• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan kartu kata bergambar untuk meningkatkan pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulis deskripsi siswa kelas 1 SD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan kartu kata bergambar untuk meningkatkan pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulis deskripsi siswa kelas 1 SD."

Copied!
319
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

Agatha. (2015). Penggunaan Kartu Kata Bergambar Untuk Meningkatkan Pemahaman, Ketelitian, dan Keterampilan Menulis Deskripsi Siswa Kelas 1 SD. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini didasari pada masalah yang terjadi dalam kelas di mana siswa kurang menguasai materi yang diberikan oleh guru. Permasalahan tersebut berupa pemahaman siswa mengenai kegiatan di siang hari, ketelitian dalam menulis, serta keterampilan menulis deskripsi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) penggunaan media kartu kata bergambar dalam meningkatkan pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulis deskripsi pada tema “Kegiatanku”, (2) mengetahui peningkatan pemahaman siswa pada tema “Kegiatanku”, (3) mengetahui peningkatan ketelitian siswa pada tema “Kegiatanku”, (4) mengetahui

peningkatan keterampilan menulis deskripsi siswa pada tema “Kegiatanku”.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Media yang digunakan adalah kartu kata bergambar. Subjek penelitian adalah siswa kelas I SD Pangudi Luhur St. Aloysius Sedayu tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 28 siswa. Objek penelitian adalah pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulis deskripsi. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes dan nontes (wawancara, observasi, silabus, rancangan perencanaan pembelajaran, lembar kerja siswa).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penggunaan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulis

deskripsi pada tema “Kegiatanku”. (2) Rata-rata awal pemahaman siswa yaitu 50, setelah akhir siklus I meningkat sebesar 58,9, dan akhir siklus II sebesar 75,7. (3) Rata-rata awal ketelitian siswa yaitu 46,4, setelah akhir siklus I meningkat sebesar 58, dan siklus II sebesar 86. (4) Rata-rata awal keterampilan menulis deskripsi siswa yaitu 51, setelah akhir siklus I meningkat sebesar 61, dan siklus II sebesar 82.

(2)

viiii ABSTRACT

Agatha. (2015). The Use Of Word Pictorial Cards To Increase The Understanding, Accuary, and Skill To Write a Description Of The First Grade in Elementary School. Thesis. Yogyakarta: Studies Program Elementary School Teacher Sanata Dharma.

This research was based on the problems that occurred in the classroom where the students less mastered the materials which were given by the teacher. Those problems were the students' comprehension of daytime activities, writing accuracy, and description writing skill. This study was aimed to (1) describe the use of word pictorial cards media to improve the comprehension, accuracy, and description writing skill on "Kegiatanku" theme, (2) discover the students’ comprehension improvement on "Kegiatanku" theme, (3) discover the students’ accuracy improvement on "Kegiatanku" theme, (4) discover the students’ description writing skill improvement on "Kegiatanku" theme.

This research was Classroom Action Researchwhich was conducted in two cycles. The media were word pictorial cards. The research subjects were the first-graders of SD Pangudi Luhur St. Aloysius Sedayu 2014/2015. There were 28 students. The research object was the comprehension, accuracy, and description writing skill. The research instruments were tests and non-test (interviews, observation, syllabus, lesson plan, and the students’ worksheets).

The results showed that (1) the use of word pictorial cards media could improve the comprehension, accuracy, and description writing skill on "Kegiatanku" theme. (2) The initial average of students’ comprehension was 50, the end of the first cycle increased 58.9, and the end of the second cycle was 75.7. (3) The initial average of students’ accuracy was 46.4, the end of the first cycle increased 58, and the second cycle was 86. (4) The initial average of students' description writing skill was 51, the end of the first cycle increased 61, and the second cycle was 82.

(3)

PENGGUNAA

UNTUK MENINGKATKAN

DAN KETERA

Diajukan untuk Memenuhi Salah S

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Agatha Gitty Chrisna W

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS

PENGGUNAAN KARTU KATA BERGAMBAR

MENINGKATKAN PEMAHAMAN, KETELITIAN,

DAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

SISWA KELAS 1 SD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Agatha Gitty Chrisna Wisudawardhani 111134202

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

(4)

PENGGUNAA

UNTUK MENINGKATKAN

DAN KETERA

Diajukan untuk Memenuhi Salah S

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Agatha Gitty Chrisna W

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS

i

PENGGUNAAN KARTU KATA BERGAMBAR

MENINGKATKAN PEMAHAMAN, KETELITIAN,

DAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

SISWA KELAS 1 SD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Agatha Gitty Chrisna Wisudawardhani 111134202

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yesus dan Bunda

Maria, skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Orang tuaku Andreas Bambang Giriyanto (alm), Ignatius Gatut Saksono dan

Bernadeta Sri Supadmi Hartanti yang selalu memberi dukungan, semangat,

dan doa.

2. Immanuel Hanu Saraga yang menemani dan memberi semangat saat

penyusunan skripsi.

3. Sahabat seperjuangan Natalia, Maya, Diana, Mega, Anjar yang saling

mendukung dan berjuang bersama.

4. Para sahabat terbaikku Brigitta, Rebeka, Vany, Reny, Dani, Dion, Alex,

Danus, Banu, Dio, Agung K, Agung P, yang memberi dorongan dan

semangat dengan cara mereka yang menyebalkan tapi menyenangkan.

5. Keluarga besar Chr. Krisman, Kadi Mardi Supeno, dan Wiryanto.

(8)

v

MOTTO

You are what you think !

(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Agustus 2015

Yang Menyatakan,

Agatha Gitty Chrisna W

(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Agatha Gitty Chrisna Wisudawardhani

Nomor Mahasiswa : 111134202

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah ini yang berjudul:

PENGGUNAAN KARTU KATA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN, KETELITIAN, DAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI SISWA KELAS 1 SD beserta perangkat yang digunakan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 12 Agustus 2015

Yang menyatakan,

(11)

viii ABSTRAK

Agatha. (2015). Penggunaan Kartu Kata Bergambar Untuk Meningkatkan Pemahaman, Ketelitian, dan Keterampilan Menulis Deskripsi Siswa Kelas 1 SD. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini didasari pada masalah yang terjadi dalam kelas di mana siswa kurang menguasai materi yang diberikan oleh guru. Permasalahan tersebut berupa pemahaman siswa mengenai kegiatan di siang hari, ketelitian dalam menulis, serta keterampilan menulis deskripsi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) penggunaan media kartu kata bergambar dalam meningkatkan pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulis deskripsi pada tema “Kegiatanku”, (2) mengetahui peningkatan pemahaman siswa pada tema “Kegiatanku”, (3) mengetahui peningkatan ketelitian siswa pada tema “Kegiatanku”, (4) mengetahui peningkatan keterampilan menulis deskripsi siswa pada tema “Kegiatanku”.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Media yang digunakan adalah kartu kata bergambar. Subjek penelitian adalah siswa kelas I SD Pangudi Luhur St. Aloysius Sedayu tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 28 siswa. Objek penelitian adalah pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulis deskripsi. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes dan nontes (wawancara, observasi, silabus, rancangan perencanaan pembelajaran, lembar kerja siswa).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penggunaan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulis deskripsi pada tema “Kegiatanku”. (2) Rata-rata awal pemahaman siswa yaitu 50, setelah akhir siklus I meningkat sebesar 58,9, dan akhir siklus II sebesar 75,7. (3) Rata-rata awal ketelitian siswa yaitu 46,4, setelah akhir siklus I meningkat sebesar 58, dan siklus II sebesar 86. (4) Rata-rata awal keterampilan menulis deskripsi siswa yaitu 51, setelah akhir siklus I meningkat sebesar 61, dan siklus II sebesar 82.

(12)

ix ABSTRACT

Agatha. (2015). The Use Of Word Pictorial Cards To Increase The Understanding, Accuary, and Skill To Write a Description Of The First Grade in Elementary School. Thesis. Yogyakarta: Studies Program Elementary School Teacher Sanata Dharma.

This research was based on the problems that occurred in the classroom where the students less mastered the materials which were given by the teacher. Those problems were the students' comprehension of daytime activities, writing accuracy, and description writing skill. This study was aimed to (1) describe the use of word pictorial cards media to improve the comprehension, accuracy, and description writing skill on "Kegiatanku" theme, (2) discover the students’ comprehension improvement on "Kegiatanku" theme, (3) discover the students’ accuracy improvement on "Kegiatanku" theme, (4) discover the students’ description writing skill improvement on "Kegiatanku" theme.

This research was Classroom Action Researchwhich was conducted in two cycles. The media were word pictorial cards. The research subjects were the first-graders of SD Pangudi Luhur St. Aloysius Sedayu 2014/2015. There were 28 students. The research object was the comprehension, accuracy, and description writing skill. The research instruments were tests and non-test (interviews, observation, syllabus, lesson plan, and the students’ worksheets).

The results showed that (1) the use of word pictorial cards media could improve the comprehension, accuracy, and description writing skill on "Kegiatanku" theme. (2) The initial average of students’ comprehension was 50, the end of the first cycle increased 58.9, and the end of the second cycle was 75.7. (3) The initial average of students’ accuracy was 46.4, the end of the first cycle increased 58, and the second cycle was 86. (4) The initial average of students' description writing skill was 51, the end of the first cycle increased 61, and the second cycle was 82.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas segala rahmat dan karunia yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan Kartu Kata Bergambar Untuk Meningkatkan Pemahaman, Ketelitian, dan Keterampilan Menulis Deskripsi Siswa Kelas 1 SD”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang terlibat. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Bapak Drs. Paulus Wahana, M.Hum. dosen pembimbing I yang telah membimbing dan memberi saran kepada penulis.

5. Ibu Th. Yunia Setyawan, S.Pd., M.Hum. dosen pembimbing II yang telah membimbing dan memberi saran kepada penulis.

6. Seluruh dosen dan karyawan Universitas Sanata Dharma.

7. Ibu A. Sri Lestari, S.Pd. Kepala Sekolah SD Pangudi Luhur St. Aloysius Sedayu yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

(14)

xi

9. Orang tuaku Andreas Bambang Giriyanto (alm), Ignatius Gatut Saksono dan Bernadeta Sri Supadmi Hartanti yang selalu memberi dukungan, semangat, dan doa.

10.Immanuel Hanu Saraga yang menemani dan memberi semangat saat penyusunan skripsi.

11.Sahabat seperjuangan Natalia, Maya, Diana, Mega, Anjar yang saling mendukung dan berjuang bersama.

12.Para sahabat terbaikku Brigitta, Rebeka, Vany, Reny, Dani, Dion, Alex, Danus, Banu, Dio, Agung K, Agung P, yang memberi dorongan dan semangat dengan cara mereka yang menyebalkan tapi menyenangkan.

13.Keluarga besar Chr. Krisman, Kadi Mardi Supeno, dan Wiryanto. 14.Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak kekurangan, untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini memberi manfaat kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 12 Agustus 2015

Yang Menyatakan,

Agatha Gitty Chrisna W

(15)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

(16)

xiii

6. Keterampilan Menulis Deskripsi... 21

7. Kurikulum 2013... 21

8. Pembelajaran Tematik... 25

9. Pendekatan Saintifik... 34

10. Penilaian Autentik... 37

B. Penelitian Relevan ... 41

C. Kerangka Berpikir... 44

D. Hipotesis Tindakan ... 46

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 48

B.SettingPenelitian ... 51

C. Persiapan... 52

D. Rencana Setiap Siklus ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 56

F. Instrumen Penelitian... 58

G. Teknik Pengujian Instrumen... 63

H. Teknik Analisis Data... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 73

B. Pembahasan ... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 108

B. Keterbatasan Penelitian ... 109

C. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 111

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Tes Akhir Siklus I... 58

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Tes Akhir Siklus II... 59

Tabel 3.3 Kisi-kisi Observasi... 60

Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara... 61

Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Validasi Perangkat... 66

Tabel 3.6 Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran... 66

Tabel 3.7 Koefesien Reliabilitas……... 67

Tabel 3.8 Kriteria Keberhasilan Ketelitian dan Pemahaman... 69

Tabel 3.9 Kriteria Keberhasilan Keterampilan Menulis Deskripsi…... 69

Tabel 4.1 Hasil Penilaian Pemahaman pada Siklus I... 87

Tabel 4.2 Hasil Penilaian Pemahaman pada Siklus II... 87

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Pemahaman... 88

Tabel 4.4 Hasil Nilai Pemahaman Siswa Siklus I dan Siklus II... 89

Tabel 4.5 Hasil Penilaian Ketelitian pada Siklus I... 91

Tabel 4.6 Hasil Penilaian Pemahaman pada Siklus II... 91

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Ketelitian... 92

Tabel 4.8 Hasil Nilai Ketelitian Siswa Siklus I dan Siklus II... 93

Tabel 4.9 Hasil Evaluasi Siklus I... 95

Tabel 4.10 Hasil Evaluasi Siklus II... 96

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Keterampilan Menulis Deskripsi... 96

(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Literature Map... 44

Gambar 3.1 Model Siklus PTK Menurut Arikunto... 50

Gambar 4.1 Grafik Peningkatan Pemahaman... 88

Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Ketelitian... 92

(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus... 115

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 133

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa... 196

Lampiran 4 Rubrik Pengamatan... 201

Lampiran 5 Rubrik Penilaian Pemahaman... 208

Lampiran 6 Rubrik Penilaian Ketelitian... 213

Lampiran 7 Rubrik Penilaian Keterampilan Menulis Deskripsi... 218

Lampiran 8 Soal dan Hasil Siklus I... 223

Lampiran 9 Soal dan Hasil Siklus II... 228

Lampiran 10 Rubrik dan Hasil Observasi... 233

Lampiran 11 Rubrik dan Hasil Wawancara... 238

Lampiran 12 Hasil Uji Validitas Siklus I... 242

Lampiran 13 Hasil Uji Validitas Siklus II... 245

Lampiran 14 Perhitungan Validitas... 248

Lampiran 15 Kondisi Awal Nilai Siswa... 250

Lampiran 16 Rekapitulasi Penilaian Pemahaman Siklus I... 253

Lampiran 17 Rekapitulasi Penilaian Pemahaman Siklus II... 256

Lampiran 18 Rekapitulasi Penilaian Ketelitian Siklus I... 259

Lampiran 19 Rekapitulasi Penilaian Ketelitian Siklus II... 262

Lampiran 20 Rekapitulasi Penilaian Keterampilan Menulis Deskripsi Siklus I... 264

Lampiran 21 Rekapitulasi Penilaian Keterampilan Menulis Deskripsi Siklus II... 270

Lampiran 22 Surat Ijin Melakukan Penelitian... 275

Lampiran 23 Surat Bukti Telah Melakukan Penelitian... 277

Lampiran 24 Foto-foto Penelitian... 279

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada jenjang sekolah dasar siswa mulai diajak untuk mengenal

berbagai ilmu dari banyak sumber. Hal ini tentu saja harus didukung oleh

kemampuan siswa dalam membaca dan menulis, sebagai kemampuan dasar

untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Pembelajaran yang

berkembang umumnya mengikuti kurikulum yang berlaku saat itu.

Kurikulum di Indonesia sering berubah seiring dengan kemajuan teknologi

dan berkembangnya kemampuan manusia. Kurikulum pendidikan yang dianut

sekarang adalah Kurikulum 2013. Sistem kurikulum tersebut menuntut

siswanya untuk menguasai tiga kemampuan yaitu pengetahuan, sikap, dan

keterampilan. Salah satu bagian dari pengetahuan adalah pemahaman.

Pemahaman merupakan proses dimana siswa sudah mengetahui dan mengerti

pada materi yang sedang dipelajari. Sehingga dengan demikian, siswa tidak

perlu dijelaskan berkali-kali untuk mendalami materi tersebut.

Selain pengetahuan yang berupa pemahaman, sikap siswa juga perlu

dikembangkan. Salah satu contoh sikap yang harus dikuasai siswa adalah

ketelitian. Ketelitian dapat diterapkan ke semua kegiatan yang dilakukan

siswa termasuk menulis. Ketelitian dalam menulis diperlukan seorang siswa

agar apa yang ingin ia sampaikan dalam bahasa tulis tersampaikan dengan

(21)

berasal dari kata teliti yang artinya cermat. Ketelitian dapat didefinisikan

sebagai sikap untuk cermat dalam suatu hal agar terhindar dari kecerobohan.

Hal tersebut juga berlaku saat menulis. Ketelitian dalam menulis perlu

diajarkan sejak sekolah dasar agar siswa tidak ceroboh saat membuat karya

tulis.

Dengan berkembangnya kemampuan dan ketelitian menulis maka

keterampilan menulis siswa pun akan turut mengikuti perkembangan.

Keterampilan menulis pada jenjang sekolah dasar memang belum serumit

saat sekolah menengah namun dari sinilah mereka diajak untuk dapat

membuat beberapa hasil karya tulis. Misalnya seperti membuat puisi atau

mendeskripsikan suatu gambar atau benda yang mereka lihat, sehingga

imajinasi dan kosakata diperlukan dalam hal ini. Dengan demikian apa yang

mereka pahami akan mereka tuangkan melalui sebuah tulisan deskripsi yang

ditulis secara teliti.

Di SD Pangudi Luhur Sedayu, khususnya kelas 1 terjadi permasalahan

di kelas. Menurut observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 11 Agustus

2014, ada 12 siswa dari 28 siswa yang belum terampil menuliskan sebuah

deskripsi dari benda yang ia lihat. Peneliti menemukan bahwa sebagian besar

siswa di kelas 1 mengalami kesulitan saat diajak untuk mendeskripsikan alat

olahraga. Hasil dari deskripsi tersebut juga memperlihatkan bahwa siswa

belum teliti dalam menulis. Mereka belum memperhatikan benar tidaknya

(22)

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 27 Agustus 2014,

guru mengungkapkan bahwa beliau mengalami kesulitan untuk mengajarkan

kepada siswanya yang belum terampil membuat deskripsi apalagi mengoreksi

penulisan dan tanda baca pada siswanya satu persatu. Siswa juga belum

sepenuhnya menguasai materi yang diberikan oleh guru. Beliau merasa

kebingungan untuk menggunakan media pembelajaran yang tepat guna

meningkatkan kemampuan menulis siswanya. Beliau sedang berproses

menyesuaikan cara mengajar, materi, media, dan model yang digunakan agar

siswa mencapai indikator yang diharapkan pada Kurikulum 2013. Hal

tersebut beliau lakukan karena terjadi peralihan kurikulum dari KTSP ke

Kurikulum 2013 sehingga guru perlu melakukan penyesuaian dan

pertimbangan penggunaan media saat pembelajaran di kelas.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diterapkan guru adalah 65.

Berdasarkan data yang diterima peneliti, 75% siswa belum dapat paham

mengenai kegiatan yang dilakukan pada siang hari, 82% kurang teliti dalam

menulis, dan 64% belum terampil dalam menulis deskripsi. Dari data

tersebut, maka peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian guna

menindak lanjuti pemasalahan di kelas.

Pada saat melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD

Pangudi Luhur Sedayu, peneliti sempat mengamati beberapa siswa kelas 1

mengenai sejauh mana kesulitan mereka dalam menulis. Ternyata peneliti

mendapati bahwa sikap mereka terkadang terlalu pasif ataupun terlalu aktif

(23)

dalam hal ini adalah siswa diam saja, dan terlalu aktif yaitu siswa bertingkah

terus menerus bahkan mengganggu temannya. Hal ini membuat peneliti

berpikir untuk menerapkan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan

guna meningkatkan prestasi menulis dengan menggunakan media

pembelajaran yang tepat. Pemilihan media belajar juga dilihat dari situasi

kelas dan kondisi siswa agar cocok serta dapat digunakan secara maksimal.

Dari sekian banyak media pembelajaran, peneliti menemukan satu media

yang cocok untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa. Media

pembelajaran yang dipilih adalah kartu kata bergambar. Peneliti memilih

media ini karena dianggap lebih mudah membuat dan menggunakannya

dalam praktik mengajar. Media kartu kata bergambar juga dapat menarik

perhatian siswa karena gambar dan warna-warnanya. Penggunaan media ini

juga dapat membantu siswa untuk meningkatkan pemahamannya lewat

imajinasi yang akan timbul saat melihat kartu kata bergambar. Pada materi

kegiatan siang hari, beberapa gambar yang tertera di kartu kata bergambar

merupakan kegiatan yang dilakukan pada siang hari.

Peneliti mengharapkan dengan menggunakan media kartu kata

bergambar dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas 1 SD

Pangudi Luhur Sedayu terutama dalam tema 3 yaitu tema “Kegiatanku”.

Media yang dianggap baik untuk mengajarkan menulis deskripsi ini

dikreasikan peneliti untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa. Selain

itu, media kartu kata bergambar juga dipilih untuk meningkatkan ketelitian

(24)

B. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada tema 3 “Kegiatanku” dengan subtema 2

“Kegiatan Siang Hari”. Subjek yang dikenai dalam penelitian ini adalah siswa

kelas 1 SD Pangudi Luhur St. Aloysius Sedayu. Batasan masalah tersebut

digunakan karena siswa kelas 1 memiliki kemampuan memahami

macam-macam kegiatan, ketelitian dalam menulis, dan keterampilan menulis

deskripsi yang kurang. Masalah tersebut akan diatasi dengan menggunakan

kartu kata bergambar dalam penelitian yang dilakukan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penggunaan media kartu kata bergambar dalam meningkatkan

pemahaman, ketelitian, dan keterampilan menulis deskripsi pada tema

Kegiatanku untuk siswa kelas 1 SD Pangudi Luhur St. Aloyisus Sedayu

tahun ajaran 2014/2015?

2. Apakah penggunaan media kartu kata bergambar mampu meningkatkan

pemahaman siswa pada tema Kegiatanku untuk siswa kelas 1 SD Pangudi

Luhur St. Aloyisus Sedayu tahun ajaran 2014/2015?

3. Apakah penggunaan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan

ketelitian pada tema Kegiatanku untuk siswa kelas 1 SD Pangudi Luhur

(25)

4. Apakah penggunaan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan

keterampilan menulis deskripsi pada tema Kegiatanku untuk siswa kelas 1

SD Pangudi Luhur St. Aloyisus Sedayu tahun ajaran 2014/2015?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan bagaimana penggunaan media kartu kata

bergambar dalam meningkatkan pemahaman, ketelitian, dan

keterampilan menulis deskripsi pada tema Kegiatanku untuk siswa kelas

1 SD Pangudi Luhur St. Aloyisus Sedayu tahun ajaran 2014/2015.

2. Untuk mengetahui apakah penggunaan media kartu kata bergambar

mampu meningkatkan pemahaman siswa pada tema Kegiatanku untuk

siswa kelas 1 SD Pangudi Luhur St. Aloyisus Sedayu tahun ajaran

2014/2015.

3. Untuk mengetahui apakah penggunaan media kartu kata bergambar dapat

meningkatkan ketelitian pada tema Kegiatanku untuk siswa kelas 1 SD

Pangudi Luhur St. Aloyisus Sedayu tahun ajaran 2014/2015.

4. Untuk mengetahui apakah penggunaan media kartu kata bergambar dapat

meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada tema Kegiatanku

untuk siswa kelas 1 SD Pangudi Luhur St. Aloyisus Sedayu tahun ajaran

(26)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penggunaan

kartu kata bergambar untuk meningkatkan pemahaman, ketelitian, dan

keterampilan menulis deskripsi siswa kelas 1 pada tema 3 subtema 2.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa

Melalui penelitian ini, pemahaman siswa mengenai kegiatan

pada siang hari dapat meningkat. Siswa juga dapat lebih teliti

menggunakan huruf dan tanda baca setiap menulis serta membantu

siswa keluar dari kesulitan membuat deskripsi.

b. Bagi guru

Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat lebih diperkaya

pengetahuan tentang model pembelajaran yang dapat digunakan

dalam meningkatkan pemahaman, ketelitian, dan ketrampilan

menulis siswa. Sehingga guru lebih selektif dalam memilih media

pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah di dalam kelas.

c. Bagi peneliti

Melalui penelitian ini peneliti dapat mengetahui praktek

penggunaan metode PTK di sekolah dasar serta lebih memahami

penggunaan kartu kata bergambar untuk meningkatkan pemahaman,

(27)

tema 3. Penelitian ini juga merupakan pengalaman berharga yang

didapat peneliti dalam menerapkan PTK dengan menggunakan media

kartu kata bergambar.

d. Bagi sekolah

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi

sekolah guna meningkatkan inovasi pembelajaran dimana

penggunaan media diperlukan dalam setiap pembelajara. Dengan

demikian diharapkan prestasi siswa meningkat dan mutu sekolah

semakin baik.

F. Definisi Operasional

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Kartu kata bergambar

Kartu kata bergambar merupakan salah satu media yang

digunakan untuk mempermudah penyampaian materi pembelajaran.

Media ini berupa kartu dengan gambar yang menarik serta kata yang

mewakili isi dari gambar tersebut. Media ini tergolong media visual diam

yang mudah dan praktis dalam penggunaannya.

2. Pemahaman

Pemahaman merupakan hal di mana kita mengerti akan suatu

ucapan atau tingkah laku. Pemahaman dalam penelitian ini berupa macam

(28)

informasi tentang kegiatan yang dilakukan pada siang hari melalui

penjelasan dari guru dan media yang digunakan.

3. Ketelitian

Ketelitian merupakan sikap cermat dan tepat dalam suatu hal.

Ketelitian meminimalkan sesorang untuk bertindak ceroboh. Dalam

penelitian ini ketelitian yang dimaksud mengenai teliti dalam

menggunakan huruf, tanda baca, serta ejaan saat menulis kata atau

kalimat.

4. Keterampilan menulis deskripsi

Keterampilan menulis deskripsi merupakan kemampuan

menggambarkan suatu obyek dengan menggunakan bahasa tulis. Obyek

dideskripsi dengan jelas sehingga pembaca dapat seolah-olah merasakan

atau melihat sesuatu yang digambarkan tersebut. Menulis deskripsi juga

(29)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Kartu Kata Bergambar

Kartu kata bergambar merupakan salah satu media yang

dibutuhkan guru untuk membantu dalam pembelajaran. Media ini

merupakan media visual diam yang hanya mengandalkan indra

penglihatan (Djamarah dkk, 2010). Jaruki (2008) mendefinisikan media

kartu kata bergambar sebagai sebuah kartu yang berisi kata-kata dan

terdapat gambar.

Penggunaan media ini tergolong mudah, karena hanya

menyiapkan beberapa kartu yang berisi gambar dan sebuah kata yang

mewakili gambar tersebut. Gambar-gambar tersebut dapat menarik minat

peserta didik saat pembelajaran berlangsung dan meningkatkan perhatian

mereka. Kartu kata bergambar memiliki beberapa kelebihan (Indriana,

2011) yaitu mudah dibawa kemana-mana karena bentuknya yang kecil

dan tidak memakan banyak tempat, kemudian praktis dalam pembuatan

dan penggunaannya sebab membuat kartu kata bergambar ini tidak

memerlukan banyak alat dan bahan, hanya kertas berisi gambar dan kata

kemudian dapat dilekatkan pada sebuah karton agar tampak tebal.

Penggunaannya pun tergolong mudah, seperti memakai kartu biasa pada

(30)

pembelajaran. Kelebihan lain dari kartu kata bergambar ini adalah

gampang diingat karena menarik, gambar-gambar yang tertera dengan

warna cerah, serta bentuknya yang kecil membuat siswa mudah untuk

mengingat media ini. Lebih menarik lagi jika guru membagi satu kartu

kepada satu siswa, maka siswa akan lebih mudah mengingatnya, apalagi

jika gambar pada kartu kata bergambar yang ia terima cocok dengan

kesukaannya. Dan kelebihan yang terakhir adalah menyenangkan sebagai

media pembelajaran. Penggunaan kartu kata bergambar dapat digunakan

sebagai media yang menarik dalam sebuah pembelajaran. Penggunaannya

yang mudah dapat menjadikan pembelajaran menjadi menyenangkan dan

terbantu dengan adanya kartu kata bergambar ini. Siswa akan merasa

terhibur apalagi mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media

yang menarik dan menyenangkan bagi mereka. Namun begitu, media ini

juga memiliki kekurangan yaitu hanya menampilkan persepsi indra mata,

ukurannya terbatas, dan gambar di interpretasikan secara personal

(Rahadi, 2003).

Arsiyati (2012) mengungkapkan bahwa kartu kata bergambar

dapat meningkatkan menulis deskripsi pada siswa SD, begitu juga

Samsodin (2012) dalam penelitiannya berhasil membuktikan bahwa kartu

kata bergambar dapat meningkatkan pemahaman siswa. Peningkatan

tersebut didapat melalui sebuah penelitian. Penelitian tersebut dilakukan

dalam dua siklus sebagai perbandingan untuk melihat peningkatannya.

(31)

menggunakan kartu kata bergambar, peneliti berpendapat bahwa

ketelitian juga dapat meningkat seiring dengan seringnya siswa menulis

saat membuat deskripsi.

Dengan demikian kartu kata bergambar merupakan sebuah media

yang berbentuk kartu dengan gambar dan kata di dalamnya. Kata yang

tertera di gambar mewakili isi dari gambar tersebut. Media ini sangat

sederhana, mudah dibuat, mudah digunakan dan dapat menarik perhatian

siswa karena gambar-gambar yang tertera. Media ini dirasa cocok apalagi

untuk membantu menyampaikan materi pada pembelajaran kelas bawah.

2. Pemahaman

Pemahaman merupakan hal di mana kita mengerti pada suatu

ucapan, tingkah laku, isyarat, atau informasi dari orang lain. Kamus

Lengkap Bahasa Indonesia mendefinisikan pemahaman sebagai suatu hal

yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Pemahaman juga dapat

didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu

setelah diketahui dan diingat (Sudijono, 2009). Dengan kata lain,

pemahaman merupakan kemampuan di mana seseorang mengerti apa

yang sedang dikomunikasikan orang lain. Pemahaman memiliki

kemampuan yang dapat dijabarkan menjadi tiga (Daryanto, 2008), yaitu:

a. Menerjemahkan

Pemahaman tidak harus disampaikan melalui penerjemahan

dari bahasa satu ke bahasa lainnya, namun dapat juga dialihkan dalam

(32)

dari apa yang ingin disampaikan, melainkan menyampaikannya

menggunakan bahasa lain. Bahasa juga tidak selalu dari ucapan, bisa

juga mengunakan bahasa lain, misal bahasa isyarat dan bahasa tubuh.

Penerjemahan ini membantu seseorang memahami sesuatu dengan

bantuan orang lain.

b. Menginterpretasi

Kemampuan ini merupakan masa di mana seseorang sudah

mulai mengenal dan memahami. Seorang individu dikatakan mampu

menginterpretasi ketika mampu menggambarkan sebuah informasi

melalui bahas lisan, tulis, gambar, simbol, atau bahasa yang lain.

Intepretasi bertujuan untuk meningkatkan pengertian namun juga

dapat mengacaukan atau membingungkan sebuah pengertian jika tidak

dapat menyampaikannya dengan baik. Penginterpretasian yang tidak

tepat dapat menimbulkan berbagai makna yang berbeda.

c. Mengekstrapolasi

Kemampuan ini merupakan kemampuan yang levelnya lebih

tinggi dari dua diatas. Mengekstrapolasi merupakan kemampuan

untuk melihat kelanjutan dari suatu temuan. Kemampuan ini

mengandalkan intelektual yang tinggi misalnya membuat sebuah

telaahan terhadap kemungkinan yang dapat terjadi.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman

timbul dari komunikasi, membaca, ataupun sekedar melihat dan

(33)

kelas, di mana guru menjelaskan suatu materi pelajaran agar siswanya

memahami materi tersebut. Keadaan tersebut dapat menimbulkan kesan

timbal balik diantara keduanya.

3. Ketelitian

Ketelitian memiliki kata dasar teliti yang berarti cermat dan

seksama (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Teliti merupakan sikap di

mana seseorang cermat dalam suatu hal. Teliti menghindarkan seseorang

untuk melakukan kesalahan atau hal ceroboh. Teliti berarti pula sebagai

sikap waspada atau jeli. Sikap ini memiliki ciri yaitu bersikap waspada

yang berarti mawas diri, bersikap hati-hati yang artinya tenang saat

melakukan sesuatu, dan besar perhatian yang artinya mencurahkan

segenap perhatian pada sesuatu yang sedang diperbuat. Teliti merupakan

bagian dari sikap di mana sikap merupakan respon yang masih tertutup

terhadap suatu obyek (Notoadmodjo, 2003).

Sikap teliti diperlukan dalam dunia pendidikan untuk

menghindarkan peserta didik dari hal ceroboh. Guru perlu menanamkan

sikap tersebut agar para peserta didik selalu cermat baik dalam sikap

maupun pembelajaran. Ketelitian bisa menyangkut pada banyak hal

termasuk dalam menulis. Siswa sekolah dasar terutama kelas bawah

biasanya kurang teliti dalam menulis suatu kata atau kalimat. Mereka

kurang teliti misalnya kurang huruf atau tidak memakai tanda baca.

Ketelitian dalam menulis yang dimaksud adalah pemilihan kata yang

(34)

tersampainya pesan kepada pembaca, dan menggunakan konjungsi yang

jelas (Ishak & Yustinah, 2008)

Dengan demikian ketelitian merupakan sikap yang perlu

ditanamkan pada tiap individu. Sikap ini bersifat positif dan menjauhkan

seseorang dari kecerobohan. Ketelitian berarti berhati-hati sebelum dan

saat melakukan sesuatu untuk menghindari sebuah kesalahan.

4. Menulis

Menulis merupakan salah satu keterampilan bahasa yang harus

dikuasai setiap individu. Menulis itu sendiri memiliki hubungan

masing-masing dengan membaca dan berbicara. Kamus Besar Bahasa Indonesia

mendefinisikan menulis sebagai membuat huruf (angka dan sebagainya)

dengan pena (pensil, kapur) yang membuat anak-anak belajar, melahirkan

pikiran atau perasaan (seperti mengarang dan membuat surat). Lain lagi

pendapat Tarigan (2008) bahwa menulis merupakan suatu keterampilan

berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung,

tidak secara tatap muka dengan orang lain. Secara garis besar menulis

merupakan kegiatan yang melibatkan pikiran dan melatih bahasa siswa

untuk berkomunikasi menggunakan media tulisan. Menulis merupakan

hal yang tidak dapat dipisahkan dengan membaca karena keduanya

merupakan bagian dari komunikasi dan bahasa. Fungsi dari menulis itu

sendiri adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung (Tarigan,

2008). Tarigan menambahkan bahwa menulis sangat penting bagi

(35)

Menulis itu sendiri juga memiliki tujuan yang akan mengarahkan

seseorang untuk mendapatkan hasil tulisan yang baik dan pesan yang

dituangkan dalam kata-kata dapat tersampaikan kepada pembacanya.

O’Malley dan Pierce (1996) mengungkapkan ada tiga tujuan menulis

yaitu informatif yang artinya digunakan untuk mengungkapkan gagasan

atau sekedar berbagi informasi dan pengetahuan. Pengungkapan gagasan

ini dijelaskan sedetail mungkin agar pembaca tahu apa yang ingin

disampaikan penulis. Hal tersebut juga berlaku pada tujuan menulis untuk

memberi informasi, karena memberi informasi harus jelas dan sesuai

dengan fakta. Tujuan menulis selanjutnya adalah ekpresif, yaitu tujuan

yang digunakan penulis saat membuat sebuah tulisan narasi. Penulisan

narasi menuntut penulis untuk berekspresi sebaik mungkin agar maksud

dari tulisan tersebut dapat tersampaikan kepada pembaca. Kemudian

tujuan menulis yang terakhir adalah persuasif. Tujuan ini digunakan untuk

mempengaruhi orang lain atau juga dapat digunakan sebagai cara untuk

mengajak orang lain melakukan sesuatu. Biasanya tujuan menulis ini

dapat kita jumpai di media cetak seperti koran atau majalah.

Hal lain yang ada dalam menulis adalah manfaatnya, adapun

manfaat menulis menurut Akhadiah, dkk. (1994) adalah pertama, dengan

menulis kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi pribadi yang

berkaitan dengan permasalahan yang sedang ditulis. Hal ini mengajak kita

untuk dapat menemukan potensi atau bakat yang kita miliki dalam bidang

(36)

sedang kita tulis. Kedua, kegiatan menulis dapat mengembangkan

berbagai gagasan atau pemikiran yang akan dikemukakan. Kegiatan ini

membantu kita untuk berpendapat dan menuangkannya dalam bahasa

tulis. Hal ini dapat membantu mereka yang kurang percaya diri

mengungkapkan gagasan melalui bahasa lisan sehingga bahasa tulis

menjadi alternatif yang cocok. Ketiga, dari kegiatan menulis dapat

memperluas wawasan kemampuan berpikir, baik dalam bentuk teoritis

maupun dalam bentuk berpikir terapan. Kemampuan seseorang dapat

terasah melalui menulis. Menulis membuat kemampuan berpikir sesorang

menjadi lebih luas, apalagi jika diimbangi dengan membaca. Dengan

membaca suatu masalah, seseorang dapat mengembangkan wawasannya

lewat sebuah karya tulis. Tidak melulu menulis ssebuah teori, namun

dapat mengembangkan teori tersebut dengan kemampuan dan wawasan

yang ia miliki kemudian dituangkan dalam bahasa tulis. Keempat,

permasalahan yang kabur dapat dijelaskan dan dipertegas melalui

kegiatan menulis. Suatu permasalahan yang kurang begitu jelas arahannya

dapat dipertegas dengan bantuan tulisan, di mana tulisan dapat dipakai

sebagai media untuk menjelaskan permasalahn tersebut hingga pada

akhirnya dapat menemukan titik terang dan jalan keluar. Manfaat menulis

yang terakhir adalah, tulisan dapat menilai gagasan sendiri secara objektif.

Penilaian sebuah gagasan dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah

(37)

lisan karena dapat meminimalisir kecurangan yang mungkin dapat

dilakukan.

Imron (2009) mengungkapkan empat tujuan menulis. Yang

pertama, memberitahukan dan menjelaskan, yang berarti dengan tulisan

kita dapat memberitahukan sebuah informasi atau masalah serta

menjelaskannya dengan rinci agar pembaca mengerti dan memahami apa

yang ingi kita sampaikan melalui tulisan tersebut. Kedua, meyakinkan

pembaca, lewat bahasa tulis kita dapat menyakinkan pembaca mengenai

hal yang kita sampaikan. Hampir sama dengan tujuan persuasif maka

tujuan menulis ini dapat juga digunakan untuk mempengaruhi pembaca

dengan apa yang kita tulis. Ketiga, menceritakan sesuatu, melalui menulis

kita dapat menceritakan suatu kejadian atau pengalaman. Kegiatan ini

dapat disebut sebagai mendokumenkan suatu kejadian agar kita tidak lupa

dengan kejadian tersebut. Menulis juga dapat digunakan sebagai media

mengungkapan suatu cerita untuk mereka yang pendiam dan malu untuk

berbicara lisan. Terakhir adalah, mempengaruhi pembaca, tujuan ini dapat

dikategorikan sebagai tujuan persuasif di mana penulis mempengaruhi

pembacanya melalui sebuah tulisan.

Dengan demikian menulis merupakan hal pokok yang harus

dipelajari individu. Dengan menulis, seseorang pada menyampaikan apa

yang dia rasakan kepada pembacanya. Oleh karena itu, menulis

merupakan salah satu cara seseorang untuk berkomunikasi. Menulis

(38)

menjelaskan sesuatu, di mana penulis berusaha menjelaskan suatu

keadaan atau permasalahan dengan menggunakan bahasa tulis agar

tersampaikan kepada pembacanya.

5. Menulis Deskripsi

Deskripsi merupakan bentuk tulisan yang menggambarkan suatu

objek di mana penggambaran objek dilakukan dengan rinci sehingga

menimbulkan tanggapan dari pancaindra (Tompkins, 1994). Akhadiah

(1997) mengungkapkan bahwa deskripsi merupakan tulisan yang

menggambarkan sesuatu dengan jelas. Penggambaran yang jelas ini

membuat pembaca seolah-olah dapat melihat atau mengalami sendiri

sesuatu yang digambarkan tersebut. Dengan demikian, deskripsi dapat

juga didefinisikan sebagai sebuah tulisan yang memuat objek di dalamnya

dan dituliskan secara jelas agar pembaca ikut merasakan apa yang tertulis

dalam deskripsi tersebut.

Dalam menulis deskripsi diperlukan ketepatan pemilihan kata agar

penggambaran objek tersampaikan kepada pembaca. Menulis deskripsi

yang baik juga memerlukan teknik. Tompkins (1994) mengungkapkan

empat macam teknik dalam penulisan deskripsi sebagai berikut:

a. Teknik penambahan informasi khusus

Teknik ini dituliskan dengan menambahkan informasi secara

rinci. Penambahan informasi ini dilakukan dengan mengidentifikasi

kekhasan tingkah laku objek, menyebut karakter objek,

(39)

ini disebutkan dan dijelaskan secara lengkap sehingga objek dapat

terdeskripsikan dengan baik.

b. Teknik penggambaran sensoris/pancaindra

Teknik ini digunakan untuk menggambarkan deskripsi secara

lebih jelas dengan mengaitkan pengindraan pada manusia. Hal ini

membuat pembaca seolah-olah dapat ikut merasakan. Pancaindra yang

biasanya sedring digunakan adalah penglihatan dan pendengaran.

c. Teknik perbandingan

Teknik ini digunakan untuk mendeskripsikan obyek dengan

membandingkannya pada objek yang lain. Contohnya seperti bulan

diganti dengan dewi malam. Teknik ini hampir mirip seperti membuat

kata ganti pada suatu objek agar lebih indah saat dibaca. Hal tersebut

dapat membuat pembaca lebih tertarik untuk membaca karena

menggunakan kata ganti yang tidak biasa.

d. Teknik perdialog

Teknik ini digunakan sebagai pengganti karakter objek yang

dituangkan melalui sebuah dialog. Hal ini dimaksudkan agar pembaca

dapat mengetahui karakter objek melalui dialog yang dia ucapkan.

Melalui dialog, pembaca dapat seolah-olah sedang menjadi tokoh

yang ia baca sehingga ia dapat memahami watak seperti apa yang

dimiliki oleh tokoh tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis

(40)

bahasa tulis. Penggambaran ini dilakukan agar pembaca mampu

memahami dan menbayangkan apa yang sedang ia baca dalam tulisan

deskripsi tersebut. Menulis deskripsi juga tidak boleh dilakukan

sembarangan karena memiliki teknik-teknik tertentu agar hasilnya baik.

Menulis dekripsi juga dapat dilakukan dengan melihat suatu gambar.

Melalui gambar, seseorang dapat berimajinasi dan mendeskripsikan

gambar yang ia lihat dengan baik.

6. Keterampilan Menulis Deskripsi

Berdasarkan penjelasan mengenai menulis dan menulis deskripsi

di atas maka keterampilan menulis deskripsi merupakan keterampilan

berbahasa dalam bentuk tulisan yang menggambarkan atau

mendefinisikan suatu obyek secara jelas. Keterampilan menulis deskripsi

merupakan keterampilan yang membangun imajinasi penulis terhadap

suatu obyek. hal tersebut kemudian penulis tuangkan dalam sebuah

tulisan berbentuk deskripsi.

Keterampilan menulis deskripsi yang menghasilkan suatu karya

tulis ini memberikan informasi kepada pembaca lewat tulisan. Tulisan

tersebut tergolong jelas dalam mendefinisikan sesuatu. Pemaparan obyek

dalam keterampilan ini dapat dikatakan jelas dan tepat.

7. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan pengganti Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini melakukan masa uji coba di

(41)

di SD, SMP, dan SMA. Pada jenjang Sekolah Dasar diterapkan di kelas I,

II, IV dan V, jenjang Sekolah Menengah Pertama di kelas VII dan VIII

sedangkan jenjang SMA di kelas X dan XI (Wikipedia). Definisi

kurikulum itu sendiri merupakan perangkat pendidikan yang merupakan

jawaban terhadap kebutuhan dan tantangan (1997). Kurikulum dapat terus

berganti sesuai dengan perkembangan jaman dan kebijakan dari

pemerintah setempat. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

Kurikulum 2013 dikembangkan agar mampu menumbuhkan nilai-nilai

Pancasila pada peserta didik.

Kurikulum 2013 memiliki tujuan untuk mempersiapkan peserta

didik untuk menjadi pribadi yang berkarakter, produktif, dan inovatif. Hal

ini membuat guru harus bekerja lebih keras agar tujuan tersebut tercapai

untuk anak didiknya.

Adapun landasan pengembangan Kurikulum 2013 dibagi menjadi

tiga (Mulyasa, 2013), yaitu:

a. Landasan filosofis

Dalam landasan ini, filosofis yang digunakan adalah Filosofis

Pancasila dan Filosofis Pendidikan. Filosofis Pancasila memberikan

dasar-dasar membangun pendidikan. Filosofis Pendidikan mengarah

kepada akademik dan nilai keluhuran.

b. Landasan yuridis

Dalam landasan ini mengarah kepada aturan dalam

(42)

Perubahan Metodologi Pembelajaran Dan Penataan Kurikulum.

Kemudian PP No. 19 Tahun 2005 mengenai Standar Nasional

Pendidikan, serta INPRES Nomor 1 Tahun 2010 mengenai Percepatan

Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional. INPRES Nomor 1

tahun 2010 yang berisi Tentang Standar Nasional Pendidikan Prioritas

Pembangunan Nasional juga termasuk dalam landasan Kurikulum

2013.

c. Landasan konseptual

Landasan ini berkaitan dengan relevansi pendidikan. Ada juga

kurikulum berbasis kompetensi dan karakter. Selain itu pembelajaran

konseptual, pembelajaran aktif, dan penilaian valid.

Pengembangan struktur dalam Kurikulum 2013 diperlukan

agar kurikulum berjalan sesuai dengan rencana. Pengembangan ini

mencakup tiga langkah yaitu mengidentifikasi kompetensi,

mengembangkan struktur kurikulum, dan mendeskripsikan mata

pelajaran. Kurikulum 2013 yang merupakan kurikulum pengganti

KTSP ini menyuguhkan tujuan yang berbasis pendidikan karakter.

Tujuan tersebut ditekankan agar para peserta didik dapat

mengamalkan filosofis Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Kurikulum ini dinilai memudahkan guru karena semua nahan ajar

sudah tertera dan diatur dalam buku guru dan buku siswa, namun tak

(43)

Kurikulum 2013 mengembangkan berbagai ranah terutama

pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Kurikulum ini berbasis kompetensi

karena mencakup tugas dan keterampilan. Cakupan tersebut dipelajari di

sekolah dan menjadi bekal untuk memasuki dunia kerja nantinya.

Beberapa ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi adalah

pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat.

Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat dimaknai sebagai konsep

kurikulum yang diarahkan untuk mengembangkan enam ranah dalam

konsep kompetensi dan mengembangkan kemampuan melakukan tugas

yang hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik.

Dalam rancangan Kurikulum 2013 di sekolah dasar, tampak

bahwa pelajaran IPA dan IPS sangat ingin ditonjolkan (Kemendiknas,

2013 dalam Mulyasa, 2013). Beberapa pembenahan terus terjadi hingga

akhirnya membentuk struktur kurikulum SD yang terbagi menjadi dua

kelompok, yaitu kelompok A dan kelompok B. Kelompok A memuat

pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia,

Matematika, IPA dan IPS. Kelompok B memuat pelajaran Seni Budaya &

Prakarya serta Pendidikan Jasmani, OR, dan Kesehatan.

Terlepas dari itu semua, Kurikulum 2013 yang merupakan

pengganti KTSP ini diharapkan dapat membantu mencetak generasi

bangsa yang berkarakter. Kurikulum yang memasukkan unsur pendidikan

karakter ini disajikan secara utuh dalam sebuah pembelajaran tematik. Hal

(44)

harus bekerja keras untuk mewujudkan tujuan kurikulum ini kepada

peserta didiknya.

8. Pembelajaran Tematik

Tematik merupakan suatu pembelajaran terpadu yang termasuk

dalam model terjala (webbed), yang menekankan pola pengorganiasasian

materi yang disatukan atau diintegrasikan dalam satu tema (Kurniawan,

2014). Pendapat sama juga diungkapkan oleh Rusman (2013) (dalam

Prastowo, 2013) yang mendefinisikan pembelajaran tematik sebagai

model pembelajaran terpadu yang dapat memberikan pengalaman

bermakna kepada siswanya yang melibatkan beberapa mata pelajaran.

Mamat SB, dkk (2005) (dalam Prastowo, 2013) mengungkapkan bahwa

pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang mengelola

pembelajaran yang mengintegrasikan materi dari beberapa mata pelajaran

dalam sebuah topik yang sama yang disebut tema. Ketiga definisi tersebut

hampir sama dan menyebutkan adanya tema dalam definisinya. Ciri khas

dari pembelajaran tematik terdapat pada tema. Tema ditentukan dan

dikembangkan selaras dengan kompetensi dasar dari tiap pelajaran.

Kurniawan (2014) menjabarkan bahwa Kurikulum 2013 memiliki

prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Berpusat pada anak

Pembelajaran tematik memposisikan siswa sebagai pusat dari

(45)

berperan sebagai fasilitor. Pembelajaran dirancang dengan

memperhatikan aspek-aspek perkembangan siswa.

b. Pengalaman langsung

Pembelajaran tematik memberikan peluang kepada siswa

untuk merasakan pengalaman langsung dari materi yang sedang

dipelajari. Hal ini ditujukan agar siswa memperoleh informasi dari

tangan pertama sehingga pembelajaran lebih bermakna untuk siswa.

hal tersebut diharpkan dapat memberi dampak positif pada proses

penerimaan dan pemahaman materi pada siswa.

c. Pemisahan mata pelajaran tidak jelas

Pembelajaran yang menekankan penggunaan tema ini

membuat pemisahan dalam tiap-tiap mata pelajaran tidak terlihat lagi.

Hal ini dilakukan agar mata pelajaran tersebut melebur dalam satu

tema sehingga pengetahuan yang didapat siswa lebih lengkap.

Peleburan mata pelajaran dotujukan agar siswa lebih dapat focus pada

pelajaran secara utuh.

d. Penyajian beberapa mata pelajaran dalam satu proses pembelajaran

Pembelajaran tematik mengandalkan sebuah tema. Tema

membuat beberapa mata pelajaran tidak tersaji sendiri-sendiri namun

tersaji secara bersama. Pemisahannya tiap maat pelajaran pun tidak

(46)

e. Fleksibel

Pembelajaran tematik tidak terfokus dalam satu mata

pelajaran. Guru dapat memvariasikan kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan dan metode yang sesuai. Pembelajaran ini

mudah digunakan karena tidak mengacu pada metode tertentu namun

dapat disesuaikan sesuai kondisi.

f. Bermakna dan utuh

Pembelajaran ini mempertimbangkan proses dan isi materi

sehingga pembelajaran bisa lebih dipahami. Pembelajaran ini juga

mengupayakan perkembangan psikologis siswanya. Pembelajaran

disajikan secara utuh dalam satu tema agar lebih bermakna.

g. Mempertimbangkan waktu dan ketersediaan sumber

Dalam pembelajaran tematik, guru harus pandai mengatur

waktu. Hal tersebut dilakukan agar pembelajaran tidak menggunakan

waktu yang terlalu lama. Penggunaan sumber belajar yang terdapat di

sekitar sekolah juga dianjurkan jika mendukung.

h. Tema terdekat dengan anak

Pembuatan tema dalam pembelajaran tematik dianjurkan

menggunakan hal-hal yang tidak asing untuk siswa. Hal tersebut

dilakukan agar materi yang dipelajari menyatu dengan pengetahuan

dan pengalaman yang sudah dimiliki oleh siswa. Disarankan untuk

(47)

i. Pencapaian kompetensi dasar bukan tema

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tematik bukan

semata temanya melainkan kompetensi dasar sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Walaupun nampak bahwa tema menjadi

sebuah hal pokok dalam pembelajaran tematik, namun dibalik itu guru

harus mampu mengembangkan ketercapaian kompetensi. Dengan

tercapainya kompetensi maka dapat dipastikan siswa memahami

pembelajaran yang diberikan.

Prastowo (2013) menjelaskan 18 macam karateristik dalam

pembelajaran tematik sebagai berikut:

a. Adanya efisiensi

Pembelajaran tematik menggunakan waktu, metode, sumber

belajar. Penggunaan tersebut ditujukan untuk mengupayakan

pemberian pengalaman nyata kepada peserta didik. Dengan

memperoleh pengalaman nyata maka siswa dapat lebih memahami

materi dari pembelajaran yang disampaikan.

b. Kontekstual

Pembelajaran tematik berbasis pada masalah-masalah nyata

sehingga mudah untuk dipahami. Pemilihan tema dalam

pembelajarannya pun dekat dengan kehidupan sehari-hari. Hal

(48)

c. Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik memposisikan guru sebagai fasilitator.

Penempatan posisi tersebut dilakukan agar pembelajaran berpusat

pada siswa. Siswa merupakan objek pokok yang harus ada saat

pembelajaran berlangsung.

d. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik mengajak siswanya untuk merasakan

dan mengalami sendiri materi yang sedang dipelajari. Siswa tidak

hanya terpacu pada teori-teori yang ada di buku melainkan melalui

pengalaman nyata. Hal tersebut dapat menyebabkan pembelajaran

lebih menarik sehingga siswa tidak bosan.

e. Pemisahan mata pelajaran yang kabur

Pembelajaran tematik menyuguhkan pembelajaran dalam satu

tema. Pemisahan antar pembelajaran menjadi tak nampak karena

sudah dikemas menjadi satu tema. Tema tersebut tersaji utuh sehingga

tidak ada bagian-bagian dalam mata pelajaran yang nampak.

f. Holistis

Pembelajaran tematik disajikan secara utuh, tidak

terpotong-potong. Siswa mampu memahami pelajaran yang diajarkan secara

utuh karena dapat lebih fokus. Hal tersebut juga memudahkan guru

(49)

g. Fleksibel

Pembelajaran tematik mengarahkan guru untuk fleksibel

(luwes) dalam memberikan pelajaran di kelas. Guru harus pandai

mengaitkan materi dari satu mata pelajaran ke pelajaran lain bahkan

jika bisa ke hal lain seperti lingkungan sekitar. Hal tersebut membuat

siswa dapat meningkatkan pemahaman siswa apalagi jika dikaitkan

dengan kehidupan sehari-hari.

h. Hasil pembelajaran berkembang sesuai minat dan kebutuhan siswa

Pembelajaran tematik memberikan manfaat bagi kehidupan

siswa. Pembelajaran juga diminati sehingga mempengaruhi

perkembangan intelektual mereka. Hasil dari pembelajaran pun

berkembang sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa.

i. Kegiatan belajarnya sangat relevan dengan kebutuhan siswa SD/MI

Dalam pembelajaran tematik, siswa diajari untuk memahami

pembelajaran dalam satu kesatuan. Pemahaman tersebut dilakukan

dengan menghubungkan informasi-informasi yang terpisah.

Pemahaman siswa diarahkan agar sejalan dengan kebutuhan siswa

yang cenderung konkret, integratife, dan hierarkis.

j. Kegiatan yang dipilih bertolak dari minat dan kebutuhan siswa

Pembelajaran tematik mengembangkan tema dari lingkungan

sekitar. Tema juga dapat dihubungkan dengan minat siswa. hal

tersebut dapat disesuaikan dengan kebijakan guru dan kebutuhan

(50)

k. Kegiatan belajar akan lebih bermakna

Pembelajaran tematik memungkinkan terjalinnya

konsep-konsep yang saling berhubungan. Pada akhirnya konsep-konsep dapat

mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Hal tersebut

menyebabkan pembelajaran yang berlangsung lebih bermakna dan

diterima oleh siswa.

l. Mengembangkan keterampilan berpikir siswa

Pembelajaran tematik dapat membuat siswa mengembangkan

kemampuan dalam dirinya sendiri. Kemampuan tersebut diarahkan

untuk mengontrol segala sikap dan tindakan yang akan dilakukan.

Siswa diharapkan dapat berpikir sebelum bertindak.

m. Menyajikan kegiatan belajar pragmatis yang sesuai dengan

permasalahan

Pembelajaran tematik mengajak siswa untuk mengembangkan

pengetahuannya. Pengembangan tersebut dilakukan melalui interaksi

dan pengalaman dalam kehidupannya. Siswa dapat lebih memahami

kegiatan pembelajaran karena berhubungan dengan permasalahan dan

pengalaman.

n. Mengembangkan keterampilan sosial siswa

Pembelajaran tematik berkaitan erat dengan kehidupan sosial

terutama temanya. Tema yang dipakai disesuaikan dengan kegiatan

(51)

beradaptasi. Melalui tema, siswa diajak untuk mengasah dan

mengembangkan keterampilan sosialnya.

o. Aktif

Pembelajaran tematik mengajak siswanya untuk berperan aktif

dalam setiap pertemuan. Keaktifan ini dapat dilihat dari fisik, mental,

intelektual, maupun emosinya. Keaktifan merupakan sikap yang

diperlukan saat mengikuti pembelajaran.

p. Menggunakan prinsip bermain sambil belajar

Pembelajaran tematik menggunakan prinsip bermain sambil

belajar. Hal ini dilakukan agar siswa tertarik mengikuti pembelajaran

dan tidak merasa jenuh. Contoh kegiatan bermain sambil belajar

misalkan penyajian materi pelajaran dipadukan dengan bermain peran

atau menyusun huruf.

q. Mengembangkan komunikasi siswa

Pembelajaran tematik menonjolkan siswa sebagai pusat dalam

pembelajaran. Oleh karena itu setiap siswa wajib untuk melakukan

komunikasi. Hal ini dimaksudkan agar timbul interaksi antar individu

dalam setiap pembelajaran.

r. Lebih menekankan proses ketimbang hasil

Pembelajaran tematik mengajak guru untuk mendorong siswa

terlibat aktif dalam pembelajaran. Guru juga perlu mengamati setiap

(52)

Siswa diajak untuk menikmati setiap proses agar hasil yang

diinginkan dicapai dengan baik.

Pembelajaran tematik juga tak luput dari keunggulan dan

kelemahan. Rusman (2011) (dalam Prastowo, 2013) mengungkapkan

beberapa keunggulan dalam pembelajaran tematik, yaitu pertama,

pengalaman dan kegiatan sangat relevan dengan tingkat perkembangan

anak sekolah dasar; kedua, kegiatan yang dipilih dalam pelaksaan

pembelajaran ini bertolak dari minat siswa; ketiga, kegiatan belajar lebih

bermakna sehingga menimbulkan kesan pada siswa; keempat,

mengembangkan keterampilan berpikir siswa; kelima, menyajikan

pembelajaran yang pragmatis; dan keenam, mengembangkan

keterampilan sosial. Trianto (2013) (dalam Prastowo, 2013)

mengungkapkan kebalikan dari keunggulan pembelajaran tematik, yaitu

kelemahannya, diantaranya sebagai berikut:

a. Keterbatasan dalam aspek sarana dan sumber belajar

Pembelajaran tematik membutuhkan banyak bahan bacaan,

sumber informasi, dan fasilitas internet. Jika semua kebutuhan

tersebut tidak terpenuhi, maka kemungkinan munculnya hambatan

dalam penerapan pembelajaran ini. Sarana dan sumber belajar dis

ekolah perlu diperhatikan sebelum melakukan pembelajaran model

(53)

b. Keterbatasan dalam aspek kurikulum

Pembelajaran tematik dalam Kurikulum 2013 tetap

menggunakan kurikulum. Kurikulum harus berorientasi pada

ketuntasan pemahaman siswa dan memberi kesempatan pada guru

untuk mengembangkan materi. Beberapa guru kurang dapat

mengembangkan materi karena terbatas pada kurikulum.

c. Keterbatasan dalam aspek penilaian

Pembelajaran tematik memerlukan penilaian yang bersifat

menyeluruh. Hal ini mengharuskan guru berkonsultasi dengan guru

lain jika mata pelajaran berasal dari guru yang berbeda. Kendala yang

ditimbulkan adalah mencari penyesuaian dan kesepakatan dengan

guru lain agar penilaian dapat menyeluruh.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

tematik yang tergolong bagian dari pembelajaran terpadu ini menyajikan

suatu model belajar yang menggunakan tema. Tema ditentukan

berdasarkan kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang sama.

Tema yang dipilih juga disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari peserta

didiknya. Dengan menggunakan tema, otomatis mata pelajaran tidak

disajikan terpisah melainkan satu kesatuan utuh. Peralihan dari satu mata

pelajaran ke mata pelajaran lain pun tak nampak dan ini merupakan

kelebihannya. Namun ada juga kekuarangan yang dimiliki pembelajaran

ini, salah satunya adalah keterbatasan dalam aspek penilaian karena

(54)

9. Pendekatan Saintifik

Pengertian pendekatan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa

Indonesia) merupakan proses, perbuatan, usaha dalam rangka aktivitas

pengamatan untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti.

Sedangkan pengertian pendekatan pembelajaran (Hosnan, 2014)

merupakan suatu proses yang digunakan guru untuk menyajikan bahan

ajar. Pendekatan dilakukan agar proses belajar mengajar tersampaikan

dengan baik dari guru kepada siswanya.

Pendekatan saintik adalah proses pembelajaran yang

mengedepankan keaktifan peserta didik dalam beberapa tahap.

Pendekatan ini sangat dekat dengan Kurikulum 2013, bahkan

implementasi dari keduanya adalah proses pembelajaran yang dirancang

agar peserta didik aktif dalam mengamati, mengidentifikasi, merumuskan

masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis data,

dan menarik kesimpulan.

Karateristik dalam pendekatan saintifik (Hosnan, 2014) adalah

pertama, berpusat pada siswa, artinya melalui pendekatan ini, proses

belajar mengajar dipusatkan hanya pada siswa, sedangkan guru beperan

sebagai fasilitator. Hal ini dilakukan karena setiap proses yang akan

dilakukan siswa menggunakan pendekatan ini diamati oleh guru. Kedua,

melibatkan proses kognitif. Proses kognitif yang dimaksudkan adalah

melalui pendekatan saintifik, siswa diajak untuk memperoleh

Gambar

gambar yang ia lihat dengan baik.
Gambar 3.1 Model siklus PTK (Arikunto , 2006)
Gambar 3.1 menunjukkan penelitian diawali dengan melaksanakan
Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Tes Akhir Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

(Yang dilakukan pada malam gerhana bulan, yakni membangunkan seluruh makhluk hidup. Ya kalau membangunkan pepohonan menggunakan kayu, kalau membangunkan sapai

Pada pembuatan Tugas Akhir ini digunakan suatu algoritma pengubah suara manusia yang memungkinkan suara manusia dapat diubah agar memiliki karakteristik dari suara manusia

Dengan tekanan kerja dan stres kerja yang ada, mengapa organisasi tidak menerapkan flexible

Perusahaan Sale Pisang Suka Senang adalah industri rumah tangga yang cukup besar di Kabupaten Ciamis dan telah berpengalaman hampir 10 tahun dalam hal produksi sale

Penelitian ini bertujuan memeroleh gambaran work-family conflict dari arah konflik yang terjadi pada karyawati dengan posisi supervisor yang sudah menikah di PT “X” Cimahi,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di RSUD Jogja dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh komunikasi terapeutik perawat pada tahap orientasi,

Kriteria kelulusan pada aspek kognitif dan psikomotorik adalah sekurang-kurangnya 75% dari seluruh siswa kelas XI TITL SMK Hamong Putera 2 Pakem memperoleh nilai

a) Aliran Stratified terjadi dikarenakan kecepatan rendah dari fase cairan dan gas terjadi sangat jelas, dalam simulasi ini air dan udara terpisah dengan jelas. b) Pola