• Tidak ada hasil yang ditemukan

WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

TUGAS AKHIR SKRIPSI

OLEH

MUHAMMAD RIZAL NIM. 14148112

PROGRAM STUDI FILM DAN TELEVISI FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT SENI INDONESIA

SURAKARTA

(2)

WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan mencapai derajat Sarjana Strata 1 (S-1)

Program Studi Film dan Televisi Jurusan Seni Media Rekam

OLEH

MUHAMMAD RIZAL NIM. 14148112

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA

SURAKARTA

2021

(3)

PENGESAHAN

TUGAS AKHIR SKRIPSI

WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA

Oleh

MUHAMMAD RIZAL NIM 14148112

Telah diuji dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pada tanggal 10 Februari 2021

Tim Penguji

Ketua Penguji : Nur Rahmat Ardi Candra Dwi Atmaja, MSn. .…...

Penguji Bidang : Ranang Agung Sugihartono, S.Pd., M.Sn. ...

Pembimbing : I Putu Suhada Agung, S.T., M.Eng. ...

Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Seni (S.Sn) pada Institut Seni Indonesia Surakarta

Surakarta, 10 Februari 2021 Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain

Joko Budiwiyanto, S.Sn., M.A.

NIP. 197207082003121001

(4)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Rizal

NIM : 14148112

Prodi : Film dan Televisi

Menyatakan bahwa laporan Tugas Akhir Skripsi berjudul WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan atau plagiarism dari karya orang lain. Apabila di kemudian hari, terbukti sebagai hasil jiplakan atau plagiarism, maka saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Selain itu, saya menyetujui laporan Tugas Akhir ini dipublikasikan secara online dan cetak oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dengan tetap memperhatikan etika penulisan karya ilmiah untuk keperluan akademis.

Demikian, surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surakarta, 10 Februari 2021 Yang menyatakan

Muhammad Rizal NIM.14148112

(5)

MOTTO

MOTTO Creativity Takes Courage - Henri Matisse

(6)

PERSEMBAHAN

PERSEMBAHAN Untuk calon keluargaku tersayang dan semua yang akan membaca skripsi ini

(7)

ABSTRAK

“WARNA SEBAGAI PENGUAT SETTING FILM ABRACADABRA”.

(Muhammad Rizal, 2021) Skripsi Program Studi Film dan Televisi, Jurusan Seni Media Rekam, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta.

Film Abracadabra merupakan film yang dirilis pada tahun 2020. Film yang disutradarai oleh Faozan Rizal ini bercerita tentang pesulap yang menghilangkan seorang anak di dalam kotak. Film Abracadabra ini menggunakan warna yang tidak konvensional. Hal tersebut yang menarik peneliti untuk mengkaji film Abracadabra melalui aspek warna, khususnya pada setting. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan warna dalam setting pada film. Penelitian yang memiliki objek kajian film Abracadabra ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.

Penelitian ini menggunakan kajian teori warna dan setting. Pengumpulan data dilakukan menggunakan observasi, wawancara, studi pustaka, dan dengan teknik analisis data model interaktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa warna merupakan proses kreatif dan teknis yang memiliki peran yang sama pentingnya dengan narasi, adegan, dan shot. Warna pada setting film Abracadabra dapat menunjukkan ruang dan waktu, status sosial, suasana (mood), dan mendukung aksi. Warna dalam film Abracadabra disesuaikan dengan adegan dan berfungsi memperkuat setting.

Kata kunci: warna, setting, Abracadabra, dan film.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya proses Tugas Akhir Skripsi, berjudul Warna sebagai Penguat Setting Film Abracadabra.

Kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. I Putu Suhada Agung, S.T., M.Eng., selaku dosen Pembimbing Akademik dan dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi yang telah memberikan banyak arahan dan masukan hingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Ranang Agung Sugihartono, S.Pd., M.Sn., selaku Penguji Bidang Tugas Akhir Skripsi yang telah memberikan pengarahan, masukan, dan saran pada ujian kelayakan maupun pendadaran.

3. Nur Rahmat Ardi Candra Dwi Atmaja, M.Sn., selaku Ketua Penguji Tugas Akhir Skripsi yang telah memberikan, masukan, pengarahan dan motivasi dalam pendadaran hingga memberikan hasil yang optimal.

4. Faozan Rizal, selaku sutradara sekaligus narasumber yang memperbolehkan menggunakan filmnya sebagai objek penelitian, sehingga dapat tersusun karya ilmiah ini.

5. Nurhayati dan Zaenal Arifin, ibu dan wali yang tak pernah berhenti memberi dukungan dan motivasi hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Kinanti Wilujeng yang selalu memberikan dorongan serta motivasi hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(9)

7. Teman-teman angkatan 2014 Program Studi Film dan Televisi.

8. Terima kasih kepada Mika Haryani, S.Pd, selaku Tenaga Administrasi Akademik Jurusan Seni Media Rekam yang membantu dalam dokumen tugas akhir hingga selesai.

9. Terima kasih kepada Pustakawan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta sehingga saya bisa melakukan penelitian dengan acuan dari perpustakaan.

10. Terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Tugas akhir ini jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik diperlukan untuk menjadikan laporan ini lebih baik. Mohon maaf jika ada salah kata dan penulisan, semoga laporan ini bermanfaat bagi pembacanya.

Surakarta, 10 Februari 2021

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan ... 4

D. Manfaat... 4

E. Tinjauan Pustaka ... 4

F. Kerangka Konseptual ... 7

1. Mise-En-scene ... 7

2. Setting ... 10

3. Warna ... 11

4. Pallet Warna... 14

5. Color Grading ... 20

6. Cerita dan Plot ... 20

7. Struktur Tiga Babak ... 20

G. Metode Penelitian ... 23

1. Jenis Penelitian ... 23

2. Objek Penelitian ... 23

(11)

3. Data dan Sumber Data ... 23

4. Teknik Pengumpulan Data ... 24

5. Analisis Data ... 26

H. Sistematika Penulisan Laporan ... 28

BAB II FILM ABRACADABRA A. Spesifikasi Film Abracadabra ... 29

1. Deskripsi Film ... 29

2. Sinopsis Film ... 30

B. Kredit Film ... 31

1. Pemeran ... 31

2. Kru ... 32

C. Identifikasi Setting Film Abracadabra ... 33

1. Identifikasi Babak Film Abracadabra ... 34

2. Setting Film Abracadabra ... 37

BAB III WARNA PADA SETTING FILM ABRACADABRA ... 46

A. Warna Menunjukkan Waktu ... 46

1. Kantor Polisi (Babak Pertama)... 47

2. Rumah Ashima (Babak Pertama) ... 50

B. Warna sebagai Penunjuk Status Sosial ... 53

1. Panggung Pertunjukan (Babak Pertama) ... 54

2. Institute Magician (Babak Kedua) ... 55

C. Warna Membangun Mood ... 56

1. Panggung Pertunjukan (Babak Pertama) ... 57

2. Rumah Lukman (Babak Kedua)... 60

(12)

D. Warna sebagai Simbol ... 63

1. Kantor Polisi (Babak Pertama)... 64

E. Warna sebagai Pendukung Aksi ... 66

1. Setting Stonehenge dan Air Terjun (Babak Kedua) ... 67

2. Hutan (Babak Kedua) ... 68

BAB IV PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN ... 79

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Film Intolerance (1916) ... 12

Gambar 2. Film Haxan (1922) ... 13

Gambar 3. Film Greed (1924) ... 14

Gambar 4. HSV Image Color ... 14

Gambar 5. Alur pikir ... 22

Gambar 6. Analisis Data Interaktif Miles dan Huberman... 26

Gambar 7. Poster film Abracadabra ... 29

Gambar 8. Panggung pertunjukan ... 37

Gambar 9. Kantor Polisi ... 38

Gambar 10. Rumah Ashima ... 39

Gambar 11. Rumah Lukman ... 40

Gambar 12. Bukit batu ... 41

Gambar 13. Hutan ... 41

Gambar 14. Air terjun ... 43

Gambar 15. Sungai ... 44

Gambar 16. Pantai ... 45

Gambar 17. Rangkaian shot cerita antara Barnas dan Komisioner Polisi... 47

Gambar 18. Kantor Polisi tempat Barnas bercerita ... 48

Gambar 19. Barnas dan Lukito (flashback) ... 49

Gambar 20. Rangkaian shot kejadian masa lalu ... 50

Gambar 21. Rangkaian shot cerita Lukman dan Ashima ... 50

(14)

Gambar 23. Rangkaian shot cerita masa lalu Lukito ... 52

Gambar 24. Panggung pertunjukan ... 54

Gambar 25. Jamuan makan para pesulap ... 55

Gambar 26. Panggung sulap ... 57

Gambar 27. Panggung sulap 2 ... 58

Gambar 28. Panggung sulap 3 ... 59

Gambar 29. Lukman membuka kotak ... 60

Gambar 30. Penari Sofnila muncul dari kotak ... 61

Gambar 31. Sofnila sedang duduk ... 62

Gambar 32. Sofnila masuk keruangan ... 63

Gambar 33. Kantor Polisi ... 64

Gambar 34. Kantor Polisi 2 ... 65

Gambar 35. Setting dalam film dan realita... 67

Gambar 36. Setting jingga hutan ... 68

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nama-nama pemain film Abracadabra ... 31 Tabel 2. Nama-nama kru film Abracadabra ... 32 Tabel 3. Rangkuman warna pada fungsi setting film Abracadabra ... 69

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Film fiksi merupakan media hiburan massa yang diberikan kepada penonton dengan cerita dan teknik audio visualnya. Film pada masa kini hadir dengan banyaknya ragam cerita dan efek di dalamnya, dari yang bermula hanya film bisu dan hitam putih, seperti halnya karya Mèliès pada tahun 1902 yang berjudul Trip to The Moon (Eboch, 2015, p. 17). Berkembang hingga kemudian menjadi film berwarna. Warna dalam film saat ini merupakan proses kreatif dan teknis yang memiliki peran sama pentingnya dengan narasi, adegan, dan shot.

Warna menjadi aspek yang sangat diperlukan, dan salah satunya yaitu dalam film fantasi.

Warna dapat digunakan dalam membangun adegan, untuk menambahkan nilai dramatisnya. Seperti penggunaan tint dan tone, warna ditentukan oleh suasana hati atau emosi yang dominan dalam film. Penggunaan warna dalam film merupakan tujuan estetis untuk memperkuat dramatisasi dalam sebuah cerita. Apa yang dimaksud adalah saat membangun suasana romantic harus menyesuaikan warna dalam ceritanya, di dalam adegan berciuman warna merah muda adalah tone yang sesuai dalam menambahkan dramatis dalam adegannya.

Proses pembuatan film tentu selalu mengikuti perkembangan teknologi pada eranya. Salah satunya adalah warna dalam film, dimana penggunaan warna

(17)

sebagai bentuk perayaan telah ditemukannya teknologi baru (Turner, 2002, p. 84).

Selain menunjukkan perkembangan teknologi dalam aspek teknis film, warna juga memiliki tujuan estetis dan motivasi dalam penggunaanya. Salah satunya untuk membangun narasi cerita dalam suatu adegan, sehingga pesan dalam film dapat tersampaikan kepada penonton.

Warna merupakan salah satu elemen sinematik dari film Abracadabra, warna sendiri merupakan salah satu elemen dari mise-en-scene, warna berkesinambungan dengan hampir keseluruhan elemen yang ada dalam film, seperti pencahyaan, kostum, set dekorasi, dan properti (Gibbs, 2002, p. 8).

Mise-en-scene merupakan segala hal yang berada di depan kamera untuk diambil gambarnya yang telah ditentukan dalam sebuah produksi film (Pratista, 2017, p. 97). Mise en scene memiliki salah satu elemen aktif yang penting, yaitu setting dan berfungsi memberi informasi tentang lokasi dan waktu dalam film. Meskipun setting terlihat seperti pendukung cerita semata, namun fungsinya dapat dieksplorasi secara artistik dengan berbagai aspek. Setting mampu memberi makna pada naratif. Bagian dari setting, yaitu properti, berperan aktif dalam akting si karakter (Studio Antelope, 2020). Setting dalam film juga menjadi media pengaplikasian warna, terutama dalam film Abracadabra warna dalam setting dihadirkan bervariatif. Warna akan menjadi fokus utama dalam penelitian film Abracadabra (fourcoloursfilms, 2020).

Film Abracadabra bercerita tentang pementasan terakhir seorang pesulap bernama Lukman. Nahasnya dalam pementasan terakhirnya Lukman menghilangkan seorang anak kecil, yang dimasukkan ke dalam kotak. Ini yang

(18)

membuat sulapnya menjadi gagal. Lukman harus terlibat dengan kepolisian, karena tuduhan penculikan. Dengan bantuan teman-teman pesulapnya Lukman pergi mencari tahu tentang misteri kotak tersebut.

Film Abracadabra merupakan karya sutradara Faozan Rizal, dengan durasi sekitar 96 menit, dan tayang di bioskop pada 9 Januari 2020. Film Abracadabra sempat tayang perdana dan menjadi film pembuka pada Jogja Netpac Asian Film Festival ke 14 tahun 2019. Selain itu film tersebut juga mendapat 3 nominasi pada Film Pilihan Tempo. Film Abracadabra termasuk dalam film dengan genre komedi dan drama, namun memiliki latar fantasi, sehingga penyajian visualnya imajinatif yang dapat membuat kagum di setiap scene. Penggunaan spesial efek hingga tone warna yang tak lazim serta setting yang disajikan diambil sutradara dari lukisan seperti karya Leonardo Davinci yang membuat setiap scene unik. Dari Salah satu contohnya adalah setting lokasi kantor polisi yang didominasi dengan warna merah jambu yang menjadikan kesan unik dan menonjol, tentu penerapan warna tersebut menegaskan dunia fantasi.

Film Abracadabra menitik beratkan teknis warna pada setting yang tidak konvensional untuk memperkuat setting dalam setiap scene-nya, serta menyampaikan pesan dalam film. Dari uraian di atas, maka warna dalam film Abracadabra memiliki daya tarik untuk diteliti, sehingga dapat diketahui bagaimana warna memperkuat setting dalam film tersebut.

(19)

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian ini, yaitu bagaimana warna sebagai penguat setting film Abracadabra.

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan warna sebagai penguat setting pada film abracadabra.

D. Manfaat

Manfaat dari penelitian mengenai warna sebagai penguat setting film Abracadabra, yaitu:

1. Menjadi bahan rujukan tentang konsep penggunaan warna pada setting film, bagi penelitian selanjutnya dengan pendekatan dan konsep-konsep yang masih terkait.

2. Menambah pengetahuan pembaca mengenai aplikasi warna dalam film, sehingga pembaca atau penonton film dapat meningkatkan respon dan perhatiannya terhadap pengaplikasian warna dalam film.

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian terdahulu tentang warna dalam film digunakan oleh penulis sebagai acuan untuk mengetahui objek penelitian, teori, dan metode penelitian yang digunakan agar objek dan teori yang digunakan berbeda. Hal ini bertujuan

(20)

untuk menghindari plagiarisme dan memastikan bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Adapun informasi penelitian terdahulu yang dikutip ialah (1) info data peneliti. (2) tujuan, teori, metode dan hasil penelitian, (3) persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu yang menjadi acuan penulis.

Berikut beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.

Penelitian Saga Tanjung Ilham dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam tugas akhirnya yang berjudul Implementasi Warna Tata Artistik sebagai Pendukung Karakter Tokoh pada Film Fiksi ‘Dalam Bis’, pada tahun 2017. Tugas akhir ini membahas tentang implementasi warna tata artistik film yang meliputi, properti, kostum, setting, dan set dressing. Hal ini bertujuan untuk mendukung karakter para tokoh pada film “Dalam Bis”, dan penonton dapat lebih mudah menangkap atau memahami karakter tokoh yang disampaikan melalui warna artistiknya. Persamaan penelitian Saga Tanjung Ilham dengan penilitian penulis ialah menggunakan variable bebas penelitian, yaitu warna dalam sajian audio visual. Sedangkan, perbedaan penilitian terletak pada variable terikat, dimana dalam penelitian Saga menggunakan tata artistik yang berhubungan dengan karakter tokoh, sedangkan penelitian penulis keseluruhan aspek yang muncul pada layar atau mise-en-scene yang berhubungan dengan aspek penceritaan.

Penelitian Mandella Majid Praciharadari dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam tesis yang berjudul Warna sebagai Look dan Mood pada Videografi Film Televisi “Pancer”, tahun 2016. Penelitian ini membahas manfaat warna dalam film mampu menciptakan look (nuansa) dan mood (suasana). Dalam

(21)

penelitian terapan ini hal yang dihasilkan merupakan film yang menjadi alternatif baru sebagai tontonan dengan mengutamakan warna dan unsur visual sebagai pembawa pesan pada setiap adegannya. Penelitian tersebut membahas penciptaan warna melalui artistik, properti, pencahayaan, dan kostum (tata busana) dengan teknik videografi. Persamaan dalam penelitian ini adalah, variabel bebas penelitian, yaitu warna dalam sajian audio visual. Sedangkan, perbedaan penelitian terletak pada variable terikat, dimana dalam penelitian Pracihara menggunakan videografi, sedangkan penelitian penulis keseluruhan aspek yang muncul pada layar atau mise-en-scene.

Penelitian Andi Patotori Anhas dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam tugas akhirnya yang berjudul Analisis Color Palette pada Elemen Artisitik sebagai Penguat Karakter Tokoh Utama dalam Film“My Stupid Boss”, pada tahun 2018. Tugas akhir ini membahas tentang implementasi warna pada tata artistik film, yang bertujuan untuk memperkuat karakter tokoh. Persamaan penelitian Andi dengan penelitian penulis ialah, menggunakan metode penelitian yang sama yaitu deskriptif kualitatif dengan menggunakan data visual untuk menganalisis objek penelitian tentang warna. Perbedaan penilitian Andi dengan penelitian penulis ialah fokus penelitian, Andi lebih fokus pada tokoh, sedangkan penulis pada mise-en-scene.

Selain dari penelitian terdahulu, buku-buku yang digunakan sebagai acuan ialah The Designer’s of Color (Adams, S., & Helfand, J. 2017), Warna: Teori dan Kreativitas Penggunaanya (Darmaprawira W. A & Sulasmi, 2002), A History of Film (Eboch, M. M., 2015), Mise-en-scène: Film style and interpretation

(22)

(Gibbs, J., 2002), Color and Mastering for Digital Cinema (Kennel, G, 2007), Colours Psychology Today (McLeod, J, 2016), Memahami Film (Edisi 2) (Pratista, H., 2017), How to do Media & Culture Studies (Stokes, J. C., 2003).

F. Kerangka Konseptual

Penelitian ini fokus pada warna dan mise-en-scene, khususnya warna dari latar dan properti, serta color grading. Dari keterkaitan antar dua unsur tersebut dapat diketahui bagaimana warna memperkuat setting dalam film Abracadabra.

1. Mise-En-scene

Mise-en-scene digunakan dalam dunia film sebagai gaya visual, kata mise- en-scene berasal dari bahasa Perancis, dan biasa digunakan dalam dunia teater.

John Gibbs (2002:5), menyebutkan elemen mise-en-scene terdiri dari: lighting, costume, colour, props, decour, action & performance dan setting.

a. Lighting

Selain menerangi set dan aktor lighting memiliki peran lain. Lighting dapat menentukan mood (suasana) suatu adegan. Untuk memberi arti lebih tentang seorang karakter, pencahayaan pun dapat digunakan sebagai fungsi lain. Agar mendapatkan pencahayaan yang baik juga perlu memanipulasi arah tembakan cahayanya. Sutradara akan pencahayaan dengan kontras tinggi, sehingga dapat menunjukkan dua ruang adegan yang berbeda. Pencahayaan ini dengan adegan mood bisa dibuat intens dan dramatis.

(23)

b. Costume

Costume dan unsurnya, yakni gaya, karakter tokoh film bisa disampaikan melalui gaya berpakaian. Penampilan karakter akan memberikan kesan terhadap penonton, agar penonton mengetahui apa yang ingin disampaikan cerita dalam film (Subagiyo & Sulistyo, 2013, p. 185). Untuk memperkuat penyampaian naratif bisa menggunakan costume, misalnya posisi sosial seorang karakter.

Dalam film Rebel Without a Cause (Nicholas Ray,1955), adegan Jim dan Judy mengenakan mantel baju merah menunjukkan sedang dimasukkan masyarakat dewasa (Gibbs, 2002, p.7-8). Pada film Soekarno, orang Belanda memakai baju warna putih, celana panjang, dan setelan jas lebih modern. Sedangkan orang Jawa memakai kebaya dan jarik pakaian tradisional (Sugihartono & Sintowoko, 2014).

Perbedaan budaya dan kasta dalam film, bangsawan dan rakyat jelata digambarkan dari identitas pakaian yang ditampilkan.

c. Colour

Colour adalah elemen ekspresif yang penting bagi para pembuat film, dan sering dimobilisasi dengan kostum, yang memiliki keuntungan dari asosiasi langsung dengan karakter tertentu. Selain itu juga bersamaan dengan fitur pencahayaan, dekorasi set, dan alat peraga tertentu (Gibbs, 2002, p. 8). Warna digunakan hampir disetiap elemen dalam pembuatan film, seperti halnya dalam proses pengambilan gambar antara background dengan pemain akan dibedakan secara kontras, sehingga tidak akan membaur dan menyebabkan pemain tidak terlihat dalam frame.

(24)

d. Props

Props (properti) bisa diartikan sebagai peralatan rumah tangga yang digunakan secara berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan narasi atau cerita dalam sebuah produksi film (Gibbs, 2002, p. 9). Dalam produksi film, props digunakan sebagai pendukung cerita, seperti dalam film dengan tema perang senjata api menjadi elemen yang hadir sehingga mendukung narasi tentang perang, mobil perang, peta wilayah akan hadir sebagai pendukung cerita sesuai dengan tema yang hadir.

e. Decour

Decour memiliki arti tata letak panggung dalam dunia teater sebelum lahirnya film. Decour bisa memiliki fungsi dalam menata latar, ruang, dan waktu, sehingga bisa memberikan kehidupan dalam memberikan visual yang lebih hidup (Tri Budi Antono, 2013).

f. Action & Performance

Acting/Performance adalah sebuah seni. dengan rancangan dan latihan dapat menghasilkan gerakan serta ekspresi yang matang (Gibbs, 2002, p. 10).

Akting bukan suatu kegiatan yang spontan. agar dapat menyampaikan pesan utama film akting aktor harus diatur. Spontanitas tidak akan menghasilkan pesan yang baik untuk disampaikan (Studio Antelope, 2020). Acting/performance dilakukan oleh pelaku dalam film dipandu langsung sutradara sehingga menghasilkan cerita yang sesuai dengan naskah, Acting/performance menentukan naik turunnya emosi yang disampaikan sehingga sutradara akan mengulang jika dirasa tidak sesuai dengan naskah yang ingin disampaikan.

(25)

2. Setting

Setting adalah seluruh yang ada pada latar bersama propertinya (Pratista, 2017, p. 98). Setting dan properti menjadi satu kesatuan, dalam film setting semakin jelas jika properti hadir. Memilih setting sama pentingnya dengan memilih karakter. Faktanya, setting adalah karakter. Setting dapat bertindak sebagai perpanjangan dari karakter, membantu untuk mengkomunikasikan keadaan emosi atau pemikiran batin, atau bahkan bisa menjadi karakter itu sendiri.

Setting dapat menetapkan nada dan suasana untuk seluruh film, seperti Pride Rock di film The Lion King (Renée, 2021). Suasana yang dibangun dalam film tersebut menghadirkan alam liar seperti hutan, sungai, tebing, dan air terjun. Setting dapat berkomunikasi dengan penonton. Himawan Pratista (2017:101-104) menjelaskan, bahwa setting memiliki fungsi, sebagai berikut.

a. Ruang dan Waktu

Sempurnya sebuah setting adalah antara setting dan konteks cerita saling berkesinambungan. Penonton haruslah dapat diyakinkan dengan setting bahwa lokasi cerita dan latar waktu benar-benar terjadi. Film Aach...Aku Jatuh Cinta, waktu tahun 1970 ditampilkan menggunakan setting ruang tamu dengan televisi tertera merk “Arjuna” TR 1700 SD, merk tersebut merupakan yang diproduksi pada tahun 1970 (Sagita & Da, 2018).

b. Status Sosial

Status sosial para pelaku ceritanya dapat ditentukan oleh dekor setting (bersama kostum). Kalangan atas memiliki kesan mewah, luas, megah, terang,

(26)

properti (perabot) lengkap, ornamen detil, dan rumit. Sedangkan setting kalangan bawah gelap, kecil, sempit, serta properti sederhana, dan minim.

c. Mood Adegan

Mood dan suasananya dapat dibangun dengan setting dan berhubungan dengan tata cahaya. Setting terang, bersifat formal, hangat, dan akrab. Sementara setting gelap, bersifat bernuansa misteri, dingin, intim, dan mencekam.

d. Motif dan Simbol

Tuntutan cerita film, setting harus menampilkan motif atau simbol yang dapat memiliki makna tertentu. Elemen natural oleh sineas dimanfaatkan untuk menampilkan status fisik dan mental tokoh-tokohnya, misalnya api yang berkobar digunakan sebagai simbol amarah.

e. Pendukung Aktif Aksi/Adegan

Film aksi serta komedi memiliki set dan properti dapat berfungsi aktif untuk mendukung adegan aksinya. Setting terdiri dari dua jenis, yaitu: realistik, dan non realistik. Masing-masing dari jenis tersebut memiliki ciri khas. Setting realistik, dapat menyakinkan penonton bahwa film itu nyata. Sedangkan setting non-realistik, memiliki warna yang tidak terduga, abstrak, aneh, mengungkapkan karakter atau keadaan pikiran, dan juga pada film animasi.

3. Warna

Penggunaan warna dalam sebuah film akan membuat gambar menjadi berwarna, dinamis, dan indah. Tetapi ada alasan lain juga yang membuatnya hanya sebagai penceritaan visual. Penggunaan warna yang baik dalam film akan

(27)

menceritakan sebuah kisah yang menarik jika diolah sedemikian rupa. Seperti dalam film Dick Tracy (1990) dengan menampilkan mise-en-scène yang dominan dengan warna merah, menunjukkan karakter dengan pembunuhan Lips oleh anak buah Big Boy (Berens, 2014).

Warna memegang posisi yang kuat di antara elemen-elemen struktur pada film. Warna seperti bahasa universal, menarik bahkan bisa dinikmati bagi mereka yang buta huruf, anak-anak dan orang dewasa. Fungsi warna di layar bersifat utilitarian dan estetis. Warna tidak hanya dilihat tetapi dirasakan secara emosional oleh setiap penonton.

Sebelum mengenal film bersuara, terlebih dahulu teknologi perfilman mengenal film berwarna. Warna dalam film bukan sekadar teknis, namun lebih kepada seni atau cara untuk menyampaikan sebuah pesan. Seperti pada generasi sebelumnya, D.W. Griffith dalam filmnya yang berjudul Intolerance (1916) menggunakan perbedaan warna dalam gambar untuk menunjukkan perbedaan waktu.

Gambar 1. Film Intolerance (1916) (Sumber: Youtube Colour In Storytelling.

https://www.youtube.com/watch?v=aXgFcNUWqX0 Time code 02:24-2:30 - 05:09-05:11)

(28)

Benjamin Christensen dalam karyanya Hexan (1922) menggunakan warna sebagai reaksi psikologis, seperti dalam scene film yang membuat penonton merasa jauh lebih gelisah ketika layar ditutupi dengan warna merah, kemudian dihadirkan shot yang jauh lebih tenang dengan warna biru.

Gambar 2. Film Haxan (1922) (Sumber: Youtube Colour In Storytelling.

https://www.youtube.com/watch?v=aXgFcNUWqX0.

Time code 25:52-25:58 - Time code 27:41-27:45)

Warna juga menjadi cara untuk melambangkan perasaan karakter dalam film karya Erich von Stroheim, yang berjudul Greed (1924). Cerita tentang seorang pria yang istrinya memenangkan lotre, dalam beberapa scene kita melihat Money Hum berwarna kuning, dan pada akhir film sebagai layar memiliki tone kuning, yang melambangkan kesepian, dan keputusasaan.

(29)

Gambar 3. Film Greed (1924) (Sumber: Youtube Colour In Storytelling.

https://www.youtube.com/watch?v=aXgFcNUWqX0.

Time code 01:41:01-01:41:04)

Beberapa contoh potongan film Haxan dan Greed, membuktikan bahwa dunia film memperoleh cara bercerita secara metaforis melalui warna. Warna dalam film dapat membangun harmoni atau ketegangan dalam sebuah adegan.

4. Pallet Warna

Palet warna film yang dirancang dengan baik membangkitkan suasana hati dan mengatur nada untuk film. Tiga komponen utama warna adalah rona atau hue, saturasi, dan value atau gelap/terang warna.

(30)

Gambar 4. HSV Image Color

(Sumber: Sean Adams, The Disigner’s Dictionary of Color, 2017, pg. 12-15)

Gambar warna di atas terbagi dalam tiga pengertian, yaitu hue, saturation, dan value. Masing-masing memiliki memiliki properti warna yang dapat diidentifikasikan serta fungsinya.

“Properti warna merah, hijau, dan kuning yang dapat diidentifikasi, hue, dll. Hue didasarkan pada panjang gelombang cahaya yang terlihat.

Saturasi warna didasarkan pada tingkat kemurnian, dari warna murni 100% menjadi abu-abu 0%. Gambar yang sangat jenuh sangat cerah dan cerah. Gambar desaturasi akan tampak kusam, atau sepia. Value ditentukan oleh jumlah pencahayaan pada suatu warna. Warna pada value 100% akan tampak murni. Pada value 50%, warnanya akan lebih gelap”

(Adams & Helfand, 2017, pp. 13–15).

Hue adalah jumlah warna dan saturasi adalah tingkat keredupan cahaya. Saturasi akan terang dan jelas atau akan buram dan menghilang. Value adalah tingkat kepekatan warna seperti biru muda dan biru tua.

(31)

a. Merah

Warna merah merupakan yang paling menarik perhatian di antara warna lainnya. Warna ini bermakna darah, seks, marah, berani, kekuatan, bahaya, cinta, kejantanan, dan kebahagiaan (Darmaprawira W. A & Sulasmi, 2002, p. 45). Di Asia, merah diasosiasikan sebagai lambang dewa-dewa. Merah adalah warna yang paling populer di China, tetapi ada perbedaan antara merah China dan merah dalam budaya Asia lainnya (McLeod, 2016, pp. 45–46).

b. Merah Jambu atau Pink

Biru untuk anak laki-laki, pink untuk anak perempuan. Ini adalah warna rayuan, romansa, dan feminitas. Pink juga terkait dengan kelembutan dan kebahagiaan. Warna pink tercipta dari gabungan antara merah dan putih. Pink merupakan representasi dari mawar, memiliki makna positif, yaitu: eminitas, romansa, rayuan, kebahagiaan, kelembutan, dan masa muda. Sedangkan warna pink sendiri juga sering dikaitkan untuk gadis atau anak perempuan (Pickolor, 2021).

c. Jingga

Warna jingga seperti pada awan jingga. Awan jingga bisa terlihat pada pagi hari dan malam hari. Pada pagi hari warna jingga melambangkan kemerdekaan dan anugerah. Sedangkan pada sore hari menjelang malam awan jingga melambangkan bahaya. Warna jingga memiliki karakter anugerah, dorongan, merdeka, semangat, dan anugerah, tapi jingga memiliki karakter bahaya (Sanyoto, 2010, p. 46).

(32)

Warna jingga menciptakan kedekatan dan spontanitas. Jingga dapat dianggap negatif sebagai keras/kegaduhan atau menjengkelkan (McLeod, 2016, pp. 50–51). Dalam filsafat Timur, jingga mewakili pusat kreatif sebagai chakra kedua, yang terletak di bawah pusar. Di Irlandia Utara, jingga mewakili Protestan.

Di Amerika Serikat dan Kanada, jingga dikombinasikan dengan hitam mewakili Halloween (Pickolor, 2021).

d. Kuning

Warna kuning merupakan asosiasi warna dari matahari yang menunjukkan terang dan hangat. Kuning merupakan warna cerah sehingga seringkali dilambangkan sebagai kesenangan atau kelincahan (Sanyoto, 2010, p. 46). Kuning pucat tidak seperti kuning cerah yang melambangkan penyakit, kesuraman, dan kesedihan. Kuning juga dikaitkan dengan kekuatan, kekuasaan, dan ego (warna Kaisar Cina). Pertama dan terpenting, kuning adalah warna yang melambangkan keterbukaan dan kontak sosial: kuning dikaitkan dengan persahabatan dan persaudaraan serta pengetahuan.

Makna positif warna kuning: pesta, kegembiraan, kehangatan, ego, kekuatan, pengetahuan, dan persahabatan. Makna negatif: pengkhianatan, kebohongan, dan penipuan. Representasi warna kuning: kotak surat, pasir, matahari, telur, dan bunga (bunga aster).

e. Hijau

Warna hijau termasuk dalam warna sejuk dan memiliki karakter yang hampir sama dengan warna biru namun cenderung lebih netral pengaruh emosinya. Hijau memiliki watak segar, muda, hidup, tumbuh, dan beberapa watak

(33)

lain yang mendekati warna biru (Sanyoto, 2010, p. 49). Namun, berarti kegagalan dan kemalangan. Hijau dikaitkan rumah sakit dan apotek dalam logo mereka.

Hijau warna dari kombinasi biru dan kuning. Makna positif warna hijau adalah: harapan, keberuntungan, stabilitas, dan konsentrasi. Makna negatif:

kegagalan dan kemalangan. Representasi: tanaman dan sayuran (Paprika, kacang hijau) (Pickolor, 2020).

f. Biru

Warna biru merupakan bagian yang termasuk warna dingin. Ada beberapa asosiasi dari warna biru yaitu langit dan air laut. Biru membentuk makna, kesendirian, membuat jarak, dingin, dan terpisah (Darmaprawira W. A & Sulasmi, 2002, p. 46). Seperti air yang padam, biru memiliki perasaan segar dan murni yang memungkinkan untuk menemukan ketenangan batin tertentu yang terkait dengan hal-hal yang dalam.

Biru adalah simbol kebenaran, seperti air jernih yang tidak bisa menyembunyikan apapun (Pickolor, 2020). Warna ini umumnya menarik bagi semua generasi, namun seharusnya tidak digunakan secara berlebihan. positif warna biru melambangkan kesegaran, mimpi, kebijaksanaan, kesetiaan, ketenangan, dan kebenaran. Makna negatif: melankolis, representasi dari warna biru, adalah: lautan dan langit.

g. Ungu atau Lavender

Karena warna ungu banyak digunakan oleh oleh keluarga kerajaan, agama-agama Timur, dan Katolik, Ungu membawa konotasi spiritualitas dan

(34)

lebih merah, warnanya akan lebih hangat, lebih cerah, dan lebih intens. Jika berisi lebih banyak biru, itu akan memiliki efek lebih dingin dan lebih tenang.

Ungu, berhubungan dengan agama dan politik, bisa menjadi polarisasi (National Geographic, 2021). Campuran yang sama merah dan biru, cenderung terasa datar dan tidak menarik. Banyak desainer menggunakan versi dengan lebih banyak merah atau lebih biru untuk memberikan kedalaman warna dan sudut pandang. Dalam budaya Barat, ungu mewakili kekayaan dan kemewahan. Ungu pucat dan menuju lavender terhubung ke Paskah. Di zaman Romawi, hanya kaisar yang bisa mengenakan warna ungu (Adams & Helfand, 2017, p. 75).

Makna positif dari warna ungu adalah warna raja, kebesaran, kejayaan, keningratan, kebangsawanan, dan kewibawaan. Sedangkan arti negatifnya adalah kekejaman, arogansi, duka cita, dan keeksotisan (Sanyoto, 2010, p. 8).

h. Putih

Warna putih termasuk warna murni. Warna putih menampilkan karakter positif, merangsang, cemerlang, ringan, dan sederhana. Putih juga melambangkan arti kesucian, polos, jujur, dan murni (Darmaprawira W. A & Sulasmi, 2002, p.

47).

i. Hitam

Kegelapan dan ketidakadilan selalu melambangkan warna hitam, hitam bisa bermakna misteri, warna pada malam selalu kebalikan dari warna putih atau terang (Darmaprawira W. A & Sulasmi, 2002, p. 48).

(35)

5. Color Grading

Dalam pascaproduksi color grading digunakan untuk keperluan pewarnaan dan penyeimbangan dalam editing.

“Color grading lebih dari sekedar menyesuaikan atau mengoreksi warna dari adegan ke adegan untuk memberikan konsistensi dan kontinuitas. Hal ini juga membantu menanamkan konteks emosional cerita, dan melengkapi pencahayaan dan pencahayaan yang digunakan oleh sinematografer untuk menangkap adegan. “(Kennel, 2007, p. 90).

Color grading mengacu pada pewarnaan skema warna video rekaman.

Pewarnaan ini bisa sangat artistik seperti pada film-film populer, atau bisa pula terlihat natural. Sumber yang dikutip dari situs Studio Binder, color grading dapat menyesuaikan warna skema rekaman, membangkitkan emosi spesifik dari penonton, dan melakukan finishing rekaman video.

6. Cerita dan Plot

Rangkaian kejadian-kejadian yang tersusun secara kronologis disebut plot. Adapun cerita rangkaian peristiwa tersaji dalam film maupun tidak (Pratista, 2017, p. 75).

7. Struktur Tiga Babak

Struktur naratif film memiliki tahapan perkembangan cerita dan dibagi tiga tahapan disebut tiga babak, yaitu: babak pertama (Permulaan), babak kedua (Pertengahan), serta babak ketiga (Penutupan) (Pratista, 2017, p. 76). Pada tahap pembukaan film hanya memiliki panjang cerita seperempat durasi filmnya, tahapan pertengahan tahapan digunakan untuk memasukan inti cerita atau konflik,

(36)

penyelesaian adalah tahapan penyelesaian konflik, dalam penutupan biasanya sekitar seperempat dari durasi film dan biasanya merupakan segmen yang terpendek.

a. Babak pertama (Pemulaan).

Tahap permulaan adalah titik awal dalam sebuah jalan cerita film dikarenakan dari sinilah segalanya bermula. Pada titik inilah cerita akan dimulai.

Pada tahap ini masing-masing tokoh dalam cerita seperti pelaku utama dan pendukung, pihak protagonis dan antagonis, masalah, tujuan dari cerita maupun tokoh, serta aspek ruang, dan waktu cerita.

b. Babak kedua (Pertengahan).

Tahap pertengahan berisi bagaimana tokoh utama atau protagonis mulai untuk menyelesaikan masalah dengan mencari solusi dari setiap masalah yang telah terjadi pada tahap permulaan. Alur cerita tahap ini berubah arah dan bahkan bisa juga diluar perkiraan yang dilakukan karakter utama atau pendukung.

c. Babak ketiga (Penyelesaian).

Klimaks dari cerita adalah tahap penutupan. Titik inilah film mencapai titik ketegangan tertinggi. Cerita akan klimaks hingga mendapatkan konklusi dari semua permasalahan atau konflik yang ada pada tahap pertengahan sebelumnya.

(37)

Gambar 5. Bagan Alur Pikir Penelitian

Dalam proses penulisan alur pikir bagan atas diawali oleh subjek utama penelitian yaitu film Abracadabra, turun ke bawah adalah setting dengan lima fungsi setting yang dipengaruhi oleh warna, sehingga warna dalam masing- masing fungsi setting memiliki peran masing-masing.

Warna sebagai penguat setting

(38)

G. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif, suatu proses penelitian yang mencoba untuk mendapatkan deskriptif ucapan atau tulisan. Data yang dikumpulkan berupa gambar, kata-kata dan juga bukan berupa angka-angka (Moleong, 1996, p. 4). Penelitian ini berupaya untuk mendeskripsikan aplikasi warna dalam memperkuat cerita pada film Abracadabra.

2. Objek Penelitian

Penelitian ini fokus pada film Abracadabra sebagai objek kajian dengan menempatkan film sebagai teks. Dalam membangun cerita film Abracadabra didukung oleh teknik pewarnaan atau color grading dalam proses pascaproduksinya.

Analisis mengenai media dibagi menjadi tiga fase, yaitu produser (industri), teks, dan khalayak (Stokes, 2003, p. 4). Oleh karena itu, fokus kajian film sebagai teks ini terletak pada warna dalam film Abracadabra yang dapat membangun memperkuat setting.

3. Data dan Sumber Data

a. Data Primer

Sumber data terbagi menjadi dua jenis, yaitu: data primer dan data sekunder. Data yang memberikan langsung data kepada pengumpul data adalah

(39)

data primer (Sugiyono, 2008, p. 137). Data primer yang diteliti berupa film Abracadabra dalam video, dengan durasi 96 menit. Sumber film berupa softfile yang didapat melalui email dengan link terkunci sehingga membuat file hanya bisa akses atas izin pihak perusahaan.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah sumber data pendukung yang tidak langsung di butuhkan kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2008, p. 137). Adapun beberapa situs yang menjadi referensi, yaitu situs fourcolors yang digunakan untuk mencari data pada penelitian utama, semua informasi selain dari sutradara dari situs tersebut, sehingga menguatkan semua sumber yang nanti akan digunakan. Selain itu, situs pickolor merupakan situs yang membahas tentang warna, mereka manampilkan karakter warna serta sifat dari warna itu sendiri, sehingga di dalamnya terdapat makna warna, walaupun tidak semua digunakan tetapi ini juga menjadikanya referensi dalam isi penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data kualitatif yang dilakukan menggunakan tiga cara, yaitu: Observasi, wawancara, dan studi pustaka. Langkah strategis dalam penelitian adalah mendapatkan data yang akurat. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode.

a. Observasi

Pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian (Sugiyono,

(40)

2008, p. 31). Observasi dilakukan dengan cara mengamati objek kajian penelitian yang telah ditentukan yaitu film Abracadabra. Pengamatan dilakukan pada warna yang digunakan dalam setting, untuk kemudian dipilih berdasarkan setting utama.

Terdapat banyak setting dalam keseluruhan film, kemudian dikerucutkan lagi menjadi setting disetiap babak. Setiap babak nantinya dipilih warna yang sesuai dengan fungsi setting.

b. Wawancara

Wawancara bebas terpimpin dengan pertanyaan bebas tetapi pada pedoman yang dibuat (Arikunto, 2013, p. 199). Pewawancara memberikan pertanyaan secara bebas namun berkembang kepada terwawancara. Dari wawancara tersebut mendapatkan data pendukung secara langsung. Narasumber yang diberikan pertanyaan yaitu Faozan Rizal selaku sutradara film Abracadabra.

Proses wawancara dilakukan dengan media telepon dikarenakan narasumber Faozan Rizal berada di Paris.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka ini dilakukan dengan menghimpun data yang berkaitan dengan objek kajian yaitu film Abracadabra, literatur yang digunakan dalam penelitian ini ialah berita dan artikel yang diakses melalui internet. Laman web yang diakses adalah sebagai berikut: fourcolors, pickolor, seleb.tempo, filmindonesia, studioantelope, kutu-film, nofilmschool, dan tirto.

(41)

5. Analisis Data

Setelah data penelitian terkumpul, maka dilakukan tahap selanjutnya yaitu analisis data. Dalam prosesnya analisis data ini menggunakan Model Interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Analisis ini terdiri tiga komponen:

reduksi data (data reduction), model data (data display), dan penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions) (Pawito, 2007, p. 104).

Gambar 6. Analisis Data Interaktif Miles dan Huberman (Sumber: Pawito, 2007)

a. Reduksi Data

Reduksi data merujuk pada dua tahap dan setiap tahapannya memiliki prosesnya sendiri hal ini juga disampaikan oleh Pawito (2010:105) menyatakan mengenai langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap pertama, melibatkan editing, pengelompokan, dan meringkas data. Pada tahap kedua, menyusun catatan-catatan (memo), dan kode-kode mengenai berbagai hal. Pada penelitian ini, reduksi data dilakukan dengan memilah scene yang mengandung warna disetiap setting dalam film Abracadabra. Masing-masing scene diseleksi

(42)

yang terdapat penggunaan warna yang tidak konvensional kemudian pengelompokan setting menjadikan acuan dalam meringkas data..

b. Model Data

Model data (data display) melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain (Pawito, 2007, pp. 105–106). Pada penelitian ini model data disusun berdasarkan hasil dari reduksi data yang mengacu pada klasifikasi yang telah ditentukan.

Scene-scene yang telah dipilah, kemudian disajikan dalam bentuk still image dan dilanjutkan dengan pembahasan berupa deskripsi adegan, warna yang digunakan, dan analisis narasi dalam adegan tersebut.

c. Penarikan dan Pengujian Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, ditemukan hasil penelitian yang kemudian dapat ditarik kesimpulan. Kesimpulan yang diambil pada penelitian ini didasarkan pada hasil analisis pengaplikasian warna pada fungsi setting film Abracadabra yang telah dibagi dalam beberapa scene, dan dijabarkan.

Kesimpulan yang ditarik dari tiap-tiap data kemudian, menghasilkan kesimpulan sehingga mampu mewakili hasil penelitian secara keseluruhan.

(43)

H. Sistematika Penulisan Laporan

Penelitian disajikan dalam empat bab yang tersusun sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

BAB I merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka konseptual, metode penelitian, dan sistematika penulisan laporan.

BAB II FILM ABRACADABRA

BAB II merupakan penjabaran mengenai objek kajian film Abracadabra yang berisi spesifikasi film Abracadabra, kredit film, dan identifikasi setting film Abracadabra.

BAB III WARNA PADA SETTING FILM ABRACADABRA DALAM MENGUATKAN CERITA

BAB III merupakan bab pembahasan. Pada bab ini berisi uraian fungsi setting warna menunjukan waktu, warna sebagai penunjuk status sosial, warna membangun mood, warna sebagai simbol, dan warna sebagai pendukung aksi.

BAB IV PENUTUP

BAB IV ini merupakan bab penutup. Pada bab ini terbagi dua subbab, yaitu: kesimpulan dan saran.

(44)

BAB II

FILM ABRACADABRA

A. Spesifikasi Film Abracadabra

1. Deskripsi Film

Film Abracadabra (2020) merupakan film dengan genre drama, yang berdurasi 86 menit. Film ini usai diproduksi pada tahun 2019, namun perdana tayang di bioskop pada Januari 2020. Film ini diproduseri oleh Ifa Isfanyah, disutradarai dan ditulis oleh Faozan Rizal, serta diperankan oleh Reza Rahadian, Butet Kartaredjasa, dan Salvita Decorte (FilmIndonesia, 2020).

Gambar 7. Poster film Abracadabra

(Sumber: https://fourcoloursfilms.com/abracadabra/)

(45)

2. Sinopsis Film

Film Abracadabra menceritakan petualangan dengan menghadirkan latar dunia fantasi, mengisahkan seorang pesulap yang gagal melakukan triknya sehingga diapun mulai menemukan fakta antara kotak peninggalannya dan menghilangnya ayahnya. Semua terangkum dalam sinopsis dalam situs Film Indonesia sebagai berikut.

“Keajaiban tidak lagi membuat percaya Lukman seorang grandmaster sulap. Lukman berencana untuk gagal di pertunjukan sulap terakhirnya dan sekaligus pamitan ke teman-temannya pensiun bermain sulap. Lukman mempersiapkan kotak kayu milik ayahnya untuk melakukan trik.

memanggil salah satu penonton masuk ke dalamnya, memakunya, ucapkan

"Abracadabra!", dan orang tersebut masih ada dalam kotak. Tidak ada kejaiban. Tapi Lukman tidak tahu bahwa kotak itu di masa lalu milik banyak penyihir besar, hingga sampai ke ayah Lukman juga seorang grandmaster.

Pertunjukan berlangsung, dan anak laki-laki menghilang setelah masuk ke kotak. Lukman tidak mengerti bagaimana itu bisa terjadi. Lukman tidak tahu cara mengembalikan anak itu. Seorang Kepala Polisi menginginkan kotak itu mengejar Lukman dan menuduhnya dengan kasus penculikan anak. Kisah berubah menjadi permainan kejar-kejaran antara Lukman dan Kepala Polisi, mantan pesulap, yang ingin menangkap Lukman dan memiliki kotak itu untuk dirinya sendiri. Kepercayaan Lukman pada keajaiban dan kembali menjadi rumit ketika bertemu seorang perempuan, Sofnila muncul dari kotaknya. Sofnila percaya pada dirinya sendiri adalah salah satu asisten Lukito, ayah Lukman, yang pernah menghilang di kotak itu. Selanjutnya membuat Lukman bertemu dengan beberapa penyihir teman lama ayahnya, dan Lukman mulai mengerti bahwa tidak pernah dilahirkan oleh siapapun kecuali ayahnya yang menemukannya di dalam kotak itu.”(FilmIndonesia,2020)

(46)

B. Kredit Film

1. Pemeran

Keberhasilan film Abracadabra tidak luput dari pemain serta peran kerabat produksi yang berkerja dalam setiap bidangnya masing-masing. Dari film mulai dibuat hingga tayang di bioskop, hasil kerja keras semua pihak yang terlibat di dalamnya. Berikut merupakan pemain produksi film Abracadabra.

Tabel 1. Nama-nama pemain film Abracadabra (Sumber: https://www.imdb.com/title/tt11187956/fullcredits)

Nama Peran Nama Peran

Reza Rahadian Lukman Jajang C Noer Savitri

Butet Kartaredjasa Kepala Polisi Egi Fedly Barnas

Salvina Decorte Sofnila Lukman Sardi Lindu

Ence Bagus Polisi Poppy Sovia Winda

Imam Darto Polisi Paul Agusta Zakaria

Dewi Irawan Ashima Landung S. Lukito

Veronika K. Astrolog Kembar Asmara Abigail Laila

Valerie K. Astrolog Kembar M. Adiyat Iwan

Mbok Tun Rawit MN Qomarudin Sopir Taksi

Kill The DJ Marjuki Yati Pesek Sutini

Yan Widjaya Master Wong Alex Suhendra Penonton Ismail Basbeth Pesulap Arab Seno Aji Pesulap Jawa

Zed Makarim Pesulap Samuel Briyan Pesulap

Denta Aditya Pesulap Bintang Timur Lukman Muda

Arifan Pesulap Vanda Mutiara Polwan

Rulyani I. Wanita Tua Anneke F. Asisten

Ibnu Gundul Orang desa Suroto Operator

Adi Marsono Orang Desa Hirozel R. Bayi

(47)

2. Kru

Prosesnya dalam produksi film kru merupakan elemen penting yang menjadikan berhasilnya sebuah film, mereka bekerja sesuai dengan jabatan masing-masing sehingga jalannya produksi tidak terganggu, bentuk apresiasi diberikan kepada kru yang terlibat dengan mencantumkan nama serta jabatannya, ini juga bisa menjadikan narasumber sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya berhubungan dengan departemen yang ditugaskan.

Tabel 2. Nama-nama kru film Abracadabra

(Sumber: https://www.imdb.com/title/tt11187956/fullcredits)

DEPARTEMEN PRODUKSI

Nama Jabatan Nama Jabatan

Faozan Rizal Sutradara & Script Shane Kelly Prod.Eksekutif Ifa Isfansyah Produser Lim Ker Han Prod.Eksekutif April Priscilla Line Produser Andi Boediman Prod.Eksekutif Ahmad Aditya Associate Prod. Pandu Birantoro Prod.Eksekutif Pinkan Veronique Associate Prod. Rahadian Agung Prod.Eksekutif Robin Moran Associate Prod. Mandy Marahimin Prod.Eksekutif Amrin Nugraha Associate Prod. Peter Bithos Prod.Eksekutif Isabelle G. Co-Produser Jennifer Bathy Prod.Eksekutif Justin Deimen Co-Produser Bryan Seah Prod.Eksekutif Jeremy Sim Co-Produser Pritagita A. Ass. Sutradara Terence Kong Co-Produser Indra Pame Ass. Sutradara 2 Allison Chew Co-Produser Ilana WP K. Manajer Unit James Teo Prod.Eksekutif Panca Windu Koordinator Cast

DEPARTEMEN KAMERA

Nama Jabatan Nama Jabatan

(48)

Gandang W. Penata Kamera Wanda P.K Ass. Penata Kamera Dimas Kribo Ass. Penata Kamera

DEPARTEMEN GRIP & LISTRIK

Nama Jabatan Nama Jabatan

Aziz Farikhun Gaffer Andi Faisal Penata Cahaya

Moh. Abas Penata Cahaya Moh Abdul R. Penata Cahaya

Deni Ardiana Penata Cahaya Sahirun Penata Cahaya

DEPARTEMEN ARTISTIK

Nama Jabatan Nama Jabatan

Hagai Pakan Perancang Busana Hikmah K. Ass. Penata Artistik Eba Sheba Penata Rias Silviah Diah Ass. Penata Artistik Vida Sylvia Penata Artistik Sucipto Dwiki Properti

DEPARTEMEN SUARA & MUSIK

Nama Jabatan Nama Jabatan

Krisna Purna Penata Suara Primas Setiawan Boomer Krisna Purna Penata Musik Ivo Kurnia Artis Foley Dicky Permana Perekam Suara Galih P. Editor Dialog

Hendra H. Boomer Kristiawan Bayu Editor Foley

DEPARTEMEN PENYUNTINGAN

Nama Jabatan Nama Jabatan

Akhmad Fesdi Penata Gambar Helmi Nur R. Ass. Penata Gambar Keliek Wicaksono Efek Visual Susanto Priyo Colorist

C. Identifikasi Setting Film Abracadabra

Hal yang dibahas dalam penelitian ini adalah aspek warna pada fungsi setting yang mampu memperkuat setting film Abracadabra. Penelitian ini dibatasi pada segala hal yang dihadirkan pada setting film ini, baik dekorasi maupun properti (perabot). Pemilahan data dilakukan berdasarkan setting utama pada tiap

(49)

babak cerita dalam film Abracadabra. Adapun pemilahan data yang dilakukan adalah.

1. Identifikasi Babak Film Abracadabra

a. Babak Permulaan (Time code: 00:00:47 – 00:22:20)

Bagaimana Lukman terbangun dari mimpinya dan mendapati surat untuk melakukan pertunjukan surat kembali, Lukman melihat kembali kenangan dan peninggalan dari ayahnya termasuk kotak kayu milik Lukito, yaitu ayahnya.

Acara tersebut ternyata adalah rencana dari Barnas, pensiunan pesulap yang ingin mendapatkan kotak kayu ajaib milik ayah Lukman, dengan berkerja sama dengan polisi mereka membuat kesepakatan untuk mengambil kotak itu. Dalam acara sulap yang Lukman lakukan sebelum melakukan pertunjukan utama Lukman menyampaikan diri untuk mengundurkan diri, dalam triknya Lukman menawarkan kepada penonton untuk dimasukkan ke dalam kotak dan menghilangkannya, namun saat Lukman meneriakkan mantra berkali-kali Iwan sesosok anak kecil yang masuk ke dalam kotak tidak kunjung keluar, sehingga menimbulkan kegelihasan terhadap Lukman pada acara tersebut. Semua pesulap datang untuk membantu, gagal namun gagal sehingga Lukman dicurigai serta dimintai keterangan oleh polisi.

Barnas dan polisi mendiskusikan perihal hilangnya anak dalam pertunjukan di dalam kantor polisi, namun insiden terjadi di dalam kantor sehingga kotak tersebut dibawa lari oleh Barnas. Barnas buru-buru membawa keluar karena melihat pin nama yang ada dalam kotak. Saat Lukman sedang di

(50)

hotel Lukman tiba-tiba mendapatkan telepon yang menyebut dirinya istri Barnas, Ashima menyuruh Lukman datang karena Barnas menghilang juga dalam kotak.

b. Babak Pertengahan (Time code: 00:22:21 – 01:09:29)

Saat Lukman sedang berada di rumah Ashima Lukman mendapatkan dirinya terkejut dengan adanya kotak Yggdrasil, Lukman diceritakan tentang hilangnya Barnas karena apa, Lukman mendapatkan masukan dari Ashima untuk mencari jawaban atas kotak tersebut. Lukman kembali ke hotel dan mencoba mengucapkan mantra lagi namun gagal. Polisi datang ke rumah Ashima untuk menanyakan perihal kotak tersebut, namun Ashima membantah sehingga polisi menekannya. Lukman kaget ternyata saat anak yang sedang menanyakan kelinci ternyata berasal dari kotak sehingga Lukman mengejarnya.

Saat sedang di bandara Lukman dikagetkan sesuatu dalam kotak, saat petugas membuka ternyata isinya seekor kelinci. Dalam kantor polisi rapat dilakukan membahas hilangnya salah satu petugasnya yang hilang, namun para petugas dikagetkan dengan seekor singa yang berada dalam ruangan komandannya. Polisi datang saat para pesulap sedang melakukan diskusi membahas sulap Lukman, namun polisi menanyakan perihal keberadaan Lukman, namun diputar-putar seolah dihindarkan. Polisi datang ke rumah istri Barnas dan menanyakan perihal Barnas, sang istri membantahkan karena tujuan polisi sebenarnya adalah mencari kotak Yggdrasil.

Lukman pergi menuju pantai rahasia rumah yang ditinggalinya, sampai di rumah Lukman berusaha membuka dan memanggil Iwan dari dalam kotak, saat Lukman membuka keluar seorang wanita misterius dari kotaknya langsung menari

(51)

seolah-olah ada parade, wanita itu menanyakan Lukman perihal kotaknya dan menuduh mencurinya, wanita yang keluar dari kotak bertanya perihal dirinya berada dimana, Lukman menjelaskan bahwa Sofnila baru saja keluar dari dalam kotak, Lukman menyuruh menceritakan kejadian yang dirasakan saat berada dalam kotak.

Lukman menanyakan ke sosok nenek menuju peramal kembar, polisi akhirnya juga tahu arah Lukman yang sedang dituju. Lukman bertanya perihal kotaknya dan ayahnya kepada peramal kembar dan mendapati fakta yang sebenarnya. Lukman berhenti di hutan tempat yang ditunjukkan peramal tersebut dan Lukman tertidur di samping kotaknya. Polisi akhirnya sampai juga di hutan lokasi Lukman berada, saat Lukman bangun dan membuka kotaknya lagi berharap sesuatu terjadi, Lukman kecewa dan membuat kota tersebut di sungai, namun saat kotak hanyut Lukman mendengar suara dan mengejarnya. Saat Lukman mengambil kotaknya ternyata perempuan yang sempat muncul di rumah muncul kembali.

c. Babak Penyelesaian (Time code : 01:09:29– 00:22:58)

Lukman pergi meninggalkan hutan bersama wanita sebelumnya dan memperkenalkan diri sebagai Sofnila. Polisi datang mengunjungi Ashima namun ternyata Ashima sudah meninggal. Lukman berada di rumahnya kembali dan mencoba mantranya bersama Sofnila, saat polisi sedang berhenti di jalan tiba-tiba jenazah Ashima berada dalam bagasinya, dibantu Sofnila akhirnya Lukman berhasil dalam membaca mantranya, semua yang menghilang dalam kotak kembali bermunculan. Saat polisi sesampai di rumah Lukman, polisi tidak

(52)

mendapati keberadaan Lukman, ternyata Lukman kabur di tepi jurang kemudian masuk ke dalam kotak dan menghilang. Polisi menghancurkan kotak kayu.

2. Setting Film Abracadabra

Film Abracadabra memiliki 279 setting secara keseluruhan, jumlah setting keselurahan dipisahkan setiap babak. Pada setiap babak terdapat setting utama dan setting pendukung, sehingga dijadikan acuan dalam memilih shot dan tersaji di bawah ini.

a. Babak 1

Terdapat 64 setting pada babak 1 terdapat 3 setting utama didalamnya. 3 setting tersebut, yaitu: panggung pertunjukan, kantor polisi, dan rumah Ashima.

1) Panggung pertunjukan

Gambar 8. Panggung pertunjukan (Time code: 00.06.12)

(53)

Setting panggung pertunjukan memiliki total 8 setting utama dengan setting pendukung, yaitu: 4 setting labirin, dan 3 setting lorong. Tempat Lukman melakukan pertunjukkan sulapnya, dan awal dari mulai menghilangnya anak dalam kotak. Warna yang terdapat dalam setting adalah biru dan merah.

2) Kantor Polisi

Gambar 9. Kantor polisi (Time code: 00.16.48)

Setting kantor polisi memiliki total 45 setting utama pada keseluruhan, setting pada babak 1 terdapat 17 setting. Kantor polisi merupakan lokasi Barnas dan polisi melakukan diskusi, membahas perihal kotak kayu yang menghilangkan Iwan saat pertunjukan sulap. Warna yang terdapat dalam setting adalah pink.

(54)

b. Babak 2

Terdapat 188 setting pada babak 2 dengan 6 setting utama didalamnya. 6 setting tersebut, yaitu: Rumah Ashima, rumah Lukman, bukit batu, hutan, air terjun, dan sungai.

1) Rumah Ashima

Gambar 10. Rumah Ashima (Time code: 00.23.13)

Setting rumah Ashima memiliki total 21 setting dengan setting pendukung, yaitu: 2 stasiun depan rumah Ashima dan 3 setting teras rumah Ashima. Setting rumah Ashima adalah tempat Lukman mendapat cerita tentang kotak kayu peninggalan ayahnya. Warna yang terdapat dalam setting adalah jingga dan putih.

(55)

2) Rumah Lukman

Gambar 11. Rumah Lukman (Time code: 00.38.15)

Setting rumah Lukman memiliki total 68 setting pada babak 2, dengan setting pendamping, yaitu: 2 setting depan rumah Lukman, 1 setting pantai rumah Lukman, 3 setting menara pengawas. Setting rumah Lukman tempat munculnya Sofnila dari kota kayu dan menarik gembira. Warna yang terdapat dalam setting adalah hijau, jingga, orange, cokelat, dan merah.

(56)

3) Bukit Batu

Gambar 12. Bukit batu (Time code: 00.57.41)

Setting bukit batu memiliki total 5 setting. Setting tempat Lukman bertemu dengan penyihir kembar. Warna yang terdapat dalam setting adalah abu-abu, cokelat, dan biru.

(57)

4) Hutan

Gambar 13. Hutan (Time code: 01.03.04)

Setting hutan memiliki total 16 setting. Setting hutan tempat lukman beristirahat atas saran penyihir kembar. Warna yang terdapat dalam setting adalah cokelat dan biru.

(58)

5) Air Terjun

Gambar 14. Air Terjun (Time code: 01.04.04)

Setting air terjun memiliki total 3 setting. Adegan yang terdapat pada setting ini Lukman membuang kotak kayu karena frustasi. Warna yang terdapat dalam setting adalah cokelat dan biru.

(59)

6) Sungai

Gambar 15. Sungai (Time code: 01.04.04)

Setting sungai memiliki total 4 setting dengan setting pendukung yaitu: 1 setting tebing batu dan 1 setting jalan sepanjang sungai. Adegan Lukman dan Sofnila bertemu setelah Sofnila keluar dari kayu yang dilempar Lukman berada pada setting di sungai. Warna yang terdapat dalam setting sungai adalah cokelat dan biru.

c. Babak 3

Terdapat 27 setting pada babak 3 dengan 1 setting utama didalamnya. 1 setting tersebut yaitu pantai.

(60)

1) Pantai

Gambar 16. Pantai (Time code: 01.18.25)

Setting pantai memiliki total 4 setting pada babak 3 dengan setting pendukung yaitu 1 setting laut. Adegan tempat Lukman masuk ke dalam kotak kayu dan menghilang. Warna yang terdapat dalam setting adalah biru, putih, dan coklat.

(61)

BAB III

WARNA PADA FUNGSI SETTING FILM ABRACADABRA

Upaya dalam membangun dramatisasi film dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu memperkuat cerita pada beberapa elemen sebagai penunjang adegannya. Film memiliki keleluasaan melakukan proses mulai dari praproduksi, produksi, hingga pascaproduksi. Film Abracadabra merupakan film genre fantasi yang menampilkan warna yang tak umum pada setiap setting di dalamnya. Warna yang ada dalam setting mendukung adegan menciptakan unsur dramatik tertentu melalui fungsi setting cerita pada film. Hampir semua setting dalam film Abacadabra lebih banyak ditemukan warna yang saling bertabrakan atau tidak ada di dunia nyata. Sebagian kecil warna pada setting tersebut juga ditemukan untuk membangun unsur dramatis. Warna di dalam film Abracadabra digunakan untuk meningkatkan fungsi setting menunjukkan waktu, penunjuk status sosial, pembangun mood, sebagai simbol, dan pendukung aksi pada adegan tersebut.

A. Warna Menunjukkan Waktu

Film Abracadabra menceritakan tentang sebuah kotak peninggalan seorang ayah yang berprofesi sebagai pesulap dan meninggalkanya kepada anaknya. Kotak tersebut membawa kisah masa lalu misteri menghilangnya sang ayah. Film ini memiliki beberapa adegan yang menggunakan latar waktu berbeda,

(62)

untuk memperjelas hubungan kausalitas dari munculnya kotak kayu tersebut, yaitu masa kini dan masa lampau.

Setting yang menunjukkan waktu ada dua, yaitu: kantor polisi dan rumah Ashima. Setting pada kantor polisi memiliki setting pendamping tempat pertunjukan sulap di China dan panggung pertunjukan dengan warna putih, abu- abu dan hitam. Sedang rumah Ashima memiliki setting pendamping rumah Lukman dengan warna putih, abu-abu, dan hitam.

1. Kantor Polisi (Babak Pertama)

Gambar 17. Rangkaian shot cerita antara Barnas dan Komisioner Polisi (Time code: 00.18.50 – 00.19.45)

Setelah tragedi hilangnya Iwan (anak kecil) di dalam kotak pada pertunjukan terakhir Lukman, menjadikan kotak kayu tersebut sebagai barang bukti kasus penculikan. Pada menit 00:18:50, Barnas datang ke kantor polisi, hendak meminjam kotak kayu tersebut, namun sebelum meminjamnya, Barnas bercerita pada polisi kotak tersebut terbuat dari pohon kehidupan. Pada zaman Soekarno, Barnas dan Lukito diutus untuk belajar sulap, karena pada masa itu istana presiden butuh hiburan. Saat Barnas belajar sulap di sirkus China, dia

Gambar

Gambar 3. Film Greed (1924)  (Sumber: Youtube Colour In Storytelling.
Gambar 5. Bagan Alur Pikir Penelitian
Tabel 1. Nama-nama pemain film Abracadabra  (Sumber: https://www.imdb.com/title/tt11187956/fullcredits)
Gambar 8. Panggung pertunjukan  (Time code: 00.06.12)
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai integrasi pasar modal dunia, diantaranya penelitian yang dilakukan Bhamra (2002) menemukan hasil bahwa ketika dua

Pola tersebut sudah baik tetapi pengaplikasian di lapangan oleh pengawas stockpile belum dilakukan dengan baik karena batubara yang pertama di ambil dari batubara yang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas dalam Bab IV, didapatkan hasil bahwa adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan formal berdasarkan

Hal ini dapat dilihat dengan Pemerintah Myanmar yang melakukan berbagai kerjasama dengan negara tetangga seperti Thailand dan Cina sebagai negara yang selama ini menjadi

3) Menganjurkan ibu untuk beristrahat yang cukup yaitu saat bayi tidur ibu juga ikut istirahat. Apabila ibu tidak cukup istirahat maka dapat menyebabkan produksi

merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial kultur, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara

Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel- variabel ini tidak ortogonal (variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen

Dari hasil penelitian membuktikan bahwa algoritma Naive Bayes dapat diterapkan untuk menentukan kelayakan calon kredit sepeda motor di FIF Majalengka dengan