Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Istilah linguistik dalam bahasa Jepang disebut dengan 言 語 学 ’gengogaku’,
sedangkan linguistik bahasa Jepang disebut dengan 日 本 語 学 ’nihongo-gaku’.
Kata nihongo-gaku bisa diterjemahkan dengan ilmu bahasa Jepang. Jadi dalam nihongo-gaku dipelajari tentang seluk-beluk bahasa Jepang, yang mencangkup
berbagai cabang seperti dalam linguistik pada umumnya.
Bahasa dapat dinyatakan dengan dua cara, yang pertama melalui media lisan dan
yang kedua melalui media tulisan. Kedua cara ini mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk menyampaikan ide, pikiran, pendapat, perasaan, berita, atau hal-hal lain kepada orang lain sebagai baha informasi. Perbedaannya ialah penyampaian informasi dengan cara pertama dilakukan secara lisan menggunakan alat ucap manusia dengan bantuan udara pernapasan. Sedangkan penyampaian informasi dengan cara yang kedua dilakukan secara tertulis menggunakan huruf-huruf yang dapat diterima, dibaca, dan dimengerti oleh penerima informasi tersebut.
Ada satu kelemahan bahasa yang disampaikan secara lisan yaitu hanya dalam sekejap bentuk bahasa itu akan hilang. Hal ini terjadi terutama pada zaman dulu sebelum ada alat perekam suara seperti sekarang ini. Dengan alasan itulah diperlukan huruf yang dapat merekam bahasa secara tertulis. Dengan adanya huruf, penerima
▸ Baca selengkapnya: olah sukma disebut juga dengan istilah
(2)informasi dapat melihat secara berulang-ulang informasi yang disampaikan orang lain pada saat ia membutuhkannya (Sutedi 2003:2).
Menurut Sutedi (2003:3) bahasa memiliki suatu lambang ( 記 号 ‘kigou’), dan
lambang tersebut memiliki makna. Ferdinand de Saussure mengemukakan bahwa lambang bahasa ( 元 号 記 号 'gengou kigou' ) terdiri dari signifiant ( 能
記 ’nouki’ ) dan signifie ( 所 記 ’shoki’). Signifiant (kigou) merupakan bentuk
atau warna yang bisa diamati dengan mata kita, atau berupa bunyi yang bisa diamtai dengan telinga. Sedangkan signifie ( shoki ) merupakan makna yang terkandung di dalam bentuk atau bunyi tersebut. Sehingga lambang bahasa ( gengou kigou ) bisa diartikan, bahwa signifiant ( nouki ) berupa ujaran (tulisan), sedangkan signifie ( shoki ) merupakan makna yang terkandung dalam ujaran tersebut.
Menurut Iwabuchi dalam Sudjianto dan Dahidi (2004:55) huruf dimulai dari gambar untuk menunjukan isi atau arti suatu hal atau perkara. Gambar-gambar itu disederhanakan, lalu pada akhirnya bersamaan dengan bentuk (gambar) tersebut ditentukanlah cara-cara pengucapannya berdasarkan kebiasaan atau adat istiadat masyarakat pemakainya. Huruf yang menyatakan isi atau arti dan sekaligus menyatakan pengucapan seperti ini disebut 表 意 文 字 ’ hyoo’i moji ’ . Salah satu
contoh hyoo’i moji adalah huruf kanji. Selain hyoo’i moji, ada juga 表 音 文
字 ’hyoo’on moji’ yaitu huruf yang hanya menyatakan bentuk-bentuk pengucapan
yang tidak memiliki arti tertentu. Di dalam hyoo’on moji terdapat 音 節 文
字 ’onsetsu moji’ dan 単 音 文 字 ’tan’on moji’. Onsetsu moji adalah huruf yang
pada prinsipnya menyatakan sebuah silabel seperti huruf hiragana dan katakana, sedangkan tan’on moji adalah huruf yang pada prinsipnya menyatakan sebuah fonem seperti huruf latin ( Iwabuchi, 1989 : 280-281).
Menurut Habein (2000:6) mengatakan batu sandungan yang paling besar dalam mempelajari bahasa Jepang adalah banyaknya jumlah kanji yang harus dipelajari sebelum seseorang bisa membaca hampir semua hal dalam bahasa Jepang. Kanji adalah sebuah gambar visual, tidak bisa dipelajari dengan telinga yaitu suatu cara pembelajar mendapat kemampuan bicara. Sedangkan bila pembelajar yang memiliki pengetahuan kanji terbatas pasti akan megalami kesulitan dalam memahami berita di berita TV atau radio karena kosakata Bahasa Jepang mereka juga terbatas.
Diperlukan minimal sekitar 800 -1000 kanji untuk dapat membaca koran atau majalah. Semakin banyak kanji yang mereka kenal maka akan semakin cepat dalam membaca, tentu saja waktu yang digunakan untuk membuka kamus akan berkurang.
Berdasarkan pernyataan tersebut penulis memahami pentingnya mengenal huruf kanji dalam mempelajari bahasa Jepang. Oleh karena itu penulis memilih tema kanji
sebagai bahan skripsi yang termasuk dalam bidang linguistik karena pentingnya mengenal kanji dalam mempelajari Bahasa Jepang.
Didukung pula oleh pendapat Sutedi (2003:104) bahwa satu hal yang tidak kalah pentingnya untuk diteliti, yaitu tentang kata yang memiliki makna lebih dari satu. Satu kata dalam Bahasa Jepang, jika dipadankan ke dalam Bahasa Indonesia , bisa menjadi beberapa kata yang berbeda. Makna kosakata perlu dideskripsikan, apalagi Bahasa Jepang sebagai bahasa asing, karena hubungan makna dengan bentuk atau bunyi dalam suatu kata bersifat arbiter, jadi jika hanya mendengar atau melihat
saja belum cukup untuk bisa mengetahui arti suatu kata. Oleh sebab itu, makna kata perlu dideskripsikan satu persatu.
1.1.1 Sejarah Kanji
Sejarah mengenai kanji berdasarkan penemuan arkeologis, dipercaya bahwa kanji
pertama kali muncul di daratan Cina antara abad keempat belas sampai abad ke tujuh belas Masehi. Huruf kanji yang berasal dari pictografi Cina mulanya ditemukan terukir di tempurung kura-kura atau tulang binatang untuk kegunaan ramalan lebih dari 30 – 500 tahun lalu (Habein 2000:17). Sebagai contoh, makna karakter 日
‘hi’digambarkan serupa bentuk matahari dan makna 木 ‘ki’dibuat menyerupai bentuk pohon. Kemudian tahap selanjutnya, dua pohon yang dikombinasikan menjadi karakter tunggal menunjukkan makna akar ( 林‘hayashi’) dan tiga karakter pohon menunjukkan makna hutan ( 森‘mori’). Kararter kanji yang dikembangkan di Cina perlahan mulai digunakan di Korea, Jepang, dan Vietnam. Total kanji yang ada dikatakan sekitar 50.000 karakter.
Dalam bahasa Jepang sebutan kanji berasal dari kata, Kan dahulu kala disebut untuk ’Cina’ dan Ji berarti ‘ciri’. Secara modern dan cara yang paling tepat untuk merujuknya ialah aksara Sino-Jepang, karena ia telah dipakai di Jepang untuk beberapa abad dan kebanyakannya telah dilakukan modifikasi dengan berbagai cara.
Telah diyakini bahwa kanji dipercaya secara sistematis diperkenalkan ke Jepang sekitar abad kelima atau keenam Masehi. Sesudah itu, beberapa jumlah aksara Cina yang diimpor itu cenderung meningkat, untuk kesusastraan Cina dan disiplin-disiplin ilmu lain dapat dicatat sebagai pengaruh yang berarti ke dalam kebudayaan Jepang
Kemudian pada zaman modern, sejak permulaan zaman Meiji ( 1868 ) sampai akhir Perang Dunia II, jumlah aksara kanji yang dipakai umum di Jepang total sekitar tiga ribu enam ratus, yang paling banyak dipakai berjumlah dua ribu yang bisa dibaca baik dalam bahasa Cina maupun dalam bahasa Jepang. Pada waktu sekarang, jumlah aksara kanji yang termasuk dalam kurikulum pendidikan dasar dan dipakai dalam publikasi untuk umum terbatas pada 1945 Kanji Jooyou (Moriyama 1994:11 ).
Kanji pada umumnya berupa kombinasi dari bermacam-macam unsur. Satu cara agar mendapat semangat dalam proses mempelajarinya ialah dengan mengenal unsur-unsurnya. Untuk mencari sebuah kanji dalam kamus, pertama-tama harus menemukan akar kata yang termasuk di dalam lambang aksara khusus. Istilah akar kata tersebut adalah bushu. Beberapa kanji memiliki kedua bushu dan lambang aksara yang tidak terikat. Selalu ada daftar bushu pada permulaan kamus Kanji (Moriyama 1994:16). Manfaat lain dengan adanya ketentuan bushu ini ialah dapat diperoleh kemudahan-kemudahan ketika mencari arti suatu kanji pada sebuah kamus baik kamus kanji, 国 語 辞 典’ kokugo jiten’ atau kamus-kamus lainnya. Oleh
Karena itu dalam kamus-kamus tersebut, terutama yang diterbitkan di Jepang, selalu dilengkapi dengan daftar bushu untuk mempermudah cara pemakaiannya (Sutedi 2004:34).
Salah satu jenis bushu terdapat karakter dasar chikara「力」dan bila digabungkan dengan karakter lain dapat membentuk makna yang baru. Makna kanji yang dibentuk dari karakter dasar chikara ini akan memiliki makna yang berhubungan dengan kekuatan. Ada banyak kanji yang berhubungan dengan kekuatan, seperti 勉、功、動 dan masih banyak lagi. Dalam penelitan ini penulis memilih bushu chikara「力」
selain karena banyaknya kanji yang berhubungan dengan chikara, bushu ini menarik karena mengandung usur kekuatan. Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai makna kanji yang berhubungan dengan karakter dasar chikara, maka penulis akan menganalisa kanji yang terkait dalam skripsi ini.
Sebagai pendukung penelitian penulis akan menggunakan teori semantik untuk menganalisa makna kanji yang berkarakter dasar chikara dengan karakter-karakter kanji pembentuk lainya. Menurut Sutedi (2003:103) semantik merupakan cabang linguistik yang mengkaji tentang makna.
1.2 Rumusan Permasalahan
Penulis merumuskan permasalahan yaitu mengenai karakteristik dari chikara dan makna kanji yang memiliki karakter chikara yang berhubungan dengan kekuatan berdasarkan hubungan makna dengan karakter pembentuk kanji lainnya .
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan
Dalam penelitian ini ruang lingkup permasalahan meliputi makna kanji yang berkarakter dasar chikara yang dihubungkan dengan karakter-karakter kanji pembentuknya yang lain berdasarkan pada hubungan makna. Kanji yang akan diteliti diambil dari kamus kanji modern Jepang Indonesia kesaint blanc Andrew N. Nelson yaitu sebagai berikut: 加, 助, 効, 勅, 動, 勤, 勧, 努, 勇, dan 勢.
Jumlah keseluruhan yang akan diambil untuk diteliti berjumlah 10 kanji. Untuk mendukung pembahasannya, akan dibahas juga gambaran umum tentang kanji yang
meliputi konsep kanji, cara baca kanji, asal-usul huruf kanji, karakteristik 力 ’chikara’ atau kekuatan, dan jenis-jenis bushu.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meneliti makna kanji yang berkarakter chikara dengan karakter-karakter pembentuk kanji lainnya berdasarkan hubungan makna dan mempermudah pembaca untuk dalam mengingat dan memahami huruf-huruf kanji berkarakter dasar chikara「力」.
1.5 Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis untuk menganalisis makna kanji adalah metode kepustakaan dan metode deskriptif analitis. Penulis akan mencari data-data melalui kepustakaan dan mendeskriptifkan analisis yang didapat untuk mendapatkan satu simpulan.
1.6 Sistematika Tulisan
Sistematika yang digunakan oleh penulis dalam menyusun penelitian ini adalah : Bab pertama, adalah penjelasan umum mengenai makalah ini dalam garis besar. Isi bab pertama ini adalah latar belakang permasalaahn, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian yang akan digunakan, dan sistematika penelitian.
Bab ke 2, yaitu landasan teori yang meliputi teori semiotik, semantik, sejarah kanji, cara baca, asal-usul huruf kanji, karakteristik chikara「力」atau kekuatan, dan jenis-jenis karakter dasar atau bushu.
Bab 2 ini merupakan landasan teori yang digunakan oleh penulis dalam
menganalisis makna kanji yang terkandung dalam penamaan hari dalam seminggu di Jepang.
Pada bab ke 3, yaitu analisis makna. Pada bab ini, penulis akan menganalisis makna kanji yang berkarakter dasar chikara「力」dengan karakter-karaker kanji pembentuk lainnya.
Bab ke 4 berupa simpulan dan saran berisi tentang simpulan dari analisis data yang sudah dilakukan penulis dari bab sebelumnya.
Bab ke 5 berisi latar belakang penelitian, rumusan permasalahan serta tujuan dari penulisan tema skripsi ini.