• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) proses pembelajaran dapat membantu menumbuhkan minat peserta didik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) proses pembelajaran dapat membantu menumbuhkan minat peserta didik"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) a. Pengertian LKPD

Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) adalah suatu media pembelajaran yang digunakan untuk menunjang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat membantu menumbuhkan minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, serta membuat kegiatan pembelajaran dikelas lebih terarah dan efektif. Agar peserta didik tertarik untuk menggunakan LKPD guru harus kreatif lebih kreatif dalam menyusun LKPD tersebut (Umar, 2019).

Lembar Kerja Siswa (LKS) beralih menjadi LKPD (Lembar Kegiatan Peserta Didik). Perubahan LKS menjadi LKPD disebabkan oleh perubahan paradigma atau pandangan pendidikan tentang guru dan peserta didik. Jika dulu guru adalah sebagai fasilitator peserta didik, akan tetapi pembelajaran sekarang lebih cenderung menekankan agar siswa aktif dalam pembelajaran. (Rahmawati Siti,dkk, 2017)

Lembar kegiatan peserta didik (LKPD) atau yang biasa disebut dengan lembar kegiatan siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran yang berisikan ringkasan materi, tugas, dan kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik. LKPD juga dapat mempermudah peserta didik dan guru dalam melaksanakan pembelajaran, selain itu efektif untuk

(2)

dapat meningkatkan hasil belajar, pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik (Desi, 2020).

Menurut (Nua, dkk, 2018) menjelaskan Lembar Kegiatan Peserta didik (LKPD) merupakan suatu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk mendukung proses belajar peserta didik baik secara individual maupun kelompok dapat membangun sendiri pengetahuan mereka dengan berbagai sumber belajar yang ada. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan menyiapkan LKPD yang sesuai dengan kurikulum 2013.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, Lembar kegiatan peserta didik atau LKPD adalah lembaran kegiatan pembelajaran yang dibuat oleh guru dengan tujuan agar menambah minat peserta didik dalam proses pembelajaran dan LKPD tersebut harus jelas dan mengacu pada Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai. Untuk penyusunan LKPD guru harus kreatif dan cermat serta memiliki pengetahuan yang memadai.

b. Kriteria LKPD

Kriteria dalan pembuatan Lembar kegiatan peserta didik (LKPD) harus dipenuhi agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan dirancang dengan baik agar dapat memotivasi peserta didik dalam belajar. Menurut Hamdani, 2011 dalam (Puspitasari, 2019) adapun kriteria penyusunan LKPD yaitu :

1. Berdasarkan silabus, kompetensi dasar (KD), indikator, dan tujuan pembelajaran yang berlaku.

2. Mengutamakan materi pembelajaran yang utama atau pokok.

(3)

3. Menyesuaikan tingkat berpikir peserta didik di sekolah dasar (SD).

4. Kegiatan dalam LKPD harus meningkatkan aktivitas peserta didik dalam belajar.

5. Mendorong peserta didik agar dapat melakukan kegiatan mandiri atau kelompok.

6. Membimbing peserta didik secara baik kearah pengembangan konsep pada materi pembelajaran.

Dalam penyusunan LKPD tidak harus sesuai dengan semua kriteria yang ada diatas akan tetapi harus ada beberapa kriteria yang digunakan agar LKPD yang dibuat dapat menunjang keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran.

c. Fungsi LKPD dalam pembelajaran

Menurut (Prastowo, 2015) dalam kegiatan pembelajaran lembar kegiatan peserta didik atau LKPD memiliki empat fungsi yaitu sebagai berikut :

1. Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik;

2. Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan;

3. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih;

4. Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan LKPD membawa pengaruh yang baik terhadap guru dan peserta didik, LKPD juga

(4)

membuat peserta didik untuk belajar secara mandiri dan dapat menemukan konsep sendiri.

d. Unsur-unsur LKPD sebagai bahan ajar

Struktur bahan ajar LKPD lebih sederhana jika dibandingkan dengan modul, karena lembar kegiatan peserta didik (LKPD) tersusun atas enam unsur utama, yaitu meliputi : judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, tugas atau langkah kerja dan penilaian (Prastowo, 2015). Sedangkan secara spesifik penjabaran lembar kegiatan peserta didik memuat delapan unsur yaitu, judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, dan laporan yang harus dikerjakan (Diknas, 2004).

Dapat disimpulkan dalam membuat suatu LKPD harus mencermati dan memahami terlebih dahulu struktur penyusunannya agar dapat diterapkan. Langkah-langkah penyusunan LKPD harus dilakukan sesuai dengan urutan yang telah ditentukan sehingga peserta didik yang menggunakannya memperoleh hasil yang maksimal.

e. Cara Penyusunan LKPD

Lembar kegiatan peserta didik atau LKPD yang inovatif dan kreatif merupakan harapan peserta didik. LKPD yang kreatif dan inovatif akan memberikan proses pembelajaran yang menyenangkan. Cara menyusun LKPD menurut (Prastowo, 2015) yaitu sebagai berikut :

1. Melakukan Analisis Kurikulum

(5)

Analisis kurikulum merupakan langkah awal dalam penyusunan lembar kegiatan peserta didik (LKPD). Langkah ini untuk menentukan materi-materi yang memerlukan bahan ajar LKPD dan pada umumnya untuk menentukan materi, dilakukan analisis terlebih dahulu dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar, serta materi yang akan diajarkan kepada peserta didik.

2. Menyusun Peta Kebutuhan LKPD

Peta kebutuhan LKPD sangat diperlukan untuk mengetahui materi yang harus ditulis dalam LKPD. Urutan materi pembelajaran dapat dilihat dati peta kebutuhan LKPD yang telah dibuat. Langkah ini akan sangat membatu dalam penentuan judul yang akan digunakan dalam lembar kegiatan peserta didik atau LKPD.

3. Menentukan Judul LKPD

Judul LKPD ditentukan atas dasar kompetensi dasar, materi pokok, atau pengalaman belajar yang telah dipelajari oleh peserta didik. Setelah menentukan judul langkah selanjutnya adalah mulai melakukan penelitian pada LKPD.

4. Penelitian LKPD

Penelitian LKPD merupakan bagian yang sangat penting dan membutuhkan keterampilan. Empat langkah yang harus dilakukan dalam penyusunan LKPD yaitu : Pertama, merumuskan indikator dan tema utama pembelajaran. Kedua, menentukan alat penilaian yang akan digunakan. Ketiga, penyusunan materi yang berdasarkan KD, dan penyusunan materi dapat dilihat dari berbagai sumber (buku, majalah,

(6)

internet, dll), adanya referensi tambahan jika diperlukan agar wawasan peserta didik lebih luas, dan tugas harus ditulis secara jelas dan rinci.

Keempat, langkah terakhir yang harus diperhatikan adalah penyusunan LKPD harus sesuai strukturnya.

Kegiatan yang harus dilakukan setelah menyusun LKPD secara lengkap yaitu harus adanya pengembangan isi. Dalam mengembangkan LKPD yang baik ada empat langkah yang harus ditempuh, menurut (Prastowo, 2015) yaitu sebagai berikut :

1. Menentukan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan penjelasan lebih rinci yang diturunkan dari kompetensi dasar (KD) dan indikator pembelajaran.

Tujuan ini harus ada dalam LKPD agar peserta didik dapat mengetahui tujuan dari kegiatan belajar yang dilakukan. Tujuan pembelajaran juga akan membantu dalam penyusunan desain pada LKPD, penggunaan ukuran kertas, dan lainnya.

2. Pengumpulan Materi

Pengumpulan materi merupakan langkah penting dalam pengembangan LKPD. Bgaian ini akan ditentukan materi dan tugas yang harus dimasukan dalam lembar kegiatan peserta didik atau LKPD. Pengumpulan materi harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah dibuat.

3. Menyusun Unsur-unsur LKPD

Bagian ini merupakan tahapan penggabungan langkah pengembangan LKPD pertama dan kedua. Penggabungan ini akan

(7)

menghasilkan produk LKPD yang telah tersusun rapi dan menarik.

Kreaktivitas dalam pengembangan LKPD merupakan modal utama agar hasil dari produk dapat maksimal.

4. Pemeriksaan dan Penyempurnaan LKPD

Ketiga langkah diatas yang telah dilakukan, tidak berarti LKPD yang telah dibuat dapat langsung digunakan. Hal yang harus dilakukan adalah melakukan pengecekan terlebih dahulu secara keseluruhan LKPD yang telah dikembangkan. Hal ini dilakukan agar tidak ada kesalahan pada LKPD yang mencakup semua struktur dan unsur-unsurnya.

2. Discovery Learning

a. Pengertian Discovery Learning

Discovery Learning merupakan cara untuk menyampaikan ide atau gagasan lewat penemuan. Penggunaan discovery learning melibatkan peserta didik dalam kegiatan pemecahan masalah, belajar mandiri, berpikir kritis, pemahaman peserta didik dan belajar dengan kreatif. Sedangkan peranan guru dalam model ini yaitu sebagai pembimbing dan fasilitator dalam proses pembelajaran, (Prasetyana, Sajidan dan Maridi, 2015)

Discovery learning adalah suatu rangkaian pembelajaran yang melibatkan secara maksimal kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam pembelajaran ini siswa didorong agar dapat memiliki pengalaman dan

(8)

melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip- prinsip atau pengetahuan bagi peserta didik (Umar, 2019).

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model discovery yaitu pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, menuntut peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran, dan tugas guru membimbing peserta didik dalam memecahkan suatu masalah.

b. Langkah-langkah Model Discovery Learning

Menurut (Ardila, 2020) model pembelajaran discovery learning memiliki langkah-langkah sistematis, sebagai berikut :

a. Simulation (pembelajaran rangsangan)

Pada tahap ini peserta didik dihadapkan pada suatu yang menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak diberikan penyelesaian, agar timbul keinginan siswa untuk menemukan sendiri.

Di samping itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan.

b. Problem Statement (Identifikasi masalah)

Pada tahap ini, guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi masalah dengan merumuskan hipotesis, yaitu pertanyaan dijadikan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.

c. Data Collection (Pengumpulan data)

(9)

Pada tahap ini peserta didik diberikan kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, untuk menemukan jawaban atas hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

d. Data Proccesing (Pengolahan data)

Pengolahan data pada tahap ini yaitu kegiatan mengolah data yang didapatkan oleh peserta didik baik melalui membaca maupun melakukan percobaan yang kemudian disimpulkan.

e. Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini, peserta didik melakukan pembuktian terkait dengan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

f. Generalization (Menarik kesimpulan)

Pada tahap ini, peserta didik menyimpulkan atau marik kesimpulan yang dapat dijadikan konsep dengan memperhatikan hasil pembuktian sebelumnya.

c. Karakteristik Discovery Learning

Menurut Suryani dalam penelitian (Agus, 2016) karakteristik yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam melaksanakan model pembelajaran discovery learning adalah sebagai berikut :

1. Peserta didik selalu ingin tahu

2. Peserta didik selalu berbicara dan mengungkapkan idenya

3. Dalam mengkontruksi pengetahuan, peserta didik selalu ingin membuat sesuatu.

4. Peserta didik selalu mengekspresikan kemampuannya.

(10)

Karakteristik yang telah dikemukakan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa peserta didik dituntut untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan model discovery learning ini berpusat pada peserta didik agar dapat mengembangkan pengetahuan baru maupun pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik.

a. Kelebihan dan Kelemahan Discovery Learning

Menurut Rismayani (Ardiqasari, 2017) Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan dari model pembelajaran discovery learning, yaitu :

1. Meningkatkan keterampilan-keterampilan dalam proses kognitif peserta didik.

2. Dapat membangkitkan minat belajar peserta didik, tehnik ini mampu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya.

3. Mampu mengarahkan cara peserta didik belajar, sehingga peserta didik lebih memiliki motivasi dalam belajar

4. Membantu menambah kepercayaan diri peserta didik dengan proses penemuan sendiri.

5. Dalam pembelajaran berpusat pada siswa tidak hanya guru.

Sedangkan kelemahan yang dimiliki model pembelajaran discovery learning, seperti yang disebutkan Rohani,dkk. 2015:7 (Ardiqasari, 2017), bahwa model ini memiliki kekurangan yaitu :

(11)

1. Model discovery learning kurang efisien untuk mengajar peserta didik yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.

2. Peserta didik yang kurang pandai mengalami kesulitan dalam berpikir atau mengungkapkan sebuh konsep.

3. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah pembelalajaran yang menggunakan suatu tema-tema yang spesifik dalam mengaitkan berbagai konsep, gagasan, keterampilan, nilai dan sikap tertentu baik dalam satu atau beberapa mata pembelajaran yang dilakukan didalam atau diluar kelas sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Melalui pembelajaran tematik peserta didik dapat memperoleh pengalaman secara langsung sehingga dapat menerima dan menerapkan konsep yang dipelajari dengan mudah (Azhar, 2013).

Pembahasan sebuah tema dalam pembelajaran tematik berdasarkan materi dari beberapa mata pelajaran yang ada. Guru yang telah mengadakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan kurikulum tematik, maka harus merancang kegiatan yang akan dilaksanakan peserta didik berdasarkan tema-tema tertentu. Tema dalam pembelajaran tematik akan mempermudah peserta didik dalam membangun pemahamannya terhadap materi yang dipelajari (Puspitasari, 2019).

(12)

Kesimpulan dari pembelajaran tematik yaitu pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Materi dalam pembelajaran tematik dikaitkan dengan beberapa mata pelajaran yang berbeda dan dijadikan menjadi satu, dalam pembelajaran tematik ini lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki.

b. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik mengutamakan kondisi peserta didik saat belajar, dalam pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah membuat peserta didik merasa nyaman dan tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam buku (Majid, 2014) menyatakan bahwa sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :

1. Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa atau stundent centered.

Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai sebjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan- kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

2. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa atau direct experiences. Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada suatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

(13)

3. Pemisahan mata pelajaran tidak terlihat jelas

Pembelajaran tematik bercirikan pemisahan antara mata pelajaran tidak terlihat jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan peserta didik.

4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Hal ini ditujukan agar peserta didik mampu memahami konsep-konsep dari materi pembelajaransecara utuh. Dampak memahami konsep-konsep dari materi pembelajaran secara utuh agar peserta didik dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dengan baik.

5. Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes ata fleksibel dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan dapat mengaitkan dengan kehidupan peserta didik dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan peserta didik berada.

6. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan Pembelajaran tematik menyesuaikan dengan tahap perkembangan peserta didik yang masih dalam tahap bermain. Prinsipnya pembelajaran tematik menggunakan dasr tersebut untuk memasukkan unsur bermain dalam setiap pembelajaran, yang diolah sangat menarik. Hal ini akan membuat peserta didik merasa senang saat mengikuti kegiatan pembelajaran yang ada disekolah.

(14)

Karakteristik dari pembelajaran tematik diatas dapat ditarik kesimpulan, lebih mengutamakan keadaan peserta didik, karena bersifat aktual atau sesuai dengan keadaan yang ada di sekitar peserta didik.

c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik sebagai hal yang baru dalam dunia pendidikan sudah selayaknya memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya. Hal ini ditujukan agar dalam pelaksanaannya hasil belajar peserta didik lebih meningkat secara signifikan. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila guru dan peserta didik mau bekerjasama dalam penerapan di sekolah.

Menurut (Majid, 2014) dalam pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki kelebihan yaitu sebagai berikut :

1. Menyenangkan karena berangkat minat dan kebutuhan peserta didik 2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar-mengajar yang relevan

dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik

3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna 4. Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik sesuai dengan

persoalan yang dihadapi

5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama

6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain

7. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.

(15)

Pembelajaran tematik sudah disusun dengan baik, akan tetapi dalam setiap pelaksaannya pasti memiliki beberapa kekurangan yang dapat menghambat terjadinya pembelajaran yang lebih baik. Beberapa kelemahan pembelajaran tematik menurut (Majid, 2014) yaitu :

1. Aspek guru

Guru harus berwawasan luas, memiliki kreaktivitas tinggi, keterampilan metodologis, yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Jika kriteria tersebut dapat terpenuhi maka pembelajaran tematik akan berjalan dengan baik.

2. Aspek peserta didik

Pembelajaran tematik menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif, baik dalam kemampuan akademik maupun kreaktivitas peserta didik. Hal ini terjadi karena model pembelajaran tematik menekankan pada kemampuan analitis (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Jika kondisi ini tidak terpenuhi, maka penerapan model pembelajaran tematik ini akan sulit dilaksanakan peserta didik.

3. Aspek sarana dan prasarana pembelajaran

(16)

Pembelajaran tematik membutuhkan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Jika sarana ini tidak terpenuhi, maka penerapan pembelajaran tematik akan terhambat.

4. Aspek kurikulum

Pembelajaran tematik dalam penggunaan kurikulumnya harus luwes atau fleksibel, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik bukan pada target pencapaian materi. Guru perlu diberikan kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, dan penilaian keberhasilan peserta didik dalam belajar.

5. Aspek Penilaian

Pembelajaran tematik membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh atau komprehensif, yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian yang terkait yang dipadukan.

Keterkaitan dalam hal ini, guru selain dituntut untuk menyediakan tehnik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain jika materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.

d. Pembelajaran Tematik Tema 3 “Benda disekitarku” Subtema 1 Aneka

“Benda disekitarku”.

Pembelajaran tematik kelas III pada tema 3 benda disekitarku memiliki 4 subtema pembelajaran, salah satunya subtema 1 tentang Aneka Benda disekitarku pada pembelajaran 1. Dalam pembelajaran ini

(17)

menggabungkan beberapa mata pelajaran yang berbeda yaitu Bahasa Indonesia, Matematika, SBdP. Kompetensi Dasar sudah terdapat dalam buku guru dan dikembangkan menjadi beberapa indikator yang akan menjadi acuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, dengan tujuan agar memudahkan peserta didik mecapai tujuan pembelajaran yang harus dicapai.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian pengembangan LKPD yang pernah dilakukan penelitian terlebih dahulu dan memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang sudah ada. Pertama, dengan judul Pengembangan Lembar Kerja Peserta didik (LKPD Berbasis Discovery Learning Pada Materi Kalor di SMP yang disusun oleh Desi Ariani, tahun 2020. Pada penelitian pengembangan ini menggunakan pengembangan ADDIE yaitu (Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evalucation) dengan memotifikasi dan tanpa adanya tahapan implentasi dan evaluasi.

Persamaannya yaitu terletak pada LKPD yang dikembangkan dan penggunaan model pembelajaran berbasis discovery learning. Sedangkan perbedaannya yaitu materi yang digunakan dan sekolah yang akan dijadikan tempat peneltian. Dari penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, Lembar kegiatan Peserta Didik berbasis discovery learning ini layak digunakan pada proses pembelajaran di SMP dilihat dari penilaian para ahli media (0,80 ± 0,05) dan ahli substansi materi (0,80 ± 0,07) dan respon yang diterima dari peserta didik sangat menarik yaitu (0,80 ± 0,07).

(18)

Kedua, penelitian dengan judul Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) Berbasis Keterampilan Proses Pada Pokok Bahasan Jarak, Waktu, dan Kecepatan di Kelas V SD yang disusun oleh Febriana Eka Putri, tahun 2019. Perbedaan yang terdapat dalam penelitian ini yaitu peneliti sebelumnya menggunakan model pembelajaran keterampilan proses, penelitian dilakukan dikelas V SD, dan materi yang digunakan juga berbeda. sedangkan peneliti menggunakan model discovery learning dan melakukan penelitian dikelas 3 sekolah dasar. Persamaannya yaitu mengembangkan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) yang berupa lembaran untuk dibagikan kepada peserta didik.

Ketiga, penelitian dengan judul Penerapan Model Discovery Learning Berbantuan Media Benda Nyata untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas III SDN 1 Craken Kabupaten Trenggalek yang disusun oleh Fingki Cyntia Ardiqasari tahun 2017. Hasil dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa penyebab peserta didik kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran adalah guru kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari strategi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan peserta didik itu sendiri, dengan faktor tersebut peneliti menggunakan model discovery learning agar dapat membantu hasil belajar siswa meningkat. Perbedaan pada penelitian ini yaitu tempat penelitian dan peneliti seblumnya tidak menggunakan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) akan tetapi menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau Clasroom Action Research(CAR) dengan mata

(19)

pelajaran yang digunakan yaitu Matematika materi pecahan. Sedangkan persamaan penelitian ini adalah menggunakan model discovery learning.

Keempat, Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik Berbasis IT pada Pembelajaran Tematik Kelas III Sekolah Dasar Tema Benda di Sekitarku yang disusun oleh Nike Indah Ratna Dewi, tahun 2019. Perbedaan yang terdapat pada penelitian ini yaitu LKPD yang digunakan berbasis IT, dalam pembelajaran menggunakan model ini peserta didik tidak disajikan hanya tulisan akan tetapi menggabungkan beberapa media yaitu, media visual, dan audio yang akan membantu peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain itu tema-tema yang digunakan dalam pembelajaran ditampilkan dalam bentuk visual, vidio, audio, presentasi internet dan web.

Sedangkan persamaannya terdapat pada Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) dan materi pembelajaran yang dikembangkan.

Kelima, Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Discovery Learning pada Materi Sel Kelas XI Mia MA yang disusun oleh Nurfadhilah Umar, tahun 2019. Perbedaan penelitian ini mengacu pada model 4D yang meliputi 4 tahap yaitu, Defide, Design, Develop, dan Disseminate, selain itu materi yang digunakan materi sel untuk SMP. Sedangkan persamaan penelitian ini yaitu menggunakan LKPD berbasis disvovery learning yang berupa lembaran yang dibagikan secara kelompok dan individu untuk soal evaluasinya. Dari penelitian tersebut juga dapat disimpulkan bahwa Lembar Kegiatan Peserta Didik atau LKPD ini efektif untuk digunakan 84% dengan jumlah peserta didik yang tuntas

(20)

sebanyak 15 orang, sedangkan yang tidak tuntas 3 orang, dari hasil tersebut LKPD ini layak untuk digunakan pada materi sel.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah alur pemikiran dalam melakukan suatu penelitian yang bertujuan agar peneliti dapat memahami apa saja yang harus dilakukan saat penelitian. Berikut ini merupakan kerangka pikir Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) Berbasis Discovery Learning pada Pembelajaran Tematik Kelas III Sekolah Dasar Tema Benda disekitarku, yaitu :

(21)

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) Berbasis Discovery Learning pada Pembelajaran Tematik Kelas III Sekolah Dasar Tema Benda

disekitarku Kondisi Ideal :

1. Kegiatan belajar mengajar menyenangkan.

2. Menggunakan LKPD yang manarik dan sesuai dengan materi.

3. Peserta didik memahami materi pembelajaran dengan mudah.

Kondisi Lapangan :

1. Kegiatan belajar mengajar dikelas tidak kondusif.

2. Materi dalam LKPD terlalu sedikit, dan kurang menarik

3. Peserta didik sulit untuk memahami materi.

Model ADDIE : 1. Analyze 2. Design 3. Development 4. Implementation 5. Evalucation

Tehnik

Pengumpulan Data : 1. Observasi

2. Wawancara 3. Dokumentasi 4. Angket

1. Tempat Penelitian : Di SDN

Mulyoagung 2 2. Subyek Penelitian :

Peserta didik kelas III

Produk akhir yang tersusun Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) Berbasis Discovery Learning pada Pembelajaran Tematik Kelas III Sekolah Dasar Tema

Benda disekitarku

Gambar

Gambar 2.1  Bagan Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis SPSS menunjukan bahwa variabel kepuasan berpengaruh positif dan signifikan terhdap loyalitas pelanggan yang dibuktikan dengan koefisien

Istiqomah Talamau dengan karakteristik, antara lain: (1) mengutamakan kepuasan pelanggan, (2) meningkatkan kualitas produk, (3) respek terhadap setiap orang, (4)

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diperoleh perbandingan risiko dapat mengefisienkan biaya pada kontrak unit price lebih tinggi dibandingkan dengan

Batasan-batasan masalah tentang hal-hal yang mempengaruhi kemiskinan di Provinsi Nusa tenggara Barat yaitu apakah terdapat pengaruh secara signifikan dari Variabel

Hipotesis yang menjadi asumsi awal penelitian adalah bahwa ada hubungan antara penguasaan kosakata bahasa Indonesia dan kemampuan memahami unsur intrinsik cerita

Finan ˇcni trgi v razvoju, kot slovenski, imajo kratko ˇcasovno vrsto uporabnih podatkov, kar one- mogo ˇca izra ˇcun po nekaterih modelih, ki se uporabljajo na zrelih finan

Pada frekuensi kadar Troponin yang meningkat sebanyak 43 orang (63,2%) dan yang normal sebanyak 25 orang (36,8%), dari seluruh data penelitian, jumlah pasien yang mengalami

Program Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Prasarana Wilayah dan Sumber Daya Alam dengan sasaran: Meningkatnya rata-rata capaian kinerja pelaksanaan program SKPD