,39

9 Jasa-jasa 561,67 669,56 107,89 0,19

Total 5.358,25 6.962,61 1.604,35 0,24

Y'ik = Yk(Yip/Yp)

C'ik = Y'ik(rik-rip)

Aik = (Yik-Y'ik)(rik-rip)

593,12 -48,60 17,07

31,54 -20,49 20,34

533,30 -38,93 -8,58

83,01 -6,81 -9,65

200,06 -62,25 8,62

1732,31 88,99 15,16

602,28 -34,62 -4,16

379,16 7,24 5,85

732,62 -199,99 46,67

4887,41 -315,45 91,32

Gambar

Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Bali dan Kota Denpasar Tahun 2009-2013
Tabel 2.1 Paradigma Baru Teori Pembangunan Ekonomi Daerah
Tabel 2.2 Tahapan Industrialisasi UNIDO dan Bank Dunia
Tabel 4.1 Distribusi PDRB Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2009-2013 (Milyar Rupiah)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada gambar diatas, secara parsial guncangan output sebesar 1 unit moneter pada sektor konstruksi jalan dan jembatan di Sumatera mengakibatkan kenaikan pendapatan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pertumbuhan sektor- sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat sebelum, pada masa, dan setelah krisis ekonomi, yang dilihat

Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh tingginya tingkat suku bunga Indonesia, serta belum begitu membaiknya perekonomian Indonesia pasca krisis ekonomi tahun

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dari sektor-sektor ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Bali dan mengidentifikasi interaksi ekonomi Kota Denpasar dengan

Namun, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dapat bertahan dan menjadi pemulih perekonomian di tengah keterpurukan akibat krisis moneter pada berbagai sektor ekonomi.Sebanyak

Berdasarkan hasil penelitian kehidupan sosial ekonomi sebelum, disaat dan sesudah krisis moneter, terjadi peningkatan harga kopi menyebabkan pendapatan para petani kopi meningkat

Analisis Peran Sektor Unggulan Terhadap Struktur Perekonomian Berdasarkan PendekatanShift– Sharedi Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008-2012.. Universitas

Penyelidikan dampak TRIMs Agreement terhadap perekonomian domestik pasca reformasi di Indonesia adalah hal yang sangat penting, mengingat Reformasi tahun 1998 telah membuka pintu untuk