BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Wilayah pesisir merupakan salah satu bagian dari sumberdaya alam yang memiliki kemungkinan tersbesar terkena dampak dari seluruh aktivitas manusia.
Hutan mengrove yang termasuk dalam wilayah pesisir sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia dan industri yang berada di sekitar Hutan Manggrove tersebut (Darmono, 2010).
Salah satu ekosistem yang alamiah dan bisa dikatakan langka karena nilainya yang ekonomis dan ekologis serta jumlahnya besar yakni ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem alami yang tentunya memiliki produktivitas yang tinggi karena menyediakan seresah dan juga memungkinkan terjadinya penguraian. Hutan mangrove memberikan peran yang besar terhadap ketersediaan energi alami untuk makluk hidup di lingkungannya (Suparjo, 2007). Ekosistem mangrove dimanfaatkan pada fungsi ekologi yang berperan penting dalam penstabilan sedimen, pengendali erosi pantai, pelindung lahan, dan sumber hara perairan di kawasan pantai, perkembangbiakan ikan, serta kehidupan lainnya yang nilainya ekonomis (Bengen, 2001).
Hutan Manggrove yang memiliki banyak manfaat tersebut saat ini sedang banyak mengalami krisis lingkungan. Hutan Manggrove yang terletak di wilayah pesisir sangat dipengaruhi oleh aktivitas kehidupan manusia dan industri yang
kurang memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Limbah-limbah dibuang secara sembarangan ke sungai-sungai tanpa dikelola dahulu (Mulyadi, 2011).
Kali Wonorejo adalah sungai di kawasan Pantai Timur Surabaya. Sungai itu melewati kawasan permukiman dan industri. Pada tahun 1974, melalui perusahaan BUMN PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) kawasan industri terpadu Rungkut dibangun oleh pemerintah. Letaknya berada pada wilayah kecamatan Rungkut dan Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Surabaya, Jawa Timur. Menurut data Badan Pusat Statistik Kota surabaya (2016), terdapat beberapa industri logam yang terdapat di Kecamatan Rungkut yaitu PT. SS Indonesia (Spraying system), PT.
Logam Wijaya Indah dan UD Aneka logam. Industri logam yang tardapat di kawasan Kecamatan Rungkut memiliki limbah buangan yang memungkinkan berbahaya bagi lingkungan serta makhluk hidup yang ada di sekitarnya.
Kemungkinan besar logam berat yang masuk akan mengakibatkan terjadinya pencemaran di perairan ekosistem mangrove. Selain terjadinya pencemaran di air, berbagai jenis logam berat dapat tinggal atau mengendap di bagian dasar pada perairan yang memiliki jangka waktu singgah hingga ribuan tahun dan logam yang akan terkontaminasi pada tubuh biota laut dengan proses bio-akumulasi dan bio- magnifikasi yaitu: melewati saluran pernapasan, saluran makanan dan melalui lapisan kulit (Darmono, 2010).
Logam berat termasuk struktur yang terdapat pada limbah dan kemudian bisa menyebabkan problem sendiri dikarenakan tidak menyatu pada lingkungan dan menjadi racun pada makhluk hidup. Contoh logam berat yang dapat mencemari lingkungan yakni Hg, Pb, Cd, dan Cr.
Jenis logam Hg (Hydrargyrum) dapat ditemukan di alam bebas dan terurai pada udara, air, dan tanah sebagai senyawa organik dan an-organik. Hg dari Air, sedimen, dan makanan yang dikonsumsi Makhluk hidup dapat diakumulasi oleh makhluk hidup itu sendiri (Fauziyah, 2012).
Logam berat yang terdapat di perairan ekosistem mangrove di Kelurahan Wonorejo, Rungkut, Surabaya kemungkinan berasal dari limbah industri di kawasan tersebut. Logam yang terdapat di perairan kemudian mengalami tahap pengendapan dan terakumulasi dalam bentuk sedimen, kemudian masuk pada tubuh biota laut yang ada di perairan (termasuk kerang yang bersifat sessil) baik itu lewat insang ataupun melewati rantai makanan dan kemudian sampai pada manusia.
Peristiwa ini disebut bio-akumulasi atau bio-magnifikasi (Dahuri, 2013).
Berdasarkan penjelasan di atas maka dirasa perlu untuk melakukan perlindungan lingkungan ekosistem mangrove dan biota laut yang ada di perairan tersebut. Biota laut yang termasuk dalam zona ekosistem mangrove seperti kepiting, kerang Darah, dan ikan Gelodok.
Kerang darah (Anadara granosa) adalah kerang memiliki habitat di perairan pantai yang berlumpur dan dapat juga ditemukan pada ekosistem estuari, mangrove dan padang lamun (Suwignyo, 2005).Kerang darah sebagai filterfeedler hidup berkoloni di substrat yang kaya akan zat organik. Kerang darah merupakan makanan lezat yang banyak diminati oleh manusia. Sehingga ketika dalam tubuh kerang darah tersebut banyak mengandung logam berat, maka secara langsung juga akan berpengaruh terhadap kesehatan manusia itu sendiri.
Kerang darah (Anadara granosa) disebut juga hewan sedenter yang hidupnya di dasar perairan dan merupakan hewan filter feeder. Filter feeder adalah hewan atau tumbuhan yang memakan material yang tercampur dalam air, baik itu senyawa organik ataupun plankton dengan cara menyaring. Kebanyakan filter feeder mengubur diri di dalam sedimen dan menonjolkan organ pencari makan di permukaan sedimen (Suprapti 2010). Kemungkinan besar yang terjadi yakni logam berat yang ada di air dan sedimen terakumulasi pada tubuh kerang dikarenakan sifatnya yang filter feeder. Kerang darah dapat dijadikan bioindikator karena kemampuannya yang dapat mengakumulasikan logam berat melalui kebiasaan makannya.
Hydrargyrum (Hg) yang berada dalam tubuh kerang darah (Anadara granosa) akan dianalisis dengan menggunakan SSA (Spektrofotometri Serapan
Atom). SSA (Spektrofotometri Serapan Atom) merupakan teknik analisis kuantitatif dengan kesensitifan yang tinggi (ppm-ppb) yang digunakan untuk menentukan konsentrasi pada logam berat (Yusni, 2014). Logam berat yang dimaksudkan disini yakni hydrargyrum (Hg). Konsentrasi logam berat hydrargyrum (Hg) yang ada pada Ekosistem Mangrove Kelurahan Wonorejo Surabaya, akan dibandingkan kandungan logamnya dengan Kriteria baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51, 2004). Standar Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut untuk Hydrargyrum (Hg) yakni 0,001 ppm. Jika hasil analisis kerang darah menunjukkan angka lebih dari 0,001 ppm, maka kerang darah yang terdapat pada Ekosistem Mangrove Kelurahan Wonorejo, Surabaya dinyatakan terkontaminasi kandungan
logam berat Hydrargyrum (Hg) dalam jumlah yang besar dan dapat dijadikan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan di Ekosistem Mangrove, Rungkut, Surabaya.
Berdasarkan KD 3.10 kelas 10 SMA siswa harusnya dapat menganalisis bahan-bahan tercemar di lingkungan. Pendidik atau guru diharapkan bisa menyiapkan media pembelajaran, salah satu media tersebut yakni poster guna ketercapaian kompetensi dasar tersebut. Pemilihan media ini dapat difungsikan pada materi “Pencemaran Lingkungan” karena media pembelajaran poster adalah media yang dibuat secara sistematis, inovatif, dan praktis. Poster juga memberikan kesan yang interaktif di dalam proses pembelajaran di dalam kelas.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dilakukan penelitian yang dikembangkan dalam judul: Uji Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg) pada Air, Sedimen serta pada Kerang Darah (Anadara granosa) di Ekosistem Mangrove Kelurahan Wonorejo, Rungkut, Surabaya sebagai Media Pembelajaran Biologi
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat ditentukan dalam penelitian, sebagai berikut:
a. Bagaimanakah kandungan logam berat Hydrargyrum pada air, sedimen serta kerang darah (Anadara granosa) di ekosistem mangrove Kelurahan Wonorejo, Rungkut, Surabaya sebagai bioindikator ?
b. Adakah hubungan Hydrargyrum (Hg) pada air dan sedimen dengan kadar logam berat pada kerang darah (Anadara granosa) di ekosistem mangrove Kelurahan Wonorejo, Rungkut, Surabaya?
c. Apakah Hasil Penelitian uji kandungan logam berat hydrargyrum (Hg) pada air dan sedimen dengan kadar logam berat pada Kerang Darah (Anadara granosa) dapat digunakan sebagai Media Pembelajaran Biologi?
1.3 Tujuan Penelitian
Berikut adalah tujuan penelitian yang dapat ditentukan dalam penelitian:
a. Untuk mengetahui kandungan logam berat hydrargyrum (Hg) pada air, sedimen serta kerang darah (Anadara granosa) di ekosistem mangrove Kelurahan Wonorejo, Rungkut, Surabaya sebagai Bioindikator.
b. Untuk mengetahui hubungan kandungan logam berat hydrargyrum (Hg) pada air dan sedimen dengan kadar logam berat kerang darah (Anadara granosa) di Ekosistem Mangrove Kelurahan Wonorejo, Rungkut, Surabaya.
c. Untuk mengetahui kelayakan hasil penelitian uji kandungan logam berat hydrargyrum (Hg) pada air dan sedimen dengan kadar logam berat pada Kerang Darah (Anadara granosa) sebagai Pembuatan Media Pembelajaran Biologi.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi khususnya dalam ilmu Biologi di bidang lingkungan mengenai pencemaran lingkungan.
Selanjutnya penelitian ini juga diharapkan mampu dijadikan dasar atau referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkeinginan untuk mengangkat tema yang sejenis.
b. Manfaat Praktis 1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman baru pada proses belajar mengajar di kelas sehinggamateri yang disajikan tidak terlihat monoton, serta menambah wawasan guru dalammengembangkan media pembelajaran.
2. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini berguna untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar dengan media pembelajaran yang menarik.
3. Bagi Nelayan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengolahan kerang sebelum diperdagangkan oleh nelayan.
4. Bagi Peneliti Lanjutan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pembuatan metode dalam menurunkan kadar Hydrargyrum (Hg) pada kerang.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Penelitian ini dilaksanakan di Ekosistem Mangrove Kelurahan Wonorejo, Rungkut, Surabaya
b. Objek studinya adalah kandungan Hydrargyrum pada kerang darah (Anadara granosa).
c. Parameter yang diamati adalah logam hydrargyrum pada air, sedimen dan kerang darah.
1.6 Definisi Istilah
Definisi istilah dalam penelitian ini adalah :
a. Logam Berat Hydrargyrum (Hg) adalah jenis logam yang berbentuk cair, berwarna putih-keperakan, memiliki sifat penghantar listrik yang lumayan baik, tetapi sebaliknya memiliki sifat peenghantar panas yang kurang baik (Palar, 2004).
b. Sedimen merupakan partikel organik dan an-organik yang terkumpul secara bebas (Duxbury et al, 1991). Sedangkan endapan sedimen adalah kumpulan mineral dan bagian pecahan batuan dari daratan yang tersuspen dengan tulang-tulang biota laut dan beberapa partikel yang terbentuk melalui proses kimia yang terjadi di dalam laut (Gross,1993).
c. Kerang Darah (Anadara Granosa) merupakan hewan moluska (binatang lunak) yang memiliki dua buah cangkang (bivalvia) (Suprapti, 2008).
d. Air adalah zat pelarut yang mampu melarutkan zat-zat lain dalam jumlah besar daripada zat cair yang lainnya (Kodoatie, 2010).
e. Ekosistem mangrove yakni suatu wilayah pantai yang unik, karena keberadaan ekosistemnya pada daerah muara sungai atau pada kawasan estuari. Mangrove hanya menyebar pada kawasan tropis dan subtropis dengan ciri khas tumbuhan dan hewannya yang hidup disana (BLH, 2012).
f. Media pembelajaran yakni suatu alat maupun teknik yang difungsikan sebagai pengantar komunikasi antara pendidik dan peserta didik dalam mengefektifkan komunikasi serta interaksi dalam proses belajar mengajar di sekolah (Hamalik, 2003).