• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN MENERAPKAN MOTODE INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MONGGANG SEWON BANTUL YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN MENERAPKAN MOTODE INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MONGGANG SEWON BANTUL YOGYAKARTA."

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN MENERAPKAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI

TERBIMBING PADA SISWA KELAS V SDN MONGGANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Maria Yunita Didja 11108249034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

"Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak." (Aldus Huxley)

(6)

vi

PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Alamater Universitas Negeri Yogyakarta 2. Orang tua yang selalu memberikan doa

3. Bapak dan Ibu dosen yang selalu memberi motivasi

(7)

vii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN MENERAPKAN MOTODE INKUIRI TERBIMBING PADA

SISWA KELAS V SD NEGERI MONGGANG SEWON BANTUL YOGYAKARTA

Oleh Maria Yunita Didja NIM 11108249034

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPA dalam menerapkan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas V SD Negeri Monggang Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas menggunakan model penelitian tindakan kolaboratif. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, satu siklus dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Subyek penelitian adalah kelas VB sebanyak 17 orang siswa terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 6 siswa.Teknik pengumpulan data antara lain menggunakan obsevasi, tes dan dokumentasi dalam kegiatan pembelajaran. Pada prasiklus siswa yang mencapai ketuntasan baru 23,52%. Pada siklus I ketuntasan siswa meningkat menjadi 35,29% dan pada siklus II ketuntasan siswa mengalami peningkatan lagi menjadi 100%. Dari hasil analisis data terjadi bahwa pada sitiap siklus terjadi peningkatan dalam nilai siswa. hal ini dilihat pada nilai rata-rata siswa yaitu pra tindakan 69,64, siklus I meningkat menjadi 73,82 dan siklus II meningkat dengan baik yaitu 85. Hal yang sama juga terjadi pada kesungguhan belajar siswa dikelas.

Berdasarkan hasil analisis data dapat simpulkan bahwa dalam menerapkan metode inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VB.

(8)
(9)

ix DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar……….……. 1

B. Identifikasi Masalah……….. 5

C. Rumusan Masalah………...……….. 6

D. Batasan Masalah………... 6

E. Tujuan ………..……… 6

F. Manfaat………..………... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA SD ………... 9

1. Pembelajaran IPA …….………... 13

2. IPA untuk SD ………... 14

3. Tujuan Kurikuler Pembelajaran IPA ………... 15

4. IPA sebagai Disiplin Ilmu ………... 17

5. Konsep dan Prinsip IPA ……….. 18

(10)

x

b. Karakteristik Peserta Didik yang Sukses ………... 20

c. Karakteristik Peserta Didik yang Kreatif………. 22

C. Motode Inkuiri ………. 23

E. Definsi Operasional Variabel ……….. 36

F. Kerangka Berpikir ……… 38

G. Hipotesis Tindakan ……….. 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelian ………... 40

B. Desain Penelitian ………. 40

C. Setting Penelitian ………. 44

D. Subyek Penelitian ……… 44

E. Teknik Pengumpulan Data ……….. 45

F. Instrumen Penelitian Dan Validasi ………. 47

G. Teknik Analisis Data ……….……….. 49

H. Indikator Keberhasilan………... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian 1. Deskripsi Data Penelitian ... 52

2. Deskripsi Subyek Penelitian dan Permasalahan ... 53

3. Deskripsi Pembelajaran IPA Sebelum Tindakan ... 54

a. Siklus I ………... 55

b. Siklus II ………... 61

B. Pembahasan ... 66

(11)

xi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 70 B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ……… 72

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1. Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Pelaksanaan

Pembelajaran IPA Metode Inkuiri Terbimbing... 47

Tabel 2. Kisi-Kisi Soal Pra Tindakan... 48

Tabel 3. Kisi-Kisi Soal Post Tes Siklus 1... 49

Tabel 4. Data Hasil Bejalar Siswa Siklus I... 59

Tabel 5. Perbandingan Tes Hasil Belajar Pra Tindakan dan Siklus I... 59

Tabel 6. Data Hasil Belajar Siswa Siklus II... 64

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Alur Siklus PTK Menurut Kemmis dan Tegart... 42 Gambar 2. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Pra Tindakan dan

Siklus I……….. 60

Gambar 3. Diagram Ketuntasan Belajar Pra Tindakan, Siklus I, dan

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Daftar Nama dan Inisial Siswa Kelas VB ... 74

Lampiran 2. Kisi-Kisi Pra Tindakan ... 75

Lampiran 3. Hasil Belajar Siswa Pra Tindakan ... 77

Lampiran 4. Lembar Observasi Siswa dan Guru Setiap Siklus ... 78

Lampiran 5. Kisi-Kisi Siklus I ... 94

Lampiran 6. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 96

Lampiran 7. Kisi-Kisi Siklus II... 97

Lampiran 8. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 99

Lampiran 9. Hasil Belajar Siswa Selama Penelitian ... 100

Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) ... 101

Lampiran 11. Contoh LKS Yang Sudah Dikerjakan Siswa ... 130

Lampiran 12. Dokumentasi ... 142

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi merupakan proses penemuan. Dalam pendidikan IPA memberikan pengelaman langsung kepada siswa untuk memahami alam disekitar lingkungan mereka secara ilmiah. IPA (sains) berupaya membangkitkan minat siswa agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan sains semakin luas dan sifat terapannya, yaitu teknologi adalah lebar. Usman Samatowa (2011: 1)

Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas berdasarkan bukti serta cara mengembangkan cara alamiah. Usman Samatowa (2011: 2) Untuk mencapai tujuan tersebut dalam suatu pembelajaran diperlukan pendekatan atau model yang sudah tersusun dalam silabus dan RPP. Salah satu pendekatan yang diambil merupakan pendekatan inkuiri.

(16)

2

keingintahuan dan ingin berkembang. Inkuiri terbimbing menekankan sifat-sifat siswa yaitu memberikan kesempatan pada siswa untuk berekplorasi dan memberikan arah yang spsifik sehingga area-area baru berekplorasi dengan lebih baik. Sehingga Pembelajaran IPA di sekolah dasar perlu didasarkan pada penegelaman untuk membantu siswa untuk belajar IPA, mendeskripsikan dan menjelaskan hasil kerja dan prosedurnya Usman Samatowa (2011: 104).

Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. metode inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang pemahaman dalam belajar dengan itu maka digunakan pendekatan inkuiri ini. Dengan pendekatan ini siswa belajar berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pembelajaran dengan baik.

Berdasarkan metode yang diterapkan siswa juga akan diberikan tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan dengan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan pelajaran yang sudah diterima secara mandiri. Sehingga membantu siswa memperoleh ide, pemahaman, keterampilan dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar.

(17)

3

kelas V SD Negeri Monggang Sewon Bantul, Peran siswa masih kurang tampak serta belum diperlakukan secara optimal oleh guru dalam menerapan metode ceramah, dikusi, Tanya jawab dan penugasan dalam proses pembelajaran sehingga siswa masih memiliki potensi dan motivasi yang rendah dalam belajar IPA.

Pada dasarnya siswa belum paham dengan materi IPA, yang dijelaskan oleh guru, dan selama proses pembelajaran berlangsung juga siswa ada yang tidak memperhatikan guru serta kurang aktif dalam menerima pelajaran. Begitu juga dengan situasi pembelajaran yang menempatkan siswa dalam keadaan pasif. Dalam pembelajaran IPA guru masih belum menerapkan metode inkuiri terbimbing sehingga siswa masih terlihat belum paham dan belum bisa mengerjakan tugas-tugas yang di berikan oleh guru. Dalam permasalahan tersebut dapat dilihat pada hasil belajar siswa yang masih rendah yaitu 50 sedangkan KKM yang di tentukan sekolah yaitu 70. Maka dengan adanya masalah tersebut, akan diterapkan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA.

(18)

4

Sesuai dengan masalah di atas pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi dari hasil proses menemukan sendiri. Untuk Belajar IPA pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intelektual, mental.

Dalam menerapkan metode disekolah dasar akan memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyeledikan. Jika berpikir menjadi tujuan utama pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun pembangunan kemampuan itu. Dalam pembelajaran ini sesuai dengan hakikat pembelajaran IPA yaitu produk, proses, dan sikap. Siswa diharapkan memiliki orientasi maka siswa otomatis akan memperoleh produk dan sikap ilmiah Sanjaya (2008: 202). Dengan konteks ini tugas guru adalah mendorong siswa untuk mengembangkan mengembangkan skema yang berbentuk melalui proses asimilasi dan akomodasi Harumni (2011: 88).

(19)

5

setiap individu secara optimal. Tugas guru dengan demikian adalah menyediakan lingkungan yang dapat memungkinkan setiap siswa bisa menangkap dan mengembangkan insight itu sendiri Harumni (2011: 87).

Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa Wina Sanjaya (2006: 196). Rasa ingin tahu tentang keadaan alam disekelilingnya merupakan kodratnya. Dalam pembelajaran IPA di SD hendaknya ditujukan untuk memupuk minat dan sesuai dengan pengembangan siswa dan sesuai tempat tinggal siswa tersebut Usman Samatowa (2009: 2). Emosi, maupun pribadi siswa. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran IPA, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal dan disampaikan kepada siswa, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas diproleh beberapa identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya perhatian siswa dalam proses pembelajaran.

2. Adanya karakteristik siswa yang berbeda serta kelebihan dan kelemahan sehingga mempengaruhi hasil belajar mata pelajaran IPA.

3. Hasil belajar siswa di SDN Monggang rendah dalam mata pelajaran IPA dan belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal).

(20)

6

5. Siswa dalam pembelajaran belum memperhatikan penjelasan dari guru dan sering menggangu teman sebangku yang sedang belajar.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut:

Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar menerapkan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas V SD Negeri Monggang. C.Batasan Masalah

Melihat identifikasi masalah di atas, tidak semua komponen dibahas dalam laporan penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada masalah metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas V Sekolah Dasar untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam belajar. Pembelajaran inkuiri akan digunakan dalam mata pelajaran IPA.

E. Tujuan

Berdasarkan batasan masalah di atas maka tujuan penelitian yang dilaksanakan yaitu:

1. Memperbaiki proses pembelajaran IPA dalam menerapkan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas V SD Negeri Monggang. 2. Meningkatkan hasil belajar IPA dengan menerapkan metode pembelajaran

(21)

7 F. Manfaat

Dari hasil penelitian ini diharapkan bahwa dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

1)Melatih siswa untuk meningkatkan imajinasi dan daya ingat dalam pembelajaran melalui petunjuk-petujuk yang diberi oleh guru.

2) Meningkatkan motivasi belajar siswa untuk mendapatkan prestasi baik dengan cara belajar yang baru.

2. Bagi Guru

1) Meningkatkan pengetahuan dan pengelaman guru dalam menerapkan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan prestasi dan motivasi siswa.

2) Guru dapat melakukan inovasi dalam melaksanakan pembelajaran dikelas.

3. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan untuk sekolah dalam meningkatkan pembelajaran IPA dan menerima segala bentuk motivasi pembelajaran yang sedang berkembang untuk menghasilkan lulusan yang baik serta daya saing yang kuat dimasa depan.

4. Bagi Peneliti

(22)

8

(23)

9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Pembelajaran IPA di SD

Usman Samatowa (2011: 8) Pembelajaran merupakan proses untuk membantu siswa agar dapat belajar lebih baik dan memperoleh prestasi yang baik. Sains merupakan bagian dari kehidupan kita merupakan bagian dari pembelajaran sains. Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa Oemar Hamalik, (2008: 25). Bila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar.

(24)

10

sekitar secara lebih mendalam Depdiknas dalam Suyitno, (2002: 7). Anak juga didorong untuk memberikan penjelasan atas pengamatan mereka dalam diskusi kelas mealui tulisan.

Menurut Alverman (1991: 23) pembelajaran sains menjadi berarti bila sains diajarkan sedemikian, sehingga anak menjalani suatu proses perubahan konsepsi. Lebih lanjut Santa (1991: 23) menyatakan “Anak butuh mengakui

konsep atau penjelasan keilmuan yang bertentangan dengan teori yang mereka miliki”. Mereka butuh dan yakin bahwa teori yang mereka miliki tidak lengkap,

tidak cocok, atau tidak konsisten dengan kebutuhan eksperimen, bahwa penjelasan ilmiah menjelaskan alternatif yang lebih meyakinkan dan lebih berdaya.

Anak butuh pengulangan kesempatan dalam hal bergelut dengan ketidakkonsisten antara ide yang dimiliki dengan memodifikasi bebagai ide yang telah memberikan bantuan dalam kehidupan mereka selama ini dan membuat hubungan yang cocok antara bebagai ide yang mereka memiliki dengan berbagai konsep ilmiah.

Menurut Cullingford (1990: 23), pembelajaran sains dengan hafalan dan pemahaman konsep, anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan bebagai penjelasan logis. Hal ini akan mendorong anak untuk mengekspresikan kreativitasnya. Anak juga didorong untuk mengembangkan cara berpikir logis dan kemampuan untuk membangkitkan penjelasan ilmiah untuk alasan yang bersifat praktis.

(25)

11

menyenangkan. Dari berbagai ide mengenai pembelajaran sains, kegiatan anak dikelas diantisipasi menjadi serupa dengan apa yang sesungguhnya dilakukan para ilmuwan dalam pencobaan mereka, namun dalam situasi yang berbeda. Para ilmuwan melakukan berbagai percobaan untuk menghasilkan berbgai teori, sedangkan anak melakukan kegiatan serupa untuk memahami dan memahami konsep baru atau menguji berbagai ide.

IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain Abdullah, (1998: 18). IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan Sri Sulistyorini, (2007: 39). Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun keterampilan (skills) yang diperlukan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat diperlukan untuk dipelajari.

Tujuan pembelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa;

1. Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap IPA, teknologi dan masyarakat.

(26)

12

3. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya IPA dalam kehidupan sehari-hari.

5. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lain.

6. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Menghargai berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini untuk dipelajari Sri Sulistiyorini,( 2007: 40)

Saat ini kegiatan praktik (hands-on) lebih berdayakan sebagai salah satu bentuk implementasi kurikulum berbasis kompetensi dengan mengedepankan discovery learning dan science inquiry. Lingkungan menyediakan fenomena alam yang menarik dan penuh misteri, dan anak sebagai young scientist mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.

(27)

13 1. Belajar Pembelajaran IPA

Usman Samatowa (2011: 4) Pendekatan belajar mengajar yang paling cocok dan paling efektif untuk dapat menjawab tantangan di atas adalah pendekatan yang mencakup kesesuaian antara situasi dan belajar anak dengan situasi kehidupan nyata dimasyarakat. Selanjutnya menemukan ciri-ciri esensial dari situasi kehidupan yang beda-beda akan meningkatkan kemampuan menalar, berprakarsa, dan berpikir kreatif pada anak didik.

(28)

14 2. IPA untuk Sekolah Dasar

Menurut Usman Samatowa (2011: 3) IPA merupakan

“pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang

khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara

yang lain”. Keterampilan Proses IPA didefinisikan oleh Paulo dan

marten dalam Carin, (1993: 5) adalah: 1. Mengamati

2. Mencoba memahami apa yang ingin diamati

3. Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi

4. Menguji ramalan-ramalan dibawah kondisi-kondisi untuk melihat Selanjutnya Paulo dan Marten juga menegaskan bahwa IPA tercakup juga coba-coba dan melakukan kesalahan, gagal dan mencoba lagi. Ilmu Pengetahuan Alam tidak menyediakan semua jawaban untuk semua masalah yang kita ajukan. Dalam IPA anak-anak dan kita harus bersikap skeptis sehingga kita harus selalu siap memodifikasi motode yang kita punyai tentang alam mini sejalan dengan penemuan-penemuan baru yang kita dapatkan.

(29)

15

sebagai guru mata pelajaran maupun sebagai guru kelas, seperti halnya disekolah dasar. Ia haus tahu benar kegunaan-kegunaan apa saja dapat diperoleh dari pembelajaran IPA.

3. Tujuan Kurikuler Pembelajaran IPA

Menurut Usman Samatowa (2006: 6) berbagai alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukan didalam suatu kurikulum sekolah yaitu:

1. Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya hal itu tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejatraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemapuan bangsa itu dalam bidang IPA merupakan dasar teknologi, dan disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk tekologi ialah IPA. Orang tidak menjadi insinyur elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar cakup luas mengenai ilmu pengetahuan alam,

2. Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan/ mengembangkan kemapuan berpikir kritis; misalnya IPA diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”.

3. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.

(30)

16

Aplikasi teori perkembangan kognitif pada pendidikan IPA adalah sebagai berkut:

1.Konsep IPA dapat dikembang baik, hanya bila pengelaman langsung mendahuli pengelaman generalisasi-generalisasi abstrak. Metode seperti ini berlawanan dengan metode tradisional, dimana konsep IPA diperkenalkan secara verbal saja.

2.Daur belajar yang mendorong perkembangan konsep IPA sebagai berikut:

a)Eksplorasi, yaitu, kegiatan dimana anak mengalami atau mengindra objek secara langsung. Pada langkah ini anak memperoleh informasi baru yang ada kalanya bertentangan dengan konsep yang telah dimilikinya.

b)Generalisasi, yaitu menarik kesimpulan dari beberapa (pengelaman) yang tampaknya bertentangan dengan yang telah dimiliki anak.

c)Deduksi, yaitu mengaplikasikan konsep baru konsep baru (generalisasi) itu pada situasi dan kondisi baru.

(31)

17

Ciri-ciri masing-masing tahap dapat digambarkan dibawah ini: 1. Tahap Ekplorasi: merupakan awal dari daur belajar. Dalam

tahap ini guru berperan secara tidak langsung. Guru merupakan pengamat yang memiliki pertanyaan-pertanyaan yang membantu individu murid maupun kelompok. Peranan murid dalam tahap ini sangat aktif. Mereka memanipulasi materi yang dibagikan guru.

2. Tahap pengenalan konsep: dalam tahap ini guru berperan lebih tradisioanl. Guru mengumpulkan informasi dari murid-murid yang berkaitan dengan pengelaman mereka dalam ekplorasi. Materi-materi seperti buku, alat pandang dengar dengan materi tertulis lainnya diperlukan untuk penyusunan konsep-konsep. 3. Tahap penerapan konsep: pada tahap ini guru mempunyai

situasi atau masalah yang dapat dipecahkan berdasarkan pengelaman eksplorasi sebelum pengenalan konsep. Seperti hal lainnya pada tahap eksplorasi murid-murid terlibat dalam berbagai kegiatan.

4. Ilmu Pengetahuan Alam Sebagai Disiplin Ilmu. a. Pendidikan IPA sebagai Ilmu

(32)

18

dengan lainnya. Fakta-fakta tersebut disusun secara sistematis serta dinyatakan dengan bahasa yang tepat dan pasti sehingga mudah dicari kembali dan dimengerti untuk komunikasi Prawirohartono (1989: 93).

Kendala utama dalam mencari penyelesaian adalah kegagalan mereka dalam menemukan definisi, kerangka kerja (framework), dan rasional bagi disiplin pendidikan IPA. Pandangan ini memberikan arti yang umum bagi upaya-upaya penelitian. Hal itu memberikan alasan bagi para ilmuwan professional untuk terlibat dengan penyampaian informasi, prosedur sikap, dan pemikiran yang diketahui kepada para ilmuwan lain dan masyarakat pada umumnya. Usman Samatowa (2011: 8)

5. Konsep Dan Prinsip IPA

Usman Samatowa (2011: 19) Sains berasal dari kata science yaitu istilah yang mengacu pada masalah masalah kealaman (nature) secara sederhana sains didefinsikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala alam. Sains juga merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang merupakan produk dari proses ilmiah.

(33)

19

bahwa sains merupakan suatu sistem yang saling berhubungan dari metode-metode atau proses-proses yang digunakan untuk menyelediki, memahami, dan menjelaskan alam semesta. Lebih jelas Carin dan Sund (1989) menyebutkan bahwa unsur-unsur sains terdiri dari tiga macam, yaitu proses, produk, dan sikap.

a. Proses, atau metode yang meliputi pengamatan, membuat hipotesis merancang dan melakukan percobaan, mengukur dan proses-proses pemahaman kealaman lainnya.

b. Produk, meliputi prinsip-prinsip, hukum-hukum, teori-teori, kaidah-kaidah, postulat-postulat dan sebagainya.

c. Sikap, misalnya mempercayai, menghargai, menangggapi menerima, dan sebagainya.

(34)

20

1. Bagaimana memulai pembelajaran yakni pengenalan masalah/topic pembelajaran

2. Bagaimana membuat siswa mengerti tentang konsep yang dipelajarinya

3. Bagaimana mengaplikasikan konsep sesuai kehidupan sehari-hari 4. Menyimpulkan pelajaran/memberikan rangkuman atau pun

ringkasan dan

5. Memberikan tindak lanjut, misalnya pekerjaan rumah. C. Karakteristik Anak Usia SD

a. Siswa Kelas Atas

Menurut Sudawan Danim (2011: 6) siswa yang berada dikelas atas atau kelas IV pada umumnya memiliki usia antara 9-12 tahun, sehingga berdasar klasifikasi piaget pada tinggkat perkembangan akhir oprasional konkrit sampai awal operasional formal. Pada tahap usia ini anak memiliki kekhasan antara lain:

(a) dapat berpikir reversible atau bolak balik, (b) dapat melakukan pengelompokan dan menemukan urutan, (c) telah mampu melakukan operasi logis tetapi pengelaman yang dipunyai masih terbatas.

b. Karakteristik Siswa yang Sukses.

(35)

21

selama berada disekolah, di rumah dan di masyarakat.

Menurut Sudarwan Danim (2013: 7) Dengan mempelajari karakteristik ini, guru lebih dapat memahami perilaku sehari-hari dan tindakan dikelas bagi siswa yang berhasil. Inilah karakterisik peserta yang sukses.

1. Menghadiri semua sesi kelas dan acara dilaboratorium atau diluar kelas secara teratur. Mereka hadir tepat waktu.

2. Menjadi pendengar dan melatih diri untuk memusatkan perhatian. Jika siswa kehilangan sesi, mereka memberitahu gurunya sebelum sesi kelas baru dimulai.

3. Memastikan ingin mendapatkan jawaban atas tugas, dengan menghubungi instruktur atau siswa lain. Mereka yang berhasil mengambil tanggung jawab untuk diri mereka sendiri dan tindakan mereka.

4. Memanfaatkan peluang pembelajaran ekstra ketika ditawarkan. Mereka menunjukan kepedulian tinggi pada nilai-nilai pribadi dan bersedia bekerja untuk memperbaiki dirinya.

5. Melakukan hal yang bersifat opsional dan sering menantang tugas baru ketika banyak siswa lain justru menghindarinya.

(36)

22

7. Berpartisispasi pada semua sesi dikelas, meski upaya mereka sedikit menghadapi rasa kikuk dan sulit. Mereka mengajukan pertanyaan untuk menggali pengelaman guru dan siswa lainnya.

8. Siswa memperhatikan gurunya sebelum atau setelah sesi kelas atau selama jam pelajaran, bekerja atas dasar nilai-nilai positif, memberikan komentar atas catatan-catatan mereka, dan mempersiapkan diri untuk mengikuti tes secara baik.

9. Kelas diskusi dengan guru-guru lainnya untuk mendapatkan pengelaman yang bermakna kepada guru-gurunya bahwa siswa merupakan peserta aktif dalam proses pembelajaran dan siswa menerima semua pekerjaan secara serius.

10.Mengerjakan semua tugas secara rapih dan menelaah hasilnya secara kritis. Mereka meluangkan waktu untuk menghasilkan produk akhir yang terlihat baik dan mencerminkan tindakan pemeliharaan dan kebanggaan atas pekerjaan. Ketika mencapai satu sukses, ia berusaha menemukan kesuksesan baru.

c. Karakteristik Siswa yang Kreatif.

(37)

23

lain, Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya, Selalu ingin tahu, Peka atau perasa, Enerjik dan ulet, Menyukai tugas-tugas yang majemuk, Percaya kepada diri sendiri, Mempunyai rasa humor, Memiliki rasa keindahan, Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi.

Banyak kesamaan dengan pendapat Utami Munandar, Clark (1988) mengemukakan karakteristik kreativitas seperti berikut ini: Memiliki kedisiplinan diri yang tinggi, memiliki kemandirian yang tinggi, cenderung sering menentang otoritas, memiliki rasa humor, mampu menentang tekanan kelompok, lebih mampu menyesuaikan diri, Senang berpetualang, toleran terhadap terhadap hal-hal yang membosankan, menyukai hal-hal yang kompleks, memiliki kemapuan berpikir divergen yang tinggi, memiliki memori dan atensi yang baik, memiliki wawasan yang luas, mampu berpikir periodik, memerlukan situasi yang mendukung, Sensitive terhadap lingkungan, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, memiliki nilai estetik yang tinggi, dan lebih bebas dalam mengembangkan intergrasi peran seks.

D. Metode Inkuiri

Maslichah Asy’ari (2006: 52) pendekatan inkuiri merupakan pendekatan

(38)

24 a. Konsep dasar inkuiri

Menurut Wina Sanjaya (2006: 196), metode pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukakn melalui Tanya jawab antara guru dan siswa. Metode pembelajaran ini juga dinamakan stategi heuristic, yang berasal dari bahasa yunani, yaitu heurikein yang berarti saya menemukan.

Menurut Harumni (2011: 90), metode pembelajaran merupakan bentuk dari pendekatan yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian karena dalam metode ini siswa

memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Inkuiri akan efektif manakala:

1. Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dalam metode inkuiri penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar. 2. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan berbentuk fakta tau konsep yang sudah jadi, tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.

(39)

25

4. Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Metode inkuiri akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan berpikir.

5. Jika jumlah siswa yang belajar tidak terlau banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.

6. Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan metode yang berpusat pada siswa.

Menurut Wina Sanjaya (2006: 197), ada beberapa hal yang menjadi ciri utama metode pembelajaran ikuiri.

1. Metode inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya metode inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri.

2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mecari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang ditanyakan, sehingga dapat diharapkan menumbuhkan sikap percaya diri. Dengan demikian, metode pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. 3. Tujuan dan penggunaan metode pembelajaran inkuiri adalah

(40)

26

kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam metode pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya ditutut agar menguasai materi pembelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

Menurut Harumni (2011: 88), metode pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara guru dan siswa. Metode pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heustik, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan

Maslichah Asy’ari (2006: 27) prinsip inkuiri atau penemuan

perlu diterapkan dalam pembelajaran sains karena pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang alam sekitar penuh dengan fakta tau fenomena yang dapat merangsang siswa ingin tahu lebih banyak. Oleh karena itu guru perlu memfasilitasi keigintahuan anak tersebut dalam menemukan jawabannya sendiri lewat proses sains yang dilakukan.

(41)

27

1. Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari metode inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri bukan ditentukan oleh nama siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tatapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.

2. Prinsip Interaksi

(42)

28 sendiri.

3. Prinsip Bertanya.

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan SPI adalah guru sebagai peranannya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagaian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan-kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai guru, apakah itu bertanya hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa, beratnya untuk mengembangkan kemampuan, atau bertanya untuk menguji.

4. Prinsip Belajar untuk Berpikir

(43)

29 5. Prinsip Keterbukaan

Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.

b. Langkah-langkah Inkuiri Terbimbing

Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Pembelajaran Inkuiri terbimbing atau Inkuiri Terbimbing. Penerapan metode inkuiri terbimbing dalam pembelajaran di kelas harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut (Wina Sanjaya, 2009: 202-205) : 1. Orientasi

(44)

30

siswa untuk mencapai tujuan (dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuannya); serta menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar untuk memberikan motivasi kepada siswa.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah sebagai langkah untuk membawa siswa pada suatu permasalahan yang mengandung teka-teki. Permasalahan yang diberikan harus menantang siswa untuk berpikir memecahkannya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah yaitu masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa untuk menumbuhkan motivasinya dalam belajar, masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti serta konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.

3. Mengajukan hipotesis

(45)

31 4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data merupakan kegiatan menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Kegiatan pengumpulan data adalah proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual karena membutuhkan motivasi yang kuat, ketekunan serta kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Maka dari itu, tugas guru dalam tahap ini yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang diperlukan.

5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis merupakan proses untuk menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan adalah hal terpenting dalam menguji hipotesis.

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan merupakan proses mendekripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Langkah perumusan kesimpulan ini adalah langkah terakhir dalam penerapan metode inkuiri di dalam pembelajaran.

(46)

32

kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan konsep diri, sikap ilmiah, percaya diri, dan sifat mandiri siswa. Pengelaman-pengelaman keberhasilan siswa dalam praktik IPA dapat menumbuhkan motivasi berprestasi lebih baik dalam kemauan keras untuk belajar lebih lanjut. E. Hasil Belajar.

a)Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar Abdurrahman, (1999). Asep Jihad, (2008: 14), Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Dalam kegiatan belajar intruktifsional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran intruksional.

Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya Juliah, (2014). Menurut Hamalik (2003) hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, niai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas.

(47)

33

Usman Samatowa (2011) menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang dikelompokan kedalam tiga kategori, yakni domain kognitif, efektif, dan psikomotor.

1.Domain Kognitif.

a. Pengetahuan. Jenjang yang paling rendah dalam kemampuan kognitif meliputi pengjngatan tentang hal-hal yang bersifat khusus atau universal, mengetahui model dan proses, pengingatan terhadap suatu pola, struktur atau setting.

b. Pemahaman. Jenjang setingkat diatas pengetahuan ini akan meliputi penerimaan dalam komunikasi secara akurat, menempatkan hasil komunikasi dalam bentuk penyajian yang berbeda, mereorganisasikannya secara setingkat tanpa merubah pengertian dan dapat mengeksporasikan.

c. Aplikasi atau penggunaan prinsip atau model pada situasi yang baru. Kata-kata yang dapat dipakai antara lain: interprestasikan, terapkan, laksanakan, gunakan, demonstrasikan, praktekan, ilustrasikan, operasikan, jadwalkan, sketsa, kerjakan.

(48)

34

e. Sintesa. Jenjang yang sudah satu tingkat lebih sulit dari analisa ini adalah meliputi anak untuk menaruhkan/ menempatkan bagian-bagian atau elemen satu/bersama sehingga membentuk suatu keseluruhan yang koheren.

d. Evaluasi. Jenjang ini adalah yang paling atas atau yang dianggap paling sulit dalam kemampuan pengetahuan anak didik. Disini akan meliputi kemampuan-kemampuan pengetahuan anak didik dalam menyatakan pendapat tentang nilai suatu tujuan, idea, pekerjaan, pemecahan masalah, metode, materi dan lain-lain.

2. Domain Kemampuan Sikap

a. Menerima atau memperhatikan. Jenjang ini akan meliputi sifat sensitive terhadap adanya eksistensi atau fenomena tertentu atau stimulus dan kesadaran yang merupakan perilaku kognitif.

b.Merespon. Dalam jenjang ini anak didik dilibatkan secara puas dalam suatu subjek tertentu, fenomena atau suatu kegiatan sehingga ia akan mencari-cari dan menambah kepuasan dari bekerja denganya atau terlibat didalamnya.

c. Penghargaan. Pada level ini perilaku anak didik adalah konsisten dan stabil, tidak hanya didalam persetujuan terhadap suatu nilai tetapi juga pemilihan terhadapnya dan keterikatannya pada suatu pandangan atau ide tertentu.

(49)

35

e. Mempribadi. Pada tingkat terakhir sudah ada internalisasi, nilai-nilai telah mendapatkan tempat pada diri individu, diorganinisir, kedalam suatu sistem yang bersifat internal, memiliki control perilaku.

3. Ranah Psikomorik

a. Menirukan. Apabila ditunjukan kepada anak didik suatu action dapat diamati, maka ia akan mulai membuat suatu tiruan terhadap action itu sampai pada tingkat sistem otot-ototnya dan tuntunan oleh dorongan kata untuk menirukan.

b.Manipufasi. Pada tingkat ini anak didik dapat menampilkan suatu action seperti yang diajarkan dan juga tidak hanya pada seperti yang diamati, mulai dapat membedakan antara satu set action dengan yang lain, menjadi mampu memilih action yang diperlukan dan mulai memiliki keterampilan dan memanipulasi mentasi.

c. Keseksamaan. Ini meliputi kemampuan anak didik dalam menampilkan yang telah sampai pada tingkat perbaikan lebih tinggi dalam metroproduksi suatu kegiatan tertentu.

d.Artikulasi. Yang utama disini anak didik telah dapat mengkoordinasi serententan action dengan menetapkan urutan/ sikuen secara tepat diantara action berbeda-beda.

e. Naturalisasi. Tingkat terakhir dari kemampuan psikomotorik adalah apabila siswa telah dapat melakukan secara alami satu action atau sejumlah action berbeda-beda.

(50)

36

jauh hasil belajar yang dicapai siswa, disamping diukur dari segi prosesnya, artinya seberapa jauh tipe hasil belajar yang dimiliki siswa Nana Sudjana dan Ibrahim, (2002).

b. Indikator Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (2004) kedua kriteria tersebut adalah: a. Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya

Kriteria dari sudut prosesnya menekankan kepada pengajaran sebagai proses yang merupakan interaksi dinamis sehingga siswa sebagai subjek.

b.Kriteria ditinjau dari hasilnya.

Disamping tinjauan dari segi proses, keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil.

F. Definisi Operasional Variabel

1. Metode inkuiri terbimbing adalah salah satu metode pembelajaran yang menitikberatkan kepada aktivitas siswa. Langkah-langkah inkuiri terbimbing yaitu:

a)Perumusan Masalah.

Langkah awal adalah menentukan masalah yang ingin didalami atau dipecahkan dengan metode inkuiri. Persoalan sendiri harus jelas sehingga dapat dipikirkan, didalami, dan dipecahkan oleh siswa.

b)Menyusun Hipotesis

(51)

37 c)Mengumpulkan Data

Langkah selajutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak.

d)Olah Data

Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat membuktikan hipotesis apakah benar atau tidak.

e)Menyimpulkan

Dari data yang telah dikelompokan dan analisis, kemudian diambil kesimpulan dengan generalisasi.

(52)

38 diorganisir.

G. Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA sangat penting bagi siswa untuk membekali siswa dalam sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa yang dapat diterapkan di sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari. Dengan tujuan tersebut menjadi perhatian bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA agar siswa lebih belajar lagi.

Untuk bahan kajian IPA di SD secara umum dapat meliputi kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Keduanya saling berhubungan dalam melaksanakan pembelajaran IPA di kelas, maka membutuhkan guru yang berpengelaman dalam proses pemilihan metode pembelajaran yang baik dan tepat.

Namun untuk pembelajaran IPA yang berlangsung selama ini kurangnya penggunaan metode pembelajaran IPA. Dalam proses pembelajaran yang kurang mengaktikan siswa dikelas karena hanya memberikan metode ceramah. Sehingga siswa pasif sering merasa jenuh, dan suka melakukan aktivitas yang lain diluar pelajaran dalam mengikuti pembelajaran dikelas. Begitu juga disaat ujian, siswa diberikan materi yang cukup banyak dengan persediaan waktu yang tebatas. Kondisi pembelajaran tersebut yang belum optimal, dapat berdampak pada prestasi belajar siswa.

(53)

39

adanya pembaruan pembelajaran IPA, motivasi dan prestasi belajar siswa dapat meningkat dengan baik.

Dalam penggunaan metode pembelajaran ini mengajak siswa untuk menemukan sendiri jawaban melalui suatu pertanyaan. Pada metode inkuiri terbimbing ini siswa diberi kesempatan mencari jawaban sendiri. Penerapan metode inkuiri terbimbing ini tidak hakikat dan prinsip IPA sebagai proses. Dengan metode yang padukan untuk memperoleh konsep pengetahuan dalam pembelajaran IPA.

Dengan menemukan sendiri jawaban melalui suatu pertanyaan, akan membantu guru dan siswa dalam menyempurnakan proses belajar mengajar IPA. Metode inkuiri terbimbing ini mampu meningkatkan kreativitas dan motivasi belajar siswa, dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. H. Hipotesis Tindakan

(54)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas. Istilah dalam bahasa ingris adalah Claasroom Action Research (CAR), yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan dikelas. Menurut Sukidin dkk. (2002: 54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu: 1). Penelitian tindakan guru sebagai peneliti, 2). Penelitian tindakan kolaboratif, 3). Penelitian tindakan simutan terintegratif, 4). nelitian tindakan sosial ekperimental. Sukidin,dkk. (2002: 55), ciri –ciri dari setiap penelitian tergantung pada: (1) tujuan utamanya atau tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara guru dan peneliti, (3) hubungan antara proyek dan sekolah.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kolaboratif, dimana peneliti bekerja sama dengan kepala sekolah, dan guru kelas. Tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas. Dalam penelitian ini terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, obsevasi, dan refleksi. Kemmis dan Tanggar (1988: 14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan meliputi perencanaan, pelaksanaan, obsevasi dan refleksi.

B. Desain Penelitian

(55)

41

kerjasama antara peneliti dan guru kelas V SD Negeri Monggang dalam melaksanakan proses pembelajaran. Pengertian penelitian tindakan kelas adalah salah satu bentuk penelitian yang dilakukan dikelas Jasa Unggah Mulyawan (2010: 1).

Penelitian tindakan kelas adalah suatu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk inovatif yang dicoba dalam mendekteksi dan memecahkan masalah. Arikunto Suharsimi, (2002: 82-83) penelitian tindakan kelas harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut: 1). Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, dalam jangkauan kewenangan peneliti dalam melakukan perubahan. 2). Kegiatan penelitian, baik pengamatan tidak menghambat kegiatan utama 3). Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien. 4). metode yang digunakan jelas, terperinci,serta terbuka setiap tindakan 5). Kegiatan penelitian ini merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan dapat berhenti, menjadi tantangan sepanjang waktu.

Kemmis dan Teggart (1988: 14), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Keempat

(56)

42

Tahap-tahap penelitian tindakan kelas dilihat berikut ini:

Gambar 1. Alur PTK menurut Model Kemmis dan Mc Taggart Keterangan

Siklus I :

1. Perencanaan

2. Perlakuan dan pengamatan 3. Reflektif

Keterangan Siklus 2:

1. Perencanaan

(57)

43 Keterangan

Siklus 3

1. Perencanaan

2. Perlakuan dan pengamatan 3. Refleksi

Adapun penjelasan tahap-tahap mengenai desain yang digunakan dalam penelitian ini secara terperinci adalah:

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan ini sebelum peneliti mengadakan penelitian yakni peneliti harus terlebih dahulu menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk didalam instrumen penelitian serta perangkat pembelajaran (RPP).

Dengan menerapkan metode inkuiri terbimbing. Pada tahap ini peneliti juga pengumpulkan data berupa pedoman pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi dalam proses penelitian tentang siswa mengenai proses pembelajaran menggunakan inkuiri terbimbing dan perangkat tes yang memuat indikator peningkat prestasi belajar IPA. 2. Pelaksanaan dan pengamatan

(58)

44 3. Refleksi

Peneliti mengkaji, mengamati dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

C. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Monggang yang beralamat di Kecamatan sewon Kabupaten Bantul. Sekolah ini terletak diarea persawahan dan pemukiman penduduk jarak kurang lebih 100 meter dari jalan raya. Penelitian ini dikhususkan untuk kelas V SD Negeri Monggang pada mata pelajaran IPA. Waktu penelitian pada bulan pertengahan bulan Juni tahun 2015.

D. Subyek Penelitian

(59)

45 E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi dan tes. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui beberapa tahap berikut yakni:

1. Observasi

Menurut Wina Sanjaya (2009: 87), observasi menjadi instrumen utama yang digunakan untuk mengumpulkan data. Observasi merupakan instrumen yang cocok untuk memantau kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Digunakan untuk merekam kualitas proses pembelajaran berdasarkan instrumen observasi dan digunakan kamera video.

Pada penelitian ini peneliti akan melakukan pengamatan (observasi) terhadap periku atau sikap siswa dan pelaksanaan guru dalam melaksanakan belajar mengajar dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data-data yang berupa hasil keaktifan siswa selama mengikuti pelajaran dengan metode inkuiri terbimbing.

2. Dokumentasi

(60)

46

memperkuat data yang diperoleh dari observasi. Dokumentasi yang digunakan berupa dokumen-dokumen hasil belajar siswa dan foto untuk melengkapi hasil observasi pada saat ujian. Dilakukan untuk mengetahui kemampuan masing-masing siswa sebagai dasar pembagian kelompok. 3. Tes

(61)

47

anak didik dalam menyatakan pendapat tentang nilai suatu tujuan, idea, pekerjaan, pemecahan masalaha, metode, materi dan lain-lain.

G. Intrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Lembar Observasi

Lembar obsevasi digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi atau pengamatan guna memperoleh data yang diinginkan. Lembar observasi ini berbentuk checklist dengan pilihan “ya” atau” tidak” untuk

mengamati aktivitas guru.

Tabel 1. Kisi-kisi Observasi Guru dan Siswa Pelaksanaan Pembelajaran IPA Metode Inkuiri Terbimbing.

No Aspek Indikator Melaksanakan Deskripsi kegiatan guru dan siswa

(62)

48 2. Tes

Tes digunakan sebagai pedoman untuk memperoleh data dari indikator kemapuan berpikir. Tes berupa soal uraian yang berjumlah 10 soal, disusun dengan pedoman pada indikator untuk mengetahui kemampuan IPA. Tes tesebut terdiri atas tes siklus I dan tes siklus berikutnya. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa.

Tabel 2 Kisi-kisi Soal Pratindakan

No Kompetensi Dasar Materi Tujuan Kemampuan Siswa C1 C2 C3 1 Menerapkan suatu karya

atau model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat

(63)

49 Tabel 3. Kisi-Kisi Soal Post Tes Siklus 1

No. Kompetensi Dasar Materi Tujuan Kemampuan Siswa C1 C2 C3 1. 7. Mendeskripsikan

proses pembentukan dalam membuat instrumen tersebut berupa RPP dan soal yang di gunakan pada pelaksanaan siklus.

H. Teknik Analisis Data

(64)

50

siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tertulis pada setiap akhir putaran.

1. Mengkaji data kualitatif yang terkumpul secara komprehensif

Dari hasil observasi yang terkumpul secara komprehensif dengan analisis data deskriptif kualitatif. Analisis kualitatif untuk menganalisis data tentang bagaimana pembelajaran IPA dengan menerapkan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri Monggang, serta melihat minat guru dan siswa terhadap penerapan metode inkuiri terbimbing.

2. Menganalisis data hasil tes siswa tentang prestasi belajar IPA.

(65)

51 I. Indikator Keberhasilan

(66)

52 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Monggang yang berlokasi kecematan Sewon, kabupaten bantul. Bangunan di SDN Mongang memiliki bangunan secara keseluruhan terdiri dari 12 ruang kelas, 1 perpustakaan, 1 ruang guru, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang UKS, 1 ruang lab, kantin, dan kamar wc guru dan siswa. Siswa SDN Monggang Sewon secara keseluruhan berjumlah 207 siswa terdiri dari kelas 1 sampai 6, masing-masing parallel 2 kelas. Sebagian siswa SDN Monggang ini berasal dari kecamatan sewon kabupaten Bantul. Guru dan karyawan SD Monggang berjumlah 11 orang kelas dan 1 orang kepala sekolah juga menjabat sebagai guru kelas, 3 orang guru agama (islam, katolik dan prostestan), 1 orang guru olahraga, 1 orang penjaga perpustakaan, dan 2 orang karyawan. Untuk saat ini guru-guru S1 masih melanjutkan ke jenjang S2.

(67)

53

sekolah juga menyambut baik dengan kedatangan peneliti. Dengan beberapa pertimbangan maka kelas VB digunakan untuk penelitian. Karena kelas VB yang memiliki nilai yang kurang baik pada disemester genap. Ketika ulangan harian beberapa siswa memiliki nilai dibawah KKM untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

2. Deskripsi Subyek Penelitian dan Permasalahan Yang Dihadapi

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus, dan dalam setiap siklus terdapat empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil refleksi ini dijadikan dasar untuk menentukan keputusan perbaikan pada siklus berikutnya. Pada prasiklus guru melakukan pembelajaran menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab, pada siklus 1 dan disusul dengan siklus 2. Pembelajaran dilakukan melalui metode inkuiri terbimbing.

Subyek dalam penelitian ini adalah kelas VB yang berjumlah 17 siswa yang terdiri dari 6 orang siswa perempuan dan 11 orang siswa laki-laki. Kebanyakan siswa berasal dari keluarga yang status ekonomi dengan latar belakang pekerjaan orang tua rata-rata sebagai buruh dan petani. Dari 23 siswa-siswi dikelas V memiliki karakteristik yang berbeda-beda ada yang memiliki sifat yang pendiam, aktif, suka bertanya, pemalu dan hiperaktif. Masalah ini yang menuntut guru supaya dapat mengondosisikan siswa-siswinya tersebut dapat belajar bersama-sama didalam ruangan kelas.

(68)

54

rendah. Selain itu masih banyak siswa yang hasil belajarnya masih rendah selain itu masih ada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar IPA dikelas. Hal ini karena guru masih mendominasi dalam pembelajaran dan yaitu guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam proses pembelajaran, dan sehingga siswa cenderung pasif dan diam dalam proses pembelajaran.

3. Deskripsi Pembelajaran IPA Sebelum Tindakan

Pada awal penelitian, peneliti selaku observer beserta teman

observer lain melakukan pengamatan pembelajaran IPA di kelas VB. Ditemukan permasalahan sebagai berikut: beberapa siswa yang masih kurang memperhatikan penjelasan guru, berbicara dengan teman sebangku, dan tidak mengerjakan tugas dengan baik. Keseriusan siswa dalam belajar kurang dan juga siswa sering bosan dengan kegiatan pembelajaran yang selalu mendengarkan guru dan mengerjakan soal latihan dari buku modulnya. (buku latihan siswa)

(69)

55 a. Siklus I

1. Perencanaan

Penentuan materi pembelajaran yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini berdasarkan pada kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Perencanaan pembelajaran disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di SD tersebut dan kemudian dikonsultasikan kepada kepala sekolah dan guru kelas. Serta Standar Kompetensi yang harus dikuasai siswa kelas VB sekolah dasar terkait dengan hasil belajar yang bersifat yang bersifat kognitif ini adalah pembentukan tanah karena pelapukan. Pemahaman tentang pembentukan tanah karena pelapukan didalam kehidupan sehari-hari. Untuk melakukan tindakan ini diperlukan suatu rancangan tindakan yang akan digunakan sebagai bahan intervensi yaitu penyusunan rencana pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing. Rancangan kegiatan ini mengoptimalkan peran

siswa untuk dapat menemukan sendiri pada materi yang yang sedang dipelajari. Guru merancang untuk seminimal mungkin terlibat dala proses pembelajaran agar siswa dapat menemukan sendiri jawaban yang mereka bahas kepada teman-teman dikelasnya.

(70)

56

dipelajari dari guru dengan menggunakan percobaan. Peran guru mengajar dan mengondisikan siswa dan menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang belum jelas dalam proses pelaksanaan pembelajaran.

Pelaksanaan siklus I ini dengan dua kali pertemuan pertama mempelajari jenis batuan. Pertemuan kedua mempelajari jenis-jenis pelapukan batuan pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan melakukan percobaan dengan benda-benda yang sudah disiapkan oleh guru. Dan siswa melakukan percobaan secara berkelompok dan menuliskan hasil pengamatan kedalam LKS (lembar kerja siswa). 2. Pelaksanaan

a) Pertemuan pertama

Pertemuan pertama dalam siklus I menggunakan metode inkuiri terbimbing ini mempelajari jenis-jenis batuan. Pembelajaran dimulai dengan apersepsi atau bahan pengait yang sesuai dengan tema yang akan dipelajari yaitu jenis-jenis batuan karena pelapukan. Dalam kegiatan apersepsi guru menanyakan

kepada siswa “ apakah siswa sering melihat jenis-jenis batu yang

ada disekitar rumah?”. Dari pertanyaan guru tentang batuan, siswa

diarahkan kepada topik yang akan dipelajari yaitu “jenis-jenis

batuan”. Dari kondisi tersebut guru mengondisikan siswa

(71)

benda-57

benda untuk melakukan percobaan yang telah disiapkan guru. Pada saat siswa melakukan percobaan guru membagikan LKS untuk di kerjakan siswa secara berkelompok.

Dalam pelaksanaan percobaan siswa diajak bekerja sama dalam kelompoknya masing-masing. Siswa terlihat aktif dalam melakukan percobaan dan pengamatan serta siswa mencari tahu jawaban sendiri dibuku modul siswa. Walaupun sekali-kali siswa bertanya kepada guru tentang hal yang belum mereka mengerti dan belum jelas. Kemudian siswa menuliskan hasil percobaan dan pengamatan kedalam LKS tersebut. Hasil pengamatan dipresentasikan didepan kelas secara berkelompok.

b)Pertemuan Kedua

Pelaksanaan penelitian pada pertemuan kedua mempelajari tentang jenis-jenis pelapukan pelaksanaan pembelajaran berawal dari apersepsi dengan cara guru mengulang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, kemudian guru member pertanyaan kepada siswa “apakah kalian pernah melihat batu dan kayu yang lapuk disekitar rumah?”

dengan serentak siswa, menjawab pernah.

(72)

58

dengan tertib. Pada saat siswa bekerja berkelompok guru membagikan LKS (lembar kerja siswa).

3. Observasi

Peneliti bersama observer yang lain melakukan observasi pada saat proses pembelajaran hasil observasi ditemukan guru melaksanakan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dimulai dengan apersepsi dilanjutkan kegiatan inti yaitu siswa aktif melakukan percobaan/pengamatan tentang jenis-jenis batuan dan jenis pelapukan dilanjutkan diskusi mengerjakan LKS, kemudian wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok. Siswa nampak antusias mengikuti proses pembelajaran. Namun tidak seluruh siswa dapat bekerja sama dalam kelompok, masih ada beberapa siswa yang sibuk sendiri. Setelah dilakukan tes hasil belajar hasilnya belum memenuhi kriteria keberhasilan.

Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Menggunakan Inkuiri Terbimbing. Keterlaksanaan pembelajaran yaitu . Hasil observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menerapkan inkuiri terbimbing, keterlaksanaan pembelajaran, yaitu

(73)

59

Tabel 4. Data Hasil Bejalar Siswa Siklus I

No Data hasil belajar Keterangan

1. Nilai total 1250 7. Persentase siswa yang tuntas 35,29% 8. Persentase siswa yang tidak tuntas 64,70%

Berdasarkan tabel 6. dapat dibaca nilai rata-rata dari tes hasil belajar pada siklus I adalah 73,82. Dari data tes hasil belajar ada 6 orang siswa (35,29%) yang tuntas dan 11 orang siswa (64,70%) yang tidak tuntas.

Perbandingan nilai tes sebelum siklus I dan nilai tes hasil belajar siklus I dapat dibaca pada tabel 7.

Tabel 5. Perbandingan Tes Hasil Belajar Pra Tindakan dan Siklus I

6. Jumlah Siswa Yang Belum Tuntas

13 11

7. Persentase Siswa Yang Tuntas 23,52% 35,29% 8. Persentase Siswa Yang Belum

Tuntas

76,47% 64,70%

(74)

60

siklus I mengalami peningkatan yaitu mencapai 73,82. Jumlah siswa yang tuntas belajarnya juga mengalami peningkatan yaitu dari 4 orang siswa (23,52%) menjadi orang siswa ( 35,29%). Data tes hasil belajar selengkapnya dapat dibaca pada lampiran 6 halaman 89.

Untuk lebih jelasnya perbandingan ketuntasan hasil belajar pratindakan dan siklus I disajikan dalam bentuk diagram dibawah ini

Gambar 2. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Pra Tindakan dan Siklus I

(75)

61 4. Refleksi

Refleksi dilakukan oleh peneliti selaku observer beserta observer lain dan juga dengan guru selaku pelaksana pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang menunjukan bahwa kerja sama dalam kelompok belum optimal dan beberapa siswa masih sibuk main sendiri serta tes hasil belajar belum memenuhi kriteria keberhasilan maka, dilakukan perbaikan untuk siklus kedua yaitu dengan menyesuaikan jumlah siswa tiap kelompok menjadi empat orang. Dan memberikan tugas kepada masing-masing anggota kelompok. Guru memberikan bimbingan kepada masing-masing kelompok secara efektif.

b. Siklus II

1. Perencanaan

(76)

62 2. Pelaksanaan

a) Pertemuan pertama

Pertemuan pertama dalam siklus II menerapkan metode inkuiri terbimbing ini mempelajari jenis-jenis tanah. Pembelajaran dimulai dengan apersepsi atau bahan pengait yang sesuai dengan tema yang akan dipelajari yaitu jenis-jenis tanah. Dalam kegiatan apersepsi guru menanyakan kepada

siswa “ apakah siswa sering melihat macam-macam tanah

sekitar tempat tinggal?”. Dari pertanyaan guru tentang jenis

tanah, siswa diarahkan kepada topik yang akan dipelajari yaitu

“jenis-jenis tanah”. Dari kondisi tersebut guru mengondisikan

(77)

63 b)Pertemuan Kedua

Pelaksanaan penelitian pada pertemuan kedua mempelajari tentang komposisi dan susunan tanah pelaksanaan pembelajaran berawal dari apersepsi dengan cara guru mengulang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, kemudian guru memberi pertanyaan kepada siswa “apakah kalian pernah melihat jenis tanah humus dan liat”

dengan serentak siswa, menjawab pernah.

Setelah apersepsi selesai dilakukan, guru meminta siswa membentuk kelompok sesuai dengan kelompok kerja (anggota kelompok di sesuaikan). Siswa kemudian mengkondisikan untuk dapat membentuk kelompok dengan tertib. Pada saat siswa bekerja berkelompok guru membagikan LKS (lembar kerja siswa). Guru membimbing kerja kelompok lebih efektif.

3. Observasi

(78)

64

antusias mengikuti proses pembelajaran. Namun tidak seluruh siswa dapat bekerja sama dalam kelompok, masih ada beberapa siswa yang sibuk sendiri. Setelah dilakukan tes hasil belajar hasilnya belum memenuhi kriteria keberhasilan.

Tabel 6. Data Hasil Belajar Siswa Siklus II

No. Data Hasil Belajar Keterangan 7. Persentase Siswa Yang Tuntas 100% 8. Persentase Siswa Yang Belum Tuntas -

Dari tabel 7. di atas dapat diketahui jumlah siswa yaitu ada 17 siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa yaitu 100%. Hasil belajar dari pra tindakan, siklus I, siklus II sebagai berikut.

Tabel 7. Hasil Belajar Siswa dari pra tindakan, siklus I dan

7. Persentase Siswa Yang Tuntas

23,52% 35,29% 100% 8. Persentase Siswa Yang

Belum Tuntas

(79)

65

belajar pada siklus I yaitu 35,29%. Berdasarkan data hasil belajar semua siswa kelas VB sesuai dengan kriteria keberhasilan. Untuk lebih jelas ketuntasan belajar pra tindakan, siklus I, dan siklus II disajikan dalam bentuk diagram berikut:

Gambar 3. Diagram Ketuntasan Belajar Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II

4. Refleksi

Gambar

Tabel 1. Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Pelaksanaan
Gambar 1. Alur PTK menurut Model Kemmis dan Mc Taggart
Tabel 1. Kisi-kisi Observasi Guru dan Siswa Pelaksanaan Pembelajaran IPA Metode Inkuiri Terbimbing
Tabel 2 Kisi-kisi Soal Pratindakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dasar pengeluaran anggaran belanja tidak terduga yang dianggarkan dalam APBD untuk mendanai tanggap darurat, penanggulangan bencana alam dan/atau bencana sosial, termasuk

Analisis per ubahan penggunaan lahan ter hadap kondisi hidr ologi difokuskan pada pengar uh per ubahan luas hutan ter hadap koefisien alir an per mukaan (C) dan

Hasil yang didapatkan adalah faktor-faktor yang paling signifikan bagi calon pelanggan dalam melakukan keputusan pembelian Blu-ray game Playstation 4 secara online di

Menurut Monroe dan Krishnan (1985) dan Zeithaml (1988) dalam Amir Nasermoadeli, Kwekachaoon Ling, dan Farshad Maghnati (2013) menyatakan bahwa produk yang baik nilai

• Desa Kemang Kec.Lembak Kab.Muara Enim Prov. B, perihal kewaspadaan kebakaran hutan dan lahan tahun 2017, berkenaan dengan itu dimintakan kepada Bupati/Walikota untuk

Identifikasi masalah dilakukan dengan menganalisa data primer dan data sekunder untuk mengetahui berbagai masalah dan kendala peternak yang berkaitan dengan

Pada sub iterasi kedua piksel bernilai 1 akan diperiksa dan jika memenuhi syarat penghapusan maka piksel diberi nilai 0 dan nilai UBAH ditambah satu kemudian setelah keluar dari

Pada Gambar 1, secara garis besar penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan diantaranya studi literatur dan pengambilan data yang nantinya data tersebut digunakan