• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI FILM DOKUMENTER SEKOLAH DARING (FILM DOKUMENTER TENTANG KEGIATAN SEKOLAH ONLINE YANG BERLANGSUNG SELAMA MASA PANDEMI) TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PRODUKSI FILM DOKUMENTER SEKOLAH DARING (FILM DOKUMENTER TENTANG KEGIATAN SEKOLAH ONLINE YANG BERLANGSUNG SELAMA MASA PANDEMI) TUGAS AKHIR"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

i

PRODUKSI FILM DOKUMENTER

“SEKOLAH DARING”

(FILM DOKUMENTER TENTANG KEGIATAN SEKOLAH ONLINE YANG BERLANGSUNG SELAMA MASA PANDEMI)

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu syarat untuk Memperoleh gelar sarjana komunikasi

Program studi ilmu komunikasi

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG

2020

(2)

ii DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ...vi

BAB I ... 7

PENDAHULUAN ... 7

1.1 Latar Belakang ... 7

1.2 Fokus Permasalahan ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat ... 11

1.4.1 Aspek Teoritis ... 11

1.4.2 Aspek Praktis ... 12

1.5 Skema Rancangan Proyek ... 13

1.6 Lokasi dan Waktu ... 14

BAB II ... 15

LANDASAN KONSEPTUAL ... 15

2.1 Karya Terdahulu ... 15

2.2 Tinjauan Teori ... 20

(3)

iii

2.2.1 Belajar ... 20

2.2.2 Film ... 21

2.2.2.1 Jenis Film ... 21

2.2.3 Film Dokumenter ... 23

2.2.3.1 Genre Film Dokumenter ... 24

2.2.3.2 Sumber Daya Manusia Dalam Film Dokumenter ... 27

2.2.4 Sinematografi ... 29

2.2.5 Tata Suara ... 35

2.2.6 Tata Cahaya ... 36

2.3 Analisis Karya ... 37

BAB III ... 39

ANALISIS MASALAH DAN URAIAN DATA ... 39

3.1 Deskripsi Karya ... 39

3.2 Subjek dan Objek Karya ... 40

3.2.1 Subjek ... 40

3.2.2 Objek ... 41

3.3 Pengumpulan Data... 41

3.3.1 Observasi ... 41

3.3.2 Wawancara ... 42

3.4 Konsep Perencanaan dan Teknis Produksi ... 42

(4)

iv

3.4.1 Konsep Pra-Produksi ... 42

3.4.2 Konsep Produksi ... 47

3.4.3 Konsep Pasca Produksi ... 49

3.5 Data Khalayak Sarana ... 50

3.6 Media Dstribusi ... 51

(5)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Rancangan Proyek ... 13

(6)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 ... 14 Tabel 2.1 ... 15 Tabel 3.1 ... 45

(7)

7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini populasi manusia terancam dengan adanya wabah penyakit yang digolongkan berbahaya. Hampir seluruh negara di dunia sangat waspada dengan adanya virus berbahaya ini, virus ini disebut sebagai Corona Virus Disease (COVID-19). Dimana Worl Health Organization (WHO) sudah menyatakan bahwa COVID-19 merupakan pandemi dunia. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sudah memperingatkan kepada dunia bahwa 265 juta orang dari penduduk dunia dapat terancam kelaparan pada akhir tahun 2020 akibat dari pandemi COVID-19.

Pandemi ini sangat bedampak besar untuk seluruh aspek, seperti ekonomi, politik serta pendidikan. Pernyataan ini diakui oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) bahwa seluruh kegiatan pendidikan ditutup sementara guna memperlambat rantai penyebaran COVID- 19. UNESCO bekerja sama dengan kementrian pendidikan di negara-negara yang terkena dampak dari virus ini dan memastikan pembelajaran dilakukan melalui saluran alternatif.

Berbagai kebijakan telah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia guna menghambat penyebaran rantai virus COVID-19.

Pemerintah menghimbau masyarakat untuk bekerja, belajar serta beribadah didalam rumah masing – masing selama masa pandemi ini berlangsung. Pemerintah membuat seuatu kebijakan agar masyarakat di Indonesia tetap mendapatkan hak belajar, khususnya peserta didik.

Menurut Arrmanatha Nasir, lebih dari 165 negara ditutup dan akan berdampak pada akses pendidikan bagi 1,5 miliar pelajar diseluruh dunia.

(8)

8

Pendidikan merupakan proses yang tanpa ada akhir (education is the proses without end), dan pendidikan merupakan sebuah proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental baik menyangkut daya pikir, daya intelektual maupun emosional perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya (John Dewey, 1958). Proses kegiatan belajar dan mengajar saat ini sudah menggunakan sistem online atau belajar dari rumah, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan tingkat perguruan tinggi. Sistem sekolah online itu sendiri mengandalkan platform media tatap muka online (video call), dan aplikasi berbasis teleconference. Teleconference atau telekonferensi merupakan pertemuan berbasis elektronik secara langsung diantara dua atau lebih partisipan manusia yang dihubungkan melalui sistem telekmunikasi melalui saluran telepon. Dengan cara ini guru dan peserta didik tetap bisa bertatap muka secara langsung dan berkomunikasi dua arah dalam waktu yang bersamaan. Hanya saja yang membedakan sistem ini guru dan peserta didik tidak berada dalam satu ruangan yang sama.

Ada aspek lain yang beriringan dengan sistem pendidikan, yaitu perekonomian masyarakat yang dapat dibilang berubah sangat drastis. Pandemi COVID-19 membuat pemerintah mengambil langkah tegas, dimana langkah tersebut membuat perekonomian di Indonesia menjadi tidak stabil. Pembatasan aktifitas bisnis yang kemudian berdampak bagi perekonomian di Indonesia, membuat pelaku usaha atau bisnis melakukan efisiensi untuk menghindari kerugian. Banyak karyawan yang di rumahkan, dan bahkan banyak karyawan yang Putus Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaannya.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) di bulan Agustus pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada kuartal II 2020 minus 5,32%. Yang sebelumnya pada kuartal I pertumbuhan ekonomi di Indonesia hanya 2,97%.

(9)

9

Kebijakan pemerintah dalam menanggulangi pendidikan pada saat pandemi ini, menimbulkan pro dan kontra serta menjadi kesenjangan sosial di dalam masyarakat. Terutama untuk masyarakat yang kelas sosialnya menengah kebawah. Dikarenakan sekolah daring atau sekolah dari rumah memelukan biaya yang tidak sedikit.

Kegiatan sekolah daring memerlukan device atau alat bantu yang canggih seperti smartphone, laptop serta jaringan internet. Sesuai dengan namanya sekolah dalam jaringan (daring) memerlukan jaringan internet untuk menghubungkan antara guru dan muridnya.

Tidak sedikit kalangan masyarakat yang sulit untuk mendapatkan akses jaringan internet, seperti masalah pada biaya dan sulitnya mendapatkan sinyal yang nantinya akan berpengaruh pada video yang akan dihasilkan, karena letak geografis dan sebagainya. Serta ada faktor lainnya yang mempengaruhi efektivitas KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) seperti halnya mikrofon yang mendukung jelas atau tidaknya suara pengajar. Jika suara yang di hasilkan oleh pengajar tidak tersampaikan dengan baik, maka pelajaran yang telah disampaikan oleh pengajar akan sia – sia dan siswa akan bertanya dua kali melalui platform lain.

Berdasarkan obeservasi yang telah penulis lakukan pada bulan Juli 2020, terhadap beberapa siswa yang sedang melakukan sekolah online mengaku memiliki berbagai kendala seperti, sulitnya berinteraksi dengan guru, banyaknya tugas yang diberikan tanpa adanya penjelasan terlebih dahulu, banyaknya fasilitas yang harus di siapkan, tidak mengerti apa yang dipelajari, merasa jenuh belajar didalam rumah karena tidak dapat bermain dengan teman – temannya. Perilaku yang mempengaruhi para siswa dan siswi biasanya didapat pada saat pembelajaran berlangsung di sekolah.

Peran guru yang sangat dibutuhkan saat siswa dan sisiwi ada di sekolah, dimana guru menurut tradisi jawa merupakan akronim dari

‘digugu dan ditiru’ yang artinya guru itu sebagai orang yang

(10)

10

dipercaya dan diikuti. Dalam hal ini membuat para pengajar kebingungan untuk menyampaikan materi pelajaran kepada para siswa, memerlukan adaptasi lagi untuk dapat berkomunikasi dengan siswa.

Banyaknya pengajar yang kurang handal dalam menggunakan teknologi berbasis teleconference yang akhirnya menjadi kendala dalam proses pembelajaran itu sendiri. Untuk mengoperasikan platform teleconference atau video tatap muka terdapat langkah – langkah yang harus di lakukan sebelum dimulainya pembelajaran online berlangsung, seperti membuat room host atau tuan rumah dari platform teleconference tersebut. Sebagai room host pengajar harus menyebarkan link room tersebut kepada para murid agar dapat bergabung kedalam room. Hal tersebut yang membuat kendala di kalangan para pengajar di dalam kegiatan pembelajaran online, serta memakan cukup banyak waktu untuk mengoperasikannya platform teleconference tersebut. Sehingga menyebabkan tidak efektifnya pembeajaran online yang dilakukan.

Penulis menilai, fenomena sekolah daring di masa pandemi COVID-19 ini menarik untuk diangkat menjadi film dokumenter.

Karena penulis melihat, banyaknya keresahan yang muncul dari berbagai kalangan seperti pengajar, murid, serta orangtua murid itu sendiri yang merasa kesulitan menghadapi sekolah daring ini. Oleh sebab itu, penulis berharap dengan adanya karya akhir film dokumenter ini dapat menjadi sebuah perantara pesan, dari masyarakat kepada pemerintah untuk memperbaiki masalah efektivitas pembelajaran online tersebut.

(11)

11 1.2 Fokus Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, karya film dokumenter yang akan di produksi oleh penulis dengan judul “Sekolah Daring”

berfokus pada beberapa permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana pandemi COVID-19 mengubah Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menjadi online?

2. Bagaimana cara pengajar serta siswa beradaptasi dengan sistem pembelajaran online ini?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus permasalahan yang telah disebutkan diatas, maka tujuan dari karya tugas akhir ini yaitu:

1. Untuk memberikan gambaran terhadap sistem Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara online ini, agar lebih efektif untuk siswa dan siswi.

2. Agar orangtua murid lebih memperhatikan serta membimbing anaknya selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung.

1.4 Manfaat

1.4.1 Aspek Teoritis

Karya akhir ini diharapkan dapat dijadikan kajian karya tugas akhir selanjutnya khususnya dalam pembuatan film dokumenter.

(12)

12 1.4.2 Aspek Praktis

1. Dapat dijadikan referensi dalam pembuatan film dokumenter berdasarkan keresahan di lingkungan sekitar.

2. Memberikan pandangan yang baru bagi masyarakat dalam menghadapi pendidikan dimasa pandemi ini.

3. Memberikan informasi bagaimana pentingnya pendidikan bagi anak.

(13)

13 1.5 Skema Rancangan Proyek

Gambar 1.1 Skema Rancangan Proyek

Sumber: Olahan Penulis Kendala yang dihadapi saat kegiatan belajar mengajar seccara online di masa pandemi COVID-19

Pembuatan Film Dokumenter dengan mengangkat Fenomena sekolah online yang dinilai kurang efektif

Pra-Produksi

(Melakukan Pra Riset, menentukan tema atau topik masalah, mengembangkan

ide, dan membuat naskah film)

Produksi

(Proses pengambilan gambar serta audio, sebagai final outline)

Pasca Produksi

• Offline editing

• Online editing

• Music scoring

Film Dokumenter “Sekolah Daring”

(14)

14 1.6 Lokasi dan Waktu

Lokasi produksi film dokumenter “Sekolah Daring” ini berlokasi di Jakarta Selatan dan Cinere, Kota Depok. Untuk pelaksanaan karya akhir film dokumenter ini diperkirakan dari bulan Agustus 2020 hingga Desember 2020. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut dikarenakan domisili penulis serta narasumber berada di daerah tersebut. Berikut table perkiraan waktu:

Tabel 1.1

Perencanaan Waktu Pekerjaan Film Dokumenter “Sekolah Daring”

No. Kegiatan Juli Agustus September Oktober November Desember

1. Riset

2. Penyusunan

proposal

3. Seminar

Proposal

4. Produksi

5. Pasca

Produksi

6. Analisis

7. Sidang Karya

Akhir

Sumber: Olahan Penulis

(15)

15 BAB II

LANDASAN KONSEPTUAL 2.1 Karya Terdahulu

Pada analisis karya terdahulu ini, penulis akan menjabarkan enam karya terdahulu yang didalamnya berisi kemiripan serta berhubungan dengan karya tugas akhir yang akan dibuat oleh penulis. Dimana karya terdahulu ini akan dijadikan sebuah referensi serta informasi bagi pembuatan film documenter “Sekolah Daring”.

Dalam analisis ini penulis akan memnganalisa dan membandingkan dari berbagai macam aspek seperti, tema, judul, format, persamaan serta perbedaan dengan punya penulis. Berikut daftar karya terdahulu yang akan dianalisa oleh penulis:

Tabel 2.1 Karya Terdahulu

Karya Terdahulu I

Judul Sekolah Di Rumah

Tema Dokumenter Perbandingan dan Kontradiksi

Format Film Dokumenter Pendek

Sinopsis Film ini menceritakan bagaimana sistem pendidikan di Indonesia mengalami perubahan yang disebabkan oleh situasi pandemi yang melanda dunia. Guru dan siswa dihadapkan dengan situasi belajar yang baru dengan cara belajar online. Baik guru maupun siswa harus beradaptasi dengan cara belajar yang baru seperti ini yang menimbulkan maslah baru didalam sektor pendidikan itu sendiri.

Persamaan Persamaan dari film dokumenter ini dengan film yang ingin penulis garap yaitu, mengangkat permasalahan pembelajaran online yang terjadi pada masa pandemi

(16)

16 COVID-19.

Perbedaan Perbedaan dengan film yang penulis garap yaitu pada permasalahan yang dibahas, film ini menceritakan bagaimana adaptasi pembelajarannya. Sedangkan film penulis lebih fokus kepada efektifitas pembelajaran online tersebut.

Karya Terdahulu II

Judul Paguruan 4.0

Tema Dokumenter Perbandingan dan Kontradiksi

Format Film Dokumenter Pendek

Sinopsis Film ini bercerita soal perjuangan para guru senior di Kabupaten Tabalong, beradaptasi dengan modernisasi serta teknologi di sektor pendidikan. Dimana

pemerintah menerapkan sistem yang menngandalkan teknologi berbasis digital didalamnya. Para guru senior ini dituntut untuk menguasai TIK agar dapat

melaksanakan kurikulim pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah.

Persamaan Persamaan dari film dokumenter ini dengan film yang ingin penulis garap yaitu, membahas mengenai

perjuangan seorang guru dalam beradaptasi dalam teknologi terkini demi terciptanya kurikulim pendidikan yang sudah dilaksanakan.

Perbedaan Perbedaan dengan film yang penulis garap yaitu pada permasalahan yang dibahas, dimana film ini bercerita dari sudut pandang guru yang berjuang untuk dapat menguasai TIK.

(17)

17

Karya Terdahulu III

Judul Why These Kids Love School

Tema Biografi

Format Film Dokumenter Pendek

Sinopsis Sebuah film dokumenter berkisah tentang sekolah yang didalamnya penuh dengan kasih sayang dan cinta.

Sekolah ini mendidik dan mengasuh 70 orang siswa yang memiliki kebutuhan khusus. Dimana pengajar didalamnya memiliki cara sendiri untuk mendidik mereka. Sekolah ini bernama Abdi Kasih.

Persamaan Persamaan dari film dokumenter ini dengan film yang ingin penulis garap yaitu, membahas mengenai cara seorang guru dalam menghadapi dan mendidik siswanya dengan cara yang berbeda.

Perbedaan Perbedaan dengan film yang penulis garap yaitu pada objek yang dibahas. Pada film dokumenter ini memahas mengenai siswa yang memiliki kebutuhan khusus serta pengajar didalamnya untuk membimbing mereka dengan penuh kasih saying.

Karya Terdahulu IV

Judul Window Of Dreams

Tema Biografi

Format Film Dokumenter Pendek

Sinopsis Seorang ayah asal India pindah ke singapura demi mewujudkan mimpinya memberikan pendidikan yang berkualitas baik untuk anaknya. Serta memiliki kehidupan yang jauh lebih baik di singapura.

Persamaan Persamaan dari film dokumenter ini bagaimana

(18)

18

perjuangan seorang anak yang ingin mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas baik diluar negri.

Namun, untuk mendapatkan pendidikan di luar negri banyak kendala yang dihadapi.

Perbedaan Perbedaan dengan film yang penulis garap yaitu pada permasalahan yang dibahas, film ini membahas mengenai perjuangan siswa yang mencari sekolah dengan kualitas yang baik, sedangkan penulis fokus terhadap cara belajar.

Karya Terdahulu V

Judul Standing On Strangers Shoulders

Tema Biografi

Format Film Dokumenter Pendek

Sinopsis Sekelompok organisasi bernama Akaraka membuat program untuk membantu anak – anak yang kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Dengan cara memberikan bantuan berupa beasiswa, hibah, dan bimbingan terhadap mereka yang memiliki cita-cita yang tinggi namun terhalang oleh biaya.

Persamaan Persamaan dari film dokumenter ini adalah bagaimana objek dari film ini bekerja keras dan berusaha semampu mereka demi menggapai cita-cita mereka walau

memiliki kendala ekonomi.

Perbedaan Perbedaan dengan film yang penulis garap terdapat pada masalah yang diambil. Film ini hanya bercerita satu sudut pandang yaitu dari siswanya saja.

(19)

19

Karya Terdahulu VI

Judul Belajar Di Rumah Aja

Tema Biografi

Format Film Dokumenter Pendek

Sinopsis Seorang ibu rumah tangga sekaligus musisi mendapat inspirasi untuk membuat lagu bertemakan beajar dirumah. Inspirasi ini didapat dari anaknya yang berkeluh kesah tentang sekolah online yang

membosankan. Bunga akhirnya menciptakan lagu untuk memotivasi anak-anak serta guru untuk terus mengajar selama masa pandemi ini.

Persamaan Persamaan dari film dokumenter ini sama sama menggambarkan fenomena cara belajar dirumah pada saat masa pandemi dengan berbagai keluh kesah dari siswa serta guru.

Perbedaan Perbedaan dengan film yang penulis garap yaitu pada film ini mencari inspirasi untuk memotivasi semangat belajar melalui lagu yang diciptakan oleh Bunga. Tidak menceritakan kendala apa saja yang di rasakan oleh siswa dan pengajar.

(20)

20 2.2 Tinjauan Teori

2.2.1 Belajar

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu secara sadar untuk melakukan perubahan yang diperlihatkan dalam bentuk kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti, dari tidak tahu menjadi tahu, tidak dapat beriskap menjadi bersikap benar, dan dari tidak terampil menjadi terampil dengan menerapkan nilai – nilai yang ada di masyarakat, kebudayaan serta agama. Kegiatan belajar dan mengajar merupakan dua sisi yang berbeda dimana masing – masing memiliki perannya sendiri. Dimana murid atau peserta didik harus mendapatkan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan setiap individu.

“Bimbingan merupakan ssuatu proses membantu individu untuk menemukan serta mengembangkan kemampuanya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan social” (Moh. Surya, 1981:25). Oleh karena itu belajar sangat erat kaitannya dengan bimbingan, dengan bimbingan tujuan pembelajaran tidak melenceng dan akan tetap pada tujuan awalnya. Dengan adanya bimbingan belajar dapat membentuk karakter individu tersebut.

(21)

21 2.2.2 Film

Film merupakan sebuah kumpulan gambar bergerak yang akan menjadi sebuah satu kesatuan membuat sebuah alur cerita didalamnya. Film itu sendiri memiliki nilai – nilai seni yang terdapat didalamnya, dikarenakan film tercipta sebagai sebuah karya yang tercipta dari sekumpulan orang yang memiliki keahlian serta kreatifitas dibidang film itu sendiri.

Menurut Effendy yang terdapat dalam bukunya ”Kamus Komunikasi (Effendy, 1989) media yang bersifat visual dan audio yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada sekelompok orang dalam suatu tempat Sedangkan pengertian film menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negative (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif ( yang akan dimainkan dalam bioskop).

Film merupakan salah satu media komunikasi massa dimana kapasitas untuk memuat pesan secara serempak dan mempunyai sasaran yang sangat beragam. Karena didalam film itu sendiri terdapat pesan yang terkandung baik dalam cerita itu sendiri atau pun simbol yang ada didalam film itu sendiri.

2.2.2.1 Jenis Film

Industri film terus maju dan berkembang dengan baik dalam hal teknologi maupun kreatifitas pembuatnya.

Karena dengan perkembangan yang terjadi maka semakin beragam jenis film yang di produksi sesuai kebutuhannya.

Berikut contoh film yang sudah digolongkan berdasarkan jenis – jenisnya:

(22)

22 1. Film Teatrikal

Film teatrikal merupakan sebuah film yang memiliki unsur drama dramatis dan memiliki unsur yang kuat terhadap emosi penonton dengan cara eksplorasi konflik dari dalam sebuah cerita. Konflik yang terjadi biasanya melalui berbagai cara seperti, manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan lingkungan serta manusia dengan manusia lainnya.

Film tatrkal dapat dibagi menjadi beberapa jenis:

a. Film Aksi

Memberikan suatu konflik yang didalamnya dengan cara menggunakan kekuatan fisik dalam sebuah konflik yang ada seperti, adegan pertarungan secara fisik dan peperangan yang dibuat sedemikian nyata.

b. Film Komedi

Dimana sebuah film menceritakan sebuah cerita ringan yang penuh dengan kelucuan. Kelucuan yang dibuat biasanya menggunakan situasi yang ada agar untuk memunculkan kelucuan itu sendiri, dengan

(23)

23

cara peristiwa fisik serta dengan adanya interpresentasi referensi intelektuan.

c. Film Spikodrama

Film ini membuat konflik yang dapat dilihat dari berbagai film drama yang disajikan dengan cara membangun kekurangan atau kekacauan dari karakter manusia, konflik yang disajikan berasal dari kejiwaan, takhayul, dan penyimpangan mental seseorang.

d. Film Musik

Film yang menggunakan inti cerita yang bersifat musikal, dimana music yang dimaksud tidak hanya sebatas menjadi selingan melainkan menjadi faktor yang sangat penting didalam film music ini.

2.2.3 Film Dokumenter

Film dokumenter merupakan sebuah film yang mendokumentasikan atau mempresentasikan kenyataan (Ayawaila, 2008). Film dokumenter itu sendiri selalu berusaha untuk mengangkat sebuah realitas yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat dan dikemas dalam berupa film yang mudah untuk dipahami. Berbeda dengan film fiksi, film dokumenter

(24)

24

tidak memiliki sebuah plot tetapi memiliki struktur yang pada umumnya didasarkan oleh argument dari pembuatnya. Film dokumenter dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan seperti: informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial, politik (propaganda), ekonomi dan lain sebagainya (Pratista, 2008:4)

Film dokumenter dapat digunakan sebagai media untuk menyampaikan informasi atau pesan kepada khalayak. Dimana film ini dikemas menjadi sebuah film yang ringan dan mudah dimengerti oleh khalayak banyak dan dapat memahami apa yang terjadi disekitar mereka.

2.2.3.1 Genre Film Dokumenter

Mencuplik dari buku yang berjudul Dokumenter:

Dari Ide Sampai Produksi yang ditulis oleh Gerzon R.

Ayawaila membagi genre film dokumenter menjadi dua belas jenis yaitu:

1. Sejarah

Genre sejarah menjadi salah satu yang sangat kental aspek referential meaning (makna yang sangat bergantung pada referensi peristiwa) sebab keakuratan data sangat dijaga dan hampir tidak boleh ada yang salah, baik dari segi pemaparan datanya maupun penafsirannya. Hal penting yang terdapat didalam film dokumenter sejarah yaitu: periode (waktu peristiwa sejarah), tempat dan pelaku sejarah.

(25)

25 2. Laporan Perjalanan

Genre film ini menjelaskan tentang perjalanan antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi.

Dalam perkembanganya film dokumenter ini bisa membahas banyak hal dari yang paling penting hingga yang tidak terlalu penting, sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Jenis film dokumenter ini digunakan untuk travel film, travel documentary, adventure films, dan road movie.

3. Biografi

Film dokumenter ini mengangkat tentang perjalanan hidup seseorang atau pengalaman seseorang sebagai objek yang dianggap menarik atau unik. Biasanya film ini mengandung aspek human interest.

4. Nostalgia

Film jenis ini biasanya banyak yang mengutamakan kilas balik atau napak tilas dari kejadian seseorang atau suatu kelompok.

5. Perbandingan dan Kontradiksi

Dokumenter ini mengemas alur cerita kedalam sebuah bentuk dan tema yang beragam. Mengetengahkan unsur perbandingan umumnya dari film ini seperti situasi atau kondisi dan dari objek yang memiliki subjek yang berbeda.

6. Rekontstruksi

Film dokumenter ini biasanya memberikan gambaran ulang terhadap suatu peristiwa yang sudah terjadi secara utuh. Biasanya peristiwa yang berupa peristiwa kriminal, bencana, dan lain sebagainya.

(26)

26 7. Investigasi

Jenis dokumentir ini bisa disebut juga sebagai investigasi jurnalistik, dikarenakan metode yang digunakan memiliki persamaan dengan jurnalistik.

Dalam film ini terdapat unsur dramatik dan ketegangan yang bertujuan agar dokumenter ini bisa dikemas menjadi lebih menarik serta bertujuan untuk mencari sebuah fakta yang tersembunyi.

8. Ilmu Pengetahuan

Film dokumenter ini dibuat untuk keperluan pendidikan formal atau nonformal. Dimana film ini berisi sebuah penyampaian berupa informasi yang berlandaskan teori sistem berdasarkan ilmu tertentu.

Film ini ditujukan untuk masyarakat luas yang biasa disebut film instruksional.

9. Buku Harian

Tipe dokumenter ini menggabungkan laporan perjalanan dengan nostalgia, menggunakan naarasi serta sudut pandang yang subjektif. Dimana film ini bercerita mengenai perjalanan hidup seseorang yang akan diceritakan kesemua orang.

10. Dokudrama

Dokumenter drama ini sebuah film dokumenter yang merekonstruksi sebuah peristiwa yang sebelumnya diatur dan dibuat perencanaan yang detail. Hampir keseluruhan yang ada pada film ini di rekontstruksi menjadi kemasan yang baru.

11. Association Picture Story

Jenis film dokumenter ini dipengaruhi oleh film eksperimental. Film ini menggunakan potongan gambar yang tidak berhubungan sama sekali. Namun,

(27)

27

ketika disatukan saat proses editing, maka makna yang muncul dapat ditangkap dan dicerna dengan baik oleh penonton.

2.2.3.2 Sumber Daya Manusia Dalam Film Dokumenter Dalam setiap pembuatan film ada setidaknya beberapa orang yang terlibat, baik film fiksi atau non fiksi.

Didalam pembuatan film dokumenter itu sendiri berbeda dengan film pada umumnya. Film dokumenter dapat dilakukan oleh dua sampai lima orang dalam proses pembuatannya. Berikut beberapa peran yang penting didalm pembuatan film dokumenter:

1. Produser

Produser adalah seseorang atau beberapa orang yang bertugas mengelola segala hal yang berhubungan dengan pembuatan film atau video. Produser akan menyiapkan semua kebutuhan seperti pemilihan crew, pembuatan timeline produksi, penentuan tempat, penentuan narasumber dan menentukan bagaimana film ini akan dikemas. Produser akan terus memantau saat jalanya produksi seuai dengan apa yang sudah direncanakan dan diharapkan produser itu sendiri.

2. Sutradara

Sutradara adalah orang yang bertugas mengontrol dan mengarahkan sebuah film sesuai dengan scenario.

Pada saat produksi sutradaralah yang memiliki kendali pada saat produksi film berlangsung, harus bisa mengatur crew serta memberikan motivasi kepada mereka agar proses produksi berjalan dengan baik.

Sutradara bertanggung jawab atas aspek – aspek kreatif pembuatan film, baik interpretatf maupun teknis.

(28)

28 3. Kameramen

Kameramen memiliki tugas yang sangat penting didalam proses produksi film, yaitu melakukan pengambilan gambar dan mengambil shoot list yang sudah diberikan oleh sutradara. Kameramen harus mengetahui teknik pengambilan gambar dan sinematografi yang baik. Selain itu teknik pencahayaan juga harus dikuasai oleh kameramen agar kebutuhan cahaya pada saat produksi terpenuhi.

4. Soundman

Soundman berperan untuk mengambil atau merekam suara yang ada saat produksi, seperti dialog, volley, dan ambience. Saat merekam audio biasanya menggunakan Alat atau device khusus untuk merekam suara agar kualitas suara yang dihasilkan maksimal.

5. Tim Riset

Tim riset melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan melalui hasil survey dan observasi di lapangan sebelum proses produksi berlangsung. Hal ini sangat penting untuk dilakukan agar pembuat film memiliki informasi yang cukup untuk topik yang akan dibahas.

(29)

29 2.2.4 Sinematografi

Sinematografi merupakan dari bahasa inggris Cinematography berasal dari bahasa latin Yunani kinema atau gambar. Kinema dapat diartikan sebagai gerakan dan graphoo itu sendiri diartikan sebagai menulis. Sinematografi bisa diartikan menulis dan gambar yang bergerak. (Nugroho, 2014)

Dalam buku The Five C’s of Cinematography yang sudah ditulis oleh Mascelli, (2010) yang didalamnya terdapat enam elemen penting mengenai sinemtografi, yaitu Camera angle, Continuity, Cutting, Close-Ups dan Composition.

a. Camera Angle

Camera angle itu sendiri merupakan sebuah sudut pandang dari penonton. Pesan didalam film akan dapat tersampaikan dengan tepat apabila posisi sudut pandang dari kamera yang tepat. Oleh karena itu pengambilan sudut gambar merupakan hal yang paling penting untuk mengahasilkan gambar yang menarik (Mascelli, 2010:11).

Film terdiri dari beberapa shoot, dalam setiap shoot membutuhkan pengembalian kamera dengan posisi kamera (camera angle) yang tepat. Posisi dari suatu sudut pandang pengambilan gambaran merupak kunci utama dalam pembuatan cerita yang nantinya akan saling berhubngan (Mascelli, 1965:11). Terdapat tiga faktor yang menentukan angle kamera yaitu:

1) Subject Size

Ukuran subjek sangat berkaitan dengan frame serta jenis shot yang digunakan. Suatu frame dapat ditentukan berdasarkan jarak dari suatu objek dengan kamera dan focal length lensa yang digunakan Semakin panjang lensa yang digunakan, akan semakin dekat objek yang ingin kita lihat.

(30)

30 a) Close Up

Close Up merupakan salah satu teknik pengambilan gambar dari mulai pundak sampai ke kepala pemain. Tujuan nya untuk mengambil gambar secara detail dari objek tersebut.

b) Medium shoot

Pengambilan gambar ini biasanya sering digunakan karena cakupan yang cukup luas namun masih cukup jelas untuk menangkap gesture, ekspresi wajah serta gerakan yang dikeluarkan oleh pemain.

c) Long Shoot

Long shoot merupakan pengambilan gambar dengan mencakup hampir keseluruhan objek pada suatu adegan. Pengambilan gambar ini bertujuan untuk mendapatkan gambar objek serta latar belakang dari objek tersebut.

d) Extreme Long Shoot

Teknik pengambilan ini merupakan shoot dengan posisi kamera yang sangat jauh dari objek untuk memperlihatkan keadaan sekitar secara keseluruhan dan pandangan yang luas.

Pengambilan gambar seperti ini memberikan kesan kepada penonton dengan ruang lingup yang luas dari adegan serta setting.

e) Two Shoot

Shoot ini merupakan pengambilan gambar yang

bervariasi dari sudut medium shoot dan long shoot. Tujuan dari pengambilangambar seperti

ini sendiri untuk mendapatkan gambar kedua

(31)

31

pemain yang sedang berdialog satu dengan yang lainnya.

f) Insert

Insert pada umumnya difilmkan dengan menumpuk frame yang sama dan menyisihkan background nya. Insert bertujuan untuk memperjelas cerita melalui benda yang ada pada objek yang digunakan.

2) Subject Angle

Subject Angle bertujuan untuk menekan depth terhadap objek dari dunia tiga dimensi menjadi dua dimensi dalam proses perekaman film. Cara untuk mendapatkan depth itu sendiri terbagi dalam beberapa cara seperti, pencahayaan, kamera dan pergerakan.

Pemilihan posisi kamera / angle kamera yang pas akan sangat berpengaruh dan berperan penting untuk memberikan ilus depth pada objek tersebut.

3) Camera Height

Camera Height atau tinggi kamera sama pentingnya dengan jarak kamera serta subject angle.

Hal ini diperlukan untuk menentukan sudut pengambilan gambar dan menentukan posisi letak kameradalam objek yang akan di shoot. Ketinggian kamera yang sesuai dapat menambah segi dramatik, artistic, dan psikologi. Berikut lima jenis teknik ketinggian kamera:

a) Eye Level Angle

(32)

32

Pengambilan sudut gambar sejajar dengan mata objek agar terlihat lebih jelas. Tidak memiliki makna dramatik melainkan hanya mengambil gambar sejajar dengan objek

b) Low Angle

Posisi kamera berada dibawah objek dengan lensa menghadap keatas untuk menangkap gambar bagian atas objek. Pengambilan gambar dengan angle seperti ini biasanya ingin memberikan kesan kuat, dinamis dan dominan.

c) High Angle

Pengambilan gambar dengan menempatkan kamera berada lebih tinggi diatas objek dengan posisi lensa yang mengahadap kebawah. Shoot hight angle ini bertujuan untuk memberikan kesan estetika, teknik dan psikologi.

b. Continuity

Dalam sebuah film harus memementingkan segi continuity, dimana film itu tersusun dari urutan gambar yang berkesinambungan dan mengalir denagn alur cerita yang ada. Hal ini bertujuan agar sequence yang ada pada film menjadi satu rangkaian yang utuh dan saling berkaitan. Menurut Mascelli (1965:68-74) continuity dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Time Continuity

Time continuity dapat dibagi menjadi empat bagian diantaranya seperti present (sekarang), past (masa lalu), future (masa depan) dan conditional (kondisi waktu). Film ini menyajikan sebuah peristiwa yang sedang berlangsung.

2) Space Continuity

(33)

33

Merupakan sebuah peristiwa bergerak dari suatu tempat ketempat lainnya yang memerlukan space continuity. Tujuannya agar continuity lebih berkesinambungan dan pergerakannya harus diperhatikan.

c. Cutting

Cutting dilakukan pada saat paska produksi yaitu pada saat editing. Pada proses editing cutting ini mengambil potongan – potongan gambar pada saat produksi serta memilah bagian yang akan digunakan pada saat editing. Dalam proses cutting akan menghasilkan adegan yang akan digabungkan untuk menjadi sebuah film awal sampai dengan akhir. Menurut Mascelli (1965:149-154) tipe cuttingdapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Continuity Cutting

Cutting ini membuat alur cerita menjadi berkesinambungan dengan menyesuaikan dari satu shoot ke shoot lainnya sehingga menjadi satu buah adegan yang utuh.

2. Compilation Cutting

Cutting ini biasanya sering digunakan pada film dokumenter dan berita, dimana alur cerita dengan narasi akan menjadi suatu ilustrasi sehingga penonton dapat memahami alur cerita dari film tersebut.

3. Continuity and Compilation Cutting

Merupakan sebuah perpaduan antara compilation cutting dengan continuity cutting.

(34)

34 d. Close-Up

Close up merupakan suatu pengambilan gambar dengan cara memfokuskan suatu objek agar mendapatkan hasil yang lebih jelas. Pesan dramatik pada suatu momen didalam film dapat diciptakan dengan menggunakan teknik close up yang diambil secara teliti dan akurat.

Close up merupakan salah satu bagian yang penting untuk seorang pembuat film menyampaikan pesan. Menurut Mascelli (1965:177 - 182) close up dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu:

1) Cut-In Close-Ups

Penambilan gambar dengan close Up ini merupakan bagian utama dari adegan yang.

Tujuan dari pengambilan cut-in close-up ini untuk menciptakan keselarasan dari adegan sebelumnya, lalu dilanjutkan dengan shoot yang pengambilan gambarnya lebih dekat dari objek.

2) Cut-AwayClose-Ups

Pengambilannya tidak sesuai dengan adegan sebelumnya namun kejadian kedua yang terjadi di lokasi yang berbeda, dimana dengan menggunakan cut-away close-up dapat digunakan untuk memperlihatkan respon dari pemain yang berada diluar area shoot, membantu penonton untuk memahami suatu cerita, serta mengganti adegan yang mungkin kurang pantas untuk di perlihatkan kepada penonton.

e. Composition

(35)

35

Composition merupakan bagian yang penting dalam pembuatan film maupun video. Dalam hal ini composition memiliki beberapa elemen dari suatu kesatuan untuk memberikan kenyamanan untuk dilihat dalam suatu frame. Composition sangat berkaitan dengan selera artistik, pengalaman, latar belakang serta kesadaran dari seorang kameramen. Komposisi yang baik pada film adalah pengaturan suatu gambar yang menggambarkan suatu kesatuan yang harmonis dan cocok secara keseluruhan.

2.2.5 Tata Suara

Suara memiliki peranan yang penting dalam suatu film, karena film mengandung unsur audio visual. Dimana terdapat perpaduan antara gambar dan suara dalam suatu film agar tidak membosankan. Tujuan dari pengguanaan tata suara pada film itu sendiri adalah untuk membangun suasana serta mood yang ingin diperlihatkan kepda penonton. Untuk mendaptkan kualitas audio yang baik perlu menggunakan alat yang berkualitas baik juga, seperti penggunaan mikrofon yang sesuai dengan kebutuhan.

Menurut Nugroho (2014:152) sebuah film baik itu fiksi maupun documenter sangat diperlukan audio untuk memperkuat suasana yang ingin didapatkan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat mempersiapkan mikrofon:

a. Mikrofon yang akan digunakan harus dekat dengan sumber suara serta memperhatikan arah mikrofon itu agar suara yang dicakup lebih jernih dan jelas.

(36)

36

b. Memperhatikan pemasangan mikrofon pada saat proses merekam, untuk meminimalisir suara yang tidak diperlukan atau noise.

c. Memperhatikan ruangan sekitar apakah kemungkinan menyebeabkan adanya gema suara atau tidak.

d. Menggunakan mikrofon unidirectional jika melakukan perekaman suara di ruangan outdoor, tujuannya agar merekam tertuju pada satu arah sumber suara dan meminimalisir suara – suara yang tidak penting ikut terekam.

2.2.6 Tata Cahaya

Pengaturan cahaya pada saat pembuatan film merupakan hal yang penting, untuk memberikan pencahayaan yang baik pada objek agar gambar yang direkam tidak kekurangan cahaya dan memiliki kualitas gambar yang baik. Menurut Nugroho (2014:142) tujuan dari penataan cahaya yang baik untuk pertelevisian yaitu untuk mendapatkan hasil yang menarik dari kebutuhan narasi dan rencana produksi itu sendiri. Terdapat tiga unsur dalam penataan cahaya:

a. Key Light

Key Light merupakan pencahayaan utama dimana cahaya ini diarahkan kepada objek secara keseluruhan.

Penataan cahaya ini biasanya diletakkan pada angle secara vertical 30 derajat.

b. Back Light

Teknik back light menempatkan posisi sumber cahaya dibelakang objek dengan posisi angle 45 derajat.

Tujuan dari back light itu sendiri untuk memberikan efek dimensi agar background dengan objek tidak terlihat seperti menjadi satu. Intensitas cahaya pada back light

(37)

37

tidak terlalu dominan atau sedikit kurang terang dibandingkan dengan keylight.

c. Fill light

Fill light merupakan pencahayaan tambahan yang tujuannya itu sendiri untuk mengurangi bayangan yang muncul. Penempatan fill light akan bersebrangan dengan posisi cahaya key light.

2.3 Analisis Karya

Pada analisis karya tugas akhir ini penulis akan menggunakan analisis SWOT (strength, weakness, opportunity dan treat).

Tujuannya adalah untuk mengetahui analisa dari mulai kekuatan, kelemahan, kesempatan serta ancaman dari hasil karya film ini terhadap karya sebelumnya:

a. Kekuatan (strength)

Kekuatan dari karya akhir film dokumenter dengan judul

“Sekolah Daring” ini terdapat pada alur ceritanya, yaitu dari segi evektivitas belajar online ditengah masa pandemi Covid- 19. Dalam hal ini penulis akan menceritakan faktor – faktor yang menghambat belajar online. Pada film ini penulis akan mewawancarai dari berbagai macam sudut pandang dari mulai siswa, guru, orangtua serta pihak yang terlibat pada kegiatan proses pembelajaran online tersebut. Film ini pun nantinya bisa dijadikan pembelajaran untuk semua pihak bahwa peristiwa pandemi ini sangat berdampak besar terlebih untuk bidang pendidikan.

Pemilihin tema atau topik film ini menjadi salah satu kekuatan dari film yang akan dibuat oleh penulis.

Permasalahan yang diangkatpun masih hangat dan memiliki narasumber yang cukup kredibel.

(38)

38 b. Kelemahan (weakness)

Kelemahan yang terdapat pada film ini sendiri terdapat pada cakupan permasalahan yang akan diangkat. Alur film yang akan penulis produksi belum dapat disama ratakan dengan kasus permasalahan yang ada di Indonesia. Serta banyak narasumber yang tidak dapat diikuti kesehariannya dikarenakan situasi pandemi. Hal yang membuat penulis merasa ada yang kurang dari film ini.

c. Peluang (opportunity)

Pada kesempatan ini, penulis akan berusaha untuk membuat film dokumenter serta mengabadikan sebuah peristwa yang sedang melanda di seluruh dunia pada saat ini. Pandemi yang pada saat ini terjadi semakin lama semakin meresahkan terutama pada sektor pendidikan, dimana seluruh kegiatan belajar dihentikan sementara. Penulis berharap film ini dapat tersampaikan kepada masyarakat luas betapa sulitnya belajar dengan kondisi yang seperti ini. Dalam kesempatan ini juga penulis dapat menjadikan karya ini dalam perlolombaan film.

d. Ancaman (treat)

Alur cerita serta tema yang diangkat dalam film dokumenter ini bisa dikatakan sedang dirasakan oleh semuar orang, hal ini yang ditakutkan akan pihak yang merasa tidak nyaman dengan pernyataan yang ada difilm ini. Apalagi masa pandemi Covid-19 ini belum juga mereda dan masih banyak yang terdampak. Oleh karena itu penulis berusaha untuk berlaku netral dan tidak berpiihak kepada siapapun, serta penulis menganfkat film ini berdasarkan dari kerasahan yang penulis rasakan sendiri.

(39)

39 BAB III

ANALISIS MASALAH DAN URAIAN DATA

3.1 Deskripsi Karya

Berikut merupakan penjelasan karya akhir yang akan diproduksi oleh penulis:

a. Kategori Program :Informasi

b. Media :Media pemutaran film konvensional c. Format Program :Dokumenter

d. Judul Program :Sekolah Daring e. Durasi Program :10 – 15 menit f. Target Audiens :12 tahun keatas

g. Jenis Kelamin :Laki – laki dan perempuan

Film dokumenter itu sendiri selalu berusaha untuk mengangkat hal yang bersifat realitas, dimana hal tersebut belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Film documenter ini akan dikemas menjadi film yang ringan sehingga akan mudah dimengerti oleh masyarakat. Pada film dokumenter erat kaitannya dengan suatu peristiwa, masyarakat, tokoh dan lokasi tempat peristiwa yang sebenarnya. Dengan diproduksinya film documenter ini sendiri, penulis dapat menyampaikan keresahan yang penulis rasakan kepada masyarakat luas dengan mudah serta secara luas.

(40)

40 3.2 Subjek dan Objek Karya

3.2.1 Subjek

1. Kepala Sekolah

2. Turah Hadayani M,PD(Guru tingkat SMP)

Ibu Turah Handayani (49) merupakan guru disalah satu sekolah negeri di SMPN 85 Jakarta. Ibu Turah dijadikan sebagai narasumber oleh penulis dikarenakan, beliau salah satu guru senior di SMPN 85 Jakarta dan beliau sudah memiliki banyak pengalaman mengenai karakter anak serta di sektor pendidikan. Penulis juga ingin mengetahui dari segi sudut pandang ibu Turah sebagai guru di sekolah negeri bagaimana menghadapi kegiatan belajar mengajar saat pandemi saat ini.

3. Dian Purwita Sari (Orangtua Murid)

Dian Purwita merupakan orangtua murid dari Razieq haidar yang masih duduk di kelas 4 Sekolah Dasar. Kegiatan dari ibu Dian sendiri berubah setelah adanya pandemi ini, beliau pun menjadilebh ekstra dalam mengawasi Razieq dalam kegiatan belajar mengajar.

4. Razieq Haidar Irhab (Peserta didik)

Razieq Haidar (10) salah satu murid Sekolah Dasar saat ini Razieq duduk dikelas 4SD. Razieq sendiri mengalami perubahan pada pola kebiasaannya pada saat sekolah offline dan sekolah online. Pada saat sekolah online Razieq bisa bangun sedikit lebih siang disbanding dengan sekolah offline seperti biasa. Razieq akan selalu

(41)

41

diawasi oleh ibunya saat kegiatan belajar berlangsung.

3.2.2 Objek

Sistem pembelajaran online merupakan sistem pembelajaran yang saat ini sedang berlangsung di Indonesia.

Sistem pembelajaran ini berlangsung dikarenakan adanya pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia. Untuk sistem pembelajara ini dianggap kurang efektif untuk beberapa pihak.

Oleh karena itu, penulis bertujuan untuk menyampaikan keresahan yang ada disekitar lingkungan penulis melalui film dokumenter yang berjudul “Seklah Daring” akan berfokus pada peristiwa serta kejadian yang sedang berlangsung saat ini.

Khususnya peristiwa ini sangat dirasakan oleh pihak sekolah itu sendiri.

3.3 Pengumpulan Data 3.3.1 Observasi

Observasi meurpakan proses pengumpulan data yang meliputi beberapa kegiatan seperti pemusatan perhatian pada objek yang dituju dengan menggunakan alat indera. Observasi merupakan proses yang kompleks (Sugiyono, 2014). Pada tahap ini proses pengumpulan data akan dilakukan dengan melibatkan narasumber untuk mendapatkan informasi yang akurat dan komplit.

Pada produksi film dokumenter “Sekolah Daring” ini penulis telah melakukan observasi melalui lapangan, internet, jurnal, serta skripsi sebelum dilakukannya produksi film. Penulis melakukan observasi pada beberapa lingkungan sekolah, termasuk guru serta kepala sekolah itu sendiri. Data yang didapat dari hasil obeservasi

(42)

42

sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh penulis, sehingga dengan ini produksi diharapkan dapat berjalan dengan lancar.

3.3.2 Wawancara

Pengertian dari wawancara itu sendiri adalah teknik pengumpulan data dengan cara melemparkan pertanyaan yang dapat dilakukan secara langsung antara penulis dengan narasumber atau pihak yang berhubungan dengan objek yang akan pennulis teliti. Informasi yang didapat dari hasil wawancara itu dapat digunakan oleh penulis dalam proses produksi film dokumeter

“Sekolah Daring” ini.

Pada saat proses produksi penulis tidak hanya fokus terhadap narasumber utama, melainnkan menggunakan objek lain sebagai pendukung pernyataan dari objek utama. Proses wawancara terdapat dua tahap, yang pertama wawancara yang dilakukan pada saat observasi berlangsung, dan tahap kedua dilakukan pada saat proses shooting berlangsung. Hasil dari wawancara tersebut akan menentukan bagaimana alur cerita yang akan penulis produksi nanti.

3.4 Konsep Perencanaan dan Teknis Produksi 3.4.1 Konsep Pra-Produksi

a. Penemuan Ide

Ide awal pembuatan film dokumenter ini berlangsung saat pandemi COVID-19 melanda seluruh dunia dan merubah sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Pada masa pandemi ini seluruh sekolah ditutup,

(43)

43

pemerintah membuat sistem baru belajar dengan cara online atau belajar dari rumah tanpa bertatap muka langsung.

Penulis merasakan keresahan ini berawal dari salah satu anggota keluarga penulis yang masih duduk dibangku sekolah dasar mengalami kesulitan untuk memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru melalui aplikasi teleconference.

Berawal dari situ, penulis mulai melakukan riset terhadap beberapa sekolah didaerah Jakarta Selatan dan sekitarnya. Penulis menanyakan beberapa hal terkait kegiatan pembelajaran online kepada guru, peserta didik, serta ke orang tua murid. Dari pernyataan dan jawaban yang sudah penulis tanyakan, ada kesamaan dari jawaban mereka. Kesamaan jawaban tersebut menyatakan bahwa kegiatan pembelajarandari rumah atau online ini kurang efektif untuk diterapkan pada anak – anak murid maupun gurunya itu sendiri.

Terkait pembelajaran online yang berlangsung penulis dapat mengatakan kesulitan dan kendala yang mereka hadapi sangat berbeda satu dengan yang lainnya.

Banyak fator yang masyarakat tidak terlalu ketahui tentang kendala yang dirasakan pihak yang terlibat dari sistem pembelajaran online ini. Oleh sebab itu penulis ingin memproduksi film dokumenter mengenai sistem pembelajaran online yang sedang berlangsung ini.

b. Proses Riset

Proses riset dilakukan oleh penulis secara berkala terhadap tiga narasumber yang berbeda. Penulis mengunjungi kepala sekolah, guru, peserta didik, serta orangtua murid itu sendiri. Penulis pada awalnya berbicara langsung kepada salah satu guru sekolah dasar swasta 2

(44)

44

November 2020, untuk mengetahui bagaimana sistem pembelajaran online yang dilakukan terhadap siswa sekolah dasar swasta. Setelah itu bertahap ke Kepala sekolah dasar negeri dengan tujuan mendapatan informasi seputar sistem yang berlaku di sekolah tersebut.

Hasil riset ini akan membawa penulis kepada alur cerita, bahan pertanyaan serta konflik yang mereka hadapi untuk dilanjutkan ke tahap produksi film dokumenter

“Sekolah Daring”

c. Sinopsis

Dunia dikejutkan dengan adanya penyebaran virus baru yang disebut sebagai corona virus disease (COVID-19) pada 11 November 2019. Virus masuk ke Indonesia pada bulan Maret 2020 menyebabkan berhentinya segala aktivitas diberbagai sektor, salah satunya pada sektor pendidikan. Dimana pemerintah menghimbau untuk tidak keluar rumah serta melakukan segala aktivitas dirumah saja.

Tujuan dari diberlakukannya himbauan tersebut agar penyebaran COVID-19 dapat berkurang serta terputus dari rantai penyebaran.

Pandemi COVID-19 ini sangat berpengaruh pada berbagai sektor, terutama sektor pendidikan. Pemerintah memiliki aturan untuk sektor pendidikan mulai dari Taman Kanak – Kanak hingga Unversitas untuk melakukan kegiatan seklah dirumah atau belajar dengan berbasis daring. Sistem pembelajaran ini tidak mengahruskan anak untuk datang ke sekolah seperti biasa, melainkan cukup belajar dari rumah dengan bertatap muka melalui media teleconference. Namun masalah baru muncul disini, melakukan kegiatan belajar secara daring serta mengunakan media teleconference memerluan perangkat serta kuota

(45)

45

internet untuk dapat mengikuti kegiatan belajar online ini.

Tidak semua dari murid – murid serta guru yang memiliki semua sarana unutk melakukan kegiatan belajar online tersebut.

Dengan tidak ketersediaannya sarana untuk belajar online, masyarakat harus mengeluarkan biaya yang lebh untuk mencukupi sarana tersebut, mulai dari laptop atau smartphone, jaringan internet serta memiliki kekuatan sinyal yang memadai. Dari faktor itulah kendala serta masalah baru dihadapi oleh masyarakat khususnya bagi mereka yang berhubungan dengan sektor pendidikan, masalahnya itu sendiri mula dari tidak kondusifnya kegiatan belajar mengajar hingga adanya kesalahan secara teknis yang bukan disebabkan oleh manusia. Oleh karena itu kegiatan sekolah online ini dapat dikatakan kurang efektif.

d. Rundown Program Tabel 3.1

Rundown Program “Sekolah Daring”

No Video Audio

1 -Fade in -Opening Ambience kota

2 Pemandangan Sekolah Backsound musik

3 Komilasi Berita terkait pandemi COVID-19

Backsound musik

5 Wawancara ibu Turah Handayani selaku guru SMP

Audio 6 Proses kegiatan belajar online Audio 7 Wawancar ibu Turah Handayani Audio

8 Aktivitas saat sedang mengajar Audio & Backsound Musik

9 Wawancara Razieq murid Sekolah Dasar

Audio & Backsound Musik

(46)

46 10 Suasana saat belajar serta kegiatan

sehari - hari

Audio & Backsound Musik

11 Wawancara Kepala Sekolah Dasar Audio & Backsound Musik

12 Footage suasana sekolah saat sebelum pandemi

Backsound Musik

13 Fade Out- Closing Backsound Musik

e. Budget Produksi

No. Uraian Jumlah Satuan Hari Hara (Rp.) Satuan Jumlah A. Biaya Peralatan

1 Canon 700 D 1 Unit 5 Hari 125.000 625.000 2 Lensa Canon

EF 50mm f/1.8

1 Unit 5 Hari 50.000 125.000

3 Boya BY- WW8 Pro K2

1 Unit 5 Hari 100.000 500.000 4 SanDisk

Extreame Plus 32 GB clas 10

1 Unit 5 Hari 20.000 100.000

5. Sigma MC- 11 Canon EF to E-Mount

1 unit 5 Hari 60.000 300.000

6. Battry AA Alkaline

6 Unit - 3.300 20.000

B. Biaya Operasi

1. Kosumsi Cast - Orang 5 Hari 500.000 500.000 2. Bahan Bakar - - 5 Hari 200.000 200.000

(47)

47 3. BiayaTak

Terduga

- - 2 Hari 1.000.000 1.000.000

4. Biaya Crew 1 Orang 5 Hari 100.000 500.000

Jumlah 3.870.000

f. Jadwal Produksi

No. Agenda Febuari Maret April Mei Juli Agu stus 1 Pengumpul

an Data 2 Peringkas

Data 3 Pembuatan

Treatmen 4 Produksi 5 Editing

Sumber: Olahan Penulis 2021

Perencanaan jadwal produksi dibuat oleh penulis sebagai acuan dalam produksi film dokumenter “Sekolah Daring”. Jadwal diatas merupakan prediksi dari penulis dan dapat berubah sewaktu – waktu.

3.4.2 Konsep Produksi 1. Sinematografi

Penulis akan menggunakan konsep sinematografi pada film dokumenter “Sekolah Daring” untuk mendapatkan gambar yang baik dan maksimal. Konsep yang penulis gunakan seperti camera angle, close up, continuity dan composition.

Pada saat wawancara berlangsung dengan narasumber penulis akan mengambil gambar dengan dua camera angle, camera subjektif dan camera objektif. Sedangkan untuk teknik shot penulis akan

(48)

48

mengguanakn dua teknik gabungan, untuk camera master menggunakan close up dan untuk camera lainnya mengguanakn teknik medium shot.

Penulis juga akan menggunakn teknik gabungan untuk pengambilan footage seperti, extrem long shot, long shot, full shoot, close up, extabilshed shot dan medium shot. Teknk gabungan ini digunakan agar penulis dapat mendapatkan gambar suasana yang sesua dengan kebutuhannya.

2. Konsep Wawancara

Pada saat proses wawancara penulis akan melakukan pendekatan dengan narasumber agar saat proses shooting nanti narasumber dapat nyaman saat menjawab pertanyaan dari penulis. Penulis tidak akan terpaku dengan daftar pertanyaan yang sudah penulis siapkan, melainkan penulis juga akan menanyakan pertanyaan yang masih berhubungan dengan jawaban narasumber. Konsep wawancara itu sendiri akan dibuat agar tidak terlalu formal, layaknya seperti sedang mengobrol satu sama lain.

3. Kebutuhan Peralatan

Kebutuhan Peralatan yang penulis butuhkan setidaknya akan sama dengan table budgeting yang sudah penulis buat sebelumnya. Kebutuhan alat yang akan dipersiapkan merupakan kebutuhan yang sekiranya akan diperlukan pada saat proses shooting nanti dan mungkin akan ada tambahan alat pada saat dilokasi nanti.

Proses prosukdi film dokumenter “Sekolah Daring” akan menggunakan dua buah camera mirrorless Sony a6300 dan a6000 dengan

(49)

49

menggunakan lensa kit Sony 3.5mm. Penulis juga menggunaka kamera dslr Canon 750D dengan lensa Canon EF 50mm f/1.8 II STM. Masing – masing kamera nantinya akan diisi dengan memory dengan besaran kapasitas 32GB.

Peralatan lainya yang akan digunakan berupa perangkat yang mendukung untuk memaksimalkan audio, seperti Rode, Clip On Boya, dan tripod.

Untuk lighting penulis akan menyesuaikan dengan lokasi shooting.

3.4.3 Konsep Pasca Produksi a. Editing Offline

Pada tahap editing penulis akan menggunakan aplikasi Adobe Premiere, baik pada saat editing offline maupun online. Untuk proses editing offline penulis akan membagi dalam kedua tahap, pertama penulis akan memilah gambar sesuai dengan kebutuhan menjadi beberapa folder. Tujuan dari memilah gambar kedalam beberapa folder adalah untuk memudahkan penulis untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya.

Setelah itu penulis akan memasukan gambar yang sudah dipilah kedalam aplikasi Adobe Premiere, untuk selanjutnya di rangkai menjadi satu kesatuan alur yang berhubungan kedalam satu sequence. Gambar atau shot yang sudah berada didalam sequence tersebut akan kembali diproses dengan menggunakan teknik cut to cut atau memotong gambar.

b. Editing Online

(50)

50

Setelah melakukan proses cut to cut didalam editing offline penulis akan merapihkan serta menambahkan beberapa element agar potongan gambar terlihat lebih halus. Pada proses ini akan dilakukan scoring, color grading, text, serta subtitle.

3.5 Data Khalayak Sarana

Pada pembuatan film dokumenter “Sekolah Daring” ini ada dua hal yang ditargetkan oleh penulis, yatu:

a. Demografis

Usia : 12 Tahun keatas

Jenis Kelamin : Laki – laki dan perempuan

Pendidikan : SD, SMP, SMA dan kalangan umum

Pemilihan target audience seperti ini dkarenakan pada usia 12 tahun keatas yang sama dengan anak kelas 6 SD, dimana mereka sudah mulai bisa memahami kondisi yang sedang meraka alami pada saat ini. Baik laki – laki maupun perempuan mereka mengalami hal yang sama dan film ini berkatan erat dengan kehidupan sekolah mereka. Dengan ditargetkan audience yang seperti ini penulis mengharapkan pesan dan informasi yang ada pada film ini dapat tersampaikan dengan baik untuk semua kalangan terutama untuk masyarakat umum yang berhubungan dengan sektor pendidikan.

b. Geografis

Film dokumenter “Sekolah Daring ini ditargerkan untuk seluruh masyarakat di Indonesia,

(51)

51

dimana film ini akan memberikan informasi penting terkait sistem pembelajaran yang saat ini terjadi.

c. Psikografis

Target audience kali ini dapat dikelompokan menjadi dua bagian secara psikografis, yaitu:

Status soisal : Semua golongan (golongan atas sampai golongan bawah Kepribadian : masyarakat yang suka

dengan penyampaian pesan melalu media film, serta

3.6 Media Dstribusi

Media yang akan digunakan oleh penulis untuk mempromosikan film dokumenter ini adalah media social seperti youtube dan festival film dokumeter. Sejalan dengan tujuan awal penulis yatu ingin menyampaikan pesan yang terdapat pada film, oleh karena itu penulis menginginkan media sosial yang mudah untuk diakses untuk siapapun agar masyarakat umum dapat menerima pesan serta informasi yang ada pada film. Penulis berharap keresahan yang penulis rasakan pada sistem pembelajaran online ini dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat luas.

(52)

52

DAFTAR PUSTAKA Refrensi Buku:

Ayawaila, G. R. (2008). Dokumenter Dari Ide Sampai Produksi. Jakarta: Fakultas Film dan Televisi - IKJ.

Effendy, O. U. (1989). Kamus Komunikasi. Bandung: PT. Mandar Maju.

John, D. (1958). Experience and Nature. New York: Dover Publication.

Mascelli, J. V. (2010). The Five C’s of Cinematography. United State Of America: Silman James Press.

Moh, S. (1981). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Nugroho, S. (2014). Teknik Dasar Videografi. Yogyakarta: ANDI.

Pratista, H. (2008). Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Refrensi Film:

Watchdoc Documentary. 2020. SEKOLAH DI RUMAH.

Putri L, Lyanta, 2020. Paguruan 4.0.

Krause, Brandon, 2014. Why These Kids Love School.

Sikkander S, Noorani, 2011. Window of Dreams.

Our Better World, 2015. Standing on Strangers’ Shoulders Akbar H, Esa, 2020. Belajar Dirumah Aja.

Jurnal:

Kurnia K, Yasinta (2020). Pengaruh Resiliensi Terhadap Subjective Well – Being Pada Mahasiswa Yang Sedang Mengerjakan Skripsi Ditengah Pandemi COVID-19

(53)

53

Yolandasari B, Mega, (2020). Efektivitas Pembelajaran Daring Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas Ii A Mi Unggulan Miftahul Huda Tumang Cepogo Boyolali

Refrensi Internet:

Badan Pusat Statistik, Ekonomi Triwulan II 2020.

https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/08/05/1737/-ekonomi-indonesia- triwulan-ii-2020-turun-5-32-persen.html (Diakses pada 15 November 2020).

UNESCO, Figures show two thrds of an academic year lost on average.

https://en.unesco.org/news/unesco (Diakses pada 15 November 2020).

Kompasiana, Kesenjangan Pendidikan di Masa Pandemi COVID-19.

https://www.kompasiana.com/fadiyahmunifah/5ee73e10d541df669a45c783 (Diakses pada 16 November 2020).

Gambar

Gambar 1.1 Skema Rancangan Proyek
Tabel 2.1   Karya Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait