• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah membantu menyusun publikasi ini kami sampaikan terima kasih. Temanggung, November 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah membantu menyusun publikasi ini kami sampaikan terima kasih. Temanggung, November 2016"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

i

KATA PENGANTAR

Semangat otonomi daerah yang digulirkan dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 dan telah direvisi dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah memungkinkan pencapaian hasil pembangunan antar daerah berbeda-beda. Kesenjangan tersebut dapat diselaraskan apabila suatu statistik yang dapat dijadikan indikator untuk mengukur tingkat pencapaian pembangunan secara menyeluruh.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator yang dapat mewakili keterbandingan hasil pembangunan manusia antar daerah. Konsep pembangunan manusia sebagai ukuran pencapaian hasil pembangunan menempatkan manusia pada posisi yang sebenarnya yaitu manusia sebagai penerima akhir dari hasil-hasil pembangunan.

Dengan menjadikan Analisis Situasi Pembangunan Manusia (ASPM) Kabupaten Temanggung dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai salah satu komponen analisis diharapkan dapat memantau perkembangan pembangunan manusia dari waktu ke waktu dan dapat membandingkan dengan daerah lain.

Kepada semua pihak yang telah membantu menyusun publikasi ini kami sampaikan terima kasih.

Temanggung, November 2016 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN TEMANGGUNG

Ir. BAMBANG DEWANTORO NIP. 19581023 198503 1 005

(2)

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Daftar Tabel ... iii

Daftar Gambar ... iv

Abstraksi ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 3

1.3. Sumber Data ... 3

1.4. Sistematika Penulisan ... 3

BAB II METODOLOGI ... 4

2.1 Konsep Pembangunan Manusia ... 4

2.2. Perkembangan Metode Penghitungan IPM ... 6

2.3. Metodologi Baru Penghitungan IPM ... 9

BAB III ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TEMANGGUNG ... 14

3.1. Pembangunan Manusia di Kabupaten Temanggung ... 14

3.1.1. Kependudukan ... 14

3.1.2. Kesehatan ... 17

3.1.3. Pendidikan ... 21

3.1.4. Ketenagakerjaan ... 24

3.1.5. Ekonomi ... 29

3.1.6. Kemiskinan ... 31

3.2. Perkembangan IPM Kabupaten Temanggung ... 35

3.2.1. Status Pembangunan Manusia dan Kecepatan IPM ... 39

3.2.2. Angka Harapan Hidup ... 42

3.2.3. Harapan Lama Sekolah ... 43

3.2.4. Rata – Rata Lama Sekolah ... 45

3.2.5. Pengeluaran per Kapita Disesuaikan... 47

3.3. Tipologi Daerah Menurut IPM dan Pertumbuhan Ekonomi ... 48

3.4. Tipologi Daerah Menurut IPM dan Kemiskinan ... 53

BAB IV KESIMPULAN ... 57

(3)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Angka Kesakitan Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten

Temanggung, 2012 – 2015 ... 18 Tabel 3.2. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan

Berobat Jalan Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Temanggung,

2012 – 2015... 19 Tabel 3.3. Persentase Persalinan Menurut Penolong Persalinan Terakhir di

Kabupaten Temanggung, 2011 – 2015 ... 20 Tabel 3.4. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni

Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Temanggung, 2011-

2015... 23 Tabel 3.5. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di

Kabupaten Temanggung, 2011 – 2015 ... 26 Tabel 3.5. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan di

Kabupaten Temanggung, 2011 – 2015 ... 27 Tabel 3. 6. IPM dan Peringkat IPM Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Kedu,

2011 – 2015... 39 Tabel 3.7. Angka Harapan Hidup (AHH) dan Peringkat AHH Kabupaten/Kota

di Eks Karesidenan Kedu, 2011 – 2015 ... 43 Tabel 3.8. Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Peringkat HLS Kabupaten/Kota

di Eks Karesidenan Kedu, 2011 – 2015 ... 45 Tabel 3.9. Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) dan Peringkat RLS

Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Kedu, 2011 – 2015 ... 47 Tabel 3.10. Rata-Rata Pengeluaran Per Kapita yang Disesuaikan dan Peringkat

Rata-Rata Pengeluaran per Kapita yang Disesuaikan

Kabupaten/Kota di Eks Karesidenan Kedu, 2011 – 2015 ... 48 Tabel 3.11 Korelasi Rank Spearman IPM dan Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, 2015 ... 52 Tabel 3.12 Korelasi Rank Spearman IPM dan Persentase Penduduk Miskin

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, 2015 ... 56

(4)

iv DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Perkembangan Metodologi IPM oleh UNDP ... 6 Gambar 2.2. Perbandingan Metode Lama dan Metode Baru Penghitungan

IPM ... 8 Gambar 3.1. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten

Temanggung, 2011 – 2016 ... 14 Gambar 3.2. Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di

Kabupaten Temanggung, 2011 – 2015 ... 15 Gambar 3.3. Rasio Ketergantungan Kabupaten Temanggung, 2011 – 2015 ... 16 Gambar 3.4. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Umur di

Kabupaten Temanggung, 2011-2015 ... 21 Gambar 3.5. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten

Temanggung, 2011 – 2015 ... 25 Gambar 3.6. Persentase Pengangguran Menurut Kelompok Umur dan

Tingkat Pendidikan di Kabupaten Temanggung, 2011 – 2015 ... 29 Gambar 3.6. Perkembangan Nilai PDRB ADH Berlaku dan ADH Konstan di

Kabupaten Temanggung, 2011 – 2015 (triliun rupiah) ... 30 Gambar 3.7. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Temanggung, 2011 – 2015 ... 31 Gambar 3.8. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di

Kabupaten Temanggung , 2011 – 2015 ... 32 Gambar 3.9. Distribusi Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Penduduk

Kabupaten Temanggung, 2015 ... 33 Gambar 3.10. Perbandingan Gini Rasio Kabupaten Temanggung dengan

Kabupaten/Kota Se Eks Karesidenan Kedu, 2010 – 2014 ... 34 Gambar 3.11. Perkembangan IPM Metode Lama dan Metode Baru Kabupaten

Temanggung, 2004 – 2015 ... 37 Gambar 3.12. Perkembangan IPM Metode Lama dan Metode Baru Provinsi

Jawa Tengah, 2004 – 2015 ... 38 Gambar 3.13. IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, 2015 ... 38 Gambar 3.14 Peta Tematik Kabupaten/Kota Menurut Klasifikasi Capaian

IPM, 2015 ... 40

(5)

v Gambar 3.15. Rata-Rata Pertumbuhan IPM per tahun (Tahun 2010 – 2015)

Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah ... 41 Gambar 3.16. Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi

Jawa Tengah, 2015 ... 42 Gambar 3.17. Harapan Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi

Jawa Tengah, 2015 ... 44 Gambar 3.18. Rata-Rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi

Jawa Tengah, 2015 ... 46 Gambar 3.19. Pengeluaran Per Kapita yang Disesuaikan Menurut

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, 2015 (000) ... 47 Gambar 3.20. Perkembangan IPM dan Pertumbuhan Ekonomi (Tahun Dasar

2010) Kabupaten Temanggung dan Provinsi Jawa Tengah 2011

– 2015 ... 49 Gambar 3.21. Tipologi Daerah Menurut IPM dan Pertumbuhan Ekonomi

(ADHK 2010) di Provinsi Jawa Tengah, 2015 ... 50 Gambar 3.22. Perkembangan IPM dan Kemiskinan Kabupaten Temanggung

dan Provinsi Jawa Tengah, 2011 – 2015 ... 54 Gambar 3.23. Tipologi Daerah Menurut IPM dan Persentase Penduduk Miskin

di Provinsi Jawa Tengah, 2015 ... 54

(6)

vi

ABSTRAKSI

Sejak tahun 2014, penghitungan IPM di Indonesia menggunakan metode baru. Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, angka melek huruf di sebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antar daerah dengan baik.

PDB per kapita dianggap tidak dapat menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah. Penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM menggambarkan bahwa capaian yang rendah disuatu dimensi dapat ditutupi dengan capaian tinggi dari dimensi lain. Untuk itu perlu diganti dengan rata-rata geometrik sehingga untuk mencapai IPM yang tinggi hanya dapat dicapai jika semua dimensi memiliki capaian yang tinggi.

Dengan metode baru, hasil perhitungan IPM saat ini menjadi lebih rendah dibandingkan hasil perhitungan dengan metode lama. Dengan metode baru, peringkat IPM Kabupaten Temanggung turun drastis sebanyak 18 peringkat, dan merupakan penurunan paling drastis di antara kabupaten/kota se Jawa Tengah. Kabupaten Temanggung baru mencapai status pembangunan manusia kategori sedang (60 ≤ IPM < 70), mencapai IPM 67,07 pada tahun 2015, dengan kecepatan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 1,27.

Kecepatan pertumbuhan IPM Kabupaten Temanggung pada Tahun 2015 tersebut menempati peringkat ke-4 se Provinsi Jawa Tengah. Angka harapan hidup pada tahun 2015 mencapai 75,34 tahun, lebih tinggi dibanding rata-rata angka harapan hidup Provinsi Jawa Tengah.

Angka harapan lama sekolah mencapai 11,89 tahun, peringkat ke 28 se-Jawa Tengah. Rata- rata lama sekolah baru mencapai 6,52 tahun, peringkat ke 26 se-Jawa Tengah. Pengeluaran per kapita per tahun baru mencapai Rp 8.062.000, 00, peringkat ke 29 se-Jawa Tengah.

Dengan mengadopsi klasifikasi Klassen, Kabupaten Temanggung termasuk daerah dengan pertumbuhan ekonomi dan IPM yang rendah, dan juga merupakan daerah dengan pembangunan manusia rendah, namun kemiskinan sudah rendah pula.

(7)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. Tinggi rendahnya kemajuan pembangunan hanya diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan GNI (Gross National Income) yang diyakini memiliki efek penetesan ke bawah (trickle down effect). (Todaro dan Smith, 2000) Pengalaman pada dekade tersebut menunjukkan adanya tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi gagal memperbaiki taraf hidup sebagian besar penduduknya. Pada tahun 1991 Bank Dunia menerbitkan laporannya yang menegaskan bahwa “tantangan utama pembangunan....adalah memperbaiki kualitas kehidupan. Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional.

Konsep pembangunan manusia muncul untuk memperbaiki kelemahan konsep pertumbuhan ekonomi karena selain memperhitungkan aspek pendapatan juga memperhitungkan aspek kesehatan dan pendidikan. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, bukan hanya alat dari pembangunan. Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif (United Nation Development Programme – UNDP).

Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk (a process of enlarging the choices of people).

IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara. IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Indeks ini dikenalkan oleh pemenang Nobel India, Amartya Sen dan seorang ekonom

(8)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 2

Pakistan Mahbub ul Haq pada 1990. Sejak itu indeks ini dipakai oleh program pembangunan PBB pada laporan IPM tahunannya.

Amartya Sen menggambarkan indeks ini sebagai "pengukuran vulgar" oleh karena batasannya. Indeks ini lebih berfokus pada hal-hal yang lebih sensitif dan berguna daripada hanya sekedar pendapatan perkapita yang selama ini digunakan.

Indeks ini juga berguna sebagai jembatan bagi peneliti yang serius untuk mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam membuat laporan pembangunan manusiany

Indikasi peningkatan atau penurunan kinerja pembangunan manusia setiap tahunnya dapat diamati dari perkembangan angka IPM dari tahun ke tahun.

Keterbandingan angka IPM kabupaten dengan kabupaten/kota lain, angka IPM provinsi bahkan angka IPM nasional menentukan posisi relatif capaian IPM sekaligus mengukur relevansi pembangunan manusia di kabupaten itu dengan tingkat pemerintahan di atasnya.

Sejak tahun 2014, Badan Pusat Statistik menggunakan metode baru dalam penghitungan IPM. Selain merupakan kesepakatan global, metode baru ini diharapkan dapat memotret perkembangan pembangunan manusia dengan lebih tepat. Dengan metode baru tersebut, Level IPM Indonesia menurun drastis dari level 70-an menjadi 60-an. Hal yang sama juga terjadi pada sebagian besar provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia.

Oleh karena itu penyusunan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2015 ini dipandang sangat perlu melihat bagaimana capaian IPM Kabupaten Temanggung hingga tahun 2015 dengan menggunakan metode baru tersebut. Lebih lajut publikasi ini sangat diperlukan sebagai sumber informasi penyusunan perencanaan yang terkait dengan pembangunan manusia di Kabupaten Temanggung. Dengan adanya publikasi ini diharapkan pemerintah maupun masyarakat luas dapat melakukan monitoring dan evaluasi atas pembangunan yang telah dilakukan, sekaligus dapat mengidentifikasi kebutuhan daerah bagi pembangunan di masa yang akan datang.

(9)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 3

1.2. Tujuan

Tujuan penyusunan publikasi “Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2015 ” secara umum adalah untuk melihat perkembangan IPM Kabupaten Temanggung hingga tahun 2015 dengan menggunakan metode baru. Sedangkan tujuan secara khusus adalah :

1. Melihat perkembangan IPM Kabupaten Temanggung dan masing-masing komponen IPM dengan metode baru selama tahun 2011 – 2015.

2. Mengetahui posisi relatif capaian IPM Kabupaten Temanggung terhadap capaian IPM Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten/Kota se eks Karesidenan Kedu.

3. Mengetahui bagaimana hubungan antara IPM, pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015.

1.3. Sumber Data

Data yang digunakan dalam analisis ini bersumber dari :

1. Data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang diselenggarakan oleh BPS setiap tahun.

2. Data Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang diselenggarakan setiap tahun

3. Data publikasi BPS yang berasal dari hasil survei-survei lainnya

1.4. Sistematika Penulisan

Publikasi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I Menyajikan tentang pendahuluan yaitu meliputi latar belakang, tujuan sumber data, serta sistematika penulisan

Bab II Menyajikan tentang metodologi meliputi konsep tentang pembangunan manusia dan perkembangan metode penghitungan IPM.

Bab III Menyajikan analisis dan pembahasan yang meliputi perkembangan pembangunan di Kabupaten Temanggung dalam beberapa dimensi, perkembangan Indeks Pembangunan Kabupaten Temanggung serta hubungan antara IPM dan pertumbuhan ekonomi maupun kemiskinan.

Bab IV Menyajikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis.

(10)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 4

BAB II METODOLOGI

2.1. Konsep Pembangunan Manusia

Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, bukan alat dari pembangunan. Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif. Amartya Sen, guru besar ekonomi dan filsafat dari Universitas Havard menegaskan bahwa pembangunan ekonomi seharusnya diterjemahkan sebagai suatu proses ekspansi dari kebebasan positif yang dinikmati oleh masyarakat (Kuncoro, 2014).

Pembangunan adalah suatu proses yang didalamnya anggota masyarakat bisa meningkatkan kemampuan pribadi dan kelembagaan mereka, untuk mengerahkan dan mengelola sumber-sumber yang tersedia, demi menciptakan perbaikan-perbaikan mutu kehidupan mereka secara berkesinambungan dan adil, sesuai dengan aspirasi-aspirasi mereka sendiri. David Korten menekankan bahwa pembangunan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, pembangunan juga merupakan tanggung jawab individu, anggota masyarakat dan juga lembaga-lembaga yang ada. Ditekankan pula bahwa pembangunan bukanlah soal pertumbuhan atau peningkatan hasil, melainkan transformasi yang merujuk pada keadilan, kesinambungan, dan inklusifitas sebagai kebutuhan pokok bagi masyakat global

Konsep pembangunan dengan pendekatan konvensional lebih menekankan pertumbuhan ekonomi dan pembentukan modal. Model pertumbuhan ekonomi lebih menekankan pada pentingnya PDRB daripada memperbaiki kualitas hidup manusia. Pembangunan sumber daya manusia cenderung untuk memperlakukan manusia sebagai input bagi proses produksi sebagai alat, bukannya sebagai tujuan akhir. Pendekatan kesejahteraan melihat manusia sebagai penerima dan bukan sebagai agen dari perubahan dalam proses pembangunan. Adapun pendekatan kebutuhan dasar terfokus pada penyediaan barang-barang dan jasa-jasa untuk

(11)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 5

kelompok masyarakat tertinggal, bukannya memperluas pilihan yang dimiliki manusia di segala bidang.

Paradigma pembangunan menempatkan manusia (penduduk) sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan, yaitu tercapainya penguasaan atas sumber daya (pendapatan untuk mencapai hidup layak), peningkatan derajat kesehatan (usia hidup panjang dan sehat) dan meningkatkan pendidikan (kemampuan baca tulis dan keterampilan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat dan kegiatan ekonomi). Paradigma pembangunan manusia mengandung empat komponen utama:

1. Produktifitas

Manusia harus berkemampuan untuk meningkatkan produktifitasnya dan berpartisipasi penuh dalam proses mencari penghasilan dan lapangan kerja.

Oleh karenanya, pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari model pembangunan manusia.

2. Pemerataan

Setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama. Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapuskan sehingga semua orang dapat berpartisipasi dan mendapatkan keuntungan dari peluang yang tersedia.

3. Keberlanjutan

Akses terhadap peluang/kesempatan harus tersedia bukan hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Semua bentuk sumber daya fisik harus dapat diperbaharui.

4. Pemberdayaan

Pembangunan harus dilakukan oleh semua orang, bukannya semata-mata (dilakukan) untuk semua orang. Semua orang harus berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan dan proses yang mempengaruhi kehidupan mereka.

UNDP dalam Human Development Report yang pertama (1990) menyatakan bahwa sasaran-sasaran pokok pembangunan adalah untuk menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan rakyat menikmati kehidupan yang panjang, sehat dan kreatif. UNDP sangat menekankan arti pentingnya pembangunan yang berpusat pada manusia yang menempatkan manusia sebagai

(12)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 6

tujuan akhir dari pembangunan, dan bukan sebagai alat bagi pembangunan.

Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk. Pilihan yang terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak. Semakin tinggi pendidikan semakin banyak peluang-peluang yang bisa diraih. Manusia bisa menentukan pilihannya dalam sistem pasar yang berfungsi dengan baik. Pembangunan manusia juga merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat, dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan. Sebagai salah satu upaya untuk menganalisis status pembangunan baik antar negara maupun antar daerah, maka UNDP menyusun Human Development Index (HDI) atau Indek Pembangunan Manusia (IPM) yang diterbitkan dalam publikasi berjudul Human Development Reports.

2.2. Perkembangan Metode Penghitungan IPM

Gambar 2.1. Perkembangan Metodologi IPM oleh UNDP

IPM pertama kali di-launching pada tahun 1990. Hingga saat ini, metode penghitungan IPM telah mengalami 3 (tiga) kali perubahan yaitu pada tahun 1995, 2010 dan 2014 dengan sedikit penyempurnaan pada tahun 1991 dan 2011.

Perkembangan metodologi IPM yang digunakan oleh UNDP secara ringkas dapat dilihat dalam Gambar 2.1.

(13)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 7

IPM di Indonesia dihitung dengan mengadopsi metodologi yang digunakan oleh UNDP. IPM pada tingkat propinsi dihitung sejak tahun 1990 sedangkan IPM pada tingkat kabupaten/kota baru dihitung sejak tahun 1996. Sebelum Tahun 2004, IPM dipublikasikan setiap 3 tahun sekali. Namun dengan adanya UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dengan Pemerintah Daerah, maka sejak tahun 2004, IPM dipublikasikan setiap tahun.

Sebelum Tahun 2014, IPM di Indonesia dihitung dengan 4 komponen yaitu angka harapan hidup (dimensi kesehatan), angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah (dimensi pendidikan) dan PDB per kapita (dimensi ekonomi) dengan menggunakan rata – rata hitung. Mengikuti perubahan yang digunakan oleh UNDP, maka sejak tahun 2014, penghitungan IPM di Indonesia menggunakan metode baru.

Alasan perubahan metodologi penghitungan IPM adalah :

1. Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan IPM. Angka melek huruf sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, angka melek huruf di sebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antar daerah dengan baik. PDB per kapita dianggap tidak dapat menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah.

2. Penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM menggambarkan bahwa capaian yang rendah disuatu dimensi dapat ditutupi dengan capaian tinggi dari dimensi lain. Untuk itu perlu diganti dengan rata- rata geomatrik sehingga untuk mencapai IPM yang tinggi hanya dapat dicapai jika semua dimensi memiliki capaian yang tinggi.

(14)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 8

Gambar 2.2. Perbandingan Metode Lama dan Metode Baru Penghitungan IPM

Sumber: BPS

Ada dua perubahan mendasar dalam penghitungan IPM yaitu : 1. Indikator

- Dalam dimensi pendidikan, angka melek huruf pada metode lama diganti dengan angka harapan lama sekolah. Selain itu, untuk menghitung rata-rata lama sekolah, batas usia penduduk yang semula 15 tahun dinaikkan menjadi 25 tahun.

- Dalam dimensi standar hidup, Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. Namun di Indonesia, karena PNB per kapita tidak tersedia pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota sehingga diproxy dengan pengeluaran per kapita disesuaikan. Selain itu, jumlah komoditas untuk menghitung Purchasing Power Parity (PPP) yang semula 27 komoditas ditambah menjadi 96 komoditas.

2. Metode penghitungan

- Metode agregasi diubah dari rata-rata aritmatik menjadi rata-rata geometrik.

(15)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 9

2.3. Metodologi Baru Penghitungan IPM Sumber data :

a. Angka harapan hidup saat lahir, bersumber dari Sensus Penduduk 2010 - SP2010, Proyeksi Penduduk)

b. Angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah bersumber dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)

c. PNB per kapita tidak tersedia pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sehingga diproksi dengan pengeluaran per kapita disesuaikan menggunakan data SUSENAS.

Konsep dan Definisi

Angka Harapan Hidup Saat Lahir - AHH (Life Expectancy – )

Angka Harapan Hidup saat Lahir didefinisikan sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir.AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. AHH dihitung dari hasil sensus dan survei kependudukan.

Rata-Rata Lama Sekolah - RLS (Mean Years of Schooling - MYS)

Rata-rata Lama Sekolah didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun. Cakupan penduduk yang dihitung dalam penghitungan rata-rata lama sekolah adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas

Angka Harapan Lama Sekolah - HLS (Expected Years of Schooling -EYS) Angka Harapan Lama Sekolah didefinisikan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu dimasa mendatang.

Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan peluang penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka Harapan Lama Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak.

(16)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 10

Pengeluaran per Kapita Disesuaikan

Pengeluaran per kapita yang disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (Purchasing Power Parity-PPP). Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas, dihitung dari level provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100. Perhitungan paritas daya beli pada metode baru menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya merupakan komoditas non makanan.

Teknis Penghitungan

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) dihitung dengan cara tidak langsung dengan paket program Micro Computer Program for Demographic Analysis (MCPDA) atau Mortpack.

Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) atau Expected Years of Schooling (EYS)

Formula ∑ Keterangan :

Harapan Lama Sekolah pada umur α di tahun t jumlah penduduk usia i yang bersekolah pada tahun t Jumlah penduduk usia i pada tahun t

i Usia (a, a+1,...,n)

Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) atau Mean Years Schooling (MYS) - menyeleksi penduduk pada usia 25th ke atas

- mengelompokkan jenjang pendidikan yang pernah/sedang diduduki.

- mengelompokkan ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki.

- mengkonversi tahun lama sekolah menurut ijasah terakhir.

(17)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 11

Ijazah

Konversi tahun lama sekolah (tahun) Tidak punya

ijazah 0

Sekolah Dasar 6

SMP 9

SMA 12

D1/D2 14

D3 15

S1/D4 16

S2/S3 18

- menghitung lamanya bersekolah sampai kelas terakhir.

Keterangan Lama Sekolah

Tidak Pernah Sekolah 0

Masih sekolah di SD s.d.

S1

Konversi ijazah terakhir + kelas terakhir - 1

Masih sekolah S2 atau S3

Konversi ijazah terakhir + 1 Ket: Karena di Susenas kode kelas untuk yang sedang kuliah S2 = 6 dan kuliah S3 = 7 yang tidak menunjukkan kelas

Tidak bersekolah lagi tetapi tidak tamat di kelas

terakhir

Konversi ijazah terakhir + kelas terakhir - 1

Tidak sekolah lagi dan

tamat pada jenjang Konversi ijazah terakhir

Pengeluaran per kapita per bulan

a. Menghitung rata-rata pengeluaran per kapita dari Susenas. Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas Modul, dihitung dari level provinsi hingga level kab/kota.

b. Menghitung dari rata-rata pengeluaran per kapita dalam harga konstan (riil).

Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100

(18)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 12

̅̅̅ ̅̅̅

Dimana :

̅̅̅ = Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun atas dasar harga konstan 2012

̅̅̅ = Rata – rata pengeluaran per kapita per tahun pada tahun t = IHK tahun t dengan tahun dasar 2012

c. Menghitung Purchasing Power Parity (PPP)

- menghitung value (rupiah yang dikeluarkan) dan quantity (jumlah barang yang dikonsumsi) 96 komoditas PPP dari data Susenas MODUL Konsumsi, terdiri dari 66 komoditas makanan dan 30 komoditas non makanan.

- menghitung quantity komoditi perumahan dari data Susenas KOR.

- menghitung harga rata-rata setiap komoditas. Harga yang tidak dapat diperoleh dari Susenas modul konsumsi diproksi dengan harga dari IHK.

- menghitung relatif harga terhadap Jakarta Selatan.

- menghitung PPP:

∏ (

)

Dimana

= harga komoditas i di Jakarta Selatan

= harga komoditas i di kab/kota j = jumlah komoditas

d. Menghitung pengeluran per kapita disesuaikan

Setiap komponen IPM distandardisasi dengan nilai minimum dan maksimum sebelum digunakan untuk menghitung IPM. Rumus yang digunakan sebagai berikut :

Dimensi Kesehatan

(19)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 13

Dimensi Pendidikan

Dimensi Pengeluaran

( )

IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran yaitu ;

Dalam menghitung IPM, diperlukan nilai minimum dan maksimum untuk masing-masing indikator. Berikut tabel yang menyajikan nilai-nilai tersebut.

Keterangan:

* Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara-Papua

** Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025

UNDP BPS UNDP BPS

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Angka Harapan Hidup Saat

Lahir Tahun 20 20 85 85

Angka Harapan Lama Sekolah

Tahun 0 0 18 18

Rata-rata lama sekolah Tahun 0 0 15 15

100 1007436* 107721 26572352**

(PPP US) (Rp) (PPP US) (Rp) Indikator Satuan

Pengeluaran per kapita disesuaikan

Minimum Maksimum

(20)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 14

BAB III

ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TEMANGGUNG

3.1. Pembangunan Manusia di Kabupaten Temanggung 3.1.1. Kependudukan

Dalam paradigma lama, penduduk hanyalah modal dasar pembangunan semata. Namun dalam paradigma baru, sesungguhnya manusia merupakan tujuan akhir dari pembangunan itu sendiri. Jumlah, struktur dan komposisi penduduk merupakan dasar acuan dan evaluasi bagi pembangunan itu sendiri.

Penduduk atau masyarakat yang berkualitas merupakan komponen sentral dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Penduduk yang berkualitas memungkinkan untuk mengolah dan mengelola sumber daya alam dengan baik, tepat, efisien dan optimal dengan tetap menjaga kepentingan generasi yang akan datang. Penduduk yang berkualitas akan menjaga keseimbangan antara jumlah penduduk dengan kapasitas daya dukung alam dan lingkungan. Sebaliknya penduduk yang besar dengan kualitas yang rendah justru akan menjadi beban bagi pembangunan itu sendiri.

Gambar 3.1. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Temanggung, 2011 – 2016

Sumber : BPS Kabupaten Temanggung

717472 724810 731911 738915 745778

1,06 1,02

0,98 0,96

0,93 0,90 0,94 0,98 1,02 1,06

700000 710000 720000 730000 740000 750000

2011 2012 2013 2014 2015

jumlah penduduk pertumbuhan penduduk

(21)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 15

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Temanggung sepanjang 2011 – 2015 mengalami penurunan dari 1, 06 persen pada tahun 2010 menjadi hanya 0,93 persen pada tahun 2015. Turunnya laju pertumbuhan penduduk ini secara alamiah disebabkan karena menurunnya fertilitas di Kabupaten Temanggung.

Karakteristik penduduk Kabupaten Temanggung menurut jenis kelamin ditandai dengan angka sex rasio yang berada diatas 100 sepanjang tahun 2011 – 2015. Pada tahun 2015 sex rasio mencapai 100,5. Artinya penduduk laki-laki masih lebih banyak dibanding penduduk perempuan meskipun hampir seimbang.

Karakteristik ini berbeda dengan karakteristik penduduk Provinsi Jawa Tengah pada umumnya dimana lebih banyak penduduk perempuan dibanding penduduk laki-laki dengan sex rasio pada tahun 2015 mencapai 98,40.

Gambar 3.2. Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Temanggung, 2011 – 2015

Sumber : BPS Kabupaten Temanggung

Dalam perdebatan antar ahli ekonom-demografer, aliran revisionis berpendapat bahwa penduduk mempunyai kaitan dengan pembangunan ekonomi dan penurunan kemiskinan (population does matter). Namun kunci keberhasilan Population Does Matter adalah adanya perubahan struktur umur penduduk penduduk (Adoetomo, 2007 : 21). Perubahan struktur umur penduduk ini terjadi karena adanya proses transisi demografi secara berkelanjutan dan jangka panjang

345.000 350.000 355.000 360.000 365.000 370.000 375.000

2011 2012 2013 2014 2015

laki-laki(jml) perempuan (jml)

(22)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 16

hingga terjadinya pergeseran distribusi penduduk menurut umur dan menyebabkan menurunnya rasio ketergantungan penduduk usia non produktif dengan penduduk usia produktif. Ketika rasio ketergantungan berada pada titik terendah, biasanya terletak dibawah 50, maka terbukalah kesempatan yaitu the window of opportunity yang dikaitkan dengan bonus demografi. Window of opportunity menyediakan kondisi ideal untuk meningkatkan produktifitas, melalui 3 faktor yaitu :

a. Penawaran tenaga kerja

Jika penduduk usia kerja terserap dalam pasar kerja, maka produktifitas per kapita akan meningkat

b. Peranan perempuan

Perempuan cenderung mempunyai anak lebih sedikit dan masuk ke pasar kerja sehingga berperan dalam peningkatan produksi per kapita.

c. Tabungan

Semakin banyak penduduk dalam pasar kerja, maka semakin banyak pula tingkat tabungan dan investasi. Investasi yang produktif akan memicu penyerapan tenaga kerja, menaikkan pendapatan per kapita dan memenuhi kebutuhan dasar yaitu kesehatan dan pendidikan.

d. Modal Manusia

Jumlah penduduk dan pertumbuhannya merupakan faktor yang penting dalam menentukan proses perjalanan dan kecepatan pertumbuhan ekonomi

Gambar 3.3. Rasio Ketergantungan Kabupaten Temanggung, 2011 - 2015

Sumber : BPS Kabupaten Temanggung

47,99

47,61

47,23

46,90

46,64 46,60

46,80 47,00 47,20 47,40 47,60 47,80 48,00

2011 2012 2013 2014 2015

(23)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 17

Pergeseran distribusi umur penduduk dan penurunan rasio ketergantunagn membentuk keadaan ideal yang berpotensi terjadinya bonus demografi.

Kesempatan ini harus dipahami oleh pengambil kebijakan sampai tingkat daerah agar dapat memanfaat bonus demografi untuk kesejahteraan rakyat. Harus disadari juga bahwa pada masa yang akan datang, angka ketergantungan akan kembali meningkat yang disebabkan karena fertilitas rendah dan angka harapan hidup yang tinggi.

Rasio ketergantungan penduduk Kabupaten Temanggung sepanjang 2011 – 2015 konsisten mengalami penurunan yaitu sebanyak 47,99 persen pada 2011 menjadi 46,64 persen pada 2015. Berdasarkan rasio ketergantungan tersebut, dapat dikatakan bahwa Kabupaten Temanggung sedang menuju tahapan bonus demografi dalam proses transisi demografi. Inilah yang disebut sebagai window of opportunity, yaitu jika jumlah penduduk produktif yang lebih besar dapat dioptimalkan untuk mengakumulasi pertumbuhan dan kesejahteraan secara ekonomi. Sebaliknya jika window of opportunity tersebut tidak bisa dimanfaatkan dengan baik, maka hal tersebut bisa menjadi window of disaster, yaitu apabila jumlah penduduk usia produktif yang banyak tidak bisa dimanfaatkan akibat kurangnya lapangan pekerjaan. Window of opportunity merupakan momentum untuk saving di masa depan sehingga saving tersebut bisa dimanfaatkan ketika jumlah penduduk usia non produktif kembali meningkat.

3.1.2. Kesehatan

Pembangunan kesehatan merupakan investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga mendukung pembangunan secara menyeluruh. Dalam RPJPD Kabupaten Temanggung 2005-2025 disebutkan bahwa peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan peningkatan mutu atau kualitas pelayanan kesehatan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia kesehatan, penambahan sarana dan prasarana kesehatan, peningkatan sistem pembiayaan dan jaminan kesehatan masyarakat, peningkatan upaya kesehatan, peningkatan kualitas dan akses semua anggota masyarakat (terutama keluarga miskin) terhadap pelayanan kesehatan, peningkatan perilaku hidup sehat, mencegah dan

(24)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 18

menanggulangi berbagai penyakit menular, penanggulangan kekurangan energi protein, dan perbaikan manajemen kesehatan.

Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, status kesehatan memberikan pengaruh pada tingkat produktivitas. Untuk mengukur tingkat kesehatan penduduk dapat terlihat dari banyaknya penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan Angka Morbiditas (kesakitan). Angka kesakitan didefinisikan sebagai persentase penduduk yang mengalami gangguan kesehatan yang mengakibatkan terganggunya aktifitas sehari-hari yang terjadi baik dalam melakukan pekerjaan, bersekolah, mengurus rumah tangga maupun melakukan aktivitas lainnya selama satu bulan sebelum pencacahan. Semakin banyak penduduk yang mengalami gangguan kesehatan berarti semakin rendah derajat kesehatan di wilayah tersebut dan angka kesakitan di wilayah tersebut tinggi. Untuk mengukur status kesehatan salah satunya digunakan indikator angka kesakitan. Angka kesakitan didefinisikan sebagagi persentase penduduk yang mengalami ganggutan kesehatan dan terganggu aktifitasnya sehari-hari yang terjadi selama satu bulan sebelum pencacahan.

Tabel 3.1. Angka Kesakitan Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Temanggung, 2012 – 2015

Jenis Kelamin 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5)

laki-laki 9.42 8.55 9.49 15.41

perempuan 8.2 7.76 6.76 13.68

laki-laki+perempuan 8.81 8.16 8.13 14.55 Sumber : BPS Kabupaten Temanggung

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa angka kesakitan laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Pada tahun 2015, angka kesakitan laki-laki di Kabupaten Temanggung mencapai 15,51 persen sedangkan angka kesakitan perempuan adalah sebesar 13,68 persen. Angka kesakitan pada tahun 2015 merupakan angka kesakitan yang paling tinggi sepanjang 4 tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa ada penurunan status kesehatan pada tahun 2015.

(25)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 19

Akses penduduk dalam memanfaatkan tenaga kesehatan dapat dilihat dari ketersediaan/kemudahan mencapai fasilitas/tempat dan tenaga kesehatan sebagai rujukan penduduk jika mengalami keluhan sakit hingga harus pergi berobat. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan penduduk dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan tersebut adalah jarak tempat tinggal dengan letak sarana pelayanan kesehatan, serta kualitas pelayanan. Salah satu indikator pemanfaatan fasilitas dan pelayanan kesehatan adalah banyaknya penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan berobat jalan ke fasilitas kesehatan.

Tabel 3.2. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan Menurut Jenis Kelamin

di Kabupaten Temanggung, 2012 – 2015

Jenis Kelamin 2011 2013 2015

(1) (2) (3) (4)

laki-laki 36.92 46.12 48.37

perempuan 38.75 47.47 46.23

laki-laki+perempuan 37.82 46.83 47.28

Sumber : BPS Kabupaten Temanggung

Akses penduduk dalam memanfaatkan tenaga kesehatan tidak hanya dapat dilihat dari ketersediaan/kemudahan mencapai fasilitas/tempat dan tenaga kesehatan sebagai rujukan penduduk jika mengalami keluhan sakit hingga harus pergi berobat tetapi juga dilihat dari indikator penolong persalinan. Dengan meningkatnya pertolongan persalinan oleh tenaga medis dapat memengaruhi keselamatan ibu dan bayinya. Penolong persalinan yang ideal adalah tenaga medis karena mereka telah menerapkan proses persalinan yang memenuhi standar kesehatan.

Tabel berikut menunjukkan persentase perempuan berumur 15-49 tahun yang pernah kawin menurut penolong kelahiran anak terakhir di Kabupaten Temanggung. Sebagian besar persalinan di Kabupaten Temanggung ditolong oleh bidan yaitu sebanyak 75,58 persen dan sebanyak 23 persen ditolong oleh dokter.

Mudahnya akses yang didapat masyarakat serta biaya yang terjangkau, maka

(26)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 20

sebagian besar masyarakat cenderung lebih untuk mengunjungi bidan, baik bidan praktek maupun bidan desa.

Persalinan yang ditolong oleh dokter mengalami kecenderungan meningkat sepanjang 2011 – 2015. Hal ini salah satuya menjunjukkan bahwa dokter semakin mudah diakses baik melalui praktek dokter spesialis kandungan, puskesmas maupun rumah sakit.

Sebaliknya persalinan yang ditolong leh tenaga non medis mengalami kecenderungan menurun, bahkan pada tahun 2015 hampir tidak ada persalinan yang ditolong oleh tenaga non medis. Selain akses ke tenaga medis yang semakin mudah dan terjangkau, kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan ibu dan anak semakin meningkat.

Perhatian pemerintah terhadap kesehatan semakin ditingkatkan terutama pada ibu hamil dan balita. Salah satu tujuan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah meningkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak. Oleh sebab itu, pemerintah selalu berupaya untuk memperluas akses, sarana pelayanan serta tenaga kesehatan dengan cara meningkatkan jumlah maupun kualitasnya. Seperti meningkatkan pelayanan kebidanan dengan menempatkan bidan di desa-desa, seperti yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014 yang telah ditetapkan dalam Perpres Nomor 5 Tahun 2010 yaitu meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu.

Tabel 3.3. Persentase Persalinan Menurut Penolong Persalinan Terakhir di Kabupaten Temanggung, 2011 – 2015

Penolong Kelahiran Anak

Terakhir 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Dokter 10,98 13,81 16,23 20,04 23,00

Bidan 79,49 76,01 77,43 77,91 75,58

Tenaga Medis Lain 0 0 0 0,46 1,42

Bukan tenaga medis 9,53 10,18 6,34 1,59 0

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Temanggung

(27)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 21

3.1.3. Pendidikan

Keberhasilan pembangunan suatu wilayah ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas SDM tersebut. Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan, dimulai dengan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan, hingga pada peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Untuk mengetahui seberapa banyak penduduk yang memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari persentase penduduk menurut partisipasi sekolah. Untuk melihat partisipasi sekolah dalam suatu wilayah biasa dikenal beberapa indikator untuk mengetahuinya, antara lain:

Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), serta Angka Partisipasi Murni (APM).

Gambar 3.4.Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Temanggung, 2011-2015

Sumber : BPS Kabupaten Temanggung

Angka Partisipasi Sekolah merupakan ukuran daya serap lembaga pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. APS merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses penduduk pada fasilitas pendidikan khususnya

99,15 98,43 99,79 99,71 99,28

82,95 86,76 89,26 91,42 96,83

43,24 43,52 47,09

52,80 50,39

40 50 60 70 80 90 100 110 120

2011 2012 2013 2014 2015

7 - 12 13 - 15 16 - 18

(28)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 22

bagi penduduk usia sekolah. Semakin tinggi Angka Partisipasi Sekolah semakin besar jumlah penduduk yang berkesempatan mengenyam pendidikan. Namun demikian meningkatnya APS tidak selalu dapat diartikan sebagai meningkatnya pemerataan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan.

Usia 7-12 tahun merupakan usia penduduk menempuh pendidikan dasar 6 tahun pertama. Namun hingga tahun 2015, angka partisipasi sekolah untuk penduduk 7 – 12 tahun belum mencapai 100 persen. Pada tahun 2015, masih terdapat 0,72 persen anak usia 7- 12 tahun yang tidak sekolah. Jika dilihat dari sisi ketersediaan fasilitas pendidikan,hampir seluruh desa di Kabupaten Temanggung sudah memiliki SD, kecuali Desa KebonAgung, Desa Putat dan Desa Canggal.

Dengan adanya dana BOS, biaya sekolah di SD negeri pun saat ini sudah gratis.

Artinya ada faktor lain selain biaya dan fasilitas yang menghambat partsipasi sekolah. Faktor tersebut adalah budaya yang mendorong kemauan orang tua untuk menyekolahkan anaknya, terutama usia 7 – 12 tahun untuk bersekolah.

Gambar diatas juga menunjukkan bahwa meskipun masih rendah,APS untuk usia 13 -15 tahun dan usia 16 – 18 tahun mengalami kecenderungan meningkat. Meningkatnya opportunity cost juga sangat berpengaruh pada rendahnya partisipasi pendidikan menengah. Lulusan SLTP sederajat yang sebagian besar sudah berusia lebih dari 15 tahun ke atas sudah berhak untuk bekerja sehingga untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi belum menjadi pilihan utama.Hal ini merupakan capaian yang sangat menggembirakan sekaligus tantangan bagi pemerintah daerah untuk memberikan stimulasi yang positif agar APS semakin meningkat untuk jenjang pendidikan menengah.

Angka Partisipasi Kasar (APK), menunjukkkan partisipasi penduduk yang sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan (berapapun usianya) terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut.

APK digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana

(29)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 23

untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Nilai APK bisa lebih dari 100%. Hal ini disebabkan karena populasi murid yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan mencakup anak berusia di luar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Sebagai contoh, banyak anak-anak usia diatas 12 tahun, tetapi masih sekolah di tingkat SD atau juga banyak anak-anak yang belum berusia 7 tahun tetapi telah masuk SD.

Adanya siswa dengan usia lebih tua dibanding usia standar di jenjang pendidikan tertentu menunjukkan terjadinya kasus tinggal kelas atau terlambat masuk sekolah. Sebaliknya, siswa yang lebih muda dibanding usia standar yang duduk di suatu jenjang pendidikan menunjukkan siswa tersebut masuk sekolah di usia yang lebih muda.

Tabel 3.4.Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Temanggung, 2011-2015

2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) SD 102.7 107.7 112.6 110.8 105.2 93.4 93.1 96.6 97.1 96.2 SLTP 92.87 82.28 81.01 80.26 99.74 67.1 68.7 68.4 72.7 81.1 SLTA 48.7 49.26 48.55 64.01 68.42 36.7 39.4 38.1 49.7 39.9

APK APM

Jenjang Pendidikan

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase jumlah anak pada kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan Bila APK digunakan untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan di suatu jenjang pendidikan tertentu tanpa melihat berapa usianya, maka Angka Partisipasi Murni (APM) mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu. Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka APM akan mencapai nilai 100. Secara umum, nilai APM akan selalu lebih rendah dari APK karena nilai APK mencakup anak diluar usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Selisih antara APK dan APM menunjukkan proporsi siswa yang terlambat atau terlalu cepat bersekolah. Keterbatasan APM

(30)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 24

adalah kemungkinan adanya under estimate karena adanya siswa diluar kelompok usia yang standar di tingkat pendidikan tertentu.

APK untuk jenjang SD sepanjang 2011-2015 selalu berada diatas 100 persen. Ini menunjukkan banyak anakdiluar usia 7-12 yang sekolah di SD. Anak usia7-12 tahun yang sedang sekolah di SD terlihat dari angka APM, yaitu sebesar 96,2 persen. Dengan demikian, maka dapat dilihat pada tahun 2015,ada 9 persen penduduk yang bersekolah di SD yang berusia diluar 7 – 12 tahun. Selisih antara APK dan APM terlihat semakin besar pada jenjang yang lebih tinggi, yaitu SLTP dan SLTA. Hal ini merupakan indikasi bahwa pada jenjang SLTP dan SLTA, kasus tinggal kelas semakin meningkat.

3.1.4. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan salah satu bidang yang sangat esensial dalam usaha memajukan perekonomian suatu daerah. Tenaga kerja yang memadai dari segi kuantitas dan kualitas menjadi aspek penting dalam pembangunan ekonomi, yaitu sebagai sumber daya untuk menjalankan proses produksi dan distribusi barang dan jasa, serta sebagai sasaran untuk menciptakan dan mengembangkan pasar. Permasalahan paling pokok dalam ketenagakerjaan terletak pada kesempatan kerja. Ketidakseimbangan antara peningkatan penduduk usia kerja dengan kesempatan kerja yang tersedia akibat lemahnya penyerapan tenaga kerja akan menimbulkan pengangguran yang akan berdampak pada ketidakstabilan ekonomi dan bidang kehidupan lainnya. Apabila perekonomian tidak dapat menyerap pertumbuhan tenaga kerja yang ada, maka tentu saja akan terjadi peningkatan pengangguran yang selanjutnya dapat meningkatkan masalah- masalah sosial yang ada.

Dalam RPJPD Kabupaten Temanggung 2005 – 2025 disebutkan bahwa pembangunan ketenagakerjaan diarahkan pada perluasan lapangan kerja dan kesempatan kerja, peningkatan kualitas, peningkatan kesejahteraan, perlindungan hukum, dan peningkatan kemandirian yang berwawasan wira usaha sehingga mampu bersaing. Dalam RPJMD 2013 – 2018, masalah ketenagakerjaan termasuk dalam misi kedua Pemerintahan Daerah Kabupaten Temanggung yaitu mewujudkan peningkatan masyarakat pedesaan dan perkotaan yang agamis,

(31)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 25

berbudaya dan sejahtera. Beberapa strategi yang akan diterapkan menyangkut ketenagakerjaan antara lain ;

- Peningkatan kualitas dan produktifitas tenaga kerja

- Peningkatan kesempatan kerja dan menurunkan tingkat pengangguran - Peningkatan perlindungan tenaga kerja dan pengembangan lembaga

Keadaan ketenagakerjaan di Kabupaten Temanggung diwarnai dengan perubahan beberapa indikator yang cukup signifikan ke arah yang lebih baik.

Sepanjang 2011- 2 015 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Temanggung selalu diatas 75 persen, dengan TPAK tertinggi pada tahun 2012 yaitu mencapai 77,33 persen. TPAK yang tinggi merupakan salah satu indikasi tingginya kesempatan kerja yang tersedia sehingga orang terserap dalam lapangan kerja yang ada atau sedang mencari kerja atau bahkan mempersiapkan usaha.

Gambar 3.5. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

di Kabupaten Temanggung, 2011 – 2015

Sumber : Sakernas (BPS Kabupaten Temanggung)

Indikator lain yang paling menjadi primadona dalam bidang ketenagakerjaan adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). TPT menunjukkan

75,91

77,33

76,7

76,73

75,47

3,54 3,39

4,87

3,19

1,50

0 1 2 3 4 5 6

75 75,5 76 76,5 77 77,5

2011 2012 2013 2014 2015

TPAK TPT

(32)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 26

persentase orang yang mencari kerja terhadap penduduk angkatan kerja.

Tingginya TPT merupakan indikasi perlunya peningkatan penyerapan tenaga kerja, salah satunya dengan penciptaan lapangan kerja. TPT banyak menjadi topik diskusi karena terkait dengan masalah ekonomi dan sosial seperti kemiskinan dan kerawanan sosial.

Sepanjang 5 tahun terakhir, tingkat pengangguran di Kabupaten Temanggung sangat rendah yaitu dibawah 5 persen. Pengangguran tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu mencapai 4,87 persen. Selanjutnya pengangguran mengalami penurunan menjadi 3,19 persen pada 2014 dan menjadi 1.50 persen pada 2015. Pada 2014 – 2015, TPT Kabupaten Temanggung merupakan pengangguran yang terendah diantara kabupaten/kota di Jawa Tengah.

Dengan TPT yang sangat rendah, dapat dikatakan bahwa Kabupaten Temanggung berada dalam kondisi fullemployment. Namun kondisi ini tidak bisa serta merta dimaknai sebagai keberhasilan pembangunan khususnya dalam menciptakan lapangan pekerjaan yang layak untuk SDM yang tersedia.

Tabel 3.5. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Temanggung, 2011 – 2015

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan 46,88 36,75 46,83 47,24 39,04 Industri Pengolahan 21,42 32,20 18,87 18,57 26,97

Bangunan 4,71 4,35 3,24 5,59 4,33

Perdagangan, Hotrel dan

Restoran 14,35 14,32 15,00 16,92 16,10

Pengangkutan dan

Komunikasi 2,44 2,50 2,37 1,26 3,18

Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan 0,89 0,42 0,51 0,97 0,67

lainnya 9,33 9,46 13,19 9,45 9,72

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Temanggung

Banyaknya penduduk yang bekerja di Kabupaten Temanggung menurut lapangan usaha dapat memberikan informasi awal tentang potensi ekonomi penduduk Temanggung. Semakin banyak orang yang bekerja di suatu sektor, maka semakin tinggi pula potensi ekonomi sektor tersebut. Hingga Tahun 2015,

(33)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 27

sebagian besar penduduk yang bekerja di Kabupaten Temanggung bekerja pada sektor pertanian. Pada tahun 2015, hampir 40 persen penduduk yang bekerja di Kabupaten Temanggung terserap dalam sektor pertanian. Tingginya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian tersebut terkait erat dengan tingginya potensi agraris yang sangat tinggi di Kabupaten Temanggung. Selain itu, sektor pertanian relatif lebih akomodatif, karena tidak membutuhkan SDM tingkat pendidikan yang lebih tinggi, keahlian khusus serta kemampuan modal untuk usaha yang rendah. Oleh karenanya tidak mudah bagi tenaga kerja di sektor pertanian untuk berpindah ke sektor lainnya.

Peran sektor industri pengolahan dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Temangung masih fluktuatif. Pada tahun 2015, tenaga kerja yang terserap pada sektor industri pengolahan adalah sebesar 26,97 persen, meningkat dibanding tahun 2014 yang hanya 18,57 persen. Sektor industri pengolahan di Kabupaten Temanggung khususnya industri mikro dan industri kecil (IMK) tidak bisa dipisahkan dengan sektor pertanian karena sebagian besar IMK di Kabupaten Temanggung merupakan industri perajangan tembakau. Yang waktu produksiya bersifat musiman.

Tabel 3.5. Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan di Kabupaten Temanggung, 2011 – 2015

Status Pekerjaan Utama 2011 2012 2013 2014 2015

Berusaha sendiri 10,31 12,60 13,14 12,91 10,80

Berusaha dengan dibantu buruh

tidak tetap 26,75 26,33 28,77 26,39 25,09

Berusaha sendiri dengan dibantu

buruh tetap 1,59 1,20 2,19 1,58 1,36

Pekerja/Buruh/Karyawan 18,16 16,25 23,55 19,65 21,37 Pekerja bebas di pertanian 3,66 3,77 5,00 2,64 2,77 Pekerja bebas di non pertanian 5,65 7,48 4,09 7,10 7,50 Pekerja tak dibayar 33,89 32,37 23,25 29,73 31,11

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : Sakernas (BPS Kabupaten Temanggung)

Penduduk bekerja menurut status pekerjaan utama menggambarkan perkembangan tenaga kerja terhadap tingkat kemandirian dan tingkat kebutuhannya terhadap tenaga orang lain. Status pekerjaan juga dapat digunakan

(34)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 28

untuk membedakan tenaga kerja formal dan informal. Status pekerjaan berusaha dibantu dengan buruh tetap dan buruh/karyawan dipakai sebagai proksi pekerja sektor formal sedangkan status pekerjaan sebagai berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar, pekerja bebas dan pekerja tidak dibayar digunakan sebagai proksi pekerja sektor informal.

Jika dilihat dari status pekerjaannya, ternyata sebagian besar penduduk yang bekerja di Kabupaten Temanggung merupakan pekerja keluarga yang tidak dibayar yaitu mencapai lebih dari 30 persen pada tahun 2015. Jika diperluas lagi, maka sebagian besar penduduk yang bekerja berada pada sektor informal yaitu mencapai 74 - 82 persen dalam rentang waktu 2011 – 2015. Sebagian orang menyebut sektor informal sebagai sektor penyelamat. Elastisitas sektor informal dalam menyerap tenaga kerja menjadikan sektor ini selalu bergairah meskipun nilai tambah yang diciptakannya mungkin tidak sebesar nilai tambah sektor formal.

Dari dua data diatas maka dapat dilihat bahwa fullemployment di Kabupaten Temanggung didominasi oleh sektor pertanian dengan status hanya sebagai pekerja tidak dibayar. Banyak penduduk yang „terpaksa‟bekerja membantu di sektor pertanian milik keluarganya untuk menekan biaya produksi pertanian, asal mereka bisa makan dan bertahan hidup. Dengan tingkat pendidikan yang masih rendah, maka bisa jadi mereka terpaksa menjadi pekerja keluarga karena kesulitan mendapat pekerjaan, meskipun hanya sebagai buruh serabutan.

Jika dilihat dari karakteristik penganggur di Kabupaten Temanggung, dapat dilihat bahwa dari sisi umur, sebagian besar orang yang menganggur di Kabupaten Temanggung justru merupakan penduduk usia muda yaitu 15 – 24 tahun dan semakin mengecil pada usia lebih tua. Artinya orang tuapun hampir keseluruhan terserap dalam lapangan kerja karena tuntutan kebutuhan hidup. Dari sisi pendidikan sebagian besar yang menganggur adalah mereka yang berpendidikan SLTA dan Universitas, artinya mereka kesulitan memasuki jenis pekerjaan yang cocok dengan pendidikan yang dimiliki.

(35)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 29

Gambar 3.6. Persentase Pengangguran Menurut Kelompok Umur dan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Temanggung, 2011 – 2015

Sumber: BPS Kabupaten Temanggung

Dari keseluruhan data diatas, maka rendahnya pengangguran di Kabupaten Temanggung ini justru menjadi “warning” bahwa masyarakat justru harus bekerja secara optimal untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan tidak ada pilihan banyak bagi penduduk untuk bekerja diluar sektor pertanian karena tingkat keterampilan dan pendidikan yang masih rendah.

3.1.5. Ekonomi

Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan suatu daerah adalah tingkat pertumbuhan ekonominya. Dengan asumsi bahwa dengan pertumbuhan yang tinggi akan menyerap tenaga kerja yang tinggi pula, yang pada hakekatnya meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat. Sehingga pertumbuhan yang tinggi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemakmuran penduduk.

Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pembangunan manusia melalui dua jalur yaitu kegiatan rumah tangga dan kebijakan pemerintah. Pemanfaatan pendapatan rumah tangga untuk konsumsi makanan yang sehat, obat-obatan, buku pelajaran dan lain-lain akan meningkatkan kemampuan anggota rumah tangga.

Sumber daya manusia yang berkualitas akan meningkatkan produktifitas ekonomi.

Sedangkan kebijakan pemerintah untuk mendorong lapangan kerja akan meningkatkan permintaan pasar terhadap sumber daya manusia yang berkualitas.

Pemerintah juga dapat mendorong pembangunan manusia melalui pengeluaran pemerintah. Semakin kaya suatu negara maka semakin besar pula dana yang

15 - 24 25 - 34 35 - 44 45 - 54 55+ Maksimum SD SMTP SLTA Universitas

(36)

Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Temanggung 2016 30

tersedia bagi pemerintah untuk pembangunan manusia. Dengan kata lain, pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan dua arah yang saling timbak balik. Untuk mengukur tingkat perkembangan ekonomi suatu daerah yang merupakan pencerminan tingkat kesejahteraan masyarakat diperlukan suatu indikator pengukuran yakni dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Sepanjang tahun 2011 – 2015, besaran PDRB Kabupaten Temanggung, baik atas dasar harga konstan dan atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan. Pada tahun 2011, nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 10,87 triliun rupiah dan pada tahun 2015 mencapai 16,09 triliun rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2011 adalah sebesar 10,30 triliun rupiah dan pada tahun telah mencapai 12,8 triliun rupiah.

Gambar 3.6. Perkembangan Nilai PDRB ADH Berlaku dan ADH Konstan di Kabupaten Temanggung, 2011 – 2015 (triliun rupiah)

Sumber : BPS Kabupaten Temanggung

10,87 11,84 13,09 14,59 16,09

10,30 10,74 11,30 11,87 12,48

-2 3 8 13 18

2011 2012 2013 2014 2015

PDRB adh berlaku PDRB adh konstan

Referensi

Dokumen terkait

Menunjukkan kelemahan dan kelebihan dari teknologi 3D Printing di dunia medis, kemudian juga akan diulas mengenai hal yang sesuai maupun tidak dengan apa yang

Adapun saran pada penelitian selanjutnya adalah membangkitkan data dengan varian error yang tidak konstan untuk dapat melihat lebih jelas kemampuan analisis

berikut adalah penjelasan dari Kepala Seksi Registrasi dan Tata Bangunan DKPT Kota Magelang mengenai sumber daya yang digunakan dalam implementasi kebijakan retribusi IMB

Etika bisnis perlu ada untuk memastikan hubungan para pihak terjadi dengan fair, tidak saling merugikan, dan bahkan saling menguntungkan serta tidak merugikan masyarakat,

Pemberian kombinasi pupuk hayati dengan pupuk organik cair memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter yang diamati (persentase bobot pucuk peko, rasio

Laporan mengenai penjualan, meliputi jenis barang yang paling banyak dijual, barang yang paling banyak dijual, toko yang paling banyak melakukan transaksi, member

Selain itu, dampak positif authoritative parenting practices yang dilakukan orangtua pada proses pencapaian prestasi belajarnya sesuai dengan hasil penelitian

Pengaruh Penyerapan Cd (kadmium) Oleh Fraksi Terlarut , Fraksi Tidak Terlarut , dan Total Jumlah Cd Yang Terserap Dalam Ketan Hitam Yang Ditinjau Dari Ukuran Partikel (Mesh)