• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN ANTARA PENGGUNAAN METODE CERAMAH DENGAN MULTI MEDIA DAN METODE CERAMAH YANG TANPA MULTI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH TERHADAP TINGKAT KESADARAN SEJARAH SISWA KELAS VII SLTP NEGERI I MRANGGEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2005-2006.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN ANTARA PENGGUNAAN METODE CERAMAH DENGAN MULTI MEDIA DAN METODE CERAMAH YANG TANPA MULTI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH TERHADAP TINGKAT KESADARAN SEJARAH SISWA KELAS VII SLTP NEGERI I MRANGGEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2005-2006."

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBEDAAN ANTARA PENGGUNAAN METODE CERAMAH DENGAN MULTI MEDIA DAN METODE CERAMAH YANG

TANPA MULTI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH TERHADAP TINGKAT KESADARAN

SEJARAH SISWA KELAS VII SLTP NEGERI I MRANGGEN DEMAK

TAHUN PELAJARAN 2005-2006

TESIS

Diajukan Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Pasca Sarjana Untuk Mencapai Gelar Magister Pendidikan

Oleh :

Nama : Gatot Santoso

NIM : 1002501007

Program Studi : KTP UNNES

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Tesis Berjudul : Perbedaan Antara Penggunaan Metoda Ceramah Dengan Menggunakan Multi Media Dan Metoda Ceramah Yang Tanpa Multi Media Dalam Pembelajaran IPS Sejarah Terhadap Tingkat Kesadaran Sejarah Siswa Kelas VII SLTP Negeri I Mranggen Demak Tahun Pelajaran 2005-2006.

Tesis ini telah disetujui oleh pembimbing pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Drs. Hartono Kasmadi, M.Sc Dr. Maman Rahman, M.Sc

NIP. 130 077 385 NIP. 130 359 514

Mengetahui: Ketua Prodi Pendidikan

Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Tesis Berjudul : Perbedaan Antara Penggunaan Metoda Ceramah Dengan Menggunakan Multi Media Dan Metoda Ceramah Yang Tanpa Multi Media Dalam Pembelajaran IPS Sejarah Terhadap Tingkat Kesadaran Sejarah Siswa Kelas VII SLTP Negeri I Mranggen Demak Tahun Pelajaran 2005-2006.

Telah dipertahankan di depan Sidang Dewan Penguji Tesis Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, pada:

Hari :

Prof. Drs. Hartono Kasmadi, M.Sc NIP. 130 077 385

Pembimbing II

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam tesis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain dalam tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etika ilmiah.

Semarang, September 2007

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

- Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka sendiri merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

(QS. Al A’raf)

- Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu perbuat.

(Al Mujadalah, 58: 11) - Tidak seorang pun dapat menangkap pesan-pesan wahyu kecuali orang yang

mempunyai ilmu dan menggunakan akalnya.

(QS. Ali Imran, 07)

PERSEMBAHAN 1. Almamaterku 2. Istri tersayang

3. Anak-anakku tersayang

4. Teman-teman seangkatan dalam perkuliahan

(6)

vi PRAKATA

Puji dan syukur selalu bagi Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan kasih sayang, karunia, serta ridla-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Dalam penyelesaian tesis ini, Penulis merasa berhutang budi kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini hingga selesai. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Hartono Kasmadi, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh perhatian dan ketulusan 2. Bapak Dr. Maman Rahman, M.Sc selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan arahan dan bimbingan.

3. Bapak-bapak dan Ibu Dosen Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan dukungan terhadap penulisan tesis ini.

4. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi sehingga Penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Semoga amal dan budi baik yang telah diberikan memperoleh balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Penulis menyadari kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki sangatlah terbatas, sehingga penyusunan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu segala saran dan kritik penulis terima dengan segala kerendahan hati. Akhirnya, semoga tesis ini membawa manfaat. Amin.

Semarang, Juli 2007

(7)

vii SARI

Gatot Santoso, Teknologi Pendidikan, Program Pasca Sarjana UNNES, 2007, Perbedaan Antara Penggunaan Metoda Ceramah Dengan Menggunakan Multi Media Dan Metoda Ceramah Tanpa Multi Media Dalam Pembelajaran IPS Sejarah Terhadap Tingkat Kesadaran Sejarah Siswa Kelas I SLTP Negeri I Mranggen Demak Tahun Pelajaran 2004-2005, Pembimbing I. Prof. Drs. Hartono Kasmadi, M.Sc, Pembimbing II. Dr. Maman Rahman, M.Sc.

Kata Kunci : Metode ceramah dengan multi media, Kesadaran Sejarah.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran perlu pemilihan metode yang tepat. Pemilihan metode yang tepat menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Pada kenyataannya di lapangan sebagian besar guru IPS Sejarah dalam menyampaikan materi pelajar hanya menyampaikan fakta-fakta sejarah berupa urutan tahun dalam peristiwa sejarah dengan menggunakan media ceramah saja dan tanpa menggunakan media pembelajaran; sehingga pembelajaran IPS Sejarah terasa membosankan.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian tesis ini adalah adakah perbedaan yang signifikan pada tingkat kesadaran sejarah antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode ceramah biasa dan yang mendapatkan pembelajaran IPS Sejarah dengan metode ceramah yang disertai multi media pada siswa kelas VII SLTP Negeri I Mranggen Demak Tahun Pelajaran 2005-2006.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesadaran sejarah antara siswa yang mendapat pembelajaran IPS Sejarah dengan metode ceramah biasa dan yang mendapatkan metode ceramah disertai multi media dan untuk mengetahui perbedaan yang mendapatkan metode pembelajaran ceramah tanpa disertai multi media.

Populasi yang digunakan adalah kelas VII SLTP Negeri I Mranggen Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2005-2006. Sedangkan sampelnya adalah kelas VII B untuk kelompok kontrol sebanyak 40 siswa dan kelas VII H untuk kelompok eksperimen sebanyak 40 siswa.

Teknik samplingnya menggunakan Cluster Random Sampling yaitu mengambil dua kelas, secara acak dari populasi. Untuk menyamakan kondisi awal dilakukan uji homogenitas nilai populasi.

Pola eksperimennya ialah pola M–G (Marked Grups designs) yaitu dengan mengadakan penyamaan kondisi terhadap dua kelompok (kontrol dan eksperimen). Pola M-G ini menggunakan teknik perbandingan rata-rata nilai IPS Sejarah kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum diadakan perlakuan atau eksperimen lebih lanjut. Pengujian dengan uji t –matching pada pola M-G untuk mengetahui tingkat kesadaran sejarah pada penelitian ini.

(8)

viii

Hasil penelitian menyebutkan terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat kesadaran sejarah antara siswa yang mendapatkan pembelajaran melalui metode ceramah biasa tanpa menggunakan multi media dengan mtode ceramah yang disertai dengan multi media. Hal ini dapat dilihat dari uji hipotesis (uji final hasil penelitian) dimana diperoleh harga t hitung sebesar 2,743 dan harga t tabel 1,994, dengan taraf signifikan 5 % berarti t hitung > t tabel yang berarti hipotesis (Ha) yang berbunyi “Ada perbedaan yang signifikan antara metode ceramah biasa tanpa multi media dengan metode ceramah yang menggunakan multi media dalam proses pembelajaran IPS Sejarah pada siswa kelas VII SLTP Negeri I Mranggen Demak Tahun Pelajaran 2005-2006”, diterima sedangkan Hipotesis Nol (Ho) yang berbunyi “Tidak terdapat perbedaan metode ceramah dengan menggunakan multi media dan metode ceramah dengan disertai multi media terhadap tingkat kesadaran Sejarah pada siswa SLTP Negeri I Mranggen Demak Tahun Pelajaran 2005-2006” ditolak.

(9)

ix ABSTRACT

Gatot Santoso, Education Technology, UNNES Postgraduate Program, 2005. The diversity between Lecture Method Application using Multi Media and Without Multi Media in Teaching History IPS and Its Against 1st Grade Middle High School Students (SMP Negeri I Mranggen Demak) Academic Year 2005-2006 History Conscious Degree. Advisor : (I) Prof. Drs. Hartono Kasmadi, M.Sc, (II) Dr. Maman Rahman, M.Sc.

Key Word : Lecture method with multi media, History conscious degree.

To attain the teaching objective, it requires selecting the right method. Selecting the right method is determining the success of teach-learn activity. In fact most of the History IPS teacher just only have to present history facts such like chronicle of history event using lecture method without using teaching media, so that History IPS teaching activity become boring.

The subject which discussed in the thesis research is the diversity of significant influence in history conscious degree between student witch taught with ordinary lecture method and the student with taught History IPS with multi media lecture method for 1st Grade Middle High School Students (SMP Negeri I Mranggen Demak) Academic Year 2005-2006.

The objective of the research is to discover the history conscious degree among the student who taught with ordinary History IPS lecture method and the student who taught with multi media lecture method and to know the effectiveness the ordinary lecture method and the multi media lecture method and also to discover how far the ordinary lecture method and the multimedia lecture method will influence the students history conscious degree.

The used population is the 1st grade of SMP Negeri I Mranggen Kabupaten Demak Academic Year 2005-2006. And the sample is class VII B for control group which consist of 40 students and class VII H for experiment group which consist of 40 students.

The sampling technique is using Cluster Random Sampling which randomly takes 2 classes from population. To adjust the starting condition pre test, homogeneity test and t-test is performed.

The experiment pattern is M-G (Marked Group design) pattern, ie: by adjusting condition against two groups (control and experiment). The M-G pattern is using average comparing technique. The pre test value for control group and experiment group before treatment or further experiment performed.

The data collecting technique in the research is using documentation method and test method. And to know history conscious degree average differences is analyzed by t – test.

(10)

x

and table t value 1,994 obtained with significant degree 5 % it means that calculate t > table t which mean that Hypothesis (Ha) which said that “There is a significant influence between ordinary lecture method without multi media and lecture method with multi media in the History IPS teaching process on the 1st grade SMP Negeri I Mranggen Demak Academic Year 2005-2006 students” is accepted, and the null hypothesis (Ho) which said that “There is no influence differences between the ordinary lecture method without multi media and lecture method with multi media toward History Conscious Degree on SMP Negeri I Mranggen Demak Academic Year 2005-2006 students “ is refused.

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... vii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Penegasan Istilah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Sistematika Tesis ... 11

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ... 12

A. Hakekat Pembelajaran IPS Sejarah ... 12

B. Kerangka Berfikir ... 42

(12)

xii

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 44

B. Populasi dan Sampel ... 45

C. Desain Penelitian ... 48

D. Variabel Penelitian ... 49

E. Metode Pengumpulan Data ... 51

F. Penyusunan Perangkat Tes ... 52

G. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 55

H. Tahap-tahap Penelitian ... 59

I. Pelaksanaan Metode Ceramah dengan Multi Media dan Tanpa Menggunakan Multi Media ... 60

J. Analisis Data ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Hasil Penelitian ... 67

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. Simpulan ... 81

B. Saran-saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Daftar Nilai Sejarah Siswa Kelas VII ... 85

2. Uji Homogenitas Nilai ... 86

3. Angket Kesadaran Sejarah Sebelum Di Uji ... 89

4. Data Uji Coba ... 99

5. Hasil Olah Data Validitas dan Reliabilitas ... 103

6. Angket Kesadaran Sejarah Setelah Di Uji ... 105

7. Data Hasil Pengisian Angket Kesadaran Sejarah Kelas Eksperimen ... 115

8. Data Hasil Pengisian Angket Kesadaran Sejarah Kelas Kontrol ... 119

9. Diskripsi Data Penelitian ... 123

10. Uji Normalitas Data ... 127

11. Uji Banding ... 128

12. Uji Kesadaran Sejarah ... 129

13. Angka Nilai Kritik R ... 131

14. Daftar n Distribusi Normal ... 132

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel Data Uji Coba Angket ... 99

2. Tabel Data hasil uji tingkat kesadaran sejarah siswa kelas eksperimen ... 115

3. Tabel Data hasil uji tingkat kesadaran sejarah siswa kelas kontrol ... 119

4. Tabel Angka Kritik R ... 131

5. Tabel Nilai Kritis Uji Liliefors ... 132

(15)

1 A. Latar Belakang Masalah

Sering dikatakan bahwa pelajaran sejarah adalah pelajaran yang membosankan. Siswa banyak yang tidak tertarik pada pelajaran sejarah dan malah menganggap bahwa belajar sejarah cukup dengan cara menghafalkan angka-angka tahun. Semua ini terjadi mungkin sebagai akibat dari proses belajar mengajar sejarah yang konvensional. Seorang siswa sering datang ke kelasnya untuk belajar sejarah hanya berbekal sebuah buku tulis dan kemudian mencatat keterangan-keterangan verbal guru sejarahnya. Di lain pihak, seorang guru sejarah sering datang ke kelasnya hanya untuk memberi tugas siswa-siswanya untuk mencatat bagian-bagian dari sejarah yang dianggapnya penting, diselingi tambahan keterangan secara verbal. Proses belajar mengajar sejarah seperti itu, disamping tidak efektif, juga tidak akan dapat meningkatkan kesadaran sejarah siswa.

(16)

sesudah enam tahun belajar sejarah yang tersisa di benak para siswa adalah guru sejarah yang begitu membosankan, keheranan mereka mengapa ada manusia di dunia ini yang begitu gemar akan nama orang yang sudah lama meninggal serta kerjanya hanya menambah tugas-tugas menghafal saja.

Akibat lainnya, sebagian siswa menganggap pelajaran sejarah tidak lebih dari cerita dongeng yang berguna sebagai hiburan. Dengan demikian, tentu mereka tidak akan memahami sejarah bangsanya, apalagi menghayati nilai-nilai heroik dan patriotik para pendahulunya. Mengenai hal ini Winarno mengatakan: Tidak mengherankan kalau dikatakan bahwa pendidikan sejarah serupa itu adalah pendidikan

yang tepat untuk membenci sejarah, membenci guru sejarah, membenci segala sesuatu yang bersangkut paut dengan sejarah. Inilah satu contoh dimana interaksi yang dimaksudkan bersifat edukatif justru berakibat destruktif, bersifat anti edukatif (Surachmad, 1986: 9).

(17)

demikian maka generasi muda perlu memahami dan menyadari eksistensi dirinya, baik secara spasial maupun temporal. Dengan memahami keberadaan dirinya dalam posisi yang penting itu, mereka diharapkan mampu tampil sebagai manusia pembangunan yang mandiri, terampil dan penuh pengabdian. Dengan kata lain, diperlukan generasi pembangunan yang memiliki kesadaran sejarah, yakni daya upaya yang direncanakan untuk mengerti masa lampau di dalam lingkungannya yang berfungsi mengukur dan menentukan tempat sikap manusia dalam kerangka sejarahnya yang disebut sebagai generasi yang mampu menempatkan dirinya dalam konteks sejarahnya sendiri (Kartodirdjo, 1982: 66).

Bidang Studi Sejarah sebagai salah satu bagian dari mata pelajaran IPS di SMP memiliki arti penting dalam pembentukan kesadaran dan wawasan kebangsaan. Arti penting bidang studi sejarah dalam pengembangan kesadaran sejarah dan wawasan kebangsaan dapat digambarkan sebagai berikut: Tanpa mengetahui sejarahnya, suatu bangsa tak mungkin mengenal dan memiliki identitasnya. Disamping itu kesadaran sejarah merupakan sumber inspirasi serta aspirasi, keduanya sangat potensial untuk membangkitkan rasa kebangsaan dan sikap nasionalisme.

(18)

maupun konsep-konsep kreatif sebagai sumber motivasi bagi pemecahan masalah-masalah kita masa kini dan selanjutnya untuk merealisir harapan-harapan di masa datang.

Di tinjau dari kedudukan dalam kurikulum jelas Bidang Studi Sejarah dengan rumpun bidang studi lain yang tergabung dalam rumpun IPS seperti geografi, maupun ekonomi. Kemudian bila ditinjau dari Tujuan Pendidikan Nasional seperti sebagai berikut: Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin berketerampilan serta mampu menumbuhkan dan mempertebal rasa cinta pada tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial. Rumusan tujuan Pendidikan Nasional jelas ada benang merah antara bidang studi sejarah sebagai salah satu komponen atau bagian dari pencapaian tujuan Pendidikan Nasional.

Untuk itulah dalam proses belajar mengajar harus diorganisir dengan baik, dilakukan dengan sengaja dan sadar, karena hakikat belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan beberapa perubahan yang secara relatif tetap dalam perilaku, yaitu dalam berfikir, merasa dan melakukan. Siswa harus menerimanya sebagai suatu pekerjaan nyata dan memaksa serta bermanfaat, karena pada dasarnya belajar merupakan usaha mencari dan menemukan makna.

(19)

lebih-lebih sangat berguna untuk menimbulkan minat siswa pada mata pelajaran itu yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesadaran sejarah pada umumnya serta kesadaran nasional mereka pada khususnya. Di sinilah peranan guru sejarah menjadi penting, misalnya untuk menentukan media mana yang sesuai bagi suatu episode yang akan ditampilkan dalam tatap muka dengan siswa-siswanya. Dalam proses pemilihan ini, termasuk menciptakannya, seorang guru sejarah dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan memahami makna sumber belajar sejarah, pandai memilih secara tepat serta terampil menggunakannya dalam kegiatan belajar mengajar. Tanpa pengetahuan dan kemampuan tersebut maka materi serta metode ditetapkan tidak akan banyak berarti bagi siswa dan pada akhirnya hasil yang diharapkan tidak tercapai.

Pembelajaran sejarah di Sekolah Lanjutan Pertama seperti yang dikehendaki oleh kurikulum adalah dalam rangka terwujudnya tujuan Pendidikan Nasional. Dengan kegiatan pendidikan sejarah generasi muda pada umumnya, siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama khususnya, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran sejarahnya sebagai bagian dari kesadaran sejarah nasionalnya.

(20)

meninggalkan jejak-jejak), tetapi juga karena peristiwa sejarah adalah menyangkut tindakan manusia, yang bisa dibagi menjadi bagian luar dan bagian dalam. Bagian luarnya menyangkut tingkah laku manusia yang nampak dan bisa disaksikan secara langsung, sedang bagian dalamnya meliputi motif-motif, keinginan-keinginan, rencana-rencana serta tujuan-tujuan yang diekspresikan ke luar dalam bentuk tingkah laku tertentu. Dengan demikian, hanya sebagian kecil dari peristiwa sejarah bisa dicapai melalui daya imajinasi yang tinggi. Di lain pihak keadaan ini mengharuskan kita untuk memanfaatkan berbagai alat bantu mengajar yang mungkin kita memvisualisasikan peristiwa sejarah sedemikian rupa sehingga lebih memudahkan murid untuk menangkap serta menghayati gambaran peristiwa sejarah tersebut. Atas dasar kenyataan inilah kiranya peranan dari media pembelajaran mutlak diperlukan dalam pembelajaran sejarah.

(21)

pembuat media sekolah. Untuk memudahkan murid menangkap salah satu unsur pokok dari sejarah yaitu unsur perkembangan yang menyangkut rasa waktu (time-sense) maka penggunaan bagan-bagan waktu (time-charts) akan sangat membantu. Demikian juga karena sejarah tidak mungkin melepaskan diri dari unsur ruang/tempat (spatial) yang menyangkut lingkungan geografi bagi terjadinya peristiwa, maka media yang berupa aneka ragam peta (maps) juga sangat diperlukan dalam pembelajaran sejarah. Sesuai dengan perkembangan teknologi, pembelajaran sejarah juga akan sangat dibantu oleh media yang dikembangkan dalam hubungan teknologi tersebut, seperti radio, tape-recorder,

slide, film documenter, TV dan sebagainya yang dalam beberapa hal sangat efektif bagi usaha membantu visualisasi lukisan peristiwa sejarah. Untuk memungkinkan segala macam media ini berfungsi secara terpadu yang bisa memaksimalkan pencapaian tujuan pembelajaran sejarah, sebenarnya sangat diperlukan suatu lingkungan khusus yang bisa berupa ruang khusus yang menampung segala macam media tersebut yang akan merangsang serta memberi iklim yang positif bagi kegiatan pembelajaran sejarah. Ruang semacam itu dikenal dengan sebutan Ruang Sejarah (History Room).

(22)

dengan tujuan pembelajaran, bahkan keterampilan elementer pembuatan media sederhana dan bagaimana kiranya mutlak diperlukan oleh seorang guru sejarah, agar media pembelajaran tersebut benar-benar menunjang semaksimal mungkin pencapaian tujuan pembelajaran sejarah.

Multi media sangat berfaedah dipakai dalam pembelajaran sejarah karena beberapa keuntungan yang dimilikinya, misalnya dapat membangkitkan motivasi belajar, merangsang minat siswa yang pada gilirannya menumbuhkan kesadaran sejarah. Multi media juga sangat baik untuk mengembangkan pengertian konsep abstrak menjadi lebih konkrit, membantu mengingat isi materi pelajaran sejarah yang bersifat verbal.

Masalah tentang penggunaan media belajar sejarah kiranya cukup menarik untuk diteliti dan dilakukan eksperimen secara mendalam, oleh karena itu penulis mencoba mengangkat dalam tesis dengan judul : PERBEDAAN ANTARA PENGGUNAAN METODE CERAMAH DENGAN MULTI MEDIA DAN METODE CERAMAH TANPA MULTI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH TERHADAP TINGKAT KESADARAN SEJARAH SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 MRANGGEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2005-2006.

B. Perumusan Masalah

(23)

pembelajaran IPS Sejarah terhadap tingkat kesadaran sejarah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Mranggen Demak tahun pelajaran 2005-2006".

Sedangkan permasalahan penelitian secara terperinci adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah tingkat kesadaran sejarah pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Mranggen Demak tahun pelajaran 2005-2006 yang diajar dengan metode ceramah menggunakan multi media?

2. Bagaimanakah tingkat kesadaran sejarah pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Mranggen Demak tahun pelajaran 2005-2006 yang diajar dengan metode ceramah tanpa menggunakan multi media?

3. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode ceramah menggunakan multi media dan metode ceramah tanpa menggunakan multi media dalam pembelajaran IPS Sejarah terhadap kesadaran sejarah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Mranggen Demak tahun pelajaran 2005-2006?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan mengacu pada pokok permasalahan di atas yaitu : "Ingin mengetahui perbedaan yang signifikan antara penggunaan multi media dan yang tanpa multi media dalam pembelajaran IPS Sejarah terhadap kesadaran sejarah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Mranggen Demak tahun pelajaran 2005-2006"

(24)

1. Ingin mengetahui tingkat kesadaran sejarah pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Mranggen Demak tahun pelajaran 2005-2006 yang diajar dengan menggunakan multi media

2. Ingin mengetahui tingkat kesadaran sejarah pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Mranggen Demak tahun pelajaran 2005-2006 yang diajar tanpa menggunakan multi media.

3. Ingin mengetahui perbedaan yang signifikan antara penggunaan multi media dan yang tanpa menggunakan multi media dalam pembelajaran IPS Sejarah terhadap kesadaran sejarah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Mranggen Demak tahun pelajaran 2005-2006.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini manfaat yang diperoleh dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Bagi Sekolah

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai oleh guru IPS Sejarah pada umumnya dan pada IPS Sejarah di SMP Negeri 1 Mranggen pada khususnya dalam penyempurnaan penggunaan media pembelajaran sejarah.

(25)

2. Bagi Siswa

Dapat merubah cara berfikir siswa kelas VII SMP Negeri 1 Mranggen Demak dalam mempelajari Sejarah di Sekolah, sehingga mata pelajaran sejarah tidak lagi membosankan pada saat proses pembelajaran Sejarah sedanga berlangsung.

3. Bagi Peneliti

Mengetahui lebih lanjut manfaat pembelajaran berbasis multimedia yang telah berkembang.

E. Sistematika Penelitian

Penulisan laporan penelitian ini secara garis besar terdiri dari pendahuluan, landasan teori, metodologi penelitian, hasil kegiatan dan pembahasan dan penutup. Adapun jabaran dari sistematika laporan ini terdiri dari tiga bagian. 1. Bagian awal

Bagian awal dari laporan ini mencakup halaman judul, halaman pengesahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar gambar dan daftar lampiran.

2. Bagian inti

Bagian inti terdiri dari lima bab yaitu:

Bab I Pendahuluan, mencakup tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

(26)

Bab III Metode Penelitian, mencakup mengenai desain penelitian, populasi, sampel, pengumpulan data dan teknik analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang didalamnya membahas tentang penyamaan kondisi kelompok kontrol dan eksperimen, pelaksanaan eksperimen, hasil penelitian dan pembahasan, hasil penelitian.

Bab V Penutup, berisi simpulan dan saran. 3. Bagian penutup

(27)

13 A. Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran adalah kegiatan mengorganisasikan proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas. Proses belajar ini mencakup persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut (Sudjana, 1989: 50).

Sejarah mempunyai arti yang sama dengan kata-kata history (Inggris), Gescheidenis (Belanda), Geschiete (Jerman), yang kesemuanya, mengandung arti sama yaitu cerita tentang peristiwa dan kejadian masa lampau.

Sejarah juga mengandung pengertian sebagai gambaran masa lampau tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsirannya dan penjelasannya yang memberikan pengertian tentang apa yang telah berlalu itu.

Bidang studi sejarah (Nasional dan Umum) mempunyai tujuan yang dijadikan berbagai arah dalam pengembangan strategi pembelajaran maupun dalam pemilihan metode. Lebih lanjut dijelaskan dalam standart kompetensi lulusan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi terdapat lima point yang menyebutkan:

(28)

1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan

2. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan

3. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau

4. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang

5. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional.

Dengan tujuan pembelajaran umum kemudian dijabarkan dalam tujuan pembelajaran khusus.

Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi terdapat prinsip pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, prinsip-prinsip tersebut dapat dilihat seperti di bawah ini:

(29)

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

2.Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.

3.Sistematis

Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.

4.Konsisten

Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.

5.Memadai

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. 6.Aktual dan Kontekstual

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

(30)

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.

8.Menyeluruh

Prinsip pengembangan pembelajaran IPS Sejarah secara menyeluruh dapat diidentifikasikan bahwa dalam pembelajaran sejarah terdapat aspek pengetahuan atau pengertian (aspek kognitif), aspek nilai dan sikap (aspek efektif), aspek ketrampilan (aspek psikomotor).

Secara garis besar tujuan pembelajaran sejarah dapat dirumuskan, sebagai berikut:

1. Aspek Pengetahuan atau Pengertian (Aspek Kognitif)

a. Menguasai pengetahuan tentang aktivitas manusia pada waktu yang lampau dalam aspek ekstemal dan intemalnya.

b. Menguasai pengetahuan tentang fakta-fakta khusus (unik) dari peristiwa masa lampau sesuai dengan waktu, tempat, serta kondisi pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.

c. Mengetahui pengetahuan tentang unsur-unsur umum (generalisasi) yang terlihat pada sejumlah peristiwa masa lampau.

d. Menguasai pengetahuan tentang unsur perkembangan peristiwa masa lampau yang berlanjut dari periode satu ke periode yang lain.

(31)

f. Menumbuhkan keawasan bahwa keterkaitan fakta-fakta lebih penting dari fakta-fakta yang berdiri sendiri.

g. Menumbuhkan keawasan tentang pengaruh sosial dan kultural terhadap sejarah.

h. Menumbuhkan keawasan tentang pengaruh sejarah terhadap pengembangan sosial dan kultur masyarakat.

i. Menumbuhkan pengertian tentang arti serta hubungan peristiwa masa lampau bagi situasi masa kini dalam perspektifnya dengan situasi yang akan datang.

2. Aspek Pengembangan Nilai dan Sikap (Aspek Afektif)

a. Menumbuhkan kesadaran sejarah pada siswa terutama dalam artian agar mereka mampu berfikir dan bertindak atau bertingkah laku dengan rasa tanggung jawab sejarah sesuai dengan tuntunan jaman.

b. Penumbuhan sikap menghargai kepentingan atau kegunaan pengalaman masa lampau bagi hidup suatu bangsa masa kini.

c. Menumbuhkan sikap menghargai berbagai aspek kehidupan masa kini dari masyarakat di mana mereka hidup adalah hasil dari pertumbuhan di waktu yang lampau.

d. Pertumbuhan kesadaran akan perubahan-perubahan yang telah dan berlangsung di suatu bangsa yang diharapkan menuju pada kehidupan yang lebih baik di waktu yang akan datang.

(32)

a. Menekankan pengembangan kemampuan dasar di kalangan siswa berupa kemampuan penyusunan sejarah.

b. Ketrampilan mengajukan argumentasi dalam mendiskusikan masalah kesejarahan.

c. Kemampuan menelaah secara elementer buku-buku sejarah terutama yang menyangkut sejarah bangsanya.

d. Ketrampilan mengajukan pertanyaan produktif di sekitar masalah sejarah. e. Ketrampilan mengembangkan cara-cara berfikir analitis tentang masalah

sosial historis di lingkungan masyarakat.

f. Ketrampilan bercerita. tentang peristiwa sejarah secara hidup (I Gde Widja, 1989: 27 - 29).

Materi pembelajaran sejarah yang disampaikan dalam proses belajar mengajar sejarah mencakup Sejarah Nasional dan Umum. Namun seperti yang dikemukakan I Gde Widja (1989: 25), bahwa pembelajaran sejarah diorientasikan pada historiografi nasional yaitu penulisan sejarah yang benar-benar bersifat Indonesia sentris, bukan bersifat Eropa atau Belanda sentris. Gambaran sejarah yang bersifat Indonesia sentris memiliki ciri seperti yang dikemukakan oleh I Gde Widja (1989: 25):

1) Melihat perkembangan kehidupan manusia Indonesia sebagai satu kesatuan perkembangan yang berkesinambungan dari jaman prasejarah sampai jaman modern ini.

2) Memandang gerakan-gerakan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang sederajat dengan bangsa lain di dunia ini, dan bahwa gerakan-gerakan itu dalam rangka menentang setiap gerakan penindasan dan penjajahan di muka bumi.

(33)

komprehensif tentang bangsa-bangsa lain di luar Indonesia dan negara-negara tetangga tersebut.

Pelajaran sejarah sejauh yang bersifat Indonesia sentris pada hakikatnya adalah melihat perkembangan manusia Indonesia pada masa sekarang adalah kelanjutan dari masa yang lalu, dalam memandang sejarah Indonesia lebih menitikberatkan Indonesia sebagai subyek dari sejarah bangsanya, akan tetapi tetap mempelajari sejarah negara-negara lain di luar Indonesia.

Pada penelitian ini digunakan sejarah Kesultanan Demak sebagai topik bahasan yang digunakan untuk bahan multimedia yang dibuat. Adapun sejarah kesultanan demak yang diajarkan disesuaikan dengan pokok bahasan perkembangan kerajaan-kerajaan islam di Indonesia yang disesuaikan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Adapun bahan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Kesultanan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kesultanan Demak didirikan oleh Raden Patah pada sekitar tahun 1500 setelah memutuskan hubungan dengan Majapahit. Lahirnya Kesultanan Demak mendapatkan dukungan dari Ulama dan Pembesar di Jawa Timur, seperti Tuban Gresik, Jepara, dan tempat-tempat lain di Pantai Utara Pulau Jawa. Peranan kesultanan Demak semakin besar di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur setelah kesultanan Malaka ditaklukkan Portugis pada tahun 1511. banyak pedagang yang memutuskan tidak berdagang lagi ke Malaka setelah kejatuhannya. Kebanyakan mereka pergi ke Demak atau Banten sebagai pusat penyebaran Islam di Nusantara.

(34)

kegagalan, tetapi ini tidak membuat penghargaan terhadap Pati Unus dibatalkan. Pati Unus diberi gelar Pangeran Sabrang Lor, yang bermakna pangeran yang pernah menyeberangi lautan di sebelah utara Kesultanan Demak.

Pada tahun 1518 Pati Unus menduduki Tahta Kesultanan Demak sepeninggal Raden Patah. Namun, Pati Unus menjadi sultan tidak lama (1518-1521). Ia hanya tiga tahun memerintah. Setelah itu digantikan oleh Trenggana (1521-1546). sebagaiSultan, Tranggana memperkokoh singgasana Demak dan menegakkan tiang-tiang Agama Islam. Dengan masih mencokolnya Portugis di Malaka Demak merasakan ancaman dan bahaya membayangi. Akan tetapi, Trenggana tidak mengirimkan pasukan ke Malaka untuk mengusir Portugis. Ia memilih lebih membendung Portugis dalam menguasai Pulau Jawa daripada menyerang kekuatannya.

Kedatangan seorang ulama Pasai, Nurullah yang melarikan diri dari serangan portugis telah membuat gembira sultan Trenggana. Hal ini disebabkan ulama pasai tersebut memiliki kecakapan yang dapat digunakan oleh sultan Trenggana dalam menggapai cita-citanya. Berkat kerjasama keduanya, portugis gagal merebut pelabuhan-pelabuhan penting di Jawa Barat, seperti Banten, Cirebon, dan Sunda Kelapa. Bahkan dengan gempuran-gempuran hebat dilakukan pasukan Demak, telah memaksa Portugis meninggalkan Pantai Jawa Barat dengan tangan hampa dan penuh malu.

Seusai mengusir Portugis, trenggana berhasil menaklukkan sisa-sisa kekuatan Mataram Kuno (jawa Tengah) dan Singosari (Jawa Timur). Namun wilayah pasuruan dan panarukan luput dari upaya penaklukan Demak. Demikian pula Blambangan yang tetap menjadi bagian dari Kerajaan Bali. Sultan Trenggana gugur setelah berusahamenaklukkan pasuruan pada tahun 1546.

Gugurnya sultan Trenggana menimbulkan pertikaian baru di antara kerabat kerajaan, terutama antara pangeran Sekar Seda Ing Lepen (Adik Trenggana) dengan Pengeran Prawoto (Anak Trenggana). Pangeran Sekar Seda Ing Lepen terbunuh di dekat jembatan sugai atas perintah pangeran Prawoto. Alasan pembunuhan tersebut mudah diduga, yaitu behwa Prawoto terasa terhalang-halangi cita-citanya untuk menjadi Sultan Demak sebab pamannya itu merupakan calon pengganti Sultan Trenggono.anak pengeran Sekar Sedo ing Lepen, Arya Penangsang yang mengaggap dirinya orang yang paling berhak atas tahta Demak kemudian membinasakan engeran Prawoto dan juga keluarganya. Hal ini dilakukan sebagai balas dendam atas kematian ayahnya. Arya Penangsang (1546-1568) kemudian tampil menjadi Sultan Demak yang ke–4.

(35)

menyulut kemarahan para adipati. Istri pangeran Hadiri yang bernama Ratu Kali Nyamat segera mengangkat senjata untuk membalas kematian suaminya. Beberapa adipati yang sepaham dengannya diajak pula untuk menghancurkan kekuasaan Arya Penangsang. Seorang diantaranya adalah Adipati Pajang, Adiwijaya yang terkenal dengan sebutan Jaka Tingkir atau Mas Karebet. Ia berhasil membinasakan Arya Penangsang pada tahun 1568 sehingga mahkota dan segala kebesaran Demak berpindah ke tangannya.

1. Media Pembelajaran

(36)

juga melibatkan orang-orang yang menyediakan dan mengoperasikannya, masalah rancangan, produksi, pemanfaatan, pengorganisasian dan pengelolaannya, sehingga bahan dan alat itu dapat berinteraksi dengan siswa. Oemar Hamalik (1988: 23) menyebut media pendidikan sebagai:

Alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa, dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

Sedang Suharsimi Arikunto (1987 : 15) mengatakan bahwa media pendidikan adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk lebih mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan. Selanjutnya Suharsimi mencatat pendapat Umar Suwito yang mengatakan bahwa sebelum istilah media pendidikan digunakan, dahulu dipakai istilah AVA (Audio Visual Aid) yaitu pembantu pendengaran dan penglihatan. Di sini terlihat perkembangan fungsi media karena dirasakan bahwa fungsi dan peranannya, bukan hanya sekadar membantu proses belajar mengajar saja tetapi dapat juga untuk mengganti kehadiran guru di depan kelas seperti yang terlihat dalam gambar berikut ini:

Gambar 1.1 Peranan Guru dan Media Pembelajaran

Dengan gambaran ini tampak bahwa, media pendidikan dapat berfungsi sebagai pengganti kehadiran guru di kelas.

Guru Bahan Siswa

(37)

Dari beberapa pendapat tersebut di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa media instruksional itu adalah, (a) sarana, alat dalam proeses belajar mengajar, (b) segala sesuatu yang dapat merangsang pikiran, perasaan, kemauan siswa sehingga mendorong terjadinya proses belajar mengajar pada dirinya dan (c) segala sesuatu yang dapat dipakai untuk menyalurkan pesan. Tetapi tidak berarti bahwa semua alat, sarana, orang atau situasi dapat dipakai dengan begitu saja sebagai media sebab memilih media yang tepat dan baik untuk tujuan instruksional selain sulit dan rumit, juga membutuhkan keterampilan khusus. Di dalam proses belajar mengajar petunjuk tentang media selalu dibutuhkan misalnya tentang media apa yang digunakan, kapan digunakan dan mengapa media tersebut digunakan. Pemilihan media bukanlah suatu tindakan yang sudah tetap dan tidak boleh berubah. Keputusan tentang media hendaknya selalu ditinjau kembali sepanjang proses pengembangan dan harus disesuaikan dengan kondisi produksi dan penggunaannya. Dalam proses pemilihan media instruksional yang efektif dan efisien, isi dan tujuan pembelajaran haruslah sesuai dengan karakteristik media tertentu.

(38)

dua hal yang harus diperhatikan yakni pertama, kemampuan/keistemewaan media yaitu :

1) Kemampuan fiksasi yaitu kemampuan menangkap, menyimpan dan mereproduksikan.

2) Kemampuan manipulatif yaitu kemampuan yang dapat menyesuaikan dini menurut kebutuhan.

3) Kemampuan distributif yaitu kemampuan penyebarluasan serta dapat menjangkau pengamatan yang luas.

Kedua, adanya atau banyaknya hambatan dalam proses belajar mengajar. Hambatan-hambatan itu misalnya verbalisme, salah tafsir, perhatian yang tidak terpusat, tidak terjadi pembentukan tanggapan secara bulat dan bermakna, gedung dan kelas yang tidak memadai/tidak memenuhi persyaratan. Dengan bantuan media, hambatan-hambatan ini dapat dihilangkan dan dikurangi sebab dengan melalui media, siswa dapat melihat benda atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau, yang terlalu besar, yang terlalu kecil, yang terlalu cepat berlangsungnya, yang sukar didatangi atau yang terlalu berbahaya untuk didekati. Juga dengan bantuan media, siswa dapat mendengarkan suara-suara yang terjadi pada masa lalu.

B. Multi Media

1. Pengertian Multi Media

(39)

melakukan navigasi, berinteraksi dan berkomonikasi ( Hofstetter, 2001, dalam Suyanto, 2003:21).

Penggunaan perangkat lunak multimedia dalam proses belajar mengajar akan meningkatkan efisiensi, meningkatkan motivasi, memfasilitasi belajar aktif dan eksferimental, konsisten dengan belajar yang berpusat pada siswa dan memandu untuk belajar lebih baik. Selain itu dengan Multimedia akan mempertajam pesan (materi pelajaran).

Kelebihan multi media terletak pada hal-hal sebagai berikut: 1) materi pelajaran yang sama dapat disebarkan ke seluruh siswa secara serentak, 2) dapat menghasilkan keseragaman pengamatan, 3) fungsi berfikir dan mendengar dirangsang dan dikembangkan secara bebas, 4) berada dibawah kontrol guru sehingga guru bebas memutar dan mengatur frekuensi putarnya, 5) karena yang diproyeksikan adalah gambar diam maka siswa dimungkinkan mengamatinya secara seksama serta pemahaman terhadap materi bisa optimal, 6) dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu serta. indera, 7) dapat direvisi dan diperbaiki, 8) media yang relatif sederhana dan mudah cara menggunakannya.

(40)

Dari uraian tentang multi media ditinjau dari kelebihan yang dimiliki serta dikaitkan dengan pembelajaran sejarah yang banyak menyampaikan fakta berupa hasil dari suatu peristiwa, sejarah dimasa lampau, kiranya dapat disimpulkan bahwa multi media sangat membantu guru sejarah didalam memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kesadaran sejarah yang disampaikannya pada siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam menggunakan multi media, cara yang paling efisien adalah membuat perencanaan yang teliti yakni menyusun langkah-langkahnya secara sistematis, terperinci, terarah dan disesuaikan dengan situasi khusus yang ada dalam kelas (Hamalik, 1994 : 76). Tujuan penggunaan multi media akan mencapai hasil yang optimal bila memperhatikan prosedur umum yang dianjurkan sebagai berikut:

a. Langkah Persiapan.

Menyusun pelajaran sebagai satu unit kemudian memilih multi media pembelajaran yang cocok dengan pelajaran tersebut. Dalam langkah ini guru perlu mengadakan percobaan pendahuluan dan mencatat hal tertentu yang maksudnya kelak perlu penjelasan lebih lanjut.

b. Mempersiapkan Kelas.

(41)

c. Mempersiapkan Perlengkapan untuk Penyajian.

Penting sekali mengadakan uji coba istrument pendahuluan terhadap proyektor yang akan digunakan sebagai pengecek bahwa alat-alat tersebut siap digunakan. Multi media pembelajaran yang akan diproyeksikan hendaknya disusun teratur jangan sampai terjadi kemacetan.

d. Langkah Penyajian.

Selama penyajian siswa harus berpartisipasi. Bila telah dipersiapkan dengan baik mereka akan bersedia dibawa kedalam diskusi mengenai pentingnya suatu simbol atau pengertian dari berbagai gambar. Partisipasi siswa akan menyebabkan pelajaran menjadi bermakna dan memberikan berbagai pengalaman.

e. Kegiatan Lanjutan atau Follow up.

Kegiatan ini dilakukan setelah siswa melihat multi media pembelajaran. Perencanaannya sebaiknya dilakukan oleh guru sendiri. Kegiatannya bisa berupa testing, demonstrasi, diskusi atau bila perlu mempertunjukkan kembali multi media pembelajaran. Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh akan menjadi permanen. Menerapkan pengetahuan kedalam tugas-tugas khusus baik juga dilakukan. Kegiatan demikian akan merangsang mereka belajar lebih lanjut.

f. Gunakan Alat Tepat pada Waktunya.

(42)

itu perlu kita tinjau apa maksud penggunaan multi media sehingga dapat ditentukan apakah digunakan pada permulaan pelajaran untuk membangkitkan minat murid atau pada proses perkembangan dalam pelajaran atau pada akhir pelajaran untuk membuat simpulan dan ikhtisar pelajaran.

2. Produksi multi media

Dalam memproduksi bahan atau materi untuk multi media, selain harus diawali dengan kriteria pemilihan bahan, perlu memperhatikan pula kriteria berikut ini.

a. Pemilihan bahan hendaknya mempunyai arti bagi suatu keterampilan atau pengertian yang hendak dicapai.

b. Batasi jumlah gambar dalam jumlah yang benar-benar dikehendaki bagi suatu pengertian atau keterampilan. Pilih gambar yang hanya akan memberi stimulus dan tekanan yang berarti. Batasi pada gambar-gambar yang bisa mereka ketahui atau sudah kuasai pengertian atau keterampilannya.

(43)

d. Ambillah gambar-gambar yang bisa memberikan stimulan ekspresi yang lebih baik dan kreatif. Gambar-gambar harus bisa memberikan gambaran kepada siswa, untuk banyak berbicara, atau bercerita.

e. Buatlah gambar yang mempunyai kesan kontras (penekanan), perbandingan (komposisi), dan kesinambungan yang baik dari permasalahan yang hendak diutarakan.

f. Penampilan gambar dalam multi media pembelajaran dipertimbangkan dengan berbagai macam jenis gambar, misalnya: kapan dengan gambar graft, kapan harus gambar bagan, kapan harus dengan diagram atau gambar life (gambar sebenamya).

g. Tetapkan cara pengambilan gambar seperti secara close-up, super

close-up, medium-shot, long shot atau super longshot.

h. Tetapkan pula cara pengambilan gambar untuk judul atau titel dan atau tulisan saja. Pengambilan objek dalam bentuk tulisan harus memperhatikan hal-hal berikut ini.

1) Bentuk tulisan harus komunikatif, jelas dan mudah dibaca;

2) Tulisan tidak terlalu penuh dalam satu bingkai gambar, sehingga tulisan terlalu kecil sukar untuk dibaca;

(44)

4) Buatlah judul tulisan dengan membuat lebih, kontras dari butirbutir penjelasannya, misalnya dengan memberi warna yang kontras, besar huruf atau bentuk huruf yang berbeda;

5) Jangan sekali-kali menggunakan bentuk atau warna huruf lebih dari dua atau paling banyak tiga warna atau beberapa macam. Sesudah proses perencanaan selesai, maka langkah berikutnya adalah kegiatan memproduksi.

Ada empat macam langkah dalam kegiatan produksi ini, yaitu: (a) pengambilan gambar,

(b) proses mencuci film,

(c) penyusunan multi media pembelajaran, dan (d) menyiapkan cara menggunakannya

(Nana Sudjana, 2001: 118-128).

Mengenai pengambilan gambar dapat dijelaskan: a) Memilih kamera.

(45)

dalam penggunaan kamera ini sebaiknya pelajari bagian media fotografi.

b) Perlengkapan pemotretan.

Bila diperlukan sediakan light meter untuk mengukur cahaya yang jatuh pada objek. Gunakan tripod atau camera stand

terutama untuk mereproduksi atau untuk kecepatan bukaan lensa yang rendah atau lambat. Blitz atau foto floodlight dipergunakan pengambilan objek di dalam ruangan. Lensa close-up (+ 1, +2, + 3) untuk pengambilan objek yang terlalu kecil. Shutter cable

(untuk membuka lensa secara remote) diperlukan pula bagi keperluan pengambilan gambar yang harus dijaga dari goyangan sewaktu membuka lensa. Hal ini bisa terjadi terutama sewaktu kecepatan bukaan lensa terlalu lambat.

c) Pemilihan film.

(46)

d) Pengambilan objek secara close-up dan secara reproduksi.

Pengambilan objek secara close-up dan atau reproduksi banyak dilakukan orang. Berilah catatan dalam bagian skrip mana yang harus diambil secara close-up dari foto, majalah, buku-buku dan sebagainya; begitu pula bagian mana yang harus diambil secara reproduksi dari peta, bagan, atau karya grafis lainnya. Dalam kedua kegiatan ini seharusnya kita menggunakan kamera single lens, supaya kita bisa melihat objek yang akan diambil sesuai dengan objek yang akan diambil oleh film. Dengan kamera jenis ini pengaturan cahaya dan fokus serta diafragma akan langsung dapat dilihat seperti aslinya pada waktu kita membidik objek.

Pengambilan objek judul atau titel dilakukan setelah kita menyiapkan grafis huruf seperti dalam teknik produksi. Sebaiknya pengambilan judul dilakukan: dengan menggunakan tripod atau copystand serta kabel release shutter.

Periksalah komposisi gambar dari objek, melalui jendela pengontrol dari kamera. Perhatikan cara pengaturan komposisi seperti untuk memproduksi media grafis lainnya. Hal penting yang harus dilakukan dalam pengambilan gambar dan setiap objek, harus dalam komposisi horizontal.

e) Membuat jadwal pengambilan objek.

(47)

(random). Oleh karenanya pengambilan gambar ini bisa dilakukan dengan cara mengambil objek grafis terlebih dahulu sampai selesai, kemudian pengambilan yang harus dengan close-up, dan seterusnya pengambilan di alam sebenamya. Urutan pengelompokan ini akan bergantung pada persiapan yang telah dilakukan.

6) Menyiapkan ilustrasi atau diagram.

Buatlah gambar diagram atau grafis lainnya dalam karton ukuran perbandingan mendatar 2 : 3. Rencana gambar dalam ruang karton ini, harus dibuat dalam daerah sekitar 1,6 cm. arah ke dalam dari setlap pinggiran karton.

Pilihlah warna, motif, atau bahkan ilustrasi yang akan dipakai sebagai latar belakang untuk membuat judul. Untuk membuat gambar atau diagram pilih warna yang akan membuat rangsangan atau stimulus untuk diperhatikan serta mempunyai hubungan dengan bagan, diagram atau gambar yang akan ditampilkan. Pembuatan gambar atau judul yang menggunakan huruf bisa pula dengan cara teknik overlay (tumpang tindih). Lakukan pembuatan gambar, ilustrasi dan pewarnaan, dengan melaksanakan prinsip-prinsip simplicity (kesederhanaan), unity

(48)

Pencucian film dapat dijelaskan bila telah mempunyai laboratorium sendiri pencucian bisa dilakukan sendiri. Namun untuk satu kali pencucian kurang dari 50 rol film akan memakan biaya yang tinggi. Sebaiknya pencucian dilakukan di toko foto studio. Hal-hal yang jangan lupa diperhatikan dalam pencucian ini, adalah:

a) data karakteristik film jangan sampai hilang; misalnya: merknya, ASA-nya, dan sebagainya.

b) tanyakan pada toko foto studio, apakah bisa atau biasa mereka mencuci film positif untuk merk tersebut?

c) bila ‘ya’ jangan lupa komunikasikan data karakteristik film di atas, terutama untuk film potongan.

d) tindakan yang paling baik adalah jangan menghilangkan kotak pembungkus film yang memuat data film tersebut

Mengenai editing dapat dijelaskan setelah selesai pencucian film, tentu harus kita periksa kualitas masing-masing gambar dengan segala aspeknya. Umumnya pemeriksaan dilakukan di alas kotak kaca susu yang disinari, sehingga gambar mana saja yang kita periksa sudah baik dan bisa kita pakai. Bagi gambar yang kurang baik hasilnya harus kita perbaiki kembali dengan cara memotretnya kembali, atau dalam hal tertentu bisa kita ubah narasinya (komentar).

(49)

penyiapan gambar selesai, cobalah ukur dan atur waktu yang diperlukan untuk penampilannya dengan cara membaca skrip sebagaimana mestinya. Sedangkan mengenai cara menyiapkan dan menggunakan multi media pembelajaran adalah sebagai berikut program yang baru diproduksi harus disiapkan terlebih dahulu dalam frame atau bingkai. Pemasangan dalam bingkai ada 3 cara.

a) Pertama, cara pemasangan dalam bingkai karton. Cara pemasangan ini merupakan cara yang paling murah. Kekurangannya dari cara ini bahwa bingkai mudah tertekuk dan terlalu ringan untuk beberapa alat proyeksi yang menggunakan drum (tempat multi media pembelajaran yang bulat).

b) Kedua, pemasangan dalam bingkai plastik. Cara ini mudah memasangnya, tapi memerlukan biaya yang lebih, dari cara pertama. Bingkai dengan plastik cukup berat untuk operasi jenis proyektor yang menggunakan drum. Kekurangannya bahwa bingkai plastik agak sukar untuk memberi identitas penomoran atau judul.

c) Ketiga, pemasangan pada bingkai kaca. Cara ini suka, mengaburkan gambar atau fokus; terlalu berat dan terlalu mahal; cara pemasangan terlalu sukar. Bingkai ini mudah pecah bila terjatuh. Cara ketiga ini jarang dipergunakan orang.

(50)

memasukkan dalam bingkai jangan lupa memberi identitas nomor dan judul. Susunlah tampilan dalam multi media pembelajaran sesuai dengan urutan yang telah ditetapkan dalam skrip. Kemudian simpanlah multi media pembelajaran dalam kotak atau dalam plastik transparan supaya mudah dilihat.

Cara pemasangan film dalam. bingkai bisa diikuti dengan cara berikut ini.

a) Tetapkan muka bingkai multi media pembelajaran untuk bagian depan. Muka bagian belakang biasanya ditandai dengan nomor dan judul.

b) Periksalah, mana bagian belakang dari film dan mana bagian depannya. Bagian depan film biasanya yang kusam, sedangkan bagian belakangnya adalah bagian yang mengkilap.

c) Pasangkan film pada. bingkai dengan arah bagian depan film dengan bagian depan bingkai, dan sebaliknya.

d) Segera beri nomor dan judul pada bagiam belakang bingkai dengan posisi pada gambar berdiri.

Pemasangan multi media pembelajaran pada LCD proyektor adalah dengan cara memasukkan multi media pembelajaran pada posisi bagian belakang atau yang bertanda nomor dan judul mengarah ke kita sehingga pada posisi membaca biasa.

(51)

a. Pengertian

Pengertian Kesadaran Sejarah (historical consciousness)

tercakup dalam beberapa istilah yang memiliki kandungan arti yang sama seperti terdapat dalam istilah "Perasaan Sejarah" (historical sence), "Pandangan", "Pemikiran" atau konstruksi sejarah (historical mindedness) (Djoko Soeryo, 1989 : 5).

Kesadaran sejarah adalah refleksi sikap yang bersumber pada kondisi kejiwaan yang menunjukkan tingkat penghayatan, pada makna serta hakikat sejarah (I Gde WIdja, 1988 : 556).

Rumusan Kesadaran Sejarah seperti yang dikemukakan oleh Djojo Soeryo secara teoritis membedakan pengertian kesadaran sejarah sebagai gejala psikologis dan kesadaran sejarah sebagai gejala sejarah.

Kesadaran Sejarah sebagai gejala psikologis dapat didefinisikan sebagai "kontruksi" pemahaman terhadap pengalaman masa lalu. Konsep pemahaman terhadap pengalaman masa lalu ditandai dengan pemilikan perspektif waktu yang secara tajam mampu membedakan dimensi masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Konsep pemahaman terhadap pengalaman masa lalu ditandai juga penyusunan akumulasi pengalaman masalah secara urut dalam ingatan (memory) atau kesadaran.

(52)

spiritual maupun material. Simbol-simbol monumental dari proses sejarah dalam bentuk spiritual, contohnya: jiwa jaman, semangat jaman, nilai-nilai kultur dan seterusnya. Sedangkan simbol-simbol monumental dari proses sejarah dalam bentuk material, contohnya : bangunan bermakna sejarah, bangunan monumental candi, lingga dan seterusnya.

Simbol-simbol dari proses sejarah merupakan aktualisasi dari hasil kesadaran kolektif pendukung sejarah dalam rentang waktu tertentu. Antara kesadaran sejarah sebagai gejala psikologis dan kesadaran sejarah sebagai gejala sejarah saling berkaitan.

Proses perkembangan pemberian arti sejarah diawali dari sejarah, sebagai cerita sampai kepada sejarah sebagai kenyataan masa lalu kemudian sejarah sebagai ilmu merupakan contoh kongkrit keterkaitan kedua gejala. tersebut.

Menurut Soejatmoko, kesadaran sejarah merupakan suatu sikap jiwa dan cara untuk menghadapkan diri dengan kenyataan, realitas sosial dalam prespektif hari kini, di dalam perspektif hari lampau tetapi juga perspektif hari depan (dalam G. Moedjanto, 1989: 14).

Menurut Dr. Ruslan Abdulgani, yang dimaksud dengan kesadaran sejarah itu suatu sikap kejiwaan atau mental attitude dan

(53)

Dari keterangan Jan Bakker bahwa kesadaran sejarah adalah keinsyafan seseorang menerima dari nenek moyangnya hasil kerja mereka sebagai warisan yang harus dipelihara dan disempurnakan, agar pada gilirannya hasil karya itu diteruskan kepada angkatan berikutnya (dalam G. Moedjanto, 1989 : 14). Dari keterangan ini dapat diartikan bahwa kesadaran sejarah ada pada seseorang bilamana ia menginsyafi apa yang dimilikinya sekarang adalah warisan dari nenek moyangnya yang berupa berbagai bentuk untuk budaya.

Atas dasar pengakuan tersebut maka ia berusaha untuk memelihara, harta warisan budaya dan mewariskan serta menyempumakan budaya warisan itu pada generasi berikutnya.

Dari beberapa rumusan pengertian kesadaran sejarah dapat diambil kesimpulan, bahwa yang dimaksud dengan kesadaran sejarah pada hakikatnya adalah suatu kondisi kejiwaan atau sikap jiwa

(mental attitude) yang menunjukkan tingkat penghayatan pada makna dan hakikat sejarah, sehingga melahirkan dorongan untuk ikut aktif dalam proses dinamikanya sejarah.

Gejala kesadaran sejarah ini tampak dalam bentuk : gejala kognisi yang berupa, pengetahuan dan pemahaman sejarah serta gejala konasi berupa kecenderungan, kesediaan atau keinsyafan dalam proses dinamikanya sejarah.

(54)

terhadap tanah airnya. Sebagaimana dituangkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, khususnya pada tujuan pendidikan nasional yang perlu adanya upaya untuk menumbuhkan jiwa patriotik, mempertebal rasa cinta tanah air meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial, serta kesadaran sejarah bangsa. Rasa cinta tanah air akan muncul apabila seseorang memiliki bekal kesadaran sejarah.

b. Indikator Kesadaran Sejarah.

Indikator kesadaran sejarah dikemukakan oleh beberapa ahli sejarah yang dapat membantu dalam pengukuran tingkat kesadaran sejarah siswa SMP Negeri 1 Mranggen Demak.

Menurut G. Moedjanto, indikator atau unsur-unsur yang terkandung dalam kesadaran sejarah:

1) Keberanian berpijak pada fakta dan realita.

2) Keinsyafan akan continuity (kesinambungan) dari change

(perubahan).

3) Keinsyafan akan keharusan gerak maju yang terus menerus. 4) Berpikir kemasa depan dengan berpijak pada masa lalu.

5) Berkarya lebih baik daripada hari kemarin dapat mewariskan hasil yang lebih baik pada angkatan berikutnya.

(55)

Indonesia adalah keturunan bangsa terjajah meskipun bangsa Indonesia berjuang menghasilkan negara Indonesia yang merdeka.

Soedjatmoko menyatakan bahwa kesadaran sejarah merupakan suatu gejala psikologis yang memperlihatkan taraf kematangan tertentu. Dalam kesadaran sejarah memuat unsur-unsur:

1) Pengetahuan tentang fakta sejarah yang berkait dalam hubungan kausal

2) Logika kesejarahan.

3) Hikmah kebijaksanaan dengan menggunakan masa lalu untuk cermin membangun kehidupan sekarang.

4) Sikap menghadapkan diri dengan kenyataan (bukan impian). 5) Adanya dimensi waktu lampau, waktu kini dan waktu yang akan

datang yang memperlihatkan bahwa sejarah adalah suatu proses.

(56)

Pembentukan kesadaran sejarah dipengaruhi oleh berbagai faktor pribadi yaitu : Lingkungan etnis, sosiokultural, politik, edukasi, disamping faktor yang lain. Aktualisasi kesadaran sejarah pada proses kehidupan berlangsung sosialisasi, edukasi, kulturasi, enkulturasi dari kanak-kanak hingga dewasa. Dua pengalaman simbolis dan empiris berperan penting dalam pembentukan kesadaran sejarah, terutama dilingkungan anak didik.

Sesuai dengan perkembangan biologis dan psikologis dan cakupan kesadaran sejarah akan dipengaruhi oleh lingkaran masa kehidupan dari anak sampai dewasa. Ada proses evolusi pembentukan kesadaran sejarah yang berlangsung dua tahap:

1) Tahap mitos - legendaris.

Kesadaran mitos - legendaris terdapat pada masyarakat tradisional (yang masih sederhana tingkat kebudayaan dan peradabanya). Pada tingkat ini kesadaran sejarah masih non historis atau kesadaran sejarah non historis, salah satu cirinya ialah masih belum ada pemilikan waktu yang jelas.

2) Tahap kesadaran histonis.

Kesadaran sejarah yang historis terdapat pada masyarakat yang sudah maju dimana kesadaran sejarah sudah menggunakan pemikiran perspektif waktu yang tajam dan bersikap kritis.

(57)

sejarah Indonesia. Dimana terdapat proses integrasi dari sejarah lokal yang dikenali dengan kesadaran sejarah lokal menuju kearah sejarah nasional dengan proses modernisasi edukasi dan demokrasi yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Indonesia.

Dari unsur-unsur kesadaran sejarah yang dibahas terdapat unsur-unsur yang dapat dimasukan ke dalam kelompok unsur kecenderungan atau keinsyafan ikut aktif dalam proses dinamikanya sejarah, adalah:

1) Kecenderungan, kesediaan atau keinsyafan ikut memelihara dan melestarikan warisan budaya dalam bentuk material, misalnya artifac, bangunan bermakna sejarah, bangunan monumental dan lainnya.

2) Kecenderungan, kesediaan atau keinsyafan ikut memelihara dan melestarikan warisan budaya dalam bentuk spiritual, misalnya semangat jaman, adat istiadat, tradisi.

3) Kecenderungan, kesediaan atau keinsyafan berkarya (belajar) yang lebih baik dari hasil kemarin demi kemajuan kehidupan bangsa dan negara.

4) Kecenderungan, kesediaan atau keinsyafan ikut aktif dan berperan sebagai agen pembaharu atau agen perubahan kearah kemajuan

(58)

C. Kerangka Berpikir

Selama ini proses pembelajaran terutama IPS Sejarah masih banyak yang bersifat konfesional, secara umum berpusat pada guru karena metode yang dipakai ceramah. Padahal pelajaran sejarah mempunyai cakupan materi yang banyak dan luas. Selain itu IPS sejarah mengandung peranan yang penting dalam pross membentuk kesadaran siswa akan rasa nasiomalisme .

Untuk mencapai tujuan pembelajaran perlu pemilihan metode yang tepat. Pemilihan metode yang tepat menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Pada kenyataannya di lapangan sebagian besar guru IPS Sejarah dalam menyampaikan materi pelajar hanya menyampaikan fakta-fakta sejarah berupa urutan tahun dalam peristiwa sejarah dengan menggunakan media ceramah saja dan tanpa menggunakan media pembelajaran; sehingga pembelajaran IPS Sejarah terasa membosankan.

(59)

sejarah didalam memberikan pemahaman materi pada siswa sehingga siswa benar-benar mempunyai kesadaran bersejarah yang baik.

D. Hipotesis

(60)

46 A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini bersifat kuantitatif yaitu data-data yang diperoleh dianalisis dengan rumus-rumus statistik untuk memperoleh kesimpulan. Karena dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui suatu sampel yang akan diteliti kemudian menentukan sampel mana yang paling baik, maka pendekatan penelitian yang sesuai adalah eksperimen. Pada penelitian ini digunakan instrumen berupa angket untuk pengambilan nilai tingkat kesadaran sejarah siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Mranggen Demak tahun pelajaran 2005 – 2006.

Pola penelitian ini bersifat ekperimental dengan pola M-G (Matched Group Designs) yaitu dengan mengadakan keseimbangan kondisi terhadap kedua kelompok (kelompok kontrol dan kelompok eksperimen). Pola M-G pada penelitian ini menggunakan teknik penyeimbang rata-rata nilai hasil belajar siswa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum diadakan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini menggunakan true experimental design dengan postest only control design. Desain eksperimen penelitian digambarkan sebagai berikut:

NILAI

Eksperimen

Kontrol

Metode Ceramah Dengan Multi media

Metode Ceramah Tanpa Multi media

(61)

Gambar 3.1 Desain Eksperimen Penelitian B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama (Sutrisno Hadi, 1985 : 171). Dari pengertian diatas populasi yang digunakan dalam penelitian adalah semua individu yang sedang diselidiki dan paling sedikit mempunyai kesamaan sifat. Dalam penelitian ini peneliti menetapkan populasi yang akan dijadikan sebagai obyek penelitian adalah siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Mranggen Demak tahun pelajaran 2005 - 2006, dengan jumlah populasi sebagai berikut:

Tabel 3.1 Populasi Kelas VII SMP Negeri 1 Mranggen Demak Tahun Pelajaran 2005 - 2006

NO KELAS JUMLAH

1 VII – A 40

2 VII - B 40

3 VII – C 40

4 VII – D 40

5 VII – E 40

6 VII – F 40

7 VII – G 40

8 VII – H 40

(62)

Dari populasi tersebut diambil sampel dua kelas untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol serta satu kelas uji coba instrumen. Instrumen yang diuji cobakan adalah angket.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diselidiki (Sutrisno Hadi, 1985 : 22). Dalam penelitian ini tidak semua populasi yang ada dijadikan obyek penelitian, karena disamping memerlukan tenaga banyak juga memerlukan waktu yang lama. Untuk itu peneliti hanya mengambil sebagian dari populasi. Sebagian populasi yang diambil untuk penelitian dinamakan sampel. Pengambilan sampel tersebut dilakukan dengan teknik

cluster random sampling. Berdasarkan data dokumentasi lampiran 1, tentang hasil belajar kedua kelas tersebut adalah:

Tabel 3.2 Rincian Hasil Test Keseluruhan Populasi

No Kelas Nilai Rata rata

Total Rata-rata Keseluruhan 7.679

Sumber: Data sekunder SMP Negeri 1 Mranggen Demak, 2005

Uji homogenitas untuk proses pengambilan kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan dengan pengambilan nilai sejarah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Mranggen Demak. Berdasarkan hasil uji homogenitas seperti pada lampiran dua didapatkan kedelapan kelas tersebut adalah homogen, artinya peneliti dapat mengambil dua kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol secara acak atau bebas.

3. Pola Kerja Penelitian

(63)

ini menggunakan tehnik, perbandingan rata-rata nilai pre test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum diadakan perlakuan atau eksperimen lebih lanjut. Adapun langkah-langkah dalam mengadakan keseimbangan kondisi adalah:

a. Menentukan Mean Matching kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

1. Mean kelompok kontrol Rumus:

M =

N k Σ

2. Mean kelompok eksperimen Rumus:

b. Menyeimbangkan Variansi (uji homogenitas varians) dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Rumus:

(64)

Vk : varians yang terkecil

nb dan nk : masing-masing jumlah subyek

Setelah diketahui bahwa nilai dari delapan kelas yang diteliti adalah homogen, selanjutnya dilakukan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik cluster random sampling dengan pengambilan kelas sebanyak dua kelas, kelas yang diteliti sebagai sampel adalah kelas VII-B sebagai kelas kontrol dan VII-H sebagai kelas eksperimen.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen dengan true experimental design dengan postest only control design yakni dengan metode pengambilan sampel dengan cluster random sampling dan setelah didapat dua kelas, satu kelas diberi perlakuan pembelajaran metode ceramah dengan menggunakan multi media, dalam penelitian ini disebut dengan kelas eksperimen, disitu kelas menggunakan multi media pembelajaran. Untuk dapat mengatakan adanya pengaruh kesadaran sejarah digunakan kelas pembanding yakni kelas kontrol. Kelas kontrol merupakan kelas yang diberi perlakuan pembelajaran metode ceramah tanpa menggunakan multi media, disitu kelas tidak menggunakan multi media pembelajaran.

(65)

dan reliabilitas instrumen penelitian. Kelas uji coba diambil kelas VII-A, pengambilan kelas uji coba di luar kelas kontrol dan eksperimen dimaksudkan supaya soal per item tetap terjaga dari diketahuinya soal oleh kelas sampel. Kelas kontrol, kelas eksperimen dan kelas uji coba memiliki perlakuan yang berbeda.

Tabel 3.3 Perbedaan perlakuan kelas kontrol, eksperimen dan kelas uji coba

Perlakuan Kelas Uji Coba Tidak dilakukan perlakuan

Kelas Kontrol Metode ceramah tanpa multi media Kelas Eksperimen Metode ceramah dengan multi media

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat atau tergantung. Variabel tergantung merupakan suatu akibat yang keadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas. Sedangkan variabel bebas adalah variabel yang secara sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variabel tergantung (Suharsimi Arikunto, 1989: 93). Kedua variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Variabel Bebas

(66)

Penggunaan multi media dikenakan pada kelompok eksperimen dan tanpa multi media dikarenakan pada kelompok kontrol.

2. Variabel Terikat

Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah tingkat kesadaran sejarah (Y), baik dari kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.

3. Definisi Operasional Variabel a) Ceramah dengan Multi Media:

Cara penyampaian materi pelajaran sejarah dengan berbicara (menerangkan atau ceramah) diselingi dengan menggunakan bantuan multi media pembelajaran yang ditampilkan pada layar melalui LCD proyektor.

b) Ceramah Tanpa Multi Media:

Cara penyampaian materi pelajaran sejarah dengan kegiatan berbicara dan disertai dengan menulis di papan tulis tanpa diselingi menggunakan bantuan multi media pembelajaran. Cara ini merupakan cara penyampaian proses pembelajaran yang biasa disajikan oleh guru-guru di sekolah.

c) Kesadaran Sejarah:

Sikap siswa dalam melestarikan warisan budaya, arif, bijaksana, keteladanan dan punya perspektif waktu yang akan datang.

E. Metode Pengumpulan Data

Gambar

Gambar 1.1 Peranan Guru dan Media Pembelajaran
gambar yang
Tabel  3.1 Populasi Kelas VII SMP Negeri 1 Mranggen Demak Tahun
Tabel 3.2 Rincian Hasil Test Keseluruhan Populasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu mereka menggunakan smartphone untuk media hiburan dan menggunakannya untuk media sosial, sepertiwhatsapp, line, bbm, instagram.Walaupun sekolah memiliki

Dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (1994:51) menyatakan bahwa,”Pelayanan perpustakaan adalah memberikan informasi kepada pengguna”.. Berdasarkan uraian diatas

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui sistem antrian yang ada di bank BNI cabang UI Depok, mengetahui jumlah komputer yang digunakan

Pengamatan dilakukan terhadap peubah yang diamati yaitu tinggi bidang petik, diameter bidang petik, tebal daun pemeliharaan, produktivitas berdasarkan umur setelah

Berdasarkan analisa data, temuan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: pertama, dari beberapa usaha kesehatan sekolah sudah berjalan dengan semestinya, hal

4.2.4 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan hasil survei dan tabulasi data maka diperoleh persentasi dari pekerjaan warga sekitar SMPN 6 Makassar seperti pada Tabel

1) Penerimaan Order dari Pembeli Diotorisasi oleh Fungsi Penjualan dengan Menggunakan Formulir Surat Order Pengiriman.. Jaya Langgeng Trans, fungsi penjualan dipegang