• Tidak ada hasil yang ditemukan

Era Globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam. teknologi, manajemen dan sumber daya manusia. Keunggulan teknologi akan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Era Globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam. teknologi, manajemen dan sumber daya manusia. Keunggulan teknologi akan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Era Globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi, manajemen dan sumber daya manusia. Keunggulan teknologi akan menurunkan biaya produksi, Untuk menempuh hal tersebut diperlukan penguasaan teknologi agar dapat meningkatkan nilai tambah, memperluas keragaman produk, dan meningkatkan mutu produk. Keunggulan manajemen dapat mempengaruhi dan menentukan bagus tidaknya kinerja sekolah, dan keunggulan sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi pada tingkat internasional, akan menjadi daya tawar tersendiri dalam era globalisasi ini.

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan, hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator yang salah satu diantaranya adalah tingkat kelulusan dari sekolah, atau rendahnya daya saing baik secara nasional maupun internasional. Sebagaimana yang disampaikan oleh Tilaar (2006), “Ada delapan permasalahan pendidikan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia dan harus menjadi perhatian utama bagi pemerintah Indonesia. Delapan permasalahan tersebut, meliputi: kebijakan pendidikan, perkembangan anak Indonesia, guru, relevansi pendidikan, mutu pendidikan, pemerataan pendidikan, menejemen pendidikan, dan pembiayaan pendidikan”. Menyikapi fenomena tersebut, secara bertahap pemerintah berusaha untuk melakukan pembenahan dan peningkatan mutu pendidikan. Salah satu upaya pemerintah ini terwujud melalui pelaksanaan program Rintisan Sekolah

(2)

Bertaraf Internasional (RSBI), yang kemudian dikembangkan menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).

Program Rintisan Sekolah bertaraf Internasional (RSBI) maupun Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), merupakan Implementasi amanah Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No 78 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah BAB II yaitu Standar Penyelenggaraan, pasal (6) tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan ayat (5) dinyatakan bahwa SMP bertaraf Internasional memiliki paling sedikit 20%

pendidik yang berpendidikan S2 atau S3 sesuai dengan bidang yang diampu dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi. Sementara dalam ayat (2) menyatakan bahwa Seluruh pendidik mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komonikasi.Demikian pula dalam ayat (3) Pendidik mampu mengajar dalam bahasa Inggris dan /atau bahasa asing lainnya yang digunakan dalam forum internasional bagi mata pelajaran/bidang studi tertentu, kecuali Bahasa Indonesia, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Sejarah, dan muatan lokal.

Haryana. (2007: 41) menegaskan, Penyelenggaraan RSBI didasari oleh filosofi eksistensialisme dan esensialisme (fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitasi yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan (kreatif, inovatif dan eksperimentatif ), menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik Jadi, peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk mengaktualkan potensi intelektual, emosional,

(3)

dan spiritualnya. Peserta didik tersebut merupaka aset bangsa yang sangat

berharga dan merupakan salah satu faktor daya saing yang kuat, yang secara secara potensial mampu merespon tantangan globalisasi. Filosof esensialisme

menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan berbagai sektor dan sub- sub sektornya, baik lokal, Nasional, maupun Internasional. Sebagai tuntutan globalisasi.

Oleh karena itu pendidikan harus menyiapkan sumber daya manusia ( SDM )Indonesia yang mampu bersaing secara Internasional.Baik dari sisi tenaga pendidik (Guru) sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan dan tenaga kependidikannya,maupun peserta didik (murid) harus dipacu agar memiliki pengetahuan lebih dari rata-rata, untuk dapat memenuhi tuntutan penyelenggaraan rintisan sekolah bertaraf Internasional (RSBI), maupun sekolah bertaraf Internasional (SBI).Dimana faktor tenaga pendidik harus didukung oleh sekurang kurangnya kualifikasi tenaga pendidik memenuhi minimal 10% harus S2 untuk tingkat SD, 20% untuk tingkat SMP dan 30% untuk tingkat SMA/K. (Dikjend Man.Pend. Dasar dan Menengah Kemendiknas : 2009).

Guru merupakan faktor yang amat penting, dalam Peningkatan mutu pendidikan, tidak bisa dipungkiri bahwa bagaimanapun juga sebagus apapun program dibuat guna peningkatan mutu pendidikan, apabila tidak didukung oleh guru yang berkompeten dan profesional tidak akan mencapai hasil akhir

seperti yang diharapkan. Semantara itu kondisi pendidik (guru) yang ada saat ini pada sekolah rintisan bertaraf Internasional dikota Batu, untuk SMP dengan jumlah lebih dari 63 orang tenaga pendidik( guru ) yang memenuhi kualifikasi

(4)

pendidikan S2 baru 5 orang, atau ± 7,35% yaitu 1 Kepala Sekolah dan 4 orang guru. Sedangkan untuk SMA 83 tenaga pendidik (guru) yang memenuhi kualifikasi pendidikan S2 baru 7 orang, atau ± 8,43% belum lagi kompetensi- kompetensi yang lain yang dapat menunjang keprofesionalan guru misalnya penguasaan IT, kemampuan berkomonikasi menggunakan bahasa Inggris.Oleh karena itu Kepala Sekolah bersama-sama Dinas Pendidikan Kota membuat kebijakan salah satunya dengan memberikan bantuan bea siswa S2 kepada guru.

Melihat fakta tersebut diatas, maka pengkajian terhadap penyelenggaraan sekolah bertaraf Internasional khususnya terkait dengan kebijakan Permen Diknas No 78 tahun 2009 Bab II tentang Standar Pendidik dan Kependidikan terkait dengan tuntutan kualifikasi pendidik, penguasaan IT, serta kemampuan berkomonikasi menggunakan bahasa Inggris, menjadi penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan. Namun demikian untuk mengetahui lebih jauh tentang implementasi penyelenggaraan sekolah, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada SMPN I Batu sebagai Sekolah Rintisan Berstandar Internasional dalam melaksanakan kebijakan standar pendidik yang akan dituangkan dalam bentuk Tesis dengan judul “Implementasi Permendiknas No 78 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional di SMPN 1 Batu”. Sebagai upaya pengungkapan fakta dan kurang beragamnya data serta informasi, pemahaman dan pengetahuan tentang kebijakan standar pendidik dalam peningkatan Profesionalis Guru pada sekolah rintisan bertaraf Internasional

(RSBI) 1.2 Fokus Penelitian

(5)

Penelitian ini difokuskan pada grand policy berkaitan dengan implementasi kebijakan tersebut diatas, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi kebijakan SMP Negeri 1 Batu dalam meningkatan kualifikasi pendidik (guru) sebagai sekolah rintisan bertaraf Internasiona?.

2. Bagaimana Implementasi kebijakan SMP Negeri 1 Batu sebagai sekolah rintisan bertaraf Internasional dalam meningkatan kemampuan guru memfasilitasi pembelajaran berbasis IT dan komonikasi sebagai sekolah rintisan bertaraf Internasional ?

3. Bagaimana implementasi kebijakan SMPN 1 Batu sebagai sekolah rintisan bertaraf Internasional dalam mengembangkan kemampuan profesionallisme guru mengajar dengan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya yang digunakan dalam forum Internasional ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, penelitian ini ditujukan untuk:

1. Mendiskripsikan Implementasi kebijakan SMP Negeri 1 Batu dalam meningkatan kualifikasi pendidik (guru) sebagai sekolah rintisan bertaraf Internasional.

2. Mendiskripsikan Implementasi kebijakan SMP Negeri 1 Batu sebagai sekolah rintisan bertaraf Internasional dalam meningkatan kemampuan guru memfasilitasi pembelajaran berbasis IT dan komonikasi.

3. Mendiskripsikan implementasi kebijakan SMPN 1 Batu sebagai sekolah rintisan bertaraf Internasional dalam mengembangkan kemampuan

(6)

profesionallisme guru mengajar dengan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya yang digunakan dalam forum Internasional.

1.4. Batasan Penelitian

Untuk menghindari terjadinya penyimpangan terhadap pembahasan obyek penelitian sebagaimana tujuan awal penelitian maka perlu diadakan pembatasan terhadap ruang lingkup penelitian, hanya pada: Implementasi Permendiknas No 78 Tahun 2009 pasal 6 ayat(2,3,5) yang meliputi: a) bentuk kebijakan; b) bentuk-bentuk program; c) peluang dan hambatan; serta

d) strategi yang digunakan. Pada Sekolah Bertaraf Internasional di SMPN 1 Batu.

Pembahasan tentang empat sub fokus hasil penelitian tersebut diuraikan secara

terpadu dan tidak dipisahkan dalam subbab tersendiri dari susbab ini.

1.5. Manfaat Penelitia

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritik maupun praktis sebagai berikut:

1. Manfaat teoritik.

Dapat menambah khazanah pengetahuan tentang implementasi kebijakan penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional, selain itu penelitian ini diharapkan dapat menyajikan bukti-bukti empiris yang dapat dijadikan referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

2. Manfaat praktis.

Dapat memberikan informasi yang akurat bagi pengambil kebijakan terkait adanya factor-faktor pendukung maupun penghambat peningkatan profesionallisme guru yang telah diketemukan dalam penelitian ini.

Disamping itu untuk memberikan masukan kepada:

(7)

a. Kepala sekolah

Dapat memberikan gambaran dan masukan dalam pelaksanaan standar pendidik dan tenaga kependidikan bagi Rintisan Sekolah Berstandar Internasional(RSBI), meminimalis hambatan- hambatan yang ada serta memanfaatkan dan mengembangkan factor-faktor pendukung sebagai sarana untuk lebih meningkatkan profesionallisme guru.

b. Dinas Pendidikan Kota Batu

dapat memberikan kontribusi informasi serta dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dalam pengelolaan standar pendidik dan tenaga kependidikan.

1.6. Penegasan Istilah

Istilah-istilah dalam fokus penelitian akan dibatasi dalam konteks definisi- definisi sebagai berikut :

a. Implementasi

Menurut Grindle (dalam Krisno, 2010) Implementasi dipandang sebagai kaitan antara tujuan kebijakan dan hasil-hasil kegiatan pemerintah.

Oleh karena itu, implementasi kebijakan membutuhkan adanya sistem pelaksanaan kebijakan dimana perangkat khusus didesain dengan maksud untuk mencapai tujuan akhir, atau dengan kata lain implementasi dipandang sebagai proses politik dan administrasi.

b. Pengertian Kebijakan

Adalah rangkaian kosep dan azas yang menjadi garis besar serta dasar rencana pelaksanaan satu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak

(8)

(Depdiknas, 1989:130) Pemahaman konsep kebijakan sebagai Intervensi pemerintah menitik beratkan pada peran pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan negara yang bersangkutan. Strategi ini digunakan untuk mengantarkan masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju masyarakat yang dicita-citakan.

(Tilaar,2009: 184) c. Implementasi Kebijakan

Menurut Sabatier (dalam Tilaar 2009: 215) Implementasi adalah kejadian-kejadian atau kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkan oleh pedoman kebijakan Negara yang meliputi usaha-usaha untuk mengadministrisikan dan untuk menimbulkan dampak nyata pada masyarakat. Sementara Grindle (dalam Wahab, 2008:179) Implementasi Kebijakan ditempatkan sebagai suatu proses politik dan administrative.

Implementasi kebijakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Permendiknas No 78 Tahun 2009 pasal 6 ayat (2,3 dan 5) pada Sekolah Bertaraf Internasional di SMPN 1 Batu.

d. Penyelenggaraan Sekolah

Penyelenggaraan Sekolah merupakan serangkaian pelaksanaan kegiatan Sekolah yang mencakup semua pengelolaan dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang menjadi kesepakat bersama, guna mencapai tujuan yang disepakati.

e. Tenaga Pendidik

Pendidik adalah guru (tenaga pengajar) yang dalam peranannya memegang peran yang sangat strategis dalam upaya membentuk watak bangsa melalui

(9)

pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dalam perkembangannya dipandang dari dimensi pembelajaran sekalipun kemajuan teknologi sangat pesat disini peran guru tidak dapat tergantikan (Supriadi D, 1998 : xv).

f. Tenaga kependidikan

Tenaga kependidikan pada RSBI /SBI adalah meliputi kepala sekolah, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi sumber belajar, tenaga administrasi, tenaga kebersihan, dan tenaga keamanan. (PP No.19/2005 : SNP). Sementara itu Trianto (2010) Pengawas Pendidikan juga dimasukkan dalam kelompok tenaga kependidikan

g. Profesionalisme Guru

Profesionalisme mengandung pengertian menunjuk pada derajat penampilan suatu pekerjaan atau keahlian seseorang yang mengacu pada sikap dan komitmen serta standar dan kode etik yang tinggi. (Supriadi D, 1998: 95.) Profesionalisme ditandai oleh dua pilar penyangga utama, yaitu layanan ahli yang aman yang menjamin kemaslakhatan klien, serta pengakuan dan penghargaan dari masyarakat ( Raka Joni,2008: 25) Profesionalisme Guru adalah guru yang memiliki Kompetensi

Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, Kompetensi Sosial (UU NO 14/2005 tentang guru dan dosen ). Menurut Mulyasa ( 2007) profesionalisme guru adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian.

Sementara itu guru yang profesioanal adalah guru yang memiliki

(10)

kompetensi yang dipersyaratkan untuk melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran Sedangkan menurut Trianto (2010) Profesionalisme guru merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/ atau seni dan budaya yang diampunya.

h. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah Sekolah Standar Nasional (SSN) sebagai indikator kinerja minimal ditambah dengan (X) sebagai indikator kinerja kunci tambahan, yang menyiapkan peserta didik berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan bertaraf Internasional sehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuan daya saing Internasional. Jadi adanya program RSBI ini adalah untuk mencapai SBI. (Haryana, 2007: 41) .SBI pada jenjang pendidikan dasar dan menengah diselenggarakan setelah memenuhi seluruh 8 (delapan) unsur SNP yang diperkaya dengan standar pendidikan negara maju.

(Permendiknas 78/2009).

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada pengaruh yang signifikan kondisi sosial dan kondisi ekonomi orang tua terhadap motivasi melanjutkan pendidikan ke

Hasil pengukuran debit aliran pada outlet pengamatan di Sub DAS Sengarit bagian hulu dan hilir selama 5 hari dapat di lihat pada tabel 4, di mana pada outlet pengamatan bagian

Apabila mengkaji subjek hukum dalam rumusan Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 juncto Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

seperti kami mengampuni orang orang yang bersalah kepada kami jauhkanlah kami dari segala macam percobaan percobaan.. lindungi dan lepaskanlah kami dari

Pada acara pembukaan peneliti menyampaikan kepada peserta tentang tujuan diadakannya kegiatan pelatihan penulisan artikel ilmiah bagi guru fisika yaitu untuk untuk

Maramba mandamu adalah bangsawan yang dihasilkan karena adanya perkawinan laki-laki bangsawan besar dengan golongan kabihu (orang merdeka), sedangkan maramba kalawihi

Sumber stres yang berpotensi memunculkan job burnout pada anggota polisi dapat berupa kurangnya dukungan dari pimpinan, komunikasi yang buruk dengan rekan kerja,