• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan, status guru dan golongan ruang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan, status guru dan golongan ruang."

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP UJI SERTIFIKASI DITINJAU DARI

TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS GURU, DAN GOLONGAN RUANG

Studi Kasus Pada Guru-Guru SD, SMP, dan SMA di Kecamatan Bambanglipuro

Kabupaten Bantul Yogyakarta

Hyancinthus Eko Guswanto

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru

terhadap uji sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan; (2) perbedaan persepsi guru

terhadap uji sertifikasi ditinjau dari status guru; (3) perbedaan persepsi guru terhadap

uji sertifikasi ditinjau dari golongan ruang.

Penelitian dilaksanakan di SD, SMP dan SMA Negeri dan Swasta yang ada di

Kecamatan Bambanglipuro pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2008.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi.

Populasi dalam penelitian ini sebanyak 357 guru. Sampel penelitian berjumlah 189

guru. Teknik pengambilan sampel adalah

purposive sampling

. Teknik analisa data

menggunakan uji T dan uji F.

(2)

ABSTRACT

TEACHER’S PERCEPTION TOWARDS TEACHER’S FROFESSIONAL

CERTIFICATE PERCEIVED FROM EDUCATIONAL LEVEL, TEACHER’S

STATUS, AND RANK CLASSIFICATION

A Case Study at Elementary School and Senior High School Teachers in

Bambanglipuro District, Bantul Regency

Hyancinthus Eko Guswanto

Sanata Dharma University

2009

The purposes of this research are to know the different perception of teachers

towards teacher

s proffessional certificate perceived from: 1) the educational level; 2)

teacher’s status; 3) rank classification.

This research was conducted at private and state Elementary School and

Senior High Schools in Bambanglipuro District, Bantul Regency in Agustus 2008.

The methods of data collection were documentation and questionnaire. The

population of this research were 357 teachers. The samples of this research were 189

teachers. The technique of taking samples was purposive sampling. The techniques of

data analysis were T test and F test.

(3)

PERSEPSI GURU TERHADAP UJI SERTIFIKASI

DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS

GURU DAN GOLONGAN RUANG

Studi Kasus Pada Guru SD, SMP, dan SMA di Kecamatan Bambanglipuro

Kabupaten Bantul Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

oleh:

HYANCINTHUS EKO GUSWANTO

041334052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus atas segala berkah Nya

2. Bapak & Ibu

3. Adik – adikku

4. Sanak- saudara yang telah membantu perjuangan ini

(7)

MOTTO

Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu sampai

senantiasa sampai kepada akhir zaman

(Mateus 27; 20)

Janganlah berhenti untuk selalu belajar dari

kehidupan, dari segala hal yang telah dilalui,

sedang dijalani dan yang akan menyapamu

nanti.

Tidak ada rahasia untuk menggapai sukses.

Sukses itu dapat terjadi karena persiapan, kerja

(8)
(9)
(10)

ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP UJI SERTIFIKASI DITINJAU DARI

TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS GURU, DAN GOLONGAN RUANG

Studi Kasus Pada Guru-Guru SD, SMP, dan SMA di Kecamatan Bambanglipuro

Kabupaten Bantul Yogyakarta

Hyancinthus Eko Guswanto

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru

terhadap uji sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan; (2) perbedaan persepsi guru

terhadap uji sertifikasi ditinjau dari status guru; (3) perbedaan persepsi guru terhadap

uji sertifikasi ditinjau dari golongan ruang.

Penelitian dilaksanakan di SD, SMP dan SMA Negeri dan Swasta yang ada di

Kecamatan Bambanglipuro pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2008.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi.

Populasi dalam penelitian ini sebanyak 357 guru. Sampel penelitian berjumlah 189

guru. Teknik pengambilan sampel adalah

purposive sampling

. Teknik analisa data

menggunakan uji T dan uji F.

(11)

ABSTRACT

TEACHER’S PERCEPTION TOWARDS TEACHER’S FROFESSIONAL

CERTIFICATE PERCEIVED FROM EDUCATIONAL LEVEL, TEACHER’S

STATUS, AND RANK CLASSIFICATION

A Case Study at Elementary School and Senior High School Teachers in

Bambanglipuro District, Bantul Regency

Hyancinthus Eko Guswanto

Sanata Dharma University

2009

The purposes of this research are to know the different perception of teachers

towards teacher

s proffessional certificate perceived from: 1) the educational level; 2)

teacher’s status; 3) rank classification.

This research was conducted at private and state Elementary School and

Senior High Schools in Bambanglipuro District, Bantul Regency in Agustus 2008.

The methods of data collection were documentation and questionnaire. The

population of this research were 357 teachers. The samples of this research were 189

teachers. The technique of taking samples was purposive sampling. The techniques of

data analysis were T test and F test.

(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmat-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul :

“PERSEPSI GURU

TERHADAP UJI SERTIFIKASI DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN,

STATUS GURU DAN GOLONGAN RUANG”

. Skripsi ini diajukan untuk

memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini mengalami banyak tantangan dan hambatan yang

merupakan pelajaran yang berharga bagi penulis. Namun akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, saran,

masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin

menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1.

Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2.

Bapak Y. Harsoyo S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

(13)

4.

Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. Selaku Dosen Pembimbing, yang

dengan sabar membimbing penulis menyusun skripsi, memberikan saran,

masukan, semangat, dorongan serta pelajaran hidup yang berharga. Terima

kasih untuk semuanya.

5.

Para Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu kepada penulis selama

kuliah.

6.

Semua karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntansi atas segala

keramahannya dalam membantu penulis selama kuliah di USD.

7.

Bapak dan Ibu tercinta, Singgih dan Lisa, yang tidak pernah lelah memberikan

doa, kasih sayang, dukungan baik moril maupun material, serta semangat

kepada penulis. Berkat Allah Bapa selalu beserta kalian semua.

8.

Buat seseorang yang belum bisa disebut namanya. Sesuatu itu akan indah

pada waktunya nanti.

9.

Seluruh keluarga Hadi Siswoyo terima kasih atas dukungan, saran dan

kepercayaan yang telah diberikan terima kasih yang sebesar-besarnya.

10. Buat Agustinus Widayanto dan Yohanes Kurniawan Masturi (

Koe Ojo Do

Sembrono Wae

) terima kasih atas dukungannya selama ini.

(14)

12. Teman-teman satu angkatan Pendidikan Akuntasi 2004 yang tidak bisa

disebutkan namanya satu-persatu.

13. Buat teman-teman seperjuangan di Siten khususnya RW 05 Samsuri “Jolo”,

Sarjiono” Bundang”, Asnawi” Temix”, Maryanto” Gugon”, Puji Raharjo”

Tepos”, Kusnadi” Mendem”, (Alm) Tri Endarto, Sugeng, Tri Asmoro,

Sukisno, Yasa, Nurul, Heni, Wanto, Teguh, Antok. Terima kasih atas bantuan

dan dukunganya selama ini.

14. Teman-teman

PASERBUMI BAMBANGLIPURO

berjuanglah untuk menang.

15. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada

penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat diharapkan demi

perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi

semua pihak yang memerlukannya.

Yogyakarta, 5 Februari 2009

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...

ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ...

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ...

ix

KATA PENGANTAR ...

x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang ... 1

B.

Batasan Masalah ...

5

C.

Rumusan Masalah ...

6

(16)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.

Kajian Teoritik ...

9

1. Pengertian persepsi ...

9

2. Pengertian Guru ... 11

3. Sertifikasi Guru ... 17

4. Program Sertifikasi Guru ... 24

5. Tingkat Pendidikan ... 27

6. Status Guru ... 29

7. Golongan Ruang ... 30

B.

Kerangka Berpikir ... 31

C.

Hipotesis ...

34

BAB III METODE PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian ... 35

B.

Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

C.

Subjek dan Objek Penelitian ... 35

D.

Populasi dan Sampel ... 36

E.

Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 38

F.

Teknik Pengumpulan Data ... 44

(17)

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Data ... 56

B.

Hasil Pengujian Normalitas dan Homogenitas ... 62

C.

Pengujian Hipotesis ... 65

D.

Pembahasan Hasil Penelitian ... 68

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN

A.

Kesimpulan ... 76

B.

Keterbatasan Penelitian ... 76

C.

Saran ... 77

Daftar Pustak

a ...

80

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Operasional Variabel ...

40

Tabel 3.2 Rangkuman Uji Validitas Yang Tidak Valid ...

46

Tabel 3.3 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ...

46

Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Reabilitas Instrumen Penelitian ...

49

Tabel 4.1 Sebaran Responden Penelitian ...

56

Tabel 4.2 Deskripsi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ...

57

Tabel 4.3 Kesimpulan Responden Menurut Tingkat Pendidikan ...

57

Tabel 4.4 Deskripsi Responden Menurut Status Guru ...

57

Tabel 4.5 Kesimpulan Responden Menurut Status Guru ...

58

Tabel 4.6 Deskrepsi Responden Menurut Golongan Ruang Guru ...

58

Tabel 4.7 Kesimpulan Responden Menurut Golongan Ruang Guru ...

58

Tabel 4.8 Deskrepsi Persepsi Guru Terhadap Uji sertifikasi ...

59

(19)

Tabel 4.10 Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi ... 60

Tabel 4.11 Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi ...

61

Tabel 4.12 Rangkuman Pengujian Normalitas Variabel Penelitian ...

62

Tabel 4.13 Rangkuman Pengujian Homogenitas Variabel Penelitian ...

64

Tabel 4.14 Rangkuman Pengujian Homogenitas Variabel Penelitian ...

65

Tabel 4.15 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru ...

65

Tabel 4.16 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru ...

66

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner ...

82

Lampiran 2 Data Prapenelitian...

87

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas ...

89

Lampiran 4 Data Induk Penelitian ...

91

Lampiran 5 Deskripsi Data ... 100

Lampiran 6 Normalitas dan Homogenitas ... 105

Lampiran 7 Pengujian Hipotesis ... 110

Lampiran 8 Daftar r t Tabel, t Tabel, dan F Tabel ... 112

(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia merupakan kebutuhan yang penting bagi

peningkatan sumber daya manusia. Banyak faktor yang mempengaruhi mutu

pendidikan di Indonesia. Mutu pendidikan yang rendah di Indonesia membuat

pembangunan bangsa menjadi terganggu. Bidang pendidikan menempati

posisi paling tertinggi bagi pembangunan suatu bangsa dibandingkan

bidang-bidang yang lain.

Salah satu faktor yang dianggap cukup signifikan dalam mendongkrak

mutu pendidikan adalah meningkatkan kualitas guru. Kualitas guru pada

kenyataanya sangat bervariasi. Guru yang berkualitas akan mempertinggi

kinerjanya sebagai seorang guru yang profesional. Kinerja guru yang baik

tentu saja harus dihargai dengan memperhatikan kesejahteraan guru.

Pemerintah mengambil langkah dengan mengesahkan undang-undang

guru dan dosen dengan pengembangan rancangan peraturan pemerintah

tentang guru dan dosen. Subtansi peraturan tersebut adalah peningkatan

profesionalisme dan kompetensi guru. Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa guru

mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan

dasar, pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal yang diangkat

(22)

memberi perlindungan atas hak dan kewajiban profesi guru, serta jaminan

peningkatan kesejahteraan guru. Bagi guru-guru, hal yang sangat

ditunggu-tunggu adalah ingin meyakinkan kebenaran pada salah satu bab pada

undang-undang tersebut, yang secara eksplisit menyebut tentang peningkatan gaji

guru.

Kondisi nyata yang terjadi di lapangan memperlihatkan bahwa

penghargaan terhadap jabatan profesi guru belum sejajar dengan profesi lain

seperti notaris, dokter, pengacara, dll. Untuk itu banyak guru yang kurang

bangga dengan predikat mereka, sebab penghargaan terhadap profesi ini

secara ekonomi tergolong kecil sehingga banyak yang tidak mau menjadi

guru. Jika pemikiran dan opini ini berkembang dalam masyarakat, maka yang

mau menjadi guru adalah orang yang tidak terlalu cerdas karena

orang-orang yang cerdas lebih memilih profesi lain yang menurut opini masyarakat

cukup menjanjikan. Padahal peran guru menentukan perjalanan bangsa kita.

Guru tak bisa lagi dihibur dengan gelar “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” yang

identik dengan keprihatinan. Keprihatinan ini juga berkaitan dengan minimnya

gaji yang diterima oleh guru, yang tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup

minimum.

Keberadaan undang-undang guru dan dosen membuat posisi guru

sebagai sebuah profesi semakin terlindungi serta kesejahteraan guru semakin

terjamin. Untuk itu, guru-guru di Indonesia harus terus-menerus meningkatkan

(23)

keterpurukan, menjadi bangsa yang cerdas, maju, mandiri, sejahtera dan

berbudaya serta memiliki daya saing dalam tataran pergaulan internasional.

Uji sertifikasi pendidik merupakan kontrol kualitas calon pendidik,

sehingga setiap orang yang memiliki sertifikat pendidik telah dinilai dan

diyakini mampu melaksanakan tugas mendidik, mengajar dan melatih peserta

didik. Sertifikasi ini akan menimbulkan dampak yang positif terhadap profesi

guru di tanah air. Selain meningkatkan kualitas guru, sertifikasi menunjukkan

pengakuan dari pemerintah terhadap profesi guru. Sertifikasi mengajar ini

sangat penting dimiliki oleh para pendidik, karena berdasarkan sertifikasi ini

guru dan dosen bisa mendapatkan berbagai fasilitas terutama yang

berhubungan dengan tunjangan yang akan diperoleh.

Namun kondisi nyata di lapangan menunjukkan, dari 1,6 juta guru di

Indonesia tidak ada yang memegang sertifikasi mengajar ( Banjarmasin Post,

2006 ). Pro dan kontra tampak dalam penentuan guru yang diperbolehkan atau

tidak diperbolehkan mengikuti program sertifikasi. Faktor yang diduga kuat

adalah latar belakang pendidikan, status guru, dan golongan ruang.

Latar belakang pendidikan guru merupakan kualifikasi akademik yang

dimiliki oleh guru. Semakin tinggi pendidikan guru maka semakin luas

wawasan yang dimiliki oleh guru. Tidak semua guru mempunyai latar

belakang pendidikan yang sama, ada yang menjadi guru dengan tingkat

pendidikan DII, ada yang lulus DIII kemudian menjadi guru dan ada pula

(24)

pendidikan guru ini akan menimbulkan cara pandang guru atau persepsi guru

terhadap uji sertifikasi.

Di sisi lain status guru dalam suatu organisasi sekolah juga berpengaruh

terhadap kesejahteraannya. Misalnya guru swasta dengan guru negeri akan

mempunyai tingkat kesejahteraan yang berbeda-beda. Karena ada perbedaan

itu, maka setiap guru dengan statusnya masing-masing akan mempunyai

persepsi yang berbeda dalam menyikapi sertifikasi dan kesejahteraan. Ketiga

tinjauan ini merupakan aspek yang sangat relevan terutama yang berkaitan

dengan sertifikasi guru. Hal ini dikarenakan guru sebagai akademisi sekolah

bukan sebagai guru yang mementingkan kompetensi pada suatu golongan

tertentu di masyarakat.

Golongan ruang ada kaitannya dengan tingkat pendidikan dan lama

bekerja seorang guru, jika tingkat pendidikan guru itu tinggi maka golongan

ruang yang akan dimiliki guru itu juga tinggi dan masih dapat mengajukan

permohonan kenaikan pangkat atau golongan ruang guru sampai dengan

jenjang maksimal kepangkatannya berdasarkan tingkat pendidikan

terakhirnya. Karena pendidikan terakhir dan lama bekerja setiap guru tidak

sama maka golongan ruang yang disandang guru juga tidak sama. Apabila

guru menyandang golongan ruang yang tinggi berarti guru juga mempunyai

wawasan yang luas terutama di bidang pendidikan, dari perbedaan golongan

ruang yang disandang setiap guru akan mempunyai persepsi yang

(25)

Di Indonesia, uji sertifikasi menimbulkan kontroversi baik di kalangan

guru negeri maupun guru swasta. Pihak yang setuju dengan diadakanya uji

sertifikasi, guru berpendapat bahwa program ini dapat meningkatkan

kesejahteraan. Sedangkan pihak yang tidak setuju, uji sertifikasi tidak mudah

karena harus mengumpulkan portofolio sedangkan guru juga masih bingung

dengan portofolio. Persoalan ini juga masih membingungkan bagi guru-guru

Kabupaten Bantul, sehingga guru harus menunggu kapan uji sertifikasi ini

diadakan di Kabupaten Bantul secara serentak.

Berdasarkan latar belakang tersebut, terutama telah disahkannya

Undang-Undang No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen maka penulis

tertarik untuk mengambil judul “Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi, Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan, Status Guru, dan Golongan Ruang”,

studi kasus pada Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah

Menengah Atas di Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul.

B. Batasan Masalah

Ada berbagai faktor yang berhubungan dengan persepsi guru terhadap

uji sertifikasi. Penelitian ini akan memfokuskan pada variabel tingkat

pendidikan guru, status guru, dan golongan ruang. Sedangkan cakupan dalam

sertifikasi sesuai dengan peraturan menteri Pendidikan Nasional RI no 18

tahun 2007 meliputi 10 komponen yaitu : (1) kualifikasi akademik, (2)

pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan

(26)

akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum

ilmiah, (9) pengalamam organisasi di bidang pendidikan dan sosial, dan (10)

penghargaan yang relevandengan bidang pendidikan.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau

dari tingkat pendidikan guru?

2. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau

dari status guru?

3. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau

dari golongan ruang guru.

D. Tujuan penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan diadakannya penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap uji

sertifikasi ditinjau dari pendidikan guru.

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap uji

sertifikasi ditinjau dari status guru.

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap uji

(27)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini kiranya dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi Pemerintah

Hasil penelitihan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan

profesi guru, khususnya yang berkaitan dengan sertifikasi yang

dirumuskan dalam UU RI no 14 Tahun 2005.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi

guru dan memberikan dukungan yang positif untuk menjadi guru yang

profesional.

3. Bagi Penulis

Hasil penelitihan ini diharapkan dapat menambah wawasan

pengetahuan dan memberikan pengalaman yang bermanfaat terutama

mengenai profesi guru yang erat kaitannya dengan kesejahteraan dan

penghargaan terhadap profesi guru.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitihan ini diharapkan dapat mendorong

pemikiran-pemikiran kritis dalam bentuk penelitian-penelitian pengembangan

sehingga dapat memberi sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi

perkembangan pendidikan di Indonesia.

(28)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi

khususnya tentang profesi guru, sebagai penyelenggara pendidikan

yang menghasilkan lulusan yang berkualifikasi sebagai tenaga

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah pengamatan secara global, kemampuan untuk

membedakan antara obyek yang satu dengan yang lain berdasarkan ciri-ciri

fisik obyek-obyek itu misalnya ukuran, warna dan bentuk (Winkel 1986:161).

Menurut Ign. Masidjo (1995:96) tingkah laku dalam tingkatan persepsi

mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua

perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas

pada masing-masing rangsangan. Kemampuan ini dinyatakan dalam suatu

reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan dan

pembedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada.

Menurut Mahfudh Shalahuddin (1991:73) persepsi merupakan bentuk

pengalaman yang belum disadari benar, sehingga individu yang bersangkutan

belum mampu membedakan diri sendiri dengan objek yang dihayati. Menurut

Bimo walgito (1994:53) persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh

penginderaan yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus

oleh individu melalui alat reseptornya. Supaya individu dapat menyadari dan

dapat mengadakan persepsi maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi

yaitu :

(30)

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau

reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat

indera (reseptor), dapat datang dari dalam yang langsung mengenai

syaraf penerima (sensoris) yang bekerja sebagai reseptor.

2. Alat indera atau reseptor

Yaitu merupakan alat untuk menerima stimulus, dan ada pula syaraf

sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima

reseptor ke pusat susunan syaraf otak sebagai pusat kesadaran. Dan

sebagai alat untuk mengadakan respons diperlukan syaraf motoris.

3. Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu

diperlukan pula adanya perhatian, yang merupakan langkah pertama

sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi. Tanpa

perhatian tidak akan terjadi persepsi, maka untuk mengadakan

persepsi ada syarat yang bersifat fisik atau kealaman, fisiologis dan

psikologis.

Menurut Irwanto (1988 :76) persepsi lebih bersifat psikologis daripada

merupakan proses penginderaan, maka ada beberapa faktor yang

mempengaruhi persepsi, yaitu :

a. Perhatian yang selektif

Individu memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu

sehingga obyek-obyek atau gejala-gejala lain tidak akan tampil ke

(31)

b. Ciri-ciri rangsang

Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih

menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang besar di antara

yang kecil, yang kontras dengan latar belakangnya dan yang

intensitas rangsangnya paling kuat.

c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu

Seorang seniman mempunyai pola dan cita rasa yang berbeda

dibandingkan orang yang bukan seniman. Anak pada golongan

ekonomi rendah menganggap satu keping uang logam bernilai besar

dibanding dengan anak orang kaya.

d. Pengalaman terdahulu

Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana

seseorang mempersepsi dunianya.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa persepsi adalah proses memahami, menerima, mengkoordinasikan,

menginterpretasikan rangsangan di lingkungannya melalui panca indera,

sehingga individu menyadari dan mengerti apa yang diinderakan.

2. Pengertian Guru.

Guru adalah salah satu bagian dalam kegiatan belajar mengajar dan

memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, sebab

fungsi utama guru adalah merancang, mengelola, melaksanakan, dan

(32)

atau pekerjaan yang memerlukan keahlihan khusus sebagai guru (Uzer

Usman).

Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini

jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun

2005 tentang guru dan dosen guru, guru adalah pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak

usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah. Sedangkan profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang

dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan

yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi

standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Menurut Susanto (2002:28), profesional adalah pekerjaan yang hanya

dapat dilakukan oleh mereka yang dipersiapkan khusus untuk melakukan

pekerjaan tersebut dan guru profesional adalah orang yang memiliki

kemampun khusus dalam bidang keguruan sehingga guru mampu

melakukan tugas dan fungsinya dengan kemampun yang maksimal.

1. Hak dan Kewajiban Guru

Dalam undang undang sistem pendidikan nasional guru sebagai

pendidik mempunyai hak untuk memperoleh:

a. penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan

(33)

b. penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja

c. pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas

d. perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil

kekayaan intelektual

e. kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas

pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.

Dalam undang undang sistem pendidikan nasional guru sebagai

pendidik mempunyai kewajiban untuk:

a. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,

kreatif, dinamis dan dialogis.

b. mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu

pendidikan.

c. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan

kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

2. Peranan guru

Menurut Peter F. Oliver dalam Piet A Sahertian (1990:36), guru

mempunyai peranan sebagai berikut:

a. guru sebagai penceramah. Memang tugas guru sebagai penyampai

informasi disebut juga sebagai penceramah pada zaman itu

b. guru sebagai orang sumber (resourse person). Guru dianggap sebagai

manusia sumber. Melalui guru dan dari guru pengetahuan disampaikan

(34)

c. Guru sebagai fasilitator. Guru menyediakan berbagai lingkungan untuk

belajar, memperlengkapi berbagai sumber yang membantu siswa untuk

dapat belajar.

d. Guru sebagai konselor. Guru membantu siswa memberi nasehat,

memberanikan siswa, mendengarkan keluhan dan menciptakan

suasana belajar siswa, menyuruh memecahkan persoalan dirinya

sendiri.

e. Guru sebagai pemimpin kelompok. Dalam belajar guru berperan

sebagai master ceremony, pemimpin dalam kelompok, yang

menstimulir gejala-gejala untuk belajar bersama dalam kelompok

belajar, memandang gejala-gejala sehingga semua berpartisipasi

bersama.

f. Guru sebagai tutor. Guru menolong seorang demi seorang dengan

bermacam cara.

g. Guru sebagai manajer yang menyajikan pelayanan media belajar yang

disediakan.

h. Guru sebagai pembina laboratorium. Guru meletakkan berbagai

pendekatan dalam menyajikan pelayanan. Maksudnya eksperimen

dalam proses mengajar menyusun berbagai kegiatan penelitian oleh

siswa melalui observasi dan mencatat hasil observasi dengan demikian

(35)

3. Kode etik guru

Kode etik merupakan tatanan yang menjadi pedoman dalam

menjalankan tugas dan aktivitas suatu profesi. Dalam menjalankan

profesinya guru di Indonesia berpedoman pada kode etik guru yang berisi

sebagai berikut (Samana, 1994:117):

a. Guru berbakti membimbing peserrta didik untuk membentuk manusia

Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.

c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai

bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang

berhasilnya proses belajar mengajar.

e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan

masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung

jawab bersama terhadap pendidikan

f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan

meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

g. Guru memelihara hubungan profesi, semangat kekeluargaan dan

kesetiakawanan sosial.

h. Guru secara bersama–sama memelihara dan meningkatkan mutu

organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.

i. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang

(36)

4. Prinsip guru

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.14 tahun 2005

tentang guru dan dosen profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang

pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:

1. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme

2. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,

ketakwaan, dan akhlak mulia

3. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai

dengan bidang tugas

4. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas

5. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan

6. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja

7. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat

8. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan

9. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur

hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen

diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara

demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan

menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,

(37)

3. Sertifikasi Guru

Pengertian sertifikasi secara umum mengacu pada National

Commision on Educatinal Services (NCES) disebutkan“Certification is a

procedure whereby the state evaluates and reviews a teacher candidate’s

credentials and provides him or her a license to teach”(Sawali Tuhusetya,

2007).

Dalam pedoman tanya jawab tentang sertifikasi (Depdiknas Dirjen

Peningkatan Mutu dan Tenaga Kepandidikan, 2007) sertifikasi guru adalah

proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik

diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru.

Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan

praktik pendidikan yang berkualitas yang bertujuan guna menentukan

kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran,

meningkatkan profesionalisme guru, serta mengangkat harkat dan

martabat guru. Proses sertifikasi dilaksanakan oleh perguruan tinggi yang

memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan

ditetapkan oleh pemerintah.

1. Tujuan Sertifikasi

Dalam situs www.sertifikasiguru.org mencantumkan bahwa secara

garis besar sertifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru

yang pada akhirnya diharapkan berdampak pada peningkatan mutu

(38)

Menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen yang disahkan tanggal 30 Desember 2005 tujuan sertifikasi adalah :

a. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai

agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan.

c. Meningkatkan martabat guru.

d. Meningkatkan profesionalitas guru.

2. Manfaat Sertifikasi

Adapun manfaat ujian sertifikasi guru dapat diberikan sebagai

berikut :

a. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten,

yang dapat merusak citra profesi guru.

b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak

berkualitas dan profesional.

c. Menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK, dan kontrol mutu

dan jumlah guru bagi pengguna layanan pendidikan.

d. Menjaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan

tekanan eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang

berlaku.

e. Memperoleh tunjangan profesi bagi guru yang lulus ujian

sertifikasi.

(39)

Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 18 Tahun

2007 tentang Sertifikasi Guru, komponen portofolio meliputi :

a. Kualifikasi akademik

Kualifikasi akademik yaitu tingkat pendidikan formal yang telah

dicapai sampai dengan guru mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar

(S1, S2, atau S3) maupun non gelar (D4 atau Post Graduate Diploma),

baik didalam maupun diluar negeri. Bukti fisik yang terkait dengan

komponen ini dapat berupa ijazah atau sertifikasi diploma.

b. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan yaitu pengalaman dalam mengikuti

kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan atau

peningkatan kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik

pada tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, nasional, maupun

international. Bukti fisik komponen ini dapat berupa sertifikat, piagam,

atau surat keterangan dari lembaga penyelenggara diklat.

c. Pengalaman Mengajar

Pengalaman mengajar yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan

tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat

tugas dari lembaga yang berwenang (baik dari pemerintah, atau dari

kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari

komponen ini dapat berupa surat keputusan atau surat keterangan yang sah

dari lembaga yang berwenang.

(40)

Perencanaan pembelajaran yaitu persiapan mengelola pembelajaran

yang akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap tatap muka. Perencanaan

pembelajaran ini paling tidak memuat perumusan tujuan atau kompetensi,

pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber atau media

pembelajaran, dan penilaiaan proses dan hasil belajar. Pelaksanaan

pembelajaran yaitu kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran dikelas

dan pembelajaran individual.

Kegiatan ini mencangkup :

• Tahapan pra pembelajaran (pengecekan kesiapan kelas dan

apersepsi)

• Kegiatan inti (penguasaan materi, strategi pembelajaran,

pemanfaatan media atau sumber belajar, evaluasi, penggunaan

bahasa)

• Penutup (refleksi, rangkuman, dan tindak lanjut)

Bukti fisik yang dilampirkan berupa dokumen hasil penilaiaan oleh kepala

sekolah atau pengawas tentang pelaksanaan pembelajaran yang dikelola

oleh guru.

Khusus untuk guru bimbingan dan konseling, komponen pelaksanaan

pembelajaran yang dimaksud adalah kegiatan guru bimbingan dan

konseling yang meliputi bidang pelayanan bimbingan pendidikan atau

kegiatan belajar, karier, pribadi, sosial, akhlak mulia atau budi pekerti.

Jenis dokumen yang dilaporkan berupa :

(41)

• daftar konseli (siswa)

• data kebutuhan dan permasalahan konseli

• laporan bulanan

• laporan semesteran atau tahunan

• aktifitas pelayanan bimbingan dan konseling (pemahaman,

pelayanan langsung, pelayanan tidak langsung)

• laporan hasil evaluasi program bimbingan konseling

• bukti fisik yang dilampirkan berupa fotokopi rekaman atau

dokumen laporan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling

yang disahkan oleh atasan.

Dokumen ini dinilai oleh asesor dengan menggunakan format penilaiaan.

e. Penilaian dari atasan dan pengawas

Penilaian dari atasan dan pengawas yaitu penilaian atasan terhadap

kompetensi kepribadian dan sosial, yang meliputi aspek-aspek ketaatan

menjalankan ajaran agama, tanggung jawab, kejujuran kedisiplinan,

keteladanan etos kerja, inovasi dan kreativitas, kemampuan menerima

kritik dan saran, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan bekerja

sama dengan menggunakan Format Penilaian Atasan.

f. Prestasi akademik

Prestasi akademik yaitu prestasi yang dicapai guru, hal ini yang

terkait dengan bidang keahliannya yang mendapat pengakuan dari

lembaga atau panitia penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten,

(42)

Komponen ini meliputi :

• Lomba dan karya akademik (juara lomba atau penemuan karya

monumental dibidang pendidikan atau nonkependidikan)

• Pembimbingan teman sejawat (instruktur, guru inti, tutor)

• Pembimbingan siswa dalam kegiatan ekstra kurikuler

pramuka, drum band, madding, karya ilmiah remaja atau KIR.

Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat penghargaan, surat keterangan,

atau sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga atau panitia.

g. Karya pengembangan profesi

Karya pengembangan profesi yaitu suatu karya yang menunjukkan

adanya upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru.

Komponen ini meliputi buku yang dipublikasikan pada tingkat kabupaten,

provinsi, nasional; artikel yang dimuat dalam media, jurnal, majalah,

bulletin yang tidak terakreditasi, terakreditasi, dan internasional; menjadi

review buku, penulis soal EBTANAS atau UN; modul atau buku cetak

lokal (kabupaten) yang minimal mencangkup materi pembelajaran selama

satu semester; media atau alat pembelajaran dalam bidangnya; laporan

penelitian tindakan kelas (individu atau kelompok); karya seni. Bukti fisik

yang dilampirkan berupa surat keterangan dari pejabat yang berwenang

tentang hasil karya tersebut.

h. Keikursertaan dalam forum ilmiah

Keikutsertaan dalam forum ilmiah yaitu partisipasi dalam kegiatan

(43)

kabupaten, provinsi, nasional, atau internasional, baik sebagai pemakalah

maupun sebagai peserta.

Bukti fisik yang dilampirkan berupa makalah dan sertifilat atau piagam

bagi narasumber, dan sertifikat bagi peserta.

i. Pengalaman organisasi dibidang kependidikan dan sosial

Pengalaman organisasi dibidang kependidikan dan sosial yaitu

pengalaman guru menjadi pengurus organisasi kependidikan, organisasi

sosial, atau mendapat tugas tambahan.

Pengurus organisasi di bidang kependidikan antara lain :

• Pengurus Forum Komunikasi Kepala Sekolah ( FKKS )

• Forum Kelompok Kerja Guru ( FKKG )

• Musyawarah Guru Mata Pelajaran ( MGMP )

• Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia ( ISPI )

• Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia ( HEPI )

• Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia ( ABKIN )

• Ikatan Sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia ( ISMaPI )

• Persatuan Guru Republik Indonesia ( PGRI )

Pengurus organisasi sosial antara lain :

• Ketua RT

• Ketua RW

• Ketua LMD atau BPD

(44)

Mendapat tugas tambahan antara lain : kepala sekolah, wakil

kepala sekolah, ketua jurusan, kepala laboratorium, kepala bengkel, kepala

studio, kepala klinik rehabilitasi, dan lain-lain.

Bukti fisik yang dilampirkan adalah surat keputusan atau surat keterangan

dari pihak yang berwenang.

j. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan

Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan yaitu

penghargaan yang diperoleh karena guru menunjukkan dedikasi yang baik

dalam melaksanakan tugas dan memenuhi kriteria kuantitatif (lama waktu,

hasil, likasi atau geografis), kualitatif (komitmen, etos, kerja), dan

relevansi (dalam bidang atau rumpun bidang), baik dalam tingkat

kabupaten, provinsi, nasional, maupun internasional.

Bukti fisik yang dilampirkan berupa fotokopi sertifikat, piagam, atau surat

keterangan.

4. Program Sertifikasi Guru

Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen

menyatakan bahwa guru sebagai tenaga profesional mengandung arti

bahwa pekerjaan guru hanya dapat dimiliki oleh seseorang yang

mempunyai kualifikasi akademik dan kompetensi sesuai dengan

persyaratan kegiatan pembelajaran jenjang pendidikan tertentu dan

(45)

Program sertifikasi guru atau pendidik, berisi kompetensi

pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Secara umum menurut

Badan Nasional Standarisasi Pendidikan (BNSP), kompetensi pedagogik

lebih menyangkut pada kemampuan guru dalam mengajar dan memahami

siswa, mampu memahami penguasaan kelas dengan baik, menyampaikan

bahan kepada siswa, dan bagaimana siswa dapat aktif belajar sehingga

menguasai bahan dan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.

Kemampuan kepribadian merupakan kemampuan guru dalam

mencerminkan kebribadian yang mantap, bertaqwa, stabil, dewasa, arif,

dan berwibawa, sehingga dengan lulus ujian kompetensi ini, seorang guru

menjadi teladan bagi siswa dan menjadikan siswa berakhlak mulia.

Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam

penguasaan materi pembelajaran bidang studi yang dipegangnya,

maksudnya menguasai bahan ajar dan juga latar belakang bahan itu

sehingga dapat mengajarkan dengan baik dan benar.

Kompetensi sosial menyangkut kemampuan guru untuk

berkomunikasi dengan siswa, guru yang lain, kepala sekolah, masyarakat

dan orang tua wali

Guru yang mempunyai kualifikasi pendidikan D4 dan S1 harus

mengikuti ujian sertifikasi. Tentang ujian sertifikasi ini diperjelas dengan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 tahun 2007 yang

(46)

kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Ujian kompetensi itu

dilakukan dalam bentuk portofolio, yang merupakan pengakuan atas

pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan

dokumen yang mencerminkan kompetensi guru.

Ujian sertifikasi berupa empat standar kompetensi yaitu

kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Kompetensi

yang diujikan berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

diwujudkan dalam bentuk tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab.

Guru yang sudah menikuti ujian sertifikasi berhak mendapat

sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai

pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional.

Sertifikat ini menjadi salah satu syarat untuk memperoleh tunjangan

profesi. Sertifikat kompetensi adalah pengakuan terhadap penguasaan

kopetensi pada bidang pekerjaaan tertentu, yang diberikan oleh satuan

pendidikan kedinasan yang berakreditasi atau lembaga sertifikasi profesi

yang diakreditasi.

Prosedur dan Mekanisme

Penilaian portofolio peserta sertifikasi guru dilakukan oleh LPTK

penyelenggara sertifikasi guru dalam bentuk Rayon yang terdiri dari LPTK

Induk dan LPTK Mitra dikoordinasikan oleh Konsorsium Sertifikasi Guru

(47)

Tinggi dan Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi Peningkatan Mutu

Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

5. Tingkat Pendidikan

Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Jenjang pendidikan adalah tahapan

pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta

didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1981 : 232 ), Pengertian

pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan.

Ada 3 jenis pendidikan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional,

yaitu :

1. Pendidikan formal

Yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas

pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Misalnya

(48)

2. Pendidikan nonformal

Yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan

secara terstruktur dan berjenjang. Misalnya berbentuk kursus-kursus.

3. Pendidikan informal

Yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Menurut Winkel

(1986:160), pendidikan informal adalah suatu jenis pendidikan yang tidak

terencana dan tersusun secara tegas dan tidak sistematis, dilaksanakan di

luar sekolah terutama dalam keluarga.

Lembaga Pengadaan Tenaga Kependidikan (LPTK) mempunyai empat macam

program pendidikan guru (Piet A. Sahertian, 1994:68) yaitu :

1. Program gelar yang melalui jenjang Sarjana (S1) dengan lama studi 4-7

tahun.

2. Program Pasca Sarjana dengan lama studi 6-9 Tahun (S2)

3. Program Doktor dengan lama studi 8-11 tahun (S3)

4. Program Non Gelar (program diploma) dengan rincian sebagai berikut :

a. Program Diploma (D1) dengan lama studi 1-2 tahun

b. Program Diploma 2 (D2) dengan lama studi 2-3 tahun

c. Program diploma 3 (D3) dengan lama studi 3-5 tahun

Selain itu juga ada program akta mengajar, yang diberikan kepada mereka yang

berasal dari fakultas non keguruan untuk memperoleh kemampuan mengajar

pada berbagai tingkatan sekolah. Program akta mengajar ini terdiri atas:

(49)

2. Akta II sebanyak 20 SKS dan dapat ditempuh bagi mereka yang sudah

memperoleh 60 Sks dalam bidang non kependidikan.

3. Akta III sebanyak 20 SKS yang dapat ditempuh selama dua semester

setelah memiliki 90 SKS untuk bidang studi non kependidikan.

4. Akta IV dengan beban kresit 20 SKS ditempuh selama dua semester

setelah memiliki 120 SKS dalam bidang studi non kependidikan.

5. Akta V dengan beban kredit 20 SKS bagi mereka yang telah memiliki 160

SKS bidang studi di luar kependidikan.

6. Status Guru

Guru meliputi semua orang di sekolah-sekolah yang bertanggung jawab

dalam pendidikan para murid. Status (kedudukan) yang dipergunakan dalam

hubungannya dengan guru-guru berarti martabat atau penghargaan yang

diberikan kepada mereka, sebagai tingkat pengakuan atas pentingnya fungsi

mereka serta atas kemampuan mereka dalam melakukannya dan persyaratan

kerja, penggajian serta keuntungan-keuntungan materi lainnya yang diberikan

kepada mereka dibandingkan dengan golongan-golongan karya lainnya.

Menurut Piet A. Sahertian (1994:10) yang dimaksud dengan status guru

adalah kedudukan guru dilihat dari prototipenya dalam suatu sistem sosial. Di

dalam pendidikan, status guru itu terdiri atas :

a. Guru Negeri adalah guru yang diangkat dan bekerja dalam suatu instansi

milik pemerintah, guru yang diperkerjakan di suatu instansi swasta tetapi

(50)

b. Guru swasta adalah guru yang diangkat oleh suatu yayasan tertentu dan

digaji oleh yayasan atau lembaga tersebut. Guru swasta masih dapat

dibedakan menjadi beberapa kelompok seperti :

- Guru Honorer adalah guru yang bekerja karena diangkat oleh yayasan

atau lembaga tertentu dan digaji oleh yayasan tersebut tetapi belum

mengajar penuh atau dapat dikatakan sebagai guru bantu.

- Guru Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan dan

sudah berstatus sebagai guru tetap dari yayasan.

- Guru Tidak Tetap Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh

yayasan tetapi statusnya belum tetap.

7. Golongan Ruang.

Ruang atau pekerjaan adalah satu kelompok dari tugas-tugas atau

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pegawai bagi organisasi untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu. Penggolongan dari ruang seorang guru

didasarkan pada ijasah pendidikan terakhir guru.

Jenjang kepangkatan menurut golongan ruangnya adalah sebagai berikut :

1. I/a : Juru Muda

2. I/b : Juru Muda Tingkat I

3. I/c : Juru

4. I/d : Juru Tingkat I

5. II/a : Pengatur Muda

(51)

7. II/c : Pengatur

8. II/d : Pengatur Tingkat I

9. III/a : Penata Muda

10. III/b : Penata Muda Tingkat I

11. III/c : Penata

12. III/d : Penata Tingkat I

13. IV/a : Pembina

14. IV/b : Pembina Tingkat I

15. IV/c : Pembina Utama Muda

16. IV/d : Pembina Utama Madya

17. IV/e : Pembina Utama.

B. Kerangka Berpikir

1. Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau dari Tingkat Pendidikan

Cara pandang guru terhadap uji sertifikasi sangat dipengaruhi oleh

tingkat pendidikannya. Antara guru yang satu dengan guru yang lain

mungkin mempunyai tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Tingkat

pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh guru.

Untuk mengikuti uji sertifikasi ini, tingkat pendidikan minimal yang harus

ditempuh oleh guru adalah S-1 atau D-4.

Persepsi akan mucul ketika guru menanggapi syarat mengikuti uji

(52)

telah menempuh jenjang pendidikan hingga S-1 atau D-4. Semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang maka diharapkan pula semakin tinggi tingkat

profesionalitasnya, akan tetapi bagi guru-guru yang belum menempuh

jenjang pendidikan hingga S-1 atau D-4 diberi kesempatan untuk

melanjutkan ke jenjang tersebut sambil melengkapi sepuluh komponen

portofolionya.

Bagi guru-guru yang belum menempuh jenjang pendidikan S-1

atau D-4 akan merasa kesulitan bila harus meneruskan jenjang pendidikan

tersebut agar bisa ikut serta dalam uji sertifikasi ini, hal ini disebabkan

waktu yang harus mereka korbankan akan lebih banyak daripada guru

yang telah menempuh jenjang pendidikan S-1 atau D-4 serta kendala

lainnya seperti jauhnya jarak yang harus ditempuh untuk mengikuti

pelatihan serta faktor usia.

Oleh karena itu, sejalan dengan kerangka berpikir tersebut dapat

diduga adanya perbedaan persepsi antara guru yang satu dengan guru

lainnya ditinjau dari tingkat pendidikannya

2. Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau dari Status Guru

Guru yang bekerja dalam suatu instansi tertentu akan mempunyai

persepsi yang berbeda-beda terhadap uji serifikasi. Sebab guru yang

bekerja di suatu instansi atau sekolah baik negeri maupun swasta

mempunyai status yang berbeda-beda. Ada guru swasta yang berstatus

(53)

tetap oleh yayasan. Demikian juga guru-guru yang bekerja di sekolah

negeri ada yang sudah menjadi guru PNS ada yang masih menjadi guru

tidak tetap atau honorer.

Status guru merupakan status dimana guru adalah guru tetap yang

berstatus PNS maupun guru tetap yang berstatus non-PNS. Perbedaan

persepsi akan muncul pada saat uji sertifikasi dilaksanakan dan dilihat dari

status gurunya, hal ini dapat terjadi dikarenakan kuota peserta uji

sertifikasi untuk guru yang berstatus non-PNS lebih sedikit dibandingkan

dengan kuota peserta uji sertifikasi guru yang berstatus PNS.

Oleh karena itu, sejalan dengan kerangka berpikir tersebut dapat

diduga terdapat perbedaan persepsi antara guru yang satu dengan guru

lainnya ditinjau dari status gurunya.

3. Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau dari Golongan Ruang Guru

Golongan ruang seorang guru erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan seorang guru. Sebab golongan ruang yang dipegang oleh

seorang guru itu dibedakan berdasarkan tingkat pendidikannya. Semakin

tinggi tingkat pendidikannya, semakin tinggi golongan ruangnya dan

semakin tinggi gaji yang diterimanya sehingga kesejahteraannya dapat

terjamin. Faktanya setiap guru mempunyai golongan ruang yang

(54)

Penggolongan ruang seorang guru itu didasarkan pada ijasah

pendidikan terakhirnya. Pada umumnya guru-guru yang bekerja di Sekolah

Menengah Atas paling rendah bergolongan III/a yaitu penata muda sampai

pada tingkat golongan tertinggi yaitu IV/e atau pembina utama. Dari

adanya perbedaan golongan itu maka dimungkinkan juga adanya

perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi.

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah ditetapkan, maka

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha1: Ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari

tingkat pendidikan guru.

Ha2: Ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari

status guru.

Ha3: Ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian

tentang subyek tertentu dimana subyek tersebut terbatas, maka kesimpulan

yang diperoleh hanya berlaku pada subyek yang diteliti (Consuelo, 1993:73).

Dalam penelitihan ini diterapkan untuk meneliti persepsi guru terhadap uji

sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan, status guru, dan golongan ruang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian yaitu SD, SMP, dan SMA di

Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul.

2. Waktu Penelitian

Waktu untuk penelitian ini yaitu pada bulan Juli-Agustus 2008.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah guru-guru SD, SMP, dan SMA di Kecamatan

Bambanglipuro Kabupaten Bantul.

(56)

Objek penelitian adalah persepsi guru terhadap uji sertifikasi, ditinjau dari

tingkat pendidikan, status guru, dan golongan ruang.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

(Sugiyono, 1999:72). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah

seluruh guru SD, SMP, SMA di Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten

Bantul. Menurut sumber dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bantul jumlah

guru SD, SMP, SMA di Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul

adalah 357 guru.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 1999:73). Sampel penelitian ini dihitung dengan

rumus Slovin (Husein Umar, 2003:102):

2

1 Ne N n

+ =

Keterangan:

n = ukuran sampel

(57)

sampel yang dapat ditolelir.

Jadi jumlah sampel yang akan diambil (n), dengan nilai kritis/ batas

kesalahan (e) 5% dari populasi (N) tersebut adalah :

(

)

2

05 , 0 357 1

357 + = n

= 188,6 atau sekitar 189 orang yang akan menjadi sampel.

3. Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling,

yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono

1999:78). Peneliti menetapkan sampel penelitian ini adalah guru-guru di 2

buah SMA, 3 buah SMP, dan 4 buah SD di Kecamatan Bambanglipuro

Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Pertimbangan dipilihnya 9 sekolah

tersebut karena guru-guru tersebut akan mengikuti uji sertifikasi. Berikut

ini daftar instansi penelitian yang akan dilakukan :

No Instansi yang diteliti Jumlah guru

1 SMA Negeri Bambanglipuro 43

2 SMA Stella Duce Bantul 20

3 SMP Muh Bambanglipuro 20

4 SMP N 2 Bambanglipuro 36

(58)

6 SD Kanisius Ganjuran 9

7 SD Kanisius Kanutan 10

8 SD Negeri Panggang 15

9 SD Negeri Bondalem 15

Jumlah 189

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Variabel Tingkat Pendidikan Guru

Tingkat pendidikan guru adalah jenjang pendidikan formal terakhir

yang dicapai oleh guru. Pemberian peringkat dalam variabel ini adalah

sebagai berikut:

- < D4/S1

- > D4/S1

2. Variabel Status Guru

Status guru adalah kedudukan guru dilihat dari prototipenya dalam

suatu sistem sosial sekolah. Pemberian peringkat dalam variabel ini adalah

sebagai berikut:

- Guru Negeri (PNS)

- Guru Swasta Tetap Yayasan

(59)

3. Variabel Golongan Ruang Guru.

Golongan ruang guru adalah jabatan seorang guru yang didapatkan

berdasarkan pada ijasah pendidikan formal terakhir guru. Pemberian

peringkat dalam variabel ini adalah sebagai berikut:

- Gol II/a - Gol II/d

- Gol IIIa - Gol III/d

- Gol IV/a - Gol IV/e

4. Variabel Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi

Persepsi adalah proses pemahaman yang dialami oleh setiap orang

dalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat pengindraan,

penglihatan, penghayatan, perasaan, dan penciuman ( Mitfah Thoha, 1983

: 138 )

Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk

guru yang telah memenuhi standar kompetensi guru. Sertifikasi guru

bertujuan untuk (1) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan

tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan

nasional, (2) Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan, (3)

Meningkatkan martabat guru, (4) Meningkatkan profesionalitas guru, (5)

Meningkatkan kesejahteraan guru ( Fasli Jalal, 2007 : 3 )

Pelaksanaan sertifikasi bagi guru ini dilakukan melalui uji

(60)

portofolio. Kompetensi penilaian portofolio mencangkup : (1) Kualifikasi

akademik, (2) Pendidikan dan pelatihan, (3) Pengalaman mengajar, (4)

Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5) Penilaian dari atasan dan

pengawas, (6) Prestasi akademik, (7) Karya pengembangan profesi, (8)

Keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9) Pengalaman organisasi di bidang

kependidikan dan sosial, dan (10) Penghargaan yang relevan dengan

bidang pendidikan.

Sertifikasi guru mencangkup 4 dimensi, yaitu kompetensi bidang

pedagogik , bidang kepribadian, sosial, dan profesional.

Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel persepsi guru

[image:60.612.96.533.230.687.2]

terhadap uji sertifikasi.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Persepsi Guru terhadap Uji Sertifikasi

No Variabel Dimensi Indikator

Pernyataan

Positif Negatif

1 Sertifikasi

Guru

1. Kualifikasi

akademik

1. Pendidikan formal

seorang guru

2. Guru yang mempunyai

ijazah S1 tetapi bukan

S1 pendidikan

1

2

2. Pendidikan dan

pelatihan

3. Pelatihan meningkatkan

kompetensi pedagogik

4. Bukti keikutsertaan

dalam pendidikan dan

3

(61)

pelatihan yang sahkan.

3. Pengalaman

mengajar

5. Pengalaman mengajar

berpengaruh pada

kompetensi pedagogik

6. Pengalaman mengajar

berpengaruh pada

kompetensi profesional

7. Pengalaman mengajar

berpengaruh pada

kompetensi sosial

8. Pengalaman mengajar

berpengaruh pada kompetensi kepribadian 5 7 6 8

4. Perencanaan

dan pelaksanaan

pembelajaran

9. Kompetensi profesionsl

ditunjukkan dengan

komponen merumuskan

RPP

10. Kompetensi profesional

ditunjukkan dengan

menggunakan media

pembelajaran

11. Kompetensi pedagogik

ditunjukkan dengan

kegiatan pembelajaran

dalam RPP

12. Kompetensi pedagogik

ditunjukkan dengan

kemampuan guru dalam

9

10

11

(62)

penilaian belajar

5. Penilaian dari

atasan dan

pengawas

13. Kepribadian guru

dinilai oleh atasan dalam

hal ketaatan beragama,

tanggung jawab dan

kejujuran

14. Dasar penilaian dari

atasan adalah etos kerja

dan kreativitas

15. Dasar penilaian dari

atasan adalah kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama 13 14 15 6. Prestasi akademik

16. Kompetensi profesional

ditunjukkan dalam

keikutsertaan guru

dalam lomba

17. Prestasi akademik

ditunjukkan dengan guru

mendampingi siswa

lomba

16

17

7. Karya

pengembangan

profesi

18. Kompetensi profesional

dapat ditunjukkan

melalui penerbitkan

buku atau artikel.

19. Kompetensi profesional

dapat ditunjukkan

18

(63)

melalui penelitian dan

karya teknologi

20. Bukti karya

pengembangan profesi

harus disahkan oleh

kepala dinas

20

8. Keikutsertaan

dalam forum

ilmiah

21. Profesionalitas

ditunjukkan dari peran

guru sebagai narasumber

22. Profesionalitas

ditunjukkan dari peran

guru sebagai peserta

dalam forum ilmiah

23. Bukti dalam forum

ilmiah harus disahkan

oleh kepala dinas

22

23

21

9. Pengalaman

organisasi

dibidang

pendidikan dan

sosial

24. Kompetensi

kepribadian dan sosial

ditunjukkan dari

kesediaan guru pengurus

organisasi

25. Kompetensi

kepribadian dan sosial

ditunjukkan dari

kesediaan mendapat

tugas tambahan

26. Bukti dalam

pengalaman organisasi

24

(64)

disahkan oleh kepala

dinas

26

10. Penghargaan

yang relevan

dengan bidang

pendidikan

27. Guru yang pernah

mengajar didaerah

terpencil diberi

pengakuan

28. Guru yang pernah

mendapatkan

penghargaan diberi

pengakuan

27

28

Pengukuran variabel persepsi guru terhadap uji sertifikasi didasarkan pada

indikator-indikatornya. Masing-masing indikator dijabarkan dalam bentuk

pernyataan yang dinyatakan dalam empat skala Likert, yaitu sangat setuju

(SS) = 5; setuju (S) = 4; netral (RR) = 3; tidak setuju (TS) = 2; dan sangat tidak

setuju (STS) =1

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyatan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 1999:135). Kuesioner ini

digunakan untuk mengumpulkan data persepsi guru terhadap uji sertifikasi

(65)

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu teknik yang dimungkinkan oleh peneliti

untuk memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau

dokumen yang ada pada responden atau tempat dimana responden

bertempat tinggal/melakukan kegiatan sehari-hari. Dokumen ini digunakan

untuk mengumpulkan data sekunder yaitu tentang jumlah guru yang

berada di Kabupaten Bantul.

G. Uji Kuesioner

a. Pengujian Validitas

Validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana data yang

ditampung pada suatu kuesioner akan mengukur apa yang ingin diukur

(Husein Umar, 2003:72). Pengujian validitas dilakukan dengan

mengkorelasikan antara skor jawaban masing-masing item pertanyaan

pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi

product moment (Husein Umar, 2003:78) yaitu sebagai berikut:

r =

(

) (

)

(

)

(

)

∑ ∑

− − − 2 2 2

2 X n Y Y

X n Y X XY n Keterangan :

r = koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y

Y = skor total item

X = skor item

(66)

Besarnya nilai koefisien r dapat dihitung dengan menggunakan korelasi

dengan taraf signifikansi 5%. Jika rhitung lebih besar dari pada rtabel, maka

butir soal tersebut dapat dikatakan valid. Jika sebaliknya, butir soal

tersebut tidak valid.

Uji Validitas dilakukan terhadap 30 responden. Uji validitas

dilakukan terhadap item-item pertanyaan variabel persepsi guru terhadap

Uji Sertifikasi. Sebelumnya uji validitas dilakukan pada tiga puluh (30)

pertanyaan tetapi ada dua (2) yang tidak valid. Hasil yang tidak valid

[image:66.612.96.514.170.720.2]

adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2

Hasil Uji Validitas Yang Tidak Valid

Butir No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status

3 0,239 0,150 Tidak valid 19 0,239 0,147 Tidak valid

Selanjutnya uji validitas ini dilakukan pada dua puluh delapan (28)

butir pertanyaan variabel persepsi guru terhadap uji sertifikasi. Hasil

pengujian validitas terhadap 28 item disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Untuk Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Butir No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status

1 0,239 0,466 Valid

2 0,239 0,635 Valid

3 0,239 0,5

Gambar

Tabel 4.10  Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi ..................................................
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Persepsi Guru terhadap Uji Sertifikasi
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Yang Tidak Valid
Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

lmEbjiE yse ncniih rhgk kFLio ysg sLesb hhrr af'

[r]

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, berkat, dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang

 Pada menu daftar artikel terdapat List artikel yang nantinya bisa dipilih per kategori atau dicari,  List artikel hanya menampilkan Judul artikel, jumlah view, jumlah

Di tengah tantangan yang cukup berat sepanjang 2009, walaupun perlambatan ekonomi turut menahan inflasi, upaya Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar tidak

Berdasarkan Kedekatan Kelompok Kabupaten dan Kota di Jawa Barat dengan variabel yang dianalisis, kelompok 1 yaitu kota Bandung , kota Bekasi, Kota Depok, kota Cimahi

(peNakilan tetap) dari berbagai negara anggota van8 berasal dari organissi ini telah berkenb g Misinisinya, Pada unuhnva, scbagai. p€nghnbug &amp;taJa negara negara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan kompetensi profesi guru di SMP Swasta se- Kecamatan Gondokusuman adalah