• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. bunga dan inflasi selama kurun waktu Februari sampai dengan Desember 2009.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. bunga dan inflasi selama kurun waktu Februari sampai dengan Desember 2009."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

37 ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif

Dari hasil pengamatan diperoleh data kenaikan dan/atau penurunan tingkat bunga dan inflasi selama kurun waktu Februari sampai dengan Desember 2009.

Secara ringkas data kenaikan dan/atau penurunan tingkat bunga dan inflasi per bulan sebagaimana tabel 4.1.

Tabel 4.1

Data Rata-Rata Kenaikan/Penurunan Tingkat Bunga dan Inflasi per Bulan (kurun waktu Februari s.d. Desember 2009)

Bulan Tingkat Bunga

Tingkat Inflasi

Februari 8.25 8.60

Maret 7.75 7.92

April 7.50 7.31

Mei 7.25 6.04

Juni 7.00 3.65

Juli 6.75 2.71

Agustus 6.50 2.75

September 6.50 2.83

Oktober 6.50 2.57

November 6.50 2.41

Desember 6.50 2.78

(sumber:www.bi.go.id).

(2)

Dari data harian kenaikan dan/atau penurunan tersebut, kemudian dilakukan pengambilan data untuk harga harian suku ritel sebagaimana Tabel 4.2.

Tabel 4.2

Harga Sukuk Ritel Seri SR-001 Bulan Harga Februari 101.8505

Maret 101.1049 April 102.1874 Mei 102.6403 Juni 105.1748 Juli 105.6524 Agustus 105.7929 September 105.8304

Oktober 105.7353 November 105.7086

Desember 106.4563 (sumber : depkeu.go.id)

Data harga suku ritel harian seri SR-001 tersebut diperoleh dari situs

Departemen Keuangan, dari data dimaksud kemudian dilakukan perhitungan untuk

mencari rata- harga suku ritel selama kurun waktu Februari sampai dengan Desember

2009. Kemudian dari nilai yang diperoleh dilakukan pengujian hipotesis untuk

mengetahui pengaruh perubahan tingkat bunga dan inflasi terhadap harga sukuk ritel

harian seri SR-001.

(3)

B. Analisis data

Tabel 4.3 Analisis Deskriptif

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

SR001 1.043758E2 1.9804648 11

Tingkat Bunga 7.0000 .61237 11

Tingkat Inflasi 4.5064 2.44137 11

Analisis deskripsi, rata-rata harga sukuk SR-001 sebesar 1,0437% (dengan jumlah data 11) dengan standar deviasi 1.9804%. Rata-rata tingkat bunga sebesar 7,00% (dengan jumlah data 11) dengan standar deviasi 0,6123%. Rata-rata inflasi sebesar 4,5064% (dengan jumlah data 11) dengan standar deviasi 2,4413%.

Tabel 4.4 Analisis Korelasi

Correlations

SR002 Tingkat Bunga Tingkat Inflasi

Pearson Correlation SR001 1.000 -.930 -.977

Tingkat Bunga -.930 1.000 .970

Tingkat Inflasi -.977 .970 1.000

Sig. (1-tailed) SR001 . .000 .000

Tingkat Bunga .000 . .000

Tingkat Inflasi .000 .000 .

N SR001 11 11 11

Tingkat Bunga 11 11 11

Tingkat Inflasi 11 11 11

(4)

Korelasi besar hubungan antar variabel sukuk ritel seri SR-001 dengan variabel bebas adalah : tingkat bunga = -0,930 dan Inflasi = -0,977. Hal ini menunjukkan variabel tingkat bunga dan inflasi mempunyai korelasi yang lemah (dibawah 0,5), model regresi yang baik tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat beberapa analisis yang digunakan, yaitu:

1. Koefisien Determinasi (R

2

)

Koefisien determinasi (R

2

) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat dalam mengetahui berapa persentase ( %) pengaruh variabel bebas (X) yang dimasukkan dalam model mempengaruhi variabel terikat (Y), sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel bebas (X) yang tidak dimasukkan ke dalam model dianggap baik bila koefisien determinasi sama dengan atau mendekati satu (Ghozali, 2005:45).

Tabel 4.5

Koefisien Determinasi R

2

Model Summary

odel

R Square

Adjus ted R Square

Std.

Error of the Estimate

979

a

.

959 .949 .4466

238

977

b

.

954 .949 .4480

875 a. Predictors: (Constant), Tingkat Inflasi, BI RATE

b. Predictors: (Constant), Tingkat Inflasi

Dari tampilan output SPSS model summary besarnya adjusted R

2

model 2

(5)

adalah 0,949 hal ini berarti 94,9% variasi perubahan harga sukuk ritel SR-001 dapat dijelaskan oleh variasi tingkat bunga dan inflasi. Sedangkan sisanya 5,1%

(100%-94,9%) dijelaskan oleh sebab yang lain di luar model. Standar Error of Estimated (SEE) sebesar 0.4466238.

C. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dengan metode analisis regresi bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat bunga dan inflasi terhadap harga suku ritel seri SR-001. Hasil pengujian statistik dengan menggunakan analisis regresi dengan menggunakan program SPSS 15.0 menunjukkan hasil sebagai berikut:

1. Uji Statistik-F

Uji statistik F ini menunjukkan apakah semua variabel bebas yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel terikat (Kuncoro, 2001: 98). Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah

apakah semua parameter dalam model sama dengan nol. H0 ditolak, berarti

dengan tingkat kepercayaan tertentu (5%), variabel independen secara nyata

berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil uji sebagaimana terlihat pada tabel

4.6.

(6)

Tabel 4.6 Uji Statistik-F

ANOVA

c

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 37.627 2 18.813 94.315 .000

a

Residual 1.596 8 .199

Total 39.222 10

2 Regression 37.415 1 37.415 186.348 .000

b

Residual 1.807 9 .201

Total 39.222 10

a. Predictors: (Constant), Tingkat Inflasi, Tingkat Bunga b. Predictors: (Constant), Tingkat Inflasi

c. Dependent Variable: SR001

Dari uji ANNOVA atau F test pada model 1 didapat nilai F hitung sebesar 49,315 dengan probabilitas 0.000. Karena probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka H0 dapat ditolak. Artinya variabel yang diuji berhubungan nyata dengan terhadap variabel dependen. Sehingga dapat dikatakan bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi harga sukuk ritel SR-001 atau dengan kata lain tingkat bunga dan inflasi berpengaruh terhadap harga sukuk ritel SR-001

2. Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji Statistik-t)

Uji-t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat (Kuncoro,

2001: 97). Jika H 0 ditolak, berarti dengan tingkat kepercayaan tertentu (5%),

variabel independen yang diuji secara nyata berpengaruh terhadap variabel

dependen. Hasil uji sebagaimana terlihat pada tabel 4.7.

(7)

Tabel 4.7 Uji Statistik-t

Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Toleranc

e VIF

1 (Constant) 102.146 5.643 18.100 .000

Tingkat Bunga .983 .880 .1.243 3.477 .007 .058 17.135

Tingkat Inflasi -1.031 .239 -1.271 -4.307 .003 .058 17.135

2 (Constant) 107.946 .294 366.686 .000

Tingkat Inflasi -.792 .058 -.977 -13.651 .000 1.000 1.000 a. Dependent Variable: SR001

Analisis pada model 1, didapat toleransi sebesar 0,058. hal ini berarti R

2

adalah 1 – 0,058 = 0,942, hal in berarti 94,2 variabel tingkat bunga bisa dijelaskan oleh prediktor (variabel bebas lain atau inflasi). Variance Inflation Factor mempunyai persamaan VIF=1/toleransi atau 1/0,058=17,135. Pada umumnya jika VIF lebih besar dari 5, maka variabel bebas tersebut mempunyai persoalan multikolonieritas. Jika dilihat pada model 1, maka variabel bebas tingkat bunga BI dan Inflasi mempunyai VIF lebih dari 5, sehingga bisa diduga ada persoalan multikolonieritas, meskipun tidak signifikan.

Dari Uji-t yang dilakukan didapat nilai t hitung sebesar 18,100 dengan

probabilitas 0.000, Karena probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka H0 dapat

ditolak. Artinya variabel yang diuji berhubungan nyata dengan terhadap variabel

(8)

dependen. Dari sini dapat disimpulkan bahwa variabel harga sukuk ritel SR-001 dipengaruhi oleh tingkat bunga BI dan inflasi dengan persamaan matematis.

Y = a + b1X1 + b2X2

harga sukuk ritel SR-001 = 102,146 + 0,983 tingkat bunga + (-1,031) inflasi

Ketentuan:

Bila b = 0, maka variable independent tidak mempengarui variable dependent;

Bila b > 0, maka variable independent berpengaruh positif terhadap variable dependent;

Bila b < 0, maka variable independent berpengaruh negatif terhadap variable dependent.

Terliha pada kolom sig/significance adalah 0.000 atau probabilitas jauh dibawah 0,05, maka Ho ditolak atau koefisien regresi signifikan.

D. Analisis Kebijakan Menghadapi Perubahan harga sukuk ritel SR-001

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa variabel yang diuji berhubungan nyata terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa tingkat bunga dan inflasi berpengaruh terhadap harga sukuk ritel SR-001.

Dari Nilai adjusted R square diketahui bahwa tingkat bunga BI dan inflasi

mempunyai pengaruh dalam menentukan variasi harga sukuk ritel SR-001 yakni

sebesar 94,9%. Sedangkan sisanya sebesar 5,1% (100%-94,9%) dijelaskan oleh sebab

(9)

lain di luar model. Pengaruh tingkat bunga dan inflasi terhadap harga sukuk ritel SR- 001 adalah positif atau berbanding lurus, dimana setiap perubahan 1% tingkat bunga dan inflasi akan menyebabkan perubahan sebesar 0,983 dan -1,031 harga sukuk ritel SR-001.

Sebagaimana diketahui pada awal tahun 2009 perekonomian dunia sedang mengalami perlambatan yang secara tidak langsung mempengaruhi indonesia. Di saat tingkat bunga dan inflasi turun, harga obligasi akan naik. Namun saat tingkat bunga dan inflasi turun, suku bunga deposito bisa turun dan pada saat itulah investor mulai mencari alternatif instrumen investasi lain yang menguntungkan. Di saat itulah pemerintah memasarkan sukuk ritel SR-001 dengan tenor 3 tahun, nilai Rp 1.000.000,00 per unit, minimal pesanan 5 unit dan imbalan sebesar 12% dibayar setipa bulan di pasar perdana. Karena daya tarik dan keadaan perekonomian pada saat itu cenderung menurun maka permintaan akan sukuk ritel SR-001 naik sebesar Rp 5.556.000.000.000,00 atau 300% dari target semula yang hanya sebesar Rp 1.700.000.000.000,00. selanjutnya perdangan sukuk ritel SR-001 di pasar sekunder semakin meningkat karena banyaknya permintaan akan sukuk ritel SR-001 maka harganya semakin meningkat atau investor mendapat capital gain/keuntungan karena selisih harga beli dan harga jual.

Apabila investor membeli pada pasar perdana melalui agen penjual, maka

investor membeli pada harga 100% (at par) sebelum terjadi perubahan tingkat bunga

BI dan inflasi. Setelah itu, sukuk ritel SR-001 dijual di pasar sekunder dan harganya

bisa diatas par (at premium) atau dibawah par (at discounted). Jika harga sukuk ritel

(10)

SR-001 premium maka investor mendapatkan capital gain bila menjual sebelum jatuh tempo. Sebagai contohnya saat ini harga sukuk ritel SR-001 adalah 105,76%, maka investor akan mendapat capital gain sebesar 5,76% dari nominal sukuk ritel SR-001 yg dimiliki apabila dijual. Sebaliknya kalau harga sukuk ritel SR-001 discounted maka investor akan mengalami kerugian bila menjual sukuk ritel SR-001 nya.

Apabila terjadi perubahan tingkat bunga BI dan inflasi sebesar 1% akan menyebabkan perubahan harga sukuk ritel SR-001 sebesar 0,983 dan -1,031. maka harga sukuk ritel SR-001 di pasar sekunder 105,99% maka investor akan mendapat capital gain sebesar 5,99% dari nominal sukuk ritel SR-001 artinya kalau investor beli sukuk ritel SR-001 Rp 10.000.000,00, maka akan menjadi Rp 10.599.000,00.

Dan pada jatuh tempo maka investor baru akan menerima kembali uangnya sebesar

Rp 10.000.000,00, artinya rugi Rp 599.000,00. Investor tetap mendapatkan imbalan

yaitu 12% per tahun, sehingga total return yang didapat investor adalah imbalan

sampai jatuh tempo dikurang Rp 599.000,00.

Referensi

Dokumen terkait

Jadi kurva LM menunjukkan kombinasi tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang konsisten dengan keseimbangan dalam pasar untuk. keseimbangan

Anak didik pada dasarnya adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah. Orang tuanyalah yang memasukkannya untuk dididik agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan

Data aktiva lancar dan data aktiva tidak lancar digunakan sebagai inputan sebagai rerata aktiva operasional dalam menghitung laba yang diharapkan (Target ROI) dari produk

Proses ini mengumpulkan dan mengevaluasi bukti untuk menentukan apakah sistem informasi dan sumber daya yang berhubungan dengan baik mengamankan aset, merawat data dan

Bagian percetakan bertanggung jawab dalam menyelesaikan segala sesuatu yang dipesan oleh pelanggan dalam mencetak barang dengan kualitas yang baik serta pada waktu yang

Padahal di DKI Jakarta Sendiri, terdapat 3(tiga) Instansi Badan Narkotika Nasional yaitu Badan Narkotika Nasional Pusat, Badan Narkotika Nasional Provinsi DKI Jakarta,

Teman-teman kelas Magister Manajemen Yayasan Yohannes Gabriel Perwakilan II Surabaya yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis selama perkuliahan

Kita harus memikirkan lagi ba- han makanan yang akan disediakan untuk menyambut tamu-tamu kita nanti, mengingat banyaknya orang yang akan datang nanti.” Ondoafi Deponeway