vii
MEMAHAMI EKSPRESI MARAH ORANG TUA: DILIHAT DARI PERSPEKTIF ANAK MIDDLE CHILDHOOD
Priscilla Rosty Sukmono
ABSTAK
viii
UNDERSTANDING PARENT’S ANGER: REFERED TO MIDDLE CHILD’S PERSPECTIVE
Priscilla Rosty Sukmono
ABSTACT
The aimed of this research is to find out the middle child’s understanding about parent’s anger which contributed in misconception between parents and child relation. This qualitative research used the descriptive phenomenological to analyzed. The subject of this research is four elementary student or student who are between 10-12 years old and lived in Yogyakarta. To collected data, researcher use questionnaire, semi-structured interview and data triangulations to their parents. Result show that child’s perspective to understand parent’s anger were subjective. Positively, informant saw parent’s anger as a love sign from their parents. But, informant has a different perception which contributed in misconception between themselves and their parents. Informant saw that their parent’s anger has a damage effect. Informant understood that their parent’s anger made them confused, blamed themselves, and they were felt lonely.
MEMAHAMI EKSPRESI MARAH ORANG TUA: DILIHAT DARI
PERSPEKTIF ANAK
MIDDLE CHILDHOOD
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh: Priscilla Rosty Sukmono
119114088
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“AKU MELAYANGKAN MATAKU KE GUNUNGUGUNUNG, DARI MANAKAH AKAN DATANG PERTOLONGANKU?
PERTOLONGANKU IALAH DARI TUHAN YANG MENJADIKAN LANGIT DAN BUMI, IA TAKKAN MEMBIARKAN KAKIMU
GOYAH” (MAZMUR 121: 1U3a)
“PENCOBAANUPENCOBAAN YANG KAMU ALAMI IALAH PENCOBAAN BIASA, YANG TIDAK MELEBIHI KEKUATAN MANUSIA. SEBAB ALLAH SETIA DAN KARENA ITU IA TIDAK
AKAN MEMBIARKAN KAMU DICOBAI MELAMPAUI KEKUATANMU. PADA WAKTU KAMU DICOBAI IA AKAN MEMBERIKAN KEPADAMU JALAN KELUAR SEHINGGA KAMU
DAPAT MENANGGUNGNYA” (1 KORINTUS 10:13)
v
Hasil karya ini aku persembahkan demi kemuliaan
Tuhan Yesus yang telah membawaku mengalami
banyak pemahaman dan pengalaman hidup lewat
proses studiku di strata 1 Psikologi USD, untuk
keluarga, bapak Jarot, ibu Roeswati, dan adikku
Saras yang terus mendukungku untuk maju,
teman-teman dan sahabatku terkasih, dan untuk para
anak-anak di seluruh dunia. Aku sungguh bersyukur bisa
menyelesaikan karya ini. Terima kasih untuk
dukungan, doa, dan semangat yang diberikan.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan dadtar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 9 Februari 2016 Peneliti,
vii
MEMAHAMI EKSPRESI MARAH ORANG TUA: DILIHAT DARI PERSPEKTIF ANAK MIDDLE CHILDHOOD
Priscilla Rosty Sukmono
ABSTAK
viii
UNDERSTANDING PARENT’S ANGER: REFERED TO MIDDLE CHILD’S PERSPECTIVE
Priscilla Rosty Sukmono
ABSTACT
The aimed of this research is to find out the middle child’s understanding about parent’s anger which contributed in misconception between parents and child relation. This qualitative research used the descriptive phenomenological to analyzed. The subject of this research is four elementary student or student who are between 10-12 years old and lived in Yogyakarta. To collected data, researcher use questionnaire, semi-structured interview and data triangulations to their parents. Result show that child’s perspective to understand parent’s anger were subjective. Positively, informant saw parent’s anger as a love sign from their parents. But, informant has a different perception which contributed in misconception between themselves and their parents. Informant saw that their parent’s anger has a damage effect. Informant understood that their parent’s anger made them confused, blamed themselves, and they were felt lonely.
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Priscilla Rosty Sukmono
Nomor Mahasiswa : 119114088
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“Memahami Ekspresi Marah Orang Tua: Dilihat dari Perspektif Anak Middle Childhood”
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Yogyakarta, 9 Februari 2016 Yang menyatakan,
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hidirit Tuhin Yesus Kristus itis segili hikmit, pengertiin, din penyertiin ying tik berkesudihin sehinggi peneliti dipit menyelesiikin skripsi ini. Dilim proses penyelesiiin skripsi ini, peneliti mengilimi binyik pengilimin ying membuit peneliti semikin melihit perspektif berigim dilim menyikipi suitu hil sehinggi membuit peneliti menjidi lebih berkembing. Peneliti menyidiri bihwi peneliti tidik mimpu sendiri dilim menyelesiikin skripsi ini sehinggi peneliti menerimi binyik dukungin din bimbingin, biik seciri moril itiupun miteriil diri pihik-pihik ying terlibit. Oleh kireni itu, dengin segili hormit peneliti mengucipkin terimi kisih sebesir-besirnyi kepidi:
1. Tuhin Yesus Kristus ying kisihNyi terus tercurih kepidi peneliti 2. Bipik Tirsisius Priyo Widiyinto, seliku Dekin F. Psi USD
3. Ibu Ritri Sunir Astuti, seliku Kiprodi F. Psi USD (simpii semester gisil 2015/ 2016). Terimi kisih untuk kesediiinnyi dilim memberi bintuin, misukin din sirin ikidemik
4. Ibu Sylvii Cirolini Mirii Yuniinti Murtisiri, seliku dosen pembimbing skripsi. Terimi kisih untuk kesibirin din kesediiinnyi untuk selilu membimbing din memberikin bintuin kepidi peneliti
xi
6. Ibu (Mbik) P. Henrietti PDADS, seliku partner kerji ikreditisi stindir 4. Terimi kisih untuk pengilimin ying dililui bersimi din dorongin untuk menyelesiikin skripsi disimping mengerjikin ikreditisi
7. Ibu L. Pritidirministiti, seliku dosen penguji ying binyik memberikin misukin din sirin ying berminfiit dilim penyelesiiin skripsi ini
8. Seluruh dosen din kiryiwin Fikultis Psikologi Universitis Siniti Dhirmi untuk pengilimin din bintuinnyi selimi peneliti menjilini studi 9. Seluruh keluirgi, bipik, ibu, Siris. Terimi kisih untuk segili kisih, stpport, din jerih upiyinyi dilim mendukung peneliti untuk dipit menyelesiikin tihip ini
10.Adik-idik informin din oring tui informin ying dengin keterbukiinnyi dilim membigikin pengilimin hidupnyi pidi peneliti sehinggi skripsi ini bisi selesii sebigiimini idinyi sekiring
11.Tim Peliyinin Siswi PERKANTAS untuk segili pengilimin berhirgi bersimi ying berguni selimi proses hidup peneliti
12.Temin-temin kelompok bermiin din belijir selimi 14 tihun. WITZIG. Join, Dilli, Uli, Ofi, Sivini, Lirissi, din Erlini. Terimi kisih untuk setiip gelik cindi din semingit ying diberikin kepidi peneliti
xii
14.Sttdent staee sekretiriit din ikreditisi F. Psikologi USD, Cliri, Annety, Hervy, Arum, Yoin, Tirziyini, Jojo, Mirthi untuk perjuingin bersimi din dorongin untuk segeri menyusul menyelesiikin skripsi
15.Temin-temin kuliih, Woro, Meggy, Beitriks, din semui temin-temin Psikologi liin serti temin-temin bimbingin skripsi Bu Sylvi ying seding berjuing. Semingit kiwin!
16.Kik Johin Andreis Sintosi din Kik Reny Triwirdhini sekeluirgi ying jugi memberikin stpport din meminjimkin buku-buku serti perilitin penunjing skripsi ini
17.Thevei Yurike din Yomeldi, terimi kisih binyik untuk dukungin din semingit wiliupun kiti semui sudih berpencir di jilin mising-mising 18.Semui pihik pendukung proses penyelesiiin skripsi ini ying tidik dipit
peneliti sebutkin situ per situ
Akhir kiti, peneliti menyidiri misih terdipit binyik kekuringin dilim skripsi ini. Oleh kireni itu, peneliti terbuki untuk menerimi sirin din misukin demi penyempurniin penelitiin ini.
Yogyikirti, 9 Februiri 2016 Peneliti,
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN...iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi
ABSTRAK...vii
ABSTACT...viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...ix
KATA PENGANTAR...x
DAFTAR ISI...xiii
DAFTAR SKEMA...xvii
DAFTAR TABEL...xviii
DAFTAR LAMPIRAN...xix
BAB I. PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah...7
C. Tujuan Penelitian...7
D. Manfaat Penelitian...8
1. Manfaat Teoritis...8
xiv
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...10
A. Marah...10
1. Definisi...10
2. Penyebab Munculnya Ekspresi Marah...11
3. Tipe Ekspresi Marah...12
B. Karakteristik Anak Usia 11-12 Tahun...14
1. Aspek Fisik...14
2. Aspek Kognitif...15
3. Aspek Bahasa...15
4. Aspek Regulasi Emosi...16
5. Aspek Sosial...17
C. Kemunculan Ekspresi Marah dalam Keluarga...18
D. Memahami Sikap Marah Orang Tua: Dilihat dari Perspektif Anak...20
1. Deskripsi Memahami Sikap Marah Orang Tua: Dilihat dari Perspektif Anak...20
2. Skema Memahami Sikap Marah Orang Tua: Dilihat dari Perspektif Anak...23
E. Pertanyaan Penelitian...23
1. Central Question...24
2. Subquestion...24
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...25
xv
B. Fokus Penelitian...25
C. Informan Penelitian...26
1. Teknik Pemilihan dan Kriteria Pemilihan Informan...26
2. Prosedur Mendapatkan Informan Penelitian...26
D. Metode Pengumpulan Data...27
E. Metode Analisis Data...29
F. Verifikasi Penelitian...31
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...32
A. Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan...32
1. Pencarian dan Seleksi Informan...32
2. Pengambilan Data...33
B. Profil Informan Penelitian...34
1. Informan 1 a) Deskripsi Diri Informan...36
b) Pengalaman Mendapat Sikap Marah dari Orang Tua...36
c) Pelaksanaan Wawancara Informan 1...37
d) Analisis Informan 1...37
2. Informan 2 a) Deskripsi Diri Informan...40
b) Pengalaman Mendapat Sikap Marah dari Orang Tua...41
xvi
d) Analisis Informan 2...42
3. Informan 3 a) Deskripsi Diri Informan...45
b) Pengalaman Mendapat Sikap Marah dari Orang Tua...46
c) Pelaksanaan Wawancara Informan 3...46
d) Analisis Informan 3...47
4. Informan 4 a) Deskripsi Diri Informan...49
b) Pengalaman Mendapat Sikap Marah dari Orang Tua...50
c) Pelaksanaan Wawancara Informan 4...51
d) Analisis Informan 4...51
C. Pembahasan Hasil Penelitian...58
D. Analisis Nomotetik Seluruh Informan...67
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...70
A. Kesimpulan...70
B. Kelemahan Penelitian...71
C. Saran...71
DAFTAR PUSTAKA...73
xvii
DAFTAR STEMA
Skema 1 Memahami Ekspresi Marah Orang Tua: Dilihat dari
Perspektif Anak Middle Childhood ...23
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Guideline Pertanyaan Wawancara...28
Tabel 2 Ringkasan Identitas dan Deskripsi Singkat Seluruh Informan...35
Tabel 3.1 Pelaksanaan Wawancara Informan 1...37
Tabel 3.2 Pelaksanaan Wawancara Informan 2...41
Tabel 3.3 Pelaksanaan Wawancara Informan 3...46
Tabel 3.4 Pelaksanaan Wawancara Informan 4...51
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Informan...76
Lampiran 2 Kuisioner...77
Lampiran 3 Verbatim Wawancara Informan 1...78
Lampiran 4 Daftar Tema Utama Informan 1...84
Lampiran 5 Verbatim Wawancara Informan 2...86
Lampiran 6 Daftar Tema Utama Informan 2...91
Lampiran 7 Verbatim Wawancara Informan 3...93
Lampiran 8 Daftar Tema Utama Informan 3...97
Lampiran 9 Verbatim Wawancara Informan 4...98
Lampiran 10 Daftar Tema Utama Informan 4...103
Lampiran 11 Hasil Triangulasi Informan 1...105
Lampiran 12 Hasil Triangulasi Informan 2...113
Lampiran 13 Hasil Triangulasi Informan 3...120
Lampiran 14 Hasil Triangulasi Informan 4...125
1
BABBIB
PENDAHULUANB
A. LatarBBelakangB
dia dianggap telah berbuat salah dan mama Toto-chan tidak ingin Toto chan menderita tekanan batin, jadi diputuskan untuk tidak memberitahu Toto-chan sampai dia dewasa kelak. Hal yang menarik lainnya adalah mama Toto-chan mau berusaha untuk mendengarkan dan memahami apa yang diceritakan oleh Toto-chan. Mama Toto-chan menanggapi secara positif apa yang diceritakan oleh Toto-chan dampaknya, Toto-chan dapat belajar untuk menemukan sendiri kesalahan yang dilakukannya tanpa harus ditegur secara keras atau dimarahi oleh mama Toto-chan.
Dari kisah Toto-chan dapat dilihat bahwa ia berulang kali melakukan hal yang dianggap salah di sekolahnya bahkan sampai membuatnya dikeluarkan dari sekolah. Bagi anak-anak, pengalaman dikeluarkan dari sekolah merupakan hal yang menyulitkan, tidak menyenangkan, dan dianggap sebagai sebuah kegagalan. Namun, Toto-chan tidak menganggap pengalaman itu sebagai hal yang menyulitkan karena ia tidak dijadikan sumber masalah oleh mamanya. Mama Toto-chan tidak menyalahkan Toto-chan akan kejadian yang dialami. Hal itu yang kemudian membuat Toto-chan tetap berkembang dengan baik.
bermain adalah pekerjaan yang dilakukan oleh anak-anak. Otak manusia berkembang karena adanya stimulasi dan bermain menyediakan stimulasi pada setiap tahap perkembangan. Pada anak-anak yang beranjak remaja, bermain akan berlanjut menjadi bagian dari perkembangan fisik dan sosial mereka (Meece, 2002 dalam Woolfolk, 2005). Di sisi lain, anak-anak juga mulai belajar untuk mengambil keputusan sendiri berdasarkan pertimbangannya. Hal ini didukung dengan pernyataan penting dari Piaget bahwa setiap individu membangun pemahamannya sendiri (Woolfolk, 2005), sehingga tidak jarang bahwa anak sering didapati melakukan kesalahan atau melanggar aturan yang ditetapkan orang tua. Semua hal di atas merupakan hal yang wajar terjadi pada anak-anak karena memang seperti itulah natur dari anak-anak dan mereka pun masih terus berkembang.
Child, 1973, dalam Kuczynsky, 1997). Walaupun bahasan sosialisasi memberikan gambaran tentang orang tua yang menekan standar dan perilaku tertentu pada anak yang dianggap pasif dan resisten, sosialisasi yang efektif membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekedar perilaku yang muncul berdasarkan permintaan orang tua (Kuczynsky, 1997). Dengan kata lain dalam membangun suatu sosialisasi yang efektif dibutuhkan cara pandang terhadap anak sebagai subjek yang aktif.
Sosialisasi dan penanaman nilai pada anak tidak terlepas dari proses komunikasi yang terjadi dalam keluarga. Komunikasi yang terjadi dalam keluarga tersebut kemudian menjadi pusat dari penyesuaian diri dalam keluarga (Galvin, dkk, 2015). Pemahaman yang anak dapatkan di rumah akan mereka bawa di lingkungan luar. Bagaimana orang tua menjelaskan pada anak tentang suatu kejadian dan menolong anak dalam memahami kejadian tersebut.
atau memarahi anak. Menurut Cummings, dkk (1989), bahkan dalam keluarga yang harmonis pun didapati momen kemarahan di antara orang tua.
Ekspresi marah memiliki efek yang membangun ketika disampaikan dengan cara yang tepat. Menurut APA (dalam Ensyclopledia of Psychology, 2000), marah bisa menjadi hal yang baik karena marah dapat memberikan jalan untuk mengekspresikan perasaan negatif atau memotivasi untuk menemukan solusi dari permasalahan. Menurut Gautam (2013), terdapat pula tipe kemarahan yang bertujuan untuk mendorong individu membuat suatu perubahan positif bagi dirinya. Begitu pula dalam konteks keluarga, orang tua perlu menunjukkan ekspresi marah untuk memberitahu kesalahan yang dilakukan anak. Dengan begitu, anak akan belajar dari kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki diri di kemudian hari. Namun, menurut penelitian Crockenberg (dalam Cummings 1991), anak-anak sangat sensitif dengan ekspresi marah dari orang dewasa terutama orang tuanya.
dengan penelitian Cummings (1991), ia menemukan hal yang cukup konsisten secara umum dengan fakta bahwa anak laki-laki cenderung menanggapi kemarahan orang dewasa dengan sikap marah dan agresivitas dibandingkan anak perempuan sedangkan anak perempuan cenderung menahan diri dan mengalami kecemasan dibandingkan anak laki-laki (e.g., Block, Block, & Gjerde, 1986; Feshbach, 1970).
akan semakin kabur dan dapat menghambat relasi dalam keluarga sehingga pada akhirnya berdampak pula pada perkembangan anak.
Besarnya efek dari ekspresi marah orang tua yang memungkinkan munculnya kesalahpahaman dan kebingungan di antara relasi anak dan orang tua mendorong peneliti untuk melihat dari sudut pandang anak dan meninjau bagaimana mereka memahami ekspresi marah orang tua tersebut. Kurangnya penelitian terkini yang dilakukan oleh para peneliti lain tentang pemahaman ekspresi marah orang tua dari sudut pandang anak mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode wawancara terhadap sejumlah anak berusia 10-12 tahun yang memiliki pengalaman dimarahi oleh orang tuanya. Ekspresi marah orang tua itu penting untuk menyatakan kesalahan namun perlu pula meninjau pemahaman anak agar tidak terjadi kesalahpahaman di antara relasi orang tua dan anak.
B. BBRumusanBMasalahB
C. BBTujuanBPenelitianB
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pemahaman anak middle childhood terhadap ekspresi marah orang tua yang dapat menimbulkan kesalahpahaman di antara relasi orang tua dan anak.
D. BBManfaatBPenelitianB 1. Manfaat TeoretisB
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan gambaran mengenai pemahaman anak terhadap ekspresi marah orang tua yang menimbulkan efek kebingungan dan kesalahpahaman dalam relasi orang tua dan anak.B
b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi penelitian-penelitian lain, terutama di ranah psikologi perkembangan dan komunikasi keluarga khususnya mengenai hal-hal yang anak pahami ketika menghadapi ekspresi marah yang diberikan orang tua kepada mereka.B
2. Manfaat Praktis a. Bagi Orang tua:
2) Hasil penelitian ini juga bermanfaat dalam mengembangkan sikap yang tepat dalam mengatasi anak
3) Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu mendorong orang tua dan masyarakat luas untuk dapat membuat lingkungan dan situasi yang kondusif serta membangun anak agar lebih berkembang.
b. Bagi Anak:
1) Anak yang menjadi subjek penelitian ini dapat merefleksikan apa yang mereka pahami terhadap ekspresi marah orang tuanya
101
BABBIIB
TINJAUANBPUSTATAB
B
A. MarahB
1. Definisi1
Banyak1 hal1 dapat1 memprovokasi1 munculnya1 sikap1 marah1 pada1 diri1
seseorang.1 Orang1 tua1 kerap1 kali1 menghadapi1 situasi1 yang1 mengondisikan1
dirinya1mengambil1sikap1marah1terhadap1anaknya.11
Menurut1 Chapman1 (2010),1 marah1 atau1 amarah1 adalah1 suatu1 respons1
terhadap1 beberapa1 kejadian1 atau1 situasi1 dalam1 hidup1 yang1 menyebabkan1
kejengkelan,1 rasa1 frustasi,1 rasa1 sakit,1 atau1 hal-hal1 tidak1 menyenangkan1
lainnya1bagi1kita.1
Menurut1APA1dalam1Ensyclopedia of Psychology1(2000),1marah1 adalah1 suatu1emosi1yang1dicirikan1dengan1sikap1antagonis1terhadap1seseorang1atau1
sesuatu1yang1dianggap1melakukan1kesalahan.1Marah1bisa1menjadi1hal1yang1
baik.1 Marah1 1 memberikan1 jalan1 untuk1 mengekspresikan1 perasaan1 negatif1
atau1memotivasi1untuk1menemukan1solusi1dari1permasalahan.11
Jadi,1marah1adalah1suatu1respon1emosi1terhadap1kejadian1atau1situasi1yang1
tidak1 menyenangkan1 yang1 diungkapkan1 dengan1 sikap1 antagonis1 pada1
seseorang1atau1sesuatu1yang1dianggap1melakukan1kesalahan.1Namun,1sikap1
mengungkapkan1 perasaan1 negatif1 secara1 tepat1 dan1 dapat1 menemukan1 akar1
permasalahan.1
1
2. Penyebab1munculnya1ekspresi1marah1
Menurut1Gautam1(2013),1terdapat121faktor1yang1menyebabkan1munculnya1
ekspresi1marah1pada1diri1individu.1
a. Faktor1internal1
Penyebab1internal1yang1biasanya1dialami1muncul1dari1persepsi1yang1tidak1
rasional1 (irrational perception)1 tentang1 realita.1 Adapun1 empat1 tipe1
pemikiran1yang1berkontribusi1pada1munculnya1ekspresi1marah:1
1) Pemikiran1 emosional.1 Individu1 yang1 menggunakan1 pemikiran1
emosional1cenderung1menyalahartikan1sikap1biasa1seseorang1sebagai1
suatu1hal1yang1mengancam1hidupnya.11
2) Lemahnya1 toleransi1 terhadap1 kegagalan.1 Hal1 ini1 diakibatkan1 stress1
berkaitan1 dengan1 kecemasan1 yang1 melemahkan1 toleransi1 terhadap1
kegagalan1 sehingga1 cenderung1 menerima1 sesuatu1 yang1 normal1
sebagai1suatu1hal1yang1mengancam1well-being atau1ego1individu.1
3) Ekspektasi/1harapan1yang1tidak1logis.1Individu1menjadi1marah1ketika1
sesuatu1tidak1berjalan1sesuai1dengan1ekspektasi1atau1harapannya.11
4) Penilaian1terhadap1seseorang.1Individu1yang1memiliki1pemikiran1ini1
akan1 cenderung1 mudah1 marah1 karena1 memiliki1 penilaian1 atau1 label1
b. Faktor1Eksternal1
Ada1 banyak1 hal1 internal1 maupun1 eksternal1 yang1 dapat1 memicu1
munculnya1 ekspresi1 marah1 dalam1 diri1 individu.1 Namun,1 secara1 umum1
faktor1 eksternal1 penyebab1 munculnya1 ekspresi1 marah1 dapat1
dikelompokkan1dalam141tipe,1yaitu:1
1) Seseorang1membuat1perlawanan1yang1bersifat1personal1
2) Terdapat1pertentangan1pemikiran1dari1orang1lain1
3) Ancaman1terhadap1kebutuhan1
4) Frustasi1dengan1lingkungan1sekitar1
1
3. Tipe1ekspresi1marah1(Gautam,12013)1
a. Behavioral anger.1 Tipe1 ekspresi1 marah1 ini1 biasanya1 didapatkan1 pada1 individu1 yang1 cenderung1 reaktif1 terhadap1 suatu1 stimulus1 yang1 memicu1
kemarahannya.1Tipe1ini1sering1terwujud1dalam1sikap1kekerasan1fisik1atau1
menyerang1orang1lain.1
b. Passive anger.1 Individu1 yang1 menggunakan1 kata-kata1 kasar1 atau1 mengumpat1 untuk1 mengalihkan1 apa1 yang1 dirasakannya.1 Mereka1
cenderung1menghindari1konfrontasi1langsung1dengan1orang1lain.1
c. Verbal anger.1Tipe1kemarahan1yang1didominasi1oleh1kata-kata1dan1tidak1 melakukan1 tindakan.1 Tipe1 ini1 biasa1 digunakan1 untuk1 mengkritik1 dan1
d. Constructive anger. Tipe1ekspresi1marah1ini1merupakan1salah1satu1faktor1 penting1yang1mendorong1individu1membuat1suatu1perubahan1positif.
e. Self-inflicted anger. Tipe1 ekspresi1 marah1 yang1 cenderung1 merugikan1 dengan1 memberi1 hukuman1 terhadap1 diri1 sendiri1 terkait1 kesalahan1 yang1
terjadi.
f. Volatile anger. Ekspresi1marah1dalam1tipe1ini1dapat1terjadi1dalam1banyak1 bentuk.1Tipe1ini1tidak1begitu1pasti1kapan1kemarahan1tersebut1akan1datang,1
menghilang,1 atau1 justru1 membangun1 kemarahan1 yang1 lebih1 besar.1
Ekspresi1tipe1marah1ini1dapat1berupa1bentuk1kekerasan1fisik1atau1verbal.
g. Chronic anger.1Tipe1kemarahan1secara1umum,1tidak1memiliki1alasan1pasti1 yang1menyebabkan1munculnya1marah.
h. Judgmental anger.11Individu1yang1mengungkapkan1kemarahannya1dengan1 tipe1 ini1 cenderung1 membuat1 orang-orang1 di1 sekitar1 menjadi1 merasa1
bersalah1atau1tidak1berarti.
i. Overwhelmed anger.1 Individu1 yang1 cenderung1 mengungkapkan1 kemarahannya1 dengan1 berteriak1 atau1 melemparkan1 barang1 jika1 dirinya1
merasa1sudah1tidak1dapat1mengontrol1kondisinya.1
j. Retaliatory anger.1Tipe1ekspresi1marah1ini1merupakan1yang1paling1umum1 terjadi1 ketika1 individu1 merespon1 secara1 langsung1 kemarahan1 dari1 orang1
lain.
l. Deliberate anger. Individu1yang1menggunakan1tipe1ini1cenderung1sengaja1 melakukannya1 untuk1 memberinya1 kekuatan1 terhadap1 situasi1 atau1 orang1
lain.1
B. TarakteristikBAnakBUsiaBMiddle ChildhoodB
Menurut1Crockenberg1(1985,1dalam1Cummings11991),1anak-anak1sangat1
sensitif1dengan1ekspresi1marah1dari1orang1dewasa1terutama1orang1tuanya.11Anak1
usia1 111 –1 121 tahun1 termasuk1 ke1 dalam1 tahap1 usia1 tengah1 (middle childhood)
atau1biasa1disebut1usia1sekolah.1Selama1usia1middle childhood,1hubungan1antara1
orang1tua1dan1anak1tidak1lagi1satu1arah1melainkan1orang1tua1mulai1melatih1anak1
untuk1 bernegosiasi1 dalam1 membuat1 keputusan1 dan1 menyelesaikan1 masalah1
(Bukatko,1 2008).1 Selain1 itu,1 pada1 tahap1 ini1 anak1 sudah1 mampu1 membuat1
pemaknaan1 akan1 suatu1 hal1 yang1 dialaminya,1 termasuk1 sikap1 marah1 yang1
dialami1 dari1 orang1 tua1 mereka.1 Hal1 ini1 dikarenakan1 anak1 sudah1 memiliki1
aktivitas1mental1seperti1reversibility1yang1mendukung1mereka1untuk1membuat1 alasan1dari1kejadian1yang1sudah1dialami1(Bukatko,12008).1
Setiap1tahap1perkembangan1memiliki1keunikannya1masing-masing.1Pada1
tahap1ini1anak1mengalami1perkembangan1dalam1beberapa1aspek,1yaitu:B
1. Aspek1Fisik1
Selama1usia1sekolah,1anak1mengalami1pertumbuhan1sekitar12-31cm1
setiap1tahunnya.1Kemampuan1otot1dan1kekuatan1mengalami1peningkatan1
tetapi1perkembangan1fisik1pada1usia1middle childhood1ini1masih1jauh1dari1
kematangan1dan1mereka1 membutuhkan1aktivitas1 yang1banyak.1 Aktivitas1
fisik1 merupakan1 hal1 yang1 penting1 pada1 tahap1 ini1 sebagai1 upaya1 untuk1
melatih1dan1mengembangkan1kemampuannya1(Santrock,11997).1
2. Aspek1Kognitif1
Dalam1 rentang1 usia1 middle childhood,1 otak1 anak1 mengalami1 ledakan1 pertumbuhan1 yang1 cepat.1 Salah1 satu1 pertumbuhan1 yang1 paling1
cepat1 terjadi1 di1 area1 lobus1 frontal.1 Hal1 ini1 mengakibatkan1 anak1 akan1
cenderung1 berespon1 dengan1 reaksi1 yang1 “tidak1 disadari”1 terhadap1
stimulus1emosional1(Santrock,12007)1
Anak1 akan1 masuk1 pada1 tahap1middle childhood 1 ketika1 mereka1 mulai1bisa1menyelesaikan1suatu1permasalahan.1Anak1usia1sekolah1masuk1
ke1 dalam1 tahap1 perkembangan1 kognitif1 operasional1 konkret1 yang1
memampukan1mereka1memiliki1aktivitas1mental1seperti1reversibility1yang1
mendukung1 mereka1 untuk1 membuat1 alasan1 dari1 kejadian1 yang1 sudah1
dialami.1Pada1usia1ini,1egoisentrisme1anak1berkurang1sehingga1membuat1
mereka1mampu1memahami1persepsi,1keyakinan,1dan1perasaan1orang1lain1
yang1mungkin1berbeda1dengan1dirinya1(Bukatko,12008).1
3. Aspek1Bahasa1
Menurut1Woolfolk1(2005),1anak1usia1sekolah1atau1middle childhood1
mengalami1perkembangan1dalam1kosakata1yang1dimiliki1menjadi1sekitar1
dan1tidak1begitu1memahami1arti1sarkasme1atau1metafora.1Oleh1karena1itu,1
anak-anak1 masih1 cenderung1 mengartikan1 kata1 cemooh1 atau1 kata-kata1
kasar1 yang1 mereka1 dapatkan1 secara1 harafiah1 (Berger,1 2003;1 Gardner,1
1982b1dalam1Woolfolk,12005).1
4. Aspek1Regulasi1Emosi1
Pada1 usia1 ini,1 anak1 mengalami1 peningkatan1 kemampuan1 untuk1
memahami1berbagai1emosi1 yang1kompleks1seperti1 rasa1bangga1dan1rasa1
malu.1 Anak1 juga1 mengalami1 peningkatan1 dalam1 memahami1 lebih1 dari1
satu1emosi1yang1dapat1dialami1kembali1di1situasi1tertentu.1Selain1itu,1anak1
juga1mengalami1peningkatan1dalam1kemampuan1untuk1menyembunyikan1
atau1 menekan1 reaksi1 emosi1 negatif1 yang1 dialaminya1 (Santrock,1 2007).1
Cara1 anak1 untuk1 mengelola1 emosi1 bergantung1 paling1 tidak1 pada1
pengalaman1yang1diberikan1oleh1orang1tua1mereka.1Ketika1orang1tua1tidak1
bisa1 menghadapi1 anak1 yang1 mengekspresikan1 emosi1 negatifnya1 pada1
mereka1atau1justru1menghukum1mereka,1maka1anak1akan1lebih1marah1dan1
menimbulkan1permusuhan1sehingga1berdampak1pada1masalah1di1sekolah1
(Eisenberg,1 Fabes,1 et1 al.,1 1999;1 Fabes,1 Leonard,1 et1 al.,1 20011 dalam1
Bukatko,1 2008).1 Sedangkan1 orang1 tua1 yang1 memberikan1 pendampingan1
yang1suportif1untuk1menjelaskan1emosi-emosi1negatif1yang1dialami1anak,1
membuat1anak1menjadi1lebih1tenang1dan1menetralisir1emosi1negatif1yang1
Cummings1 (1989,1 dalam1 Cummings1 1991),1 menemukan1 hal1 yang1
cukup1 konsisten1 secara1 umum1 dengan1 fakta1 bahwa1 anak1 laki-laki1
cenderung1menanggapi1kemarahan1orang1dewasa1dengan1sikap1marah1dan1
agresivitas1 dibandingkan1 anak1 perempuan1 sedangkan1 anak1 perempuan1
cenderung1 menahan1 diri1 dan1 mengalami1 kecemasan1 dibandingkan1 anak1
laki-laki1 (e.g.,1 Block,1 Block,1 &1 Gjerde,1 1986;1 Feshbach,1 1970).1
Berdasarkan1penelitian1 Cummings1(1991)1tersebut,1menunjukkan1bahwa1
anak1usia1ini1melihat1suatu1kemarahan1sebagai1hal1yang1negatif1dan1sering1
merespon1 dengan1 perasaan1 marah,1 sedih,1 dan1 adakalanya1 muncul1
perasaan1takut.11Pada1usia1ini1juga1muncul1kemampuan1anak1untuk1dapat1
menggunakan1 emotional display rules1 atau1 suatu1 tata1 krama1 dalam1 mengungkapkan1 ekspresi1 atau1 hal1 yang1 sebenarnya1 dirasakan1 atau1
menampilkan1 topeng1 dalam1 pengungkapan1 emosinya1 (Bukatko,1 2008).1
Dalam1 menampilkan1 display rules1 anak1 dapat1 tidak1 menunjukkan1 ekspresi1 apapun,1 cenderung1 diam1 atau1 justru1 menampilkan1 emosi1 yang1
berkebalikan1yang1lebih1dapat1diterima1orang1lain1(Underwood,11992).1
5. Aspek1Sosial1
Ditinjau1 dari1 aspek1 sosial,1 anak1 pada1 tahap1 usia1 sekolah1 mulai1
membuat1 perbandingan1 sosial,1 yaitu1 kecenderungan1 untuk1 menilai1
kemampuan,1 perilaku,1 penampilan,1 dan1 karakteristik1 lainnya1 dengan1
orang1 lain.1 Hal1 ini1 membuat1 anak1 usia1 sekolah,1 terutama1 pada1 tahun1 –1
(Marsh1et1al.,11984;1Stipek1&1Maclver,119891dalam1Berk,119941halaman1
442).1111
Jadi,1 dapat1 disimpulkan1 bahwa1 dalam1 anak1 di1 usia1 sekolah1 mengalami1
perubahan1dalam1aspek1fisik,1kognisi,1emosi,1dan1sosial1yang1saling1berkaitan1
satu1sama1lain.1
B
C. TemunculanBEkspresiBMarahBdalamBTeluargaB
Dalam1 keluarga1 terdapat1 proses1 sosialisasi1 atau1 penanaman1 nilai1 pada1
anak.1 Studi1 tentang1 sosialisasi1 dalam1 keluarga1 konsen1 pada1 bagaimana1 anak1
mendapatkan1 motivasi,1 nilai,1 dan1 pola1 perilaku1 yang1 membuat1 mereka1 bisa1
berfungsi1dalam1masyarakat1yang1luas1(Maccoby,11984;1Zigler1&1Child,11973,1
dalam1Kuczynsy,11997).1Akan1tetapi1dalam1proses1penanaman1nilai1orang1tua1
terhadap1 anak1 tersebut1 kerap1 kali1 muncul1 hal1 yang1 bertentangan1 sehingga1
menimbulkan1 percekcokan.1 Menurut1 Cummings,1 dkk1 (1989),1 bahkan1 dalam1
keluarga1yang1harmonis1pun1didapati1momen1kemarahan1di1antara1orang1tua.11
Penelitian1 dalam1 sosialisasi,1 kebanyakan1 mempelajari1 teknik1 yang1
berkaitan1 dengan1 kontrol,1 yaitu1 power assertion1 (Hoffman,1 19601 dalam1 Kuczynsky,11997).1Teknik1power-assertive1seperti1perintah1langsung,1ancaman,1
deprivasi,1dan1kekerasan1fisik1memberikan1tekanan1yang1memaksa1anak1secara1
langsung1 untuk1 mengubah1 pola1 perilaku1 yang1 sedang1 dibentuknya.1 Hoffman1
mengatakan1bahwa1semakin1sering1seorang1ibu1menggunakan1power assertive1
menunjukkan1sikap1bermusuhan1dan1melakukan1power assertive1kepada1 anak1 lainnya.1Selain1itu,1anak1akan1semakin1resisten1dengan1pengaruh1yang1diberikan1
oleh1 guru1 dan1 anak1 lainnya.1 Oleh1 karena1 itu,1 secara1 ekstrim1power assertive11 memberikan1efek1resisten1pada1anak1(dibandingkan1kepatuhan),1menghasilkan1
pencegahan1 proses1 internalisasi1 dan1 penolakan1 terhadap1 upaya1 sosialisasi.1
Lytton1 (19801 dalam1 Kuczynsky,1 1997)1 mengungkapkan1 efek1 negatif1 kontrol1
terhadap1 anak.1 Berdasarkan1 penelitiannya1 dengan1 mengamati1 interaksi1 antara1
ibu1dan1anak1menunjukkan1hasil1bahwa1ibu1yang1lebih1sering1mengontrol1dan1
mencaci1 anaknya1 memiliki1 skor1 internalisasi1 yang1 lebih1 rendah1 dibandingkan1
anak1 dengan1 ibu1 yang1 tidak1 mencaci1 dan1 membantu1 anaknya1 untuk1
mengerjakan1sesuatu1secara1mandiri1(Kuczynsky,11997).111
Yang1 menarik1 bahwa1 orang1 tua1 seperti1 tidak1 sadar1 bahwa1 mereka1
memahami1 jika1 pendekatan1 menggunakan1 kontrol1 cenderung1 tidak1 mungkin1
memenuhi1 kebutuhan1 dalam1 jangka1 panjang.1 Kuczynski1 (1984)1 mengatakan1
bahwa1orang1tua1cenderung1memilih1pendekatan1yang1tidak1terlalu1mengontrol1
anak1seperti1memberikan1pemahaman1terlebih1ketika1orang1tua1meminta1anak1
untuk1patuh1terhadap1perintah1orang1tua1di1kemudian1hari1dibandingkan1dengan1
tidak1 memberikan1 informasi1 sama1 sekali1 kepada1 anak.1 Namun,1 pemahaman1
orang1tua1tersebut1tidak1selalu1sejalan1dengan1kenyataannya.1Pada1kenyataannya,1
setiap1keluarga1memiliki1pola1yang1bisa1jadi1berbeda1dalam1mengomunikasikan1
apa1 yang1 diharapkan1 oleh1 orang1 tua1 kepada1 anak1 atau1 bagaimana1 nilai-nilai1
tersebut1 bergantung1 pada1 pola1 komunikasi1 yang1 terbangun1 dalam1
masing-masing1keluarga.1B
1
D. MemahamiBEkspresiBMarahBOrangBTua:BDilihatBdariBPerspektifBAnakB
1. Deskripsi1Memahami1Ekspresi1Marah1Orang1Tua:1Dilihat1dari1Perspektif1
AnakB
Keluarga1 merupakan1 kelompok1 intim1 yang1 saling1 berbagi1 dan1
berkomunikasi.1 Di1 dalam1 komunikasi1 yang1 dibangun1 terdapat1 proses1
pertukaran1pesan1dan1pemaknaan1akan1pesan1tersebut.1Orang1tua1memiliki1
peran1 yang1 besar1 dalam1 membangun1 komunikasi1 di1 dalam1 keluarga,1
melibatkan1 tiap1 anggota1 di1 dalamnya1 termasuk1 anak1 dalam1 proses1
komunikasi1 tersebut.1 Proses1 komunikasi1 yang1 terbangun1 di1 dalam1
keluarga1tidak1 selamanya1berjalan1dengan1mudah,1ada1kalanya1keluarga1
menemukan1 situasi1 yang1 sulit1 yang1 mengharuskan1 untuk1 mengambil1
sikap1 tertentu.1 Sebagai1 contoh1 ketika1 orang1 tua1 mendapati1 anaknya1
melakukan1 hal1 yang1 dianggap1 salah,1 orang1 tua1 dapat1 memilih1 untuk1
menasihati,1menegur,1memarahi1atau1membiarkan1anak1tersebut.1Menurut1
Cummings,1 dkk1 (1989),1 bahkan1 dalam1 keluarga1 yang1 harmonis1 pun1
didapati1 momen1 kemarahan1 di1 antara1 orang1 tua.1 Setiap1 tindakan1 yang1
dipilih1orang1tua1memiliki1alasan1tersendiri,1anak1pun1juga1berusaha1untuk1
Terdapat1 bermacam1 hal1 yang1 mendukung1 orang1 tua1 untuk1
memunculkan1ekspresi1marah1kepada1anak.1Hal1tersebut1bisa1jadi1berasal1
dari1pemikiran1orang1tua1itu1sendiri1maupun1kondisi1di1luar.1Pemikiran-pemikiran1 yang1 tidak1 rasional1 atau1 tidak1 sesuai1 dengan1 realita1
berkontribusi1besar1pada1munculnya1ekspresi1marah1seseorang1(Gautam,1
2013).1 Faktor-faktor1 internal1 yang1 memungkinkan1 orang1 tua1
menunjukkan1 ekspresi1 marah1 pada1 anak1 diantaranya1 karena1 adanya1
pemikiran1 emosional1 sehingga1 orang1 tua1 cenderung1 menyalahartikan1
sikap1biasa1anak1sebagai1suatu1hal1yang1mengganggu,1lemahnya1toleransi1
terhadap1 kegagalan1 atau1 kesalahan1 yang1 dilakukan1 anak,1 adanya1
ekspektasi1 atau1 harapan1 yang1 tidak1 logis1 pada1 anak1 sehingga1 orang1 tua1
menjadi1 marah1 ketika1 anak1 tidak1 melakukan1 hal1 yang1 sesuai1 dengan1
ekspektasi1atau1harapannya,1dan1orang1tua1sudah1memiliki1penilaian/1label1
negatif1pada1anak.1Selain1faktor1internal,1orang1tua1juga1mendapati1adanya1
faktor1eksternal1yang1mendukungnya1memunculkan1ekspresi1marah,1yaitu1
sikap1 anak1 yang1 melawan1 orang1 tua,1 terdapat1 pertentangan1 pemikiran1
dengan1 anak,1 ancaman1 terhadap1 kebutuhan,1 dan1 frustasi1 dengan1
lingkungan1sekitar.1
Dalam1 mengungkapkan1 ekspresi1 marahnya1 pada1 anak,1 orang1 tua1
bisa1 menggunakan1 banyak1 cara.1 Terdapat1 banyak1 tipe1 ekspresi1 marah1
yang1 bisa1 dilakukan1 orang1 tua1 kepada1 anak,1 diantaranya1 cenderung1
menggunakan1 kata-kata1 kasar1 atau1 mengumpat,1 mengkritik1 atau1
menghina1anak,1mendorong1anak1untuk1membuat1suatu1perubahan1positif,1
cenderung1 merugikan1 dengan1 memberi1 hukuman1 terhadap1 diri1 sendiri1
terkait1kesalahan1yang1terjadi,1cenderung1membuat1anak1menjadi1merasa1
bersalah1 atau1 tidak1 berarti,1 berteriak1 atau1 melemparkan1 barang1 jika1
dirinya1 merasa1 sudah1 tidak1 dapat1 mengontrol1 kondisinya,1 tidak1 pasti1
(terkadang1diam1atau1meledak-ledak).1
Melihat1 tahap1 perkembangan1 anak1 usia1middle childhood,1 mereka1 sudah1 mampu1 membuat1 alasan1 dari1 kejadian1 yang1 dialami1 karena1 anak1
sudah1 masuk1 pada1 tahap1 operasional1 konkret1 dan1 memiliki1 aktivitas1
mental1 seperti1reversibility.1 Selain1 itu,1 menurut1 Bukatko1 (2008)1 anak1 sudah1 mampu1 memahami1 persepsi,1 keyakinan,1 dan1 perasaan1 orang1 lain1
yang1 mungkin1 berbeda1 darinya.1 Hal1 ini1 mendukung1 anak1 untuk1 bisa1
melihat1dari1sudut1pandang1orang1lain1sehingga1anak1dapat1belajar1untuk1
memahami1 sikap1 yang1 ditunjukkan1 orang1 tua1 pada1 mereka,1 termasuk1
sikap1marah1orang1tua.1B
Orang1tua1
2. Skema1 1.1 Memahami1 Sikap1 Marah1 Orang1 Tua:1 Dilihat1 dari1 Perspektif1
G. PertanyaanBPenelitianB
Dalam1 penelitian1 kualitatif,1 peneliti1 menetapkan1 pertanyaan1 penelitian,1
bukan1 tujuan1 spesifik1 dari1 penelitian1 atau1 hipotesis1 (Creswell,1 20091 halaman1
129).1Pertanyaan1penelitian1dalam1kualitatif1bersifat1tidak1terbatas,1berkembang,1
dan1tidak1mengarahkan1(Creswell,120071halaman1107).1Menurut1Creswell1(20091
halaman1129-130),1pertanyaan1penelitian1memiliki1dua1bentuk,1yaitu:B
1. Central Question,1 yaitu1 pertanyaan1luas1 yang1mengeksplorasi1fenomena1 utama1 atau1 konsep1 dalam1 penelitian1 (Creswell,1 2009).1Central question 1 atau1pertanyaan1utama1dari1penelitian1ini1adalah1bagaimana1pemahaman1
anak1middle childhood1 terhadap1 ekspresi1 marah1 orang1 tua1 yang1 dapat1 menimbulkan1kesalahpahaman1di1antara1relasi1orang1tua1dan1anak?11
2. Subquestions,1 yaitu1 pertanyaan1 spesifik1 yang1 digunakan1 selama1 wawancara1 yang1 mendukung1 pertanyaan1 utama1 (Creswell,1 2009).1
Subquestion dalam1penelitian1ini1yaitu,11
2.1)111Apa1yang1dirasakan1anak1ketika1orang1tua1marah1pada1mereka?1
2.2)111Apa1yang1dipikirkan1anak1ketika1orang1tua1marah1pada1mereka?1
2.3)1 1 Bagaimana1 anak1 memahami1 alasan1 atau1 maksud1 dari1 sikap1 marah11
orang1tua1pada1mereka?1
2.4)11 Bagaimana1dampak1 pemahaman1anak1terhadap1sikap1marah1orang1
tua1tersebut1terhadap1kehidupan1anak1sehari-hari?1
25
BABBIIIB
METODOLOMIBPENELITIANB
B
A. JenisBPenelitianB
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif. Menurut Meolong (2007), penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
informan penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah.B
B
B. FokusBPenelitianB
Fokus dalam penelitian ini adalah melihat pemahaman anak middle
childhood terhadap ekspresi marah orang tua yang berbeda dengan maksud
orang tua. Pemahaman tersebut didapat dengan meminta informan
menceritakan tentang pengalamannya ketika orang tua marah kepada mereka
dan menggali bagaimana pikiran, perasaan, dan dampak yang dialami informan.B
B
B
C. InformanBPenelitianB
1. TeknikBPemilihanBdanBKriteriaBPemilihanBInformanB
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive
sampling. Pada penelitian yang menggunakan teknik purposive sampling,
peneliti memilih individu yang sesuai dengan penelitian dan dengan
maksud tertentu dapat memberikan informasi mengenai pemahaman
dalam pertanyaan penelitian dan fenomena utama dalam penelitian
(Creswell, 2007 halaman 125). Adapun kriteria informan yang sesuai
dengan penelitian ini, yaitu:
a) Informan penelitian memiliki anak yang duduk di bangku kelas 6
Sekolah Dasar
b) Informan penelitian berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.
c) Informan penelitian memiliki pengalaman dimarahi orang tua
d) Informan penelitian berdomisili di Daerah Istimewa Yogyakarta
2. ProsedurBMendapatkanBInformanBPenelitianB
Prosedur yang digunakan peneliti untuk mendapatkan informan
penelitian adalah sebagai berikut:B
a) Menyebarkan kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya kepada
anak kelas 6 Sekolah Dasar
b) Menyaring informan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
d) Melakukan rappor, pengenalan diri, menjelaskan tujuan penelitian
dan meminta kesediaan informan
e) Melakukan wawancara semi terstuktur secara bertahap
B
D. MetodeBPengumpulanBDataB
Menurut Lofland dan Lofland (1M84, dalam Meolong 2007), sumber data
utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan atau perilaku,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam
penelitian ini, digunakan wawancara semi terstruktur untuk mengumpulkan
data.B
1) Kuisioner Penelitian
Kuisioner penelitian berfungsi untuk menyaring informan yang
sesuai dalam penelitian ini. Calon informan diminta untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman yang mereka
terima dari orang tua ketika mereka dianggap melakukan kesalahan oleh
orang tua mereka.
2) Wawancara Semi Terstruktur kepada informan
Dalam wawancara semi terstruktur, peneliti akan memiliki daftar
pertanyaan atau guideline wawancara, namun pertanyaan wawancara
tidak berpatokan pada daftar yang telah dibuat. Pada penelitian yang
menggunakan wawancara semi terstruktur, terdapat beberapa hal yang
membangun rapport dengan informan, urutan pertanyaan yang diajukan
tidak terlalu diperhatikan, peneliti memiliki kebebasan untuk menggali
lebih lanjut topik menarik yang muncul dalam wawancara, dan peneliti
diperbolehkan untuk mengikuti topik minat dari responden. (Smith, 2008).
3) Wawancara semi terstuktur dengan orang tua informan
Wawancara semi terstuktur dengan orang tua informan ini berfungsi
untuk melengkapi informasi mengenai latar belakang informan dan
triangulasi data informan.
TabelB1.BGuideline PertanyaanBWawancaraB
1 Pernahkah memiliki pengalaman dimarahi orang tua?
2 Siapa yang sering marah padamu?
3 Biasanya karena masalah apa mereka marah padamu?
4 Ceritakan pengalaman yang paling diingat
5 Saat itu, apa yang kamu rasakan ketika dimarahi?
6 Apa yang dipikirkan?
7 Apakah kamu tahu kenapa orang tua marah padamu?
*Jika ya, menurutmu apa alasannya dan bagaimana kamu tahu?
*Jika tidak, apakah kamu berusaha mencari tahu alasannya?
8 Lalu bagaimana kamu memandang atau memahami sikap marah orang tuamu
M Menurutmu, benar atau salah orang tuamu marah padamu? Mengapa?
10 Apa dampak sikap marah orang tua padamu?
11 Apa harapanmu bagi orang tua saat mendapati dirimu melakukan hal yang
dianggap salah oleh orang tuamu?
B
E. MetodeBAnalisisBDataB
Pada penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah
fenomenologi deskriptif. Metode ini digunakan untuk mengklarifikasi situasi
yang dialami dalam kehidupan seseorang sehari-hari (Smith, 2008). Dalam
penelitian ini, peneliti ingin melihat pemahaman anak middle childhood
terhadap ekspresi marah orang tuanya yang dapat menimbulkan
kesalahpahaman di antara relasi orang tua dan anak. Hal yang paling penting
dalam fenomenologi adalah bagaimana pribadi senyatanya mengalami dan
menginterpretasikan situasi, maka data-basenya sering kali berupa deskripsi
retrospektif. Menurut Smith (2008), terdapat empat langkah dasar dalam
metode analisis fenomenologi deskriptif, yaitu:B
1) Membaca keseluruhan deskripsi yang ditulis oleh informanB
Langkah ini harus dibuat eksplisit karena metode lain tidak
memerlukan syarat ini. Perspektif fenomenologis bersifat holistik maka
seseorang harus memahami sisi global dari deskripsi yang ada sebelum
2) Melakukan konstitusi terhadap bagian-bagian deskripsi
Langkah ini sedikit menekankan rangkuman untuk menemukan unit
makna atau tema utama. Perlu diperhatikan bahwa tidak ada unit
makna “objektif dalam teks semua itu berkorelasi dengan sikap
peneliti. Tidak menjadi masalah ketika peneliti yang berbeda akan
memiliki unit makna yang juga berbeda.
3) Membentuk transformasi
Tujuan transformasi adalah mengubah yang implisit menjadi
eksplisit dan membuatnya terartikulasi secara lebih deskriptif serta dapat
menyampaikan makna-makna psikologis dengan lebih baik.
4) Menyusun struktur pengalaman
Struktur diperoleh dengan menyelesaikan transformasi terakhir dari
pemaknaan unit-unit kemudian menentukan apa saja konstituen yang
tampaknya esensial. Hal ini dilakukan dalam rangka menyusun
pengalaman konkret yang dilaporkan. Yang dimaksud “esensial” di sini
adalah bahwa struktur yang diperoleh tidaklah universal. Struktur tersebut
hanyalah bersifat general karena peran dari konteks. Seseorang seringkali
berusaha untuk mendapatkan struktur untuk semua data. Hal tersebut
tidaklah selamanya dapat dilakukan. Sebaiknya sebagai peneliti tidak
F. VerifikasiBPenelitianB
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi data kepada orang
tua informan untuk melakukan verifikasi data penelitian. Menurut Creswell
(2007 halaman 208), triangulasi melibatkan penguatan bukti dari berbagai
323
BABBIVB
HASILBDANBPEMBAHASANB
B
A. PelaksanaanBPenelitianBSecaraBKeseluruhanB
12 Pencarian3dan3Seleksi3Informan3
Penelitian3 diawali3 dengan3 mengurus3 perijinan3 di3 bulan3 Agustus3
20153 ke3 beberapa3 sekolah,3 yaitu3 SD3 Negeri3 Malangrejo,3 SD3 Negeri3
Krapyak3 II,3 dan3 SD3 Kanisius3 Babadan.3 Proses3 pencarian3 dan3 seleksi3
informan3 dilakukan3 dalam3 lingkup3 sekolah3 untuk3 melihat3 variasi3 calon3
informan3yang3lebih3beragam3dan3melewati3proses3yang3lebih3legal3dalam3
berhubungan3 dengan3 informan3 yang3 notabene3 masih3 berstatus3 siswa3
sekolah3 dasar.3 Setelah3 melalui3 proses3 perijinan,3 hanya3 SD3 Kanisius3
Babadan3 yang3 menghubungi3 dan3 bersedia3 memberikan3 ijin3 penelitian.3
Selanjutnya,3 peneliti3 membagikan3 kuisioner3 pada3 tanggal3 313 Agustus3
20153 kepada3 223 siswa3 kelas3 VI3 di3 SD3 Kanisius3 Babadan3 guna3 mencari3
informan3yang3sesuai3dengan3kriteria.33
Setelah3 melakukan3 pemetaan3 terhadap3 hasil3 kuisioner3 yang3 diisi3
oleh3para3siswa,3terdapat3sembilan3siswa3yang3memiliki3jawaban3“orang3
tua3 marah”3 ketika3 mengetahui3 siswa3 dianggap3 melakukan3 kesalahan.33
Kemudian,3peneliti3melakukan3 wawancara3pertama3terhadap3kesembilan3
tersebut3 terdapat3 enam3 informan3 yang3 memenuhi3 kriteria3 secara3 penuh3
dari3 segi3 usia3 dan3 sikap3 marah3 yang3 diterima3 dari3 orang3 tua3 ketika3
dianggap3 melakukan3 kesalahan.3 Peneliti3 mencoba3 untuk3 menghubungi3
orang3tua3calon3informan3untuk3meminta3ijin3terkait3dengan3keterlibatan3
dalam3 penelitian3 ini3 namun3 dari3 enam3 orang3 tua3 yang3 dihubungi3 hanya3
empat3orang3tua3yang3menindaklanjuti3kesediaan3dalam3penelitian3ini.3
3
22 Pengambilan3Data3
Wawancara3 informan3 dilakukan3 pada3 hari3 yang3 sama3 yaitu3 pada3
hari3 Kamis,3 33 September3 20153 pada3 pukul3 11.003 –3 12.303 WIB.3
Wawancara3 dilakukan3 secara3 bergantian3 bertempat3 di3 perpustakaan3 SD3
Kanisius3Babadan.33Pengambilan3data3ini3dilakukan3pada3hari3yang3sama3
terkait3 dengan3 ijin3 yang3 diberikan3 oleh3 pihak3 sekolah3 kepada3 peneliti.3
Pada3 pertemuan3 tersebut,3 masing-masing3 informan3 menggunakan3 waktu3
sekitar3 153 menit3 untuk3 wawancara.3 Wawancara3 dilakukan3 dalam3 waktu3
yang3 cukup3 singkat3 mengingat3 banyak3 faktor,3 yaitu3 keterbatasan3
anak-anak3untuk3bercerita3secara3luas,3mengindari3faktor3kebosanan,3dan3terkait3
ijin3 dari3 pihak3 sekolah.3 Namun,3 berdasarkan3 wawancara3 tersebut,3
informan3 cukup3 dapat3 memberikan3 informasi3 yang3 padat3 dan3 jelas.3
Setelah3 itu3 peneliti3 melakukan3 koding3 dan3 pemetaan3 terhadap3 hasil3
Selanjutnya3 pada3 tanggal3 163 –3 193 Oktober3 20153 peneliti3
mengirimkan3 surat3 pernyataan3 persetujuan3 keterlibatan3 informan3 dan3
orang3 tua3 informan3 dalam3 penelitian3 dengan3 ketentuan3 bagi3 para3 orang3
tua3 yang3 tidak3 menyetujui3 keterlibatan3 tersebut3 maka3 proses3 tidak3 akan3
dilanjutkan3 dan3 data3 tidak3 akan3 digunakan3 dalam3 penelitian.3 Setelah3
pengumpulan3lembar3persetujuan3keterlibatan,3seluruh3orang3tua3informan3
setuju3untuk3terlibat3dalam3penelitian3ini.3Setelah3itu,3peneliti3melakukan3
wawancara3 dan3 validasi3 data3 dengan3 salah3 satu3 orang3 tua3 informan3
dengan3 mendatangi3 masing-masing3 rumah3 dalam3 penyesuaian3 waktu3
yang3 berbeda-beda.3 Wawancara3 dan3 validasi3 data3 orang3 tua3 informan3
dilakukan3dalam3kurun3waktu3263Oktober320153–373November32015.33
B
B. ProfilBInformanBPenelitianB
Informan3dalam3penelitian3ini3berjumlah3empat3orang.3Adapun3identitas3
dan3deskripsi3singkat3seluruh3informan3dapat3dilihat3dalam3tabel3berikut:B
TabelB2.BRingkasanBIdentitasBdanBDeskripsiBSingkatBSeluruhBInformanB
B InformanB1B InformanB2B InformanB3B InformanB4B
InisialB MK3 KA3 KKS3 FH3
JKB P3 P3 P3 P3
UsiaB 113 103 113 113
JumlahB
SaudaraB 13 33 33 13
UrutanB
KelahiranB 13 13 43 23
AgamaB Katholik3 Kristen3 Kristen3 Katholik3
SukuB Jawa-Dayak3 Cina3 Batak3 Jawa3
AyahB FXS3 NN3 L3 NN3
UsiaB 363 383 563 583
StatusB Bercerai3 Menikah3 Menikah3 Menikah3
PekerjaanB Buruh3 Wiraswasta3 Buruh3 -3
AgamaB Katholik3 Kristen3 Kristen3 Katholik3
SukuB Jawa3 Cina3 Batak3 Jawa3
IbuB NN3 M3 NN3 Mu3
UsiaB 323 363 483 483
StatusB Bercerai3 Menikah3 Menikah3 Menikah3
PekerjaanB Pegawai3 Rumah3Tangga3 Rumah3tangga3 Wiraswasta3
AgamaB Islam3 Kristen3 Kristen3 Islam3
SukuB Dayak3 Cina3 Jawa3 Jawa3
B
1. InformanB1B
a. DeskripsiBDiriBInformanB
Informan3adalah3anak3pertama3dari3dua3bersaudara.3Adiknya3
masih3berusia353tahun3sedangkan3dirinya3sendiri3berusia3113tahun.3
Berdasarkan3 pernyataan3 ayah3 informan,3orang3tua3 informan3 sudah3
berpisah3 sejak3 setahun3 yang3 lalu3 tepatnya3 bulan3 Agustus3 2014.3
Sekarang3 informan3 tinggal3 di3 Jogja3 dengan3 ayahnya3 sedangkan3
adiknya3 bersama3 ibunya3 di3 Kalimantan.3 Diterangkan3 bahwa3
informan3 lebih3 dekat3 dengan3 ayahnya3 sejak3 kecil3 dibandingkan3
dengan3ibunya.3Hal3ini3membuat3ayah3informan3mengatakan3bahwa3
sifat3 yang3 dimiliki3 informan3 kurang3 lebih3 sama3 dengan3 ayahnya3
salah3satunya3yaitu3cenderung3tidak3suka3diatur3oleh3orang3lain3dan3
tidak3menyukai3hal3yang3terlalu3memusingkan.3B
3
b. PengalamanBDimarahiBOrangBTuaB
Informan3 mengaku3 bahwa3 dirinya3 sering3 dimarahi3 oleh3
ibunya3 apabila3 ia3 tidak3 mematuhi3 perintah3 yang3 diberikan3 oleh3
ibunya,3yaitu3apabila3ia3terlihat3tidak3rukun3dengan3adiknya,3berebut3
barang,3 dan3 menjahilinya.3 Hal3 ini3 dapat3 dilihat3 pada3 pernyataan3
informan:B
misalnya rebutan ni rebutan mainan sama adek ya mau nggak mau sih harus ngalah soalnya kalo misalnya adek nangis pasti nanti ke Me dimarahin gitu. Jadi biasanya, seringnya mama marah karena… Rebutan mainan sama adek. Oo rebutan mainan sama adek. Kalo nggak mainane makanan. Pokoknya waktu rebutan sama adek gitu ya. He’em”
(Informan31,39-13,338-512B 3
c. PelaksanaanBWawancaraBInformanB1B
TabelB3.1BPelaksanaanBWawancaraBInformanB1B
Hari,BtanggalB TempatB WaktuB
Kamis,33 33September320153
Perpustakaan3SD3 Kanisius3Babadan3
11.00-11.153
Senin,3193Oktober320153 Rumah3Informan313 10.003–311.003WIB3
3
d. AnalisisBInformanB1B
1) PemahamanBAnakBterhadapBEkspresiBMarahBOrangBTuaB
Informan3memahami3ekspresi3marah3orang3tuanya3sebagai3
hal3yang3merugikan.3Informan3menganggap3bahwa3orang3tuanya3
selalu3 menyalahkannya3 dan3 dirinya3 seperti3 dijadikan3 sumber3
masalah3oleh3orang3tuanya.3Hal3ini3terungkap3dalam3pernyataan3
yang3disampaikan3oleh3informan3sebagai3berikut:B
“Yang selalu dibela tu mesti adeke M nggak pernah. Tapi pernah nggak sih kamu memaknai waktu mama marah itu karena untuk
kebaikanmu gitu? Nggak pernah. Oo nggak pernah. Jadi kalau
selama ini misalnya mama marah ke kamu, M menganggapnya bahwa, karena mama lebih sayang sama adek gitu? Iya.”
(Informan31,3102-103,3143-15323 3
2) BentukBEkspresiBMarahBOrangBTuaB
Menurut3 informan,3 sikap3 marah3 ibunya3 nampak3 dengan3
bentuk3 ”mengomel”3 atau3 banyak3 memerintah3 dan3 menuntut3
sesuatu3 pada3 informan.3 Hal3 ini3 nampak3 pada3 pernyataan3
informan3sebagai3berikut:B
“Iiih ibu tu cerewet kalau bapak kan enggak. Harapannya yae nggak usah terlalu ngomel-ngomel gitu” 333333(Informan31,317-18,3129-13023 B
3) Nilai-NilaiBPositifByangBDidapatkanBB
Pada3saat3orang3tua3memarahi3informan3terdapat3nilai-nilai3
yang3ia3terima3dan3pahami3sebagai3suatu3hal3yang3positif,3yaitu3
kesadaran3 bahwa3 dirinya3 harus3 belajar3 untuk3 bersikap3 dengan3
benar.3 Dalam3 hal3 ini3 informan3 menyadari3 bahwa3 dirinya3 harus3
menjadi3teladan3bagi3adiknya.3Hal3ini3nampak3dalam3pernyataan3
informan3sebagai3berikut:B
“Ya harusnya ngalah sama yang kecil... Tapi kamu mandang waktu mamamu marah sama kamu tu bener atau salah sih sebenernya? Bener. Kenapa bener? Soalnya kan harusnya M nggak jahil sama adeke nggak rebutan sama adek gitu” (Informan31,354-55,390-972 3
4) Perasaan-PerasaanBNegatifByangBMunculB
Berdasarkan3 pengalaman3 informan3 tersebut,3 muncul3
perasaan-perasaan3 negatif3 seperti3 merasa3 bahwa3 ibunya3 tidak3
pernah3 menyayanginya3 dibandingkan3 dengan3 kasih3 sayang3
ibunya.3 Informan3 juga3 cenderung3 menyalahkan3 dirinya3 sendiri3
karena3merasa3bahwa3dirinya3adalah3sumber3permasalahan3yang3
membuat3 ibunya3 marah.3 Selain3 itu3 sebagai3 seorang3 kakak,3
informan3 juga3 merasa3 adanya3 sibling rivalry3 atau3 adanya3
perasaan3 persaingan3 dengan3 adiknya.3 Hal3 ini3 dikarenakan3
informan3 merasakan3 ketidakadilan3 dan3 pembelaan3 yang3 terus3
diberikan3 kepada3 adiknya3 sehingga3 menimbulkan3 iri3 hati3 dan3
rasa3 sebal3 terhadap3 adiknya.3 Hal3 tersebut3 nampak3 dalam3
pernyataan3yang3diberikan3oleh3informan:B
“Ya ngerasa tu kalo adek tu yang paling disayange M enggak. Mm
gitu ya. Tapi pernah sebel nggak ? Pernah sih... Sedih ya? (tertawa)
Jadi kamu ngerasa kamu nggak dibela gitu?He’em”
3(Informan31,372-73,3133-1372B
3
3
5) RegulasiBEmosiBB
Informan3 cenderung3 menekan3 emosi-emosi3 negatif3 yang3
dialami3 dan3 menunjukkan3 sikap3 yang3 cenderung3 negatif3 pula.3
Dalam3 hal3 ini3 informan3 cenderung3 menekan3 perasaan3 tidak3
menyenangkan3yang3dialami3dan3cenderung3menunjukkan3sikap3
patuh3 dihadapan3 orang3 tuanya.3 Namun,3 manifestasi3 dari3
pengelolaan3 emosi3 tersebut3 muncul3 dalam3 perasaan3 sebal3
terhadap3 figur3 adiknya3 (displacement2.3 3 Hal3 tersebut3 nampak3
dalam3pernyataan3informan3sebagai3berikut:3
nangis pasti nanti ke Me dimarahin gitu. Terus kamu kalo sama adek jadi ikutan sebel atau nggak? Sebel. Ikutan sebel ya. Soalnya kenapa?
Yang diinget kalo lihat adek terus gimana? Ya kadange kadang tu
dikit-dikit sebele dikit-dikit tu dia lucu”
3 3 3 3 3 3333333(Informan31,338-41,3104-1062B 3
6) HarapanByangBMunculBterhadapBEkspresiBMarahBOrangBTuaB
Adanya3 sikap3 yang3 diterima3 informan3 dan3 bagaimana3
informan3memahami3hal3tersebut3menimbulkan3adanya3harapan3
terhadap3 sikap3 yang3 sebaiknya3 diberikan3 oleh3 orang3 tua,3 yaitu3
adanya3perubahan3dalam3cara3penyampaian3pesan,3dengan3tidak3
banyak3 menggunakan3 ekspresi3 marah.3 Selain3 itu,3 infoman3 juga3
berharap3agar3dirinya3lebih3diperhatikan3dan3dibela3bukan3hanya3
adiknya.3 Hal3 tersebut3 dapat3 dilihat3 dalam3 pernyataan3 informan3
sebagai3berikut:B
“Harapannya yae nggak usah terlalu ngomel-ngomel gitue dikit maksudnya tu dikit-dikit tu kadang M yang dibela masak adek terus” 3 33 3 3 3 3 33333(Informan31,3129-13223
3
2. InformanB2B
a. DeskripsiBDiriBInformanB
Informan3 adalah3 anak3 pertama3 dari3 empat3 bersaudara.3
Informan3 berusia3103tahun3sedangkan3 adiknya3berusia38,37,3dan323
tahun.3Sehari-hari3informan3lebih3sering3berinteraksi3dengan3ibunya3
yang3 notabene3 adalah3 ibu3 rumah3 tangga3 sedangkan3 ayahnya3
ayah3 menjadi3 kurang.3 Oleh3 karena3 itu,3 informan3 lebih3 banyak3
menerima3 sikap3 marah3 dari3 ibunya.3 Secara3 umum3 informan3
cenderung3 mengalami3 kebingungan3 ketika3 menerima3 sikap3 marah3
dari3orang3tuanya.3Cara3yang3paling3sering3digunakan3ibu3informan3
ketika3marah3adalah3menggunakan3nada3tinggi.B
3
b. PengalamanBDimarahiBOrangBTuaB
Informan3 mengaku3 bahwa3 ia3 paling3 sering3 dimarahi3 oleh3
ibunya.3 Pengalaman3 yang3 sering3 dialami3 adalah3 informan3 tidak3
mematuhi3 perintah3 ibunya3 yaitu3 berkaitan3 dengan3 masalah3 tidur3
siang.3Informan3mengatakan3bahwa3dirinya3tidak3suka3disuruh3tidur3
siang3dan3lebih3memilih3untuk3bermain.3Hal3tersebut3terdapat3dalam3
pernyataan3yang3disampaikan3informan3sebagai3berikut:B
“Ada. Waktu itu sempet disuruh tidur siang kan dan kebiasaan suruh tidur siang. Nah ndak suka pengennya main habis itu nggak pengen tidur siang dimarahine dinasehatinlah”3 3 3333333333(Informan32,310-1523
3
c. PelaksanaanBWawancaraBInformanB2B
TabelB3.2BPelaksanaanBWawancaraBInformanB2B
Hari,BtanggalB TempatB WaktuB
Kamis,3 33September320153
Perpustakaan3SD3
Kanisius3Babadan3 11.30-11.453 Selasa,3
33November320153 Rumah3Informan323 16.003–316.303WIB3
d. AnalisisBInformanB2B
1) PemahamanBAnakBterhadapBEkspresiBMarahBOrangBTuaBB
Informan3cukup3kesulitan3dalam3memahami3maksud3yang3
ingin3 disampaikan3 orang3 tua3 ketika3 mereka3 menunjukkan3
ekspresi3 marahnya.3 Selain3 itu,3 informan3 juga3 merasa3 sebagai3
sumber3 masalah3 karena3 ia3 menangkap3 bahwa3 orangtuanya3
cenderung3 menyalahkannya.3 Hal3 ini3 kemudian3 yang3 membuat3
informan3 cenderung3 memahami3 sikap3 marah3 yang3 orang3 tua3
berikan3padanya3sebagai3hal3yang3merugikannya.3Hal3ini3muncul3
melalui3pernyataan3yang3disampaikan3informan3sebagai3berikut:B
“Waktu itu pernah sempet kesel ajae masak tidur siang terus tidur siang terus nanti kalau bangunnya sore banget trus nggak bisa main gimana tapi malah kayak gitue kadang sambil dimarahin lama-lama tidur sendiri. Oo gitu, kalo K sendiri memandang sikap marahnya mama tu gimana sih? bener atau salah? Bener sih kalau dipikir-pikir lagi kadang kalau lagi marahe marah lagi marah lagi semua salah gitue kadang juga mikir gitu. Jadi K pernah ngerasa sebel ya, kok
dimarahin terus gitu ya? Iyae he’em. Emang seharusnya mama
gimana sih kalau misalnya nggak marah, maksudnya ngasih taunya
gimana menurut K sendiri? Ya ngasih taunya nggak usah pakai
marah juga kan pelan-pelan bisa tapi ya namanya kebawa emosi kan pasti demi kebaikan jadi nggak paham juga aku. Jadi K sempet bingung juga ya sama sikapnya mama gitu ya, kok marah gitu ya.
Kalo menurut K sendiri, mama kok sering marah karena apa? Ya
karena salah aja akunya. Tadi kan K bingung ya waktu mama marah, bingungnya tu maksudnya gimana sih? Bisa dijelasin nggak. Bingung? He’em. Bingungnya tu ya.. bingung. Sebenernya tu aku tu salahnya sebesar apa sih sampai marahnya segitu banget. Kadang juga ngerasa bersalah harusnya nggak kayak gitu. Bingung habis itu mau ngapain sama mama kalau dah marah-marah gitu dimaafin atau enggak tapi ya mesti dimaafin kalau enggak kan ya..
2) BentukBEkspresiBMarahBOrangBTuaB
B B Menurut3 informan,3 orang3 tuanya3 marah3 dengan3 cara3
“mengomel”3 namun3 masih3 dalam3 kadar3 memberi3 saran.3 Selain3
itu,3 orang3 tua3 informan3 cenderung3 melibatkan3 emosi3 negatif3 di3
dalamnya3dan3bernada3tinggi.3Hal3ini3nampak3dalam3pernyataan3
informan3sebagai3berikut:B
“Ya.. dimarahin. Sering. Tapi kalo bentak-bentak enggak Cuma saran aja kamu tu gini-gini ginie kalau gini nanti ginie gitu… Emang seharusnya mama gimana sih kalau misalnya nggak marah,
maksudnya ngasih taunya gimana menurut K sendiri? Ya ngasih
taunya nggak usah pakai marah juga kan pelan-pelan bisa tapi ya namanya kebawa emosi kan” (Informan32,318-21,359-672 B
3) Nilai-NilaiBPositifBByangBDidapatkanB
Melalui3 sikap3 marah3 yang3 sering3 informan3 terima3 dari3
orang3 tuanya,3 ia3 mendapati3 bahwa3 dirinya3 harus3 bersikap3 yang3
benar3terutama3mengingat3perannya3sebagai3seorang3kakak3yang3
diharapkan3 menjadi3 teladan3 bagi3 adik-adiknya.3 Selain3 itu,3
informan3 menangkap3 nilai3 positif3 bahwa3 apa3 yang3 dilakukan3
oleh3 orang3 tuanya3 tersebut3 adalah3 demi3 kebaikannya.3 Hal3 ini3
muncul3dari3pernyataan3informan3sebagai3berikut:B
“Anak pertama kan harusnya lebih nurut.. Oo gitu, kalo K sendiri memandang sikap marahnya mama tu gimana sih? bener atau salah? Bener sih kalau dipikir-pikir lagi...” (Informan32,333-34,348-3522B
3 3 3
4) Perasaan-PerasaanBNegatifByangBMunculB
B Informan3 mengaku3 bahwa3 ketika3 ia3 mendapatkan3 sikap3
marah3 dari3 orang3 tuanya,3 muncul3 perasaan-perasaan3 negatif3
seperti3 merasa3 paling3 nakal,3 malu,3 sedih,3 dan3 bingung.3 Hal3 ini3
nampak3dari3pernyataan3informan3sebagai3berikut:B
“Ya sedih trus kayak gimana gitu rasanyae aneh. Aneh? Bingung rasanya kayak gimana. Agak malu gitu dimarahin kane apalagi anak pertama. Mm gitu, K ngerasa paling nakal gitu? Iya.”
3(Informan3 2,3 27-382
3
5) RegulasiBEmosiB
Informan3 cenderung3 menekan3 emosi3 negatifnya.3 Hal3 ini3
nampak3 pada3 saat3 informan3 3 menerima3 sikap3 marah3 dari3 orang3
tuanya,3 ia3 mengungkapkan3 bahwa3 hal3 tersebut3 tidak3 terlalu3
berdampak3 pada3 dirinya.3 Namun3 informan3 merasa3 sedih3 dan3
cenderung3 bersikap3 diam3 dalam3 menyikapi3 sikap3 marah3 orang3
tuanya.3 Hal3 ini3 dapat3 dilihat3 dari3 pernyataan3 informan3 sebagai3
berikut:B
“Tapi kalau mama marah gitu ada dampaknya nggak sih ke K sendiri? Enggak sih. Cuma kadang sedih ajae kok mama tu marah-marah terus marah-marah-marah-marah terus. Tapi ya nggak terlalu sih. Terus
waktu dimarahin itu, K ngapain? Diem aja...”3
333333333(Informan32,322-24,378-8423
3
3
3
6) HarapanByangBMunculBterhadapBEkspresiBMarahBOrangBTuaB
Berdasarkan3 pengalaman3 yang3 diterima3 informan3 dari3
orang3 tuanya3 tersebut3 membuat3 dirinya3 memiliki3 harapan3
terhadap3 sikap3 orang3 tuanya3 tersebut,3 yaitu3 harapan3 agar3 orang3
tuanya3mengubah3cara3penyampaian3pesan3dengan3menurunkan3
intonasi3 marah3 dan3 berbicara3 secara3 perlahan3 karena3 ekspresi3
marah3 yang3 biasa3 dilakukan3 justru3 dianggap3 membingungkan3
oleh3 anak.3 Hal3 tersebut3 dapat3 dilihat3 dari3 pernyataan3 informan3
sebagai3berikut:B
“Jangan terlalu sering marah terus nasehatin pelan-pelan aja jangan pas sambil marah. Kan kebanyakan malah nggak mudeng kalo sambil marah. Dinasehatin. Tapi habis itu baikan lagi kok”
(Informan32,3126-13123 3
3. InformanB3B
a. DeskripsiBDiriBInformanB
Informan3 adalah3 anak3 terakhir3 dari3 empat3 bersaudara3
sekaligus3 anak3 perempuan3 satu-satunya3 dalam3 keluarganya.3
Informan3 berusia3 113 tahun.3 Saat3 ini3 informan3 tinggal3 bersama3
dengan3 ayah,3 ibu,3 dan3 kakaknya3 yang3 nomor3 tiga.3 Dalam3
kesehariannya3informan3dekat3dengan3ayahnya.3Informan3mengakui3
bahwa3 dirinya3 sering3 dimarahi3 oleh3 ayahnya.3 Meskipun3 informan3
paling3 sering3 mendapat3 sikap3 marah3 dari3 ayahnya,3 informan3 lebih3