• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PEMELIHARAAN BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica) DI PETERNAKAN AGRI BIRD JATEN KARANGANYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANAJEMEN PEMELIHARAAN BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica) DI PETERNAKAN AGRI BIRD JATEN KARANGANYAR"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

MANAJEMEN PEMELIHARAAN BURUNG PUYUH

(Coturnix-coturnix japonica) DI PETERNAKAN AGRI BIRD

JATEN KARANGANYAR

Tugas Akhir

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Ahli Madya Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan / Program Studi DIII Agribisnis Peternakan

Oleh :

VERY TRIA SAPUTRO H 3408012

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

segala rahmat dan hidayah_Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas

Akhir ini, dengan judul ” Manajemen Pemeliharaan Burung Puyuh (

Coturnix-coturnix japonica ) di Peternakan AGRI BIRD Jaten Karanganyar”. Laporan

Tugas Akhir ini penulis susun guna melengkapi syarat-syarat memperoleh gelar

Ahli Madya Diploma III Jurusan Agribisnis Peternakan, Fakultas Pertanian,

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini tidak mampu penulis susun sendiri

tanpa bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Laporan Tugas

Akhir ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1) Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS., selaku Dekan Fakultas Pertanian,

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2) Ir. Wartoyo, SP, MS selaku Koodinator Program D III Fakultas Pertanian,

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3) Wara Pratitis S.S, S.Pt, MP selaku Pembimbing Akademik Program D III

Agribisnis Peternakan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4) Drh. Sunarto, MSi., selaku Dosen Pembimbing dan Penguji I.

5) Bapak Ir. Suryono MP., beserta karyawannya yang turut membantu selama

berlangsungnya kegiatan magang di peternakan burung puyuh AGRI BIRD

Jaten, Karanganyar.

6) Bapak, Almarhumah Ibu dan Kakak tercinta yang telah memberi doa,

semangat dan dorongan selama kuliah di Fakultas Pertanian, Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

7) Teman-teman D III Agribisnis 2008 yang selalu mendukung penulis untuk

mengerjakan Tugas Akhir ini.

8) Saudara-saudaraku pecinta motor tua ( Mbah Sar, Pak Zaenal, Robert,

(4)

commit to user

iv

yang telah memberi semangat dan do’anya sehingga memberikan inspirasi

untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

9) Serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya pembuatan

laporan Tugas Akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Akhirnya semoga Laporan Tugas Akhir ini nantinya banyak membantu

dan berguna bagi penulis dan semua yang membaca. Penulis menyadari, masih

begitu banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Oleh

sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa penulis harapkan

demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini. Akhir kata penulis sampaikan banyak

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Laporan

Tugas Akhir ini.

Surakarta, Juli 2011

Penulis,

Very Tria Saputro

(5)

commit to user

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PENGESAHAN ...

KATA PENGANTAR ...

A. Definisi dan Taksonomi Burung Puyuh ...

B. Perkandangan ...

C. Bibit Puyuh ...

D. Pemeliharaan ...

E. Pakan ...

F. Penyakit ...

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN ...

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ...

B. Metode Pelaksanaan ...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...

A. Kondisi Umum Lokasi Magang ...

1. Sejarah Peternakan Burung Puyuh AGRI BIRD ...

(6)

commit to user

vi

3. Pemeliharaan Puyuh Fase Starter ...

4. Pemeliharaan Puyuh Fase Grower ...

5. Pemeliharaan Puyuh Fase Layer ...

6. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ...

7. Pemanenan ...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...

A. Kesimpulan ...

B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

27

31

33

35

37

39

39

(7)

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Organ reproduksi puyuh betina beserta fungsi dan waktu

pembentukan telur ...

Tabel 2. Kebutuhan nutrisi puyuh starter ...

Tabel 3. Kebutuhan nutrisi puyuh layer ... 5

8

(8)

commit to user

viii

DAFTAR GAMBAR

(9)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan semakin berkembangnya pola pikir dan pemahaman

masyarakat mengenai pemenuhan kebutuhan akan gizi, terutama yang berasal

dari hewan, maka kebutuhan akan protein hewani juga terus mengalami

peningkatan. Usaha dibidang peternakan saat ini banyak dilirik orang, karena

dirasa sebagai usaha yang mempunyai prospek bagus dimasa yang akan

datang, salah satunya adalah usaha beternak burung puyuh (Coturnix-coturnix

japonica).

Usaha beternak burung puyuh biasanya dilakukan sebagai usaha

sampingan, atau hanya untuk mengisi waktu luang, akan tetapi jika beternak

burung puyuh dilakukan secara sungguh – sungguh dan memahami aspek

sekecil apapun yang terdapat dalam usaha beternak burung puyuh maka

tingkat keberhasilannya juga akan semakin tinggi. Dari beberapa jenis burung

puyuh yang ada di dunia, burung puyuh yang sering digunakan untuk

diternakkan yaitu dari jenis Coturnix – coturnix japonica karena burung puyuh

jenis ini mempunyai beberapa keunggulan antara lain, umur mulai produksi

lebih singkat dibandingkan ternak unggas lainnya, tidak membutuhkan

permodalan yang besar, mudah dalam pemeliharaan, dapat diusahakan di

lahan yang terbatas, tahan terhadap penyakit, dan produk yang dihasilkan

mudah dipasarkan.

Cara pemeliharaan burung puyuh juga mudah dan sederhana, modal

yang digunakan relatif lebih kecil dibandingkan dengan usaha ternak unggas

lainnya. Burung puyuh mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi, dan

umur awal produksi yang relatif cepat yaitu sekitar 38-45 hari sudah mulai

bertelur, yang berarti sejak permulaan pemeliharaan sampai dengan

mendapatkan hasilnya membutuhkan waktu yang singkat. Produk utama yang

dihasilkan dari usaha beternak burung puyuh petelur adalah telur puyuh, dan

(10)

commit to user

2

dijual sebagai puyuh pedaging atau biasa disebut puyuh afkir. Selain

menghasilkan produk utama yaitu berupa telur dan daging puyuh, burung

puyuh juga menghasilkan produk sampingan berupa kotoran puyuh yang

dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang atau pakan ikan lele.

Dari beberapa uraian diatas, penulis ingin mengetahui lebih mendalam

tentang usaha beternak burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica). Hal inilah

yang melatar belakangi penulis melaksanakan magang di peternakan burung

puyuh AGRI BIRD, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Karena pada

usaha peternakan ini, selain berskala besar juga mempunyai jenis usaha lain

yang masih berkaitan dengan usaha beternak burung puyuh, sehingga penulis

dapat memperoleh tambahan ilmu dan pengalaman dalam pemeliharaan

burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica).

B.Tujuan Magang

Adapun tujuan dari kegiatan magang ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan umum :

a. Memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja secara langsung

sehingga dapat memecahkan permasalahan dalam bidang peternakan.

b. Memperluas pengetahuan dan wawasan sehubungan antara teori dan

penerapannya, sehingga dapat menjadi bekal penulis dalam terjun

dalam dunia kerja.

c. Meningkatkan ketrampilan dan pengalaman kerja dalam usaha

beternak burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica).

2. Tujuan khusus :

a. Melihat dan memahami secara langsung teknik beternak burung puyuh

(Coturnix-coturnix japonica) di lokasi magang.

b. Mengetahui dengan jelas kendala dalam beternak burung puyuh

(11)

commit to user

3

C.Manfaat Magang

Manfaat dari pelaksanaan magang di peternakan burung puyuh AGRI

BIRD yang beralamat di Dusun Gunung Wijil, Kecamatan Jaten, Kabupaten

Karanganyar ini adalah :

1. Memperoleh gambaran tentang perusahaan peternakan burung puyuh

AGRI BIRD dilihat segi proses pemilihan strain, teknologi yang

digunakan, pakan yang diberikan, pencegahan dan penanggulangan

penyakit dan pemasaran produk.

2. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat digunakan

sebagai bekal bagi mahasiswa ketika terjun di dunia kerja.

3. Mengetahui manajemen pemeliharaan burung puyuh yang baik.

4. Mahasiswa mampu berkomunikasi dan mengintegrasikan diri dalam

lingkungan perusahaan.

(12)

commit to user

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dan Taksonomi Burung Puyuh

Burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang jauh,

ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek, dan dapat diadu. Burung puyuh

disebut juga gemak ( Jawa ) atau quail ( asing ), merupakan bangsa burung liar

yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat tahun 1870 dan terus

dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia burung puyuh mulai

dikenal dan diternakkan sejak akhir 1979 dan kini mulai bermunculan di

kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia. Di dunia ini ada tiga marga

burung puyuh, yaitu marga Turnix yang berasal dari keluarga Turnicidae serta

marga Arborophila dan Coturnix yang berasal dari keluarga Phasianidae.

Sepintas, akan sulit membedakan puyuh keluarga Turnicidae dengan

Phasianidae. Namun, jika diamati lebih teliti, akan tampak perbedaan yang

nyata. Keluarga Turnicidae memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil. Jari

kakinya berjumlah tiga dan semuanya mengarah ke depan. Keluarga

Phasianidae jumlah jarinya empat. Tiga menghadap ke depan, satu jari

lainnya ke belakang. Contoh keluarga Turnicidae adalah Turnix suscitator

atau puyuh tegalan, Turnix sylvatica atau puyuh kuning, dan Turnix maculosta

atau puyuh punggung hitam. Sementara itu, yang termasuk keluarga

Phasianidae antara lain Arborophila javanica atau puyuh gonggong,

Arborophila brunneopectus, Arborophila orientalis, Arborophila rubrirostris

atau puyuh paruh merah, Rollulus roulroul atau puyuh mahkota, Coturnix

coturnix japonica, dan Coturnix chinensis ( Agus, 2002 ).

Sistem reproduksi pada puyuh jantan terdiri dari sepasang testis yang

memiliki epididimis dan vas deferens yang menuju ke alat kelamin jantan

(copulatory organ). Sedangkan sistem reproduksi pada puyuh betina terdiri

dari ovarium yaitu tempat pembentukan sel telur, infundibulum, magnum,

(13)

commit to user

5

Tabel 1. Organ reproduksi puyuh betina beserta fungsi dan waktu pembentukan telur

9 Menangkap kuning telur (yolk)

dan tempat menampung sperma

15 menit

Magnum 33 Memberi albumen 3 jam

Istmus 10 Memberi shell dalam dan luar 75 menit

Uterus 10-12 Pembentukan kerabang telur 18-20 jam

Vagina 12 Penyimpanan kutikel di kerabang 3 menit

Sumber : Agromedia 2007

Secara ilmiah burung puyuh dikelompokkan dalam kelas dan susunan

taksonomi pada :

Species : Coturnix-coturnix japonica

( Rasyaf, 1985 ).

B. Perkandangan

Lokasi kandang sangat mempengaruhi kesehatan dan produktivitas

puyuh. Lokasi kandang sangat menentukan lancar dan tidaknya distribusi dari

dan ke kandang, yaitu distribusi bibit, pakan, sarana dan hasil produksi. Untuk

itu dalam menentukan lokasi kandang perlu diperhatikan beberapa hal antara

lain, berada cukup jauh dari pemukiman penduduk, transportasi relatif mudah,

tersedia cukup air dan saluran pembuangan, pencahayaan dan sirkulasi udara

lancar, aman dan mudah pengawasannya ( Wuryadi, 2011 ).

Seperti halnya kandang ayam, kandang puyuh terdiri dari beberapa

macam. Setiap macamnya memiliki kelebihan dan kekurangan. Sistem

kandang yang biasa diterapkan adalah sistem litter dan sangkar atau baterai.

(14)

commit to user

6

sirkulasi udara lancar. Kandang puyuh sistem litter mempunyai beberapa

keunggulan yaitu menghemat tenaga kerja dan praktis, karena tidak perlu

dibersihkan setiap hari, dapat memberikan rasa hangat pada puyuh, kesehatan

kaki puyuh juga terjaga karena tidak langsung mengenai lantai yang keras,

litter juga memberikan kesibukan dari puyuh sehingga dapat mengurang sifat

kanibal pada puyuh. Kekurangan dari kandang sistem litter diantaranya adalah

telur tertutup oleh litter, sehingga dapat terinjak oleh puyuh, tempat pakan dan

minum akan cepat kotor karena tecemar litter yang dikais-kais oleh puyuh.

Debu yang timbul akibat litter yang dikais-kais oleh puyuh dapat

menyebabkan penyakit pernafasan ( Listiyowati dan Roospitasari, 2009 ).

C. Bibit Puyuh

Pembudidayaan puyuh untuk memproduksi telur sekaligus daging,

membutuhkan bibit puyuh yang berkualitas. Bibit puyuh yang akan diperoleh

sebaiknya dari ras unggul dan diperoleh dari peternak yang sudah mempunyai

kredibilitas. DOQ yang baik mempunyai ciri-ciri antara lain :

1. DOQ terlihat lincah, tidak cacat, terutama kaki dan paruh.

2. DOQ mempunyai bobot dan ukuran yang seragam sekitar 6-8 gram/ekor.

3. Bentuk bulu normal, mengkilap dan tidak kusam.

4. DOQ bukan berasal dari perkawinan Inbreeding.

Selain dilakukan pemilihan bibit pada fase starter, pemilihan bibit juga

dilakukan pada fase selanjutnya yaitu fase grower dan layer agar didapat

puyuh yang menghasilkan jumlah telur yang tinggi dan berkualitas, ciri-ciri

puyuh fase starter dan grower yang baik antara lain :

1. Puyuh memiliki badan yang sehat, tidak menunjukkan tanda-tanda sakit

dan terlihat lincah.

2. Seluruh bagian tubuh lengkap dan tidak cacat.

3. Mata bening dan cerah.

4. Bentuk kepala, tubuh dan kaki proporsional.

(15)

commit to user

7

6. Asal-usul indukan jelas, dan bukan merupakan hasil perkawinan sedarah

atau inbreeding.

Pemilhan bibit puyuh grower dan layer final stock yang berasal dari

perkawinan atau persilangan puyuh parent stock, sebab puyuh jenis tersebut

mempunyai produktifitas lebih tinggi dibandingkan dengan jenis puyuh hasil

dari perkawinan sedarah atau inbreeding. Selain itu kondisi kesehatan dan

kualitas bibit juga lebih terjaga, karena telah melewati tahap seleksi yang

benar ( Wuryadi, 2011 ).

Seleksi bibit puyuh hendaknya tidak hanya dilakukan pada masa

starter, tetapi juga pada masa grower, dan menginjak dewasa ( siap bertelur ).

Seleksi pada periode starter meliputi pemilihan DOQ ( Day Old Quail). DOQ

yang dipilih bukan hasil dari perkawinan sedarah, memilih anak puyuh yang

besarnya seragam, gesit serta tidak mempunyai cacat fisik seperti kaki

pengkor/bengkok, paruh melengkung, dan sayap patah. Mata puyuh harus

cerah, bersih, tidak terlihat mengantuk dan penyakitan, serta aktif mencari

pakan. Seleksi pada burung puyuh periode grower dan puyuh menginjak

dewasa hampir sama yaitu dilakukan dengan memilih puyuh yang sehat, tidak

berpenyakit, tidak mempunyai cacat fisik, aktif mencari pakan, selain itu juga

dilakukan pemilihan terhadap bibit puyuh yang pertumbuhannya tidak normal

atau kerdil sehingga diperoleh puyuh yang mempunyai bobot dan ukuran

seragam ( Listiyowati dan Roospitasari, 2009 ).

D. Pemeliharaan

Pemeliharaan burung puyuh terdiri dari 3 fase yaitu 1) pemeliharaan

puyuh starter yang dilakukan dikandang khusus puyuh starter, pemeliharaan

puyuh starter harus terpisah dari puyuh yang lebih besar agar tidak terjadi

perkelahian. Perkelahian dapat mengakibatkan cacat bahkan kematian. 2)

pemeliharaan puyuh fase grower, pemeliharaan puyuh grower dilakukan

dalam kandang grower. 3) pemeliharaan puyuh fase layer, pada pemeliharaan

puyuh pada fase layer kandang yang digunakan sama seperti kandang grower.

(16)

commit to user

8

tetapi berukuran sedang yang disatukan dalam kandang besar, dengan

demikian pemeliharaan menjadi lebih mudah dan puyuh tidak saling berkelahi

karena populasi terlalu besar. Luas kandang yang dibuat tergantung kebutuhan

dan jumlah puyuh yang dipelihara. Untuk kandang berukuran 1 m² dapat diisi

90-100 ekor anak puyuh. Sementara untuk anak puyuh umur berumur 10 hari

hingga lepas anakan per meter persegi dapat diisi 60 ekor puyuh, dan

selanjutnya menjadi 40 ekor per meter persegi sampai dengan puyuh diafkir

( Listiyowati dan Roospitasari, 2009 ).

E. Pakan

Jenis pakan dibedakan menurut bentuknya dan kegunaannya dalam fase

pemeliharaan puyuh. Menurut bentuknya, pakan dibagi menjadi 3 yaitu, 1) mash

atau pakan yang berbentuk tepung, 2) crumble atau pakan yang berbentuk

remah-remah, keuntungan pakan bentuk ini mudah dipatuk sehingga lebih disukai

puyuh, dan 3) pellet, bentuk pelet seperti biji-bijian sehingga dapat mengundang

selera makan ternak. Sedangkan menurut penggunaannya berdasarkan fase

pemeliharaan, pakan dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu 1) pakan fase starter,

yaitu pakan yang diberikan pada masa pertumbuhan, fase pertumbuhan tersebut

mulai DOQ masuk sampai siap bertelur, 2) pakan fase layer, yaitu pakan yang

diberikan pada puyuh yang mulai bertelur ( Rangkuti, 2011 ).

Kebutuhan Nutrisi Puyuh Starter.

Tabel 2. Kebutuhan nutrisi puyuh starter

Kandungan Pakan Persentase (%)

ME (Metabolisme energi) Min 2800 Kcal/kg

(17)

commit to user

9

Tabel 3. Kebutuhan nutrisi puyuh layer

Kandungan Pakan Persentase (%)

ME (Metabolisme energi) Min 2900 Kcal/kg

Protein Kasar Min 22

Pencegahan penyakit pada pemeliharaan puyuh lebih diutamakan

dibandingkan dengan pengobatan, karena biaya yang dikeluarkan untuk

pencegahan relatif lebih murah dibandingkan dengan biaya pengobatan.

Meskipun puyuh termasuk jenis unggas yang tahan terhadap penyakit, tidak

menutup kemungkinan puyuh masih tetap terjangkit oleh penyakit, beberapa

jenis penyakit yang menyerang puyuh antara lain adalah :

1. Snot atau Infection Coryza

Penyakit snot disebabkan oleh bakteri Hemophilus gallinarum.

Gejala yang terlihat, diantaranya puyuh terlihat lesu, nafsu makan dan

minum menurun, puyuh ngorok, serta bersin-bersin yang diikuti keluarnya

cairan dari hidung dan mata. Jika sudah parah akan terjadi pembengkakan

dihidung, mata dan pipi.

Penyakit snot biasanya terjadi pada musim pancaroba. Upaya

pencegahan dilakukan dengan memberikan pakan yang cukup mutu dan

jumlahnya, memberikan vitamin, antibiotik, dan selalu menjaga kondisi

kandang agar selalu bersih, tidak terlalu lembab dan padat. Puyuh yang

terkena penyakit snot dikarantina dan diberikan obat antibiotik, dosis dan

cara pemberian sesuai dengan petunjuk pada kemasan.

2. Tetelo atau Newcastle Disease

Penyakit tetelo atau Newcastle Disease disebabkan oleh virus ND

(18)

commit to user

10

yang terlihat pada puyuh yang terkena penyakit ND diantaranya puyuh

susah bernafas, puyuh ngorok, terlihat lesu, mengantuk, sayap turun, jalan

mundur atau berputar-putar, serta kepala kepala menunduk kebawah,

bahkan memutar hingga kebelakang.

Hingga saat ini penyakit tetelo belum ditemukan obatnya. Peternak

hanya bisa melakukan tindakan pencegahan, dengan menjaga kebersihan

lingkungan kandang, peralatan, dan pakan, mengkarantina puyuh yang

sakit, serta memberikan vaksin ND sedini mungkin. Dosis yang diberikan

sesuai dengan umur puyuh.

3. Berak Putih atau Pullorum

Pullorum atau berak putih disebabkan oleh bakteri Salmonella

pullorum. Gejala yang terlihat diantaranya adalah kotoran berwarna putih,

puyuh sering bergerombol, terlihat mengantuk, nafsu makan menurun,

sesak nafas, sayap lemah menggantung. Pengendalian penyakit berak putih

hampir sama dengan pengendalian penyakit tetelo yaitu dengan

memberikan antibiotik yang mengandung trimetoprim dan sulfadiazine.

4. Flu Burung atau Avian Influensa ( AI )

Penyakit flu burung disebabkan oleh virus Avian Influensa.

Penyakit ini menyerang pernapasan dan sistem saraf. Flu burung biasanya

terjadi secara mendadak sehingga dapat mengakibatkan kematian yang

tinggi dalam waktu sehari. Gejala yang terlihat pada unggas yang terkena

serangan penyakit ini antara lain pilek, hidung bengkak, keluar air mata,

pial dan jengger berwarna biru. Hingga saat ini penyakit flu burung atau

Avian Influensa belum ditemukan obatnya, dan hanya bisa dilakukan

tindakan pencegahan yaitu dengan sanitasi, biosecurity yang ketat dan

(19)

commit to user

11

BAB III

TATA LAKSANA PELAKSANAAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan magang ini dilaksanakan di peternakan burung puyuh

AGRI BIRD, yang beralamat di Dusun Gunung Wijil, Desa Ngringo,

Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Adapun pelaksanaan magang ini

kurang lebih 1,5 bulan, yaitu dari bulan Februari – Maret 2011.

B. Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam praktek magang ini adalah sebagai

berikut :

1. Praktek Kerja Magang Di Lapang

Praktek kerja magang secara langsung dilakukan dengan mengikuti

kegiatan beternak burung puyuh ( Coturnix-coturnix japonica ), selain itu

juga mengikuti semua kegiatan yang dilaksanakan di peternakan puyuh

AGRI BIRD, Jaten, Karanganyar.

2. Diskusi dan Wawancara

Metode diskusi dan wawancara yang dilakukan dalam kegiatan

magang ini meliputi:

a. Melakukan tanya jawab dengan pembimbing lapangan atau pihak yang

terkait menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan

beternak burung puyuh ( Coturnix-coturnix japonica ).

b. Identifikasi masalah dan mencari pemecahannya kemudian

didiskusikan dengan pembimbing lapangan atau pihak yang terkait

kemudian dibandingkan dengan kondisi yang ada di lapang.

3. Pengamatan dan Pengumpulan Data

Kegiatan ini dilakukan secara rutin selama berlangsungnya

kegiatan magang. Tujuan kegiatan ini adalah untuk melengkapi data yang

sudah diperoleh yang akan dipergunakan sebagai perlengkapan atau

(20)

commit to user

12

4. Studi Pustaka

Pengumpulan data dengan cara memanfaatkan data yang tersedia

yang berhubungan dengan kegiatan magang. Data tersebut berupa data

dari internet, buku, arsip, dan lain sebagainya yang bersifat informatif dan

relevan.

(21)

commit to user

13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Lokasi Magang

1. Sejarah Peternakan Burung Puyuh AGRI BIRD

Usaha peternakan burung puyuh AGRI BIRD yang beralamat di

Dusun Gunung Wijil, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, berdiri

sejak tahun 2001. Awal mula berdirinya peternakan burung puyuh ini

adalah akibat adanya krisis ekonomi yang melanda negara Indonesia dan

beberapa negara di Asia Tenggara lainnya yang berakibat terhadap

lemahnya perekonomian masyarakat Indonesia pada umumnya, dan

berangkat dari krisis ekonomi kemudian muncul ide pemilik peternakan

yaitu Ir. Suryono, MP. untuk mendapatkan hasil tambahan, dan sebagai

kegiatan untuk mengisi waktu luang disaat pulang dari bekerja sebagai

dosen di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Beliau bapak Suryono,

mempunyai prinsip yaitu usaha dengan modal kecil bisa berjalan, dan

apabila ditambah modal usaha juga bisa berkembang, maka dipilihlah

usaha ternak burung puyuh untuk memberi tambahan pemasukan setiap

harinya.

Modal awal yang digunakan yaitu sebesar Rp. 1.500.000, dengan

jumlah populasi awal burung puyuh yang diternakkan yaitu kurang lebih

300 ekor. Pemeliharaan burung puyuh awalnya dilakukan didalam rumah

beliau, untuk kemudian berkembang dan menyewa lahan di beberapa

tempat untuk dijadikan kandang pemeliharaan puyuh petelur. Sampai pada

puncaknya peternakan burung puyuh AGRI BIRD pernah mencapai

jumlah total populasi sekitar 20.000 ekor, yang tersebar di beberapa lokasi

kandang di daerah Jaten dan sekitarnya.

Usaha peternakan burung puyuh yang dirintis oleh beliau tidak

selamanya berjalan dengan lancar, ada beberapa kendala dan masalah yang

harus dihadapi dalam usaha ternak burung puyuh, diantaranya adalah

(22)

commit to user

14

Pimpinan AGRI BIRD Jaten, Karanganyar • Bapak Ir. Suryono, MP.

Gambar 1. Struktur organisasi peternakan burung puyuh AGRI BIRD

Kandang puyuh

Peternakan burung puyuh AGRI BIRD terletak di Dusun Gunung

Wijil, Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Bila

dilihat dari garis bujur dan garis lintang, maka Kabupaten Karanganyar

terletak antara 110°40’ – 110°70’ BT dan 7°28’ – 7°46’ LS. Ketinggian

rata-rata 511 meter di atas permukaan laut serta beriklim tropis dengan

temperatur 22°-31°, dengan curah hujan rata-rata 2.453 mm/tahun. Letak

peternakan burung puyuh AGRI BIRD sangat strategis karena hanya

berjarak ± 2 km dari jalan raya Sragen – Solo, dan di sebelah barat

berbatasan langsung dengan Bengawan Solo. Lokasi peternakan sudah

dikelilingi dengan pagar tembok, yang berguna untuk mempermudah

pengawasan terhadap aset yang ada dalam peternakan AGRI BIRD, selain

itu sarana dan prasarana kandang, mess karyawan, dan jalan juga sudah

cukup memadai, sehingga memudahkan akses menuju kandang dan

pengangkutan hasil peternakan.

3. Struktur Organisasi

Peternakan burung puyuh AGRI BIRD menggunakan struktur

organisasi yang sederhana dan masih bersifat kekeluargaan, pemilik

peternakan langsung membawahi dan mengawasi pekerja yang

memelihara puyuh. Struktur organisasi di peternakan burung puyuh AGRI

(23)

commit to user

15

Dalam melaksanakan tugas, setiap pekerja kandang mendapat

perintah langsung dari pemilik sekaligus pimpinan peternakanAGRI

BIRD. Tugas mereka masing-masing antara lain :

a. Pimpinan Peternakan Puyuh AGRI BIRD

Pengawasan peternakan burung puyuh maupun kolam lele,

dilakukan Bapak Ir. Suryono, MP. Selaku pimpinan peternakan burung

puyuh AGRI BIRD, Jaten, Karanganyar, mempunyai tugas sebagai

berikut :

1) Memberikan bimbingan kepada karyawan apa yang harus

dikerjakan.

2) Mengawasi langsung di lapangan dan meneliti hasil kerja

karyawan.

3) Mengurusi bidang administrasi di peternakan burung puyuh AGRI

BIRD, mengenai daftar infentaris barang, pakan, obat – obatan,

penjualan, membayar gaji karyawan.

b. Karyawan Kandang Puyuh

Di peternakan burung puyuh AGRI BIRD Jaten, Karanganyar,

karyawan kandang bagian pemeliharaan puyuh terdiri dari tiga orang,

yaitu mas Man, pak Pardi, mas Rusdi B, tugas dari karyawan kandang

adalah sebagai berikut :

1) Memelihara burung puyuh sesuai dengan bagian masing – masing,

termasuk memberi pakan, minum, membuang kotoran setiap hari

dan pencegahan penyakit di waktu tertentu.

2) Melaksanakan instruksi yang diberikan oleh pimpinan.

3) Memberikan masukan dan informasi kepada pimpinan tentang

keadaan burung puyuh pada tiap-tiap kandang.

4) Bertangung jawab atas hasil telur yang dicapai pada tiap kandang.

c. Karyawan Pemeliharaan Lele

Selain usaha peternakan burung puyuh, di AGRI BIRD, Jaten,

(24)

commit to user

16

lele adalah mas Rusdi K, tugas dari karyawan pemelihara lele adalah

sebagai berikut :

1) Membudidayakan lele sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan

pimpinan, baik memberi pakan, dan pengobatan jika diperlukan.

2) Melakukan penyaringan agar dalam satu kolam ukuran lele dapat

sama dan seragam.

3) Melakukan pemanenan saat ikan lele sudah masuk ukuran

konsumsi.

B. Pembahasan

Praktek magang yang dilaksanakan dipeternakan burung puyuh AGRI

BIRD, Jaten, Karanganyar, dalam kurun waktu ± 1,5 bulan. Peternakan AGRI

BIRD merupakan usaha peternakan burung puyuh petelur dengan kapasitas

saat ini ± 12.000 ekor. Jenis burung puyuh yang diternakkan disini dari jenis

Coturnix-coturnix japonica atau biasa disebut dengan puyuh Jepang.

Dalam hal ini penulis ikut serta dalam kegiatan pemeliharaan burung

puyuh, mulai dari proses awal yaitu persiapan pemasukan DOQ, pemeliharaan

puyuh fase starter, pemindahan puyuh dari kandang starter ke kandang

grower, pemeliharaan puyuh fase grower, pemindahan puyuh dari kandang

grower ke kandang layer, pemberian pakan dan minum, program pencegahan

penyakit, dan pemanenan telur. Secara khusus kegiatan magang ini

dilaksanakan untuk mengetahui, memahami dan melihat secara langsung

kegiatan pemeliharaan burung puyuh ( Coturnix-coturnix japonica ). Selain itu

kegiatan magang ini dilaksanakan untuk mengetahui kendala yang dihadapi

oleh peternak khususnya peternakan burung puyuh AGRI BIRD dalam usaha

berternak burung puyuh ( Coturnix-coturnix japonica ).

Burung puyuh dipilih dalam kegiatan magang ini, karena burung

puyuh dirasa mempunyai potensi yang besar dan masih jarang diusahakan

oleh banyak orang. Burung puyuh ( Coturnix-coturnix japonica ) mempunyai

waktu produksi yang lebih singkat dibandingkan dengan ternak unggas

(25)

commit to user

17

juga tidak memerlukan tempat yang begitu luas, burung puyuh juga lebih

tahan terhadap penyakit, dan untuk mengusahakannya tidak dibutuhkan modal

yang besar, pemasaran dari produk burung puyuh juga mudah dan kotoran dari

burung puyuh juga masih dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan atau

digunakan sebagai pupuk organik.

Untuk memulai usaha peternakan burung puyuh, banyak aspek yang

harus diperhatikan agar usaha berjalan sesuai rencana, hal-hal yang harus

diperhatikan tersebut meliputi : perkandangan, bibit puyuh, pemeliharaan

puyuh starter, pemeliharaan puyuh grower, pemeliharaan puyuh layer,

pencegahan dan pengendalian penyakit, pemanenan.

1. Perkandangan

Perkandangan merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan

dalam usaha beternak puyuh, karena letak dan lokasi kandang sangat

mempengaruhi tingkat keberhasilan usaha beternak burung puyuh.

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan peternakan puyuh AGRI BIRD

dalam pembuatan kandang antara lain adalah :

a. Lokasi Kandang

Lokasi kandang dipilih dan diperhitungkan secara cermat,

karena lokasi kandang sangat mempengaruhi produksi burung puyuh,

pendistribusian pakan, obat-obatan maupun hasil panen yang nantinya

akan dipasarkan, untuk itu dalam penentuan lokasi kandang harus

diperhatikan beberapa hal, antara lain :

1) Kandang Jauh Dari Pemukiman Penduduk

Letak kandang dipilih pemilik peternakan adalah dipilih lokasi

kandang yang jauh dari pemukiman penduduk, karena usaha

peternakan burung puyuh selain menghasilkan produk utama, juga

menghasilkan limbah yaitu berupa kotoran puyuh, dan kotoran ini

dapat menimbulkan bau yang dapat mengganggu lingkungan

masyarakat yang ada disekitar lokasi kandang. Peternakan burung

(26)

commit to user

18

meter dari pemukiman penduduk, dan dari jarak 500 meter ini, bau

kotoran puyuh tidak tercium, sehingga masyarakat sekitar

peternakan tidak merasa terganggu dengan adanya peternakan

burung puyuh ini. Selain untuk menghindari pencemaran udara

yang dapat mengganggu masyarakat sekitar peternakan, letak

kandang yang jauh dari pemukiman penduduk juga bertujuan untuk

menjauhkan puyuh dari sumber kebisingan, suara bising yang

terjadi secara tiba-tiba dapat mengakibatkan stress pada burung

puyuh, dan hal ini dapat mengakibatkan penurunan jumlah

produksi telur, karena burung puyuh merupakan jenis burung yang

mudah stress.

2) Sarana dan Prasarana Transportasi Mudah

Sarana dan prasarana dari dan menuju peternakan puyuh AGRI

BIRD sudah cukup bagus, hal ini tentunya sangat menunjang

kegiatan usaha peternakan burung puyuh, karena pendistribusian

pakan, obat-obatan, peralatan, bibit puyuh, dan penjualan hasil dari

peternakan juga akan semakin mudah dan lancar.

3) Tersedia Cukup Air dan Saluran Pembuangan

Air merupakan salah satu hal terpenting dan mutlak dibutuhkan

dalam usaha peternakan maupun usaha lainnya. Air dibutuhkan

untuk minum dan kebutuhan lainnya, oleh karena itu kebutuhan air

bersih harus selalu tercukupi, baik itu dimusim kemarau maupun

musim penghujan. Kebutuhan air di peternakan puyuh AGRI

BIRD diperoleh dari 2 sumur utama, yang berfungsi mencukupi

semua kebutuhan air di peternakan puyuh. Selain sumber air,

saluran pembuangan juga dibutuhkan untuk menyalurkan limbah

cair yang akan dibuang. Letak peternakan burung puyuh AGRI

BIRD yang sangat strategis yaitu disebelah barat berbatasan

langsung dengan Bengawan Solo, sehingga memudahkan dalam

(27)

commit to user

19

4) Pencahayaan dan Sirkulasi Udara Yang Lancar

Sistem pencahayaan dan sirkulasi udara yang lancar sangat

diperlukan, burung puyuh membutuhkan sinar selama 24 jam , baik

itu sinar matahari di siang hari atau sinar lampu pada malam hari.

Cahaya memberikan rangsangan pada pineal untuk memberikan

informasi cahaya kepada hipothalamus untuk menjalankan sistem

reproduksi. Hipothalamus kemudian memerintahkan anterior

pituitary untuk mengeluarkan hormon FSH (Foliste Stimulating

Hormon) dan LH (Luteotropic Hormon), rangsangan hormon FSH

dan LH inilah yang menghasilkan telur ( Hartono, 2004). Selain itu

cahaya matahari yang masuk kedalam kandang dapat berfungsi

sebagai pembunuh bibit penyakit, menghindari kelembaban yang

terlalu tinggi, dan sebagai sumber vitamin D alami. Sirkulasi udara

di kandang puyuh AGRI BIRD Jaten, Karanganyar, dirancang

sebaik mungkin agar udara didalam kandang dapat terus berganti,

bau amoniak yang dihasilkan dari kotoran puyuh dapat berkurang,

sehingga kesehatan burung puyuh lebih terjaga.

5) Aman dan Pengawasan Mudah

Penentuan lokasi kandang peternakan burung puyuh AGRI BIRD

dipilih tempat yang aman dan bebas dari ancaman binatang buas,

maupun wabah penyakit. Lokasi kandang di peternakan burung

puyuh AGRI BIRD dikelilingi pagar tembok setinggi 2,5 meter,

sehingga mempermudah dalam pengawasan terdapat aset yang

terdapat di dalam lokasi kandang peternakan puyuh AGRI BIRD.

Lokasi kandang yang aman dan nyaman membuat puyuh dapat

berproduksi secara maksimal.

b. Sistem Kandang

Sistem kandang yang digunakan di peternakan burung puyuh

AGRI BIRD yaitu menggunakan sistem kandang baterai. Dalam hal ini

pemilik usaha peternakan puyuh bapak Suryono mempunyai beberapa

(28)

commit to user

20

kandang baterai mudah dibersihkan, sirkulasi udara bagus sehingga

dapat mengurangi resiko penyakit, kenyamanan dan keamanan puyuh

di dalam kandang juga terjaga, karena puyuh tidak akan di makan oleh

predator, seperti tikus dan kucing, kandang baterai juga tidak

membutuhkan tempat yang terlalu luas sehingga lahan dapat

dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Sistem kandang baterai yang digunakan dipeternakan burung

puyuh AGRI BIRD berukuran 100x60x30 cm, terbuat dari kerangka

kayu, alas dan dinding kawat, dan di bagian bawah kandang terdapat

wadah yang berguna untuk menampung kotoran puyuh. Penggunaan

wadah kotoran ini mumudahkan dalam pemeliharaan kebersihan

kandang, karena kotoran puyuh tidak menimpa puyuh yang ada

dikandang bawahnya. Bahan pembuatan kandang dipilih dari bahan

yang tahan terhadap suhu dan kelembaban, dan mempunyai umur

pakai relatif lama.

c. Bangunan Kandang

Bangunan kandang puyuh AGRI BIRD berukuran 5x15 m dan

tinggi 4 m, terbuat dari batu bata dan semen, bertujuan untuk

melindungi semua yang ada didalam bangunan kandang dari pengaruh

cuaca dan terpaan angin secara langsung. Atap bangunan dipilih

genteng, karena genteng mampu menahan panas, mempunyai umur

pakai yang lebih lama, dan pada saat musim penghujan mudah

diketahui apabila terjadi kebocoran. Lantai kandang dibuat dari

campuran semen dan pasir, hal ini bertujuan agar lantai kandang

mudah dibersihkan, dan kandang tidak terlalu lembab. Setiap

bangunan kandang mempunyai lubang ventilasi yang cukup, sehingga

sirkulasi udara yang ada didalam kandang dapat dapat berjalan

lancar,udara dapat terus berganti dan hal ini juga bermanfaat terhadap

(29)

commit to user

21

2. Pembibitan Puyuh

Untuk mendapatkan bibit puyuh yang berkualitas bagus, yang

nantinya diharapkan akan menghasilkan puyuh petelur yang berkualitas

dan mempunyai produksi telur tinggi, peternak dapat melakukan penetasan

sendiri atau membeli DOQ dari perusahaan penetasan puyuh yang sudah

terakreditasi baik. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembibitan

puyuh antara lain :

a. Persiapan Kandang

Kandang pembibitan diperlukan untuk tempat terjadinya

perkawinan alami antara puyuh jantan dan betina. Kandang yang

digunakan pada pemeliharaan puyuh pembibitan sama seperti yang

digunakan pada fase pemeliharaan Layer. Kandang yang digunakan

dalam proses pembibitan atau terjadinya perkawinan puyuh secara

alami berukuran 100x60x30 cm. Sebelum kandang digunakan,terlebih

dahulu diperbaiki apabila terjadi kerusakan pada kandang, disediakan

tempat pakan dan minum, dicuci dan dibersihkan terlebih dahulu,

kemudian dijemur, agar kandang cepat kering dan bertujuan untuk

membunuh kuman dan bibit penyakit yang mungkin masih tersisa di

kandang.

b. Seleksi Indukan dan Pejantan

Sebelum pada tahapan perkawinan, terlebih dahulu dilakukan

seleksi terhadap bakal calon pejantan dan indukan, agar nantinya

didapatkan hasil yang maksimal, yaitu menghasilkan telur tetas dengan

daya tetas tinggi, bermutu dan berkualitas baik. Syarat-syarat yang

harus dipenuhi untuk indukan puyuh yang akan digunakan sebagai

indukan adalah :

1) Berasal dari strain puyuh dengan produktivitas tinggi.

2) Puyuh berasal dari perkawinan silang Grand Parent Stock (GPS),

bukan berasal dari puyuh Parent Stock (PS) atau Final Stock (FS).

3) Berasal dari daerah yang berbeda dengan pejantan bertujuan untuk

(30)

commit to user

22

4) Induk betina minimum 2,5 bulan dan sudah mengalami dewasa

kelamin dan dewasa tubuh.

5) Penampilan fisik baik, tidak memiliki cacat tubuh, terlihat sehat,

lincah, dan memiliki bobot tubuh yang seragam.

Selain dibutuhkan indukan yang berkualitas baik, dalam usaha

pembibitan juga dipersiapkan puyuh pejantan yang berkualitas tinggi,

antara lain adalah :

1) Berasal dari strain puyuh dengan produktivitas tinggi.

2) Puyuh berasal dari perkawinan silang Grand Parent Stock (GPS),

bukan berasal dari puyuh Parent Stock (PS) atau Final Stock (FS).

3) Puyuh jantan minimum berumur sekitar 2,5 bulan atau sudah

mengalami dewasa kelamin dan dewasa tubuh.

4) Penampilan fisik baik, sehat, lincah, dan tidak terdapat cacat tubuh,

serta memiliki bobot badan yang seragam (Wuryadi, 2011).

Pembibitan burung puyuh yang dilakukan oleh peternak

penetas yaitu dengan menggunakan indukan puyuh dari strain

Coturnix-coturnik japonica atau puyuh Jepang, karena puyuh Jepang

mempunyai tingkat produksi yang tinggi, umur bertelur lebih cepat,

perawatan mudah, dan lebih tahan terhadap penyakit. Indukan yang

digunakan oleh peternak penetas berasal dua daerah yang berbeda, hal

ini bertujuan untuk menghindari perkawinan sedarah atau inbreeding

yang merugikan, karena dari perkawinan sedarah atau inbreeding akan

menghasilkan bibit puyuh yang berkualitas kurang bagus, lebih rentan

terhadap penyakit, dan biasanya mempunyai cacat tubuh.

Indukan burung puyuh yang digunakan oleh peternak penetas

untuk puyuh betina berumur sekitar 3,5 bulan, dan untuk puyuh jantan

berumur lebih muda yaitu sekitar 2,5 bulan. Menurut peternak penetas

burung puyuh pada umur tersebut sudah benar-benar siap untuk

membuahi, dan kualitas telur yang dihasilkan juga lebih baik. Bobot

rata-rata untuk puyuh jantan sekitar 120 gram/ekor, dan untuk puyuh

(31)

commit to user

23

c. Perawatan Puyuh dan Kandang

Perawatan puyuh pembibitan tidak berbeda jauh dengan

perawatan puyuh pada fase layer pada usaha puyuh petelur. Kualitas,

kuantitas pakan dan minum harus selalu diperhatikan agar telur yang

dihasilkan berkualitas bagus. Jumlah pakan yang diberikan rata-rata

adalah 22 gr/ekor/hari dan kebutuhan air minum rata-rata 50-60

ml/ekor/hari atau pemberian pakan dan minum dilakukan secara

adlibitum.

Perawatan kandang yang dilakukan yaitu dengan membuang

kotoran puyuh, membersihkan tempat minum dan mengganti airnya

dengan yang baru setiap hari, memberikan Vita Tetra-Chlor yang

berfungsi sebagai antibiotik dan vitamin pada saat-saat tertentu,

misalnya pada saat terjadi perubahan cuaca, perpindahan dari satu

kandang ke kandang yang lainnya, atau hal yang lainnya yang dapat

mengakibatkan stress. Perubahan cuaca yang terjadi secara tiba-tiba,

perpindahan puyuh dari satu kandang ke kandang lainnya dapat

mengakibatkan stress, yang pada akhirnya dapat menurunnya produksi

telur tetas.

d. Proses Kawin Alami

Proses pembibitan puyuh dilakukan dengan cara perkawinan

alami, yaitu dengan menempatkan puyuh dalam satu kandang ukuran

100x60x30 cm, dan mengisinya dengan puyuh jantan dan betina yang

bukan merupakan puyuh inbreeding sebanyak 25 ekor, dengan

perbandingan 1 : 4, yang artinya 1 ekor pejantan membuahi 4 ekor

betina. Perbandingan jumlah antara puyuh jantan dan betina ini dirasa

ideal, karena apabila puyuh jantan terlalu banyak membuahi puyuh

betina, dan indukan yang digunakan dari burung puyuh inbreeding

maka akan berpengaruh terhadap kualitas telur yang dihasilkan dan

daya tetas dari telur puyuh juga akan menurun.

Pemilihan umur puyuh bertujuan agar puyuh indukan

(32)

commit to user

24

perkawinan adalah puyuh jantan berumur 2,5 bulan dan untuk puyuh

betina berumur 3,5 bulan. Pada umur tersebut puyuh indukan pejantan

maupun betina sudah masuk dalam dewasa kelamin maupun dewasa

tubuh. Pemilihan umur indukan dan pejantan yang digunakan ini

penting dilakukan, karena apabila indukan yang digunakan belum

memasuki dewasa kelamin atau dewasa tubuh juga akan berpengaruh

terhadap tingkat fertilitas dari telur yang ditetaskan.

e. Penetasan

Burung puyuh tidak mengerami telurnya sendiri, sehingg masih

membutuhkan campur tangan dari peternak, oleh karena itu dilakukan

penetasan dengan menggunakan mesin tetas. Sebelum melakukan

penetasan, peternak penetas terlebih dahulu melakukan beberapa

rangkaian kegiatan yang harus dilakukan agar proses penetasan

berjalan lancer dan memperoleh hasil yang diinginkan. Beberapa hal

yang dilakukakan tersebut adalah :

1) Melakukan seleksi telur tetas

Setelah proses pemanenan telur dari kandang indukan, dan sebelum

dimasukkan kedalam mesin penetas terlebih dahulu dilakukan

pemilihan atau sortasi terhadap telur yang akan ditetaskan, telur

yang berkualitas baik akan dimasukkan dalam mesin tetas, dan

telur yang masuk dalam kriteria sortir akan digunakan menjadi

telur konsumsi. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam

pemilihan telur tetas adalah :

a) Kulit telur halus, tidak terdapat kotoran yang menempel dikulit,

dan telur tidak retak, telur puyuh dipilih yang terdapat kulitnya

totol-totol warna hitam kecoklatan, tidak yang berwarna polos.

b) Bentuk telur normal yaitu oval, tidak terlalu bulat dan tidak

terlalu lonjong.

c) Telur mempunyai ukuran dan bobot yang seragam, telur yang

(33)

commit to user

25

d) Telur yang akan ditetaskan berumur kurang dari 5 hari, karena

menurut pengalaman peternak telur yang berumur lebih dari 5

hari daya tetasnya akan lebih rendah dibandingkan dengan telur

yang berumur kurang dari 5 hari.

e) Telur ditata di rak tempat telur yang untuk selanjutnya akan

dimasukkan kedalam mesin penetas.

2) Mempersiapkan mesin penetas

Sebelum telur dimasukkan kedalam mesin tetas, terlebih dahulu

dipersiapkan mesin tetas yang akan digunakan. Persiapan yang

dilakukan tersebut antara lain adalah :

a) Membersihkan mesin tetas dari kotoran yang mungkin masih

tersisa dan menyemprotkan desinfektan/formalin yang

dicampur dengan air, dengan perbandingan 1 : 60 keseluruh

bagian mesin penetas sampai merata, hal ini bertujuan untuk

membunuh bakteri yang ada dalam mesin penetas yang dapat

mengganggu selama proses penetasan telur, atau bahkan dapat

menurunkan daya tetas telur.

b) Mempersiapkan bohlam yang akan digunakan sebagai pemanas

dalam penetasan, untuk mesin penetasan ukuran 120x80x40cm

menggunakan 11 bohlam ukuran 5 watt, 10 bohlam berfungsi

sebagai sumber penghangat, sedangkan 1 bohlam berfungsi

sebagai lampu kontrol.

c) Mempersiapkan termometer yang berfungsi untuk melihat suhu

didalam mesin penetas, agar suhu di dalam mesin penetas dapat

dikontrol dengan baik.

d) Sebelum telur dimasukkan, mesin tetas dinyalakan terlebih

dahulu agar diperoleh suhu optimum untuk penetasan yaitu

38-38,5ºC.

e) Dibagian bawah rak telur ditempatkan 2 buah baki wadah air

ukuran 25x40cm, yang berfungsi untuk menjaga kelembaban

(34)

commit to user

26

f) Mengatur thermostat agar suhu didalam mesin penetas tetap

terjaga yaitu sekitar 38-38,5ºC.

g) Telur puyuh yang telah disusun di rak telur siap dimasukkan

kedalam mesin penetasan dan untuk mengetahui perkiraan

kapan telur akan menetas pada mesin penetas diberi tanda

tanggal, dan waktu pemasukan telur.

3) Perlakuan saat penetasan

Penetasan yang dilakukan oleh peternak penetas, masih

menggunakan mesin penetas manual, oleh karena itu dibutuhkan

campur tangan dari peternak agar hasil yang diperoleh dapat

maksimal, kegiatan yang dilakukan selama proses penetasan antara

lain adalah :

a) Melakukan pembalikan telur secara manual 2-4 kali setiap hari,

pukul 7 pagi, pukul 11 siang, pukul 3 sore, dan pukul 7 malam,

pembalikan telur dilakukan setiap hari dari hari ke-2 sampai

hari ke-15.

b) Suhu dan kelembaban telur terus dijaga dan diperhatikan agar

tetap berada pada suhu 38-38,5ºC dan kelembaban 80-90%.

Bohlam yang mati harus segera diganti, dan ketersediaan air

sebagai pengatur kelembaban harus selalu tersedia.

c) Apabila suhu didalam mesin penetas terlalu panas akan

mengakibatkan puyuh menetas lebih awal, dan biasanya puyuh

tersebut akan mempunyai cacat fisik atau kaki pengkor.

d) Pada hari ke-16 telur puyuh sudah mulai menetas dan pada hari

berikutnya yaitu hari ke-17 telur puyuh sudah menetas

keseluruhan. Puyuh sudah dapat dikeluarkan dari mesin

penetas, setelah berada dalam mesin penetas selama 24 jam,

atau dapat dilihat dari ciri fisik yaitu bulu DOQ sudah kering.

e) Mengambil DOQ dari dalam mesin penetas. Oleh karena puyuh

yang dihasilkan merupakan jenis puyuh Final Stock maka

(35)

commit to user

27

DOQ, yaitu dengan melihat perbedaan warna pada bulu DOQ.

Untuk DOQ jantan bulu berwarna hitam, sedangkan untuk

DOQ betina bulu berwarna coklat.

f) Menurut pengalaman peternak pak penetas, persentase daya

tetas dari menetaskan 1.000 butir telur puyuh, rata-rata berkisar

70%, atau menetas sebanyak 700 ekor, dan dari 700 ekor

tersebut perbandingan jantan dan betina sekitar 50 : 50, atau

350 ekor jantan dan 350 ekor betina.

4) Pelakuan setelah penetasan

Setelah proses penetasan telah selesai dilakukan, hal yang

dilakukan oleh peternak selanjutnya adalah:

a) Mematikan aliran listrik dalam mesin tetas.

b) Mengeluarkan baki tempat air, dan membersihkan mesin tetas

dari sisa-sisa penetasan, kulit telur dan telur yang tidak

menetas.

3. Pemeliharaan Puyuh Fase Starter

Seperti halnya ternak unggas lainnya, usaha beternak puyuh juga

mempunyai beberapa tahapan pemeliharaan, yaitu pemeliharaan puyuh

fase starter, grower dan layer. Setiap fase pemeliharaan memiliki

perbedaan dalam proses pemeliharaan. Beberapa hal yang harus dilakukan

dalam setiap fase pemeliharaan tersebut antara lain adalah :

a. Persiapan Kandang

Kandang yang digunakan peternakan puyuh AGRI BIRD untuk

memelihara puyuh fase starter adalah berupa kandang box, dengan

dinding kandang terbuat dari triplek, alas kandang dan bagian depan

berupa kawat. Sebelum DOQ (Day Old Quail) datang, kandang

dibersihkan terlebih dahulu, lalu dijemur dibawah terik matahari, hal

ini bertujuan untuk membunuh kuman dan bibit penyakit yang

mungkin masih terdapat di dalam kandang box. Dalam kandang box

(36)

commit to user

28

didalam kandang box tidak terlalu rendah, sehingga DOQ tidak

kedinginan dan merasa nyaman saat berada dalam kandang.

Sebelum DOQ dimasukkan dalam kandang, terlebih dahulu

bohlam dinyalakan agar suhu didalam kandang menjadi hangat atau

paling tidak mendekati suhu pada saat berada dalam mesin penetas

yaitu sekitar 38-38,5ºC sehingga nanti pada waktu DOQ dimasukkan

dalam kandang DOQ tidak mengalami perubahan suhu yang drastis.

Alas kandang yang berupa kawat, bagian atasnya dilapisi dengan

kertas koran bertujuan agar DOQ tidak terperosok, kotoran dan air

yang jatuh dapat terserap.

b. Pemilihan DOQ

Anak puyuh yang baru menetas atau DOQ (Day Old Quail),

berasal dari indukan yang berkualitas, dan biasanya bapak Suryono,

mendapatkan bibit puyuh dari peternakan dan penetasan puyuh bapak

Partubi dan bu Sartini yang beralamat di Kampung Gajahan,

Colomadu, Karanganyar. Alasan Bapak Suryono membeli bibit dari

tempat pak Partubi dan bu Sartini, karena DOQ dari kedua peternakan

penetasan tersebut DOQ yang didapatkan terlihat lincah, sehat, tidak

mempunyai cacat fisik, ukuran DOQ seragam, bobot DOQ berkisar

6,5-8 gram/ekor, bulu terlihat bersih dan mengkilap.

Selain alasan diatas peternakan penetas pak Partubi dan bu

Sartini telah memahami perkawinan sedarah atau inbreeding sehingga

DOQ yang dihasilkan berkualitas bagus dan produksi telur yang

dihasilkan bisa maksimal yaitu bisa mencapai produksi puncak sekitar

97% yang berlangsung kurang lebih selama 2-4 minggu.

c. Kepadatan dan Suhu di Dalam Kandang

Setelah semua persiapan kandang, tempat pakan, tempat

minum telah selesai, DOQ dapat segera dimasukkan kandang open

atau kandang box. Jumlah DOQ yang dimasukkan dalam kandang box

disesuaikan dengan luas kandang box, jumlah DOQ tidak terlalu

(37)

commit to user

29

mengakibatkan kematian, dan juga jumlah DOQ dalam kandang tidak

terlalu sedikit. Di peternakan puyuh AGRI BIRD jumlah DOQ dalam

kandang open yaitu 100 ekor/kandang, dengan ukuran kandang

100x60x25 cm. Jumlah DOQ dalam kandang starter di peternakan

burung puyuh AGRI BIRD telalu padat, hal ini tidak sesuai dengan

pendapat Roospitasari dan Kinanti, 2009 yaitu biasanya untuk ukuran

kandang 1m² dapat menampung 100 ekor anak puyuh umur 1-10 hari.

Dalam kandang box terdapat 2 bohlam berukuran 25 watt yang

berfungsi sebagai pemanas, DOQ membutuhkan suhu kandang yang

hangat. Indikasi suhu didalam kandang dapat diketahui dari perilaku

burung puyuh yaitu apabila suhu dalam kandang terlalu rendah, puyuh

cenderung akan bergerombol dibawah bohlam, untuk mencari tempat

yang hangat, dan sebaliknya apabila suhu didalam kandang terlalu

tinggi, puyuh akan mendekati tempat minum dan menjauhi sumber

panas. Apabila suhu didalam kandang sudah cukup ideal, puyuh akan

menyebar merata diseluruh kandang.

d. Pemberian Pakan dan Minum

DOQ (Day Old Quail) yang baru datang diberikan air minum

yang telah dicampur dengan Vita Tetra-Chlor dengan dosis 1gram

untuk 1 liter air. Pemberian Vita Tetra-Chlor berfungsi sebagai

sumber vitamin, mineral dan antibiotik. Tempat minum yang

digunakan khusus untuk puyuh anakan yang mempunyai pengaman

pada piringnya, atau apabila menggunakan tempat minum untuk puyuh

dewasa pada piringan diberi batu agar anakan puyuh tidak tercebur

dalam piringan tempat minum. Kebutuhan minum untuk satu kandang

box ukuran 100x60x25 cm berisi 100 ekor, kurang lebih 6,5-7

ml/ekor/hari akan tetapi untuk menghindari puyuh kekurangan air

minum, pemberian air minum dilakukan secara adlibitum. Air minum

untuk puyuh ditempatkan dalam gelas tempat minum, masing-masing

(38)

commit to user

30

Pemeliharaan puyuh pada fase starter diberikan pakan jenis

complete feed yaitu BR1 merk Comfeed dari produsen pakan JAPFA

Comfeed Indonesia, yang telah digiling atau berbentuk tepung (mash)

sehingga memudahkan anakan puyuh dalam mencerna pakan yang

diberikan. Pakan BR1 merk Comfeed mempunyai kandungan protein

21%, dan ini sangat bagus untuk puyuh fase starter, karena pada fase

ini puyuh membutuhkan pakan untuk pertumbuhan. Tempat pakan

berupa nampan berukuran 20x25 cm sebanyak 2 buah yang diatasnya

diberi kawat agar pakan tidak tercecer saat di kais-kais oleh puyuh.

Pakan yang dibutuhkan saat umur 1-7 hari sekitar 2-4 gram/ekor/hari.

Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore hari agar tidak ada

pakan yang tersisa yang dapat menimbulkan bakteri dan jamur yang

bisa menggangu kesehatan anak puyuh.

e. Perawatan Puyuh dan Kandang

Perkembangan puyuh pada masa awal pertumbuhan harus

selalu diawasi, karena pada masa ini puyuh sangat rentan terhadap

perubahan suhu dalam kandang. Alas kandang yang berupa koran

diganti setiap 2 hari sekali, atau diganti setiap kertas koran sudah mulai

lembab dan kotor. Pada hari ke-1 seluruh ventilasi kandang ditutup,

agar suhu didalam kandang tetap terjaga dan puyuh terhindar dari

terpaan angin secara langsung. Pada hari ke-2 sampai dengan hari ke-5

ventilasi kandang dibuka secara bertahap, dan pada hari ke-6 ventilasi

dibuka seluruhnya pada siang hari dan ditutup pada malam hari.

Pada hari ke-7 alas kandang yang berupa koran dapat diambil

dan dibersihkan, puyuh menggunakan alas kandang berupa kawat,

pada siang hari bohlam hanya dinyalakan 1 buah, sedangkan pada

malam bohlam dinyalakan keseluruhan. Pada hari ke-10 populasi di

setiap kandang box dikurangi 50 ekor perkandang, dan pada siang hari

sekitar pukul 09.00-14.00 sampai hari ke-21 puyuh dipanaskan di

bawah terik sinar matahari, saat dijemur dibawah sinar matahari,

(39)

terengah-commit to user

31

engah akibat kepanasan. Perlakuan mengeluarkan puyuh dan

menjemur puyuh dibawah terik matahari hal ini menurut pemilik

peternakan puyuh yaitu bapak Suryono, berfungsi sebagai sumber

vitamin D alami, dan dapat membunuh kuman yang terdapat dalam

kandang puyuh.

4. Pemeliharaan Puyuh Fase Grower

Pemeliharaan puyuh pada fase grower, merupakan lanjutan dari

tahapan pemeliharaan sebelumnya yaitu fase starter. Fase grower yaitu

saat puyuh berumur 21-30 hari, pada fase ini fisik puyuh sudah lebih kuat,

dan bisa beradaptasi dengan lingkungan. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan pada pemeliharaan puyuh fase grower yaitu :

a. Persiapan kandang

Sebelum puyuh dimasukkan ke kandang grower, kandang

dibenahi terlebih dahulu, tempat untuk menampung kotoran dan kawat

dinding kandang yang sudah rusak diganti dengan yang baru. Tempat

pakan dan minum juga harus disiapkan. Setelah itu kandang dicuci

bersih, dijemur berfungsi untuk mematikan bibit penyakit yang

mungkin masih tertinggal didalam kandang, setelah itu kandang siap

ditempati puyuh fase grower. Untuk menghindari stress, sebelum

dipindah ke kandang grower, puyuh diberi vitamin dan antibiotik

terlebih dahulu.

b. Pemilihan Bibit Puyuh Grower

Puyuh yang sebelumnya berada di kandang starter, secara

bertahap dipindah ke kandang grower. Puyuh yang dimasukkan

kandang grower diseleksi terlebih dahulu berdasarkan ciri fisik yaitu

puyuh yang sehat dan mengalami cacat fisik di bedakan kandangnya,

selain itu juga dipilih berdasarkan kesehatan puyuh yang dapat dilihat

dari kelincahan dan gerak puyuh saat berada dikandang, selain itu

seleksi juga berdasarkan ukuran tubuh yang seragam, sehingga puyuh

(40)

commit to user

32

seragam yaitu sekitar 70-75 gram/ekor, dan hal ini dilakukan bertujuan

untuk mengurangi resiko kematian dan kekerdilan.

c. Kepadatan dan Suhu di Dalam Kandang

Kandang puyuh pada fase grower berukuran 100x60x30 cm,

jumlah puyuh yang dimasukkan kedalam kandang grower adalah 25

ekor/kandang. Karena puyuh pada fase grower sudah dapat beradaptasi

dengan lingkungan sekitarnya, maka tidak dibutuhkan lagi bohlam

sebagai pemanas, suhu dalam kandang cukup 25ºC. Hanya saja pada

malam hari didekat kandang grower ditempatkan bohlam secukupnya

sebagai sumber cahaya, agar puyuh tidak saling tabrak yang dapat

mengakibatkan luka bahkan cacat pada puyuh, dan selain itu agar

puyuh dapat melakukan aktivitas makan dan minum, sehingga

pertumbuhan bisa maksimal.

d. Pemberian Pakan dan Minum

Pada fase grower jenis pakan yang diberikan masih sama

dengan jenis pakan yang diberikan pada fase starter adalah jenis pakan

complete feed yaitu BR1 merk Comfeed dari produsen pakan JAPFA

Comfeed Indonesia, yang telah digiling sehingga berbentuk tepung

(mash). Jumlah pakan yang diberikan per ekor per hari yaitu sekitar

12-14 gr/ekor/hari. Kebutuhan pakan yang diberikan juga akan terus

mengalami peningkatan sesuai dengan tingkatan umur puyuh.

Pemberian pakan dilakukan pada pagi hari, sedangkan kebutuhan

minum untuk satu kandang ukuran 100x60x30cm yang berisi 50 ekor

puyuh adalah kurang lebih 25-35 ml/ekor/hari, akan tetapi lebih baik

jika pemberian minum dilakukan secara adlibitum, air minum

ditempatkan pada wadah minum berukuran 1 L/botol, dan penggantian

air dilakukan setiap hari.

e. Perawatan Puyuh dan Kandang

Perawatan puyuh pada masa grower sangat penting dan perlu

diperhatikan dengan seksama, karena pertumbuhan pada masa grower

(41)

commit to user

33

grower sudah ditempatkan menjadi satu bangunan dengan puyuh fase

layer. Kelembaban dan sirkulasi udara harus tetap terjaga dengan baik,

untuk itu kotoran puyuh dibersihkan setiap hari, agar tidak timbul bibit

penyakit dan kelembaban yang terlalu tinggi sehingga kesehatan puyuh

tetap terjaga dengan baik.

5. Pemeliharaan Puyuh Fase Layer

Pemeliharaan fase layer merupakan tahapan terakhir dalam proses

pemeliharaan burung puyuh, pada fase ini puyuh sudah mulai berproduksi

atau bertelur. Umur pertama puyuh bertelur sekitar 38-45 hari, dan terus

akan mengalami peningkatan produksi sampai pada puncak produksi pada

umur 4-6 bulan, produksi akan stabil sampai beberapa bulan dan akan

mengalami penurunan secara perlahan hingga puyuh afkir. Beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan puyuh fase layer antara lain :

a. Menyiapkan Kandang

Sama halnya dengan perlakuan pada kandang puyuh fase

grower, sebelumnya kandang yang akan digunakan untuk puyuh pada

fase layer, dibenahi terlebih dahulu apabila terdapat kerusakan pada

bagian kandang, setelah itu kandang dicuci bersih dan dijemur

dibawah terik sinar matahari, hal ini bertujuan untuk mematikan bibit

penyakit yang mungkin masih tertinggal didalam kandang, tempat

pakan dan minum disediakan, dan kandang siap untuk digunakan.

Sebelum puyuh dari kandang grower dipindahkan kekandang layer,

untuk menghindari stress puyuh diberi vitamin terlebih dahulu.

b. Pemilihan Bibit Fase Layer

Pada fase layer puyuh sudah siap berproduksi, proses

pemilihan dan penyeleksian pada tahap ini sama dengan tahap

penyeleksian pada tahap pemeliharaan grower yaitu puyuh yang akan

dimasukkan kandang layer dipilih berdasarkan kesehatan yang dapat

(42)

commit to user

34

ukuran tubuh dan bobot yang seragam, sehingga pertumbuhan puyuh

dalam satu kandang dapat sama dan seragam.

c. Kepadatan dan Suhu Kandang

Jumlah puyuh yang dimasukkan ke dalam kandang layer

ukuran 100x60x30 cm sama dengan jumlah puyuh saat berada dalam

kandang grower yaitu sebanyak 25 ekor/kandang. Jumlah puyuh ini

menurut pemilik peternakan yaitu bapak Suryono cukup ideal, karena

jika didalam kandang populasi puyuh terlalu padat dapat mengganggu

kesehatan puyuh, puyuh saling berhimpitan dan sirkulasi udara

didalam kandang menjadi kurang baik. Dan sebaliknya apabila

populasi puyuh didalam kandang terlalu sedikit dapat mengakibatkan

puyuh lebih aktif bergerak sehingga konsumsi pakan meningkat dan

pada akhirnya menimbulkan pemborosan pakan.

d. Pemberian Pakan dan Minum

Jenis pakan yang digunakan pada fase layer yaitu jenis

complete feed, masih menggunakan pakan BR1 merk Comfeed. Pada

masa ini puyuh mulai dilatih untuk makan dalam bentuk crumble.

Pemberian pakan BR1 terus dilakukan sampai puyuh mulai

berproduksi, setelah puyuh mulai berproduksi pakan diganti dengan

pakan khusus untuk puyuh yaitu merk Formula dari produsen pakan

Sierad Produce . Jumlah pakan yang diberikan pada fase layer sekitar

20-22 gram/ekor/hari. Sebelum pemberian pakan, terlebih dahulu

pakan yang tersisa didalam tempat pakan diratakan terlebih dahulu, hal

ini bertujuan agar pakan sisa hari sebelumnya dimakan terlebih dahulu,

dan agar tidak terjadi pakan yang menjamur yang dapat mengganggu

kesehatan puyuh.

Kebutuhan air minum pada fase layer kurang lebih 40-60

ml/ekor/hari, Kebutuhan minum puyuh juga dipengaruhi cuaca, apabila

cuaca sedang panas, kebutuhan minum dapat meningkat, dan apabila

cuaca dingin puyuh tidak banyak minum. Untuk itu agar kebutuhan

(43)

commit to user

35

sangat dibutuhkan burung puyuh pada fase layer, air merupakan salah

satu syarat berlangsungnya kehidupan. Air bermanfaat untuk

menstabilkan panas badan, membantu pencernaan, transportasi sari

makanan keseluruh tubuh, dan juga berfungsi dalam proses

pembentukan telur, karena apabila pakan atau minum yang diberikan

terlambat akan mempengaruhi produksi telur, jumlah telur yang

dihasilkan akan berkurang untuk beberapa hari selanjutnya.

e. Perawatan Puyuh dan Kandang

Pada pemeliharaan fase layer, burung puyuh sudah mulai

bertelur, untuk itu keadaan dan kondisi puyuh harus selalu

diperhatikan, agar produksi telur yang dihasilkan bisa optimal. Pada

fase layer puyuh membutuhkan pencahayaan selama 24 jam. Karena

itu, kandang puyuh harus diberi pencahayaan pada malam hari. Cahaya

akan merangsang puyuh untuk makan dan minum serta merangsang

hormone FSH (Folicel Stimulating Hormone), sehingga puyuh betina

akan rajin bertelur. Dalam 1 bangunan kandang dipeternakan puyuh

AGRI BIRD ukuran 5x15 m terdapat 4 buah lampu essential berdaya

24 watt.

Kotoran, tempat minum, lantai kandang dan langit-langit

kandang dibersihkan setiap hari, agar kelembaban didalam kandang

tidak terlalu tinggi dan tidak terjadi bau amonia yang berlebihan, bau

ammonia dan kelembaban yang berlebihan dapat mengakibatkan

puyuh mudah terserang penyakit.

6. Pecegahan dan Pengendalian Penyakit

Burung puyuh termasuk jenis unggas yang tahan terhadap

penyakit, akan tetapi burung puyuh sangat peka terhadap perubahan

cuaca, untuk itu pencegahan terhadap serangan penyakit dan perubahan

cuaca harus selalu diperhatikan. Di peternakan burung puyuh AGRI BIRD

Jaten, program pencegahan penyakit lebih diutamakan daripada

(44)

commit to user

36

program pencegahan lebih murah dibandingkan dengan pengobatan, dan

umumnya puyuh yang pernah terjangkit penyakit tidak mampu

berproduksi secara maksimal.

Dengan bisa merasakan perubahan cuaca dan mengetahui ciri-ciri

burung puyuh yang sehat, merupakan hal yang sangat penting agar dapat

mengetahui ciri puyuh yang sehat dan yang sakit, sehingga dalam

melakukan suatu tindakan pencegahan tepat pada waktunya.

Ciri-ciri puyuh yang sehat antara lain adalah :

1. Puyuh terlihat lincah

2. Kotoran normal tidak encer

3. Mata terlihat bening dan cerah

4. Konsumsi pakan dan minum normal

5. Produksi telur normal

Program pencegahan penyakit yang dilakukan dipeternakan puyuh

AGRI BIRD Jaten, Karanganyar yaitu :

1. Sanitasi kandang

2. Pemberian pakan sesuai dengan standart kebutuhan dan umur puyuh

3. Menyediakan lingkungan yang nyaman

4. Manajemen pemeliharaan

5. Manajemen penyakit

Sanitasi dilakukan setiap hari, kegiatan sanitasi meliputi

pembersihan wadah penampungan kotoran, menjaga kebersihan lantai

kandang, tempat minum dan tempat pakan. Setelah wadah tempat

penampungan kotoran dibersihkan, kemudian ditaburi dengan serbuk

gergaji atau sekam padi, hal ini bertujuan agar kotoran yang dihasilkan

puyuh tidak menempel di wadah kotoran dan dapat mengurangi bau

kotoran puyuh. Tempat minum dibersihkan dan air diganti setiap hari.

Kandang dibersihkan dari kotoran dan pakan yang tercecer dilantai.

Agar puyuh dapat berproduksi optimal, kecukupan pakan sangat

dibutuhkan baik kandungan nutrient maupun jumlah pakan yang

(45)

commit to user

37

yang tidak memadai sesuai kebutuhan dapat mengakibatkan produksi telur

menurun, selanjutnya kondisi puyuh akan menurun dan puyuh akan mudah

terjangkit penyakit. Sebelum pemberian pakan terlebih dahulu dilakukan

perataan pakan sisa hari sebelumnya, hal ini bertujuan agar pakan yang

tersisa dikonsumsi terlebih dahulu.

Lingkungan yang nyaman memungkinkan burung puyuh untuk

berproduksi secara optimal. Untuk itu lingkungan harus dijaga dari

kebisingan, kondisi yang terlalu panas atau terlalu dingin, lalu lalang

manusia disekitar kandang puyuh, dan hal lainnya yang dapat memicu

timbulnya stress pada puyuh.

Program pencegahan penyakit pada puyuh, tidak sepenuhnya dapat

menjamin keberhasilan peternakan terbebas dari penyakit. Salah satu yang

menentukan keberhasilan usaha beternak puyuh adalah manajemen

pemeliharaan. Pencegahan penyakit yang dilakukan dipeternakan puyuh

AGRI BIRD Jaten, Karanganyar yaitu dengan memberikan vitamin VITA

Tetra-Chlor, sebagai sumber vitamin, mineral dan juga antibiotik.

Pemberian minum yang telah dicampur dengan VITA Tetra-Chlor

dilakukan selama 2-4 hari berturut-turut, dan waktu pemberian yaitu saat

terjadi perubahan cuaca, dan perpindahan puyuh dari satu kandang ke

kandang lainnya.

7. Pemanenan

Hasil utama dari usaha peternakan puyuh AGRI BIRD Jaten,

Karanganyar adalah telur puyuh. Pada saat umur 38 hari, puyuh sudah

mulai bertelur sebagian dan saat umur 45 hari puyuh sudah bertelur

seluruhnya. Produksi telur akan terus meningkat sampai dengan

puncaknya yaitu sekitar 97% yang berlangsung selama 2-3 minggu, saat

puyuh berumur 4-6 bulan, setelah produksi puncak puyuh akan mulai

stabil yaitu produksi sekitar 80-87%, dan akan menurun sampai masa afkir

Gambar

Tabel 1. Organ reproduksi puyuh betina beserta fungsi dan waktu
Gambar 1. Struktur organisasi peternakan burung puyuh AGRI BIRD .......
Tabel 1. Organ reproduksi puyuh betina beserta fungsi dan waktu pembentukan telur
Tabel 2. Kebutuhan nutrisi puyuh starter
+3

Referensi

Dokumen terkait