• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kritik, Dosa Besar Rakyat Kepada Penguasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kritik, Dosa Besar Rakyat Kepada Penguasa"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Kritik, “Dosa Besar” Rakyat Kepada Penguasa

Iqra Fadhila Ramadhan

Tulisan ini merupakan pendapat dan pandangan Penulis dalam hal fenomena penilaian kritik oleh penguasa dan segelintir masyarakat yang telah menganggap secara komunal mengenai bagaimana kritik bekerja. Kritik yang dimaksud adalah kritik terhadap kebijakan Pemerintah dan Penguasa dalam segala ruang lingkup kenegaraan, berbeda dengan kritik personal, ataupun kritik atas sastra. Tulisan ini bertujuan untuk mengimbuh pendapat dan pandangan Penulis untuk pembaca dalam menangkap fenomena anti-kritik yang bahkan bukan hanya oleh penguasa, melainkan oleh pengikutnya yang padahal merupakan bagian dari rakyat yang memiliki hak sama atas kebebasan penyampaian pendapat.

Liberty of criticism must be allowed, or there would be neither purity of taste nor of morals. (Bouver, 1856 : 354) Kritik merupakan inti nilai demokrasi yang membebaskan rakyat untuk menyampaikan pendapat kepada penguasa untuk menutup kesempatan power tends to corrupt, sehingga ada kalanya lebih baik mempunyai kecurigaan terhadap kekuasaan ketimbang kita terus mendukung apapun aktifitas yang dilakukan oleh penguasa dalam melaksanakan tugasnya. Belakangan ini banyak terdapat stigmatisasi terhadap kritik, mulai dari bagaimana kritik harus disampaikan, batasan-batasan apa yang harus dicegah dalam menyampaikan kritik, syarat kritik yang harus membangun dan dengan melampirkan proposal solusi yang justru hal tersebut mempersempit pergerakan pengawasan publik terhadap kebijakan yang salah dan keliru.

Kegelisahan ini muncul saat gejala antitesa kritik yang mencuat terhadap maraknya empatisan keadilan dari berbagai kalangan masyarakat dan latar belakang sosial, kritik atas kebijakan pemerintah yang disampaikan oleh kalangan bawah kerap kali menjadi objek antitesa bagi kalangan atas yang menyudutkan seolah bahwa kritik harus disampaikan oleh orang yang mempunyai pengetahuan atas hal tersebut, jika anda bukan orangnya maka lebih baik diam.

Bahkan dibeberapa kesempatan kritik wajib melampiri solusi sebagai bentuk detoksifikasi atas suatu kebijakan yang keliru. Lantas bagaimana kritik bekerja? Apakah kritik perlu disampaikan hanya dari orang-orang tertentu bahkan terpilih? Dan apakah kritik selalu tidak lepas dari syarat estetika?

criticism can only recognise the weight to be attached to evidence in its relationship to the piece of writing or the part of the text in question after an appropriate correct understanding of the latter. (Andrew, 1998 : 3) Kritik memerlukan pemahaman, itu merupakan kritik dalam bagiannya sebagai hermeutika bahwa dalam penyampaiannya kita perlu memahami apa yang menjadi pertentangan, namun hermeutika tidak berarti berkaitan dengan keahlian dan status pendidikan seseorang, pemahaman yang dimaksud bernilai luas yang berarti mencakup juga ruang lingkup bahwa seseorang merasakan secara langsung kerugian yang dialami atas suatu kebijakan atau aturan. The practice of criticism presupposes hermeneutics, then the practice of hermeneutics presupposes criticism.

(2)

Menurut pandangan Penulis saat ini makna kritik telah terbelah menjadi dua bagian yakni kritik menjatuhkan dan kritik membangun, namun Penulis menentang hal tersebut, bahwa Penulis menganggap hanya ada istilah tunggal kritik saja, dengan kata lain adalah kritik tanpa kategorisasi positif dan negatif atau membangun atau menjatuhkan, sekalipun harus dijabarkan maka kritik adalah selalu positif dalam 2 (dua) tujuan yakni kritik untuk mengevaluasi dan kritik untuk menentang. Kritik untuk mengevaluasi berbeda dengan kritik untuk menentang, mengenai kebijakan yang keliru kritik bisa diaktifkan untuk memperbaiki kekeliruan atau kecacatan sehingga kritik ditujukan untuk mengevaluasi kebijakan, Lain hal kritik untuk menentang kebijakan yang bertentangan dengan keadilan, maka kritik diaktifkan untuk menentang kebijakan tersebut, karena untuk menentang solusinya hanya menghentikan atau menghapus kebijakan yang bertentangan, seperti dalam hal menentang Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila, apa yang perlu diperbaiki dalam rancangan tersebut? sedangkan kita menginginkan agar rancangan tersebut dihilangkan dari muka bumi Indonesia. Begitu juga sebaliknya, kritik yang disampaikan oleh aktivis perempuan yang menentang keputusan DPR untuk menghentikan pembahasan Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual dari Prolegnas Tahun 2020, maka solusinya tidak ada selain DPR tetap melanjutkan pembahasan rancangan tersebut dalam prolegnas 2020 bahkan desakan yang dilakukan adalah mendorong untuk dapat segera disahkan rancangan tersebut sebelum perubahan tahun.

Dalam beberapa keadaan, kritik disampaikan karena ada tugas yang tidak dilaksanakan oleh Pemerintah, seperti menjamin kebebasan berpendapat, pesan yang disampaikan adalah Negara tidak dibenarkan untuk membatasi kebebasan atas berpendapat, beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah yang dapat membatasi hal tersebut patut kita kritik, namun apakah kita patut untuk menyampaikan solusi? Sedangkan kritik yang kita sampaikan adalah pengecaman kita karena pemerintah tidak melaksanakan tugasnya dalam menjamin kebebasan berpendapat sebagaimana amanah dari Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, apakah solusi diperlukan untuk hal yang seharusnya sudah menjadi tugas? Tidak, karena seharusnya hanya tinggal melaksanakam tugasnya sesuai dengan amanah. The greatest of the number making rules and distinction of criticism, kritik dengan solusi semacam choice of subtance bagi penguasa dengan segelintir pengikutnya untuk menentukan like or dislike dalam menerima kritik, sehingga ada jumlah yang lebih besar untuk menyatakan bahwa kritik haruslah membangun dan melampirkan proposal solusi. Jika kritik tanpa solusi adalah hina, lantas apakah hal tersebut dapat dikatakan degradasi atas hak kebebasan berpendapat? Jika solusi adalah bonus dalam kritik, pantaskah sesuatu pekerjaan yang buruk diberikan bonus?

Dari berbagai literasi kita ketahui bahwa kritik bahkan diaktifkan untuk meruntuhkan kekuasaan yang otoriter, kritik menjadi jiwa semangat demokrasi dan dongkrak keberhasilan era reformasi menjatuhkan sistem otoriter. Dalam hal tersebut kritik dapat dikatakan menjatuhkan, karena kritik tersebut diaktifkan untuk menjatuhkan sistem otoriter menjadi sistem demokrasi yang terbuka dan penuh.

Kritik Adalah Solusi untuk Menghadapi Kekuasaan yang Otoriter, dan Solusi atas Terbelenggunya Keadilan Subtansial.

Para pengendali kebijakan kerap kali membenturkan keadilan subtansial dengan keadilan prosedural, mereka mengetahui betul celah aturan untuk memperkeruh keadilan demi

(3)

kepentingan yang lebih kecil. Pembuat aturan membuat formulasi dengan takaran politik yang terlalu tinggi sehingga menyingkirkan kepentingan publik yang jauh lebih besar, oleh karena itu muncul istilah politik determinan hukum. Menurut Daniel S. Lev, yang paling menentukan dalam proses hukum adalah konsepsi dan struktur kekuasaan politik. Yaitu bahwa hukum sedikit banyak selalu merupakan alat politik, dan bahwa tempat hukum dalam negara, tergangtung pada keseimbangan politik, defenisi kekuasaan, evolusi idiologi politik, ekonomi, sosial, dan seterusnya. (Daniel, 1990 : XII) kompromi politik dalam pembuatan produk hukum dan kebijakan di Indonesia begitu kental, bahkan ketika para pembuat aturan menggodok aturan yang memancing pertentangan oleh publik, produk tersebut tetap berlanjut hingga berlaku. Dari hal inilah terkadang kita memerlukan kritik sebagai solusi mempertentang aturan yang bahkan menguras kandungan keadilan di dalamnya.

Kritik sudah merupakan salah satu bentuk solusi dari seperangkat jalur keadilan untuk menegakan demokrasi dalam suatu negara. Kiprah cemerlang kritik saat era reformasi tahun 1998 dalam hal menjatuhkan kekuasaam otoriter demokrasi terpimpin, kritik merupakan bagian dari beberapa gerakan penuntutan kebebasan berpendapat dan menyampaikan keberatan atas suatu kebijakan atau aturan seperti demonstrasi dan aksi reformasi pada saat itu.

Kritik menjadi cita saat terbelenggunya kebebasan berpendapat dan Pers, melahirkan Undang- undang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia bahkan dalam lembaran konstiusi kita. Namun berjalannya waktu sistem rasa otoritarian lambat laun muncul kembali, mengikis kebebasan menyampaikan pendapat dan kritik, pengikisan dilakukan secara terstruktur dan implisit dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan anti-kritik, sehingga produk hukum muncul seolah sebagai gagasan penguasa untuk menerapkan perlindungan, ketertiban dan kepastian hukum.

Prinsip kepastian hukum kerap kali digunakan sebagai alat untuk melawan keadilan yang bersifat subtantif, atas nama kepastian hukum pencari keadilan sering dikalahkan dengan dalil yang ada dalam undang-undang padahal banyak undang-undang yang masih berwatak konserfatif, elitis, dan positivistik-instrumentalistik sebagai alat untuk membenarkan kehendak penguasa. Oleh karena itu, kritik digunakan sebagai bentuk control, supervision dan surveillance disaat lembaga eksekutif dengan legislatif berupaya untuk meracik aturan yang bertentangan dengan kepentingan hukum bahkan hanya berpihak pada kepentingan politis.

Disaat sistem dan kebijakan telah berpihak pada penguasa, kritik menjadi sebuah solusi sederhana untuk menentang ketidakadilan subtansial.

Ketakutan dan Kebingungan Kita pada Kritik yang Menjatuhkan atau Penghinaan.

Pada pembahasan menganai hal ini merupakan buah pemikiran tersendiri bagi Penulis mengenai apa perbedaan dan batasan antara kritik menjatuhkam dengan penghinaan?, sejauh pengamatan Penulis bahwa kritik menjatuhkan lahir dari ketidaksukaan penguasa atas kritik dengan sarkas, karena era saat ini eksistensi, citra, framing steganografi keburukan, serta propaganda sangat dibutuhkan untuk membangun penilaian positif dari publik atas segala kebijakan yang dikeluarkan penguasa.

Dalam penjelasannya mengenai kritik yang disinggung dalam Black’s Law Dictionary Permitted "criticism" as distinguished from "defamation" deals only with such things as invite public comment, and does not follow a public man into his private life, and pry into his domestic concerns. Membedakan kritik dengan penghinaan adalah hal yang tepat, namun tidak pada

(4)

membedakan antara kritik membangun dan kritik menjatuhkan karena hal tersebut erat kaitannya dengan penilaian yang sangat subjektif. Maka kita harus memahami hakikat kritik dengan bagaimana penghinaan dilakukan, the distinction between "criticism" and "defamation"

is that criticism deals only with such things as invite public attention or call for public comment, and does not follow a man into his private life, or pry into his domestic concerns, and it never attacks the individual, but only his work. Kita harus membiasakan kembali untuk menggunakam istilah kritik selalu dan pasti dalam literasi terkait kebijakan negara, segala bentuk ucapan yang menyerang personal adalah bentuk penghinaan bukan kritik menjatuhkan.

Mempertahankan hakikat dan manghindari pergeseran makna sangat penting guna menutup celah pengikisan kebebasan berpendapat dalam hal kritik, bahkan lebih besar dari itu menghalangi kesewenang-wenangan penguasa dalam menguasai literasi yg dapat menderogasi hak warga negara.

Fair discussion, is essentially necessary to, the truth of history and advancement of science. That publication therefore, is not a libel, which has for its object, not to injure the reputation of an individual, but to correct misrepresentations of facts, to refute sophistical reasoning, to expose a vicious taste for literature, or to censure what is hostile to morality (Bouver, 1856 : 354) seperti pada halnya menguji kebenaran atas ketidakterbukaan (tidak transparansi) mengenai suatu kebijakan dan tindakan penguasa, kritik juga berfungsi mengorek informasi yang kabur mengenai suatu kebijakan, hal tersebut tidaklah merupakan suatu pencemaran atau penghinaan karena sebagaimana bentuk suatu ilmu spekulatif yakni tujuannya untuk memperoleh pandangan atau keinginan mengerti keadaan yang sebenarnya (Poespoprodjo, 1999 : 30). Pendapat yang berwujud dugaan merupakan bagian dari kritik atas dasar ilmu spekulatif, hal tersebut muncul karena ketertutupan sebagian ataupun keseluruhan informasi yang semestinya diketahui publik mengenai suatu tindakan atau kebijakan dari penguasa. Maka atas dasar hal tersebut tergagas diskusi yang adil bukan hanya diskusi di meja legislasi, melainkan diskusi terbuka oleh publik atas kebijakan yang tidak transparan.

Kritik merupakan sebuah jalan kebebasan yang konstitusional, tidak bertentangan dengan asas, budaya, nilai, dan norma serta aturan di suatu negara demokrasi. Saat ini kritik menjadi momok menakutkan karena sebagian besar masyarakat dihantui oleh aturan karet yang tidak dapat membedakan mana kritik mana suatu penghinaan, mengapa hal ini bisa terjadi?

Karena kita memberikan peluang kepada penguasa untuk mengambil alih literasi mengenai kritik dengan langkah membagi kritik atas 2 (dua) jenis yakni kritik membangun dan kritik menjatuhkan. Dari hal tersebut penguasa mempunyai celah untuk menentukan like or dislike suatu kritik yang dinilai secara subjektif tidak berkualitas dan buruk. Pengalihan makna tersebut membawa kita pada suatu propaganda bahwa ternyata selama ini keberadaan kritik dapat merugikan sebagian besar masyarakat yang padahal sebenarnya itu merugikan bagi penguasa. Pada sampai akhirnya celah tersebut membuka keran elastisitas dan multitafsir bagi suatu aturan untuk menghukum seseorang yang kritiknya dianggap menghina atau mencemarkan nama baik, padahal distingsi mengenai perbedaan kritik menjatuhkan dengan penghinaan atau pencemaran nama baik telah jelas yakni mengenai kerja dan kebijakannya bukan personality pembuat kebijakan.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bowie, Andrew, Hermeneutics and criticis and other writings, Cambridge University Press, 1998.

Bouver, John, A Law Dictionary, Vol I, Philadelphia, Child & Peterson, 1856.

Daniel S. Lev, Hukum dan Politik di Indonesia Kesinambungan dan Perubahan, LP3ES, Jakarta, 1990.

Poespoprodjo, W, Logika Scientifika, Pustaka Setia, Bandung, 1999.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, petugas kesehatan yang memiliki tingkat pengetahuan baik dan upaya pencegahan baik sekitar 7 (43,8%), dan 9 (56,3%) petugas kesehatan

Dengan kata lain, suku Amungme memiliki hubungan yang begitu kuat den- gan tanah dan alam sehingga menghad- irkan konsep lingkungan yang diwarnai makna magis dan

asosiasi berdasarkan kepemilikan dari unit tersebut (MUKISI, PERDHAKI, PELKESI). Sebagian besar BP dan klinik merupakan milik perorangan,dan tidak ber- himpun dalam

Model Kewirausahaan pada Pemberdayaan ……….Nenet Natasudian Jaya dan I Gusti Made Subrata 68 Setelah data terkumpul kemudian analisa secara kualitatif yaitu menganalisa data

Berdasarkan penampang 2D pada daerah penelitian ini memiliki persebaran nilai resistivitas yang relatif tinggi antara 1000-5000 Ohm.m dan didominasi oleh nilai resistivitas

User menggunakan smartphone yang memiliki sensor Accselerometer dan sensor Gyroscope kemudian User men-download aplikasi Virtual Reality pengenalan tempat wisata di

ya ?”atau “kenapa dorongan ini sangat besar dalam diri saya?” Hal-hal seperti ini bisa dan mungkin saja akan Anda alami, karena dalam Dzikir Nafas kita berusaha

Pemindahan bahan atau material diterjemahkan dari material handling adalah suatu aktivitas yang sangat penting dalam kegiatan produksi dan memiliki kaitan erat dengan