commit to user
MANAJEMEN PEMELIHARAAN BURUNG PUYUH
(Coturnix-coturnix japonica) DI PETERNAKAN AGRI BIRD
JATEN KARANGANYAR
Tugas Akhir
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Ahli Madya Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan / Program Studi DIII Agribisnis Peternakan
Oleh :
VERY TRIA SAPUTRO H 3408012
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
segala rahmat dan hidayah_Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir ini, dengan judul ” Manajemen Pemeliharaan Burung Puyuh (
Coturnix-coturnix japonica ) di Peternakan AGRI BIRD Jaten Karanganyar”. Laporan
Tugas Akhir ini penulis susun guna melengkapi syarat-syarat memperoleh gelar
Ahli Madya Diploma III Jurusan Agribisnis Peternakan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini tidak mampu penulis susun sendiri
tanpa bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Laporan Tugas
Akhir ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1) Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS., selaku Dekan Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2) Ir. Wartoyo, SP, MS selaku Koodinator Program D III Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3) Wara Pratitis S.S, S.Pt, MP selaku Pembimbing Akademik Program D III
Agribisnis Peternakan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4) Drh. Sunarto, MSi., selaku Dosen Pembimbing dan Penguji I.
5) Bapak Ir. Suryono MP., beserta karyawannya yang turut membantu selama
berlangsungnya kegiatan magang di peternakan burung puyuh AGRI BIRD
Jaten, Karanganyar.
6) Bapak, Almarhumah Ibu dan Kakak tercinta yang telah memberi doa,
semangat dan dorongan selama kuliah di Fakultas Pertanian, Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
7) Teman-teman D III Agribisnis 2008 yang selalu mendukung penulis untuk
mengerjakan Tugas Akhir ini.
8) Saudara-saudaraku pecinta motor tua ( Mbah Sar, Pak Zaenal, Robert,
commit to user
iv
yang telah memberi semangat dan do’anya sehingga memberikan inspirasi
untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
9) Serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya pembuatan
laporan Tugas Akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Akhirnya semoga Laporan Tugas Akhir ini nantinya banyak membantu
dan berguna bagi penulis dan semua yang membaca. Penulis menyadari, masih
begitu banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Oleh
sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa penulis harapkan
demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini. Akhir kata penulis sampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Laporan
Tugas Akhir ini.
Surakarta, Juli 2011
Penulis,
Very Tria Saputro
commit to user
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PENGESAHAN ...
KATA PENGANTAR ...
A. Definisi dan Taksonomi Burung Puyuh ...
B. Perkandangan ...
C. Bibit Puyuh ...
D. Pemeliharaan ...
E. Pakan ...
F. Penyakit ...
BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN ...
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ...
B. Metode Pelaksanaan ...
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...
A. Kondisi Umum Lokasi Magang ...
1. Sejarah Peternakan Burung Puyuh AGRI BIRD ...
commit to user
vi
3. Pemeliharaan Puyuh Fase Starter ...
4. Pemeliharaan Puyuh Fase Grower ...
5. Pemeliharaan Puyuh Fase Layer ...
6. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ...
7. Pemanenan ...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...
A. Kesimpulan ...
B. Saran ...
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
27
31
33
35
37
39
39
commit to user
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Organ reproduksi puyuh betina beserta fungsi dan waktu
pembentukan telur ...
Tabel 2. Kebutuhan nutrisi puyuh starter ...
Tabel 3. Kebutuhan nutrisi puyuh layer ... 5
8
commit to user
viii
DAFTAR GAMBAR
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan semakin berkembangnya pola pikir dan pemahaman
masyarakat mengenai pemenuhan kebutuhan akan gizi, terutama yang berasal
dari hewan, maka kebutuhan akan protein hewani juga terus mengalami
peningkatan. Usaha dibidang peternakan saat ini banyak dilirik orang, karena
dirasa sebagai usaha yang mempunyai prospek bagus dimasa yang akan
datang, salah satunya adalah usaha beternak burung puyuh (Coturnix-coturnix
japonica).
Usaha beternak burung puyuh biasanya dilakukan sebagai usaha
sampingan, atau hanya untuk mengisi waktu luang, akan tetapi jika beternak
burung puyuh dilakukan secara sungguh – sungguh dan memahami aspek
sekecil apapun yang terdapat dalam usaha beternak burung puyuh maka
tingkat keberhasilannya juga akan semakin tinggi. Dari beberapa jenis burung
puyuh yang ada di dunia, burung puyuh yang sering digunakan untuk
diternakkan yaitu dari jenis Coturnix – coturnix japonica karena burung puyuh
jenis ini mempunyai beberapa keunggulan antara lain, umur mulai produksi
lebih singkat dibandingkan ternak unggas lainnya, tidak membutuhkan
permodalan yang besar, mudah dalam pemeliharaan, dapat diusahakan di
lahan yang terbatas, tahan terhadap penyakit, dan produk yang dihasilkan
mudah dipasarkan.
Cara pemeliharaan burung puyuh juga mudah dan sederhana, modal
yang digunakan relatif lebih kecil dibandingkan dengan usaha ternak unggas
lainnya. Burung puyuh mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi, dan
umur awal produksi yang relatif cepat yaitu sekitar 38-45 hari sudah mulai
bertelur, yang berarti sejak permulaan pemeliharaan sampai dengan
mendapatkan hasilnya membutuhkan waktu yang singkat. Produk utama yang
dihasilkan dari usaha beternak burung puyuh petelur adalah telur puyuh, dan
commit to user
2
dijual sebagai puyuh pedaging atau biasa disebut puyuh afkir. Selain
menghasilkan produk utama yaitu berupa telur dan daging puyuh, burung
puyuh juga menghasilkan produk sampingan berupa kotoran puyuh yang
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang atau pakan ikan lele.
Dari beberapa uraian diatas, penulis ingin mengetahui lebih mendalam
tentang usaha beternak burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica). Hal inilah
yang melatar belakangi penulis melaksanakan magang di peternakan burung
puyuh AGRI BIRD, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Karena pada
usaha peternakan ini, selain berskala besar juga mempunyai jenis usaha lain
yang masih berkaitan dengan usaha beternak burung puyuh, sehingga penulis
dapat memperoleh tambahan ilmu dan pengalaman dalam pemeliharaan
burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica).
B.Tujuan Magang
Adapun tujuan dari kegiatan magang ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan umum :
a. Memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja secara langsung
sehingga dapat memecahkan permasalahan dalam bidang peternakan.
b. Memperluas pengetahuan dan wawasan sehubungan antara teori dan
penerapannya, sehingga dapat menjadi bekal penulis dalam terjun
dalam dunia kerja.
c. Meningkatkan ketrampilan dan pengalaman kerja dalam usaha
beternak burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica).
2. Tujuan khusus :
a. Melihat dan memahami secara langsung teknik beternak burung puyuh
(Coturnix-coturnix japonica) di lokasi magang.
b. Mengetahui dengan jelas kendala dalam beternak burung puyuh
commit to user
3
C.Manfaat Magang
Manfaat dari pelaksanaan magang di peternakan burung puyuh AGRI
BIRD yang beralamat di Dusun Gunung Wijil, Kecamatan Jaten, Kabupaten
Karanganyar ini adalah :
1. Memperoleh gambaran tentang perusahaan peternakan burung puyuh
AGRI BIRD dilihat segi proses pemilihan strain, teknologi yang
digunakan, pakan yang diberikan, pencegahan dan penanggulangan
penyakit dan pemasaran produk.
2. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat digunakan
sebagai bekal bagi mahasiswa ketika terjun di dunia kerja.
3. Mengetahui manajemen pemeliharaan burung puyuh yang baik.
4. Mahasiswa mampu berkomunikasi dan mengintegrasikan diri dalam
lingkungan perusahaan.
commit to user
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi dan Taksonomi Burung Puyuh
Burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang jauh,
ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek, dan dapat diadu. Burung puyuh
disebut juga gemak ( Jawa ) atau quail ( asing ), merupakan bangsa burung liar
yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat tahun 1870 dan terus
dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia burung puyuh mulai
dikenal dan diternakkan sejak akhir 1979 dan kini mulai bermunculan di
kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia. Di dunia ini ada tiga marga
burung puyuh, yaitu marga Turnix yang berasal dari keluarga Turnicidae serta
marga Arborophila dan Coturnix yang berasal dari keluarga Phasianidae.
Sepintas, akan sulit membedakan puyuh keluarga Turnicidae dengan
Phasianidae. Namun, jika diamati lebih teliti, akan tampak perbedaan yang
nyata. Keluarga Turnicidae memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil. Jari
kakinya berjumlah tiga dan semuanya mengarah ke depan. Keluarga
Phasianidae jumlah jarinya empat. Tiga menghadap ke depan, satu jari
lainnya ke belakang. Contoh keluarga Turnicidae adalah Turnix suscitator
atau puyuh tegalan, Turnix sylvatica atau puyuh kuning, dan Turnix maculosta
atau puyuh punggung hitam. Sementara itu, yang termasuk keluarga
Phasianidae antara lain Arborophila javanica atau puyuh gonggong,
Arborophila brunneopectus, Arborophila orientalis, Arborophila rubrirostris
atau puyuh paruh merah, Rollulus roulroul atau puyuh mahkota, Coturnix
coturnix japonica, dan Coturnix chinensis ( Agus, 2002 ).
Sistem reproduksi pada puyuh jantan terdiri dari sepasang testis yang
memiliki epididimis dan vas deferens yang menuju ke alat kelamin jantan
(copulatory organ). Sedangkan sistem reproduksi pada puyuh betina terdiri
dari ovarium yaitu tempat pembentukan sel telur, infundibulum, magnum,
commit to user
5
Tabel 1. Organ reproduksi puyuh betina beserta fungsi dan waktu pembentukan telur
9 Menangkap kuning telur (yolk)
dan tempat menampung sperma
15 menit
Magnum 33 Memberi albumen 3 jam
Istmus 10 Memberi shell dalam dan luar 75 menit
Uterus 10-12 Pembentukan kerabang telur 18-20 jam
Vagina 12 Penyimpanan kutikel di kerabang 3 menit
Sumber : Agromedia 2007
Secara ilmiah burung puyuh dikelompokkan dalam kelas dan susunan
taksonomi pada :
Species : Coturnix-coturnix japonica
( Rasyaf, 1985 ).
B. Perkandangan
Lokasi kandang sangat mempengaruhi kesehatan dan produktivitas
puyuh. Lokasi kandang sangat menentukan lancar dan tidaknya distribusi dari
dan ke kandang, yaitu distribusi bibit, pakan, sarana dan hasil produksi. Untuk
itu dalam menentukan lokasi kandang perlu diperhatikan beberapa hal antara
lain, berada cukup jauh dari pemukiman penduduk, transportasi relatif mudah,
tersedia cukup air dan saluran pembuangan, pencahayaan dan sirkulasi udara
lancar, aman dan mudah pengawasannya ( Wuryadi, 2011 ).
Seperti halnya kandang ayam, kandang puyuh terdiri dari beberapa
macam. Setiap macamnya memiliki kelebihan dan kekurangan. Sistem
kandang yang biasa diterapkan adalah sistem litter dan sangkar atau baterai.
commit to user
6
sirkulasi udara lancar. Kandang puyuh sistem litter mempunyai beberapa
keunggulan yaitu menghemat tenaga kerja dan praktis, karena tidak perlu
dibersihkan setiap hari, dapat memberikan rasa hangat pada puyuh, kesehatan
kaki puyuh juga terjaga karena tidak langsung mengenai lantai yang keras,
litter juga memberikan kesibukan dari puyuh sehingga dapat mengurang sifat
kanibal pada puyuh. Kekurangan dari kandang sistem litter diantaranya adalah
telur tertutup oleh litter, sehingga dapat terinjak oleh puyuh, tempat pakan dan
minum akan cepat kotor karena tecemar litter yang dikais-kais oleh puyuh.
Debu yang timbul akibat litter yang dikais-kais oleh puyuh dapat
menyebabkan penyakit pernafasan ( Listiyowati dan Roospitasari, 2009 ).
C. Bibit Puyuh
Pembudidayaan puyuh untuk memproduksi telur sekaligus daging,
membutuhkan bibit puyuh yang berkualitas. Bibit puyuh yang akan diperoleh
sebaiknya dari ras unggul dan diperoleh dari peternak yang sudah mempunyai
kredibilitas. DOQ yang baik mempunyai ciri-ciri antara lain :
1. DOQ terlihat lincah, tidak cacat, terutama kaki dan paruh.
2. DOQ mempunyai bobot dan ukuran yang seragam sekitar 6-8 gram/ekor.
3. Bentuk bulu normal, mengkilap dan tidak kusam.
4. DOQ bukan berasal dari perkawinan Inbreeding.
Selain dilakukan pemilihan bibit pada fase starter, pemilihan bibit juga
dilakukan pada fase selanjutnya yaitu fase grower dan layer agar didapat
puyuh yang menghasilkan jumlah telur yang tinggi dan berkualitas, ciri-ciri
puyuh fase starter dan grower yang baik antara lain :
1. Puyuh memiliki badan yang sehat, tidak menunjukkan tanda-tanda sakit
dan terlihat lincah.
2. Seluruh bagian tubuh lengkap dan tidak cacat.
3. Mata bening dan cerah.
4. Bentuk kepala, tubuh dan kaki proporsional.
commit to user
7
6. Asal-usul indukan jelas, dan bukan merupakan hasil perkawinan sedarah
atau inbreeding.
Pemilhan bibit puyuh grower dan layer final stock yang berasal dari
perkawinan atau persilangan puyuh parent stock, sebab puyuh jenis tersebut
mempunyai produktifitas lebih tinggi dibandingkan dengan jenis puyuh hasil
dari perkawinan sedarah atau inbreeding. Selain itu kondisi kesehatan dan
kualitas bibit juga lebih terjaga, karena telah melewati tahap seleksi yang
benar ( Wuryadi, 2011 ).
Seleksi bibit puyuh hendaknya tidak hanya dilakukan pada masa
starter, tetapi juga pada masa grower, dan menginjak dewasa ( siap bertelur ).
Seleksi pada periode starter meliputi pemilihan DOQ ( Day Old Quail). DOQ
yang dipilih bukan hasil dari perkawinan sedarah, memilih anak puyuh yang
besarnya seragam, gesit serta tidak mempunyai cacat fisik seperti kaki
pengkor/bengkok, paruh melengkung, dan sayap patah. Mata puyuh harus
cerah, bersih, tidak terlihat mengantuk dan penyakitan, serta aktif mencari
pakan. Seleksi pada burung puyuh periode grower dan puyuh menginjak
dewasa hampir sama yaitu dilakukan dengan memilih puyuh yang sehat, tidak
berpenyakit, tidak mempunyai cacat fisik, aktif mencari pakan, selain itu juga
dilakukan pemilihan terhadap bibit puyuh yang pertumbuhannya tidak normal
atau kerdil sehingga diperoleh puyuh yang mempunyai bobot dan ukuran
seragam ( Listiyowati dan Roospitasari, 2009 ).
D. Pemeliharaan
Pemeliharaan burung puyuh terdiri dari 3 fase yaitu 1) pemeliharaan
puyuh starter yang dilakukan dikandang khusus puyuh starter, pemeliharaan
puyuh starter harus terpisah dari puyuh yang lebih besar agar tidak terjadi
perkelahian. Perkelahian dapat mengakibatkan cacat bahkan kematian. 2)
pemeliharaan puyuh fase grower, pemeliharaan puyuh grower dilakukan
dalam kandang grower. 3) pemeliharaan puyuh fase layer, pada pemeliharaan
puyuh pada fase layer kandang yang digunakan sama seperti kandang grower.
commit to user
8
tetapi berukuran sedang yang disatukan dalam kandang besar, dengan
demikian pemeliharaan menjadi lebih mudah dan puyuh tidak saling berkelahi
karena populasi terlalu besar. Luas kandang yang dibuat tergantung kebutuhan
dan jumlah puyuh yang dipelihara. Untuk kandang berukuran 1 m² dapat diisi
90-100 ekor anak puyuh. Sementara untuk anak puyuh umur berumur 10 hari
hingga lepas anakan per meter persegi dapat diisi 60 ekor puyuh, dan
selanjutnya menjadi 40 ekor per meter persegi sampai dengan puyuh diafkir
( Listiyowati dan Roospitasari, 2009 ).
E. Pakan
Jenis pakan dibedakan menurut bentuknya dan kegunaannya dalam fase
pemeliharaan puyuh. Menurut bentuknya, pakan dibagi menjadi 3 yaitu, 1) mash
atau pakan yang berbentuk tepung, 2) crumble atau pakan yang berbentuk
remah-remah, keuntungan pakan bentuk ini mudah dipatuk sehingga lebih disukai
puyuh, dan 3) pellet, bentuk pelet seperti biji-bijian sehingga dapat mengundang
selera makan ternak. Sedangkan menurut penggunaannya berdasarkan fase
pemeliharaan, pakan dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu 1) pakan fase starter,
yaitu pakan yang diberikan pada masa pertumbuhan, fase pertumbuhan tersebut
mulai DOQ masuk sampai siap bertelur, 2) pakan fase layer, yaitu pakan yang
diberikan pada puyuh yang mulai bertelur ( Rangkuti, 2011 ).
Kebutuhan Nutrisi Puyuh Starter.
Tabel 2. Kebutuhan nutrisi puyuh starter
Kandungan Pakan Persentase (%)
ME (Metabolisme energi) Min 2800 Kcal/kg
commit to user
9
Tabel 3. Kebutuhan nutrisi puyuh layer
Kandungan Pakan Persentase (%)
ME (Metabolisme energi) Min 2900 Kcal/kg
Protein Kasar Min 22
Pencegahan penyakit pada pemeliharaan puyuh lebih diutamakan
dibandingkan dengan pengobatan, karena biaya yang dikeluarkan untuk
pencegahan relatif lebih murah dibandingkan dengan biaya pengobatan.
Meskipun puyuh termasuk jenis unggas yang tahan terhadap penyakit, tidak
menutup kemungkinan puyuh masih tetap terjangkit oleh penyakit, beberapa
jenis penyakit yang menyerang puyuh antara lain adalah :
1. Snot atau Infection Coryza
Penyakit snot disebabkan oleh bakteri Hemophilus gallinarum.
Gejala yang terlihat, diantaranya puyuh terlihat lesu, nafsu makan dan
minum menurun, puyuh ngorok, serta bersin-bersin yang diikuti keluarnya
cairan dari hidung dan mata. Jika sudah parah akan terjadi pembengkakan
dihidung, mata dan pipi.
Penyakit snot biasanya terjadi pada musim pancaroba. Upaya
pencegahan dilakukan dengan memberikan pakan yang cukup mutu dan
jumlahnya, memberikan vitamin, antibiotik, dan selalu menjaga kondisi
kandang agar selalu bersih, tidak terlalu lembab dan padat. Puyuh yang
terkena penyakit snot dikarantina dan diberikan obat antibiotik, dosis dan
cara pemberian sesuai dengan petunjuk pada kemasan.
2. Tetelo atau Newcastle Disease
Penyakit tetelo atau Newcastle Disease disebabkan oleh virus ND
commit to user
10
yang terlihat pada puyuh yang terkena penyakit ND diantaranya puyuh
susah bernafas, puyuh ngorok, terlihat lesu, mengantuk, sayap turun, jalan
mundur atau berputar-putar, serta kepala kepala menunduk kebawah,
bahkan memutar hingga kebelakang.
Hingga saat ini penyakit tetelo belum ditemukan obatnya. Peternak
hanya bisa melakukan tindakan pencegahan, dengan menjaga kebersihan
lingkungan kandang, peralatan, dan pakan, mengkarantina puyuh yang
sakit, serta memberikan vaksin ND sedini mungkin. Dosis yang diberikan
sesuai dengan umur puyuh.
3. Berak Putih atau Pullorum
Pullorum atau berak putih disebabkan oleh bakteri Salmonella
pullorum. Gejala yang terlihat diantaranya adalah kotoran berwarna putih,
puyuh sering bergerombol, terlihat mengantuk, nafsu makan menurun,
sesak nafas, sayap lemah menggantung. Pengendalian penyakit berak putih
hampir sama dengan pengendalian penyakit tetelo yaitu dengan
memberikan antibiotik yang mengandung trimetoprim dan sulfadiazine.
4. Flu Burung atau Avian Influensa ( AI )
Penyakit flu burung disebabkan oleh virus Avian Influensa.
Penyakit ini menyerang pernapasan dan sistem saraf. Flu burung biasanya
terjadi secara mendadak sehingga dapat mengakibatkan kematian yang
tinggi dalam waktu sehari. Gejala yang terlihat pada unggas yang terkena
serangan penyakit ini antara lain pilek, hidung bengkak, keluar air mata,
pial dan jengger berwarna biru. Hingga saat ini penyakit flu burung atau
Avian Influensa belum ditemukan obatnya, dan hanya bisa dilakukan
tindakan pencegahan yaitu dengan sanitasi, biosecurity yang ketat dan
commit to user
11
BAB III
TATA LAKSANA PELAKSANAAN
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan magang ini dilaksanakan di peternakan burung puyuh
AGRI BIRD, yang beralamat di Dusun Gunung Wijil, Desa Ngringo,
Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Adapun pelaksanaan magang ini
kurang lebih 1,5 bulan, yaitu dari bulan Februari – Maret 2011.
B. Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam praktek magang ini adalah sebagai
berikut :
1. Praktek Kerja Magang Di Lapang
Praktek kerja magang secara langsung dilakukan dengan mengikuti
kegiatan beternak burung puyuh ( Coturnix-coturnix japonica ), selain itu
juga mengikuti semua kegiatan yang dilaksanakan di peternakan puyuh
AGRI BIRD, Jaten, Karanganyar.
2. Diskusi dan Wawancara
Metode diskusi dan wawancara yang dilakukan dalam kegiatan
magang ini meliputi:
a. Melakukan tanya jawab dengan pembimbing lapangan atau pihak yang
terkait menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan
beternak burung puyuh ( Coturnix-coturnix japonica ).
b. Identifikasi masalah dan mencari pemecahannya kemudian
didiskusikan dengan pembimbing lapangan atau pihak yang terkait
kemudian dibandingkan dengan kondisi yang ada di lapang.
3. Pengamatan dan Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan secara rutin selama berlangsungnya
kegiatan magang. Tujuan kegiatan ini adalah untuk melengkapi data yang
sudah diperoleh yang akan dipergunakan sebagai perlengkapan atau
commit to user
12
4. Studi Pustaka
Pengumpulan data dengan cara memanfaatkan data yang tersedia
yang berhubungan dengan kegiatan magang. Data tersebut berupa data
dari internet, buku, arsip, dan lain sebagainya yang bersifat informatif dan
relevan.
commit to user
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Lokasi Magang
1. Sejarah Peternakan Burung Puyuh AGRI BIRD
Usaha peternakan burung puyuh AGRI BIRD yang beralamat di
Dusun Gunung Wijil, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, berdiri
sejak tahun 2001. Awal mula berdirinya peternakan burung puyuh ini
adalah akibat adanya krisis ekonomi yang melanda negara Indonesia dan
beberapa negara di Asia Tenggara lainnya yang berakibat terhadap
lemahnya perekonomian masyarakat Indonesia pada umumnya, dan
berangkat dari krisis ekonomi kemudian muncul ide pemilik peternakan
yaitu Ir. Suryono, MP. untuk mendapatkan hasil tambahan, dan sebagai
kegiatan untuk mengisi waktu luang disaat pulang dari bekerja sebagai
dosen di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Beliau bapak Suryono,
mempunyai prinsip yaitu usaha dengan modal kecil bisa berjalan, dan
apabila ditambah modal usaha juga bisa berkembang, maka dipilihlah
usaha ternak burung puyuh untuk memberi tambahan pemasukan setiap
harinya.
Modal awal yang digunakan yaitu sebesar Rp. 1.500.000, dengan
jumlah populasi awal burung puyuh yang diternakkan yaitu kurang lebih
300 ekor. Pemeliharaan burung puyuh awalnya dilakukan didalam rumah
beliau, untuk kemudian berkembang dan menyewa lahan di beberapa
tempat untuk dijadikan kandang pemeliharaan puyuh petelur. Sampai pada
puncaknya peternakan burung puyuh AGRI BIRD pernah mencapai
jumlah total populasi sekitar 20.000 ekor, yang tersebar di beberapa lokasi
kandang di daerah Jaten dan sekitarnya.
Usaha peternakan burung puyuh yang dirintis oleh beliau tidak
selamanya berjalan dengan lancar, ada beberapa kendala dan masalah yang
harus dihadapi dalam usaha ternak burung puyuh, diantaranya adalah
commit to user
14
Pimpinan AGRI BIRD Jaten, Karanganyar • Bapak Ir. Suryono, MP.
Gambar 1. Struktur organisasi peternakan burung puyuh AGRI BIRD
Kandang puyuh
Peternakan burung puyuh AGRI BIRD terletak di Dusun Gunung
Wijil, Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Bila
dilihat dari garis bujur dan garis lintang, maka Kabupaten Karanganyar
terletak antara 110°40’ – 110°70’ BT dan 7°28’ – 7°46’ LS. Ketinggian
rata-rata 511 meter di atas permukaan laut serta beriklim tropis dengan
temperatur 22°-31°, dengan curah hujan rata-rata 2.453 mm/tahun. Letak
peternakan burung puyuh AGRI BIRD sangat strategis karena hanya
berjarak ± 2 km dari jalan raya Sragen – Solo, dan di sebelah barat
berbatasan langsung dengan Bengawan Solo. Lokasi peternakan sudah
dikelilingi dengan pagar tembok, yang berguna untuk mempermudah
pengawasan terhadap aset yang ada dalam peternakan AGRI BIRD, selain
itu sarana dan prasarana kandang, mess karyawan, dan jalan juga sudah
cukup memadai, sehingga memudahkan akses menuju kandang dan
pengangkutan hasil peternakan.
3. Struktur Organisasi
Peternakan burung puyuh AGRI BIRD menggunakan struktur
organisasi yang sederhana dan masih bersifat kekeluargaan, pemilik
peternakan langsung membawahi dan mengawasi pekerja yang
memelihara puyuh. Struktur organisasi di peternakan burung puyuh AGRI
commit to user
15
Dalam melaksanakan tugas, setiap pekerja kandang mendapat
perintah langsung dari pemilik sekaligus pimpinan peternakanAGRI
BIRD. Tugas mereka masing-masing antara lain :
a. Pimpinan Peternakan Puyuh AGRI BIRD
Pengawasan peternakan burung puyuh maupun kolam lele,
dilakukan Bapak Ir. Suryono, MP. Selaku pimpinan peternakan burung
puyuh AGRI BIRD, Jaten, Karanganyar, mempunyai tugas sebagai
berikut :
1) Memberikan bimbingan kepada karyawan apa yang harus
dikerjakan.
2) Mengawasi langsung di lapangan dan meneliti hasil kerja
karyawan.
3) Mengurusi bidang administrasi di peternakan burung puyuh AGRI
BIRD, mengenai daftar infentaris barang, pakan, obat – obatan,
penjualan, membayar gaji karyawan.
b. Karyawan Kandang Puyuh
Di peternakan burung puyuh AGRI BIRD Jaten, Karanganyar,
karyawan kandang bagian pemeliharaan puyuh terdiri dari tiga orang,
yaitu mas Man, pak Pardi, mas Rusdi B, tugas dari karyawan kandang
adalah sebagai berikut :
1) Memelihara burung puyuh sesuai dengan bagian masing – masing,
termasuk memberi pakan, minum, membuang kotoran setiap hari
dan pencegahan penyakit di waktu tertentu.
2) Melaksanakan instruksi yang diberikan oleh pimpinan.
3) Memberikan masukan dan informasi kepada pimpinan tentang
keadaan burung puyuh pada tiap-tiap kandang.
4) Bertangung jawab atas hasil telur yang dicapai pada tiap kandang.
c. Karyawan Pemeliharaan Lele
Selain usaha peternakan burung puyuh, di AGRI BIRD, Jaten,
commit to user
16
lele adalah mas Rusdi K, tugas dari karyawan pemelihara lele adalah
sebagai berikut :
1) Membudidayakan lele sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan
pimpinan, baik memberi pakan, dan pengobatan jika diperlukan.
2) Melakukan penyaringan agar dalam satu kolam ukuran lele dapat
sama dan seragam.
3) Melakukan pemanenan saat ikan lele sudah masuk ukuran
konsumsi.
B. Pembahasan
Praktek magang yang dilaksanakan dipeternakan burung puyuh AGRI
BIRD, Jaten, Karanganyar, dalam kurun waktu ± 1,5 bulan. Peternakan AGRI
BIRD merupakan usaha peternakan burung puyuh petelur dengan kapasitas
saat ini ± 12.000 ekor. Jenis burung puyuh yang diternakkan disini dari jenis
Coturnix-coturnix japonica atau biasa disebut dengan puyuh Jepang.
Dalam hal ini penulis ikut serta dalam kegiatan pemeliharaan burung
puyuh, mulai dari proses awal yaitu persiapan pemasukan DOQ, pemeliharaan
puyuh fase starter, pemindahan puyuh dari kandang starter ke kandang
grower, pemeliharaan puyuh fase grower, pemindahan puyuh dari kandang
grower ke kandang layer, pemberian pakan dan minum, program pencegahan
penyakit, dan pemanenan telur. Secara khusus kegiatan magang ini
dilaksanakan untuk mengetahui, memahami dan melihat secara langsung
kegiatan pemeliharaan burung puyuh ( Coturnix-coturnix japonica ). Selain itu
kegiatan magang ini dilaksanakan untuk mengetahui kendala yang dihadapi
oleh peternak khususnya peternakan burung puyuh AGRI BIRD dalam usaha
berternak burung puyuh ( Coturnix-coturnix japonica ).
Burung puyuh dipilih dalam kegiatan magang ini, karena burung
puyuh dirasa mempunyai potensi yang besar dan masih jarang diusahakan
oleh banyak orang. Burung puyuh ( Coturnix-coturnix japonica ) mempunyai
waktu produksi yang lebih singkat dibandingkan dengan ternak unggas
commit to user
17
juga tidak memerlukan tempat yang begitu luas, burung puyuh juga lebih
tahan terhadap penyakit, dan untuk mengusahakannya tidak dibutuhkan modal
yang besar, pemasaran dari produk burung puyuh juga mudah dan kotoran dari
burung puyuh juga masih dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan atau
digunakan sebagai pupuk organik.
Untuk memulai usaha peternakan burung puyuh, banyak aspek yang
harus diperhatikan agar usaha berjalan sesuai rencana, hal-hal yang harus
diperhatikan tersebut meliputi : perkandangan, bibit puyuh, pemeliharaan
puyuh starter, pemeliharaan puyuh grower, pemeliharaan puyuh layer,
pencegahan dan pengendalian penyakit, pemanenan.
1. Perkandangan
Perkandangan merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan
dalam usaha beternak puyuh, karena letak dan lokasi kandang sangat
mempengaruhi tingkat keberhasilan usaha beternak burung puyuh.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan peternakan puyuh AGRI BIRD
dalam pembuatan kandang antara lain adalah :
a. Lokasi Kandang
Lokasi kandang dipilih dan diperhitungkan secara cermat,
karena lokasi kandang sangat mempengaruhi produksi burung puyuh,
pendistribusian pakan, obat-obatan maupun hasil panen yang nantinya
akan dipasarkan, untuk itu dalam penentuan lokasi kandang harus
diperhatikan beberapa hal, antara lain :
1) Kandang Jauh Dari Pemukiman Penduduk
Letak kandang dipilih pemilik peternakan adalah dipilih lokasi
kandang yang jauh dari pemukiman penduduk, karena usaha
peternakan burung puyuh selain menghasilkan produk utama, juga
menghasilkan limbah yaitu berupa kotoran puyuh, dan kotoran ini
dapat menimbulkan bau yang dapat mengganggu lingkungan
masyarakat yang ada disekitar lokasi kandang. Peternakan burung
commit to user
18
meter dari pemukiman penduduk, dan dari jarak 500 meter ini, bau
kotoran puyuh tidak tercium, sehingga masyarakat sekitar
peternakan tidak merasa terganggu dengan adanya peternakan
burung puyuh ini. Selain untuk menghindari pencemaran udara
yang dapat mengganggu masyarakat sekitar peternakan, letak
kandang yang jauh dari pemukiman penduduk juga bertujuan untuk
menjauhkan puyuh dari sumber kebisingan, suara bising yang
terjadi secara tiba-tiba dapat mengakibatkan stress pada burung
puyuh, dan hal ini dapat mengakibatkan penurunan jumlah
produksi telur, karena burung puyuh merupakan jenis burung yang
mudah stress.
2) Sarana dan Prasarana Transportasi Mudah
Sarana dan prasarana dari dan menuju peternakan puyuh AGRI
BIRD sudah cukup bagus, hal ini tentunya sangat menunjang
kegiatan usaha peternakan burung puyuh, karena pendistribusian
pakan, obat-obatan, peralatan, bibit puyuh, dan penjualan hasil dari
peternakan juga akan semakin mudah dan lancar.
3) Tersedia Cukup Air dan Saluran Pembuangan
Air merupakan salah satu hal terpenting dan mutlak dibutuhkan
dalam usaha peternakan maupun usaha lainnya. Air dibutuhkan
untuk minum dan kebutuhan lainnya, oleh karena itu kebutuhan air
bersih harus selalu tercukupi, baik itu dimusim kemarau maupun
musim penghujan. Kebutuhan air di peternakan puyuh AGRI
BIRD diperoleh dari 2 sumur utama, yang berfungsi mencukupi
semua kebutuhan air di peternakan puyuh. Selain sumber air,
saluran pembuangan juga dibutuhkan untuk menyalurkan limbah
cair yang akan dibuang. Letak peternakan burung puyuh AGRI
BIRD yang sangat strategis yaitu disebelah barat berbatasan
langsung dengan Bengawan Solo, sehingga memudahkan dalam
commit to user
19
4) Pencahayaan dan Sirkulasi Udara Yang Lancar
Sistem pencahayaan dan sirkulasi udara yang lancar sangat
diperlukan, burung puyuh membutuhkan sinar selama 24 jam , baik
itu sinar matahari di siang hari atau sinar lampu pada malam hari.
Cahaya memberikan rangsangan pada pineal untuk memberikan
informasi cahaya kepada hipothalamus untuk menjalankan sistem
reproduksi. Hipothalamus kemudian memerintahkan anterior
pituitary untuk mengeluarkan hormon FSH (Foliste Stimulating
Hormon) dan LH (Luteotropic Hormon), rangsangan hormon FSH
dan LH inilah yang menghasilkan telur ( Hartono, 2004). Selain itu
cahaya matahari yang masuk kedalam kandang dapat berfungsi
sebagai pembunuh bibit penyakit, menghindari kelembaban yang
terlalu tinggi, dan sebagai sumber vitamin D alami. Sirkulasi udara
di kandang puyuh AGRI BIRD Jaten, Karanganyar, dirancang
sebaik mungkin agar udara didalam kandang dapat terus berganti,
bau amoniak yang dihasilkan dari kotoran puyuh dapat berkurang,
sehingga kesehatan burung puyuh lebih terjaga.
5) Aman dan Pengawasan Mudah
Penentuan lokasi kandang peternakan burung puyuh AGRI BIRD
dipilih tempat yang aman dan bebas dari ancaman binatang buas,
maupun wabah penyakit. Lokasi kandang di peternakan burung
puyuh AGRI BIRD dikelilingi pagar tembok setinggi 2,5 meter,
sehingga mempermudah dalam pengawasan terdapat aset yang
terdapat di dalam lokasi kandang peternakan puyuh AGRI BIRD.
Lokasi kandang yang aman dan nyaman membuat puyuh dapat
berproduksi secara maksimal.
b. Sistem Kandang
Sistem kandang yang digunakan di peternakan burung puyuh
AGRI BIRD yaitu menggunakan sistem kandang baterai. Dalam hal ini
pemilik usaha peternakan puyuh bapak Suryono mempunyai beberapa
commit to user
20
kandang baterai mudah dibersihkan, sirkulasi udara bagus sehingga
dapat mengurangi resiko penyakit, kenyamanan dan keamanan puyuh
di dalam kandang juga terjaga, karena puyuh tidak akan di makan oleh
predator, seperti tikus dan kucing, kandang baterai juga tidak
membutuhkan tempat yang terlalu luas sehingga lahan dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Sistem kandang baterai yang digunakan dipeternakan burung
puyuh AGRI BIRD berukuran 100x60x30 cm, terbuat dari kerangka
kayu, alas dan dinding kawat, dan di bagian bawah kandang terdapat
wadah yang berguna untuk menampung kotoran puyuh. Penggunaan
wadah kotoran ini mumudahkan dalam pemeliharaan kebersihan
kandang, karena kotoran puyuh tidak menimpa puyuh yang ada
dikandang bawahnya. Bahan pembuatan kandang dipilih dari bahan
yang tahan terhadap suhu dan kelembaban, dan mempunyai umur
pakai relatif lama.
c. Bangunan Kandang
Bangunan kandang puyuh AGRI BIRD berukuran 5x15 m dan
tinggi 4 m, terbuat dari batu bata dan semen, bertujuan untuk
melindungi semua yang ada didalam bangunan kandang dari pengaruh
cuaca dan terpaan angin secara langsung. Atap bangunan dipilih
genteng, karena genteng mampu menahan panas, mempunyai umur
pakai yang lebih lama, dan pada saat musim penghujan mudah
diketahui apabila terjadi kebocoran. Lantai kandang dibuat dari
campuran semen dan pasir, hal ini bertujuan agar lantai kandang
mudah dibersihkan, dan kandang tidak terlalu lembab. Setiap
bangunan kandang mempunyai lubang ventilasi yang cukup, sehingga
sirkulasi udara yang ada didalam kandang dapat dapat berjalan
lancar,udara dapat terus berganti dan hal ini juga bermanfaat terhadap
commit to user
21
2. Pembibitan Puyuh
Untuk mendapatkan bibit puyuh yang berkualitas bagus, yang
nantinya diharapkan akan menghasilkan puyuh petelur yang berkualitas
dan mempunyai produksi telur tinggi, peternak dapat melakukan penetasan
sendiri atau membeli DOQ dari perusahaan penetasan puyuh yang sudah
terakreditasi baik. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembibitan
puyuh antara lain :
a. Persiapan Kandang
Kandang pembibitan diperlukan untuk tempat terjadinya
perkawinan alami antara puyuh jantan dan betina. Kandang yang
digunakan pada pemeliharaan puyuh pembibitan sama seperti yang
digunakan pada fase pemeliharaan Layer. Kandang yang digunakan
dalam proses pembibitan atau terjadinya perkawinan puyuh secara
alami berukuran 100x60x30 cm. Sebelum kandang digunakan,terlebih
dahulu diperbaiki apabila terjadi kerusakan pada kandang, disediakan
tempat pakan dan minum, dicuci dan dibersihkan terlebih dahulu,
kemudian dijemur, agar kandang cepat kering dan bertujuan untuk
membunuh kuman dan bibit penyakit yang mungkin masih tersisa di
kandang.
b. Seleksi Indukan dan Pejantan
Sebelum pada tahapan perkawinan, terlebih dahulu dilakukan
seleksi terhadap bakal calon pejantan dan indukan, agar nantinya
didapatkan hasil yang maksimal, yaitu menghasilkan telur tetas dengan
daya tetas tinggi, bermutu dan berkualitas baik. Syarat-syarat yang
harus dipenuhi untuk indukan puyuh yang akan digunakan sebagai
indukan adalah :
1) Berasal dari strain puyuh dengan produktivitas tinggi.
2) Puyuh berasal dari perkawinan silang Grand Parent Stock (GPS),
bukan berasal dari puyuh Parent Stock (PS) atau Final Stock (FS).
3) Berasal dari daerah yang berbeda dengan pejantan bertujuan untuk
commit to user
22
4) Induk betina minimum 2,5 bulan dan sudah mengalami dewasa
kelamin dan dewasa tubuh.
5) Penampilan fisik baik, tidak memiliki cacat tubuh, terlihat sehat,
lincah, dan memiliki bobot tubuh yang seragam.
Selain dibutuhkan indukan yang berkualitas baik, dalam usaha
pembibitan juga dipersiapkan puyuh pejantan yang berkualitas tinggi,
antara lain adalah :
1) Berasal dari strain puyuh dengan produktivitas tinggi.
2) Puyuh berasal dari perkawinan silang Grand Parent Stock (GPS),
bukan berasal dari puyuh Parent Stock (PS) atau Final Stock (FS).
3) Puyuh jantan minimum berumur sekitar 2,5 bulan atau sudah
mengalami dewasa kelamin dan dewasa tubuh.
4) Penampilan fisik baik, sehat, lincah, dan tidak terdapat cacat tubuh,
serta memiliki bobot badan yang seragam (Wuryadi, 2011).
Pembibitan burung puyuh yang dilakukan oleh peternak
penetas yaitu dengan menggunakan indukan puyuh dari strain
Coturnix-coturnik japonica atau puyuh Jepang, karena puyuh Jepang
mempunyai tingkat produksi yang tinggi, umur bertelur lebih cepat,
perawatan mudah, dan lebih tahan terhadap penyakit. Indukan yang
digunakan oleh peternak penetas berasal dua daerah yang berbeda, hal
ini bertujuan untuk menghindari perkawinan sedarah atau inbreeding
yang merugikan, karena dari perkawinan sedarah atau inbreeding akan
menghasilkan bibit puyuh yang berkualitas kurang bagus, lebih rentan
terhadap penyakit, dan biasanya mempunyai cacat tubuh.
Indukan burung puyuh yang digunakan oleh peternak penetas
untuk puyuh betina berumur sekitar 3,5 bulan, dan untuk puyuh jantan
berumur lebih muda yaitu sekitar 2,5 bulan. Menurut peternak penetas
burung puyuh pada umur tersebut sudah benar-benar siap untuk
membuahi, dan kualitas telur yang dihasilkan juga lebih baik. Bobot
rata-rata untuk puyuh jantan sekitar 120 gram/ekor, dan untuk puyuh
commit to user
23
c. Perawatan Puyuh dan Kandang
Perawatan puyuh pembibitan tidak berbeda jauh dengan
perawatan puyuh pada fase layer pada usaha puyuh petelur. Kualitas,
kuantitas pakan dan minum harus selalu diperhatikan agar telur yang
dihasilkan berkualitas bagus. Jumlah pakan yang diberikan rata-rata
adalah 22 gr/ekor/hari dan kebutuhan air minum rata-rata 50-60
ml/ekor/hari atau pemberian pakan dan minum dilakukan secara
adlibitum.
Perawatan kandang yang dilakukan yaitu dengan membuang
kotoran puyuh, membersihkan tempat minum dan mengganti airnya
dengan yang baru setiap hari, memberikan Vita Tetra-Chlor yang
berfungsi sebagai antibiotik dan vitamin pada saat-saat tertentu,
misalnya pada saat terjadi perubahan cuaca, perpindahan dari satu
kandang ke kandang yang lainnya, atau hal yang lainnya yang dapat
mengakibatkan stress. Perubahan cuaca yang terjadi secara tiba-tiba,
perpindahan puyuh dari satu kandang ke kandang lainnya dapat
mengakibatkan stress, yang pada akhirnya dapat menurunnya produksi
telur tetas.
d. Proses Kawin Alami
Proses pembibitan puyuh dilakukan dengan cara perkawinan
alami, yaitu dengan menempatkan puyuh dalam satu kandang ukuran
100x60x30 cm, dan mengisinya dengan puyuh jantan dan betina yang
bukan merupakan puyuh inbreeding sebanyak 25 ekor, dengan
perbandingan 1 : 4, yang artinya 1 ekor pejantan membuahi 4 ekor
betina. Perbandingan jumlah antara puyuh jantan dan betina ini dirasa
ideal, karena apabila puyuh jantan terlalu banyak membuahi puyuh
betina, dan indukan yang digunakan dari burung puyuh inbreeding
maka akan berpengaruh terhadap kualitas telur yang dihasilkan dan
daya tetas dari telur puyuh juga akan menurun.
Pemilihan umur puyuh bertujuan agar puyuh indukan
commit to user
24
perkawinan adalah puyuh jantan berumur 2,5 bulan dan untuk puyuh
betina berumur 3,5 bulan. Pada umur tersebut puyuh indukan pejantan
maupun betina sudah masuk dalam dewasa kelamin maupun dewasa
tubuh. Pemilihan umur indukan dan pejantan yang digunakan ini
penting dilakukan, karena apabila indukan yang digunakan belum
memasuki dewasa kelamin atau dewasa tubuh juga akan berpengaruh
terhadap tingkat fertilitas dari telur yang ditetaskan.
e. Penetasan
Burung puyuh tidak mengerami telurnya sendiri, sehingg masih
membutuhkan campur tangan dari peternak, oleh karena itu dilakukan
penetasan dengan menggunakan mesin tetas. Sebelum melakukan
penetasan, peternak penetas terlebih dahulu melakukan beberapa
rangkaian kegiatan yang harus dilakukan agar proses penetasan
berjalan lancer dan memperoleh hasil yang diinginkan. Beberapa hal
yang dilakukakan tersebut adalah :
1) Melakukan seleksi telur tetas
Setelah proses pemanenan telur dari kandang indukan, dan sebelum
dimasukkan kedalam mesin penetas terlebih dahulu dilakukan
pemilihan atau sortasi terhadap telur yang akan ditetaskan, telur
yang berkualitas baik akan dimasukkan dalam mesin tetas, dan
telur yang masuk dalam kriteria sortir akan digunakan menjadi
telur konsumsi. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam
pemilihan telur tetas adalah :
a) Kulit telur halus, tidak terdapat kotoran yang menempel dikulit,
dan telur tidak retak, telur puyuh dipilih yang terdapat kulitnya
totol-totol warna hitam kecoklatan, tidak yang berwarna polos.
b) Bentuk telur normal yaitu oval, tidak terlalu bulat dan tidak
terlalu lonjong.
c) Telur mempunyai ukuran dan bobot yang seragam, telur yang
commit to user
25
d) Telur yang akan ditetaskan berumur kurang dari 5 hari, karena
menurut pengalaman peternak telur yang berumur lebih dari 5
hari daya tetasnya akan lebih rendah dibandingkan dengan telur
yang berumur kurang dari 5 hari.
e) Telur ditata di rak tempat telur yang untuk selanjutnya akan
dimasukkan kedalam mesin penetas.
2) Mempersiapkan mesin penetas
Sebelum telur dimasukkan kedalam mesin tetas, terlebih dahulu
dipersiapkan mesin tetas yang akan digunakan. Persiapan yang
dilakukan tersebut antara lain adalah :
a) Membersihkan mesin tetas dari kotoran yang mungkin masih
tersisa dan menyemprotkan desinfektan/formalin yang
dicampur dengan air, dengan perbandingan 1 : 60 keseluruh
bagian mesin penetas sampai merata, hal ini bertujuan untuk
membunuh bakteri yang ada dalam mesin penetas yang dapat
mengganggu selama proses penetasan telur, atau bahkan dapat
menurunkan daya tetas telur.
b) Mempersiapkan bohlam yang akan digunakan sebagai pemanas
dalam penetasan, untuk mesin penetasan ukuran 120x80x40cm
menggunakan 11 bohlam ukuran 5 watt, 10 bohlam berfungsi
sebagai sumber penghangat, sedangkan 1 bohlam berfungsi
sebagai lampu kontrol.
c) Mempersiapkan termometer yang berfungsi untuk melihat suhu
didalam mesin penetas, agar suhu di dalam mesin penetas dapat
dikontrol dengan baik.
d) Sebelum telur dimasukkan, mesin tetas dinyalakan terlebih
dahulu agar diperoleh suhu optimum untuk penetasan yaitu
38-38,5ºC.
e) Dibagian bawah rak telur ditempatkan 2 buah baki wadah air
ukuran 25x40cm, yang berfungsi untuk menjaga kelembaban
commit to user
26
f) Mengatur thermostat agar suhu didalam mesin penetas tetap
terjaga yaitu sekitar 38-38,5ºC.
g) Telur puyuh yang telah disusun di rak telur siap dimasukkan
kedalam mesin penetasan dan untuk mengetahui perkiraan
kapan telur akan menetas pada mesin penetas diberi tanda
tanggal, dan waktu pemasukan telur.
3) Perlakuan saat penetasan
Penetasan yang dilakukan oleh peternak penetas, masih
menggunakan mesin penetas manual, oleh karena itu dibutuhkan
campur tangan dari peternak agar hasil yang diperoleh dapat
maksimal, kegiatan yang dilakukan selama proses penetasan antara
lain adalah :
a) Melakukan pembalikan telur secara manual 2-4 kali setiap hari,
pukul 7 pagi, pukul 11 siang, pukul 3 sore, dan pukul 7 malam,
pembalikan telur dilakukan setiap hari dari hari ke-2 sampai
hari ke-15.
b) Suhu dan kelembaban telur terus dijaga dan diperhatikan agar
tetap berada pada suhu 38-38,5ºC dan kelembaban 80-90%.
Bohlam yang mati harus segera diganti, dan ketersediaan air
sebagai pengatur kelembaban harus selalu tersedia.
c) Apabila suhu didalam mesin penetas terlalu panas akan
mengakibatkan puyuh menetas lebih awal, dan biasanya puyuh
tersebut akan mempunyai cacat fisik atau kaki pengkor.
d) Pada hari ke-16 telur puyuh sudah mulai menetas dan pada hari
berikutnya yaitu hari ke-17 telur puyuh sudah menetas
keseluruhan. Puyuh sudah dapat dikeluarkan dari mesin
penetas, setelah berada dalam mesin penetas selama 24 jam,
atau dapat dilihat dari ciri fisik yaitu bulu DOQ sudah kering.
e) Mengambil DOQ dari dalam mesin penetas. Oleh karena puyuh
yang dihasilkan merupakan jenis puyuh Final Stock maka
commit to user
27
DOQ, yaitu dengan melihat perbedaan warna pada bulu DOQ.
Untuk DOQ jantan bulu berwarna hitam, sedangkan untuk
DOQ betina bulu berwarna coklat.
f) Menurut pengalaman peternak pak penetas, persentase daya
tetas dari menetaskan 1.000 butir telur puyuh, rata-rata berkisar
70%, atau menetas sebanyak 700 ekor, dan dari 700 ekor
tersebut perbandingan jantan dan betina sekitar 50 : 50, atau
350 ekor jantan dan 350 ekor betina.
4) Pelakuan setelah penetasan
Setelah proses penetasan telah selesai dilakukan, hal yang
dilakukan oleh peternak selanjutnya adalah:
a) Mematikan aliran listrik dalam mesin tetas.
b) Mengeluarkan baki tempat air, dan membersihkan mesin tetas
dari sisa-sisa penetasan, kulit telur dan telur yang tidak
menetas.
3. Pemeliharaan Puyuh Fase Starter
Seperti halnya ternak unggas lainnya, usaha beternak puyuh juga
mempunyai beberapa tahapan pemeliharaan, yaitu pemeliharaan puyuh
fase starter, grower dan layer. Setiap fase pemeliharaan memiliki
perbedaan dalam proses pemeliharaan. Beberapa hal yang harus dilakukan
dalam setiap fase pemeliharaan tersebut antara lain adalah :
a. Persiapan Kandang
Kandang yang digunakan peternakan puyuh AGRI BIRD untuk
memelihara puyuh fase starter adalah berupa kandang box, dengan
dinding kandang terbuat dari triplek, alas kandang dan bagian depan
berupa kawat. Sebelum DOQ (Day Old Quail) datang, kandang
dibersihkan terlebih dahulu, lalu dijemur dibawah terik matahari, hal
ini bertujuan untuk membunuh kuman dan bibit penyakit yang
mungkin masih terdapat di dalam kandang box. Dalam kandang box
commit to user
28
didalam kandang box tidak terlalu rendah, sehingga DOQ tidak
kedinginan dan merasa nyaman saat berada dalam kandang.
Sebelum DOQ dimasukkan dalam kandang, terlebih dahulu
bohlam dinyalakan agar suhu didalam kandang menjadi hangat atau
paling tidak mendekati suhu pada saat berada dalam mesin penetas
yaitu sekitar 38-38,5ºC sehingga nanti pada waktu DOQ dimasukkan
dalam kandang DOQ tidak mengalami perubahan suhu yang drastis.
Alas kandang yang berupa kawat, bagian atasnya dilapisi dengan
kertas koran bertujuan agar DOQ tidak terperosok, kotoran dan air
yang jatuh dapat terserap.
b. Pemilihan DOQ
Anak puyuh yang baru menetas atau DOQ (Day Old Quail),
berasal dari indukan yang berkualitas, dan biasanya bapak Suryono,
mendapatkan bibit puyuh dari peternakan dan penetasan puyuh bapak
Partubi dan bu Sartini yang beralamat di Kampung Gajahan,
Colomadu, Karanganyar. Alasan Bapak Suryono membeli bibit dari
tempat pak Partubi dan bu Sartini, karena DOQ dari kedua peternakan
penetasan tersebut DOQ yang didapatkan terlihat lincah, sehat, tidak
mempunyai cacat fisik, ukuran DOQ seragam, bobot DOQ berkisar
6,5-8 gram/ekor, bulu terlihat bersih dan mengkilap.
Selain alasan diatas peternakan penetas pak Partubi dan bu
Sartini telah memahami perkawinan sedarah atau inbreeding sehingga
DOQ yang dihasilkan berkualitas bagus dan produksi telur yang
dihasilkan bisa maksimal yaitu bisa mencapai produksi puncak sekitar
97% yang berlangsung kurang lebih selama 2-4 minggu.
c. Kepadatan dan Suhu di Dalam Kandang
Setelah semua persiapan kandang, tempat pakan, tempat
minum telah selesai, DOQ dapat segera dimasukkan kandang open
atau kandang box. Jumlah DOQ yang dimasukkan dalam kandang box
disesuaikan dengan luas kandang box, jumlah DOQ tidak terlalu
commit to user
29
mengakibatkan kematian, dan juga jumlah DOQ dalam kandang tidak
terlalu sedikit. Di peternakan puyuh AGRI BIRD jumlah DOQ dalam
kandang open yaitu 100 ekor/kandang, dengan ukuran kandang
100x60x25 cm. Jumlah DOQ dalam kandang starter di peternakan
burung puyuh AGRI BIRD telalu padat, hal ini tidak sesuai dengan
pendapat Roospitasari dan Kinanti, 2009 yaitu biasanya untuk ukuran
kandang 1m² dapat menampung 100 ekor anak puyuh umur 1-10 hari.
Dalam kandang box terdapat 2 bohlam berukuran 25 watt yang
berfungsi sebagai pemanas, DOQ membutuhkan suhu kandang yang
hangat. Indikasi suhu didalam kandang dapat diketahui dari perilaku
burung puyuh yaitu apabila suhu dalam kandang terlalu rendah, puyuh
cenderung akan bergerombol dibawah bohlam, untuk mencari tempat
yang hangat, dan sebaliknya apabila suhu didalam kandang terlalu
tinggi, puyuh akan mendekati tempat minum dan menjauhi sumber
panas. Apabila suhu didalam kandang sudah cukup ideal, puyuh akan
menyebar merata diseluruh kandang.
d. Pemberian Pakan dan Minum
DOQ (Day Old Quail) yang baru datang diberikan air minum
yang telah dicampur dengan Vita Tetra-Chlor dengan dosis 1gram
untuk 1 liter air. Pemberian Vita Tetra-Chlor berfungsi sebagai
sumber vitamin, mineral dan antibiotik. Tempat minum yang
digunakan khusus untuk puyuh anakan yang mempunyai pengaman
pada piringnya, atau apabila menggunakan tempat minum untuk puyuh
dewasa pada piringan diberi batu agar anakan puyuh tidak tercebur
dalam piringan tempat minum. Kebutuhan minum untuk satu kandang
box ukuran 100x60x25 cm berisi 100 ekor, kurang lebih 6,5-7
ml/ekor/hari akan tetapi untuk menghindari puyuh kekurangan air
minum, pemberian air minum dilakukan secara adlibitum. Air minum
untuk puyuh ditempatkan dalam gelas tempat minum, masing-masing
commit to user
30
Pemeliharaan puyuh pada fase starter diberikan pakan jenis
complete feed yaitu BR1 merk Comfeed dari produsen pakan JAPFA
Comfeed Indonesia, yang telah digiling atau berbentuk tepung (mash)
sehingga memudahkan anakan puyuh dalam mencerna pakan yang
diberikan. Pakan BR1 merk Comfeed mempunyai kandungan protein
21%, dan ini sangat bagus untuk puyuh fase starter, karena pada fase
ini puyuh membutuhkan pakan untuk pertumbuhan. Tempat pakan
berupa nampan berukuran 20x25 cm sebanyak 2 buah yang diatasnya
diberi kawat agar pakan tidak tercecer saat di kais-kais oleh puyuh.
Pakan yang dibutuhkan saat umur 1-7 hari sekitar 2-4 gram/ekor/hari.
Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore hari agar tidak ada
pakan yang tersisa yang dapat menimbulkan bakteri dan jamur yang
bisa menggangu kesehatan anak puyuh.
e. Perawatan Puyuh dan Kandang
Perkembangan puyuh pada masa awal pertumbuhan harus
selalu diawasi, karena pada masa ini puyuh sangat rentan terhadap
perubahan suhu dalam kandang. Alas kandang yang berupa koran
diganti setiap 2 hari sekali, atau diganti setiap kertas koran sudah mulai
lembab dan kotor. Pada hari ke-1 seluruh ventilasi kandang ditutup,
agar suhu didalam kandang tetap terjaga dan puyuh terhindar dari
terpaan angin secara langsung. Pada hari ke-2 sampai dengan hari ke-5
ventilasi kandang dibuka secara bertahap, dan pada hari ke-6 ventilasi
dibuka seluruhnya pada siang hari dan ditutup pada malam hari.
Pada hari ke-7 alas kandang yang berupa koran dapat diambil
dan dibersihkan, puyuh menggunakan alas kandang berupa kawat,
pada siang hari bohlam hanya dinyalakan 1 buah, sedangkan pada
malam bohlam dinyalakan keseluruhan. Pada hari ke-10 populasi di
setiap kandang box dikurangi 50 ekor perkandang, dan pada siang hari
sekitar pukul 09.00-14.00 sampai hari ke-21 puyuh dipanaskan di
bawah terik sinar matahari, saat dijemur dibawah sinar matahari,
terengah-commit to user
31
engah akibat kepanasan. Perlakuan mengeluarkan puyuh dan
menjemur puyuh dibawah terik matahari hal ini menurut pemilik
peternakan puyuh yaitu bapak Suryono, berfungsi sebagai sumber
vitamin D alami, dan dapat membunuh kuman yang terdapat dalam
kandang puyuh.
4. Pemeliharaan Puyuh Fase Grower
Pemeliharaan puyuh pada fase grower, merupakan lanjutan dari
tahapan pemeliharaan sebelumnya yaitu fase starter. Fase grower yaitu
saat puyuh berumur 21-30 hari, pada fase ini fisik puyuh sudah lebih kuat,
dan bisa beradaptasi dengan lingkungan. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada pemeliharaan puyuh fase grower yaitu :
a. Persiapan kandang
Sebelum puyuh dimasukkan ke kandang grower, kandang
dibenahi terlebih dahulu, tempat untuk menampung kotoran dan kawat
dinding kandang yang sudah rusak diganti dengan yang baru. Tempat
pakan dan minum juga harus disiapkan. Setelah itu kandang dicuci
bersih, dijemur berfungsi untuk mematikan bibit penyakit yang
mungkin masih tertinggal didalam kandang, setelah itu kandang siap
ditempati puyuh fase grower. Untuk menghindari stress, sebelum
dipindah ke kandang grower, puyuh diberi vitamin dan antibiotik
terlebih dahulu.
b. Pemilihan Bibit Puyuh Grower
Puyuh yang sebelumnya berada di kandang starter, secara
bertahap dipindah ke kandang grower. Puyuh yang dimasukkan
kandang grower diseleksi terlebih dahulu berdasarkan ciri fisik yaitu
puyuh yang sehat dan mengalami cacat fisik di bedakan kandangnya,
selain itu juga dipilih berdasarkan kesehatan puyuh yang dapat dilihat
dari kelincahan dan gerak puyuh saat berada dikandang, selain itu
seleksi juga berdasarkan ukuran tubuh yang seragam, sehingga puyuh
commit to user
32
seragam yaitu sekitar 70-75 gram/ekor, dan hal ini dilakukan bertujuan
untuk mengurangi resiko kematian dan kekerdilan.
c. Kepadatan dan Suhu di Dalam Kandang
Kandang puyuh pada fase grower berukuran 100x60x30 cm,
jumlah puyuh yang dimasukkan kedalam kandang grower adalah 25
ekor/kandang. Karena puyuh pada fase grower sudah dapat beradaptasi
dengan lingkungan sekitarnya, maka tidak dibutuhkan lagi bohlam
sebagai pemanas, suhu dalam kandang cukup 25ºC. Hanya saja pada
malam hari didekat kandang grower ditempatkan bohlam secukupnya
sebagai sumber cahaya, agar puyuh tidak saling tabrak yang dapat
mengakibatkan luka bahkan cacat pada puyuh, dan selain itu agar
puyuh dapat melakukan aktivitas makan dan minum, sehingga
pertumbuhan bisa maksimal.
d. Pemberian Pakan dan Minum
Pada fase grower jenis pakan yang diberikan masih sama
dengan jenis pakan yang diberikan pada fase starter adalah jenis pakan
complete feed yaitu BR1 merk Comfeed dari produsen pakan JAPFA
Comfeed Indonesia, yang telah digiling sehingga berbentuk tepung
(mash). Jumlah pakan yang diberikan per ekor per hari yaitu sekitar
12-14 gr/ekor/hari. Kebutuhan pakan yang diberikan juga akan terus
mengalami peningkatan sesuai dengan tingkatan umur puyuh.
Pemberian pakan dilakukan pada pagi hari, sedangkan kebutuhan
minum untuk satu kandang ukuran 100x60x30cm yang berisi 50 ekor
puyuh adalah kurang lebih 25-35 ml/ekor/hari, akan tetapi lebih baik
jika pemberian minum dilakukan secara adlibitum, air minum
ditempatkan pada wadah minum berukuran 1 L/botol, dan penggantian
air dilakukan setiap hari.
e. Perawatan Puyuh dan Kandang
Perawatan puyuh pada masa grower sangat penting dan perlu
diperhatikan dengan seksama, karena pertumbuhan pada masa grower
commit to user
33
grower sudah ditempatkan menjadi satu bangunan dengan puyuh fase
layer. Kelembaban dan sirkulasi udara harus tetap terjaga dengan baik,
untuk itu kotoran puyuh dibersihkan setiap hari, agar tidak timbul bibit
penyakit dan kelembaban yang terlalu tinggi sehingga kesehatan puyuh
tetap terjaga dengan baik.
5. Pemeliharaan Puyuh Fase Layer
Pemeliharaan fase layer merupakan tahapan terakhir dalam proses
pemeliharaan burung puyuh, pada fase ini puyuh sudah mulai berproduksi
atau bertelur. Umur pertama puyuh bertelur sekitar 38-45 hari, dan terus
akan mengalami peningkatan produksi sampai pada puncak produksi pada
umur 4-6 bulan, produksi akan stabil sampai beberapa bulan dan akan
mengalami penurunan secara perlahan hingga puyuh afkir. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan puyuh fase layer antara lain :
a. Menyiapkan Kandang
Sama halnya dengan perlakuan pada kandang puyuh fase
grower, sebelumnya kandang yang akan digunakan untuk puyuh pada
fase layer, dibenahi terlebih dahulu apabila terdapat kerusakan pada
bagian kandang, setelah itu kandang dicuci bersih dan dijemur
dibawah terik sinar matahari, hal ini bertujuan untuk mematikan bibit
penyakit yang mungkin masih tertinggal didalam kandang, tempat
pakan dan minum disediakan, dan kandang siap untuk digunakan.
Sebelum puyuh dari kandang grower dipindahkan kekandang layer,
untuk menghindari stress puyuh diberi vitamin terlebih dahulu.
b. Pemilihan Bibit Fase Layer
Pada fase layer puyuh sudah siap berproduksi, proses
pemilihan dan penyeleksian pada tahap ini sama dengan tahap
penyeleksian pada tahap pemeliharaan grower yaitu puyuh yang akan
dimasukkan kandang layer dipilih berdasarkan kesehatan yang dapat
commit to user
34
ukuran tubuh dan bobot yang seragam, sehingga pertumbuhan puyuh
dalam satu kandang dapat sama dan seragam.
c. Kepadatan dan Suhu Kandang
Jumlah puyuh yang dimasukkan ke dalam kandang layer
ukuran 100x60x30 cm sama dengan jumlah puyuh saat berada dalam
kandang grower yaitu sebanyak 25 ekor/kandang. Jumlah puyuh ini
menurut pemilik peternakan yaitu bapak Suryono cukup ideal, karena
jika didalam kandang populasi puyuh terlalu padat dapat mengganggu
kesehatan puyuh, puyuh saling berhimpitan dan sirkulasi udara
didalam kandang menjadi kurang baik. Dan sebaliknya apabila
populasi puyuh didalam kandang terlalu sedikit dapat mengakibatkan
puyuh lebih aktif bergerak sehingga konsumsi pakan meningkat dan
pada akhirnya menimbulkan pemborosan pakan.
d. Pemberian Pakan dan Minum
Jenis pakan yang digunakan pada fase layer yaitu jenis
complete feed, masih menggunakan pakan BR1 merk Comfeed. Pada
masa ini puyuh mulai dilatih untuk makan dalam bentuk crumble.
Pemberian pakan BR1 terus dilakukan sampai puyuh mulai
berproduksi, setelah puyuh mulai berproduksi pakan diganti dengan
pakan khusus untuk puyuh yaitu merk Formula dari produsen pakan
Sierad Produce . Jumlah pakan yang diberikan pada fase layer sekitar
20-22 gram/ekor/hari. Sebelum pemberian pakan, terlebih dahulu
pakan yang tersisa didalam tempat pakan diratakan terlebih dahulu, hal
ini bertujuan agar pakan sisa hari sebelumnya dimakan terlebih dahulu,
dan agar tidak terjadi pakan yang menjamur yang dapat mengganggu
kesehatan puyuh.
Kebutuhan air minum pada fase layer kurang lebih 40-60
ml/ekor/hari, Kebutuhan minum puyuh juga dipengaruhi cuaca, apabila
cuaca sedang panas, kebutuhan minum dapat meningkat, dan apabila
cuaca dingin puyuh tidak banyak minum. Untuk itu agar kebutuhan
commit to user
35
sangat dibutuhkan burung puyuh pada fase layer, air merupakan salah
satu syarat berlangsungnya kehidupan. Air bermanfaat untuk
menstabilkan panas badan, membantu pencernaan, transportasi sari
makanan keseluruh tubuh, dan juga berfungsi dalam proses
pembentukan telur, karena apabila pakan atau minum yang diberikan
terlambat akan mempengaruhi produksi telur, jumlah telur yang
dihasilkan akan berkurang untuk beberapa hari selanjutnya.
e. Perawatan Puyuh dan Kandang
Pada pemeliharaan fase layer, burung puyuh sudah mulai
bertelur, untuk itu keadaan dan kondisi puyuh harus selalu
diperhatikan, agar produksi telur yang dihasilkan bisa optimal. Pada
fase layer puyuh membutuhkan pencahayaan selama 24 jam. Karena
itu, kandang puyuh harus diberi pencahayaan pada malam hari. Cahaya
akan merangsang puyuh untuk makan dan minum serta merangsang
hormone FSH (Folicel Stimulating Hormone), sehingga puyuh betina
akan rajin bertelur. Dalam 1 bangunan kandang dipeternakan puyuh
AGRI BIRD ukuran 5x15 m terdapat 4 buah lampu essential berdaya
24 watt.
Kotoran, tempat minum, lantai kandang dan langit-langit
kandang dibersihkan setiap hari, agar kelembaban didalam kandang
tidak terlalu tinggi dan tidak terjadi bau amonia yang berlebihan, bau
ammonia dan kelembaban yang berlebihan dapat mengakibatkan
puyuh mudah terserang penyakit.
6. Pecegahan dan Pengendalian Penyakit
Burung puyuh termasuk jenis unggas yang tahan terhadap
penyakit, akan tetapi burung puyuh sangat peka terhadap perubahan
cuaca, untuk itu pencegahan terhadap serangan penyakit dan perubahan
cuaca harus selalu diperhatikan. Di peternakan burung puyuh AGRI BIRD
Jaten, program pencegahan penyakit lebih diutamakan daripada
commit to user
36
program pencegahan lebih murah dibandingkan dengan pengobatan, dan
umumnya puyuh yang pernah terjangkit penyakit tidak mampu
berproduksi secara maksimal.
Dengan bisa merasakan perubahan cuaca dan mengetahui ciri-ciri
burung puyuh yang sehat, merupakan hal yang sangat penting agar dapat
mengetahui ciri puyuh yang sehat dan yang sakit, sehingga dalam
melakukan suatu tindakan pencegahan tepat pada waktunya.
Ciri-ciri puyuh yang sehat antara lain adalah :
1. Puyuh terlihat lincah
2. Kotoran normal tidak encer
3. Mata terlihat bening dan cerah
4. Konsumsi pakan dan minum normal
5. Produksi telur normal
Program pencegahan penyakit yang dilakukan dipeternakan puyuh
AGRI BIRD Jaten, Karanganyar yaitu :
1. Sanitasi kandang
2. Pemberian pakan sesuai dengan standart kebutuhan dan umur puyuh
3. Menyediakan lingkungan yang nyaman
4. Manajemen pemeliharaan
5. Manajemen penyakit
Sanitasi dilakukan setiap hari, kegiatan sanitasi meliputi
pembersihan wadah penampungan kotoran, menjaga kebersihan lantai
kandang, tempat minum dan tempat pakan. Setelah wadah tempat
penampungan kotoran dibersihkan, kemudian ditaburi dengan serbuk
gergaji atau sekam padi, hal ini bertujuan agar kotoran yang dihasilkan
puyuh tidak menempel di wadah kotoran dan dapat mengurangi bau
kotoran puyuh. Tempat minum dibersihkan dan air diganti setiap hari.
Kandang dibersihkan dari kotoran dan pakan yang tercecer dilantai.
Agar puyuh dapat berproduksi optimal, kecukupan pakan sangat
dibutuhkan baik kandungan nutrient maupun jumlah pakan yang
commit to user
37
yang tidak memadai sesuai kebutuhan dapat mengakibatkan produksi telur
menurun, selanjutnya kondisi puyuh akan menurun dan puyuh akan mudah
terjangkit penyakit. Sebelum pemberian pakan terlebih dahulu dilakukan
perataan pakan sisa hari sebelumnya, hal ini bertujuan agar pakan yang
tersisa dikonsumsi terlebih dahulu.
Lingkungan yang nyaman memungkinkan burung puyuh untuk
berproduksi secara optimal. Untuk itu lingkungan harus dijaga dari
kebisingan, kondisi yang terlalu panas atau terlalu dingin, lalu lalang
manusia disekitar kandang puyuh, dan hal lainnya yang dapat memicu
timbulnya stress pada puyuh.
Program pencegahan penyakit pada puyuh, tidak sepenuhnya dapat
menjamin keberhasilan peternakan terbebas dari penyakit. Salah satu yang
menentukan keberhasilan usaha beternak puyuh adalah manajemen
pemeliharaan. Pencegahan penyakit yang dilakukan dipeternakan puyuh
AGRI BIRD Jaten, Karanganyar yaitu dengan memberikan vitamin VITA
Tetra-Chlor, sebagai sumber vitamin, mineral dan juga antibiotik.
Pemberian minum yang telah dicampur dengan VITA Tetra-Chlor
dilakukan selama 2-4 hari berturut-turut, dan waktu pemberian yaitu saat
terjadi perubahan cuaca, dan perpindahan puyuh dari satu kandang ke
kandang lainnya.
7. Pemanenan
Hasil utama dari usaha peternakan puyuh AGRI BIRD Jaten,
Karanganyar adalah telur puyuh. Pada saat umur 38 hari, puyuh sudah
mulai bertelur sebagian dan saat umur 45 hari puyuh sudah bertelur
seluruhnya. Produksi telur akan terus meningkat sampai dengan
puncaknya yaitu sekitar 97% yang berlangsung selama 2-3 minggu, saat
puyuh berumur 4-6 bulan, setelah produksi puncak puyuh akan mulai
stabil yaitu produksi sekitar 80-87%, dan akan menurun sampai masa afkir