• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan pendekatan saintifik dalam peningkatan kemampuan menulis cerpen pada peserta didik SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten kelas IX A semester 1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan pendekatan saintifik dalam peningkatan kemampuan menulis cerpen pada peserta didik SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten kelas IX A semester 1."

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK

DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

PADA PESERTA DIDIK SMP PANGUDI LUHUR BAYAT KLATEN

KELAS IX A SEMESTER I

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

Fajari Revyanto Kurniawan NIM. 091224011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

SKRIPSI

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK

DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

PADA PESERTA DIDIK SMP PANGUDI LUHUR BAYAT KLATEN

KELAS IX A SEMESTER I

Disusun oleh :

Fajari Revyanto Kurniawan

091224011

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I

Drs. J. Prapta Diharja, SJ., M.Hum Tanggal 5 September 2016

Pembimbing II

(3)

iii

SKRIPSI

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK

DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

PADA PESERTA DIDIK SMP PANGUDI LUHUR BAYAT KLATEN

KELAS IX A SEMESTER I

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Fajari Revyanto Kurniawan

NIM: 091224011

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

pada tanggal: 27 September 2016

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda tangan

Ketua : Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. ...

Sekretaris : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. ...

Anggota : Drs. J. Prapta Diharja, S.J, M.Hum. ...

Anggota : Drs. B. Rahmanto, M.Hum. ...

Anggota : Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. ...

Yogyakarta, 27 September 2016

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Syukur Tiada Akhir Jacob Oetama

“Sakehing prekara bisa daksangga srana kekuwatan sing diparengake dening Sang Kristus marang aku”

-Filipi 4 :

13-Selalu berusaha menjadi seperti sebatang lilin dan segenggam garam Fajari Revyanto Kurniawan

Karya sederhanaku ini aku persembahkan untuk: Tuhan Yesus dan Bunda Maria

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 September 2016

Penulis,

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Fajari Revyanto Kurniawan

Nomor Mahasiswa : 091224011

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK

DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN PADA PESERTA DIDIK SMP PANGUDI LUHUR BAYAT KLATEN

KELAS IX A SEMESTER I

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa

meminta izin dari maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 27 September 2016

Yang menyatakan

(7)

vii

ABSTRAK

Kurniawan, Fajari Revyanto. 2016. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen pada Peserta Didik SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten Kelas IX A Semester I. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam peningkatan kemampuan menulis cerpen. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan saintifik.

Penelitian ini adalah jenis PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Prosedur penelitian ini mengunakan model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis & McTaggart. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, keseluruhan siklus dilakukan dalam 2 pertemuan. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas IX A SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten. Subjek diberikan tindakan berupa pendekatan saintifik dalam menulis cerpen. Pengumpulan data dilakukan dengan tes, analisis data dengan menggunakan statistik deskriptif.

Hasil dari penelitian yang dilakukan ini adalah analisis data kemampuan siswa menunjukkan bahwa pada kondisi awal, hanya 5 orang dari 28 siswa atau 17,86% siswa tuntas dalam pembelajaran. Pada siklus I terjadi peningkatan menjadi 11 siswa atau 39,29 % siswa tuntas dalam pembelajaran. Pada siklus II pada nilai akhir mengalami peningkatan, dengan kata lain kriteria penilaian dalam kategori baik sudah tercapai, bahkan terdapat beberapa peserta didik yang tergolong dalam kriteria nilai sangat baik. Dengan demikian, pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan pendekatan saintifik dapat disimpulkan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dilihat dari jumlah siswa yang tuntas dalam setiap proses pembelajaran menulis cerpen.

(8)

viii

ABSTRACT

Kurniawan, Fajari Revyanto. 2016. Implementation of Scientific Approach in Upgrading of Students Writing Short Story Capability of Pangudi Luhur Bayat Klaten Junior High School IXA Class Semester I. Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Sanata Dharma University.

This research purpose is to determine students result in learning to write short stories. This research use scientific approach.

This research is a kind of Classroom Action Research. This study uses a procedure model of Kemmis & McTaggart Classroom Action Research. It was conducted in two circles, each cycle consists of two cycles, and there are planning, realization, observing, and reflection. The respondents of this research are students of XI A Pangudi Luhur Bayat Klaten Junior High School. Respondents were given actions in the form of scientific approach in writing short stories. The data collection in this study collected by test, data analysis using descriptive statistic.

The result of the research showed that the students' abilities in the initial conditions, only 5 out of 28 students or 17.86% students completed the study. In the first cycle increased to 11 students or 39.29% students completed the study. In the second cycle at the final value has increased, in other words, the assessment criteria in both categories have been reached, even there are some students who belong to the criteria of very good value. Therefore, the study of writing a short story by using a scientific approach can be summed experienced a significant increase in terms of the number of students who pass in every process of learning to write short story.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, dukungan, bimbingan, motivasi dan arahan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

2. Romo Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum. dan Bapak Drs. B. Rahmanto, M.Hum. sebagai dosen pembimbing akademik maupun sebagai dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dari awal penyusunan skripsi sampai terselesaikannya skripsi ini.

3. Bapak Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. Sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis sehingga penulis mendapat banyak pengetahuan dan wawasan dalam mengambil dan mengolah data penelitian.

4. Segenap dosen dan karyawan Prodi PBSI Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing, membantu serta memberikan ilmunya kepada penulis selama di Universitas Sanata Dharma.

5. Bapak FX. Heru Cahyono, S.Pd. sebagai kepala sekolah SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten yang telah mengijinkan penulis melaksanakan penelitian.

6. Ibu Ana Prasetyaningsih, S.Pd. sebagai guru pembimbing yang telah sabar membimbing penulis dalam melakukan penelitian di SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten.

(10)

x

8. Bapak N. Riyanta, Ibu FN. Murwati, dan adek CH. Rinanda Yulitasari Veraningtyas atas motivasi, doa dan dukungan serta cinta kasih yang diberikan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat kost yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

10. Cecil, Woro, Asa, Tofan, Kiki dan adit yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

11. Mbak Tina, mbak Nila, Mas Anggun, Bulek Yugi, Mas Agus Munadi, Mas adit, dek Tutik, mbak Uut, Mas Sandro yang telah memberikan dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

12. Teman-teman OMK Santo Stephanus Bayat yang telah memberikan dukungan untuk terus maju dan semangat OJO KENDHO, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi.

13. Teman-teman Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia angkatan 2009. Yang telah banyak membantu penulis dalam bertukar pikiran ketika penulis mengalami kesulitan.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca dan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

Yogyakarta, 27 September 2016 Penulis,

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Batasan Istilah... 7

1.6 Sistematika Penyajian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Landasan Teori ... .. 9

(12)

xii

2.2 Kemampuan Menulis Cerpen ... 12

2.2.1 Pengertian menulis ... 12

2.2.2 Pengertian cerpen ... 13

2.2.3 Karakter cerpen... 14

2.3 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... 21

2.4 Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik... 26

2.4.1 Pendekatan Saintifik ... 26

2.4.2 Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Menulis Cerpen ... 29

2.5 Kerangka Berfikir ... 31

2.6 Hipotesis Tindakan ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.1.1 Subjek Penelitian ... 34

3.1.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

3.1.3 Variabel Penelitian ... 34

3.1.4 Prosedur Penelitian ... 34

3.1.5 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.1.6 Instrumen Penelitian ... 41

3.1.7 Teknik Analisis Data ... 43

3.1.8 Indikator Keberhasilan... ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 48

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 48

4.1.1 Pretest ... 48

4.1.2 Siklus I... 49

4.1.3 Siklus II ... 62

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 69

4.3 Peningkatan Kemampuan Berdasarkan Nilai Rata-Rata Siswa... 70

(13)

xiii

BAB V PENUTUP... 76

5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 80

LAMPIRAN... 82

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk diperoleh bagi anak-anak atau pun orang dewasa. Pendidikan menjadi salah satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Saat ini dunia pendidikan makin dituntut untuk mendidik anak-anak ataupun orang dewasa agar mempunyai Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, kreatif, aktif, dan inovatif dalam segala bidang. Hal ini kiranya dapat dimulai dari pelaksanaan kegiatan belajar yang aktif, di mana peserta didik secara aktif membangun sendiri pengetahuannya. Cara untuk mengembangkan ilmu pengetahuan peserta didik agar semakin terampil dan semakin intelektual dalam dunia pendidikan, setiap anak harus mendapatkan pendidikan yang layak. Siswa di SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten dalam pembelajarannya masih menggunakan metode pembelajaran konvensional atau metode ceramah, jadi siswa masih fokus terhadap guru, bukan pembelajaran yang mandiri.

Kurikulum untuk sekarang ini masih memegang peran penting dalam suatu pendidikan sebab sebagai penentuan arah isi dan proses pendidikan yang menentukan kualitas lulusan kelak. Dari tahun ke tahun kurikulum mengalami perubahan sejalan dengan kemajuan zaman dan perkembangan

(15)

ilmu pengetahuan dan teknologi bukan karena pergantian menteri yang selama ini dipikirkan oleh masyarakat. Perkembangan kurikulum dipengaruhi juga oleh perkembangan teori dan praktik pendidikan serta variasi aliran-aliran atau teori pendidikan. Proses perubahan secara mendasar dan sistematis, kurikulum yang dikembangkan dalam pendidikan sebenarnya merupakan proses tranformasi pandangan dan aspirasi tentang pendidikan ke dalam program-program yang secara efektif akan mewujudkan visi dan misi pendidikan.

Menurut (Sukmadinata, 2013:5) kurikulum adalah suatu rencana pendidikan atau pengajaran. Kurikulum bukan hanya merupakan rencana tertulis bagi pengajaran, melainkan sesuatu yang fungsional yang beroperasi dalam kelas, yang memberi pedoman dan mengatur lingkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas. Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) mempunyai pengertian sebagai kurikulum operasional yang tersusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah (Muslich, 2007:10).

(16)

standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan pendidikan, standar pembiayaan pendidikan, dan standar penilaian pendidikan. Terkait proses pembelajaran, terdapat 3 standar yang harus dipenuhi oleh guru yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, dan standar proses.

Terkait dengan standar proses, proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk mencapai standar proses, banyak hal yang bisa dilakukan. Salah satunya dengan penerapan pendekatan pembelajaran. Terdapat pendekatan baru yang dapat digunakan yaitu pendekatan saintifik. Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan mengkomunikasikan (communicating). Tahapan pendekatan tersebut dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.

(17)

diajarkan. Pembelajaran cerpen merupakan salah satu mata pelajaran yang mengajak para peserta didik cenderung untuk mengenal cerita cerita masa lampau. Pada dasarnya, cerpen merupakan sebuah prosa yang hanya menceritakan salah satu segi saja peristiwa yang dialami oleh pelakunya. Pemusatan perhatian pada satu tokoh saja yang ditempatkan pada suatu situasi sehari-hari (Hartoko dan Rahmanto 1986: 132). Cerpen dapat diartikan sebagai cerita atau narasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar sedang terjadi tetapi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja) serta relatif pendek (Sumardjo dan Saini, 1986: 37).

Dalam hal ini, terdapat Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar yang tercantum dalam kurikulum terkait dengan pembelajaran cerpen. Salah satu SK dan KD yang memuat hal itu adalah Kompetensi menulis 8. Mengungkapkan kembali pikiran, perasaan, dan pengalaman dalam cerita pendek dan Kompetensi Dasar 8.1b Menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. SK dan KD tersebut menjadi salah satu acuan yang digunakan dalam penelitian ini.

(18)

dengan menerapkan pendekatan yang dapat meningkatkan minat belajar peserta didik tentang cerpen adalah pendekatan saintifik. Dalam hal ini, untuk mengetahui keefektifan pendekan saintifik dalam pembelajaran menulis cerpen, maka dilakukan penelitian yaitu penerapan pendekatan saintifik dalam peningkatan kemampuan menulis cerpen pada peserta didik SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten kelas IX A semester I.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang akan diteliti oleh penulis dapat dirumuskan sebagai berikut

1. Bagaimana meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IX A SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten dalam kemampuan menulis cerpen dengan pendekatan saintifik ?

2. Apakah pembelajaran saintifik dapat meningkatkan kemampuan siswa SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten kelas IX A semester I dalam menulis cerpen ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini sebagai berikut

(19)

2. Mengetahui penerapan pendekatan saintifik terhadap peningkatan kemampuan menulis cerpen di SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten kelas IX A semester I.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang akan dicapai oleh peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam ranah pendidikan baik secara langsung atau tidak langsung. Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Bagi guru

Memberikan masukan kepada guru mengenai model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dan menambah wawasan kepada guru mengenai pendekatan saintifik dalam pembelajaran cerpen.

b. Bagi peserta didik

Memberikan kesempatan bagi para peserta didik agar lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran.

c. Bagi sekolah

Pendekatan saintifik dapat meningkatkan proses pembelajaran di sekolah dan dapat menarik keaktifan peserta didik di sekolah.

d. Bagi peneliti

(20)

e. Bagi pembaca

Memberikan informasi yang cukup bagi pembaca mengenai pendekatan saintifik dan memberikan masukan kepada peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya.

1.5 Batasan Istilah

Batasan istilah perlu dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan pemahaman dalam penafsiran. Adapun istilah-istilah yang perlu dibatasi adalah sebagai berikut:

a. Kurikulum

Kurikulum Menurut (Sukmadinata, 2013:5) Kurikulum adalah suatu rencana pendidikan atau pengajaran. Kurikulum bukan hanya merupakan rencana tertulis bagi pengajaran, melainkan sesuatu yang fungsional yang beroperasi dalam kelas, yang memberi pedoman dan mengatur lingkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas.

b. Pendekatan saintifik

(21)

c. Cerpen

Cerpen dapat diartikam sebagai cerita atau narasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar sedang terjadi tetapi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja) serta relatif pendek (Sumardjo dan Saini, 1986: 37).

1.6 Sistematika Penyajian

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Penelitian Relevan

Peneliti menemukan penelitian yang serupa dan ada hubungannya dengan topik penelitian. Penelitian yang relevan dengan topik ini, yaitu penelitian Yuliana Tutik Setyaningsih (2009) dan Ridemta Hesti Dyah Rosari Wulandari (2010).

Penelitian Yuliana Tutik Setyaningsih berjudul “Unsur Intrinsik

Cerpen “Monumen” Karya Nh. Dini dan Implementasinya dalam

Pembelajaran Cerpen di SMP kelas IX Semester 1. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa cerpen “Monumen” karya Nh. Dini mempunyai tokoh sentral atau utama dalam cerpen “Monumen” yaitu Cina gendut

dan tokoh sentral antiwirawan, yaitu pejabat tinggi setempat. Tokoh-tokoh yang lain berkedudukan sebagai Tokoh-tokoh bawahan, yang kehadirannya mendukung terjalinnya cerita secara keseluruhan. Tokoh-tokoh bawahan yang dimaksud adalah warga masyarakat, Pak dan Ibu bayan, seorang anggota kelompok ibu-ibu cantik, dan Pak Lurah. Cerpen ini menunjukan alur linier. Latar cerita ada tiga, yaitu tempat, waktu dan sosial. Latar tempat yaitu sebuah desa terpencil di pinggiran

(23)

Semarang, latar waktu kurang lebih lima puluh tahun setelah kemerdekaan RI, dan latar sosial menunjukkan adanya perbedaan status, perilaku, dan kebiasaan antara kelompok wanita Organisasi Sosial Internasional dan masyarakat yang tinggal di daerah terpencil. Tema cerpen adalah upaya perbaikan mutu masyarakat melalui perbaikan sarana dan lingkungan hidup. Amanat cerpen ada lima, yaitu (1) pekerjaan yang berat jika dikerjakan bersama-sama akan terasa ringan, (2) pengetahuan dan perubahan itu penting, agar sarana dan prasarana yang ada di sekitar kita dapat kita manfaatkan dengan baik, (3) bukan hal yang mudah mengubah kebiasaan dan tabiat orang, (4) jangan memandang orang dari penampilan fisiknya, dan (5) perbedaan agama, suku dan kewarganegaraan bukanlah penghalang untuk bersatu dan bekerjasama. Bahasa yang digunakan dalam cerpen adalah bahasa yang sederhana dan mudah untuk dimengerti, meski Nh. Dini ini menggunakan bahasa Jawa dan bahasa figuratif di beberapa bagian. Keterkaitan antarunsur intrinsik mendukung penyampaian tema dalam cerpen.

Selain itu cerpen “Monumen” karya Nh. Dini dapat

(24)

budaya peserta didik. Proses pembelajaran cerpen “Monumen” ini dapat

dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.

Penelitian Ridemta Hesti Dyah Rosari Wulandari berjudul

“Analisis struktural cerpen “Kartu Pos Dari Surga” karya Agus Noor

dan implementasinya dalam pembelajaran cerpen di SMA. Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa cerpen “Kartu Pos dari Surga” karya Agus Noor

memiliki unsur intrinsik cerpen berupa tokoh dan penokohan, alur, latar, dan tema. Tokoh dan penokohan yang terdapat dalam cerpen merupakan tokoh-tokoh protagosin dengan satu tokoh utama dan empat tokoh tambahan. Alur yang digunakan adalah alur Flash Back atau sorot balik. Terdapat tiga latar yang digunakan dalam cerpen ini yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Masing-masing latar saling berhubungan erat satu dengan yang lain. Tema pada cerpen tersebut adalah tema jasmaniah, terutama oeristiwa yang kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

(25)

Dengan demikian, penelitian mengenai struktural cerpen akan lebih optimal.

Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Adapun persamaannya terdapat pada pertama, jenis penelitian merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Kedua, Subjek penelitian terdapat pada peserta didik. Ketiga, ketiga penelitian ini merupakan penelitian tidakan kelas. Namun, terdapat pula perbedaan pada ketiga penelitian ini. Perbedaannya adalah jika penelitian relevan yang pertama dan kedua sudah langsung ditentukan cerpen yang digunakan, sedangkan pada penelitian ini, cerpen yang digunakan bisa menggunakan sembarang cerpen. Dengan demikian, kedua penelitian di atas dapat dikatakan relevan dengan penelitian ini.

2.2 Kemampuan Menulis Cerpen

2.2.1 Pengertian Menulis

(26)

orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut sehingga mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut.

2.2.2 Pengertian Cerpen

Cerita pendek atau cerpen merupakan cerita fiksi bentuk prosa yang padat, yang unsur ceritanya terpusat pada satu peristiwa pokok, sehingga jumlah dan pengembangan pelaku terbatas, dan keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal (Jabrohim, 1994: 165-166). Cerpen juga dapat diartikan sebagai cerita atau narasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar sedang terjadi tetapi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja) serta relatif pendek (Sumardjo dan Saini, 1986:37)

Cerita pendek menurut KBBI edisi keempat (2008:263) adalah kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi (pada suatu ketika). Cerpen (cerita pendek sebagai genre fiksi) adalah rangkaian peristiwa terjalin menjadi satu di dalamnya terjadi konflik antar tokoh atau dalam diri tokoh itu sendiri dalam latar dan alur.

(27)

pengarangnya. Cerpen merupakan genre fiksi yang bentuknya ada dua, yaitu (1) cerita fiksi yang rangkaian ceritanya panjang dan menghadirkan banyak konflik dan persoalan yang disebut dengan novel atau roman, sedangkan (2) yang rangkaian peristiwanya pendek dan menghadirkan satu konflik dalam satu persoalan yang disebut cerita pendek (selanjutnya disebut cerpen). Cerpen dapat diklasifikasikan pada tiga jenis, cerita dewasa (sering disebut juga sastra serius), cerita remaja (populer), dan cerita anak-anak.

Berdasarkan pengertian di atas, cerpen adalah cerita narasi fiksi pendek yang terdiri kurang dari 10.000 kata yang memiliki deskripsi peristiwa baik, merupakan perpaduan antara tokoh, latar, dan alur. Rangkaian peristiwa terjalin menjadi satu di dalamnya terjadi konflik antartokoh atau dalam diri tokoh itu sendiri dalam latar dan alur.

2.2.3 Karakter Cerpen

(28)

waktu tertentu. Baik peristiwa dialogis maupun monologis selalu ada dalam sebuah cerpen. Peristiwa sebagai pembangun cerpen selalu terbentuk atas: tokoh, setting, dan alur.

a. Tokoh

Tokoh dalam tcerita ini merujuk pada “orang” atau

“individu” yang hadir sebagai pelaku dalam sebuah cerita,

yaitu orang atau individu yang akan mengaktualisasikan ide-ide penulis. Lewat tokoh inilah penulis menyampaikan gagasan-gagasannya. Namun, karena tokoh hakikatnya adalah manusia yang alamiah maka tokoh juga harus dibiarkan bertindak dan berpikir sesuai konteks diri dan ceritanya. Jika tokoh dipaksa mengikuti pikiran penulis maka cerita bisa menjadi khotbah belaka, kealamian cerita tidak ada sehingga pembaca pun menjadi jenuh. Oleh karena itu, hal penting dalam menceritakan tokoh-tokoh adalah sesuaikan tindakan dan pikiran tokoh-tokoh dengan konteks cerita yang meliputi: usia tokoh, peran dan kedudukan sosial tokoh, serta keadaan kedirian dan psikologi tokoh.

b. Latar

(29)

biasanya mempunyai dua tipe, yaitu: pertama, latar yang diceritakan secara detail, ini biasanya terjadi jika cerpen fokus pada persoalan latar. Misalnya, kita membuat cerita

yang persoalannya bersumber dari “kuburan yang selalu

menimbulkan ketakutan masyarakat” maka latar kuburan pun

detail diceritakan dalam deskripsi yang harus hidup, yaitu bisa menggambarkan keangkerannya; atau juka kita menceritakan tentang “sungai yang selalu membuat musibah”

maka harus detail dan hidup menceritakan sungai itu. Kedua, latar yang tidak menjadi fokus utama atau masalah, biasanya latar hanya disebut sebagai background saja sebagai tempat terjadinya peristiwa, tidak dideskripsikan secara detail.

Latar dalam cerita biasanya akan menyangkut tiga hal; (1) latar tempat, yaitu latar yang menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan pada tempat, yang menunjuk pada lokasi tertentu secara geografis, misalnya, di daerah dan tempat tertentu seperti: rumah, sekolah, nama desa dan kota, dan sebagainya; (2) latar waktu; latar waktu ini

berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa

-peristiwa yang terjadi dalam cerita. Masalah “kapan” ini

(30)

yang menyaran pada kondisi sosial masyarakat sebagai tempat cerita. Kondisi sosial masyarakat ini mencakup; kebiasaan masyarakat dan adat-istiadat yang dijadikan sebagai latar cerita.

Ketiga latar itu selalu hadir, tetapi latar tempat lebih fokus menjadi latar yang sering hadir dan bersifat faktual. Karena dari deskripsi latar tempat inilah maka latar sosial dan waktu bisa diidentifikasi secara tersirat dari latar tempat ini. Oleh karena itu, perhatian kita harus fokus pada deskripsi latar tempat saat menulis cerpen, keberadaan latar waktu (sejarah) dan sosial dijadikan sebagai data untuk menggambarkan latar waktu sehingga tidak terjadi akronisme di antara ketiganya. Ketiga aspek itu harus dideskripsikan secara komprehensif.

c. Alur

(31)

peristiwa menyebabkan hadirnya peristiwa lainnya. Jalinan antarperistiwa dalam cerita inilah yang disebut dengan alur.

Menurut Stanton (2000:15), alur dalam prosa fiksi itu memiliki tiga bagian: awal, tengah, dan akhir. Bagian awal dalam alur fiksi (cerpen) biasanya mengandung dua hal penting,yaitu eksposisi dan elemen intabilitas. Eksposisi merupakan istilah yang biasanya dipergunakan untuk menunjuk pada proses yang dipilih dan dipergunakan pengarang untuk memberitahukan dan mendeskripsikan berbagai informasi yang diperlukan dalam pemahaman cerita. Kehadiran eksposisi inilah, sebagai situasi awal cerita, yang kemudian menyebabkan terjadinya suatu cerita yang berisi elemen instabilitas, baik bersifat implisit ataupun eksplisit (Sayuti, 2006: 36-37). Selain eksposisi dan instabilitas, biasanya pada bagian awal ini juga sudah diperkenalkan tentang konflik yang akan terjadi. Selanjutnya, konflik mengalami komplikasi dan klimaksnya pada bagian tengah.

(32)

aksi-aksi balasan (Wellek dan Warren, 2001:185). Menurut Stanton (2000: 16), konflik dalam cerita berisi konflik internal dan atau eksternal. Konflik internal merupakan konflik antara dua keinginan dalam diri seorang tokoh (psikologis), sedangkan konflik eksternal merupakan konflik antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lainnya.

Dalam hal ini, konflik merupakan tahapan dalam cerita yang membuat pembaca tegang, dan ketegangan tersebut akan sampai pada klimaksnya, yaitu suatu momen dalam cerita, ketika konflik berlangsung memuncak dan mengakibatkan terjadinya penyelesaian yang tidak dapat dihindari. Klimaks dalam cerita merupakan pertemuan kritis antara dua kekuatan sehingga menentukan bagaimana pertentangan itu diselesaikan (Stanton, 2000: 16-17). Jika sudah sampai pada klimak ,maka alur dalam cerita akan menuju pada tahap bagian akhir.

(33)

Alur dalam cerita biasanya mempunyai kaidah-kaidahnya sendiri, (Kenny dalam Nurgiyantoro, 2007: 130) menjelaskan bahwa kaidah alur dalam cerita itu meliputi: pertama, kemasukakalan (plausibilitas); bahwa cerita memiliki kemasukakalan jika memiliki kebenaran, yakni benar bagi diri cerita itu sendiri (Sayuti, 2000: 47), tetapi tidak menutup kemungkinan jika benar juga sesuai dengan kehidupan faktual, sekalipun pada bagian ini tidak mutlak. Kedua, rasa ingin tahu (suspense); suspense merupakan

(34)

dinanti-nanti pembaca. Keempat, kepaduan (unity); menyarankan bahwa berbagai unsur yang ditampilkan dalam alur haruslah memiliki kepaduan. Artinya, mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh sehingga keberadaan antarunsurnya menentukan keberadaan unsur-unsur yang lainnya.

2.3 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) mempunyai pengertian sebagai kurikulum operasional yang tersusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah (Muslich, 2007:10). Dalam standar nasional pendidikan (BSNP pasal 1, ayat 15), dijelaskan bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan(BSNP) (Sanjaya, 2008:128).

Menurut Muslich (2007:11), KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut:

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik, dan lingkungannya.

(35)

3. Tanggapan gerhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. 5. Menyeluruh dan berkesinambungan. 6. Belajar sepanjang hayat.

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Dalam kaitannya dengan pembelajaran, KTSP dengan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah tidak mungkin bisa dipisahkan. Materi yang diajarkan disesuaikan dengan KTSP yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, termasuk Bahasa Indonesia.

Tujuan umum pembelajaran Bahasa Indonesia adalah peserta didik mampu menguasai kompetensi berbahasa dan bersastra yang meliputi aspek: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Adapun tujuan khusus pembelajaran Bahasa Indonesia adalah:

1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan etika yang berlaku, baik lisan maupun tulis.

2. Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

3. Memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

(36)

5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

6. Menghargai dan mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Berikut Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas IX, Semester I SMP yang digunakan sebagai acuan penelitian ini.

Kelas IX, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Mendengarkan

1. Memahami dialog interaktif pada tayangan televisi/siaran radio

1.1 Menyimpulkan isi dialog interaktif beberapa narasumber pada tayangan televisi/siaran radio

1.2 Mengomentari pendapat narasumber dalam dialog interaktif pada tayangan televisi/siaran radio

Berbicara

2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk komentar

(37)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

dan laporan dengan menggunakan kalimat yang jelas

Membaca

3. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca intensif dan membaca memindai

3.1 Membedakan antara fakta dan opini dalam teks iklan di surat kabar melalui kegiatan membaca intensif

3.2 Menemukan informasi yang diperlukan secara cepat dan tepat dari indeks buku melalui kegiatan membaca memindai

Menulis

4. Mengungkapkan

informasi dalam bentuk iklan baris, resensi, dan karangan

4.1 Menulis iklan baris dengan bahasa yang singkat, padat, dan jelas

4.2 Meresensi buku pengetahuan

4.3 Menyunting karangan dengan berpedoman pada ketepatan ejaan, tanda baca, pilihan kata, keefektifan kalimat, keterpaduan paragraf, dan kebulatan wacana

(38)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Mendengarkan

5. Memahami wacana sastra jenis syair melalui kegiatan mendengarkan syair

5.1 Menemukan tema dan pesan syair yang diperdengarkan

5.2 Menganalisis unsur-unsur syair yang diperdengarkan

6.1 Menceritakan kembali secara lisan isi cerpen

6.2 Menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada kesesuaian isi puisi

dan suasana/irama yang dibangun

Membaca

7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan

membaca buku

kumpulan cerita pendek (cerpen)

7.1 Menemukan tema, latar, penokohan pada cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen

(39)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Menulis

8. Mengungkapkan kembali pikiran,

perasaan, dan

pengalaman dalam cerita pendek

8.1 Menuliskan kembali dengan kalimat sendiri cerita pendek yang pernah dibaca

8.2 Menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami

Berdasarkan topik penelitian yang dipilih, SK dan KD yang digunakan adalah Kompetensi menulis 8. Mengungkapkan kembali pikiran, perasaan, dan pengalaman dalam cerita pendek dan Kompetensi Dasar 8.1b Menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. SK dan KD ini akan digunakan dalam pembelajaran cerpen dengan pendekatan saintifik.

2.4 Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

2.4.1 Pendekatan Saintifik

(40)

Aktifitas yang dilakukan dalam pembelajaran saintifik (Abdullah, 2014: 54):

a. Melakukan Pengamatan atau Observasi

Observasi adalah menggunakan panca indra untuk memperoleh informasi. Pengamatan observasi dapat dilakukan secara dapat dilakukan secara kualitatif atau kuantitatif. Pengamatan kualitatif mengandalkan pancaindra dan hasilnya dideskripsikan secara naratif. Sedangkan pengamatan kuantitatif untuk melihat karakteristik benda pada umumnya menggunakan alat ukur karena dideskripsikan menggunakan angka.

Data yang diamati dalam observasi sebaiknya merupakan variabel, yakni data yang bervariasi untuk sebuah karakteristik. Variabel yang akan diamati dapat berupa variabel terikat atau variabel bebas.

b. Mengajukan Pertanyaan

(41)

dalam upaya memotivasi peserta didik untuk mengajukan pertanyaan

c. Melakukan Eksperimen/Percobaan atau Memperoleh Informasi

Belajar dengan menggunakan pendekatan ilmiah akan melibatkan peserta didik dalam melakukan aktivitas menyelidiki fenomena dalam upaya menjawab suatu permasalahan. Guru juga dapat menugaskan peserta didik untuk mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber.

d. Mengasosiasikan/menalar

Kemampuan mengolah informasi melalui penalaran dan berpikir rasional merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki oleh peserta didik. Informasi yang diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang dilakukan harus diproses untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.

e. Membangun atau Mengembangkan Jaringan dan Berkomunikasi

(42)

kompetensi itu sama pentingnya dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Bekerja sama dalam sebuah kelompok merupakan salah satu cara membentuk kemampuan peserta didik untuk dapat membangun jaringan atau berkomunikasi.

2.4.2 Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Menulis

Cerpen

Pedekatan saintifik ialah pendekatan pembelajaran yang dilakukan melaui proses mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan mengkomunikasikan (communicating). Kelima proses belajar secara saintifik tersebut diimplementasikan pada saat memasuki kegiatan inti pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

Kegiatan Aktivitas Pembelajaran

Mengamati (observing) Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak (tanpa dan dengan alat).

Menanya (questioning) • Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke yang bersifat hipotesis.

• Diawali dengan bimbingan guru sampai dengan

(43)

Mencoba (experimenting) • Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan.

• Menentukan sumber data (benda, dokumen, buku,

eksperimen).

• Mengumpulkan data.

Menalar (associating) • Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data/kategori. • Menyimpulkan dari hasil analisis data.

• Dimulai dari unstructured-uni structute-multi

structure-complicated structure.

Mengomunikasikan (communicating)

• Menyampaikan hasil konseptualisasi.

• Dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan,

gambar, atau media lainnya.

Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai penerapan pendekatan saintifik dari pada pembelajaran menulis cerpen ialah sebagai berikut.

1. Mengamati (observing)

(44)

2. Menanya (questioning)

Dalam tahapan ini guru memberikan pertanyaan yang mengarahkan peserta didik untuk lebih menggali informasi berkaitan dengan unsur yang terdapat dalam sebuah cerpen. Misalnya apakah yang dimaksud dengan tokoh, penokohan, alur, dan sebagainya.

3. Mencoba (experimenting)

Dalam tahapan ini peserta didik membuat hipotesis yang berkaitan dengan cerpen yang telah diamati, kemudian merancang percobaan untuk menguji hipotesis tersebut.

4. Menalar (associating)

Setelah melalui tahap observasi, membuat hipotesis, kemudian peserta didik menganalisis hasil tahapan sebelumnya dengan penalaran. 5. Mengomunikasikan (communicating)

Setelah menganalisis cerpen yang telah diberikan, hasil analisis tersebut kemudian disampaikan melalui tulisan atau disampaikan secara lisan di depan kelas. Kemudian bersama dengan guru menyimpulkan kegiatan pendekatan saintifik yang telah dilakukan.

2.5 Kerangka Berfikir

(45)

mengembangkan topik dan menyusun kalimat. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik, penelitian yang dilakukan peneliti difokuskan pada kemampuan peserta didik dalam menulis cerpen. Sebagai pemecahan masalah dalam pembelajaran menulis cerpen, proses pembelajaran dilakukan dengan pendekatan saintifik.

Peningkatan kemampuan menulis cerpen peserta didik dilakukan dengan penerapan pendekatan saintifik. Selain proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan memperhatikan komponen dalam pendekatan saintifik, pemilihan materi dan media pembelajaran juga disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran saintifik. Materi pembelajaran yang digunakan adalah materi-materi yang tidak jauh dengan lingkungan hidup peserta didik. Penelitian ini akan dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari empat tahap (perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi). Data diperoleh dengan teknik tes dan nontes. Data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui presentase ketuntasan belajar dan nilai rata-rata kelas.

2.6 Hipotesis Tindakan

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yaitu dilakukan guru di kelasnya untuk memperbaiki pembelajarannya atau menguji asumsi-asumsi teori kependidikan dalam praktek pembelajaran (Sukardjono, 1999:1).

Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran menulis cerpen ini terdiri atas dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat langkah sebagai berikut.

1. Perencanaan (planning) adalah persiapan program tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen peserta didik.

2. Tindakan (acting) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai upaya peningkatan kemampuan menulis cerpen peserta didik. 3. Pengamatan (observing) adalah pengamatan terhadap peserta didik

selama pembelajaran menulis cerpen berlangsung.

4. Refeleksi (reflection) adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar mengajar selanjutnya.

(47)

3.1.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data awal tentang kemampuan peserta didik dalam menulis cerpen. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas IX A semester 1 SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten yang berjumlah 28 peserta didik.

3.1.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memilih SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten yang beralamat di jalan Lemah Miring Paseban, Bayat, Klaten sebagai tempat penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015 di kelas IX A SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten.

3.1.3 Variabel Penelitian

Ada dua macam variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikatnya adalah peningkatan kemampuan menulis cerpen dan variabel bebasnya adalah pendekatan saintifik.

3.1.4 Prosedur Penelitian

(48)

Kemmis dan Taggrart (1988 dalam Wiriatmadja, 2007: 66), model untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.

Desain PTK model Spiral Kemmis dan MCTggart

Untuk memperjelas gambaran tindakan pada masing-masing siklus, peneliti akan memaparkan uraian tiap-tiap tindakan yang akan dilaksanakan pada setiap siklus.

a) Siklus I

(a) Perencanaan

Dalam penelitian ini, kegiatan perencanaan terjabar sebagai berikut.

(49)

pengumpul data untuk mengetahui karakteristik dan analisis kebutuhan peserta didik.

(2) Tahap ini peneliti melakukan observasi pada proses pembelajaran dan wawancara terhadap peserta didik dan guru kelas.

(3) Menganalisis hasil observasi dan wawancara sebagai dasar untuk menyususun silabus dan RPP.

(4) Menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

(5) Menyusun alat evaluasi untuk melihat peningkatan hasil belajar peserta didik setelah menggunakan pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran menulis cerpen di kelas.

(b) Tindakan

Tindakan yang akan dilakukan harus sesuai dengan perencanaan. Pada tahap ini peneliti melakukan tindakan dalam proses pembelajaran. Tindakan yang dilakukan dalam tahap ini terdiri atas pendahuluan, inti, dan penutup.

(1) Pendahuluan (2) Inti

(50)

(c) Observasi

Observasi pada Siklus I yang dilakukan peneliti, yaitu mengamati kinerja peserta didik selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan dan menganalisis hasil tes tertulis peserta didik.

(d) Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran yang berlangsung pada siklus I, peneliti melakukan refleksi untuk menemukan hal-hal yang menjadi kelebihan dan kekurangan pada saat pembelajaran siklus I dilaksanakan. Hasil refleksi pada siklus I akan digunakan sebagai bahan pertimbangan perbaikan sebelum siklus selanjutnya dilaksanakan.

b) Siklus II

(a) Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi terhadap proses pembelajaran pada siklus I, peneliti menemukan beberapa hal yang perlu deperbaiki sebelum siklus II dilaksanakan. Langkah-langkah perbaikan yang dilakukan peneliti berdasarkan hasil refleksi tersebut adalah sebagai berikut.

(51)

(2) Pada saat akan menjelaskan materi pembelajaran guru sebaiknya juga memerhatikan kesiapan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga tidak terjadi masalah manajemen kelas seperti pada siklus I.

(3) Pada saat menjelaskan materi pembelajaran guru sebaiknya memerhatikan tempo dan mempertimbangkan kemampuan peserta didik dalam mengikuti dan memahami apa yang dijelaskan guru.

(4) Pada pelaksanaan siklus II, penjelasan guru tentang cara menulis cerpen dan contoh cerpen lebih ditekankan lagi, agar pada saat siwa diminta menulis cerpen, peserta didik tidak lagi mengalami kesulitan seperti pada siklus I.

(5) Pada pelaksanaan siklus II, guru harus dapat memerhatikan alokasi waktu untuk setiap tahapan pembelajaran.

(b) Tindakan (1) Pendahuluan

Pada bagian apersepsi guru menanyakan pengalaman siswa dalam menulis cerpen dan menyampaikan tujuan pembelajaran saat itu. (2) Inti

(52)

cerpen. Pada bagian elaborasi, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, dan siswa menulis cerpen dengan tema yang telah ditentukan sebelumnya dengan memperhatikan unsur cerpen. Pada bagian akhir yaitu konfirmasi, guru memberikan penguatan tentang cara menulis cerpen yang baik dan benar, dan siswa menanyakan kepada guru mata pelajaran dan peneliti bila menemui kesulitan dalam menulis cerpen.

(3) Penutup

Pada kegiatan akhir adalah siswa dan guru melakukan refleksi dengan menanyakan ke siswa hambatan yang dihadapi dalam menulis cerpen, dan siswa menyimpulkan pelajaran.

(c) Observasi

Observasi pada Siklus II yang dilakukan peneliti, yaitu mengamati kinerja peserta didik selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan dan menganalisis hasil tes tertulis peserta didik.

(d) Refleksi

(53)

3.1.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua teknik, yaitu teknik tes dan nontes.

a) Teknik Tes

Teknik tes digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menulis cerpen. Data yang dikumpulkan dengan teknik tes adalah hasil kerja peserta didik dalam menulis cerpen.

b) Teknik Nontes

Data yang dikumpulkan dengan teknik nontes adalah: (a) Hasil observasi

Observasi dilaksanakan sebelum peneliti melaksanakan pembelajaran. Hal ini untuk mengetahui beberapa media, metode, dan teknik yang digunakan guru dalam pembelajaran.

(b) Hasil wawancara

Wawancara dengan guru, hal ini bertujuan untuk mengetahui pandangan guru terhadap materi, teknik, metode, dan media yang digunakan.

(c) Pengambilan gambar (foto)

(54)

observasi partisipasi langsung. Selama observasi peneliti melakukan pengamatan mengenai keterlibatan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi. Selain observasi, peneliti juga menggunakan dokumentasi hasil belajar peserta didik berupa nilai mengenai hasil karya peserta didik.

3.1.6 Instrumen Penelitian

a. Lembar Pengamatan

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui fokus pembelajaran, perhatian peserta didik, pengelolaan kelas, metode dan media pembelajaran, penataan materi, penilaian, interaksi guru dan peserta didik, dan respon guru terhadap peserta didik. Berikut pedoman observasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Instrumen observasi untuk guru di lampiran halaman ...

b. Instrumen Wawancara

(55)

dalam kegiatan belajar mengajar, metode, dan media yang biasa digunakan. Berikut ini beberapa pedoman pertanyaan yang yang diajukan dalam wawancara dengan guru dan peserta didik untuk mengetahui kondisi awal sebelum penelitian dilaksanakan.

Tabel 1

Pertanyaan untuk Guru dan Peserta didik

No. Pertanyaan untuk guru Pertanyaan untuk peserta didik

1. Apa sajakah yang perlu Anda siapkan sebelum mengajar?

Apa pendapat kamu tentang pelajaran bahasa Indonesia?

2. Materi apakah yang Anda gunakan dalam pembelajaran menulis cerpen?

Menurut pendapatmu, apakah guru bahasa Indonesia kamu menguasai setiap materi yang diajarkan dengan baik? Apa alasanmu?

3. Berapa KKM yang harus dicapai peserta didik dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia?

Apakah gurumu telah menyiapkan materi dan media pembelajaran dengan baik dan sistematis?

4. Aspek apa sajakah yang menjadi prinsip penilaian kemampuan menulis cerpen?

Apakah gurumu sering menyampaikan materi dengan ceramah?

(56)

apakah yang anda gunakan dalam pembelajaran menulis cerpen?

kesempatan kepada kamu untuk memecahkan sebuah permasalahan melalui kerja sama dengan teman yang lain?

6. Bagaimana hasil kemampuan peserta didik dengan metode yang sudah diterapkan? Apakah mencapai KKM?

Apa pendapatmu tentang pembelajaran menulis cerpen di dalam kelas?

7. Media apa yang Anda gunakan dalam pembelajaran menulis cerpen?

Adakah kesulitan yang kamu temukan dalam pembelajaran membaca? Apa saja?

8. Kesulitan apa saja yang Anda temui ketika mengajarkan kemampuan menulis cerpen?

Pembelajaran seperti apakah yang kamu inginkan untuk meningkatkan kemampuan membaca cerpen?

3.1.7 Teknik Analisis Data

(57)

akhir adalah penilaian dan pemberian skor pada hasil tulisan peserta didik.

a. Teknik Kualitatif

Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis kualitatif yang diperoleh dari hasil nontes. Data yang dianalisis adalah aktivitas peserta didik di kelas saat pembelajaran berlangsung.

Tabel 2

Kriteria penilaian menulis cerpen

(58)

tema yang relevan

) dimensi tokoh (fisiologis,

psikologis dan sosiologis)

(59)

dan sosial)

Semua nilai diatas akan dikonversikan menjadi angka 100 dengan kata lain, nilai dikalikan 4.

(60)

3.1.8 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian dapat dilihat dari meningkatnya hasil tes pembelajaran menulis cerpeni peserta didik. Peningkatan hasil menulis ini menunjukkan peningkatan kemampuan peserta didik dalam menulis cerpen. Keberhasilan tindakan tidak hanya ditekankan pada hasil akhir yang dicapai melainkan juga pada proses berlangsungnya penelitian. Indikator keberhasilan sebagai tolak ukur ketercapaian target penerapan tindakan. Penelitian ini dikatakan berhasil jika pada siklus I mencapai KKM yaitu dengan nilai 65.

Tabel 4

Indikator Pencapaian Keberhasilan

No. Indikator Siklus I Siklus II

(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Pada subbab ini dipaparkan hasil penelitian terhadap kemampuan siswa kelas IX A semester 1 SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten tahun ajaran 2015/2016 dalam pembelajaran menulis cerpen. Hasil penelitian yang akan diuraikan meliputi data yang diperoleh dari instrumen tes dan nontes pada siklus I dan siklus II. Data dari instrumen tes berupa cerpen yang ditulis siswa, sedangkan data dari instrumen nontes berupa hasil observasi, wawancara, refleksi, dan dokumentasi. Data tes disajikan dalam bentuk data kuantitatif, sedangkan data nontes disajikan dalam bentuk deskriptif data kualitatif. Sistem penyajian dalam bentuk tabel, grafik, dan analisis yang berupa tafsiran terhadap isi tabel dan grafik tersebut. Selanjutnya, untuk data nontes dipaparkan dalam bentuk rangkaian kalimat.

4.1.1 Pretest

Sebelum melakukan tindakan, peneliti telah melakukan observasi mulai tanggal 1 September sampai tanggal 30 September 2015. Pada kondisi awal, para peserta didik belum ada stimulus.

(62)

Dari data yang diperoleh pada pretest dapat dilihat bahwa banyak siswa yang belum mencapai kriteria BAIK (61 - 80). Hanya ada 5 peserta didik atau 17,86% yang sudah memenuhi nilai dalam kriteria BAIK. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh yaitu 57,32%. Itu artinya nilai rata-rata kelas belum memenuhi standar kriteria keberhasilan tindakan.

4.1.2 Siklus 1

Pelaksanaan siklus I merupakan langkah awal penelitian menulis cerpen. Dalam siklus ini, peneliti mencoba untuk memperbaiki dan memecahkan masalah yang ada pada pra-siklus. Berikut ini merupakan hasil pelaksanaan siklus I yang meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

a. Perencanaan Siklus I

Dalam tahapan ini, peneliti merencanakan dan mempersiapkan segala sesuatu sebelum penelitian dilaksanakan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan meliputi:

1) Menyusun jadwal penelitian bersama kolaborator. 2) Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada siswa

(63)

sebelumnya, peserta masih belum bisa menulis cerpen dengan baik dan benar.

3) Mempersiapkan materi pengertian cerpen, ciri-ciri cerpen, unsur-unsur cerpen, dan langkah-langkah menulis cerpen.

(64)

b. Pelaksanaan Siklus I

Pelaksanaan tindakan pada tahapan ini adalah melaksanaan rencana yang telah dibuat seperti pada tahap sebelumnya. Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilakukan 2 kali pertemuan. Kegiatan pada siklus ini berlangsung selama 2JP (80 menit) dalam setiap pertemuan.

1) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 9 September 2015, pukul 11.35–12.55 WIB. Tujuan yang akan dicapai pada pertemuan pertama yaitu memahami pengertian cerpen, menjelaskan ciri-ciri cerpen, menjelaskan unsur-unsur cerpen, dan menjelaskan langkah-langkah menulis cerpen. Berikut ini merupakan uraian kegiatan pada pertemuan pertama:

(65)

cerpen,ciri-ciri cerpen, unsur-unsur cerpen, dan langkah-langkah menulis cerpen.

b) Untuk awal kegiatan ini peneliti menjelaskan tentang pengertian cerpen, ciri-ciri cerpen (jumlah katanya tidak lebih dari 10.000 kata, memiliki bentuk cerita yang pendek, isi ceritanya berasal dari kehidupan sehari-hari, hampir seluruh tokoh yang ada dalam cerpen mengalami masalah dan konflik, kalimat, susunan kata-kata yang digunakan bersifat sederhana, alur cerita dalam cerpen bersifat tunggal dan lurus, penokohan pada cerpen sangat sederhana), unsur-unsur cerpen (tema, latar atau setting, pesan atau amanah, penokohan, sudut pandang, alur), langkah-langkah menulis cerpen ( siapkan tema, tentukan jenis cerpen, tentukan segmen, tentukan tokoh, tentukan konflik, tentukan penyelesaian, tentukan judul).

(66)

cerpen, unsur-unsur cerpen, dan langkah langkah menulis cerpen kepada para peserta didik. Materi tersebut dapat dilihat dibawah ini:

1) Pengertian cerpen

Cerita pendek atau cerpen merupakan cerita fiksi bentuk prosa yang padat, yang unsur ceritanya terpusat pada satu peristiwa pokok, sehingga jumlah dan pengembangan pelaku terbatas, dan keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal (Jabrohim, 1994: 165-166). Cerita pendek menurut KBBI edisi keempat (2008:263) adalah kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi (pada suatu ketika).

2) Ciri Ciri Cerpen

(a) Cerpen memiliki bentuk cerita yang pendek, lebih pendek dari novel. Beberapa sumber menyatakan bahwa ciri ciri cerpen bersifat singkat dan padat. (b) Jumlah katanya tidak lebih dari 10.000 kata. Ciri

(67)

menerangkan bahwa jumlah kata dari cerpen sekitar 5000 kata atau 2-20 halaman kertas.

(c) Isi ceritanya berasal dari kehidupan sehari-hari (biasanya dari pengalaman pribadi atau orang lain). Ciri cerpen ini sudah jelas menggambarkan kenapa cerpen itu dapat menceritakan sesuatu dengan cara yang lebih singkat dari novel akan tetapi tetap dapat menyampaikan pesannya.

(d) Tidak mengangkat atau menceritakan semua latar belakang pemain atau pelaku dalam cerita atau kisah tersebut, hanya melukiskan masalah tunggal, tokoh utama dan inti sarinya saja. Ciri cerpen ini mendukung dan menegaskan kenapa cerpen memang harus "cerita pendek".

(e) Hampir seluruh tokoh yang ada dalam cerpen mengalami masalah atau konflik yang berhubungan dengan tokoh utama.

(f) Kalimat, susunan dan kata kata yang digunakan bersifat sederhana dan mudah dimengerti sehingga pembaca mampu memahami dengan cepat dan deskripsi yang singkat.

(68)

merasakan isi cerpen. Ciri ciri cerpen ini menjadi alasan sehingga banyak orang yang tetap menunggu cerpen dalam terbitan tabloid atau majalah.

(h) Biasanya hanya satu kejadian besar dan beberapa kejadian pendukung yang ada.

(i) Alur cerita dalam cerpen bersifat tunggal dan lurus (j) Penokohan pada cerpen sangat sederhana, tidak

mendalam dan singkat 3) Unsur Unsur Cerpen

(69)

(a) Tema

Tema adalah inti atau ide dasar dari sebuah cerita. Dalam hal ini cerita pendek atau cerpen. Sudah selayaknya dalam sebuah cerita terdapat tema dalamnya. Untuk membentuk suatu tema dari sebuah cerpen, seorang penulis cerpen haruslah membangunnya dari masalah ataupun suatu permasalahan keseharian atau kehidupan yang ada dan layak jadi sebuah renungan.

(b) Latar atau setting

Latar atau setting cerpen dapat berupa tempat, suasana, waktu, dan budaya yang menjadi ruang atau wadah cerita tersebut.

(c) Pesan atau amanah

Dalam sebuah cerpen, unsur ini haruslah ada. Jikalau unsur pesan tidak ada, maka sepertinya tidak layak disebut sebagai sebuah karya sastra cerpen. Pesan pengarang cerpen dapat berupa nilai didik yang hendak disampaikan baik secara eksplisit ataupun secara implisit.

(d) Penokohan

(70)

dalam cerita pendek, baik dengan jelas ataupun disamarkan.

(e) Sudut Pandang (Point of view)

Sudut pandang dalam sebuah cerpen umumnya menempatkan pengarang sebagai orang pertama. Akan tetapi, sering juga pengarang sebagai orang kedua, orang ketiga dan bahkan di luar cerita. Sudut pandang pengarang dalam cerita sebagai orang pertama biasanya memberikan cerita yang lebih pendek dari sudut yang lainnya. (f) Alur

Unsur intrinsik cerpen yang satu ini tidak begitu jelas terlihat. Tentulah hal ini karena pendeknya "cerpen". Akan tetapi, bila dihendaki oleh pengarang, dapat diberikan tahapan tahapan dalam alur cerpen. Kelemahannya, semakin jelas alur dan semakin banyak alur yang ada, akan semakin panjang "cerpennya".

4) Langkah Langkah Menulis Cerpen (a) Siapkan tema

(71)

membuat Anda duduk kebingungan di depan komputer dan membuang waktu dengan percuma. (b) Tentukan jenis cerpen

Cerpen seperti apa nan ingin ditulis? Cerpen horor, komedi, drama, romantis, misteri, religi, atau drama komedi? Jika sejak awal Anda sudah menentukan akan membuat cerpen komedi, misalnya, fokuslah buat menulis cerpen yang benar-benar lucu, bukan lucu nan nanggung.

(c) Tentukan segmen

Pastikan dulu apakah Anda akan menulis cerpen anak, remaja, atau dewasa. Menulis cerpen buat anak-anak jelas tidak sama dengan menulis cerpen buat remaja, apalagi buat dewasa.

(d) Tentukan tokoh

Siapa yang akan menjadi tokoh primer dalam cerpen Anda? Siapkan nama-nama tokoh primer dan beri karakter buat setiap tokoh primer dan tokoh-tokoh lainnya yang ada di dalam cerpen. (e) Tentukan konflik

(72)

muncul di tengah-tengah cerita, dapat pula langsung menggebrak di awal cerita.

(f) Tentukan penyelesaian (ending) cerita

Kalau kata grup band Armada, "Mau dibawa ke mana interaksi kita...". Begitu juga dengan menulis cerpen. Mau dibawa ke mana cerpen nan akan Anda tulis? Ke akhir yang senang (happy ending) , akhir yang menyedihkan (sad ending) , atau akhir yang menggantung (hanging ending) ? (g) Tentukan judul

Jangan lupa, pilih judul yang singkat, namun bisa menggambarkan isi cerpen yang ditulis. Tak masalah jika Anda menentukan judul ini belakangan atau bahkan ketika cerpen telah selesai ditulis. Tapi, ingat! Jangan sampai melakukan kesalahan fatal dengan tak mencantumkan judul cerita.

(73)

2) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 11 September 2015, pukul 09.20–10.40 WIB. Pada pertemuan kedua siklus I, peneliti mengadakan tes akhir siklus I. Tes ini dilaksanakan untuk mengetahui hasil menulis cerpen. Berikut ini penjabaran kegiatan pada pertemuan kedua:

a) Peneliti bersama kolaborator masuk ke dalam kelas untuk memulai kegiatan belajar mengajar bersama-sama dengan peserta didik.

b) Sebelum tes dilaksanakan, peneliti mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Setelah itu tes dilaksakan, dan pengambilan nilai dilakukan cara setiap peserta didik menulis cerpen sesuai dengan pengalaman pribadi masing masing dengan tema “persahabatan”.

c) Setelah tes dilaksanakan, peneliti menutup pertemuan terakhir ini dengan mengucapkan salam.

c. Hasil Observasi Siklus I

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 2 kali pertemuan bersama peneliti, hasil yang didapat adalah:

(74)

2) Masih banyak peserta didik yang kurang memahami cara menulis cerpen dengan memperhatikan keterpaduan unsur/struktur cerpen.

3) Peserta didik masih kurang memahami cara menulis cerpen dengan memperhatikan kesesuaian penggunaan bahasa cerpen. 4) Beberapa peserta didik masih belum serius ketika menulis

cerpen, terbukti dari nilai pretes

5) Masih banyak peserta didik yang masih saling bertanya dengan teman yang lain.

6) Waktu untuk menulis cerpen kurang efektif diakibatkan karena masih banyak siswa yang masih bertanya satu sma lain.

7) Masih banyak peserta didik yang malu bertanya kepada peneliti ketika mengalami kesulitan dalam menulis cerpen.

(75)

peningkatan sebesar 1,96 %. tetapi peserta didik masih belum memenuhi kriteria baik.

d. Refleksi Siklus I

Menulis cerpen dalam kegiatan belajar mengajar di SMP Pangudi Luhur Bayat Klaten masih belum mencapai nilai dengan kategori baik, karena masih terdapat beberapa kendala selama proses pembelajaran berlangsung. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain:

1) Bagi siswa pemanfaatan waktu dalam menulis cerpen harus lebih digunakan dengan sebaik mungkin.

2) Pada saat peneliti menjelaskan materi masih banyak peserta didik yang berbicara sendiri, membuat gaduh kegiatan belajar mengajar, terdapat siswa yang mengantuk, dan masih belum serius ketika sesi bertanya jawab.

3) Materi yang diberikan oleh peneliti masih belum mempengaruhi hasil menulis cerpen, karena metode yang digunakan oleh guru masih menggunakan metode konvensional atau terpusat oleh guru, sehingga peserta didik tidak berkembang.

4.1.3 Siklus II

(76)

melihat hasil siklus I sebagai acuan yang dirasa masih harus diberikan pembelajaran melalui pendekatan saintifik. Berikut ini merupakan hasil pelaksanaan siklus II yang meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

a. Perencanaan Siklus II

Dalam tahapan ini, peneliti merencanakan dan mempersiapkan segala sesuatu sebelum penelitian dilaksanakan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan meliputi:

1) Mengidentifikasi masalah melalui hasil tes pada siklus 1. Berdasarkan hasil observasi, peserta didik masih belum mampu menulis cerpen dengan baik. Pada siklus II ini, menulis cerpen harus lebih ditingkatkan lagi dengan memperhatikan materi tentang cerpen.

2) Mempersiapkan contoh cerpen yang akan diberikan dan juga materi yang akan diajarkan kepada peserta didik. Contoh cerpen yang dipelajari adalah cerpen karya AA Navis yang berjudul “Dua Orang

Sahabat”.

(77)

pertemuan. Materi yang akan diajarkan pada pertemuan pertama akan difokuskan sama seperti pertemuan sebelumnya pada siklus I yaitu pengertian cerpen, menjelaskan ciri-ciri cerpen, menjelaskan unsur-unsur cerpen, dan menjelaskan langkah-langkah menulis cerpen. Untuk pertemuan kedua, materi pembelajaran masih sama seperti pertemuan pertama yaitu mempelajari tentang unsur-unsur cerpen dan langkah-langkah menulis cerpen, agar peserta didik mampu menulis cerpen dengan baik.

4) Membagi peserta didik menjadi 7 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang.

b. Pelaksanaan Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada tahapan ini adalah melaksanakan rencana yang telah dibuat seperti pada tahap sebelumnya. Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilakukan 2 kali pertemuan. Kegiatan pada siklus ini berlangsung selama 2JP (80 menit).

1) Pertemuan Pertama

Gambar

grafik yang
Tabel 1Pertanyaan untuk Guru dan Peserta didik
Tabel 2Kriteria penilaian menulis cerpen
KategoriTabel 3Skala Nilai
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Siswa juga belum memiliki konsep yang tepat terkait perkalian bilangan cacah, khususnya pada soal nomor 1, 2, 3, 4 dan 5, rata-rata terdapat 6 kesalah- an yang

Proses menghasilkan output dari hasil pengolahan data dengan menggunakan alat output (output device), yaitu berupa informasi.... Siklus Pengolahan

Oleh itu, kajian ini dijalankan untuk mengenalpasti elemen-elemen kemahiran “employability” yang telah diintegrasikan oleh tenaga pengajar Kolej Komuniti Kementerian

mengutamakan ketaqwaannya, adapun persepsi kedua berpendapat tidak setuju dengan pernikahan antara syarifah dengan non sayyid karena akan memutuskan nasab yang

Sosialisasi ke warga : mekanisme penanganan aduan, pilihan penyam- paian aduan, no kontak (hot line), alamat yang bisa didatangi warga... Jumlah pengaduan yang diterima 2. Jumlah

Pokok masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana manajemen dakwah pada kelompok usia sekolah TK/TPA Nurul Yaqin Desa Erelembang, Kecamatan Tombolo Pao.

Hasil Penelitian ini sama dengan Sunarsih dan Mendra (2009) yang berbeda adalah kinerja keuangan memediasi hubungan antara intellectual capital dan nilai