ABSTRAK
PERSEPSI GURU TERHADAP UJI SERTIFIKASI DITINJAU DARI
TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS GURU, DAN GOLONGAN RUANG
Studi Kasus Pada Guru-Guru SD, SMP, dan SMA di Kecamatan Bambanglipuro
Kabupaten Bantul Yogyakarta
Hyancinthus Eko Guswanto
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru
terhadap uji sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan; (2) perbedaan persepsi guru
terhadap uji sertifikasi ditinjau dari status guru; (3) perbedaan persepsi guru terhadap
uji sertifikasi ditinjau dari golongan ruang.
Penelitian dilaksanakan di SD, SMP dan SMA Negeri dan Swasta yang ada di
Kecamatan Bambanglipuro pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2008.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi.
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 357 guru. Sampel penelitian berjumlah 189
guru. Teknik pengambilan sampel adalah
purposive sampling
. Teknik analisa data
menggunakan uji T dan uji F.
ABSTRACT
TEACHER’S PERCEPTION TOWARDS TEACHER’S FROFESSIONAL
CERTIFICATE PERCEIVED FROM EDUCATIONAL LEVEL, TEACHER’S
STATUS, AND RANK CLASSIFICATION
A Case Study at Elementary School and Senior High School Teachers in
Bambanglipuro District, Bantul Regency
Hyancinthus Eko Guswanto
Sanata Dharma University
2009
The purposes of this research are to know the different perception of teachers
towards teacher
’
s proffessional certificate perceived from: 1) the educational level; 2)
teacher’s status; 3) rank classification.
This research was conducted at private and state Elementary School and
Senior High Schools in Bambanglipuro District, Bantul Regency in Agustus 2008.
The methods of data collection were documentation and questionnaire. The
population of this research were 357 teachers. The samples of this research were 189
teachers. The technique of taking samples was purposive sampling. The techniques of
data analysis were T test and F test.
PERSEPSI GURU TERHADAP UJI SERTIFIKASI
DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS
GURU DAN GOLONGAN RUANG
Studi Kasus Pada Guru SD, SMP, dan SMA di Kecamatan Bambanglipuro
Kabupaten Bantul Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
oleh:
HYANCINTHUS EKO GUSWANTO
041334052
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Tuhan Yesus Kristus atas segala berkah Nya
2. Bapak & Ibu
3. Adik – adikku
4. Sanak- saudara yang telah membantu perjuangan ini
MOTTO
Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu sampai
senantiasa sampai kepada akhir zaman
(Mateus 27; 20)
Janganlah berhenti untuk selalu belajar dari
kehidupan, dari segala hal yang telah dilalui,
sedang dijalani dan yang akan menyapamu
nanti.
Tidak ada rahasia untuk menggapai sukses.
Sukses itu dapat terjadi karena persiapan, kerja
ABSTRAK
PERSEPSI GURU TERHADAP UJI SERTIFIKASI DITINJAU DARI
TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS GURU, DAN GOLONGAN RUANG
Studi Kasus Pada Guru-Guru SD, SMP, dan SMA di Kecamatan Bambanglipuro
Kabupaten Bantul Yogyakarta
Hyancinthus Eko Guswanto
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru
terhadap uji sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan; (2) perbedaan persepsi guru
terhadap uji sertifikasi ditinjau dari status guru; (3) perbedaan persepsi guru terhadap
uji sertifikasi ditinjau dari golongan ruang.
Penelitian dilaksanakan di SD, SMP dan SMA Negeri dan Swasta yang ada di
Kecamatan Bambanglipuro pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2008.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi.
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 357 guru. Sampel penelitian berjumlah 189
guru. Teknik pengambilan sampel adalah
purposive sampling
. Teknik analisa data
menggunakan uji T dan uji F.
ABSTRACT
TEACHER’S PERCEPTION TOWARDS TEACHER’S FROFESSIONAL
CERTIFICATE PERCEIVED FROM EDUCATIONAL LEVEL, TEACHER’S
STATUS, AND RANK CLASSIFICATION
A Case Study at Elementary School and Senior High School Teachers in
Bambanglipuro District, Bantul Regency
Hyancinthus Eko Guswanto
Sanata Dharma University
2009
The purposes of this research are to know the different perception of teachers
towards teacher
’
s proffessional certificate perceived from: 1) the educational level; 2)
teacher’s status; 3) rank classification.
This research was conducted at private and state Elementary School and
Senior High Schools in Bambanglipuro District, Bantul Regency in Agustus 2008.
The methods of data collection were documentation and questionnaire. The
population of this research were 357 teachers. The samples of this research were 189
teachers. The technique of taking samples was purposive sampling. The techniques of
data analysis were T test and F test.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul :
“PERSEPSI GURU
TERHADAP UJI SERTIFIKASI DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN,
STATUS GURU DAN GOLONGAN RUANG”
. Skripsi ini diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini mengalami banyak tantangan dan hambatan yang
merupakan pelajaran yang berharga bagi penulis. Namun akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, saran,
masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1.
Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2.
Bapak Y. Harsoyo S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
4.
Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. Selaku Dosen Pembimbing, yang
dengan sabar membimbing penulis menyusun skripsi, memberikan saran,
masukan, semangat, dorongan serta pelajaran hidup yang berharga. Terima
kasih untuk semuanya.
5.
Para Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu kepada penulis selama
kuliah.
6.
Semua karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntansi atas segala
keramahannya dalam membantu penulis selama kuliah di USD.
7.
Bapak dan Ibu tercinta, Singgih dan Lisa, yang tidak pernah lelah memberikan
doa, kasih sayang, dukungan baik moril maupun material, serta semangat
kepada penulis. Berkat Allah Bapa selalu beserta kalian semua.
8.
Buat seseorang yang belum bisa disebut namanya. Sesuatu itu akan indah
pada waktunya nanti.
9.
Seluruh keluarga Hadi Siswoyo terima kasih atas dukungan, saran dan
kepercayaan yang telah diberikan terima kasih yang sebesar-besarnya.
10. Buat Agustinus Widayanto dan Yohanes Kurniawan Masturi (
Koe Ojo Do
Sembrono Wae
) terima kasih atas dukungannya selama ini.
12. Teman-teman satu angkatan Pendidikan Akuntasi 2004 yang tidak bisa
disebutkan namanya satu-persatu.
13. Buat teman-teman seperjuangan di Siten khususnya RW 05 Samsuri “Jolo”,
Sarjiono” Bundang”, Asnawi” Temix”, Maryanto” Gugon”, Puji Raharjo”
Tepos”, Kusnadi” Mendem”, (Alm) Tri Endarto, Sugeng, Tri Asmoro,
Sukisno, Yasa, Nurul, Heni, Wanto, Teguh, Antok. Terima kasih atas bantuan
dan dukunganya selama ini.
14. Teman-teman
PASERBUMI BAMBANGLIPURO
berjuanglah untuk menang.
15. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada
penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat diharapkan demi
perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
semua pihak yang memerlukannya.
Yogyakarta, 5 Februari 2009
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...
ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ...
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ...
ix
KATA PENGANTAR ...
x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ... 1
B.
Batasan Masalah ...
5
C.
Rumusan Masalah ...
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kajian Teoritik ...
9
1. Pengertian persepsi ...
9
2. Pengertian Guru ... 11
3. Sertifikasi Guru ... 17
4. Program Sertifikasi Guru ... 24
5. Tingkat Pendidikan ... 27
6. Status Guru ... 29
7. Golongan Ruang ... 30
B.
Kerangka Berpikir ... 31
C.
Hipotesis ...
34
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian ... 35
B.
Tempat dan Waktu Penelitian ... 35
C.
Subjek dan Objek Penelitian ... 35
D.
Populasi dan Sampel ... 36
E.
Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 38
F.
Teknik Pengumpulan Data ... 44
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Data ... 56
B.
Hasil Pengujian Normalitas dan Homogenitas ... 62
C.
Pengujian Hipotesis ... 65
D.
Pembahasan Hasil Penelitian ... 68
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN
A.
Kesimpulan ... 76
B.
Keterbatasan Penelitian ... 76
C.
Saran ... 77
Daftar Pustak
a ...
80
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Operasional Variabel ...
40
Tabel 3.2 Rangkuman Uji Validitas Yang Tidak Valid ...
46
Tabel 3.3 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ...
46
Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Reabilitas Instrumen Penelitian ...
49
Tabel 4.1 Sebaran Responden Penelitian ...
56
Tabel 4.2 Deskripsi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ...
57
Tabel 4.3 Kesimpulan Responden Menurut Tingkat Pendidikan ...
57
Tabel 4.4 Deskripsi Responden Menurut Status Guru ...
57
Tabel 4.5 Kesimpulan Responden Menurut Status Guru ...
58
Tabel 4.6 Deskrepsi Responden Menurut Golongan Ruang Guru ...
58
Tabel 4.7 Kesimpulan Responden Menurut Golongan Ruang Guru ...
58
Tabel 4.8 Deskrepsi Persepsi Guru Terhadap Uji sertifikasi ...
59
Tabel 4.10 Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi ... 60
Tabel 4.11 Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi ...
61
Tabel 4.12 Rangkuman Pengujian Normalitas Variabel Penelitian ...
62
Tabel 4.13 Rangkuman Pengujian Homogenitas Variabel Penelitian ...
64
Tabel 4.14 Rangkuman Pengujian Homogenitas Variabel Penelitian ...
65
Tabel 4.15 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru ...
65
Tabel 4.16 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru ...
66
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner ...
82
Lampiran 2 Data Prapenelitian...
87
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas ...
89
Lampiran 4 Data Induk Penelitian ...
91
Lampiran 5 Deskripsi Data ... 100
Lampiran 6 Normalitas dan Homogenitas ... 105
Lampiran 7 Pengujian Hipotesis ... 110
Lampiran 8 Daftar r t Tabel, t Tabel, dan F Tabel ... 112
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia merupakan kebutuhan yang penting bagi
peningkatan sumber daya manusia. Banyak faktor yang mempengaruhi mutu
pendidikan di Indonesia. Mutu pendidikan yang rendah di Indonesia membuat
pembangunan bangsa menjadi terganggu. Bidang pendidikan menempati
posisi paling tertinggi bagi pembangunan suatu bangsa dibandingkan
bidang-bidang yang lain.
Salah satu faktor yang dianggap cukup signifikan dalam mendongkrak
mutu pendidikan adalah meningkatkan kualitas guru. Kualitas guru pada
kenyataanya sangat bervariasi. Guru yang berkualitas akan mempertinggi
kinerjanya sebagai seorang guru yang profesional. Kinerja guru yang baik
tentu saja harus dihargai dengan memperhatikan kesejahteraan guru.
Pemerintah mengambil langkah dengan mengesahkan undang-undang
guru dan dosen dengan pengembangan rancangan peraturan pemerintah
tentang guru dan dosen. Subtansi peraturan tersebut adalah peningkatan
profesionalisme dan kompetensi guru. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa guru
mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan
dasar, pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal yang diangkat
memberi perlindungan atas hak dan kewajiban profesi guru, serta jaminan
peningkatan kesejahteraan guru. Bagi guru-guru, hal yang sangat
ditunggu-tunggu adalah ingin meyakinkan kebenaran pada salah satu bab pada
undang-undang tersebut, yang secara eksplisit menyebut tentang peningkatan gaji
guru.
Kondisi nyata yang terjadi di lapangan memperlihatkan bahwa
penghargaan terhadap jabatan profesi guru belum sejajar dengan profesi lain
seperti notaris, dokter, pengacara, dll. Untuk itu banyak guru yang kurang
bangga dengan predikat mereka, sebab penghargaan terhadap profesi ini
secara ekonomi tergolong kecil sehingga banyak yang tidak mau menjadi
guru. Jika pemikiran dan opini ini berkembang dalam masyarakat, maka yang
mau menjadi guru adalah orang yang tidak terlalu cerdas karena
orang-orang yang cerdas lebih memilih profesi lain yang menurut opini masyarakat
cukup menjanjikan. Padahal peran guru menentukan perjalanan bangsa kita.
Guru tak bisa lagi dihibur dengan gelar “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” yang
identik dengan keprihatinan. Keprihatinan ini juga berkaitan dengan minimnya
gaji yang diterima oleh guru, yang tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup
minimum.
Keberadaan undang-undang guru dan dosen membuat posisi guru
sebagai sebuah profesi semakin terlindungi serta kesejahteraan guru semakin
terjamin. Untuk itu, guru-guru di Indonesia harus terus-menerus meningkatkan
keterpurukan, menjadi bangsa yang cerdas, maju, mandiri, sejahtera dan
berbudaya serta memiliki daya saing dalam tataran pergaulan internasional.
Uji sertifikasi pendidik merupakan kontrol kualitas calon pendidik,
sehingga setiap orang yang memiliki sertifikat pendidik telah dinilai dan
diyakini mampu melaksanakan tugas mendidik, mengajar dan melatih peserta
didik. Sertifikasi ini akan menimbulkan dampak yang positif terhadap profesi
guru di tanah air. Selain meningkatkan kualitas guru, sertifikasi menunjukkan
pengakuan dari pemerintah terhadap profesi guru. Sertifikasi mengajar ini
sangat penting dimiliki oleh para pendidik, karena berdasarkan sertifikasi ini
guru dan dosen bisa mendapatkan berbagai fasilitas terutama yang
berhubungan dengan tunjangan yang akan diperoleh.
Namun kondisi nyata di lapangan menunjukkan, dari 1,6 juta guru di
Indonesia tidak ada yang memegang sertifikasi mengajar ( Banjarmasin Post,
2006 ). Pro dan kontra tampak dalam penentuan guru yang diperbolehkan atau
tidak diperbolehkan mengikuti program sertifikasi. Faktor yang diduga kuat
adalah latar belakang pendidikan, status guru, dan golongan ruang.
Latar belakang pendidikan guru merupakan kualifikasi akademik yang
dimiliki oleh guru. Semakin tinggi pendidikan guru maka semakin luas
wawasan yang dimiliki oleh guru. Tidak semua guru mempunyai latar
belakang pendidikan yang sama, ada yang menjadi guru dengan tingkat
pendidikan DII, ada yang lulus DIII kemudian menjadi guru dan ada pula
pendidikan guru ini akan menimbulkan cara pandang guru atau persepsi guru
terhadap uji sertifikasi.
Di sisi lain status guru dalam suatu organisasi sekolah juga berpengaruh
terhadap kesejahteraannya. Misalnya guru swasta dengan guru negeri akan
mempunyai tingkat kesejahteraan yang berbeda-beda. Karena ada perbedaan
itu, maka setiap guru dengan statusnya masing-masing akan mempunyai
persepsi yang berbeda dalam menyikapi sertifikasi dan kesejahteraan. Ketiga
tinjauan ini merupakan aspek yang sangat relevan terutama yang berkaitan
dengan sertifikasi guru. Hal ini dikarenakan guru sebagai akademisi sekolah
bukan sebagai guru yang mementingkan kompetensi pada suatu golongan
tertentu di masyarakat.
Golongan ruang ada kaitannya dengan tingkat pendidikan dan lama
bekerja seorang guru, jika tingkat pendidikan guru itu tinggi maka golongan
ruang yang akan dimiliki guru itu juga tinggi dan masih dapat mengajukan
permohonan kenaikan pangkat atau golongan ruang guru sampai dengan
jenjang maksimal kepangkatannya berdasarkan tingkat pendidikan
terakhirnya. Karena pendidikan terakhir dan lama bekerja setiap guru tidak
sama maka golongan ruang yang disandang guru juga tidak sama. Apabila
guru menyandang golongan ruang yang tinggi berarti guru juga mempunyai
wawasan yang luas terutama di bidang pendidikan, dari perbedaan golongan
ruang yang disandang setiap guru akan mempunyai persepsi yang
Di Indonesia, uji sertifikasi menimbulkan kontroversi baik di kalangan
guru negeri maupun guru swasta. Pihak yang setuju dengan diadakanya uji
sertifikasi, guru berpendapat bahwa program ini dapat meningkatkan
kesejahteraan. Sedangkan pihak yang tidak setuju, uji sertifikasi tidak mudah
karena harus mengumpulkan portofolio sedangkan guru juga masih bingung
dengan portofolio. Persoalan ini juga masih membingungkan bagi guru-guru
Kabupaten Bantul, sehingga guru harus menunggu kapan uji sertifikasi ini
diadakan di Kabupaten Bantul secara serentak.
Berdasarkan latar belakang tersebut, terutama telah disahkannya
Undang-Undang No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen maka penulis
tertarik untuk mengambil judul “Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi, Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan, Status Guru, dan Golongan Ruang”,
studi kasus pada Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah
Menengah Atas di Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul.
B. Batasan Masalah
Ada berbagai faktor yang berhubungan dengan persepsi guru terhadap
uji sertifikasi. Penelitian ini akan memfokuskan pada variabel tingkat
pendidikan guru, status guru, dan golongan ruang. Sedangkan cakupan dalam
sertifikasi sesuai dengan peraturan menteri Pendidikan Nasional RI no 18
tahun 2007 meliputi 10 komponen yaitu : (1) kualifikasi akademik, (2)
pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan
akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum
ilmiah, (9) pengalamam organisasi di bidang pendidikan dan sosial, dan (10)
penghargaan yang relevandengan bidang pendidikan.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau
dari tingkat pendidikan guru?
2. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau
dari status guru?
3. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau
dari golongan ruang guru.
D. Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan diadakannya penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap uji
sertifikasi ditinjau dari pendidikan guru.
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap uji
sertifikasi ditinjau dari status guru.
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap uji
E. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini kiranya dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Pemerintah
Hasil penelitihan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan
profesi guru, khususnya yang berkaitan dengan sertifikasi yang
dirumuskan dalam UU RI no 14 Tahun 2005.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi
guru dan memberikan dukungan yang positif untuk menjadi guru yang
profesional.
3. Bagi Penulis
Hasil penelitihan ini diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan dan memberikan pengalaman yang bermanfaat terutama
mengenai profesi guru yang erat kaitannya dengan kesejahteraan dan
penghargaan terhadap profesi guru.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitihan ini diharapkan dapat mendorong
pemikiran-pemikiran kritis dalam bentuk penelitian-penelitian pengembangan
sehingga dapat memberi sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi
perkembangan pendidikan di Indonesia.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi
khususnya tentang profesi guru, sebagai penyelenggara pendidikan
yang menghasilkan lulusan yang berkualifikasi sebagai tenaga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah pengamatan secara global, kemampuan untuk
membedakan antara obyek yang satu dengan yang lain berdasarkan ciri-ciri
fisik obyek-obyek itu misalnya ukuran, warna dan bentuk (Winkel 1986:161).
Menurut Ign. Masidjo (1995:96) tingkah laku dalam tingkatan persepsi
mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua
perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas
pada masing-masing rangsangan. Kemampuan ini dinyatakan dalam suatu
reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan dan
pembedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada.
Menurut Mahfudh Shalahuddin (1991:73) persepsi merupakan bentuk
pengalaman yang belum disadari benar, sehingga individu yang bersangkutan
belum mampu membedakan diri sendiri dengan objek yang dihayati. Menurut
Bimo walgito (1994:53) persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh
penginderaan yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus
oleh individu melalui alat reseptornya. Supaya individu dapat menyadari dan
dapat mengadakan persepsi maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
yaitu :
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau
reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat
indera (reseptor), dapat datang dari dalam yang langsung mengenai
syaraf penerima (sensoris) yang bekerja sebagai reseptor.
2. Alat indera atau reseptor
Yaitu merupakan alat untuk menerima stimulus, dan ada pula syaraf
sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima
reseptor ke pusat susunan syaraf otak sebagai pusat kesadaran. Dan
sebagai alat untuk mengadakan respons diperlukan syaraf motoris.
3. Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu
diperlukan pula adanya perhatian, yang merupakan langkah pertama
sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi. Tanpa
perhatian tidak akan terjadi persepsi, maka untuk mengadakan
persepsi ada syarat yang bersifat fisik atau kealaman, fisiologis dan
psikologis.
Menurut Irwanto (1988 :76) persepsi lebih bersifat psikologis daripada
merupakan proses penginderaan, maka ada beberapa faktor yang
mempengaruhi persepsi, yaitu :
a. Perhatian yang selektif
Individu memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu
sehingga obyek-obyek atau gejala-gejala lain tidak akan tampil ke
b. Ciri-ciri rangsang
Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih
menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang besar di antara
yang kecil, yang kontras dengan latar belakangnya dan yang
intensitas rangsangnya paling kuat.
c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu
Seorang seniman mempunyai pola dan cita rasa yang berbeda
dibandingkan orang yang bukan seniman. Anak pada golongan
ekonomi rendah menganggap satu keping uang logam bernilai besar
dibanding dengan anak orang kaya.
d. Pengalaman terdahulu
Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana
seseorang mempersepsi dunianya.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa persepsi adalah proses memahami, menerima, mengkoordinasikan,
menginterpretasikan rangsangan di lingkungannya melalui panca indera,
sehingga individu menyadari dan mengerti apa yang diinderakan.
2. Pengertian Guru.
Guru adalah salah satu bagian dalam kegiatan belajar mengajar dan
memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, sebab
fungsi utama guru adalah merancang, mengelola, melaksanakan, dan
atau pekerjaan yang memerlukan keahlihan khusus sebagai guru (Uzer
Usman).
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini
jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun
2005 tentang guru dan dosen guru, guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Sedangkan profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan
yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Menurut Susanto (2002:28), profesional adalah pekerjaan yang hanya
dapat dilakukan oleh mereka yang dipersiapkan khusus untuk melakukan
pekerjaan tersebut dan guru profesional adalah orang yang memiliki
kemampun khusus dalam bidang keguruan sehingga guru mampu
melakukan tugas dan fungsinya dengan kemampun yang maksimal.
1. Hak dan Kewajiban Guru
Dalam undang undang sistem pendidikan nasional guru sebagai
pendidik mempunyai hak untuk memperoleh:
a. penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan
b. penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja
c. pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas
d. perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil
kekayaan intelektual
e. kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas
pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Dalam undang undang sistem pendidikan nasional guru sebagai
pendidik mempunyai kewajiban untuk:
a. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis dan dialogis.
b. mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
c. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
2. Peranan guru
Menurut Peter F. Oliver dalam Piet A Sahertian (1990:36), guru
mempunyai peranan sebagai berikut:
a. guru sebagai penceramah. Memang tugas guru sebagai penyampai
informasi disebut juga sebagai penceramah pada zaman itu
b. guru sebagai orang sumber (resourse person). Guru dianggap sebagai
manusia sumber. Melalui guru dan dari guru pengetahuan disampaikan
c. Guru sebagai fasilitator. Guru menyediakan berbagai lingkungan untuk
belajar, memperlengkapi berbagai sumber yang membantu siswa untuk
dapat belajar.
d. Guru sebagai konselor. Guru membantu siswa memberi nasehat,
memberanikan siswa, mendengarkan keluhan dan menciptakan
suasana belajar siswa, menyuruh memecahkan persoalan dirinya
sendiri.
e. Guru sebagai pemimpin kelompok. Dalam belajar guru berperan
sebagai master ceremony, pemimpin dalam kelompok, yang
menstimulir gejala-gejala untuk belajar bersama dalam kelompok
belajar, memandang gejala-gejala sehingga semua berpartisipasi
bersama.
f. Guru sebagai tutor. Guru menolong seorang demi seorang dengan
bermacam cara.
g. Guru sebagai manajer yang menyajikan pelayanan media belajar yang
disediakan.
h. Guru sebagai pembina laboratorium. Guru meletakkan berbagai
pendekatan dalam menyajikan pelayanan. Maksudnya eksperimen
dalam proses mengajar menyusun berbagai kegiatan penelitian oleh
siswa melalui observasi dan mencatat hasil observasi dengan demikian
3. Kode etik guru
Kode etik merupakan tatanan yang menjadi pedoman dalam
menjalankan tugas dan aktivitas suatu profesi. Dalam menjalankan
profesinya guru di Indonesia berpedoman pada kode etik guru yang berisi
sebagai berikut (Samana, 1994:117):
a. Guru berbakti membimbing peserrta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar mengajar.
e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung
jawab bersama terhadap pendidikan
f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
g. Guru memelihara hubungan profesi, semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial.
h. Guru secara bersama–sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
i. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang
4. Prinsip guru
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.14 tahun 2005
tentang guru dan dosen profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang
pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:
1. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme
2. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia
3. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas
4. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
5. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan
6. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja
7. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat
8. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan
9. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen
diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara
demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,
3. Sertifikasi Guru
Pengertian sertifikasi secara umum mengacu pada National
Commision on Educatinal Services (NCES) disebutkan“Certification is a
procedure whereby the state evaluates and reviews a teacher candidate’s
credentials and provides him or her a license to teach”(Sawali Tuhusetya,
2007).
Dalam pedoman tanya jawab tentang sertifikasi (Depdiknas Dirjen
Peningkatan Mutu dan Tenaga Kepandidikan, 2007) sertifikasi guru adalah
proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik
diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru.
Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan
praktik pendidikan yang berkualitas yang bertujuan guna menentukan
kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran,
meningkatkan profesionalisme guru, serta mengangkat harkat dan
martabat guru. Proses sertifikasi dilaksanakan oleh perguruan tinggi yang
memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan
ditetapkan oleh pemerintah.
1. Tujuan Sertifikasi
Dalam situs www.sertifikasiguru.org mencantumkan bahwa secara
garis besar sertifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru
yang pada akhirnya diharapkan berdampak pada peningkatan mutu
Menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen yang disahkan tanggal 30 Desember 2005 tujuan sertifikasi adalah :
a. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai
agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan.
c. Meningkatkan martabat guru.
d. Meningkatkan profesionalitas guru.
2. Manfaat Sertifikasi
Adapun manfaat ujian sertifikasi guru dapat diberikan sebagai
berikut :
a. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten,
yang dapat merusak citra profesi guru.
b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak
berkualitas dan profesional.
c. Menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK, dan kontrol mutu
dan jumlah guru bagi pengguna layanan pendidikan.
d. Menjaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan
tekanan eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang
berlaku.
e. Memperoleh tunjangan profesi bagi guru yang lulus ujian
sertifikasi.
Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 18 Tahun
2007 tentang Sertifikasi Guru, komponen portofolio meliputi :
a. Kualifikasi akademik
Kualifikasi akademik yaitu tingkat pendidikan formal yang telah
dicapai sampai dengan guru mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar
(S1, S2, atau S3) maupun non gelar (D4 atau Post Graduate Diploma),
baik didalam maupun diluar negeri. Bukti fisik yang terkait dengan
komponen ini dapat berupa ijazah atau sertifikasi diploma.
b. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan yaitu pengalaman dalam mengikuti
kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan atau
peningkatan kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik
pada tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, nasional, maupun
international. Bukti fisik komponen ini dapat berupa sertifikat, piagam,
atau surat keterangan dari lembaga penyelenggara diklat.
c. Pengalaman Mengajar
Pengalaman mengajar yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan
tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat
tugas dari lembaga yang berwenang (baik dari pemerintah, atau dari
kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari
komponen ini dapat berupa surat keputusan atau surat keterangan yang sah
dari lembaga yang berwenang.
Perencanaan pembelajaran yaitu persiapan mengelola pembelajaran
yang akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap tatap muka. Perencanaan
pembelajaran ini paling tidak memuat perumusan tujuan atau kompetensi,
pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber atau media
pembelajaran, dan penilaiaan proses dan hasil belajar. Pelaksanaan
pembelajaran yaitu kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran dikelas
dan pembelajaran individual.
Kegiatan ini mencangkup :
• Tahapan pra pembelajaran (pengecekan kesiapan kelas dan
apersepsi)
• Kegiatan inti (penguasaan materi, strategi pembelajaran,
pemanfaatan media atau sumber belajar, evaluasi, penggunaan
bahasa)
• Penutup (refleksi, rangkuman, dan tindak lanjut)
Bukti fisik yang dilampirkan berupa dokumen hasil penilaiaan oleh kepala
sekolah atau pengawas tentang pelaksanaan pembelajaran yang dikelola
oleh guru.
Khusus untuk guru bimbingan dan konseling, komponen pelaksanaan
pembelajaran yang dimaksud adalah kegiatan guru bimbingan dan
konseling yang meliputi bidang pelayanan bimbingan pendidikan atau
kegiatan belajar, karier, pribadi, sosial, akhlak mulia atau budi pekerti.
Jenis dokumen yang dilaporkan berupa :
• daftar konseli (siswa)
• data kebutuhan dan permasalahan konseli
• laporan bulanan
• laporan semesteran atau tahunan
• aktifitas pelayanan bimbingan dan konseling (pemahaman,
pelayanan langsung, pelayanan tidak langsung)
• laporan hasil evaluasi program bimbingan konseling
• bukti fisik yang dilampirkan berupa fotokopi rekaman atau
dokumen laporan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling
yang disahkan oleh atasan.
Dokumen ini dinilai oleh asesor dengan menggunakan format penilaiaan.
e. Penilaian dari atasan dan pengawas
Penilaian dari atasan dan pengawas yaitu penilaian atasan terhadap
kompetensi kepribadian dan sosial, yang meliputi aspek-aspek ketaatan
menjalankan ajaran agama, tanggung jawab, kejujuran kedisiplinan,
keteladanan etos kerja, inovasi dan kreativitas, kemampuan menerima
kritik dan saran, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan bekerja
sama dengan menggunakan Format Penilaian Atasan.
f. Prestasi akademik
Prestasi akademik yaitu prestasi yang dicapai guru, hal ini yang
terkait dengan bidang keahliannya yang mendapat pengakuan dari
lembaga atau panitia penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten,
Komponen ini meliputi :
• Lomba dan karya akademik (juara lomba atau penemuan karya
monumental dibidang pendidikan atau nonkependidikan)
• Pembimbingan teman sejawat (instruktur, guru inti, tutor)
• Pembimbingan siswa dalam kegiatan ekstra kurikuler
pramuka, drum band, madding, karya ilmiah remaja atau KIR.
Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat penghargaan, surat keterangan,
atau sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga atau panitia.
g. Karya pengembangan profesi
Karya pengembangan profesi yaitu suatu karya yang menunjukkan
adanya upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru.
Komponen ini meliputi buku yang dipublikasikan pada tingkat kabupaten,
provinsi, nasional; artikel yang dimuat dalam media, jurnal, majalah,
bulletin yang tidak terakreditasi, terakreditasi, dan internasional; menjadi
review buku, penulis soal EBTANAS atau UN; modul atau buku cetak
lokal (kabupaten) yang minimal mencangkup materi pembelajaran selama
satu semester; media atau alat pembelajaran dalam bidangnya; laporan
penelitian tindakan kelas (individu atau kelompok); karya seni. Bukti fisik
yang dilampirkan berupa surat keterangan dari pejabat yang berwenang
tentang hasil karya tersebut.
h. Keikursertaan dalam forum ilmiah
Keikutsertaan dalam forum ilmiah yaitu partisipasi dalam kegiatan
kabupaten, provinsi, nasional, atau internasional, baik sebagai pemakalah
maupun sebagai peserta.
Bukti fisik yang dilampirkan berupa makalah dan sertifilat atau piagam
bagi narasumber, dan sertifikat bagi peserta.
i. Pengalaman organisasi dibidang kependidikan dan sosial
Pengalaman organisasi dibidang kependidikan dan sosial yaitu
pengalaman guru menjadi pengurus organisasi kependidikan, organisasi
sosial, atau mendapat tugas tambahan.
Pengurus organisasi di bidang kependidikan antara lain :
• Pengurus Forum Komunikasi Kepala Sekolah ( FKKS )
• Forum Kelompok Kerja Guru ( FKKG )
• Musyawarah Guru Mata Pelajaran ( MGMP )
• Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia ( ISPI )
• Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia ( HEPI )
• Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia ( ABKIN )
• Ikatan Sarjana Manajemen Pendidikan Indonesia ( ISMaPI )
• Persatuan Guru Republik Indonesia ( PGRI )
Pengurus organisasi sosial antara lain :
• Ketua RT
• Ketua RW
• Ketua LMD atau BPD
Mendapat tugas tambahan antara lain : kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, ketua jurusan, kepala laboratorium, kepala bengkel, kepala
studio, kepala klinik rehabilitasi, dan lain-lain.
Bukti fisik yang dilampirkan adalah surat keputusan atau surat keterangan
dari pihak yang berwenang.
j. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan yaitu
penghargaan yang diperoleh karena guru menunjukkan dedikasi yang baik
dalam melaksanakan tugas dan memenuhi kriteria kuantitatif (lama waktu,
hasil, likasi atau geografis), kualitatif (komitmen, etos, kerja), dan
relevansi (dalam bidang atau rumpun bidang), baik dalam tingkat
kabupaten, provinsi, nasional, maupun internasional.
Bukti fisik yang dilampirkan berupa fotokopi sertifikat, piagam, atau surat
keterangan.
4. Program Sertifikasi Guru
Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
menyatakan bahwa guru sebagai tenaga profesional mengandung arti
bahwa pekerjaan guru hanya dapat dimiliki oleh seseorang yang
mempunyai kualifikasi akademik dan kompetensi sesuai dengan
persyaratan kegiatan pembelajaran jenjang pendidikan tertentu dan
Program sertifikasi guru atau pendidik, berisi kompetensi
pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Secara umum menurut
Badan Nasional Standarisasi Pendidikan (BNSP), kompetensi pedagogik
lebih menyangkut pada kemampuan guru dalam mengajar dan memahami
siswa, mampu memahami penguasaan kelas dengan baik, menyampaikan
bahan kepada siswa, dan bagaimana siswa dapat aktif belajar sehingga
menguasai bahan dan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.
Kemampuan kepribadian merupakan kemampuan guru dalam
mencerminkan kebribadian yang mantap, bertaqwa, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa, sehingga dengan lulus ujian kompetensi ini, seorang guru
menjadi teladan bagi siswa dan menjadikan siswa berakhlak mulia.
Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam
penguasaan materi pembelajaran bidang studi yang dipegangnya,
maksudnya menguasai bahan ajar dan juga latar belakang bahan itu
sehingga dapat mengajarkan dengan baik dan benar.
Kompetensi sosial menyangkut kemampuan guru untuk
berkomunikasi dengan siswa, guru yang lain, kepala sekolah, masyarakat
dan orang tua wali
Guru yang mempunyai kualifikasi pendidikan D4 dan S1 harus
mengikuti ujian sertifikasi. Tentang ujian sertifikasi ini diperjelas dengan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 tahun 2007 yang
kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Ujian kompetensi itu
dilakukan dalam bentuk portofolio, yang merupakan pengakuan atas
pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan
dokumen yang mencerminkan kompetensi guru.
Ujian sertifikasi berupa empat standar kompetensi yaitu
kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Kompetensi
yang diujikan berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
diwujudkan dalam bentuk tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab.
Guru yang sudah menikuti ujian sertifikasi berhak mendapat
sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai
pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional.
Sertifikat ini menjadi salah satu syarat untuk memperoleh tunjangan
profesi. Sertifikat kompetensi adalah pengakuan terhadap penguasaan
kopetensi pada bidang pekerjaaan tertentu, yang diberikan oleh satuan
pendidikan kedinasan yang berakreditasi atau lembaga sertifikasi profesi
yang diakreditasi.
Prosedur dan Mekanisme
Penilaian portofolio peserta sertifikasi guru dilakukan oleh LPTK
penyelenggara sertifikasi guru dalam bentuk Rayon yang terdiri dari LPTK
Induk dan LPTK Mitra dikoordinasikan oleh Konsorsium Sertifikasi Guru
Tinggi dan Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
5. Tingkat Pendidikan
Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Jenjang pendidikan adalah tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1981 : 232 ), Pengertian
pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Ada 3 jenis pendidikan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional,
yaitu :
1. Pendidikan formal
Yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Misalnya
2. Pendidikan nonformal
Yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan
secara terstruktur dan berjenjang. Misalnya berbentuk kursus-kursus.
3. Pendidikan informal
Yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Menurut Winkel
(1986:160), pendidikan informal adalah suatu jenis pendidikan yang tidak
terencana dan tersusun secara tegas dan tidak sistematis, dilaksanakan di
luar sekolah terutama dalam keluarga.
Lembaga Pengadaan Tenaga Kependidikan (LPTK) mempunyai empat macam
program pendidikan guru (Piet A. Sahertian, 1994:68) yaitu :
1. Program gelar yang melalui jenjang Sarjana (S1) dengan lama studi 4-7
tahun.
2. Program Pasca Sarjana dengan lama studi 6-9 Tahun (S2)
3. Program Doktor dengan lama studi 8-11 tahun (S3)
4. Program Non Gelar (program diploma) dengan rincian sebagai berikut :
a. Program Diploma (D1) dengan lama studi 1-2 tahun
b. Program Diploma 2 (D2) dengan lama studi 2-3 tahun
c. Program diploma 3 (D3) dengan lama studi 3-5 tahun
Selain itu juga ada program akta mengajar, yang diberikan kepada mereka yang
berasal dari fakultas non keguruan untuk memperoleh kemampuan mengajar
pada berbagai tingkatan sekolah. Program akta mengajar ini terdiri atas:
2. Akta II sebanyak 20 SKS dan dapat ditempuh bagi mereka yang sudah
memperoleh 60 Sks dalam bidang non kependidikan.
3. Akta III sebanyak 20 SKS yang dapat ditempuh selama dua semester
setelah memiliki 90 SKS untuk bidang studi non kependidikan.
4. Akta IV dengan beban kresit 20 SKS ditempuh selama dua semester
setelah memiliki 120 SKS dalam bidang studi non kependidikan.
5. Akta V dengan beban kredit 20 SKS bagi mereka yang telah memiliki 160
SKS bidang studi di luar kependidikan.
6. Status Guru
Guru meliputi semua orang di sekolah-sekolah yang bertanggung jawab
dalam pendidikan para murid. Status (kedudukan) yang dipergunakan dalam
hubungannya dengan guru-guru berarti martabat atau penghargaan yang
diberikan kepada mereka, sebagai tingkat pengakuan atas pentingnya fungsi
mereka serta atas kemampuan mereka dalam melakukannya dan persyaratan
kerja, penggajian serta keuntungan-keuntungan materi lainnya yang diberikan
kepada mereka dibandingkan dengan golongan-golongan karya lainnya.
Menurut Piet A. Sahertian (1994:10) yang dimaksud dengan status guru
adalah kedudukan guru dilihat dari prototipenya dalam suatu sistem sosial. Di
dalam pendidikan, status guru itu terdiri atas :
a. Guru Negeri adalah guru yang diangkat dan bekerja dalam suatu instansi
milik pemerintah, guru yang diperkerjakan di suatu instansi swasta tetapi
b. Guru swasta adalah guru yang diangkat oleh suatu yayasan tertentu dan
digaji oleh yayasan atau lembaga tersebut. Guru swasta masih dapat
dibedakan menjadi beberapa kelompok seperti :
- Guru Honorer adalah guru yang bekerja karena diangkat oleh yayasan
atau lembaga tertentu dan digaji oleh yayasan tersebut tetapi belum
mengajar penuh atau dapat dikatakan sebagai guru bantu.
- Guru Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan dan
sudah berstatus sebagai guru tetap dari yayasan.
- Guru Tidak Tetap Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh
yayasan tetapi statusnya belum tetap.
7. Golongan Ruang.
Ruang atau pekerjaan adalah satu kelompok dari tugas-tugas atau
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pegawai bagi organisasi untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Penggolongan dari ruang seorang guru
didasarkan pada ijasah pendidikan terakhir guru.
Jenjang kepangkatan menurut golongan ruangnya adalah sebagai berikut :
1. I/a : Juru Muda
2. I/b : Juru Muda Tingkat I
3. I/c : Juru
4. I/d : Juru Tingkat I
5. II/a : Pengatur Muda
7. II/c : Pengatur
8. II/d : Pengatur Tingkat I
9. III/a : Penata Muda
10. III/b : Penata Muda Tingkat I
11. III/c : Penata
12. III/d : Penata Tingkat I
13. IV/a : Pembina
14. IV/b : Pembina Tingkat I
15. IV/c : Pembina Utama Muda
16. IV/d : Pembina Utama Madya
17. IV/e : Pembina Utama.
B. Kerangka Berpikir
1. Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau dari Tingkat Pendidikan
Cara pandang guru terhadap uji sertifikasi sangat dipengaruhi oleh
tingkat pendidikannya. Antara guru yang satu dengan guru yang lain
mungkin mempunyai tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Tingkat
pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh guru.
Untuk mengikuti uji sertifikasi ini, tingkat pendidikan minimal yang harus
ditempuh oleh guru adalah S-1 atau D-4.
Persepsi akan mucul ketika guru menanggapi syarat mengikuti uji
telah menempuh jenjang pendidikan hingga S-1 atau D-4. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka diharapkan pula semakin tinggi tingkat
profesionalitasnya, akan tetapi bagi guru-guru yang belum menempuh
jenjang pendidikan hingga S-1 atau D-4 diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke jenjang tersebut sambil melengkapi sepuluh komponen
portofolionya.
Bagi guru-guru yang belum menempuh jenjang pendidikan S-1
atau D-4 akan merasa kesulitan bila harus meneruskan jenjang pendidikan
tersebut agar bisa ikut serta dalam uji sertifikasi ini, hal ini disebabkan
waktu yang harus mereka korbankan akan lebih banyak daripada guru
yang telah menempuh jenjang pendidikan S-1 atau D-4 serta kendala
lainnya seperti jauhnya jarak yang harus ditempuh untuk mengikuti
pelatihan serta faktor usia.
Oleh karena itu, sejalan dengan kerangka berpikir tersebut dapat
diduga adanya perbedaan persepsi antara guru yang satu dengan guru
lainnya ditinjau dari tingkat pendidikannya
2. Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau dari Status Guru
Guru yang bekerja dalam suatu instansi tertentu akan mempunyai
persepsi yang berbeda-beda terhadap uji serifikasi. Sebab guru yang
bekerja di suatu instansi atau sekolah baik negeri maupun swasta
mempunyai status yang berbeda-beda. Ada guru swasta yang berstatus
tetap oleh yayasan. Demikian juga guru-guru yang bekerja di sekolah
negeri ada yang sudah menjadi guru PNS ada yang masih menjadi guru
tidak tetap atau honorer.
Status guru merupakan status dimana guru adalah guru tetap yang
berstatus PNS maupun guru tetap yang berstatus non-PNS. Perbedaan
persepsi akan muncul pada saat uji sertifikasi dilaksanakan dan dilihat dari
status gurunya, hal ini dapat terjadi dikarenakan kuota peserta uji
sertifikasi untuk guru yang berstatus non-PNS lebih sedikit dibandingkan
dengan kuota peserta uji sertifikasi guru yang berstatus PNS.
Oleh karena itu, sejalan dengan kerangka berpikir tersebut dapat
diduga terdapat perbedaan persepsi antara guru yang satu dengan guru
lainnya ditinjau dari status gurunya.
3. Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Ditinjau dari Golongan Ruang Guru
Golongan ruang seorang guru erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan seorang guru. Sebab golongan ruang yang dipegang oleh
seorang guru itu dibedakan berdasarkan tingkat pendidikannya. Semakin
tinggi tingkat pendidikannya, semakin tinggi golongan ruangnya dan
semakin tinggi gaji yang diterimanya sehingga kesejahteraannya dapat
terjamin. Faktanya setiap guru mempunyai golongan ruang yang
Penggolongan ruang seorang guru itu didasarkan pada ijasah
pendidikan terakhirnya. Pada umumnya guru-guru yang bekerja di Sekolah
Menengah Atas paling rendah bergolongan III/a yaitu penata muda sampai
pada tingkat golongan tertinggi yaitu IV/e atau pembina utama. Dari
adanya perbedaan golongan itu maka dimungkinkan juga adanya
perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi.
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah ditetapkan, maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha1: Ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari
tingkat pendidikan guru.
Ha2: Ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari
status guru.
Ha3: Ada perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian
tentang subyek tertentu dimana subyek tersebut terbatas, maka kesimpulan
yang diperoleh hanya berlaku pada subyek yang diteliti (Consuelo, 1993:73).
Dalam penelitihan ini diterapkan untuk meneliti persepsi guru terhadap uji
sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan, status guru, dan golongan ruang.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan untuk penelitian yaitu SD, SMP, dan SMA di
Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul.
2. Waktu Penelitian
Waktu untuk penelitian ini yaitu pada bulan Juli-Agustus 2008.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah guru-guru SD, SMP, dan SMA di Kecamatan
Bambanglipuro Kabupaten Bantul.
Objek penelitian adalah persepsi guru terhadap uji sertifikasi, ditinjau dari
tingkat pendidikan, status guru, dan golongan ruang.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
(Sugiyono, 1999:72). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah
seluruh guru SD, SMP, SMA di Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten
Bantul. Menurut sumber dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bantul jumlah
guru SD, SMP, SMA di Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul
adalah 357 guru.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 1999:73). Sampel penelitian ini dihitung dengan
rumus Slovin (Husein Umar, 2003:102):
2
1 Ne N n
+ =
Keterangan:
n = ukuran sampel
sampel yang dapat ditolelir.
Jadi jumlah sampel yang akan diambil (n), dengan nilai kritis/ batas
kesalahan (e) 5% dari populasi (N) tersebut adalah :
(
)
205 , 0 357 1
357 + = n
= 188,6 atau sekitar 189 orang yang akan menjadi sampel.
3. Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling,
yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono
1999:78). Peneliti menetapkan sampel penelitian ini adalah guru-guru di 2
buah SMA, 3 buah SMP, dan 4 buah SD di Kecamatan Bambanglipuro
Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Pertimbangan dipilihnya 9 sekolah
tersebut karena guru-guru tersebut akan mengikuti uji sertifikasi. Berikut
ini daftar instansi penelitian yang akan dilakukan :
No Instansi yang diteliti Jumlah guru
1 SMA Negeri Bambanglipuro 43
2 SMA Stella Duce Bantul 20
3 SMP Muh Bambanglipuro 20
4 SMP N 2 Bambanglipuro 36
6 SD Kanisius Ganjuran 9
7 SD Kanisius Kanutan 10
8 SD Negeri Panggang 15
9 SD Negeri Bondalem 15
Jumlah 189
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
1. Variabel Tingkat Pendidikan Guru
Tingkat pendidikan guru adalah jenjang pendidikan formal terakhir
yang dicapai oleh guru. Pemberian peringkat dalam variabel ini adalah
sebagai berikut:
- < D4/S1
- > D4/S1
2. Variabel Status Guru
Status guru adalah kedudukan guru dilihat dari prototipenya dalam
suatu sistem sosial sekolah. Pemberian peringkat dalam variabel ini adalah
sebagai berikut:
- Guru Negeri (PNS)
- Guru Swasta Tetap Yayasan
3. Variabel Golongan Ruang Guru.
Golongan ruang guru adalah jabatan seorang guru yang didapatkan
berdasarkan pada ijasah pendidikan formal terakhir guru. Pemberian
peringkat dalam variabel ini adalah sebagai berikut:
- Gol II/a - Gol II/d
- Gol IIIa - Gol III/d
- Gol IV/a - Gol IV/e
4. Variabel Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi
Persepsi adalah proses pemahaman yang dialami oleh setiap orang
dalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat pengindraan,
penglihatan, penghayatan, perasaan, dan penciuman ( Mitfah Thoha, 1983
: 138 )
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk
guru yang telah memenuhi standar kompetensi guru. Sertifikasi guru
bertujuan untuk (1) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan
tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, (2) Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan, (3)
Meningkatkan martabat guru, (4) Meningkatkan profesionalitas guru, (5)
Meningkatkan kesejahteraan guru ( Fasli Jalal, 2007 : 3 )
Pelaksanaan sertifikasi bagi guru ini dilakukan melalui uji
portofolio. Kompetensi penilaian portofolio mencangkup : (1) Kualifikasi
akademik, (2) Pendidikan dan pelatihan, (3) Pengalaman mengajar, (4)
Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5) Penilaian dari atasan dan
pengawas, (6) Prestasi akademik, (7) Karya pengembangan profesi, (8)
Keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9) Pengalaman organisasi di bidang
kependidikan dan sosial, dan (10) Penghargaan yang relevan dengan
bidang pendidikan.
Sertifikasi guru mencangkup 4 dimensi, yaitu kompetensi bidang
pedagogik , bidang kepribadian, sosial, dan profesional.
Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel persepsi guru
[image:60.612.96.533.230.687.2]terhadap uji sertifikasi.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Persepsi Guru terhadap Uji Sertifikasi
No Variabel Dimensi Indikator
Pernyataan
Positif Negatif
1 Sertifikasi
Guru
1. Kualifikasi
akademik
1. Pendidikan formal
seorang guru
2. Guru yang mempunyai
ijazah S1 tetapi bukan
S1 pendidikan
1
2
2. Pendidikan dan
pelatihan
3. Pelatihan meningkatkan
kompetensi pedagogik
4. Bukti keikutsertaan
dalam pendidikan dan
3
pelatihan yang sahkan.
3. Pengalaman
mengajar
5. Pengalaman mengajar
berpengaruh pada
kompetensi pedagogik
6. Pengalaman mengajar
berpengaruh pada
kompetensi profesional
7. Pengalaman mengajar
berpengaruh pada
kompetensi sosial
8. Pengalaman mengajar
berpengaruh pada kompetensi kepribadian 5 7 6 8
4. Perencanaan
dan pelaksanaan
pembelajaran
9. Kompetensi profesionsl
ditunjukkan dengan
komponen merumuskan
RPP
10. Kompetensi profesional
ditunjukkan dengan
menggunakan media
pembelajaran
11. Kompetensi pedagogik
ditunjukkan dengan
kegiatan pembelajaran
dalam RPP
12. Kompetensi pedagogik
ditunjukkan dengan
kemampuan guru dalam
9
10
11
penilaian belajar
5. Penilaian dari
atasan dan
pengawas
13. Kepribadian guru
dinilai oleh atasan dalam
hal ketaatan beragama,
tanggung jawab dan
kejujuran
14. Dasar penilaian dari
atasan adalah etos kerja
dan kreativitas
15. Dasar penilaian dari
atasan adalah kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama 13 14 15 6. Prestasi akademik
16. Kompetensi profesional
ditunjukkan dalam
keikutsertaan guru
dalam lomba
17. Prestasi akademik
ditunjukkan dengan guru
mendampingi siswa
lomba
16
17
7. Karya
pengembangan
profesi
18. Kompetensi profesional
dapat ditunjukkan
melalui penerbitkan
buku atau artikel.
19. Kompetensi profesional
dapat ditunjukkan
18
melalui penelitian dan
karya teknologi
20. Bukti karya
pengembangan profesi
harus disahkan oleh
kepala dinas
20
8. Keikutsertaan
dalam forum
ilmiah
21. Profesionalitas
ditunjukkan dari peran
guru sebagai narasumber
22. Profesionalitas
ditunjukkan dari peran
guru sebagai peserta
dalam forum ilmiah
23. Bukti dalam forum
ilmiah harus disahkan
oleh kepala dinas
22
23
21
9. Pengalaman
organisasi
dibidang
pendidikan dan
sosial
24. Kompetensi
kepribadian dan sosial
ditunjukkan dari
kesediaan guru pengurus
organisasi
25. Kompetensi
kepribadian dan sosial
ditunjukkan dari
kesediaan mendapat
tugas tambahan
26. Bukti dalam
pengalaman organisasi
24
disahkan oleh kepala
dinas
26
10. Penghargaan
yang relevan
dengan bidang
pendidikan
27. Guru yang pernah
mengajar didaerah
terpencil diberi
pengakuan
28. Guru yang pernah
mendapatkan
penghargaan diberi
pengakuan
27
28
Pengukuran variabel persepsi guru terhadap uji sertifikasi didasarkan pada
indikator-indikatornya. Masing-masing indikator dijabarkan dalam bentuk
pernyataan yang dinyatakan dalam empat skala Likert, yaitu sangat setuju
(SS) = 5; setuju (S) = 4; netral (RR) = 3; tidak setuju (TS) = 2; dan sangat tidak
setuju (STS) =1
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyatan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 1999:135). Kuesioner ini
digunakan untuk mengumpulkan data persepsi guru terhadap uji sertifikasi
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu teknik yang dimungkinkan oleh peneliti
untuk memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau
dokumen yang ada pada responden atau tempat dimana responden
bertempat tinggal/melakukan kegiatan sehari-hari. Dokumen ini digunakan
untuk mengumpulkan data sekunder yaitu tentang jumlah guru yang
berada di Kabupaten Bantul.
G. Uji Kuesioner
a. Pengujian Validitas
Validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana data yang
ditampung pada suatu kuesioner akan mengukur apa yang ingin diukur
(Husein Umar, 2003:72). Pengujian validitas dilakukan dengan
mengkorelasikan antara skor jawaban masing-masing item pertanyaan
pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi
product moment (Husein Umar, 2003:78) yaitu sebagai berikut:
r =
(
) (
)
(
)
∑
(
∑
)
∑
∑
∑ ∑
∑
− − − 2 2 22 X n Y Y
X n Y X XY n Keterangan :
r = koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y
Y = skor total item
X = skor item
Besarnya nilai koefisien r dapat dihitung dengan menggunakan korelasi
dengan taraf signifikansi 5%. Jika rhitung lebih besar dari pada rtabel, maka
butir soal tersebut dapat dikatakan valid. Jika sebaliknya, butir soal
tersebut tidak valid.
Uji Validitas dilakukan terhadap 30 responden. Uji validitas
dilakukan terhadap item-item pertanyaan variabel persepsi guru terhadap
Uji Sertifikasi. Sebelumnya uji validitas dilakukan pada tiga puluh (30)
pertanyaan tetapi ada dua (2) yang tidak valid. Hasil yang tidak valid
[image:66.612.96.514.170.720.2]adalah sebagai berikut.
Tabel 3.2
Hasil Uji Validitas Yang Tidak Valid
Butir No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status
3 0,239 0,150 Tidak valid 19 0,239 0,147 Tidak valid
Selanjutnya uji validitas ini dilakukan pada dua puluh delapan (28)
butir pertanyaan variabel persepsi guru terhadap uji sertifikasi. Hasil
pengujian validitas terhadap 28 item disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Untuk Persepsi Guru Terhadap Uji Sertifikasi Butir No. Nilai r tabel Nilai r hitung Status
1 0,239 0,466 Valid
2 0,239 0,635 Valid
3 0,239 0,5