• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun Ringkasan Eksekutif. Puji syukur kepada Tuhan Yang maha Esa atas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KATA PENGANTAR. Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung Tahun Ringkasan Eksekutif. Puji syukur kepada Tuhan Yang maha Esa atas"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Puji syukur kepada Tuhan Yang maha Esa atas karunia-Nya dan dukungan berbagai pihak yang terlibat, Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung 2018-2023 telah selesai disusun.

Penyusunan Rencana Induk Kelitbangan Kota Bandung 2018-2023 telah memuat pokok-pokok pikiran yang akan menjadi landasan kegiatan kelitbangan di lingkungan Pemerintah Kota Bandung dalam kurun 5 tahun kedepan.

Rencana Induk Kelitbangan Kota Bandung 2018-2023 merupakan produk kebijakan yang diamanatkan oleh Peraturan Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2016 tentang Pedoman Penelitian dan Pengembangan di Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah. Rencana Induk Kelitbangan Kota Bandung merupakan arahan dalam penyelenggaraan fungsi kegiatan penelitian dan pengembangan di lingkungan Pemerintah Kota Bandung. Target akhir yang diharapkan dicapai adalah terjawabnya tantangan dan dinamika dalam penyelenggaraan pemerintahan guna mendukung peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan kelitbangan yang akan dilakukan diharapkan mampu menghasilkan berbagai terobosan baru dalam mendukung optimalisasi kinerja pemerintah daerah dalam rangka percepatan pembangunan daerah secara tepat sasaran dan berdaya saing.

Terima kasih disampaikan atas kerja keras dari tim penyusun, khususnya Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan bersama-sama dengan tim sehingga Rencana Induk Kelitbangan Kota Bandung dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih juga disampaikan kepada segenap perangkat daerah lain dan unsur-unsur masyarakat yangtelah memberikan sumbang sarannya sehingga dokumen ini dapat menjadi panduan kelitbangan kedepan. Dokumen ini juga diharapkan dapat mendorong sinergi dan koordinasi antar pemangku kepentingan dalam upaya pembangunan Kota Bandung yang berkelanjutan kedepannya.

Bandung, Januari 2019

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Kota Bandung

Hery Antasari, ST, M.Dev.Plg

KATA

PENGANTAR

(3)
(4)

Pendahuluan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah mengamanatkan fungsi penelitian dan pengembangan (litbang) sebagai salah satu fungsi penunjang dalam pelaksanaan urusan pemerintahan daerah. Fungsi kegiatan penelitian dan pengembangan (kelitbangan) ini diperlukan untuk menjawab tantangan dan dinamika dalam penyelenggaraan pemerintahan guna mendukung peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. Inovasi, kemajuan ilmu pengetahuan, perkembangan teknologi, dan terobosan yang dihasilkan oleh kelitbangan dapat mendukung percepatan pembangunan daerah secara tepat sasaran dan berdaya saing tinggi. Hal ini menjadi dasar pentingnya peran kelitbangan untuk mendukung kemajuan pembangunan dan kinerja penyelenggaraan pemerintah di daerah.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan

litbang di daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Peneriapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pemerintah daerah dituntut untuk berperan serta dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), meningkatkan kapasitas pengembangan Iptek, serta mengindentifikasi kebutuhan dan persoalan yang dihadapi para pengguna Iptek, yaitu industri, masyarakat, dan pemerintah.

Pengembangan Iptek oleh pemerintah daerah sangat penting untuk dapat menjawab berbagai permasalahan dan kebutuhan di berbagai bidang.

Kelitbangan diharapkan menjadi wadah pemikiran (think tank) yang harus mampu mendorong peningkatan efektivitas kinerja Perangkat Daerah serta menuntaskan berbagai permasalahan yang terjadi di Kota Bandung. Hasil-hasil kelitbangan diharapkan mampu menjadi dasar dalam pengambilan kebijakan strategis di daerah, terutama dalam menghadapi berbagai peluang, tantangan dan permasalahan perkotaan yang ada,

RINGKASAN EKSEKUTIF

(5)

bagi perumusan strategi kebijakan dan prioritas utama program Kota Bandung secara cermat, terpadu, serta berkelanjutan. Kegiatan kelitbangan diharapkan menjadi ujung tombak pelaksanaan pembangunan dalam pengambilan kebijakan strategis daerah secara terarah, terkoordinasi, terpadu, dan berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan.

Berdasarkan hal tersebut, perlu disusuk kerangka kebijakan kelitbangan pemerintah daerah yang mengakomodir berbagai aspek penyelenggaraan pemerintahan dalam suatu konsep rencana kelitbangan secara komprehensif dan sinergis melalui Rencana Induk Kelitbangan Kota Bandung Tahun 2018-2023.

2. Gambaran umum Wilayah dan Sumber Daya Kelitbangan

Kota Bandung adalah ibukota Provinsi Jawa Barat dengan luas 16.729,65 ha.

Bentuk bentangan alam Kota Bandung merupakan cekungan dengan morfologi perbukitan di bagian Utara dan dataran di bagian Selatan.

Karakteristik wilayah Kota Bandung mendukung pengembangan kawasan perumahan, wisata buatan, ruang terbuka non hijau, ruang sektor

informal, ruang evakuasi bencana, dan kawasan peruntukan lainnya.

Meskipun demikian, morfologi Kota Bandung yang berbentuk cekungan berpotensi bencana karena dikelilingi oleh gunung berapi aktif dan berada di antara 3 (tiga) daerah sumber gempa bumi.

Jumlah Penduduk di Kota Bandung juga masuk kedalam kategori padat dengan rata-rata kepadatan penduduk Kota Bandung pada tahun 2017 adalah 14.526 jiwa per km2 dengan tren meningkat setiap tahunnya. Jumlah penduduk tersebut dapat menjadi potensi maupun permasalahan baru jika tidak dikelola dan dipersiapkan dengan baik.

Di bidang perekonomian, PDRB Kota Bandung terus mengalami peningkatan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dengan kontribusi terbesar diberikan oleh kategori Perdagangan Besar dan Eceran, serta kategori Industri Pengolahan. Rata-rata Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bandung Tahun 2013-2017 mencapai 7.64%, lebih besar dibandingkan LPE Provinsi Jawa Barat dan nasional di periode yang sama dengan pencapaian masing-masing 5.48% dan 5.11%.

(6)

Meskipun demikian, salah satu tantangan utama yang dihadapi pemerintah Kota Bandung adalah masih tingginya gini rasio yang

menunjukkan ketimpangan pendapatan. Dari tahun 2012 hingga

tahun 2014 angka gini ratio merangkak naik dan bahkan sudah mencapai angka 0,48 pada tahun 2014 dan mengalami penurunan menjadi 0,43 pada tahun 2017.

Dari sisi sumber daya manusia, Tingkat pendidikan penduduk Kota Bandung sudah sangat baik dengan rata-rata Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/

Paket B dalam kurun waktu 2013-2017 mencapai 100%. Meskipun lebih

rendah, namun APM SMA/SMK/MA/Paket C sudah melebihi 90% dengan pencapaian tahun 2017 sebesar 95.71%. jumlah angkatan kerja terus mengalami peningkatan, meskipun demikian, angka pengangguran terbuka bergerak fluktuatif dalam kurun waktu 2013- 2017 karena dipengaruhi oleh iklim ekonomi di Kota Bandung maupun iklim global. Pada tahun 2017, tingkat pengangguran terbuka mencapai 8.44%.

Di bidang kesehatan, jumlah angka

terus menurun setiap tahunnya.

Meskipun demikian, angka balita gizi buruk masih mengalami peningkatan sebesar 56 anak di tahun 2017.

Dalam hal infrastruktur dan lingkungan hidup, Pemerintah Kota Bandung telah membangun berbagai infrastruktur untuk menunjang kegiatan warga Kota Bandung.

Pembangunan juga telah diarahkan untuk menyelesaikan persoalan muncul, seperti kemacetan disesuaikan dengan anggaran yang dimiliki oleh pemerintah. Pada sisi lingkungan hidup, saat ini jumlah ruang terbuka hijau (RTH) di kota Bandung mencapai 6% dari luas Kota Bandung, masih jauh jika dibandingkan proporsi RTH yang diamantkan oleh UU no.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang mencapai 30%. Pada bidang persampahan, Kota Bandung masih menghadapi tantangan dalam pengelolaan sampah disebabkan tingginya volume sampah harian yang melebihi kapasitas TPA yang tersedia.

Berbagai potensi dan permasalahan yang ada di Kota Bandung menjadi landasan awal diperlukannya kegiatan penelitian dan pengembangan.

Kelitbangan dapat memberikan alternatif penyelesaian masalah

(7)

pemanfaatan potensi yang telah dimiliki sebelumnya.

Di bidang kelitbangan sendiri, saat ini fungsi Kelitbangan di Kota Bandung menjadi wewenang Bidang Penelitian dan Pengembangan di bawah Badan

Perencanaan, Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Kota

Bandung. Dari sisi kelembagaan, organisasi kelitbangan di lingkungan Pemerintahan Kota Bandung belum memenuhi amanat Permendagri 17 tahun 2016 Tentang Pedoman Penelitian dan Pengembangan di Kementerian Dalam Negeri. Secara fungsi, ketiga unsur pengorganisasian telah dilaksanakan dalam pelaksanaan kelitbangan di Bappelitbang, namun secara administratif, keanggotaan dan tugasnya belum ditetapkan dalam sebuah keputusan pejabat yang berwenang. Meskipun demikian, kelitbangan tetap dapat dijalankan dengan melakukan beberapa penyesuaian agar tetap dapat mencapai keluaran dan outcome yang ditargetkan.

Saat ini, jumlah personil di Bidang Penelitian dan Pengembagan berjumlah 8 orang dengan 7 orang personil berpendidikan terakhir S2 dari berbagai bidang keahlian dan satu

orang pengadministrasian program berpendidikan akhir SMA.

Pembiayaan penyelenggaraan kelitbangan di lingkungan Pemerintah

Kota Bandung, saat ini masih menggunakan sumber pendanaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bandung.

Meskipun demikian, kelitbangan di lingkungan Pemerintah kota Bandung telah melakukan berbagai kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi, lembaga riset, serta lembaga komunitas terkait lainnya. Kedepan, terbuka peluang kerjasama yang melibatkan pembagian anggaran untuk dapat meningkatkan optimalisasi kegiatan dan target capaian kegiatan.

3. Potensi dan Permasalahan Kelitbangan

Kelitbangan di lingkungan pemerintah Kota Bandung memiliki berbagai potensi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kelitbangan. Potensi tersebut terdiri dari keberadaaan jabatan fungsional peneliti; komitmen dari pimpinan dalam melaksanakan tugas dan fungsi kelitbangan serta inovasi; tingginya kebutuhan kelitbangan dari perangkat daerah;

motivasi dan sinergitas implementasi

(8)

urusan litbang dan perencanaan untuk mencari solusi dari permasalahan pembangunan di Kota Bandung;

kebijakan kelitbangan satu pintu; dan databse online hasil kelitbangan.

Di sisi lain, permasalahan yang teridentifikasi dan berpotensi menghambat kelitbangan di Kota Bandung adalah belum terbentuknya organisasi sesuai amanat Permendagri 17 Tahun 2016; adanya keterbatasan kepakaran pejabat fungsional peneliti dan belum adanya tenaga pendukung kelitbangan untuk mendukung fungsi administrasi kelitbangan; minimnya publikasi ilmiah hasil kelitbangan dan pemanfaatan hasil kelitbangan sebagai rekomendasi kebijakan; keterbatasan koordinasi, kewenangan pemangku urusan kelitbangan, serta pagu anggaran dalam mendukung kelitbangan di lingkungan pemerintah Kota Bandung; dan belum adanya aturan di tingkat pemerintah kota Bandung yang memayungi kegiatan pengadaan barang dan jasa dengan lembaga litbang non pemerintah dan perguruan tinggi swasta.

4. Peluang dan Tantangan

Secara eksternal, kelitbangan di Kota

perguruan tinggi dan akademisi yang kompeten serta berkualitas di Kota Bandung; potensi sumber daya manusia yang kreatif, produktif, serta komunitas yang beragam; lokasi kota bandung yang strategis dan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi;

terbukanya peluang kerjasama kelitbangan dengan lembaga internasional; kebijakan pemerintah pusat yang mendukung serta terbukanya kerjasama kelitbangan dengan pemerintah provinsi dan pemerintah kota/kabupaten lainnya;

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat.

Adapun tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan kelitbangan adalah tuntutan rekomendasi perumusan kebijakan yang implementatif dan tepat sasaran serta munculnya isu dan persoalan lintas wilayah yang memerlukan koordinasi lintas sektoral dalam upaya penyelesaiannya.

5. Arah kebijakan Kelitbangan

Arah Kebijakan adalah rumusan kerangka pikir atau kerangka kerja untuk

menyelesaikan permasalahan pembangunan dan mengantisipasi isu

strategis daerah yang dilaksanakan

(9)

strategi. Arah kebijakan merupakan pengejawantahan dari strategi pembangunan daerah yang difokuskan

pada prioritas-prioritas pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan.

Dalam merumuskan arahan kebijakan Kelitbangan 2018-2023, tahapan yang dilakukan adalah sesuai Gambar 1.

Gambar 1. Tahapan perumusan arah kebijakan kelitbangan Kota Bandung Tahun 2018-2023

Penelaahan mendalam terhadap sasaran-sasaran pokok dan isu strategis yang tercantum dalam RPJPD Kota Bandung 2005-2025, serta pencapaian kinerja Pemerintah Kota Bandung periode 2014-2018 menjadi landasan utama dalam penentuan arah kebijakan kelitbangan Kota Bandung, yaitu:

1. penguatan kegiatan-kegiatan kelitbangan agar berorientasi

pada pemecahan masalah (problem solving) dengan jaminan mutu hasil kelitbangan.

2. mendorong kebijakan berbasis

kelitbangan dengan meningkatkan penerapan dari

hasil-hasil kelitbangan dalam bentuk perekayasaan maupun evaluasi kebijakan.

(10)

3. penguatan kinerja lembaga kelitbangan dengan mendorong penguatan aspek sumber daya manusia, pembiayaan, dan kolaborasi dengan aktor-aktor kelitbangan lainnya, khususnya perguruan tinggi dan sektor swasta

4. Mendorong pemecahan permasalahan kota melalui inovasi daerah.

Masing-masing arah kebijakan tersebut kemudian diturunkan menjadi strategi- strategi agar tujuan pelaksanaan kelitbangan dan inovasi daerah di Kota Bandung dapat tercapai.

6. Indikasi Program Prioritas Kelitbangan dan Strategi Pelaksanaan

Program dan capaian prioritas pembangunan menjadi landasan penentuan program dan kebijakan strategis bidang Kelitbangan untuk mencapai visi dan melaksanakan misi sebagai jawaban atas isu-isu strategis dan permasalahan pembangunan daerah. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, maka diperoleh permasalahan dan target yang perlu dikaji melalui kegiatan penelitian dan

pengembangan untuk pembangunan daerah dalam 5 tahun kedepan.

Permasalahan dan target yang perlu dikaji melalui kegiatan penelitian dan pengembangan di Kota Bandung kemudian dibagi berdasarkan bidang dan diturunkan kedalam program/kegiatan prioritas yang akan

menjadi acuan pelaksanaan kelitbangan di Kota Bandung.

(11)

Strategi Pelaksanaan

Strategi pelaksanaan meliputi koordinasi pelaksanana oleh kelembagaan kelitbangan Kota Bandung yang ada saat ini, meliputi Tim Pengawas dan Tim Kelitbangan.

Kelembagaan Kelitbangan Kota Bandung masih belum sesuai dengan amanat Permendagri 17 Tahun 2016 yaitu baru mmbentuk unsur Majelis Pertimbangan dan namun belum memiliki Tim Pengendali Mutu, meskipun demikian saat ini tugas dan fungsi tim pengendali mutu telah dilaksanakan oleh Tim Pengawas

sedangkan fungsi Majelis Pertimbangan dilakukan oleh Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan.

Hambatan dalam melaksanakan koordinasi pelaksanaan kelitbangan saat ini adalah keterbatasan sumber daya manusia yang mengerti kelitbangan. Solusi yang dilakukan sejauh ini yaitu dalam peningkatan kerjasama dengan tenaga ahli perorangan atau perguruan tinggi negeri yang berkualitas, namun harus tetap disesuaikan dengan penganggaran dan perencanaan.

Bidang tata Kelola Pemerintahan dan Pelayanan Publik

•Perlunya pemerataan fasilitas pendidikan yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat

•Perlu adanya peningkatan pelayanan fasilitas kesehatan, akses seluruh lapisan masyarakat terhadap fasilitas kesehatan, dan penyelesaian persoalan kesehatan

melalui program yang terintegrasi

•Kebutuhan menciptakan birokrasi yang modern

Bidang Sosial dan Kemasyarakatan

•permasalahan terkait dengan sosial kemasyarakatan yang berpengaruh dalam pencapaian target modal sosial.

Bidang Ekonomi dan Pembangunan Daerah

•Mendorong peningkatan ekonomi kota, pengentasan kemiskinan, dan upaya mengurangi ketimpangan

•Kebutuhan akan penyediaan infrastuktur kota untuk mendukung kegiatan masyarakat dalam menjawab persoalan keterbatasan daya dukung dan daya tampung kota

•Sinergitas pembangunan untuk meningkatkan aktivitas pertukaran informasi, teknologi, perdagangan dan jasa, serta upaya pemecahan persoalan kewilayahan

Bidang Inovasi dan Pengembangan IPTEK

•Pemanfaatan teknologi digital dalam penyelesaian permasalahan pembangunan.

•upaya sinergitas pembiayaan pembangunan melalui kerjasama antar stakeholder

(12)

Kegiatan koordinasi kelitbangan terbagi berbagai kegiatan yang melibatkan internal bidang litbang maupun lintas pemangku kepentingan terkait. Kegiatan tersebut terdiri atas forum kelitbangan, rapat perencanaan kelitbangan, rapat pengawasan/evaluasi, koordinasi tim kelitbangan, serta diseminasi kelitbangan yang masing-masing dilakukan minimal sekali dalam setahun.

Dalam rangka memperkuat dan meningkatkan koordinasi, kerjasama, dan kolaborasi kelitbangan yang telah dilakukan saat ini, maka strategi yang akan dilakukan adalah:

1. Membangun kolaborasi dengan Perguruan Tinggi Negeri maupun swasta dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia kelitbangan melalui bimtek, training, pelatihan;

2. Mengembangkan kerjasama dengan pemangku kepentingan untuk dukungan sarana dan prasarana kelitbangan serta pengembangan menejemen kelitbangan untuk peningkatan kualitas, kuantitas dan pemanfaatan hasil kelitbangan;

3. Mengembangkan kolaborasi dengan sektor swasta, lembaga penelitian non pemerintah, lembaga kelitbangan pusat, lembaga

UMKM, dan komunitas/masyarakat;

4. Memperkuat dan Membangun kolaborasi antar peneliti baik skala nasional maupun internasional.

(13)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

RINGKASAN EKSEKUTIF ... ii

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

PENDAHULUAN ... 5

1.1 LATAR BELAKANG ... 1

1.2 DASAR HUKUM ... 4

1.3 TUJUAN DAN SASARAN ... 6

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN ... 6

GAMBARAN UMUM KELITBANGAN ... 9

2.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH ... 9

2.1.1 Aspek Administratif dan Geografis ... 9

2.1.2 Aspek Demografi ... 11

2.1.3 Aspek Perekonomian Daerah ... 19

2.1.4 Aspek Kesejahteraan Masyarakat ... 31

2.1.5 Aspek Kesempatan Kerja ... 56

2.1.6 Aspek Pembangunan Infrastruktur ... 57

2.1.7 Aspek Lingkungan Hidup ... 60

2.2 KONDISI SUMBER DAYA KELITBANGAN ... 64

2.2.1 Kelembagaan ... 64

2.2.2 Sumber Daya Kelitbangan ... 66

2.2.3 Pendanaan Kelitbangan ... 68

2.2.4 Kerjasama Kelitbangan ... 70

2.3 POTENSI DAN PERMASALAHAN ... 74

2.4 PELUANG DAN TANTANGAN ... 76

ARAH KEBIJAKAN KELITBANGAN ... 78

3.1 ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH ... 79

3.1.1 Visi dan Misi ... 80

3.1.2 Arah Kebijakan dan Strategi Jangka Panjang Pembangunan Daerah ... 84

3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KELITBANGAN DAERAH ... 97

3.2.1 Arah Kebijakan Kelitbangan ... 97

3.2.2 Strategi Kebijakan Kelitbangan ... 110

3.3 INDIKASI PROGRAM PRIORITAS KELITBANGAN DAERAH ... 113

3.3.1 Program Prioritas Kelitbangan Bidang tata Kelola Pemerintahan dan Pelayanan Publik . 114 3.3.2 Program Prioritas Kelitbangan Bidang Sosial dan Kemasyarakatan ... 120

3.3.3 Program Prioritas Kelitbangan Bidang Ekonomi dan Pembangunan Daerah ... 124

3.3.4 Program Prioritas Kelitbangan Bidang Inovasi dan Pengembangan IPTEK ... 135

STRATEGI PELAKSANAAN ... 139

(14)

4.1 KELEMBAGAAN ... 139

4.1.1 Koordinasi Pelaksanaan ... 139

4.2.1 Keterlibatan Institusi Kelitbangan ... 142

4.1.3 Kerjasama dan Sinergitas Pelaksanaan ... 145

4.2 EVALUASI KELITBANGAN ... 148

PENUTUP ... 150

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah dan Komposisi Penduduk Kota Bandung Tahun 2013-2017……...12

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kota Bandung Berdasarkan Kelompok Usia Tahun 2017 …...16

Tabel 2.3 Perkembangan Komposisi Penduduk Kota Bandung Berdasarkan Tingkat Pendidikan (Usia >10 Tahun dan Ijazah Tertinggi) Periode 2014-2017………...……….17

Tabel 2.4 PDRB Kota Bandung Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (juta Rupiah) Tahun 2013-2017 ... ... ...20

Tabel 2.5 PDRB Kota Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (juta Rupiah) Tahun 2013-2017 ……...22

Tabel 2.6 Perbandingan PDRB Per kapita Harga Konstan Kota Bandung Wilayah Bandung raya dan Provinsi Jawa Barat Periode 2013-2017 (dalam juta rupiah) …...………...………...28

Tabel 2.7 Komposisi Siswa Miskin pada Setiap jenjang Pendidikan di Kota Bandung……...….…....36

Tabel 2.8 Jumlah Tindak Pidana Menurut Jenis Kriminalitas di Kota Bandung Tahun 2014-2016 …49 Tabel 2.9 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), Indeks Keparahan Kemiskinan (P2), dan Garis Kemiskinan di Kota Bandung Tahun 2014 – 2017...………56

Tabel 2.10 Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan Tahun 2013 – 2017……...…..58

Tabel 2.11 Formasi Personil Bidang Penelitian dan Pengembangan………...68

Tabel 2.12. Besaran dan Proporsi Anggaran Program Penelitian dan Pengembangan terhadap APBD Kota Bandung………...…...70

Tabel 2.13 Daftar MOU Kerjasama Pemerintah Kota Bandung dengan PTN, PTS serta pemangku kepentingan kelitbangan lainnya Tahun 2013-2018…...….72

Tabel 3.1 Jenis Kelitbangan Utama dan Keluarannya………...98

Tabel 3.2 Capaian Kinerja Pemerintahan Kota Bandung Tahun 2013-2018 Berdasarkan Misi Pemerintah Kota Bandung 2018-2023... ... ...102

Tabel 3.3 Tabel Program Prioritas Bidang Tata Kelola Pemerintahan dan Pelayanan Publik………...118

Tabel 3.4 Tabel Program Prioritas Bidang Sosial Kemasyarakatan………...…122

Tabel 3.5 Tabel Program Prioritas Bidang Ekonomi dan Pembangunan Daerah..… ...129

Tabel 3.6 Tabel Program Prioritas Bidang Inovasi dan Pengembangan IPTEK…...136

Tabel 4.1 Jenis-Jenis Koordinasi Kelitbangan………...141

Tabel 4.2 Kegiatan dan Pihak yang Bekerjasama dengan Bidang Kelitbangan Kota Bandung Pada Tahun 2017 dan 2018………...……142

Tabel 4.3 Bentuk-Bentuk Kerjasama yang diharapkan dengan Para Pemangku Kepentingan...146

(16)

DAFTAR GAMBAR

Diagram 1.1 Alur Pikir Penyusunan Rencana Induk ………...………….3

Gambar 2.1 Peta Administratif Kota Bandung………...………...10

Gambar 2.2 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kota Bandung Tahun 2014-2017...12

Gambar 2.3 Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kota Bandung Tahun 2017. …...…14

Gambar 2.4 Proporsi Penduduk Kota Bandung Tahun 2017 ….………...15

Gambar 2.5 Usia Produktif Penduduk Kota Bandung Tahun 2017…..……...……….16

Gambar 2.6 Perkembangan Komposisi Penduduk Kota Bandung Berdasarkan Tingkat Pendidikan (Usia >10 Tahun dan Ijazah Tertinggi) Periode 2014-2017…...………..…….17

Gambar 2.7 Perkembangan Tenaga Kerja dan Pengangguran Kota Bandung Periode 2013-2015 dan 2017 ………...…………...………….………...18

Gambar 2.8 Ilustrasi Perbandingan Jumlah Bekerja dan Jumlah Pengangguran Kota Bandung Tahun 2017 ……….………...….………19

Gambar 2.9 Persentase PDRB Kota Bandung Berdasarkan lapangan Usaha Tahun 2017 (Atas Dasar Harga Berlaku) ………...…….…………..24

Gambar 2.10 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bandung tahun 2013-2017 dan Perbandingannya dengan Jawa Barat dan Nasional (Metode Tahun Dasar 2010)……… …...………25

Gambar 2.11 PDRB Per Kapita Kota Bandung Tahun 2013-2017………...………..27

Gambar 2.12 Perkembangan Perngeluaran per Kapita Kota Bandung Tahun 2013-2017 (dalam ribu rupiah)…………. ………...……..29

Gambar 2.13 Inflasi Tahunan Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, dan Nasional Periode 2010- 2017...………30

Gambar 2.14 Perkembangan Harapan Lama Sekolah Kota Bandung Tahun 2010-2017…...31

Gambar 2.15 Grafik Rata-Rata Lama Sekolah Kota Bandung Tahun 2013-2017...…...32

Gambar 2.16 Angka Partisipasi Kasar Kota Bandung Tahun 2013-2017 ... ...…33

Gambar 2.17 Angka Partisipasi Murni Kota Bandung Tahun 2013-2017 …..…...…...34

Gambar 2.18 Angka Pendidikan yang Ditamatkan di Kota Bandung Tahun 2013-2017…...…35

Gambar 2.19 Komposisi Siswa Miskin Kota Bandung Tahun 2017 ………...…...…...36

Gambar 2.20 Distribusi Siswa Miskin di Setiap Jenjang Pendidikan Per Kecamatan di Kota Bandung Tahun 2017 ……….………...…...39

Gambar 2.21 Jumlah Sekolah Terkreditasi, Rintisan Inklusif dan Sekolah Hijau …...40

Gambar 2.22 Perbandingan Angka Harapan Hidup Kota Bandung, provinsi Jawa Barat, dan Nasional...………...……41

(17)

Gambar 2.23 Angka Kesakitan Penduduk di Kota Bandung dan Jawa Barat Menurut Jneis Kelamin

Tahun 2017 ……….………...……….43

Gambar 2.24 Angka Kematian Ibu Tahun 2016-2017 ...… ...………..44

Gambar 2.25 Angka Kematian Bayi Tahun 2016-2017 ………...………...……....45

Gambar 2.26 Balita Gizi Buruk Tahun 2016-2017 ………...………...46

Gambar 2.27 Penderita Penyakit Demam Berdarah di Kota Bandung Tahun 2017. ...47

Gambar 2.28 Jenis Kriminalitas Tertinggi Tahun 2014-2016 ………...……..48

Gambar 2.29 Jumlah Pelanggaran K3 ………...51

Gambar 2.30 Jumlah Unjuk Rasa Per Bidang ………...……..….51

Gambar 2.31 Sebaran Jumlah Rumah Tangga Miskin Per Kecamatan di Kota Bandung Tahun 2017……….………...…….53

Gambar 2.32 Perbandingan Gini Ratio Kota Bandung, Jawa Barat, dan Nasional Tahun 2012- 2017... ...…………..……….………55

Gambar 2.33 Indeks Kedalaman Kemiskinan ………...……….56

Gambar 2.34 Perkembangan Tenaga Kerja dan Pengangguran Kota Bandung Periode 2013-2015 dan 2017 ………..………...…57

Gambar 2.35 Persentase rumah tangga yang menggunakan air kemasan, isi ulang dan air ledeng serta air minum bersih………...…………59

Gambar 2.36 Jumlah Air Minum yang Disalurkan di Kota Bandung Tahun 2014-2017...……….60

Gambar 2.37 Proporsi Anggaran Penelitian dan Pengembangan Kota Bandung Tahun 2014- 2018... ... ... ... ... ...…..70

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, dasar hukum sebagai landasan hukum, tujuan dan sasaran penyusunan Rencana Induk Kelitbangan Pemerintah Kota Bandung tahun 2018-2023 dan Sistematika Penulisan

(19)

1.1 LATAR BELAKANG

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, fungsi penelitian dan pengembangan (litbang) menjadi salah satu fungsi penunjang dalam pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah. Fungsi Kegiatan penelitian dan pengembangan (kelitbangan) ini diperlukan untuk menjawab tantangan dan dinamika dalam penyelenggaraan pemerintahan guna mendukung peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. Peran kelitbangan tersebut diharapkan mampu menghasilkan berbagai terobosan baru dalam mendukung optimalisasi kinerja pemerintah daerah dalam rangka percepatan pembangunan daerah secara tepat sasaran dan berdaya saing.

Kelitbangan memiliki peran penting dalam mendukung kemajuan pembangunan dan kinerja penyelenggaraan pemerintah di daerah. Salah satu dari peran strategis litbang adalah berupaya mewujudkan visi dan misi pembangunan, yang berbasis pada penelitian dan analisa data ilmiah. Keberadaan litbang sangat penting dalam mendukung kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi yang dapat diterapkan oleh pemerintah daerah.

Menurut UU Nomor 18 Tahun 2002, lembaga litbang merupakan salah satu unsur utama Sistem Inovasi Nasional (SINas), yang berperan sebagai pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), meningkatkan kapasitas pengembangan Iptek, serta mengidentifikasi kebutuhan dan persoalan yang dihadapi para pengguna Iptek. Berdasarkan karakteristiknya, pengguna Iptek dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yakni industri, masyarakat, dan pemerintah. Sistem Inovasi sendiri kemudian didefinisikan sebagai keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi antar kelompok pengguna Iptek tersebut.

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat penting bagi pemerintah dalam menjawab kebutuhan berbagai bidang (baik ekonomi, pendidikan, pertahanan, sosial dan budaya), sehingga litbang dapat menjadi kunci sekaligus kekuatan bagi negara untuk meningkatkan daya saing bangsa baik dalam lingkungan regional maupun global. Di lingkungan Pemerintah Kota Bandung, kelitbangan sebagai wadah pemikiran (think tank) yang harus mampu mendorong peningkatan efektivitas kinerja Perangkat Daerah serta menuntaskan berbagai permasalahan yang terjadi di Kota Bandung. Hasil-hasil kelitbangan diharapkan mampu menjadi dasar dalam pengambilan kebijakan strategis di daerah, terutama

(20)

mampu memberikan masukan bagi perumusan strategi kebijakan dan prioritas utama program Kota Bandung secara cermat, terpadu, serta berkelanjutan. Kegiatan kelitbangan diharapkan menjadi ujung tombak pelaksanaan pembangunan dalam pengambilan kebijakan strategis daerah secara terarah, terkoordinasi, terpadu, dan berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan.

Urusan Penelitian dan Pengembangan di Pemerintah Kota Bandung berada berada dibawah Bidang Penelitian dan Pengembangan pada Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, yang menyelenggarakan unsur penunjang Urusan Pemerintahan meliputi fungsi penunjang perencanaan pembangunan dan fungsi penunjang penelitian dan pengembangan.

Dalam menjalankan fungsi kelitbangan, perlu disusun kerangka kebijakan kelitbangan pemerintah daerah yang mengakomodir berbagai aspek penyelenggaraan pemerintahan dalam suatu konsep rencana kelitbangan secara komprehensif dan sinergis melalui Rencana Induk Kelitbangan Kota Bandung Tahun 2018-2023. Rencana Induk Kelitbangan merupakan dokumen arah kebijakan kelitbangan yang memuat strategi pentahapan dan rincian indikasi program di bidang kelitbangan yang akan dilaksanakan jangka menengah dalam kurun waktu 5 (lima) tahun. Sasaran Rencana Induk Kelitbangan adalah untuk memberikan arah pelaksanaan program kelitbangan Pemerintah Kota Bandung guna peningkatan kualitas kebijakan/regulasi berbasis kelitbangan.

Penyusunan Rencana Induk Kelitbangan Kota Bandung Tahun 2018-2023 dilakukan dengan memperhatikan visi dan misi pembangunan Kota Bandung, masukan dari berbagai pemangku kepentingan, potensi dan kemampuan wilayah serta isu-isu strategis pemerintah daerah yang menjadi prioritas kelitbangan. Rencana Induk Kelitbangan disusun dengan melakukan penelaahan terhadap rencana pembangunan jangka panjang (RPJPD) sehingga fungsi kelitbangan selaras dan memperkokoh perencanaan pembangunan daerah.

Alur penyusunan meliputi Penyusunan Rancangan, Perumusan Rancangan serta Penetapan, yang diuraikan pada Diagram 1.1. dibawah ini.

(21)

Diagram 1.1.

Alur Pikir Penyusunan Rencana Induk

(22)

1.2 DASAR HUKUM

Landasan penyusunan Rencana Induk Kelitbangan Kota Bandung Tahun 2018-2023 adalah:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4219);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

3. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2005 tentang alih teknologi kekayaan intelektual serta hasil penelitian dan pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga penelitian dan pengembangan;

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang hak cipta;

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601);

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Paten;

(23)

dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah ;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2017 Tentang Inovasi Daerah;

12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 070 Tahun 2011 tentang Pokok- Pokok Kode Etik Peneliti di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah;

13. Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi dan Menteri Dalam Negeri Nomor 03 Tahun 2012 dan Nomor 36 Tahun 2012 tentang 
Penguatan Sistem Inovasi Daerah ;

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2016 tentang Pedoman Penelitian dan Pengembangan di Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 546);

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 061-001 Tahun 2017 tentang Prosedur Tahapan Penelitian dan Pengembangan di Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah;

16. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Jabatan Fungsional Peneliti;

17. Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Peneliti;

18. Peraturan Daerah Kota Bandung. Nomor 08 Tahun 2008. Tentang. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025;

19. Peraturan Walikota Bandung Nomor 1402 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian Dan Pengembangan Kota Bandung;

(24)

Daerah;

21. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor: 070/3522/SJ Tanggal: 04 Agustus 2017 Tentang Penguatan Penelitian dan Pengembangan Daerah.

1.3 TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan dari Rencana Induk Kelitbangan Kota Bandung Tahun 2018-2023 adalah sebagai arahan/acuan pelaksanaan kegiatan kelitbangan di lingkungan Pemerintah Kota Bandung.

Sedangkan sasaran yang ingin dicapai antara lain:

1. Tersedianya pedoman kerja kegiatan kelitbangan;

2. Terlaksananya kegiatan kelitbangan yang efektif, efisien, sinergis dan terkoordinasi;

3. Meningkatnya kualitas kegiatan kelitbangan;

4. Meningkatnya pemanfaatan hasil-hasil kelitbangan sebagai rekomendasi kebijakan.

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan Rencana Induk Kelitbangan Kota Bandung Tahun 2018-2023 mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penelitian dan Pengembangan di Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah, yang meliputi:

BAB I. PENDAHULUAN

Menjelaskan tentang latar belakang, dasar hukum penyusunan, tujuan dan sasaran, serta sistematika penulisan penulisan

(25)

BAB II. GAMBARAN UMUM KELITBANGAN

Gambaran umum kondisi kelitbangan yang meliputi Gambaran Umum Wilayah, Kondisi Sumber Daya Kelitbangan baik Kelembagaan, Sumber Daya Manusia Kelitbangan, Pendanaan Kelitbangan dan Kerjasama Kelitbangan serta Potensi Permasalahan dan Peluang Tantangan

BAB III ARAH KEBIJAKAN KELITBANGAN

Bab ini menyajikan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah, Arah Kebijakan dan Strategi Kelitbangan Daerah serta Indikasi Program Prioritas Kelitbangan Daerah

BAB IV STRATEGI PELAKSANAAN

Bab ini memuat dan menjelaskan strategi Kelembagaan serta Evaluasi Pelaksanaan

BAB V PENUTUP

(26)

BAB II

GAMBARAN UMUM KELITBANGAN

Bab ini berisikan gambaran umum kelitbangan yang meliputi gambaran umum wilayah yang terdiri dari aspek administratif dan geografis, Aspek Demografis, Aspek Perekonomian Daerah, Aspek Kesejahteraan Masyarakat, Aspek Kesempatan Kerja, Aspek pembangunan infrastruktur, dan Aspek Lingkungan Hidup; Kondisi Sumber daya kelitbangan juga dijelaskan dengan penjabaran mengenai kelembagaan, sumber daya kelitbangan, pendanaan kelitbangan, dan kerjasama kelitbangan; Bab ini juga menjelaskan mengenai Potensi dan Permasalahan serta Tantangan dan Peluang yang dihadapi oleh Kelitbangan Kota Bandung.

(27)

2.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH

Gambaran umum wilayah merupakan penjelasan umum mengenai kondisi Kota Bandung yang disajikan dalam aspek administratif dan geografis, demografi, perekonomian daerah, kesejahteraan masyarakat, kesempatan kerja, pembangunan infrastruktur, lingkungan hidup. Uraian berbagai aspek gambaran umum tersebut tersaji sebagai berikut.

2.1.1 Aspek Administratif dan Geografis

A. Administratif Kota Bandung

Kota Bandung merupakan ibukota Provinsi Jawa Barat yang secara administratif berbatasan dengan beberapa kabupaten/kota lainnya, yaitu:

• Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat berbatasan di Sebelah Utara

• Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi berbatasan di Sebelah Barat;

• Kabupaten Bandung berbatasan di Sebelah Timur;

• Kabupaten Bandung berbatasan di Sebelah Selatan.

Kota Bandung memiliki luas wilayah sebesar 16.729,65 Ha, yang terbagi atas 30 kecamatan dan 151 kelurahan, dibantu oleh masyarakat dalam bentuk organisasi rukun warga sejumlah 1.584 Rukun Warga (RW) dan 9.873 Rukun Tetangga (RT). Berikut Gambar 2.1 Peta Administrasi Kota Bandung.

(28)

Gambar 2.1. Peta Administratif Kota Bandung

B. Geografis Kota Bandung

Secara geografis Kota Bandung berada pada 107º36’ Bujur Timur dan 6º55’Lintang Selatan terletak di bagian tengah Cekungan Bandung pada ketinggian 791 m di atas permukaan laut (dpl), titik tertinggi di daerah utara dengan ketinggian 1.050 m dan titik terendah di sebelah selatan dengan ketinggian 675 m di atas permukaan laut. Wilayah Kota Bandung bagian selatan sampai lajur lintasan kereta api memiliki permukaan tanah relatif datar, sedangkan wilayah kota bagian utara memiliki topografi berbukit. Berada pada Cekungan Bandung yang dikelilingi oleh gunung berapi yang masih aktif dan berada di antara 3 (tiga) daerah sumber gempa bumi yang saling melingkup, yaitu (i) sumber gempa bumi Sukabumi-Padalarang-Bandung, (ii) sumber gempa bumi Bogor-Puncak-Cianjur, serta (iii) sumber gempa bumi Garut-Tasikmalaya- Ciamis. Wilayah Kota Bandung dilewati oleh 11 sungai sepanjang 252,55 km,

(29)

yaitu Sungai Cikapundung, Sungai Cipamokolan, Sungai Cidurian, Sungai Cinambo, Sungai Citepus, Sungai Cisaranten, Sungai Cikapundung Kolot, Sungai Citarum, Sungai Cikeruh, Sungai Palasari dan Sungai Cibeureum.

Pada tahun 2017, tingkat curah hujan Kota Bandung bervariasi dari 39,1 mm sampai dengan 442,2 mm. Secara alamiah, Kota Bandung tergolong daerah yang cukup sejuk. Rata-rata temperatur di Kota Bandung pada tahun 2017 mencapai 23,48°C. Penggunaan lahan di Kota Bandung didominasi oleh lahan permukiman, jumlahnya meningkat sangat signifikan dari tahun 2013. Pada tahun 2014 sebesar 57,23 % (9.601,46 ha), persentase tersebut terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan pembangunan Kota Bandung, terutama pertumbuhan perumahan di bagian timur dan utara Kota Bandung. Persentase luas lahan pertanian basah di tahun 2014 tercatat hanya sekitar 6,75% berkurang dari tahun sebelumnya.

Sedangkan penggunaan lahan untuk perdagangan dan jasa mencapai 2,35% dan penggunaan lahan untuk industri sebesar 5,36% dari total lahan yang ada.

Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran, industri dan pergudangan, wisata buatan, ruang terbuka non hijau, ruang sektor informal, ruang evakuasi bencana, dan kawasan peruntukan lainnya.

2.1.2 Aspek Demografi

A. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Bandung

Jumlah penduduk Kota Bandung selama periode 2013-2017, terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 penduduk Kota Bandung sejumlah 2.322.010 jiwa dengan jumlah penduduk yang terus meningkat sehingga pada tahun 2017 berjumlah 2.412.458 jiwa. Pada periode 2014-2017, laju pertumbuhan penduduk (LPP) mengalami penurunan dengan rata-rata sebesar 1,67%, termasuk dalam klasifikasi pertumbuhan lambat (1%-<1%). Berikut perkembangan jumlah dan pertumbuhan penduduk Kota Bandung Tahun 2014 – 2017 tersaji pada Gambar 2.2 serta komposisi penduduk pada Tabel 2.1.

(30)

Sumber: Disdukcapil Kota Bandung

Gambar 2.2 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kota Bandung Tahun 2014 – 2017

Tabel 2.1 dibawah ini menjelaskan mengenai jumlah dan komposisi penduduk kota Bandung berdasarkan aspek demografis di Tahun 2013-2017.

Tabel 2.1 Jumlah dan Komposisi Penduduk Kota Bandung Tahun 2013-2017

Uraian Tahun

2013 2014 2015 2016 2017

Jumlah Penduduk (jiwa)

N/A 2.322.010 2.378.628 2.397.365 2.412.458 Rata-rata Kepadatan

Penduduk (jiwa/km2)

N/A 13.879 14.218 14.330 14.420 Laju Pertumbuhan

Penduduk (%)

N/A 2,84

2,44 0,79 0,63

Komposisi Penduduk menurut:

a. Jenis Kelamin

Laki - Laki (orang) N/A 1.182.714 1.202.025 1.211.803 1.218.143 Perempuan (orang) N/A 1.139.296 1.176.603 1.185.562 1.194.315 b. Angkatan Kerja

(orang)

N/A 1.192.770 1.192.521 N/A 1.219.398

1.182.714

1.202.025 1.211.803 1.218.143

1.139.296

1.176.603 1.185.562 1.194.315

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

1.080.000 1.100.000 1.120.000 1.140.000 1.160.000 1.180.000 1.200.000 1.220.000 1.240.000

2014 2015 2016 2017

Laki - Laki (orang) Perempuan (orang) Laju Pertumbuhan Penduduk (%)

(31)

Uraian Tahun

2013 2014 2015 2016 2017

Jumlah yang Bekerja (orang)

N/A 1.096.799 1.084.989 N/A 1.116.529 Jumlah

Pengangguran (orang)

129.142 95.971 107.532 N/A 102.869

Tingkat Pengangguran (%)

10,98 8,05 9,02 N/A 8,44

Sumber: BPS dan Disdukcapil Kota Bandung

Berdasarkan Gambar 2.3 mengenai jumlah penduduk per kecamatan di Kota Bandung, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk paling banyak berada di Kecamatan Bandung Kulon dengan jumlah penduduk mencapai 130.831 jiwa.

Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit berada di kecamatan Cinambo dengan jumlah penduduk mencapai 24.145 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk sendiri mengalam I penurunan dengan laju pertumbuhan mencapai 0.63 persen pada Tahun 2017, setelah sebelumnya sempat mencapai 2.44 persen di Tahun 2015.

(32)

Sumber : Disdukcapil Kota Bandung

Gambar 2.3 Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kota Bandung Tahun 2017

Besaran jumlah penduduk diatas mendiami wilayah seluas 167,31 km2, sehingga rata-rata kepadatan penduduk Kota Bandung pada tahun 2017 adalah 14.526 jiwa per km2 dengan tren meningkat setiap tahunnya. Tingkat kepadatan penduduk Kota Bandung merupakan salah satu yang tertinggi jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya pada regional Jawa Barat ataupun Nasional.

74.029

111.247

132.497 120.851 99.085

94.048 99.672 52.044

29.774

73.236 80.314

117.515 70.943

109.149

130.831 124.255 84.079

68.316 35.919

75.209 57.732

97.857 80.701 72.424 71.612

81.271 38.169

37.882 24.145

67.652

0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 Sukasari

Coblong Babakan Ciparay Bojongloa Kaler Andir Cicendo Sukajadi Cidadap Bandung Wetan Astana Anyar Regol Batununggal Lengkong Cibeunying Kidul Bandung Kulon Kiaracondong Bojongloa Kidul Cibeunying Kaler Sumur Bandung Antapani Bandung Kidul Buah Batu Rancasari Arcamanik Cibiru Ujung Berung Gedebage Panyileukan Cinambo Mandalajati

(33)

B. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk Kota Bandung didominasi oleh kelompok usia produktif (15-64) yang mencapai 72,24% (1.804.494 jiwa) dari total jumlah penduduk pada tahun 2017. Kondisi ini merupakan bonus demografi yang memberikan keuntungan, dimana kelompok usia produktif menjadi penggerak pertumbuhan melalui produktifitas kerja. Secara rinci, jumlah dan persentase penduduk kelompok usia tahun 2017 tersaji pada Gambar 2.4 dan Tabel 2.4 berikut.

Sumber : Disdukcapil Kota Bandung

Gambar 2.4 Proporsi Penduduk Kota Bandung Tahun 2017

Jumlah penduduk usia produktif 15-64 tahun mendominasi struktur penduduk di Kota Bandung pada Tahun 2017 dengan jumlah mencapai 1.804.494 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi proporsi penduduk, terdapat potensi pengembangan sumber daya manusia untuk didorong lebih produktif dan dapat berkontribusi optimal dalam pembangunan di Kota Bandung.

Usia 0-14;

566.741

Usia 15-64;

1.804.494

Usia 65-75+;

126.703

(34)

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kota Bandung Berdasarkan Kelompok Usia Tahun 2017

Kelompok Usia

Jenis Kelamin

Jumlah % Laki-laki Perempuan

0‒4 103.395 99.363 202.758 8,12 5‒9 98.225 93.070 191.295 7,66 10‒14 87.936 84.752 172.688 6,91 15‒19 108.881 111.143 220.024 8,81 20‒24 133.509 125.321 258.830 10,36 25‒29 119.219 109.698 228.917 9,16 30‒34 109.736 101.912 211.648 8,47 35‒39 98.859 97.470 196.329 7,86 40‒44 93.020 92.975 185.995 7,45 45‒49 81.692 83.777 165.469 6,62 50‒54 71.057 72.357 143.414 5,74 55‒59 57.880 59.402 117.282 4,70 60‒64 38.847 37.739 76.586 3,07 65-69 26.682 28.172 54.854 2,20 70-74 16.750 18.112 34.862 1,40 75+ 14.516 22.471 36.987 1,48 Jumlah 1.260.204 1.237.734

Sumber: BPS Kota Bandung

Komposisi penduduk Kota Bandung menurut jenis kelamin selama periode tahun 2014-2017 menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki–laki cenderung lebih banyak (1,59%) daripada penduduk perempuan.

Sumber: BPS Kota Bandung

Gambar 2.5 Usia Produktif Penduduk Kota Bandung Tahun 2017

(35)

C. Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pada tahun 2014, penduduk usia di atas 10 tahun yang tidak memiliki ijazah SD sebesar 12,4% dan kemudian mengalami penurunan menjadi 11,7%, pada tahun 2017. Di sisi lain, penduduk usia di atas 10 tahun yang memiliki ijazah tertinggi

SD/MI/sederajat, SMP/MTs/sederajat, SLTA/sederajat, dan Perguruan Tinggi mengalami fluktuasi, sedangkan yang memiliki ijazah tertinggi

SLTA/sederajat mengalami

peningkatan dari 36,2% di tahun 2014 menjadi 37,7% pada tahun 2017. Kenaikan terus menerus terjadi pada persentase penduduk yang lulus perguruan tinggi dari diploma hingga doktoral, yaitu dari semula pada tahun 2014 sebesar 17,9%, terus meningkat menjadi 18,4% pada tahun 2017. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kota Bandung setiap tahunnya telah cukup mengalami peningkatan kesadaran (awareness) atas arti penting pendidikan bagi peningkatan kualitas kehidupan di masa yang akan datang.

Tabel 2.3 Perkembangan Komposisi Penduduk Kota Bandung Berdasarkan Tingkat Pendidikan (Usia > 10 tahun dan ijazah tertinggi) Periode 2014-2017

Uraian Tahun

2014 2015 2016 2017 Tidak Mempunyai Ijazah (%) 12,39 13,82 12,11 11,70 SD/MI/Sederajat (%) 16,39 17,01 15,56 15,46

Sumber: Disdukcapil Kota Bandung

Gambar 2.6 Perkembangan Komposisi Penduduk Kota Bandung Berdasarkan Tingkat Pendidikan (Usia > 10 tahun dan ijazah tertinggi) Periode 2014-2017

(36)

Uraian Tahun

2014 2015 2016 2017 SMP/MTs/Sederajat (%) 17,11 16,77 16,64 16,72 SLTA/Sederajat (%) 36,20 34,37 37,57 37,70 Perguruan Tinggi (%) 17,90 18,03 18,11 18,41 Sumber: Disdukcapil Kota Bandung

D. Jumlah Penduduk Berdasarkan Angkatan Kerja

Jumlah angkatan kerja Kota Bandung setiap tahun mengalami peningkatan rata- rata sebesar 1,21% selama periode tahun 2013-2017 (lihat Gambar 2.7). Pada tahun 2013, angkatan kerja yang berada di Kota Bandung tercatat sebanyak 1.176.377 tenaga kerja dan meningkat menjadi 1.219.398 tenaga kerja di tahun

2017.

Tingkat pengangguran terbuka di Kota Bandung selama periode 2013-2017 mengalami

penurunan, dimana pada tahun 2013 tingkat pengangguran mencapai 10,98%, kemudian mengalami penurunan yang signifikan menjadi 8,44% di tahun 2017.

Hal ini mengindikasikan bahwa pertambahan angkatan kerja mampu diserap oleh peningkatan jumlah lapangan kerja yang ada. Akan tetapi apabila dibandingkan dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Nasional sebesar 5,13 % dan Provinsi sebesar 8,16 % maka TPT Kota Bandung paling besar.

1.047.235 1.096.799 1.084.989 1.116.529

10,98

8,05

9,02

8,44

0 2 4 6 8 10 12

0 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000

2013 2014 2015 2017*

Persen

Orang

Bekerja Pengangguran

Tingkat Pengangguran Sumber: BPS Kota Bandung

Gambar 2.7 Perkembangan Tenaga Kerja dan Pengangguran Kota Bandung Periode 2013-2015 dan

2017

(37)

Sumber: BPS Kota Bandung

Gambar 2.8 Ilustrasi Perbandingan Jumlah Bekerja dan Jumlah Pengangguran Kota Bandung Tahun 2017

2.1.3 Aspek Perekonomian Daerah

A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu wilayah secara makro. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan nilai tambah pada suatu waktu tertentu. PDRB dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandung tahun 2017 menunjukkan Kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor merupakan kategori dengan kontribusi terbesar yaitu sebesar 26,56%. Kategori Industri Pengolahan merupakan kategori yang memberikan kontribusi terbesar kedua pada PDRB yaitu sebesar 19,33%.

Kontribusi setiap kategori pada PDRB Kota Bandung menurut lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 2.4 dan 2.5 berikut.

(38)

Tabel 2.4 PDRB Kota Bandung Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah) Tahun 2013─2017

Kategori Tahun

2013 2014 2015 2016* 2017**

A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 180.669,42 180.982,18 184.106,23 176.341,00 188.927,66 B Pertambangan dan Penggalian - - - - - C Industri Pengolahan 29.371.304,16 30.755.949,25 31.968.181,17 33.249.092,63 34.753.930,16 D Pengadaan Listrik dan Gas 138.004,83 145.553,91 150.726,82 160.823,06 165.363,98 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang

247.170,73 260.825,38 269.975,16 279.883,24 278.409,85

F Konstruksi 11.480.053,10 12.260.690,81 13.224.753,36 14.141.570,29 15.238.956,14 G Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor

37.550.557,04 40.412.177,42 43.307.804,29 46.451.124,92 49.410.000,07

H Transportasi dan Pergudangan 9.502.247,92 10.315.596,63 11.498.477,22 12.618.047,71 13.331.526,27 I Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum

5.900.296,92 6.552.047,68 7.091.232,14 7.900.173,63 8.715.422,04

J Informasi dan Komunikasi 12.155.505,10 13.947.533,24 16.244.007,58 18.774.381,73 21.245.090,37 K Jasa Keuangan dan Asuransi 6.801.283,93 7.320.270,77 7.772.481,69 8.429.764,67 8.994.224,74 L Real Estate 1.777.794,51 1.880.435,39 1.956.856,28 2.041.429,60 2.188.004,24

(39)

Kategori Tahun

2013 2014 2015 2016* 2017**

M,N Jasa Perusahaan 940.255,71 1.039.534,08 1.122.114,35 1.217.219,57 1.334.194,37 O Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib

3.985.218,53 4.022.538,11 4.063.849,09 4.103.285,65 4.135.291,28

P Jasa Pendidikan 3.777.642,18 4.074.172,98 4.389.017,34 4.734.861,96 5.157.685,13 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.149.454,58 1.274.376,79 1.422.891,18 1.564.364,77 1.707.983,97 R,S,T

,U

Jasa Lainnya 4.048.003,22 4.518.256,84 4.913.905,03 5.385.467,54 6.006.950,49

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

129.005.461,8 8

138.960.941,4 7

149.580.378,9 3

161.227.831,9 6

172.851.960,7 7 Ket: *Angka Sementara

*Angka Sangat Sementara Sumber: BPS Kota Bandung, 2018

(40)

Tabel 2.5 PDRB Kota Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah) Tahun 2013─2017

Kategori Tahun

2013 2014 2015 2016* 2017**

A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 219.108,54 236.522,06 266.413,55 258.769,06 286.222,02 B Pertambangan dan Penggalian - - - - - C Industri Pengolahan 33.136.006,61 37.095.553,31 40.314.207,91 3.335.237,91 46.404.982,69 D Pengadaan Listrik dan Gas 128.446,01 137.945,41 168.553,20 201.844,34 237.643,91

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 291.785,04 332.943,60 362.908,52 409.965,23 448.010,00 F Konstruksi 13.657.347,15 15.542.877,75 17.632.271,56 19.244.245,34 21.275.805,33

G Perdagangan Besar dan Eceran,

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 43.172.759,14 47.982.312,20 53.770.990,71 58.434.424,88 63.777.426,91 H Transportasi dan Pergudangan 12.932.830,47 15.966.907,79 20.837.641,53 24.390.912,95 27.395.577,91

I Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 6.785.257,71 7.986.461,20 8.925.149,88 10.282.633,55 11.761.828,92

(41)

Kategori Tahun

2013 2014 2015 2016* 2017**

K Jasa Keuangan dan Asuransi 8.687.069,45 10.016.160,81 11.181.554,01 12.613.090,39 14.145.708,63 L Real Estate 1.961.795,21 2.139.831,98 2.275.164,75 2.410.798,87 2.639.101,52 M,N Jasa Perusahaan 1.153.164,83 1.328.737,41 1.480.912,31 1.636.892,02 1.830.372,66

O Administrasi Pemerintah, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib 4.781.209,94 5.129.943,93 5.521.871,65 5.806.555,43 6.426.695,55 P Jasa Pendidikan 4.912.216,57 5.624.665,47 6.305.998,39 6.973.897,03 7.964.887,80 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.421.210,08 1.734.019,17 2.012.776,11 2.322.079,53 2.590.047,51 R,S,T,

U Jasa Lainnya 4.945.669,24 5.815.782,89 6.520.702,98 7.477.935,29 8.654.962,31

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

151.794.366,1 1

172.697.869,4 4

195.774.384,5 8

216.863.639,6 2

240.109.626,7 2 Ket:*Angka Sementara, **Angka Sangat Sementara

Sumber: BPS Kota Bandung, 2018

(42)

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa selama lima tahun terakhir (2013- 2017), struktur perekonomian Kota Bandung didominasi oleh 6 (enam) kategori lapangan usaha, diantaranya: Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil, dan Sepeda Motor; Industri Pengolahan; Transportasi dan Pergudangan; Informasi dan Komunikasi; Konstruksi; serta Jasa Keuangan dan Asuransi. Secara serentak keenam kategori tersebut memiliki peranan sebesar 82,16 persen terhadap total PDRB Kota Bandung tahun 2017. Gambar 2.3 menggambarkan kontribusi kategori PDRB di Kota Bandung tahun 2017 yang diurut mulai dari nilai kontribusi terbesar (kategori perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor) hingga nilai kontribusi terkecil (kategori pengadaan listrik dan gas) dengan menggunakan harga berlaku.

Sumber: BPS Kota Bandung, 2018

Gambar 2.9 Persentase PDRB Kota Bandung Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2017 (Atas Dasar Harga Berlaku)

0 10 20 30

Pertambangan dan Penggalian Pengadaan Listrik dan Gas Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah…

Jasa Perusahaan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Real Estate Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan…

Jasa Pendidikan Jasa Lainnya Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Jasa Keuangan dan Asuransi Konstruksi Informasi dan Komunikasi Transportasi dan Pergudangan Industri Pengolahan Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi…

Persen

(43)

Apabila melihat tren dari tahun 2013–2017, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, serta Industri Pengolahan merupakan dua lapangan usaha yang memberikan peranan tertinggi terhadap total PDRB Kota Bandung. Namun meskipun peranannya tinggi, selama 2013-2017 kedua lapangan usaha tersebut cenderung menunjukkan peranan yang menurun. Sebaliknya, lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan peranannya berangsur-angsur meningkat. Sementara lapangan usaha Konstruksi, Informasi dan Komunikasi, serta Jasa Keuangan dan Asuransi peranannya berfluktuasi namun cenderung meningkat. Hal tersebut dapat menggambarkan terjadinya pergeseran struktur ekonomi di Kota Bandung ke kategori jasa-jasa.

B. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bandung dari tahun 2013–2017 memperlihatkan adanya fluktuasi. Pada tahun 2013, perekonomian Kota Bandung yang dihitung berdasarkan tahun dasar 2010 mampu tumbuh 7,84%, kemudian melambat menjadi 7,72% dan 7,64% pada tahun 2014 dan 2015 yang selanjutnya pada tahun 2016 meningkat menjadi 7,79%, serta mengalami perlambatan menjadi 7,21% pada tahun 2017.

6,33

5,09 5,04 5,67 5,29

5,56 5,01 4,88 5,03 5,07

7,84 7,72 7,64 7,79

7,21

3 4 5 6 7 8 9

2013 2014 2015 2016 2017

Jawa Barat Nasional Kota Bandung

Keterangan:

*LPE Kota Bandung dan Jawa Barat (Sumber: BPS Kota Bandung dan Jawa Barat, 2018)

*LPE Nasional (Sumber: BPS Pusat, 2018)

Gambar 2.10 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bandung Tahun 2013–2017 dan Perbandingannya dengan Jawa Barat dan Nasional

(Metode Tahun Dasar 2010)

(44)

Perlambatan pertumbuhan ekonomi Kota Bandung pada tahun 2017 dibandingkan Tahun 2016 disebabkan karena melambatnya beberapa lapangan usaha seperti Pengadaan Listrik dan Gas; Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; serta Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Sementara itu, penurunan pertumbuhan lapangan usaha Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang juga turut memberikan andil perlambatan pertumbuhan ekonomi Kota Bandung pada tahun 2017. Jika dibandingkan dengan LPE Provinsi Jawa Barat dan Nasional, LPE Kota Bandung lebih tinggi. hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Bandung relatif lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi ekonomi makro secara nasional. Selama periode 2013-2017, rerata LPE Kota Bandung mencapai 7,64%, sedangkan rerata LPE Provinsi Jawa Barat dan nasional selama periode 2013-2017 masing–masing sebesar 5,48% dan 5,11%.

C. PDRB Per Kapita

Indikator lain untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk di suatu daerah/wilayah dapat dilihat dari nilai PDRB per kapita, yang merupakan hasil bagi antara nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan jumlah penduduk. Jumlah penduduk akan mempengaruhi nilai PDRB per kapita, sedangkan besaran nilai PDRB sangat tergantung pada potensi sumber daya alam dan faktor- faktor produksi yang terdapat di daerah tersebut. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. Nilai PDRB per kapita Kota Bandung atas dasar harga berlaku sejak tahun 2013 hingga 2017 senantiasa mengalami kenaikan. Pada tahun 2013, PDRB per kapita tercatat sebesar 61,74 juta rupiah. Secara nominal terus mengalami kenaikan hingga tahun 2017 mencapai 96,12 juta rupiah. Kenaikan angka PDRB per kapita yang cukup tinggi ini disebabkan masih dipengaruhi oleh faktor inflasi. PDRB per kapita atas

(45)

dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi penduduk di suatu wilayah. PDRB per kapita atas dasar harga konstan di Kota Bandung juga mengalami kenaikan sejak tahun 2013 hingga 2017, masing-masing sebesar 52,47 juta rupiah dan 69,20 juta rupiah. Namun tidak setinggi kenaikan yang terjadi pada PDRB per kapita atas dasar harga berlaku, karena sudah tidak ada pengaruh inflasi. Selengkapnya, nilai PDRB perkapita dapat dilihat pada gambar berikut.

Keterangan: *Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara Sumber: BPS Kota Bandung, 2018

Gambar 2.11 PDRB Per Kapita Kota Bandung Tahun 2013-2017

Pada tahun 2017, seluruh kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya mengalami peningkatan PDRB per kapita dibandingkan tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat yang mencapai 37,18 juta rupiah pada tahun 2017, maka PDRB per kapita Kota Bandung lebih tinggi, seperti yang tersaji pada Tabel 2.6. Berdasarkan analisis Klassen Typology, Kota Bandung termasuk ke dalam kategori Daerah Maju dan Tumbuh Cepat (Rapid Growth Region) yaitu daerah yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan per kapita lebih

61,74

69,9

78,89

87,07

96,12

52,47 56,24 60,28 64,73 69,2

40 50 60 70 80 90 100

2013 2014 2015 2016* 2017**

Juta Rp

PDRB per Kapita (Berlaku) PDRB per Kapita (Konstan)

(46)

tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita provinsi.

Tabel 2.6 Perbandingan PDRB Per Kapita Harga Konstan Kota Bandung Wilayah Bandung Raya dan Provinsi Jawa Barat Periode 2013-2017

(Dalam Juta Rupiah)

Wilayah (Kota/Kab/

Provinsi)

Tahun

2013 2014 2015 2016* 2017**

Kota Bandung 61,74 69,9 78,89 87,07 96,12

Kabupaten Bandung 19,93 22,01 24,23 26,29 28,26 Kabupaten Sumedang 18,01 19,75 21,83 23,65 25,85 Kabupaten Bandung Barat 17,24 19,06 20,86 22,47 24,14

Kota Cimahi 32,2 35,52 38,61 41,35 44,14

Provinsi Jawa Barat 27,77 30,11 32,65 34,88 37,18 Keterangan:*Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara

Sumber: BPS Kota Bandung, 2018

Berdasarkan Tabel 2.6 diatas dapat diketahui bahwa Kota Bandung dan Kota Cimahi merupakan daerah yang memiliki nilai PDRB per kapita lebih tinggi daripada Provinsi Jawa Barat, sementara Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Bandung Barat masih dibawah PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat.

Gambar

Gambar 2.1.  Peta Administratif Kota Bandung
Tabel 2.1  dibawah ini  menjelaskan mengenai jumlah dan komposisi penduduk  kota Bandung berdasarkan aspek demografis di Tahun 2013-2017
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kota Bandung Berdasarkan Kelompok Usia Tahun  2017  Kelompok  Usia  Jenis Kelamin  Jumlah  %  Laki-laki  Perempuan  0‒4            103.395             99.363            202.758       8,12   5‒9              98.225             93.0
Tabel 2.3 Perkembangan Komposisi Penduduk Kota Bandung Berdasarkan  Tingkat Pendidikan (Usia &gt; 10 tahun dan ijazah tertinggi) Periode 2014-2017
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas salep daun sirih dan meniran terhadap penurunan jumlah bakteri pada sapi perah penderita mastitis subklinis telah dilakukan

Dari hasil peninjauan lapangan di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM, Biro Hukum Provinsi Sumatera Utara dan Setda Kabupaten Pak Pak Bharat dapat disampaikan bahwa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepuasan kerja dan kecerdasan emosional dengan komitmen organisasi ditinjau dari jenis kelamin pendeta GPM. Sampel

Kesesuaian Kandungan Energi dan Protein dalam Diet TKTP di RSU Swadana Daerah

Observasi yang dilakukan oleh penulis adalah pengamatan secara langsung terhadap praktik akad pelaksanaan pembiyaaan akad al murabahah dan wakalah di.. Bank Syariah Mandiri Kantor

Oleh karena itu, dalam penelitian ini, penulis akan memperkenalkan salah satu majalah yang diproduksi oleh Yayasan Sahabat Mustahiq Sejahtera, kemudian di dalamnya terdapat

➢ Tim kegiatan Fasilitasi Penyusunan Naskah Akademik Tahun 2019 dalam kegiatan ini lebih memfokuskan kepada koordinasi dengan Pemerintah Daerah khususnya Pemerintah

Penalaahan usulan program pada sub bab ini menguraikan kajian usulan program dan kegiatan dari masyarakat yang merupakan kegiatan jaring aspirasi masyarakat terkait kebutuhan