• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH METODOLOGI ILMU Mata Kuliah Islam Dalam Disiplin Ilmu Dosen Pengampu: Amirullah, S.Pd.I., M.A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MAKALAH METODOLOGI ILMU Mata Kuliah Islam Dalam Disiplin Ilmu Dosen Pengampu: Amirullah, S.Pd.I., M.A"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH METODOLOGI ILMU

Mata Kuliah Islam Dalam Disiplin Ilmu Dosen Pengampu:

Amirullah, S.Pd.I., M.A

Disusun Oleh:

Fitria Setia Hadi (2001015109) Ilham Muhammad Ridwan (2001015021)

Kelas : 5B

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

2020/2021

(2)

1

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim..

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga peNulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad saw atas segala jasa dan segala kesungguhannya menyampaikan risalah Allah SWT di muka bumi dan semoga beliau memberikan syafaatnya kepada kita di hari kiamat. Adapun makalah tentang “Metodologi Ilmu”

ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin dalam penyusunannya, dan tentunya dengan bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar penyusunan makalah ini. Namun terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Hormat kami,

Penulis

(3)

2 DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar……… i

Daftar Isi………. ii

BAB I Pendahuluan……… 1

A. Latar Belakang……… 1

B. Rumusan Masalah………... 2

C. Tujuan Penulisan………. 2

D. Manfaat Penulisan……….. 2

Bab II Pembahasan………. 4

A. Pengertian Metodologi Ilmu……….. 4

B. Problem dan Krisis Sains Modern………. 7

C. The Islamic Worldview sebagai Metodologi Ilmu……… 10

Bab III Penutup……… 13

A. Kesimpulan………. 13

B. Saran……… 13

Daftar Pustaka………. 14

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sains sebagai hasil aktivitas manusia pada dasarnya harus memanifestasikan karakteristik manusia sebagai fondasi sosial dan epistenologisnya. Demikian juga dengan konsep sains dalam Islam. Tanpa memahami dua landasan keilmuan ini, tidak akan dapat dijelaskan bagaimana tradisi ilmiah muncul dalam Islam. Tradisi ilmiah sejatinya merupakan landasan dimana ilmu pengetahuan dikembangkan dalam suatu peradaban atau masyarakat.

Akan tetapi dalam hal ini selalu saja dihadapkan terkait dengan mana yang lebih dulu antara sains dan kegiatan ilmiah. Hal ini karena sebelum adanya sains dalam peradaban Islam tidak ada aktivitas pembelajaran yang dapat dikategorikan sebagai kegiatan ilmiah. Hal ini terjadi karena tradisi pembelajaran atau tradisi intelektual apapun dapat dikatakan sebagai ilmiah setelah adanya sains. Tradisi ilmiah diperlukan untuk mengembangkan sains akan tetapi pada gilirannya sains diperlukan untuk menghasilkan tradisi ilmiah (Sarjuni, 2019).

Saat ini pendidikan Islam telah memasuki era globalisasi dimana batas-batas wilayah geografis sudah bukan menjadi penghalang untuk mendapatkan berbagai akses informasi dengan mudah dan cepat. Pendidikan Islam memiliki misi mulia dari hanya sekedar orientasi materi. Pendidikan Islam berperan menyadarkan manusia tentang kedudukan dan fungsi dirinya. Islam mengajarkan bahwa manusia adalah hamba yang memiliki kewajiban untuk mengabdi kepada Sang Khaliq, sehingga perintah dan larangannya menjadi instruksi mutlak yang harus dipatuhi.

Disamping itu, ia juga berperan sebagai wakil Allah di bumi yang

berkewajiban untuk memakmurkan bumi ini sehingga menjadi tempat dan

sarana yang nyaman untuk menghantarkannya ke alam berikutnya, bukan

sebagai perusak yang berbuat gaduh, huru-hara, penindasan, dan sejenisnya

(5)

2

yang impilakasinya sebenarnya kembali kepada manusia itu sendiri (Wahyudi, 2017).

Berangkat dari latar belakang permasalahan di atas, penulis dalam makalah ini bermaksud mengkaji mengenai tiga hal, meliputi: pengertian metodologi ilmu, problem dan krisis sains modern, dan the islamic worldview sebagai metodologi ilmu. Penulis menyusun makalah dengan judul “Metodologi Ilmu“

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian metodologi ilmu?

2. Apa saja problem dan krisis sains modern?

3. Apa yang dimaksud dengan The Islamic Worldview sebagai metodologi ilmu?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan mengenai pengertian metodologi ilmu 2. Untuk menguraikan mengenai problem dan krisis sains modern

3. Untuk mengetahui mengenai The Islamic Worldview sebagai metodologi ilmu

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, diharapkan makalah ini dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai pengertian metodologi ilmu, problem dan krisis sains modern, serta The Islamic Worldview sebagai metodologi ilmu

2. Bagi pembaca, diharapkan makalah ini dapat memberikan tambahan

wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai pengertian metodologi

(6)

3

ilmu, problem dan krisis sains modern, serta The Islamic Worldview

sebagai metodologi ilmu

(7)

4 BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Metodologi Ilmu

Istilah metodologi berasal dari bahasa Yunani, yakni methodos dan logos.

Methodos berarti cara, niat dan seluk beluk yang berkaitan dengan upaya menyelesaikan sesuatu. Sementara logos berarti ilmu pengetahuan, cakrawala, dan wawasan. Dengan demikian, metodologi adalah pengetahuan tentang cara- cara yang berlaku dalam kajian atau penelitian.

Selain itu, metodologi adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang dipergunakan dalam pengetahuan. Louay Safi mendefinisikan metodologi sebagai bidang pengetahuan ilmiah yang berhubungan dengan pembahasan tentang metode-metode yang digunakan dalam mengkaji fenomena alam dan manusia, atau dengan redaksi yang lain, metodologi adalah bidang pengetahuan ilmiah yang membenarkan, mendeskripsikan, dan menjelaskan aturan-aturan, prosedur-prosedur, metode ilmiah (Damanik, 2019).

Asal kata ilmu adalah dari bahasa Arab ‘alama. Arti dari kata ini adalah pengetahuan. Dalam bahasa Indonesia, ilmu sering disamakan dengan sains yang berasal dari bahasa Inggris “science”. Kata “science” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu “scio”, “scire” yang artinya pengetahuan. “science”

yang berarti pengetahuan adalah aktivitas sistematis yang membangun dan mengatur pengetahuan dalam bentuk penjelasan dan prediksi tentang alam semesta.

Berdasarkan Oxford Dictionary, ilmu pengetahuan didefinisikan sebagai aktivitas intelektual dan praktis yang meliputi studi sistematis tentang struktur dan perilaku dari dunia fisik dan alam melalui pengamatan dan percobaan.

Dalam kamus bahasa Indonesia ilmu didefinisikan sebagai pengetahuan

tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu,

yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang

pengetahuan.

(8)

5

Pengertian ilmu pengetahuan adalah sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam bahasa yang bisa dimengerti oleh manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu.

Dalam kata lain dapat diketahui definisi ilmu yaitu sesuatu yang didapat dari kegiatan membaca dan memahami benda-benda maupun peristiwa, di waktu kecil kita belajar membaca huruf abjad, lalu berlanjut menelaah kata-kata dan seiring bertambahnya usia secara sadar atau tidak sadar sebenarnya kita terus belajar membaca, hanya saja yang dibaca sudah berkembang bukan hanya dalam bentuk bahasa tulis namun membaca alam semesta seisinya sebagai usaha dalam menemukan kebenaran. Dengan ilmu maka hidup menjadi lebih mudah, karena ilmu juga merupakan alat untuk menjalani kehidupan.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merupakan rangkuman dari sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati/berlaku umum dan diperoleh melalui serangkaian prosedur sistematik, diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.

Ilmu adalah merupakan suatu pengetahuan, sedangkan pengetahuan merupakan informasi yang didapatkan dan segala sesuatu yang diketahui manusia. Itulah bedanya dengan ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan pengetahuan berupa informasi yang dialami sehingga menguasai pengetahuan tersebut yang menjadi suatu ilmu (Dafrita, 2015).

Islam sebagai agama yang sangat menghormati ilmu pengetahuan, tidak diragukan lagi banyak argumen yang dapat dirujuk, disampung ada ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi SAW yang mengangkat derajat orang berilmu, juga di dalam Al-Qur’an mengandung banyak rasionalisasi, bahkan menempati bagian terbesar.

Dalam Islam sumber ilmu itu pada garis besarnya ada dua yaitu ilmu yang

bersumber pada wahyu (Al-Qur’an) yang menghasilkan ilmu naqli, seperti

ilmu-ilmu agama, ilmu tafsir, hadits, fikih, tauhid, tasawuf, dan sejarah, serta

ilmu yang bersumber pada akam melalui penalaran yang menghasilkan ilmu

aqli seperti filsafat, ilmu sosial, teknik, biologi, sejarah, dan lain-lain.

(9)

6

Ilmu naqli dihasilkan dengan cara memikirkan secara mendalam (berijtihad) dengan metode tertentu dan persyaratan tertentu. Sedangkan ilmu aqli dihasilkan melalui penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Ilmu-ilmu tersebut harus diabadikan untuk beribadah kepada Allah dalam arti yang seluas- luasnya (Makhmudah, 2018).

Perhatian al-Qur’an dalam menyeru manusia untuk mengamati dan memikirkan alam semesta dan makhluk-makhluk yang ada di dalamnya, mengisyaratkan dengan jelas perhatian al-Qur’an dalam menyeru manusia untuk belajar, baik melalui pengamatan terhadap berbagai hal, pengalaman praktis dalm kehidupan sehari-hari, ataupun lewat interaksi dengan alam semesta, berbagai makhluk dan peristiwa yang terjadi di dalamnya. ini bisa dilakukan dengan metode pengalaman praktis, “trial and error” atau pun dengan metode berfikir.

Nabi SAW sendiri telah mengemukakan tentang pentingnya belajar dari pengalaman praktis dalam kehidupan yang dinyatakan dalam hadis yang di tahrij oleh Imam Muslim berikut:

َّ دَح

ََّحَّ ٍرْكَبَّ ْوُبَأََّلاَقَّ ٍرِماَعَِّنْبَِّد َوْسَلأْاَِّنَعَّاَمُهَلاِكَُّدِقا نلاَّو ٌرْمَع َوََّةَبْيَشَّيِبَأَُّنْبَّ ِرْكَبَّ ْوُبَأَّاَنَث

ََُّّنْبَُّد َوْسَأَّاَنَث د

َّاَثَّ ْنَعَََّّةَشِئاَعَّ ْنَعَِّهْيِبَأَّ ْنَعََّة َو ْرُعَِّنْبَّ ِماَشِهَّ ْنَعََّةَمَلَسَُّنْبَُّدا مَحَّاَنَث دَحَّ ٍرِماَع

َّ لَصَّ يِب نلاَّ نَأَّ: ٍسَنَأَّ ْنَعٍَّتِب

ََّّى

َِّبَّ رَمَفَّاًصْيِشََّج َرَخَفََّلاَقََّحُلَصَلَّا ْوُلَعْفَتَّْمَلَّ ْوَلََّلاَقَفََّن ْوُحِِّقَلُيَّ ٍم ْوَقِبَّ رَمََّم لَس َوَِّهْيَلَعَُّالله

َّا ْوُلاَقَّْمُكِلْخَنِلَّاَمََّلاَقَفَّْمِه

ََّأِبَُّمَلْعَأَّْمُتْنَأََّلاَقَّاَذَك َوَّاَذَكَّ َتْلُق

َّمُكاَيْنُدَّ ِرْم ْ

Abu Bakar bin Abi Saybah dan Amr al-Naqidh bercerita kepadaku.

Keduanya dari al-Aswad bin Amir. Abu Bakr berkata, Aswad bin Amir bercerita kepadaku, Hammad bin Salmah bercerita kepadaku, dari Hisham bin Urwah dari ayahnya dari Aisyah dan dari Tsabit dari Anas Radhiyallahu’anhu:

Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati suatu kaum yang

sedang mengawinkan pohon kurma lalu beliau bersabda:Sekiranya mereka

tidak melakukannya, kurma itu akan (tetap) baik. Tapi setelah itu, ternyata

kurma tersebut tumbuh dalam keadaan rusak. Hingga suatu saat Nabi

shallallahu ‘alaihi wasallam melewati mereka lagi dan melihat hal itu beliau

bertanya: ‘Adaapa dengan pohon kurma kalian? Mereka menjawab; Bukankah

(10)

7

anda telah mengatakan hal ini dan hal itu? Beliau lalu bersabda: ‘Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.

Hadis di atas mengisyaratkan tentang belajarnya manusia membuat respon- respon baru lewat pengalaman praktis dari berbagai situasi baru yang dihadapinya, dan berbagai jalan pemecahan dari problem-problem yang dihadapinya.

Mengenai jenis belajar lewat pengalaman praktis atau “trial and error” ini, al-Qur’an mengisyaratkan dalam ayat berikut:

ن ْوُلِفَّاَغَّْمُهَِّة َر ِخَ ْلَّْاِنَعَّْمُه َوَّاَيْنُّدلاَِّةاَيَحْلَّاَنِمَّاًرِهاَظَنَّ ْوُمَلْعَيَ

Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.

Al-Qurtubi, dalam menafsirkan ayat ini, “Mereka hanya mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia”, berkata: Yakni masalah penghidupan dan duniawi mereka. Kapan mereka harus menanam dan menuai dan bagaimana harus menanam dan membangun rumah.

B. Problem dan Krisis Sains Modern

Kata sains adalah adaptasi dari kata Inggris, science yang sering juga diartikan sebagai ilmu pengetahuan. Secara etimologis, kata “science” berasal dari kata latin “scire” yang arti harfiahnya mengetahui, dan derifatnya pengetahuan. Sinonim yang paling dekat dengan bahasa Yunani adalah episteme. Tetapi secara istilahi/terminologis, kata ini mengalami perkembangan yang cukup signifikan dan harus disadari oleh setiap pelajar sains. Mulyadi Kartanegara mengatakan bahwa ilmu (sains) adalah “any organized knowledge”

artinya ilmu apapun yang terorganisir.

Dampak tak terlihat sains modern ini, muncul diantaranya pada pola pikir

manusia, dan pada gilirannya tentu saja pada perilakunya. Ini tampak pada

dominasi rasionalisme dan empirisme pilar utama metode keilmuan (scientific

method), dalam penilaian manusia atas realitas-realitas, baik realitas sosial,

individual, bahkaan juga keagamaan.

(11)

8

Mungkin ini juga untuk sebagiannya bisa menjelaskan meningkatnya kecenderungan-kecenderungan pada apa yang oleh Herman Kahn disebut sebagai budaya iderawi (yaitu yang bersifat empiris, duniawi, sekular, humanistik, pragmatis, utilitarian, dan hedonistik).

Untuk memahami hal ini dengan lebih baik, perlu melihat sejarah sains modern lebih dekat. Makin banyak saja orang yang yakin bahwa apa yang disebut dengan peradaban modern yang didalamnya kita hidup sekarang ini, sedang berada dalam krisis. Padahal, berbicara tentang peradaban modern adalah berbicara tentang sains modern dan penerapannya, demikian kata seorang penulis sejarah sains Barat.

Memang kedengarannya agak berlebihan, tapi dalam kenyataannya, sains modern bisa menerangkan berbagai persoalan dunia, tepatnya krisis global masa kini. Tentang alienasi individual, rusaknya lingkungan manusia, dan sebagainya. Masalah-masalah inilah bersama masalah-masalah lain yang saling mempengaruhi dan terakumulasi dalam apa yang sekarang sering disebut krisis global.

Jika krisis-krisis ini didaftar secara lebih terperincci, maka akan didapatkan daftar yang amat panjang. Contoh pertama dan mungkin yang terbesar adalah krisis lingkungan. Ekosistem alam kini berada dalam keadaan yang amat labil, karena terlalu banyaknya campur tangan manusia di dalamnya, baik yang direncanakan ataupun tidak. Efek rumah kaca akibat makin banyaknya gas CO

2

hasil pembakaran bahan bakar fosil tidak hanya mengancam sebagian dunia, tapi seluruh dunia. Ancaman lain adalah menipisnya lapisan ozon atmosfer.

Meskipun jumlahnya kecil, hanya seperjuta bagian, ozon sangat penting untuk melindungi kehidupan dari serangan ultraviolet sinar matahari.

Contoh-contoh di atas belum seberapa jika dibandingkan dengan

kemungkinan terjadinya perang nuklir. Jumlah senjata nuklir yang ada saat ini

cukup untuk menghancurkan umat manusia beberapa kali. Itu semua baru

sebagian dari dampak sains modern, ada dampak lain berupa dampak

psikologis, misalnya termasuk meningkat pesatnya statistik penderita depresi,

kegelisahan, psikosis, dan sebagainya. Selain itu, jika kita melihat sejarah

(12)

9

lahirnya sains modern, maka akan semakin tampaklah bahwa sejak masak renaisans masa kelahiran sains moderna tujuan sains adalah untuk diterapkan.

Untuk memberikan tempat pada manusia bisa bebas mengekploitasinya demi kepentingan sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu prestasi manuia di abad ini adalah kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan ilmu dan teknologi ini lah manusia telah berhasil memberikan aneka kemudahan bagi manusia dalam melayani dan memenuhi kebutuhannya.

Kemajuan sains telah berhasil menciptakan revolusi dalam berbagai bidang dengan tingkat kemajuan dan kecepatan yang mencengangkan.

Sains modern selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan yaitu sains modern reduksionis, klaim objektivitas sains, sifat utilitarian sains modern dan yang lainnya seperti yang telah dijelaskan di atas. Dan pada era globalisai ini, sains dapat menimbulkan krisis seperti halnya menipisnya lapisan ozon disebabkan oleh zat-zat kimia yang dikeluarkan oleh benda-benda yang yang diciptakan oleh sains itu sendiri. Selain mengalami krisis, sains juga mendapatkan kritik dari berbagai macam golongan yang memandang sains tidak hanya memberikan manfaat tapi juga menimbulkan bahaya yang tidak bisa dianggap sepele (Nugroho, 2018).

Keutamaan menuntut ilmu pengetahuan dalam al- Quran dan Hadis. Salah satunnya Q.S. al- Mujadalah ayat 11 :

تاَج َرَدََّمْلِعْلاَّاوُتوُأََّنيِذ لا َوَّْمُكْنِمَّاوُنَمآََّنيِذ لاَُّ اللََِّّعَف ْرَيٍ

Artinya: … niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Sabda Rasulullah Saw :

ََّرَأَّ ْنَم َوَّ, ِمْلِعْلاِبَِّهْيَلَعَفََّة َر ِخَلأاََّداَرَأَّ ْنَم َوَّ, ِمْلِعْلاِبَِّهْيَلَعَفَّاَيْنُّدلاََّداَرَأَّ ْنَم

َّمْلِعْلاِبَِّهْيَلَعَفَّاَمُهَدا ِ

(13)

10

“Barang siapa menginginkan kebahagian dunia, maka tuntutlah ilmu dan barang siapa yang ingin kebahagian akhirat, tuntulah ilmu dan barangsiapa yang menginginkan keduanya, tuntutlah ilmu pengetahuan.”

Menurut al-Qur'an, sains hanyalah alat untuk mencapai tujuan akhir.

Pemahaman seseorang terhadap alam harus mampu membawa kesadarannya kepada Allah Yang Maha Sempurna dan Maha Tak Terbatas.

C. The Islamic Worldview sebagai Metodologi Ilmu

Worldview pada dasarnya merupakan suatu konsep yang dapat digunakan untuk menggambarkan cara pandang manusia secara umum tanpa melihat bangsa atau agama. Menurut Ninian Smart worldview adalah kepercayaan, perasaan, dan apa-apa yang terdapat dalam pikiran orang yang berfungsi sebagai motor bagi keberlangsungan dan perubahan sosial dan moral. Hampir serupa dengan Smart, Wall (2001) mengemukakan bahwa worldview adalah sistem kepercayaan dasar yang integral tentang hakekat diri kita, realitas, dan tentang makna eksistensi (unintegrated system of basic beliefs about the nature of yourself, reality, and the meaning of existencei).

Lebih luas dari kedua definisi di atas, Alparsian (1996) mengartikan worldview sebagai asas bagi setiap perilaku manusia, termasuk aktivitas- aktivitas ilmiah dan teknologi. Setiap aktivitas manusia akhirnya dapat dilacak pada pandangan hidupnya, dan dalam pengertian itu maka aktivitas manusia dapat direduksi menjadi pandangan hidup. (the fondation of all human conduct, including scientific, and technological activities. Every human activity is ultimately traceable to its worldview, and as such it is reducible to that worldview).

Ketiga definisi worldview di atas adalah definisi secara umum, sementara

Islam memiliki definisi yang memiliki nilai tambah karena sumbernya dan

spektrumnya yang luas dan menyeluruh. Sebagai contoh akan disampaikan

definisi worldview Islam oleh beberapa tokoh ulama zaman modern. Dalam

tradisi Islam klasik terma khusus untuk pengertian worldview belum diketahui,

meski tidak berarti Islam tidak memiliki worldview. Para ulama abad 20

(14)

11

menggunakan terma khusus untuk pengertian worldview ini, meskipun berbeda antara satu dengan yang lain. Al-Mawdudi mengistilahkannya dengan Islami Nazariyat (Islamic Vision), Sayyid Qutb menggunakan istilah al-Tasawwur al- Islami (Islamic Vision) , Atif al-Zayn menyebutkan Al Mabda’ Al-Islami (Islamic Principle), al-Attas (1995: 2) menamakannya dengan Rukyatul Islam lil Wujud (Islamic Worldview).

Jika definisi-definisi tersebut digabungkan maka Islamic worldview adalah

“Aqidah Fikriyah atau kepercayaan yang berdasarkan pada akal, yang asasnya adalah keesaan tauhid, yang terbentuk dalam pikiran dan hati setiap muslim dan berpengaruh terhadap pandangannya tentang keseluruhan aspek kehidupan”

Unsur-unsur worldview seseorang, ketika diperiksa secara filosofis atau mendalam, terkait dengan pelajaran berikut:

1. Ontologi : kepercayaan tentang sifat keberadaan, dan realitas pamungkas;

2. Teologi : kepercayaan tentang keberadaan dan sifat Allah;

3. Kosmologi : kepercayaan tentang asal usul dan sifat alam semesta, kehidupan, dan khususnya manusia;

4. Teleologi : kepercayaan tentang makna dan tujuan alam semesta, unsur- unsurnya yang tidak hidup, dan penghuninya;

5. Epistomologi : kepercayaan tentang sifat dan sumber pengetahuan;

6. Antropologi : kepercayaan tentang sifat dan tujuan manusia secara umum dan diri sendiri secara khusus;

7. Aksiologi : kepercayaan tentang sifat nilai, apa yang baik dan buruk, apa yang benar dan yang salah (M. Kamal Hasan, 2017:1)

Meskipun istilah yang dipakai berbeda-beda pada umumnya para ulama

tersebut sepakat bahwa Islam mempunyai cara pandangnya sendiri terhadap

sesuatu. Penggunaan kata sifat Islam menunjukkan bahwa istilah ini sejatinya

adalah netral. Artinya agama dan peradaban lain juga mempunyai worldview,

vision atau mabda’, sehingga al-Mabda’ juga dapat dipakai untuk cara pandang

komunis Al-Mabda’ Al-Shuyu’i, Western worldview, Christian worldview,

Hindu worldview, dan lain-lain. Maka dari itu ketika kata sifat Islam diletakkan

(15)

12

di depan kata worldview, vision atau mabda’, maka makna etimologis dan terminologis menjadi berubah.

Jika struktur pengetahuan dalam worldview yang mendukung kegiatan intelektual dalam pengertian epistemologis, maka akan lahir definisi pengetahuan yang tidak hanya memberi penekanan pada konsep besar, tetapi juga menghasilkan dalam pikiran para anggota komuntas intelektual kerangka kerja umum dari teori pengetahuan. Ini berarti bahwa konsep utama yang menyediakan landasan epistemik dari setiap konseptual pra ilmiah, adalah konsep pengetahuan. Hal ini karena sains itu sendri pada dasarnya merupakan kegiatan pencarian pengetahuan; jika tidak ada dasar yang kuat untuk kegiatan pencarian pengetahuan, maka tidak akan pernah dapat muncul sebagai pendekatan disiplin yang menghasilkan sains.

Konsep pengetahuan kemudian menghasilkan konsep kebenaran, karena tujuan utama ilmu pengetahuan adalah pengetahuan sejati, yang pada gilirannya mengarah pada konsep metode, karena ilmuwan ingin mengetahui bagaimana pengetahuan sejati itu dicapai. Oleh karena itu, pengetahuan, kebenaran dan metode adalah tiga konsep yang pada dasarnya saling berhubungan yang harus dikembangkan pertama sebagai landasan umum dalam struktur pengetahuan, dan sebagai istilah teknis mendasar dalam kosakata konseptual pra-ilmiah.

Nomenklatur ilmiah umum kemudian dikembangkan oleh para ilmuwan

dan cendekiawan berdasarkan skema konseptual pra-ilmiah yang sudah ada,

merupakan apa yang disebut 'skema konseptual ilmiah', dan dengan demikian

termasuk dalam lima konsep dasar umum: pengetahuan, kebenaran , metode,

teori dan sains. Ini adalah konsep umum yang telah dikembangkan oleh setiap

tradisi. ilmiah dalam sejarah; tetapi di samping konsep-konsep ilmiah doktrinal

yang mendasar ini, setiap tradisi ilmiah berkembang dalam skema konseptual

ilmiahnya.

(16)

13 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Metodologi adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang dipergunakan dalam pengetahuan. metodologi adalah bidang pengetahuan ilmiah yang membenarkan, mendeskripsikan, dan menjelaskan aturan-aturan, prosedur-prosedur, metode ilmiah. Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merupakan rangkuman dari sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati/berlaku umum dan diperoleh melalui serangkaian prosedur sistematik, diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.

Sains modern bisa menerangkan berbagai persoalan dunia, tepatnya krisis global masa kini. Dampak tak terlihat sains modern ini, muncul diantaranya pada pola pikir manusia, dan pada gilirannya tentu saja pada perilakunya. Ini tampak pada dominasi rasionalisme dan empirisme pilar utama metode keilmuan (scientific method), dalam penilaian manusia atas realitas-realitas, baik realitas sosial, individual, bahkaan juga keagamaan.

Islamic worldview adalah “Aqidah Fikriyah atau kepercayaan yang berdasarkan pada akal, yang asasnya adalah keesaan tauhid, yang terbentuk dalam pikiran dan hati setiap muslim dan berpengaruh terhadap pandangannya tentang keseluruhan aspek kehidupan”

B. Saran

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan mengenai pengertian metodologi ilmu, problem dan krisis sains modern, dan the islamic worldview sebagai metodologi ilmu.

Adapun dalam penulisan makalah ini telah penulis usahakan dengan

semaksimal mungkin dalam penulisam dan penyusunannya, namun selalu saja

terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun untuk perbaikan penulisan makalah kedepannya.

(17)

14

DAFTAR PUSTAKA

Dafrita, I. E. 2020. Ilmu dan Hakekat Ilmu Pengetahuan dalam Nilai Agama, 1(1):

159-179

Damanik, N. 2019. Metodologi Studi Islam. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Mak mudah, S. 2018. Hakikat Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Modern dan Islam. Al- murabbi, 4(2): 202-217

Nugroho, A. F. 2018. Krisis Sains Modern Krisis Dunia Modern dan Problem Keilmuan. JPA, 19(2):80-95

Sarjuni. 2019. Islamic World view dan Lahirnya Tradisi Ilmiah di Institusi Pendidikan Islam. Ta'dibuna. 2(2): 11-28

Wahyudi, T. 2017. Peran Pendidikan Islam dalam Membangun World View

Muslim di Tengah Arus Globalisasi. Cendekia, 15(2): 320-340

Referensi

Dokumen terkait

Islamisasi ilmu pengetahuan pandangan Al-Faruqi ini haruslah mengintegrasikan konsep kebenaran yang ada pada ilmu pengetahuan yang bersumber pada akal (rasionalitas)

Model yang diajukan oleh kaum teosofis yang bersemboyan "tidak ada agama yang lebih tinggi dari kebenaran," Kebenaran adalah kebersamaan antara sains,

Dalam model triadik ini ada ketiga yang menjembatani sains dan agama. Jembatan itu adalah filsafat. Model yang diajukan oleh kaum teosofis yang bersemboyan "tidak ada agama yang

Judul ini merupakan sebuah penelitian yang akan diteliti selanjutnya dan memiliki grounded theory (teori dasar) sebagai dasar pengembangan dari sebuah ilmu.

Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan bukan hanya sekedar pendapat para pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang

manusia bukan ilmu pengtahuan maupun objek lainnya. 3) Epistemologi islam dalam pandangan filosof muslim, terlebih dahulu harus benar-benar dipahami bahwa pengetahuan

Pada saat pertama kali ilmu vektor dikembangkan sekitar abad ke-17, hanya dikenal vektor-vektor di R 2 dan R 3 saja, tetapi dalam perkembangannya yakni

Seakan-akan engkau melihatNya, dan sekiranya engkau tidak dapat melihatNya maka sungguh dia melihatmu.”Hadis ini menjelaskan bahwa bangunan ilmu pengetahuan islam adalah