• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanaman Kentang (Solanum toberosum L.) Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman umbi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanaman Kentang (Solanum toberosum L.) Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman umbi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kentang (Solanum toberosum L.)

Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman umbi yang kaya akan karbohidrat dan dapat digunakan sebagai bahan makanan pengganti makanan pokok. Kentang merupakan salah satu makanan pokok dunia karena berada pada peringkat ke tiga tanaman yang dikonsumsi masyarakat dunia setelah beras dan gandum (International Potato Center, 2013).

Kentang (Solanum tubersum L.) merupakan lima kelompok besar makanan pokok dunia selain gandum, jagung, beras, dan terigu. Bagian utama kentang yang menjadi bahan makanan adalah umbi, yang merupakan sumber karbohidrat, mengandung vitamin dan mineral cukup tinggi. Hanya dengan makan 200 gram kentang, kebutuhan vitamin C sehari terpenuhi (Hani, 2012).

Kandungan gizi kentang tiap 100 gr bahan yaitu mengandung, air 78,00 gr; energi 83,00 kal; protein 2,00 gr; lemak 0,10 gr; karbohidrat 19.10 gr; kalsium 11,00 mg;

fosfor 56,00 mg; serat 30,00 mg; besi 0,70 mg; vit B1 0,09 mg; vit B2 0,03 mg;

vit C 16,00 mg dan niacin 1,40 gr.

Kentang dikenal memiliki keragaman genetik tertinggi dari semua tanaman budidaya (Roca et al., 2003). Sistem perakaran tanaman kentang yaitu tunggang dan serabut. Akar tunggang bisa menembus sampai kedalaman 45 cm.

Sedangkan akar yang serabutnya tumbuh menyebar menjalar ke samping dan menembus tanah dangkal. Akar berwarna keputih-putihan, halus dan berukuran sangat kecil. Dari akar-akar ini ada akar yang akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi bakal umbi atau stolon dan akhirnya menjadi umbi (Setiadi, 2009).

(2)

Menurut Rahmat (2002), tanaman kentang dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik, apabila pada kondisi lingkungan yang sesuai dengan syarat tumbuhnya. Tanah dan keadaan iklim merupakan dua hal yang penting untuk diperhatukan, selain faktor-faktor penunjang lainnya.

Sebagai salah satu perbanyakan tanaman secara vegetatif, stek menjadi salah satu alternatif yang banyak dipilih orang karena caranya sederhana, tidak memerlukan teknik yang rumit sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja. Menurut Widiarsih et al (2008), setek mrupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan meggunakan sebagian dari batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru.

Perbanyakan dengan cara stek adalah perbanyakan tanaman dengan menumbuhkan potongan/bagian tanaman seperti akar, batang atau pucuk sehingga menjadi tanaman baru (Purnomosidhi et al., 2007). Stek pucuk merupakan cara perbanyakan tanaman yang relatif mudah dilakukan. Pembibitan dengan cara ini merupakan salah satu cara cepat dalam memenuhi kebutuhan bahan tanaman skala besar. Namun dalam proses produksi diperlukan media tanam dan juga zat pengatur tumbuh yang tepat untuk memperoleh kualitas bibit yang baik (Nurlaeni dan Surya, 2015).

Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru yang true to nam,e dan true to type. Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor

internal yaitu tanaman itu sendiri dan faktor eksternal atau lingkungan (Widiarsih et al., 2008). Menurut Zuryanisa (2006), salah satu usaha untuk meningkatkan keberhasilan stek tunas adalah dengan penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT)

(3)

yang tepat. Unsur hara mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang pertumbuhan tanaman. Menurut Prayugo (2008), menyatakan bahwa unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman berasal dari media tanam yang nantinya diserap oleh akar untuk digunakan dalam berbagai proses fisiologis.

2.2 Zat Pengatur Tumbuh

Zat pengatur tumbuh (ZPT) atau disebut juga dengan istilah fitohormon, menurut Javid et al (2011), Fitohormon berperan penting dalam mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tenaman ketika berada pada konsentrasi yang sangat rendah, juga sebaliknya apabila konsentrasi tinggi senyawa ini akan bersifat mematikan tanaman tersebut. Zat pengatur tumbuh umumnya ada yang alami dan juga sintesis. Zat pengatur tumbuh sintetis berasal dari bahan non-alami (tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan), sedangkan zat pengatur tumbuh alami umunya di dapat dari jaringan muda tanaman. Menurut pendapat Shiddiqi (2010), bahwa zat pengatur tumbuh alami merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai precursor yaitu senyawa yang dapat mendahului laju senyawa lain dalam proses metabolisme, dan merupakan bagian dari proses genetik tumbuhan itu sendiri. Zat pengatur tumbuh berupa hormon hanya efektif dalam jumlah tertentu. Adapun pada konsentrasi di bawah optimum menjadi tidak efektif (Moore, 1989).

Penggunaan ZPT alami dapat menguntungkan bagi para petani maupun masyarakat karena relatif murah dan mudah didapat. Ada berbagai jenis atau bahan tanaman yang merupakan sumber ZPT, seperti bawang merah sebagai sumber auksin, rebung bambu sebagai sumber giberelin, dan air kelapa sebagai sumber sitokinin (Lindung, 2014).

(4)

2.2.1 Rebung Bambu

Rebung atau tunas muda yang berasal dari pohon bambu yang tumbuh dari akar pohon bambu. Rebung tumbuh dibagian pangkal rumpun bambu dan biasanya dipenuhi oleh glugut atau rambut bambu.

Menurut Anggraeni et al (2016), Pemberian POC rebung bambu berpengaruh secara nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan warna daun pada tanaman kangkung. Rebung bambu mempunyai kandungan C organik dan giberelin yang sangat tinggi sehingga mampu merangsang pertumbuhan tanaman.

Giberelin merupakan salah satu ZPT yang berpengaruh terhadap pembesaran tanaman, sehingga dikatakan bahwa kemampuan giberelin untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Selain itu larutan POC rebung bambu juga mengandung organisme yang penting untuk membantu pertumbuhan tanaman yaitu Azotobacter dan Azospirillum. Jika dilihat dari kandungannya, larutan POC rebung bambu bisa digunakan sebagai perangsang pertumbuhan pada fase vegetatif. Hasil penelitian Yeremia (2016) menunjukan bahwa kadar Kalium (K) per 100 gram rebung bambu adalah 533 mg sedangkan kadar Fosfor (P) sebesar 50 mg dimana pemberian mol rebung bambu berpengaruh signifikan terhadap tinggi batang, berat basah dan berat kering tanaman sawi.

2.2.2 Air Kelapa

Menurut Lawalata (2011), bahwa air kelapa mengandung hormon auksin dan sitokinin jika kedua hormon tersebut digunakan untuk mendukung pembelahan sel sehingga dapat membantu pembentukan tunas dan pemanjangan batang.

(5)

Menurut Mahadi (2011), sitokinin mempunyai fungsi untuk memacu pembelahan sel, merangsang diferensiasi sel, mendorong pertumbuhan tunas samping, dominasi apikal, sintesis pembentukan protein dan peningkatan pembukaan stomata pada beberapa spesies tanaman. Penggunaan zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi yang tepat akan menaikkan hasil, sedangkan pada konsentrasi yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan, meracuni bahkan mematikan tanaman. . Hasil penelitian Fanesa (2011), mendapatkan bahwa pemberian zat pengatur tumbuh air kelapa muda 25% memberikan pengaruh yang terbaik terhadap pertumbuhan stek pucuk jeruk kacang.

2.2.3 Aloevera

Tanaman lidah buaya Aloevera merupakan salah satu komoditas hortikultura daerah tropis, Komponen yang terkandung dalam lidah buaya sebagian besar adalah air yang mencapai 99,5% dengan total padatan terlarut hanya 0,49%, lemak 0,067%, karbohidrat 0,043%, protein 0,038%, vitamin A 4,594 IU, dan vitamin C 3,476 mg (Furnawanthi, 2007). Hasil penelitian Sherif (2017) menunjukkan bahwa ekstrak lidah buaya meningkatkan pertumbuhan (tinggi tanaman, berat segar, jumlah daun dan akar, panjang akar), multiplikasi (jumlah tunas per eksplan), dan nutrisi utama (nitrogen, fosfor dan potasium) isi daun di kedua klon Populus pada in vitro. Menurut Gardner et al,. (1991) unsur nitrogen sangat penting bagi tanaman sebagai penyusun asam amino, amida, nukleotida serta esensial untuk pembelahan dan perpanjangan sel.

2.2.4 Bawang Merah

Bawang merah mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral namun bukan sebagai sumber utama karbohidrat, protein dan lemak.

(6)

Umbi bawang merah merupakan zat pengatur tumbuh sebagai sumber auksin (Setiawati et al., 2008). Auksin pada bawang merah dapat meningkatkan proses pemanjangan sel, dalam hal ini adalah sel akar.

Auksin berfungsi dalam pengembangan sel, pertumbuhan akar, fototropisme, geotropisme, partenokarpi, apikal dominan, pembentukan kalus, respirasi. Mekanisme kerja auksin yaitu mempengaruhi pelenturan dinding sel, sehingga air masuk secara osmosis dan memacu pemanjangan sel. Selanjutnya ada kerja sama antara auksin dan giberelin yang memacu perkembangan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel sehingga mendorong pembesaran batang (Rusmin et al, 2011).

2.2.5 Rootone F

Rootone F Menurut (Wudianto, 1994) merupakan salah satu ZPT yang

berbentuk tepung berwarna putih. Cara pemakaiannya yaitu dengan membasahi terlebih dahulu pangkal stek kurang lebih 2 cm, lalu dicelupkan kedalam ZPT.

ZPT yang menempel berlebihan pada pangkal stek dapat dihilangkan dengan cara mengetuk-ngetukkan bahan stek. Rootone F sangat baik digunakan untuk merangsang pertumbuhan tanaman terutama untuk merangsang pertumbuhan akarnya. Penggunaan zat tumbuh Rootone F seperti zat tumbuh sintesis lainnya agar memberikan hasil yang memuaskan, harus digunakan dalam konsentrasi yang tepat (Sudomo et al., 2013).

Menurut Pada zat pengatur tumbuh Rootone F mengandung formulasi dari Napthalene Acetic Acid (NAA), Indole Acetic Acid (IAA) dan IBA yang berbentuk tepung berwarna putih. Pada Rootone-F IAA berperan didalam mempercepat pemanjangan sel-sel jaringan meristem pada akar tanaman. IBA dan

(7)

NAA pada mempunyai peran sangat penting dalam pembentukan akar lanjutan dari akar-akar lateral yaitu pada pembentukan rambut-rambut akar

2.3 Pupuk Daun

Marsono dan Sigit (2002) menyatakan bahwa manfaat pupuk secara umum adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Aplikasi pemupukan untuk memenuhi kebutuhan makronutrien efektif diberikan melalui tanah, sementara itu, kebutuhan mikronutrien dilaporkan lebih efektif diberikan melalui daun karena pupuk daun dapat mudah diserap melalui stomata.

Menurut Islam et al (2012), Konsentrasi pupuk daun yang digunakan menjadi hal penting yang harus diperhatikan. Dilaporkan bahwa konsentrasi minimum untuk penyemprotan pupuk daun adalah 1% sementara konsentrasi maksimum adalah 2% (Rachmiati et al., 2013). Konsentrasi aplikasi pupuk daun yang tepat dilaporkan mampu meningkatkan produktivitas tanaman sebesar 59%.

Berdasarkan penelitian Kadarwati, (2006 ) dapat diketahui bahwa nitrogen (N) merupakan unsur hara makro yang paling banyak dibutuhkan tanaman dan unsur nitrogen sangat berperan dalam fase vegetatif tanaman. Nitrogen juga penting sebagai komponen beberapa vitamin, seperti biotin, tiamin, niasin, dan riboflavin (Dou 2004).

Fosfor merupakan unsur penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Fosfor berperan penting dalam produksi energi biokimia Adenosine Diphosphate (ADP) dan Adenosine Triphosphate (ATP) yang dibutuhkan dalam fotosintesis dan daur glikogen (Campbell & Reece, 2012).

(8)

Kalium merupakan hara ketiga setelah N dan P (Rosmarkam dan Nasih, 2002).. Kalium tergolong unsur yang mobil dalam tanaman baik dalam sel, dalam jaringan tanaman maupun dalam xylem dan floem. Umumnya, bila penyerapan kalium tinggi menyebabkan penyerapan unsur Ca, Na, dan Mg turun.

2.3.1 AB Mix

AB mix adalah nutrisi yang umum digunakan untuk media hidroponik.

Nutrisi AB mix dibuat dari bahan – bahan kimia yang diberikan melalui media tanam, yang berfungsi sebagai nutrisi tanaman agar dapat tumbuh dengan baik.

Nutrisi AB mix mengandung 16 unsur hara esensial yang diperlukan tanaman, dari 16 unsur tersebut 6 diantaranya diperlukan dalam jumlah banyak (makro) yaitu N, P, K, Ca, Mg, S, dan 10 unsur diperlukan dalam jumlah sedikit (mikro) yaitu Fe, Mn, Bo, Cu, Zn, Mo, Cl, Si, Na, Co.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sundari et al (2016), pemberian AB MIX berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan dan hasil panen pakchoy.

Pemberian AB Mix 1.800 ppm memberikan hasil tertinggi terhadap bobot pertanaman dengan rata-rata 40,86 gram. Menurut Nugraha (2014), perlakuan yang menggunakan pupuk AB mix memiliki pertumbuhan vegetatif dan hasil panen terbaik pada tanaman bayam, pakchoy dan selada Kandungan pupuk AB mix diduga memiliki komposisi seimbang yang dibutuhkan oleh tanaman.

2.3.2 Gandasil D

Pupuk gandasil D adalah pupuk yang membantu dalam masa vegetatif untuk pertumbuhan daun sehingga daun bisa subur dan sehat. Dengan daun yang sehat maka zat makanan yang dihasilkan dari fotosintesis akan lebih maksmimal.

Pupuk gandasil D berbentuk kristal yang dilarutkan dalam air sehingga dapat

(9)

dengan mudah diserap dan ditranslokasikan keseluruh bagian tanaman, sehingga mampu mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, Pupuk Gandasil D merupakan salah satu pupuk pelengkap yang mengandung unsur hara antara lain: N (20 %), P (15 %), K (15 %) serta tambahan unsur mikro Mg, Mn, B, Cu, Co, dan Zn. serta tambahan unsur mikro.

Menurut penelitian Andalasari et al (2014), menunjukkan hasil bahwa pemberian pupuk Gandasil D dengan konsentrasi 2 g/lt pada tanaman anggrek Dendrobium lebih baik terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan lebar daun dibandingkan dengan pemberian pupuk Hyponex.

2.3.3 Growmore

Growmore adalah pupuk daun cair da nada yang berbentuk Kristal berwarna putih kehijau–hijauan , dapat diserap dengan mudah oleh tanaman baik itu melalui penyemprotan daun maupun disiram ke tanah. Pupuk daun Growmore biasanya digunakan untuk tanaman pangan, jenis sayur-sayuran dan buah-buahan.

Pupuk daun Growmore termasuk pupuk lengkap karena mengandung unsur hara makro dan mikro. Growmore mengandung N (32%), P2O5 (10%), K2O (10%), Ca (0,05%), Mg (0,10%) serta tambahan unsur mikro.

Dari hasil penelitian Halisah (2013), pada tanaman kedelai Konsentrasi pupuk daun growmore berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 18, 23 dan 28 HST, jumlah polong, berat biji basah dan berat biji kering.

2.4 Pengaruh Pemberian Pupuk Daun Pada Stek Pucuk

Hasil penelitian Serly et al (2011), menunjukkan bahwa dosis penggunaan pupuk daun pada tanaman ubi jalar sebanyak 2 g/l liter menunjukkan peningkatan hasil tanaman ubi jalar di lapangan, sedangkan pada penelitian Meriyanto et al

(10)

(2016), Pemberian pupuk daun dapat memacu pertumbuhan tunas aksilar tanaman ubi jalar Cilembu varietas Jawer yang lebih baik dan memperlihatkan hasil pertumbuhan tunas aksilar secara in vitro yaitu tinggi tunas setinggi 6,59 cm, dan panjang akar sepanjang 7,86 cm.

2.5 Pengaruh Pemberian Hormon Tumbuhan Pada Stek Pucuk

Zat pengatur tumbuh atau hormone tumbuhan adalah senyawa organik bukan nutrisi pada konsentrasi yang rendah dapat mendorong, menghambat atau secara kualitatif merubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Diantara ZPT yang berperan selama perkembangan tanaman ialah auksin, sitokinin, dan giberelin.

Menurut Amilah dan Astuti (2006), ZPT yang paling berperan pada pengakaran stek adalah auksin. Auksin yang biasa dikenal yaitt indole- 3-acetic acid (IAA), indolebutyric acid (IBA) dan nepthalene acetic acid (NAA). Zat pengatur tumbuh IBA dan NAA bersifat lebih efektif bila dibandingkan dengan IAA yang merupakan auksin alami. Hormon tumbuh ini dapat mendorong pembentukan akar pada stek. Auksin juga terkandung dalam kecambah kacang hijau (touge), menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak touge 150 g/l memberikan hasil yang tertinggi pada tanaman anggrek bulan.

Menurut Setyadi (2009), Sitokinin merupakan salah satu ZPT yang berfungsi memacu pembelahan sel dan pembentukan organ, mencegah kerusakan klorofil, serta perkembangan tunas. Sitokinin merupakan senyawa pengganti adenine yang meningkatkan pembelahan sel dan fungsi pengaturan pertumbuhan.

Sitokinin diduga diproduksi dalam akar dan diangkut ke pucuk, karena zat tersebut ditemukan dalam larutan xylem, namun sitokinin ditemukan dalam

(11)

jumlah banyak pada jaringan buah dan biji. Bentuk dasar dari sitokinin adalah

“adenin” (6-amino purin). Sitokinin perannya dalam tumbuhan yaitu sebagai : (a) mengatur pembelahan sel (b) pembentukan organ, pembesaran sel dan organ (c) pencegahan kerusakan klorofil, pembentukan kloroplas (d) penundaan senescens, pembukaan dan penutupan stomata (e) perkembangan mata tunas dan pucuk.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerahNya, sehingga Tugas Akhir yang berjudul PERANCANGAN BUKU ESAI FOTO RITUAL SESAJI

Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi, Dan Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi

Insiden Monas dalam Bingkai Media: Analisis Framing Terhadap Berita Seputar Insiden Monas 1 Juni 2008, di Harian Kompas dan Republika Periode 2-8 Juni 2008..

Personifikasi merupakan gaya bahasa yang menganggap benda mati sebagai manusia Sementara itu Rachmat Djoko Pradopo (1997; 75) berpendapat bahwa personifikasi adalah

Ayam potong hasil sembelihan Ahli Kitab yang diperjualbelikan di pasar tradisional Cikande selama sembelihannya dapat dipastikan tidak diniatkan untuk bertaqorrub kepada

Presentase hasil belajar tersebut diperoleh dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran pada sekolah yang akan digunakan dalam penelitian ini, sehingga

Kedua pemimpin sudah menunjukkan keinginan mereka untuk hubungan yang lebih baik namun, upaya normalisasi hubungan tidaklah semudah dibayangkan mengingat hubungan

Hasil analisis perbandingan metode ceramah dan media audio visual terhadap sikap remaja putri tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMAN 11 Kota Jambi tahun 2015,