• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

KURNIA 105731104916

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2021

(2)

ii

HALAMAN JUDUL

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATEGOPVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN

PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

KURNIA 105731104916

Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Akuntansi pada

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DANBISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2021

(3)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, skripsi ini penulisSaya Persembahkan Kepada:

1. Kedua orang tua saya bapak Suhaeli dan ibu Timsa yang telah memberikan dukungan dan doa sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

2. Saudara-saudara saya yang telah memberikan dukungan baik moral maupun moril untuk proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen, terkhusus kedua pembimbing yang selama ini tulus dan ikhlas dalam meluangkan waktunya menuntun dan memberi arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepada ketua Tingkat saya yang sangat berperan penting dalam terciptanya skripsi ini.

5. Para sahabat-sahabat yang selalu memberikan bantuan dan memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

“MOTTO HIDUP

“Kesuksesanmu tak bisa dibandingkan dengan orang lain, melainkan dibandingkan dengan dirimu sebelumnya.”

Teruslah berjuang, karena kesuksesan kita adalah kebahagiaan terbesar orangtua.”

(4)

iii

(5)

iv

(6)

v

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawatdan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan

Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis bapak Suhaeli dan ibu Timsa yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih.Dan saudara-saudarku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan

(8)

vii dengan hormat kepada :

1. Bapak Prof.Dr. H. Ambo Asse, M.Ag Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. Andi Jam;an,SE.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak., CA. CSP, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak., CA. CSP, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan bimbingan kepada peneliti.

5. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung. MA,selaku pembimbing I yang senantiasa mengarahkan penulis sehingga Skripsi dapat selesai dengan baik.

6. Ibu Linda Arisanty Razak. SE.,M.SI.,Ak.CA., selaku pembimbing II yang senantiasa memberikan saran, arahan dan perbaikan dengan sabar sehingga proses penelitian dan penyusunan skripsi dapat selesai dengan baik.

7. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah meluangkan waktu dalam memberikan ilmu kepada penulis.

8. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

9. Orang Tua penulis yang telah membantu, membimbing dan memberi support yang sangat ikhalas bagi penulis.

10. Teman-Teman akuntansi 2016..yang telah membantu peneliti selama berproses di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

(9)

viii

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.

Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada almamater kampus biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul khairat, wassalamu’alaikum Wr. Wb

Makassar, 1 Maret 2021

Kurnia

(10)

ix

ABSTRAK

Kurnia, 2021.“Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Dibimbing oleh Mahmud Nuhung dan Linda Arisanty Razak.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan good corporate governance terhadap nilai perusahaan antara lain kepemilikan manajerial,kepemilikan institusional,dewan komisaris independen,komite audit, dan dewan direksi. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Explanatory. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan tahunan perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2015-2019. Sampel yang digunakan berjumlah 20 perusahaan perbankan dengan total pengamatan berjumlah 100 pengamatan. Tehnik analisis data penelitian yaitu regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS 22. Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa dewan komisaris independen, dan dewan direksi berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial,kepemilikan institusional, dan komite audit tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil pengujian tersebut menunjukan bahwa besar kecilnya dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan akan menentukan efektivitas fungsi dari dewan komisaris terkait fungsi monitoring, sehingga jika fungsi monitoring yang dilakukan oleh dewan komisaris berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka target yang ingin dicapai untuk memaksimumkan nilai perusahaan akan tercapai. Dewan direksi dalam suatu perusahaan yg semakin banyak akan memberikan suatu bentuk pengawasan yang semakin lebih baik terhadap kinerja perusahaan. Dengan kinerja perusahaan yang baik dan terkontrol maka akan menghasilkan profitabilitas yang baik dan nantinya akan dapat meningkatkan harga saham perusahaan dan nilai perusahaanpun juga akan ikut meningkat. Sedangkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan tingkat kepemilikan manajerial dalam perusahaan tidak akan mempengaruhi opini publik tentang nilai suatu perusahaan. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan dengan besarnya kepemilikan institusi dalam suatu perusahaan, hal tersebut dianggap tidak mampu melakukan fungsi pengawasan terhadap aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja perusahaan. Dan Komite audit tidak berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan keberadaan komite audit bukan merupakan jaminan bahwa kinerja perusahaan akan semakin baik, sehingga pasar menganggap keberadaan komite audit bukanlah faktor yang mereka pertimbangkan dalam mengapresiasi nilai perusahaan.

Kata Kunci : Kepemilikan Manajerial,Kepemilikan Institusional,Dewan Komisaris Independen,Komite Audit,Dewan Direksi.

(11)

x

ABSTRAC

Kurnia, 2021. "The Effect of The Implementation of Good Corporate Governance on Corporate Value in Banking Companies listed on the Indonesia Stock Exchange". Accounting Study Thesis Program, Faculty of Economics and Business. Supervised by Mahmud Nuhung and Linda Arisanty Razak.

This study aims to examine the effect of implementing good corporate governance on firm value, including managerial ownership, institutional ownership, independent board of commissioners, audit committee, and board of directors. This type of research used in this research is explanatory research.

The type of data used is secondary data in the form of annual reports of banking companies listed on the Indonesian stock exchange 2015-2019. The sample used is 20 banking companies with a total of 100 observations. The research data analysis technique is multiple linear regression with the help of the SPSS 22 program. Based on the test results it is known that the independent board of commissioners and the board of directors have an effect on firm value, while managerial ownership, institutional ownership, and audit committee have no effect on firm value. The test results show that the independent board of commissioners is able to increase the value of the company, this is because a large number of commissioners will make it easier to control management and the monitoring is more effective in terms of increasing company value. The board of directors is believed to be able to increase the value of the company because the board of directors is more effective in making decisions in management.

While managerial ownership has no effect on firm value, this is because when managerial ownership has increased, but it does not increase company value, it is caused by managerial ownership in banking companies listed on the Indonesian stock exchange from 2015-2019 is still less than one hundred percent so that managerial ownership not responded by investors as a positive signal in increasing company value. Institutional ownership has no effect on firm value, this is because institutional ownership reduces firm value, this is because institutional investors are not the majority owners so they are unable to monitor manager performance properly. The audit committee has no effect on firm value, this is because the increase and decrease in the number of members in the audit committee is not a guarantee that the performance of a company will improve, so investors think that the existence of an audit committee is not a factor that can be taken into consideration in increasing company value.

Keywords: Kepemilikan Manajerial,Kepemilikan Institusional,Dewan Komisaris Independen,Komite Audit,Dewan Direksi.

(12)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL

HALAMANJUDUL ... i

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... ..v

ABSTRAK ... ....viii

DAFTARISI ... x

DAFTARTABEL ... xi

DAFTARGAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang ... 1

B. RumusanMasalah ... 6

C. Tujuan penulisan ... 6

D. Manfaat ... 6

BAB II TINJAUANPUSTAKA A. Landasan Teori ... 8

B. Tinjauan Empiris ... 32

C. Kerangka Pikir ... 34

D. Perumusan hipotesis ... 35

BAB III METODEPENELITIAN A. Jenispenelitian ... 40

(13)

xii

B. Populasidan sampel ... 40

C. Jenis data dan sumber data ... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Teknik analisis data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum objek penelitian ... 48

B. Hasil penelitian dan pembahasan ... 52

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

DAFTARPUSTKA ... 68

LAMPIRAN ... 71

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Assessment GCG ... 4

Tabel 2.1Penelitian terdahulu ... 27

Tabel 3.1 Sampel penelitian ... 52

Tabel 4.1 Deskriptif Statistik ... 52

Tabel 4.2 Uji Normalitas Data ... 54

Tabel 4.3 Uji Multikolineritas ... 55

Tabel 4.5 Uji Regresi Linear Berganda ... 58

Tabel 4.6 Uji Koefisien Determinasi ... 59

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hasil Assessment GCG ... 4

Gambar 2.2 Kerangka berpikir ... 35

Gambar 2.3 Struktur Organisasi ... 51

Gambar 3.1 Uji Heteroskedisitas ... 55

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Sampel Penelitian ...72 Hasil Uji Analisis ...76 Lampiran Surat Izin Penelitian ...79

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan di dunia perbankan yang sangat pesat dan tingkatan kompleksitas yang besar bisa mempengaruhi terhadap performa sesuatu bank.

Kompleksitas usaha perbankan yang besar bisa tingkatkan resiko yang dialami oleh bank- bank yang terdapat di Indonesia. Bank ialah industri yang dalam aktivitas usahanya mengandalkan keyakinan penduduk sehingga tingkatan kesehatan bank butuh dipelihara. Pemeliharaan kesehatan bank antara lain dicoba dengan senantiasa melindungi likuiditasnya sehingga bank bisa penuhi kewajiban kepada seluruh pihak yang menarik ataupun mencairkan simpanannya sewaktu- waktu. Kesiapan penuhi kewajiban tiap dikala ini jadi terus menjadi bernilai maksudnya mengingat peranan bank selaku lembaga yang berperan memperlancar terus lintas pembayaran. Di samping aspek likuiditas, keberhasilan usaha bank pula didetetapkan oleh kesanggupan para pengelola dalam melindungi rahasia keuangan nasabah yang dipercayakan kepadanya dan keamanan atas asset yang lain yang dititipkan pada bank.

Bernilainya melindungi keyakinan penduduk terhadap bank sebab aktivitas utama bank merupakan penghimpun dana dari penduduk setelah itu menyalurkan dengan tujuan untuk mendapatkan pemasukan. Oleh karenanya, bank Indonesia mempraktikkan ketentuan tentang kesehatan bank. Bagi suatu kajian yang diselenggarakan oleh bank dunia, lemahnya implementasi sistem tata kelola industri ataupun yang biasa diketahui dengan sebutan good corporate governance ialah salah satu aspek penentu parahnya krisis yang terjalin di Asia

1

(18)

Tenggara. Kelemahan tersebut antara lain terlihat dari minimnya pelaporan kinerja keuangan, kurangnya pengawasan aktivitas manajemen oleh dewan komisaris dan auditor, serta kurangnya intensif eksternal untuk mendorong terciptanya efisiensi di perusahaan melalui persaingan yang sehat.

Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan operasional bergantung pada dana yang dipercayakan oleh pengguna jasanya atau nasabah. Kestabilan suatu perekonomian Negara juga dipengaruhi oleh kesehatan sistem perbankannya. Tanpa adanya lembaga bank yang bisa menghimpun,mengelola dan menyalurkan dana dari rakyat,sektor-sektor perekonomian tidak akan berkembang. Oleh karena itu sangatlah penting jika sebuah perusahaan menerapkan Good Corporate Governance. Lemahnya penerapan corporate governance menjadi pemicu utama terjadinya berbagai skandal keuangan.

Kasus penipuan, penggelapan, pembobolan dan korupsi yang dilakukan oleh oknum bank itu sendiri banyak terjadi di perbankan Indonesia. Contoh kasus terjadi pada Citibank tahun 2011. Dalam kasus tersebut dana nasabah yang bernilai triliunan dibobol oleh Inang Malinda yang merupakan pegawai dari Citibank. Imbasnya kepada bank-bank lain adalah kepercayaan nasabah yang sedikit pudar. Nasabah mulai bertanya-tanya tentang keamanan dana mereka.

Terjadinya berbagai kasus perbankan yang banyak terjadi di Indonesia membuat banyak pihak yang mulai berpikir bahwa penerapan corporate governance menjadi suatu kebutuhan di dunia bisnis sebagai barometer akuntabilitas dari suatu perusahaan.

Penerapan good corporate governance ini dinilai dapat memperbaiki citra perbankan yang sempat buruk,melindungi kepentingan stakeholder serta meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku

(19)

dan etika umum pada industri perbankan dalam rangka mencitrakan sistem perbankan yang sehat. Corporate governance lebih condong pada serangkaian pola perilaku perusahaan terhadap para pemegang saham, dan stakeholders, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar analisis dalam mengkaji corporate governance di suatu Negara dengan memenuhi transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan yang sistematis yang dapat digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai good corporate governance terhadap nilai perusahaan dan bagaimana korelasi antar kebijakan tentang tentang buruh dan nilai perusahaan. Selain itu penerapan good corporate governance di dalam perbankan diharapkan dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan perbankan, dikarenakan penerapan corporate governance ini dapat meningkatkan kinerja keuangan,mengurangi risiko akibat tindakan pengelolaan yang cenderung menguntungkan diri sendiri. Perusahaan yang menerapkan good corporate governance akan lebih efisien dan daya saingnya meningkat.

Joni Emirzon (2010) menemukan bahwa “alasan utama perusahaan menerapkan good corporate governance (GCG) adalah kepatuhan terhadap peraturan”. Perusahaan meyakini bahwa implementasi good corporate governance berhubungan dengan peningkatan citra perusahaan. Good corporate governance (GCG) merupakan bentuk lain penegakan etika bisnis dan etika kerja yang sudah lama menjadi komitmen perusahaan, dan implementasi good corporate governance berhubungan dengan peningkatan citra perusahaan.

Perusahaan yang mempraktikan good corporate governance, akan mengalami perbaikan citra, dan peningkatan nilai perusahan.

(20)

Good Corporate Governance mengandung lima prinsip utama, yaitu keterbukaan (Transparancy), akuntabilitas(Accountability), tanggung jawab(Responsibility),independensi(Independency) seta kewajaran(Fairness).

Prinsip tersebut diciptakan untuk dapat melindungi kepentingan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).

Tabel 1.1 Hasil Assessment Perusahaan Yang Menerapkan GCG Periode Tahun 2011-2014.

No. Nama Emiten Kategori Usaha 2015 2016 2017 2018 2019

1

Bank Rakyat Indonesia Agronia

Tbk Bank Umum Swasta 2,13 2,11 2,08 2,03 1,69

2 Bank Capital Indonesia Tbk Bank Umum Swasta 3,10 3,03 3,13 3,08 3,11 3 Bank Central Asia Tbk Bank Umum Swasta 1,89 1,90 1,87 1,85 1,98 4

Bank Negara Indonesia

(Persero) Tbk Bank Umum Pemerintah 1,90 1,87 1,89 2,02 2,01 5

Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk Bank Umum Pemerintah 2,08 2,01 2,03 2.06 1,98 6 Bank Bukopin Bank Umum Swasta 1,78 1,87 1,97 2,01 2,03 7

Bank Tabungan Negara

(Persero) Tbk Bank Umum Pemerintah 1,90 1,85 1,98 2,05 2,15 8 Bank Danamon Indonesia Tbk Bank Umum Swasta 1,67 2,01 2,07 2,06 1,88 9 Bank QNB Indonesia Tbk Bank Umum Swasta 2,14 2,07 2,05 2,01 1,98 10 Bank Mandiri (Persero) Tbk Bank Umum Pemerintah 2,11 1,98 1,99 2,06 2,04 11 Bank CIMB Niaga Tbk

Bank Pembangunan

Daerah 2,03 1,99 1,94 1,96 2,01

12 Bank Maybank Indonesia Tbk Bank Umum Swasta 1,99 2,01 2,03 2,06 2,09 13 Bank Permata Tbk Bank Umum Swasta 2,11 2,09 2,03 2,01 1,67 14 Bank BRI Syariah Tbk Bank Umum Swasta 1,88 1,77 1,90 1,92 2,04 15

Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk

Bank Pembangunan

Daerah 2,14 2,16 2,09 3,02 2,76

16

Bank Victoria Internasional Tbk

Bank Pembangunan

Daerah 3,11 3,13 3,08 3,05 2,98

17

Bank Mayapada Internasional

Tbk Bank Umum Swasta 2,09 1,99 2,03 2,05 1,87

18 Bank Mega Tbk Bank Umum Swasta 1,88 1,85 1,80 2,02 2,04 19 Bank OCBC NIPS Tbk Bank Umum Swasta 2,02 2,11 2,03 2,08 1,99 20

Bank Woori Saudara Indonesia

Tbk Bank Umum Swasta 2,12 2,15 1,98 1,96 2,05

(21)

Pada dasarnya isu tentang corporate governance dilatarbelakangi oleh agency theory yang menyatakan permasalahan agency muncul ketika pengelolaan suatu perusahaan terpisah dari pemiliknya. Pemilik sebagai pemasok modal perusahaan mendelegasikan wewenangnya atas pengelolaan perusahaan kepada profesional manager. Akibatnya, kewenangan untuk menggunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan sepenuhnya ada di tangan eksekutif. Hal itu menimbulkan terjadinya manajemen tidak bertindak yang baik untuk kepentingan pemilik karena adanya perbedaan kepentingan ( conflict of interest). Manajer dengan informasi yang dimilikinya bisa bertindak hanya untuk menguntungkan dirinya sendiri dengan mengorbankan kepentingan pemilik karena manajer memiliki informasi perusahaan yang tidak dimiliki pemilik. Hal ini akan mempengaruhi nilai perusahaan dan menghilangkan kepercayaan investor terhadap pengembalian (return) atas investasi yang telah mereka tanam pada perusahaan tersebut.

Maka untuk mengatasi permasalahan agency, pihak perbankan melakukan pembenahan terhadap sistem tata kelola perusahaan untuk mencapai good corporate governance dibutuhkan suatu mekanisme cara kerja secara sistem untuk memantau terhadap keseluruhan kebijakan yang diambil.

Pengawasan merupakan bagian integral dari proses manajemen. Mengawasi berarti melihat dan memperhatikan apakah yang dilaksanakan (kenyataan) sesuai dengan yang seharusnya (rencana). Mekanisme dalam pengawasan corporate governance dibagi dalam dua kelompok yaitu internal dan eksternal mechanism. Internal mechanism adalah cara untuk mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham,komposisi dewan komisaris,komposisi dewan direksi,komite

(22)

audit dan pertemuan dengan board of directur. Sedangkan eksternal mechanism adalah cara mempengaruhi perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme internal seperti pengendalian perusahaan dengan ekanisme pasar.

Indikator Good Corporate Governance akan diproksikan dengan Kepemilikan Manajerial,Kepemilikan Institusional,Dewan Komisaris Independenden,Komite Audit,dan Dewan Direksi.

Kepemilikan Manajerial merupakan Kepemilikan Perusahaan yang berkaitan langsung dengan pengendalian operasional perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda seperti antara manajer yang sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham.

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh institusi (badan). Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic manajer (Utami and Rahmawati,2012).

Dewan Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Dalam rangka penerapan prinsip-prinsip good corporate governance, saat ini keberadaan komisaris independen sangat diperlukan pada jajaran dewan komisaris suatu perseroan.

Fungsi dewan komisaris adalah pengawasan yang wajib dilaksanakan dengan

(23)

sebaik-baiknya untuk kepentingan perseroan. Tujuan utama adanya komisaris independen dalam jajaran dewan komisaris pada dasarnya adalah sebagai penyeimbang pengawasan dan penyeimbang persetujuan atau keputusan yang diperlukan.

Komite Audit adalah suatu komite yang berpandangan tentang masalah akuntansi,laporan keuangan, dan penjelasannya. Sistem pengawasan internal serta auditor independen. Komite audit tersebut dibentuk oleh dewan komisaris.

Tugas pokok dari komite audit pada prinsipnya adalah membantu dewan komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan atas nilai perusahaan. Hal tersebut terutama berkaitan dengan review sistem pengendalian intern perusahaan, memastikan kualitas laporan keuangan dan meningkatkan efektivitas fungsi audit. Laporan keuangan merupakan produk dari manajemen yang kemudian diverifikasi oleh eksternal auditor. Tugas komite audit juga erat kaitannya dengan penelaahan terhadap risiko yang dihadapi perusahaan, dan juga ketaatan terhadap peraturan.

Dewan Direksi merupakan pusat dari pengendalian dalam perusahaan.

Dan arti lebih jelasnya dewan direksi ini merupakan penangung jawab utama dalam tingkat kesehatan dan keberhasilan perusahaan.

Penelitian ini ingin mengungkapkan apakah good corporate governance yang terdiri dari Kepemilikan Manajerial, kepemilikan Institusional, Dewan Direksi,Dewan Komisaris Independen dan Komite Audit berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.Oleh karena itu, penelitian ini mengangkat judul “Pengaruh penerapan good corporate governance Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.

(24)

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

3. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

4. Apakah komite audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

5. Apakah dewan direksi berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

C. Tujuan penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2. Untuk menguji apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

3. Untuk menguji apakah komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan

4. Untuk menguji apakah komite audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan

5. Untuk menguji apakah dewan direksi berpengaruh terhadap nilai perusahaan

(25)

D. Manfaat penelitian 1. Aspek teoritis

Sejalan dengan adanya tujuan Penelitian diatas, peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan terhadap masyarakat umum sebagai pengguna jasa perbankan dan kreditur, debitur maupun investor dalam menganalisa pengelolaan good corporate governance tehadap nilai perusahaan sebagai dasar pertimbangan dalam mengambil keputusan dalam hal investasi khususnya bank yang ada di kota Makassar.

2. Aspek Praktis

a) Bagi sektor perbankan dapat dijadikan sebagai dasar untuk meningkatkan citra perbankan dan kesehatan perusahaan dan yang terpenting adalah meningkatkan nilai perusahaan.

b) Di bidang akademis penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi literatur di bidang keuangan. Selain itu, penelitian berharap penelitiannya mampu menjadi salah satu pertimbangan dalam pengembangan ilmu bidang keuangan perbankan dan juga bisa menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Menurut Jensen and Meckling (1976) Teori Keagenan adalah suatu kontrak di bawah satu atau lebih yang melibatkan agent untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agent. Baik maupun agent diasumsikan orang ekonomi rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.

Mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan kepada manajer atau agnet. Bagaimanapun juga, manajer tidak selalu bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Tujuan utama dari teorin keagenan (agency theory) adalah untuk menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan hubungan kontrak yang tujuannya untuk meminimalisasi biaya sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetris dan kondisi ketidakpastian.

Teori keagenan berusaha untuk menjawab masalah keagenan yang terjadi karena pihak-pihak yang saling bekerja sama mempunyai tujuan yang berbeda. Teori keagenan (Agency Theory) ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan). Pertama adalah masalah keagenan yang muncul pada saat keinginan-keinginan atau tujuan- tujuan principal dan agent saling berlawanan dan merupakan hal yang sulit bagi principal untuk melakukan verifikasi apakah agent telah melakukan sesuatu dengan tepat. Kedua, masalah pembagian dalam menanggung risiko yang timbul

10

(27)

dimana principal dan agent memiliki sikap yang berbeda terhadap risikop. Inti dari hubungan keagenan adalah di dalam hubungan keagenan tersebut terdapat adanya pemisahan antara kepemilikan (pihak principal) yaitu pemegang saham dengan pihak pengendalian (pihak agent) yaitu manajer yang mengelola perusahaan.

Dalam teori keagenan menjelaskan tentang dua pelaku ekonomi yang saling bertentangan yaitu principal dan agent. Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (principal) memerintah orang lain (agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika prinsipal dan agen memiliki tujuan yang sama maka agen akan mendukung dan melaksanakan semua yang diperintahkan oleh prinsipal.

Berkaitan dengan maslaah keagenan, good corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan dari teori keagenan, diharapkan bias berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan.

Menurut (Eisenhardt,1989) teori keagenan oleh beberapa asumsi yang dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu asumsi sifat manusia,asumsi keorganisasian dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia menekankan manusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri (selfinterest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai resiko (risk aversion). Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria efektivitas, dan adanya asimetri informasi antara prinsipal dan agen.

Asumsi informasi adalah informasi sebagai barang komoditi yang bias diperjual belikan. Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate governance yang

(28)

merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atau dana yang telah mereka investasi. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakni bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/capital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer.

Konflik kepentingan yang dikarenakan oleh kemungkinan agen tidak bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal akan memicu terjadinya biaya yang disebut biaya keagenan, Jensen dan meckling (1976) mendefinisikan biaya keagenan dalam tiga jenis, yaitu:

1. Biaya monitoring (monitoring cost), pengeluaran biaya yang dirancang untuk mengawasi aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh agen.

2. Biaya bonding (bonding cost), untuk menjamin bahwa agen tidak akan bertindak yang dapat merugikan prinsipal, atau untuk meyakinkan bahwa principal akan memberikan kompensasi jika dia benar-benar melakukan tindakan yang tepat.

3. Kerugian residual (residual loss), merupakan nilai yang ekuivalen dengan pengurangan kemakmuran yang didalami oleh principal sebagai akibat dari perbedaan kepentingan.

(29)

1. Good Corporate Governance (GCG)

Good Corporate Governance adalah suatu sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bsinis perusahaan. Good Corporate Governance mengatur pembagian tugas, hak, dan kewajiban mereka yang berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan, termasuk para pemegang saham, dewan pengurus,para manajer, dan semua anggota stakeholder non pemegang saham. Good Corporate Governance juga mengetengahkan ketentuan dan prosedur yang harus diperhatikan dewan pengurus board of directurs dan direksi dalam pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan kehidupan perusahaan. Dengan pembagian tugas,hak, dan kewajiban serta ketentuan dan prosedur pengambilan keputusan, perusahaan mempunyai pegangan yang dimana menentukan sasaran usaha (corporate Objektivities) dan strategi untuk mencapai sasaran tersebut. Pembagian tugas,hak,dan kewajiban di atas juga berfungsi sebagai pedoman bagaimana mengevaluasi kinerja board of directurs dan manajemen perusahaan.

Bank dunia (World Bank) mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai kumpulan hukum,peraturan,dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi,yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan (Effendi,2009).

istilah good corporate governance secara umum dikenal sebagai suatu sistem dan struktur yang baik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai pemegang saham serta mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan stakeholder, seperti

(30)

kreditur,pemasok,asosiasibisnis,konsumen,pekerja,pemerintah,dan masyarakat luas. Prinsip good corporate governance dapat digunakan untuk melindungi pihka-pihak minoritas dari pengambil alih yang dilakukan oleh para manajer dan pemegang saham dengan mekanisme legal.

Corporate governance menurut forum for corporate governancein Indonesia (FCG) didefinisikan sebagai perangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,pengelola perusahaan,pihak kreditur,pemerintah,karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.

Tujuan corporate governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder).

Corporate governance adalah suatu konsep yang menyangkut struktur perseroan,pembagian tugas,pembagian kewenangan dan pembagian beban tanggung jawab dari masing-masing unsur yangmembentuk struktur perseroan.

Dan mekanisme yang harus ditempuh oleh masing-masing unsur dan perseroan tersebut,serta hubungan-hubungan antara unsur-unsur dari struktur perseroan itu mulai dari rapat umum pemegang saham (RUPS),direksi,komisaris,juga mengatur hubungan-hubungan antata unsur-unsur dari struktur perseroan dengan unsur-unsur di luar perseroan yang pada hakekatnya merupakan stakeholder dari perseroan,yaitu Negara yang sangat berkepentingan akan perolehan pajak dari perseroan yang bersangkutan, dan masyarakat luas yang meliputi para investor publik dari perseroan itu (dalam hal perseroan merupakan perusahaan publik), calon investor,kreditur dan calon kreditur perseroan.

(31)

Corporate governance adalah suatu konsep yang luas (sjahdeni,1999), berdasarkan uraian mengenai corporate governance tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa good corporate governance adalah suatu sistem pengelolaan perusahaan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja perusahaan, melindungi kepentingan stakeholder dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum.

2. Tujuan Good Corporate Governance

Tujuan Good Corporate Governance mempunyai lima tujuan yaitu:

1. Melindungi hak dan kewajiban kepentingan pemegang saham, maksudnya penyalahgunaan jabatan seperti CEO (Chief Executive Office) dan Board of Directurs perusahaan besar akan merugikan stakeholders

2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholder non pemegang saham

3. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham

4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dewan pengurus (Board of Directurs) dan manajemen perusahaan.

5. Meningkatkan mutu hubungan board of directurs dengan manajemen senior perusahaan.

3. Manfaat penerapan Good Corporate Governance bagi perusahaan

Menurut Effendi (2009), ada empat manfaat yang diperoleh perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance antara lain:

1. Meningkatkan reputasi manajemen (reputation management),reputasi merupakan hal yang kritikal bagi kesuksesan perusahaan. Reputasi yang positif perlu dibangun dan dikelola oleh perusahaan secara serius.

(32)

2. Mempermudah dalam mengelola profil risiko ( risk profile) dan manajemen risiko (risk management).

3. Meningkatkan kreativitas dan inovasi terutama pada karyawan level bawah. Perusahaan dapat berkembang dengan pesat, apabila pada karyawan memiliki ide-ide kreatif dan inovasi yang tinggi dapat diaplikasikan untuk kemajuan perusahaan.

4. Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance akan berfokus pada tujuan utama, sehingga dapat melakukan perbaikan langsung pada berbagai bidang operasional yang berdampak pada penghematan biaya (cost reducation).

4. Prinsip-prinsip corporate governance

secara umum penerapan corporate governance secara konkret memiliki tujuan terhadap perusahaan sebagai berikut:

1. Memudahkan akses terhadap investasi domestic maupun asing.

2. Mendapatkan cost of capital yang lebih murah

3. Memberikan kepuasan yang lebuih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan

4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan diri stakeholder terhadap perusahaan

5. Melindungi direksi dan komisaris, dari tuntutan hukum.

6. Tahap-tahap penerapan Good Corporate Governancebagi perusahaan Pada umumnya perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan Good Corporate Governance menggunakan pengtahapan berikut:

(33)

a. Tahap persiapan

1) Awereness Building: membangun kesadaran akan pentingnya Good Corporate Governance dan membangun komitmen bersama dalam penerapannya. Upaya ini dapat dilakukan dengan memakai tenaga ahli independen dari luar melalui seminar,dan diskusi kelompok.

2) Good Corporate Governance Assesment: mengukur atau memetakan kesiapan perusahaan saat ini dalam penerapan Good Corporate Governance. Langkah ini penting untuk menentukan intrastruktur dan struktur perusahaan atau organisasi yang dibutuhkan untuk kesusksesan penerapan Good Corporate Governance.

3) Manual Building: penyusunan manual dapat dibantu tenaga ahli independen dari luar perusahaan atau organisasi. Manual dapat dibedakan menjadi manual untuk organ-organ perusahaan dan manual untuk keseluruhan anggota perusahaan atau organisasi.

Secara umum harus mencakup kebijakan Good Corporate Governance perusahaan atau organisasi, pedoman Good Corporate Governance bagi organ-organ perusahaan atau organisasi,pedoman perilaku, audit committee charter, kebijakann disclosure dan transaparansi, kebijakan dan kerangka manajemen risiko,roadmap implementasi.

Dari beberapa tahapan tersebut pemenuhan kepentingan seluruh stakeholder secara seimbang berdasarkan peran dan fungsinya masing-masing dalam suatu perusahaan merupakan tujuan utama yang hendak dicapai, prinsip- prinsip dari corporate governance yang menjadi indicator,sebagaimana dijelaskan oleh organization for economic cooperation and development (OECD),

(34)

adalah:

1. Transparancy (transparansi)

Transparansi adalah adanya pengungkapan suatu informasi yang terbuka, tepat waktu,serta jelas dan dapat dibandingkan dengan keadaan yang menyangkut tentang keuangan,pengelolaan perusahaan dan kepemilikan perusahaan. Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasin yang materil dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemakai kepentingan.

2. Accountability (Akuntanbilitas)

Akuntabilitas menekankan pada pentingnya penciptaan sistem pengawasan yang efektif berdasarkan pembagian kekuasaan antara komisaris, direksi, dan pemegang saham yang meliputi monitoring,evaluasi, dan pengendalian terhadap manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya.

3. Responsibility (pertanggungjawaban)

Responsibility (pertanggungjawaban) adalah adanya tanggung jawab pengurus dalam manajemen,pengawasan manajemen serta pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham. Prinsip ini mewujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsenkuensi logis dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan wewenang kekuasaan, menjadi professional dan menjunjung etika dan memelihara bisnis yang kuat.

4. Independensi (independen)

Untuk melancarkan asas corporate governance, perusahaan harus

(35)

dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Independen diperlukan untuk menghindari adanya potensi konflik kepentingan yang mungkin timbul oleh para pemegang saham mayoritas. Mekanisme ini menuntut adanya rentang kekuasaan antara komposisi komite dalam komisaris, dan pihak luar seperti auditor. Keputusan yang dibuat dan proses yang terjadi harus obyektif tidak dipengaruhi oleh kekuatan pihak-pihak tertentu.

5. Fairness (kewajaran)

Prinsip kewajaran (fairness) merupakan prinsip perlakuan yang adil bagi seluruh pemegang saham. Keadilan disini diartikan sebagai perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham,terurama kepada pemegang saham.

7. Indikator Good Corporate Governance 1. Kepemilikan Manajerial

Gideon (2010) menyatakan bahwa dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer.

perusahaanKepemilikan manajerial merupakan kepemilikan perusahaan yang berkaitan langsung dengan pengendalian operasional perusahaan..Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diharapkan pada perusahaan yang mereka kelola.Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempegaruhi tindakan manajemen laba.

(36)

Kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Secara teoritis ketika kepemilikan manajemen rendah, maka insentif terhadap manajemen laba kemungkinan terjadinya perilaku opportunistik manajer akan meningkat. Kepemilikan manajer terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen Sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik.

Menurut Rosma (2012), menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial memiliki hubungan negatif dengan earning management. Hasil penelitian ini mendukung bukti bahwa kepemilikan manajerial mengurangi dorongan perilaku opportunistik manajer sehingga akan mengurangi earning management dan meningkatkan kualitas laba serta konsenkuensinya tentu terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Berdasarkan penelitian tersebut dapat diartikan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial pada perusahaan maka akan semakin mengurangi kecenderungan manajer melakukan earning management.

2. Kepemilikan Institusional

Menurut chen et al, (2012), Kepemilikan Institusional didefinisikan sebagai besarnya persentase saham yang dimiliki oleh investor institusion.

kepemilikan instutisional sebagai persentase suatu perusahaan yang memiliki mutual funds, investment banking,asuransi,dana pension,reksadana dan bank kepemilikan perusahaan oleh pihak luar mempunyai kekuatan yang besar dalam mempengaruhi perusahaan melalui media massa berupa kritikan atau komentar

(37)

yang semuanya dianggap public atau masyarakat.

Adanya kosentrasi kepemilikan pihak luar menimbulkan pengaruh dari pihak luar sehingga mengubah pengelolaan perusahaan yang semula berjalan sesuai keinginan perusahaan itu sendiri menjadi memiliki keterbatasan.

Keberadaan investor institusional dapat menunjukan mekanisme corporate governance yang kuat yang bisa digunakan untuk memonitor manajemen perusahaan. Kepemilikan instutisional umumnya dan manajer sebagai pengelola perusahaan pada khususnya.

(Jama’an,2013) menyatakan bahwa pengaruh investor institusional terhadap manajemen perusahaan dapat menjadi sangat penting serta dapat digunakan untuk menyelaraskan kepentingan manajemen dengan para pemegang saham. adanya bukti yang menyatakan bahwa tindakan pengawasan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan pihak investor institusional dapat membatasi perilaku para manajer. tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri.

Kepemilikan asing diharapkan menjadi salah satu cara meningkatkan perusahaan di Negara berkembang melalui modal dan tehnologi baru.

Kepemilikan asing meningkatkan persaingan pasar sehingga memaksa perusahaan domestik restrukturisasi lebih cepat. Restrukturisasi melalui perbaikan tehnologi dan perbaikan corporate governance serta perubahan jangkauan dan kualitas barang yang diproduksi.

Hasil para peneliti, terdapat hubungan antara kepemilikan institusional dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan. Menurut keperaturan kementerian

(38)

keuangan (Kepmenkeu) Nomor 179/KMK.010/2003 tentang kepemilikan saham dan permodalan perusahaan efek. Benchmark kepemilikan institusional paling rendah sekitar 25% (dua puluh lima perseratus) saham dari perusahaan.

3. Dewan komisaris independen

Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertujuan melakukan pengawasan secara umum atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Dewan komisaris bertugas untuk mengawasi jalannya perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip Good corporate governance.

Selain itu, dewan komisaris memiliki kewajiban untuk mengawasi kinerja dewan direksi dan mengawasi pelaksanaan kebijakan dari dewan direksi. Dalam peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 disebutkan bahwa jumlah anggota dewan komisaris minimal 3 orang atau paling banyak sama dengan jumlah anggota direksi. Dewan komisaris terdiri dari komisaris dan komisaris independen,dan minimal 50% dan jumlah anggota dewan komisaris adalah komisaris independen.

Dewan komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafilasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata untuk kepentingan perseroan. Dewan komisaris independen berperan sebagai penyeimbang dalam pengambilan keputusan dewan komisaris.

(39)

4. Komite Audit

Menurut sam,ani (2012),menyatakan komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas khusus atau sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan klien yang bertanggung jawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independesinya dari manajemen.

komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan tercatat yang anggotanya diangkat dan dihentikan oleh dewan komisaris perusahaan tercatat untuk membantu melakukan pemeriksaan yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan perusahaan tercatat. Sedangkan pengertian komite adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang besar, untuk mengejarkan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas khusus. Sedangkan keaanggotaan komite audit sesuai dengan peraturan BEI adalah sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang anggota. Seorang diantaranya adalah komisaris independen perusahaan tercatat yang sekaligus merangkap sebagai ketua komite audit.

a. Tugas dan Tanggung jawab komite audit

Komite audit memiliki tugas terpisah dalam menjalankan tugasnya dan wajib menyampaikan laporan atas aktivitasnya kepada seluruh anggota dewan komisaris tercatat secara berkala. Sesuai dengan peraturan BEI tugas komite audit adalah memberikan pendapat profesional yang independen kepada dewan komisaris terhadap laporan atas hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris serta mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris. Seperti diatur dalam Kep-29/PM/2004 yang merupakan peraturan yang mewajibkan perusahaan membentuk komite audit, tugas komite

(40)

audit antara lain:

a) Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan seperti laporan keuangan,proyeksi dan informasi keuangan lainnya.

b) Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan perundangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.

c) Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal.

d) Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi.

e) Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan emiten

f) Menjaga kerahasiaan dokumen,data, dan rahasia perusahaan.

Adapun selain tugas dari komite audit yang telah diuraikan diatas, komite audit juga memiliki tanggung jawab, antara lain adalah:

a) Memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi keuangan,hasil usaha, dan rencana jangka panjang.

b) Memastikan bahwa perusahaan dijalankan sesuai dengan undang- undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan usahanya dengan beretika, dan melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan.

(41)

c) Mengawasi perusahaan termasuk didalamnya pamahaman tentang masalah yang berpotensi mengandung resiko dan sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.

b. Manfaat dan tujuan pembentukan komite audit

Manfaat komite audit yang dibentuk sebagai komite khusus di perusahaan untuk mengoptimalkan fungsi pengawasan yang sebelumnya merupakan tanggung jawab penuh dari dewan komisaris serta bermanfaat untuk memberdayakan fungsi komisaris dalam melakukan pengawasan.serta laporn keuangan yang berkualitas, ketaatan pada peraturan-peraturan yang berlaku, dan pengawasan internal yang memadai.

Tujuan dari pembentukan komite audit adalah:

1. Memastikan laporan keuangan yang dikeluarkan tidak menyesatkan dan sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum(PABU).

2. Memastikan bahwa pengendalian internal memadai.

3. Menindaklanjuti terhadap dugaan adanya penyimpangan yang material dibidang keuangan dan implikasi hukumnya.

4. Merekomendasikan seleksi auditor internal dan memberikan pengawasan.

5. Menyeluruh.

5. Dewan Direksi

Adanya pemisahan peran dikarenakan Indonesia mengadopsi two-tier board maka pemisahan peran antara pemegang saham sebagai prinsipal dengan manajer sebagai agennya, menyebabkan manajer pada akhirnya akan memiliki hak pengendalian yang signifikan dalam hal mereka mengalokasikan dana investor. dewan direksi merupakan pusat dari pengendalian dalam

(42)

perusahaan, dan dewan ini merupakan penanggung jawab utama dalam tingkat kesehatan dan keberhasilan perusahaan.

Perusahaan Indonesia tidak diberi batasan berapa banyak seharusnya jumlah dewan direksi. Peraturan hanya menyebutkan bahwa untuk sebuah perusahaan perseroan terbuka yang menerbitkan surat pengakuan hutang wajib mempunyai paling sedikit dua orang anggota direktur.

8. Pengertian Nilai Perusahaan

Ada beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan. Tujuan perusahaan yang pertama adalah mencapai keuntungan maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. Tujuan yang kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham. Sedangkan tujuan perusahaan yang ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Ketiga tujuan perusahaan tersebut sebenarnya secara subtansial tidak banyak berbeda. Hanya saja penekanan yang ingin dicapai oleh masing-masing perusahaan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

(Martono dan Harjito Menurut Hasnan (2013),

Tujuan pokok yang ingin dicapai perusahaan adalah memaksimumkan nilaiperusahaan. Tujuan tersebut dipergunakan karena dengan memaksimumkan nilai perusahaan maka pemilik perusahaan akan menjadi lebih makmur. Nilai perusahaan adalah sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham dan Gapensi, 1996). Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham yang merupakan

(43)

cerminan dari keputusan investasi, perdanaan, dan manajemen asset.

Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai asset perusahaan sesungguhnya.

Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga akan meningkatkan harga saham. Dengan meningkatnya harga saham maka nilai perusahaan pun akan meningkat.

Menurut Christiawan dan Tarigan (2017), terdapat beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan antara lain:

1) Nilai Nominal yaitu nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif.

2) Nilai Pasar, sering disebut Kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan dijual di pasar saham.

3) Nilai Instrinstik merupakan nilai yang mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai instrinsik ini bukan sekedar harga dari sekumpulan asset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari.

4) Nilai Buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi.

(44)

5) Nilai likuiditas adalah nilai jual seluruh asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa itu merupakan bagian para pemegang saham. Nilai likuiditas bisa dihitung berdasarkan neraca performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan likuidasi.

Adapun tiga alasan mengapa nilai dari setiap bisnis akan dimaksimalkan jika bisnis diorganisasikan sebagai suatu perseroan terbatas, yaitu antara lain:

1. Kewajiban terbatas mengurangi risiko yang ditanggung oleh para investor, dan jika semua hal yang lain konstan, semakin rendah risiko perusahaan, maka semakin tinggi nilainya.

2. Nilai perusahaan akan tergantung pada peluang pertumbuhanya, yang selanjutnya akan bergantung pada kemampuan perusahaan untuk menarik modal. Karena perseroan terbatas dapat menarik modal secara lebih mudah daripada bisnis-bisnis yang tidak terinkorporasi, maka dapat dengan lebih baik mengambil keuntungan dari peluang-peluang pertumbuhan.

3. Nilai dari suatu asset juga bergantung pada likuiditasnya, yang artinya kemudahan untuk menjual asset dan mengubahnya menjadi uang tunai pada suatu “Nilai Pasar yang wajar”. Karena investasi pada saham dari perseroan terbatas adalah jauh lebih likuid daripada investasi yang serupa di suatu kepemilikan perseroangan atau persekutuan, maka hal ini juga meningkatkan nilai dari suatu perseroan terbatas.

Berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan antara lain Good Corporate Governance, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, Dan Dewan Direksi.

(45)

Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen mengelola kekayaannya, hal ini bisa dilihat dari pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh. Suatu perusahaan akan berusaha untuk memaksimalkan nilai perusahaannya. Peningkatan nilai perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga saham di pasar (Rahayu,2010).

(46)

B. Tinjauan Empiris

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu

No Penelitian Judul Metode penelitian Hasil penelitian

1. Swandari et al,(2015) jurnal wawasan manajemen, vol.3, Nomor 3, oktober 2015.

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Regresi Linear Berganda Pada penelitian ini menunjukan bahwa variable jumlah dewan komisaris,dewan direksi,kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.sedangkan variabel dewan komisaris independent berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

22 2.

S.sSejati, et al,2018

Seminar nasional dan call for paper:Manajemen dan Akuntansi Perbankan 2018.

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kuntitaf yang teknik pengumpulan datanya melalui dokumentasi .

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial menunjukan bahwa variabel independent dewan komisaris

independendan dewan direksi berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

4 Larasati et al,.(2017) Seminar Nasional IENACO-

2017ISSN:

2337-4349

Pengaruh Good Corporate Governance Dan Corporate Sosial Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Tipe penelitian ini adalah explanatory research dengan metode kuantitatif yang bertujuan untuk menganlisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainya atau bagaimana satu variabel mempengaruhi variabellainnya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dewan komisaris independent dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan.sedang dewan

direksi,institusional, ownership, dan Debt to Equality Ratio tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

5 Rompas et al.(2018).

Jurnal EMBA Vol.6 No.3 juli

2018,Hal.1508

Pengaruh pengungkapan Corporate Governance Dan Ukuran

Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan Yaang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Penelitian ini menggunakan

menggunakan pendekatan kuantitatif pada data-data yang diolah dengan metode statistika.

DewanKomisaris berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan dewan direksi dan ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

6 Ramadhan et al,2013 Analisis pengaruh Corporate governance terhadap Nilai perusahaan

Regresi Linear Berganda Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

(47)

Sedangkan proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.

7 Animah,Ramadhani 2010

Pengaruh struktur kepemilikan,mekanis me corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan

Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan Survey dan menggunakan metode analisis regresi linear berganda.

Kepemilikan institusional, kepemilikan

manajerial,proporsi dewan komisaris independen,komite audit,ukuran dewan komisaris,ukuiran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

8 Herawaty,2008 Peran praktek

corporate Governanve sebagai variabel Moderating earning Management terhadap nilai perusahaan

Penelitian ini merupakan penelitian sensus, dan pengumpulan data dilakukan secara langsung, sedangkan alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan program SPSS.

Model regresi pertama Earning Management berpengaruh negative terhadap nilai perusahaan. Model regresi kedua menunjuukan kepemilikan manajerial berpengaruh negative dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

9 Kawatu,2009 Mekanisme corporate

governance terhadap nilai perusahaan dengan kualitas laba sebagai variabel intervening

Metode penelitian yang digunakan menggunakan metode kuantitatif dengan program SPSS versi 20.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mekanisme corporate governance berpengaruh terhadapkepemilikan manajerial dan komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas laba, sedangkan dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap kualitas laba selain itu juga, kualitas laba berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

(48)

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan untuk tercapainya penelitian ini dengan tujuan teoritis dan tinjauan peneliti terdahulu,maka secara skematis kerangka konseptual dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

KERANGKA BERPIKIR.

Gambar 2.2 (sumber di kembangkan oleh peneliti)

D. Perumusan Hipotesis

1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap nilai perusahaan

Menurut Gunarsih (2012), Kepemilikan Manajerial didefinisikan sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan yang meliputi komisaris dan direksi.

kepemilikan perusahaan merupakan mekanisme yang dapat digunakan agar pengelola melakukan aktivitas sesuia dengan kepentingan pemilik perusahaan.

Kepemilikan Institusional (KI)

Dewan Komisaris Independe

(DKI)

Kepemilikan Manajerial (KM)

Nilai Perusahaan (PVB) Komite Audit

(KA)

Dewan Direksi (DD)

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Ilnru Pendidikan, Sebagai wahana pengetahuan yang dapat memberikan informasi tentang peningkatan hasil belajar zat adiktif dan psikohopika dalam mata pelajaran

Hal ini ditunjukkan dari nilai hasil tes yang diberikan pada siklus I pertemuan I Aktivitas belajar IPA siswa kelas III di atas menunjukkan hasil prosentase

Mengacu pada permasalahan yang diajukan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: Pertama , mengetahui latar historis pemujaan leluhur masa lalu di Kepulauan Maluku

Konsep pengawasan pada sistem Pengawasan di Indonesia jika dikaitkan dengan konsep pengawasan yang dilakukan oleh Ombudsman, maka akan jelas terlihat bahwa pengawasan yang

Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah berkenan menganugerahkan kesempatan, sehingga Tugas Akhir yang berupa Karya Ilmiah

BAB III KRITIK SANAD HADITS TALAK TIGA SEKALIGUS A. Hadits-hadits Tentang Talak Tiga Sekaligus Jatuh Tiga ... Hadits Riwayat Al-Bukhari ... Hadits Riwayat Ibnu Majah ...

Tujuan dari mutasi ekstern adalah agar dapat mengikuti pendidikan di sekolah sesuai dengan keadaan dan kemampuan peserta didik serta lingkungan yang mempengaruhinya, dan

guru sebagai pihak yang mengajar dengan siswa sebagai subjek pokok. Proses tersebut dalam pembelajaran kompetensi memiliki karakteristik. khusus, yaitu: 1)