• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Tita Rosita, 2015

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES

SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pendidikan Bidang Psikologi Pendidikan

Oleh Tita Rosita NIM 1302601

(2)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

TITA ROSITA

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES

SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing

Dr. Tina Hayati Dahlan, M.Pd., Psikolog NIP. 197204192009122002

Mengetahui,

(3)

Tita Rosita, 2015

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Prof. Dr. H. Juntika Nurihsan, M.Pd NIP. 196606011991031005

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul "Hubungan antara Kekerasan

Psikologis Guru dengan Self-Esteem dan Tingkat Stres Siswa SMK “X” Kabupaten Bandung" beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan

etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran

etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2015

Yang membuat pernyataan,

(4)

Kesuksesan sejati adalah ketika kita berhasil meyakinkan semua yang diperoleh pada dasarnya bersumber dari kemurahan Allah SWT.

(5)

Tita Rosita, 2015

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

(6)

ABSTARK

Tita Rosita. 2015. Hubungan antara Kekerasan Psikologis Guru dengan Self-Esteem dan Tingkat Stres

Siswa SMK “X” Kabupaten Bandung. Tesis. Dibimbing oleh: Dr. Tina Hayati Dahlan, M.Pd.,

Psikolog. Program Studi Psikologi Pendidikan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Penelitian ini berangkat dari permasalahan kekerasan psikologis yang dilakukan guru terhadap siswa

SMK “X” Kabupaten Bandung pada saat proses pembelajaran Pemograman Dekstop. Kekerasan psikologis guru memiliki karakteristik menyamarkan dirinya dan kadang menjadi ideologi yang dibenarkan sebagai tindakan perlindungan untuk kebaikan siswa, namun demikian siswa cenderung sakit hati, mudah stres, dan rendah diri atas perlakuan gurunya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kekerasan psikologis yang dilakukan guru dengan

self-esteem dan tingkat stres siswa SMK. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian

korelasional. Sampel penelitian sebanyak 146 siswa kelas XI jurusan Rekayasa Perangkat Lunak

SMK “X” Kabupaten Bandung yang mengalami kekerasan psikologis dari guru mata pelajaran

Pemograman Dekstop dengan menggunakan teknik nonprobability sampling. Data penelitian diperoleh melalui instrumen yang disusun oleh peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kekerasan psikologis guru dengan self-esteem dan tingkat stres siswa SMK “X” Kabupaten Bandung dengan Rxy1= 0,333 dan Rxy2 = 0,457 Rekomendasi, penelitian ini ditujukan

kepada para pendidik baik yang mengajar di sekolah formal maupun non formal.

(7)

Tita Rosita, 2015

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Tita Rosita. 2015. The Correlation between Teachers’ Psychological Abuse and Students’ Self -Esteem and Stress Level in Vocational High School “X” Bandung Regency. A Thesis. Supervised by: Dr. Tina Hayati Dahlan, M.Pd., Psychologist. Educational Psychology Study Program, the School of Postgraduate Studies, Indonesia University of Education, Bandung.

The research departs from the problem of teachers’ psychological abuse to their students in a

vocational high school in Bandung Regency taking place during the teaching and learning of Desktop

Programming. Teachers’ psychological abuse has the characteristics of being disguised and

sometimes justified as a form of students’ protection, while in reality students are hurt, tend to suffer

from stress, and have low self-esteem as a result of their teachers’ action. Therefore, the research aims to identify the correlation between teachers’ psychological abuse and vocational high school

students’ self-esteem and stress level. It adopted a correlational method, with a sample of 146 eleventh grade students of Software Engineering Department of Vocational High School “X” in Bandung Regency who experienced psychological abuse from their teachers in the subject of Desktop Programming taken through non-probability sampling. The data were obtained through the

researcher’s self-developed instrument. Results show that there was correlation between teachers’

psychological abuse and students’ self-esteem and stress level at Vocational High School “X” Bandung Regency with Rxy1= 0.333 and Rxy2= 0.457. The finding is recommended to be taken into

consideration by teachers of both formal and non-formal schools.

(8)

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Pertanyaan Penelitian ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Struktur Organisasi Tesis ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

(9)

Tita Rosita, 2015

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.1.1 Pengertian Kekerasan Psikologis ... 9

2.1.2 Bentuk Kekerasan Psikologi ... 10

2.1.3 Karakteristik Kekerasan Psikologis ... 12

2.1.4 Dampak Kekerasan Psikologis ... 12

2.1.5 Faktor yang Memengaruhi Kekerasan Psikologis ... 14

2.1.6 Dasar Hukum Perlindungan Anak ... 16

2.1.7 Prinsip-Prinsip Dasar Sekolah Ramah Anak ... 18

2.2 Self-Esteem ... 18

2.2.1 Pengertian Self-Esteem ... 18

2.2.2 Aspek Self-Esteem ... 19

2.2.3 Proses Pembentukan Self-Esteem ... 21

2.2.4 Self-Esteem pada Remaja ... 23

2.2.5 Perbedaan Tingkat Self-Esteem ... 24

2.3. Stres ... 27

2.3.1 Konsep Dasar Stres ... 27

2.3.2 Pengertian Stres ... 29

2.3.3 Pendekatan Stres ... 29

2.3.4 Macam-Macam Stres ... 37

2.3.5 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Stres ... 38

2.3.7 Penyebab Stres ... 40

2.3.8 Gejala Stres ... 40

2.4 Kerangka Berpikir ... 42

2.5 Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

3.1Desain Penelitian ... 45

(10)

v

3.3 Variabel dan Definisi Operasional ... 46

3.4 Hipotesis Statistik Penelitian ... 48

3.5 Instrumen Penelitian ... 48

3.5.1 Jenis Instrumen ... 48

3.5.2 Uji Coba Alat Ukur ... 51

3.5.2.1 Analisis Item ... 51

3.5.2.2 Validitas Alat Ukur ... 52

3.5.2.3 Reliabilitas Alat Ukur ... 52

3.5.2.4 Interpretasi Skor ... 53

3.6 Prosedur Penelitian ... 54

3.7 Analisis Data ... 55

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 56

4.1 Temuan Penelitian dan Pembahasan ... 56

4.1.1 Profil Tingkat Kekerasan Psikologis ... 56

4.1.2 Profil Tingkat Self-Esteem ... 58

4.1.3 Profil Tingkat Stres ... 60

4.2Uji Empirik dan Pembahasan Hubungan antara Kekerasan Psikologis Guru dengan Self-Esteem dan Tingkat Stres Siswa SMK ... 63

4.3Keterbatasan Penelitian ... 67

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 68

5.1 Simpulan ... 68

5.2 Implikasi ... 69

5.3 Rekomendasi ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN ... 74

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 93

(11)

Tita Rosita, 2015

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

1.1Tabel Tempat Terjadinya ... 1

1.2 Tabel Bentuk Kekerasan ... 2

3.1 Tabel Kisi-Kisi Instrumen Kekerasan Psikologis ... 48

3.2 Tabel Ketentuan Skor Item Alat Ukur Tingkat Kekerasan Psikologis ... 49

3.3 Tabel Kisi-Kisi Instrumen Self-Esteem ... 49

3.4 Tabel Ketentuan Skor Item Alat Ukur Tingkat Self-Esteem ... 50

3.5 Tabel Kisi-Kisi Instrumen Tingkat Stres ... 50

3.6 Tabel Ketentuan Skor Item Alat Ukur Tingkat Stres ... 51

3.7 Tabel Norma Interpretasi Skor ... 54

4.1 Tabel Profil Tingkat Kekerasan Psikologis Guru yang Dialami Siswa SMK“X” Kabupaten Bandung ... 56

4.2 Tabel Profil Tingkat Self-Esteem Siswa SMK“X” Kabupaten Bandung ... 58

(12)

vii

4.4 Tabel Hasil Korelasi antara Kekerasan Psikologis Guru dengan Self-Esteem dan

Tingkat Stres Siswa SMK “X” Kabupaten Bandung ... 63

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema Struktur Organisasi Tesis ... 8

Gambar 2 Skema Kerangka Berpikir ... 44

Gambar 3 Skema Desain Penelitian ... 45

Gambar 4.1 Diagram Profil Tingkat Kekerasan Psikologis Guru yang Dialami Siswa

SMK “X” Kabupaten Bandung ... 57

Gambar 4.2 Diagram Profil Self-Esteem Siswa SMK “X” Kabupaten Bandung ... 59

(13)

Tita Rosita, 2015

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Alat Ukur Kekerasan Psikologis ... 74

Lampiran 2 Alat Ukur Self-Esteem ... 76

Lampiran 3 Alat Ukur Tingkat Stres... 78

Lampiran 4 Analisis Item Skala Kekerasan Psikologis ... 80

Lampiran 5 Analisis Item Skala Self-Esteem ... 81

Lampiran 6 Analisis Item Skala Tingkat Stres ... 82

Lampiran 7 Hasil Perhitungan Validitas Kekerasan Psikologis ... 83

Lampiran 8 Hasil Perhitungan Validitas Self-Esteem ... 84

Lampiran 9 Hasil Perhitungan Validitas Tingkat Stres ... 85

(14)

ix

Lampiran I1 Hasil Perhitungan Reabilitas Self-Esteem ... 88

Lampiran 12 Hasil Perhitungan Reabilitas Tingkat Stres ... 90

Lampiran 13 Hasil Perhitungan Hubungan Kekerasan Psikologis Guru dengan

(15)

Tita Rosita, 2015

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES

SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bagian pendahuluan yang terdiri atas latar belakang

penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kekerasan menurut World Health Organization (dalam Krauss, dkk. 2005,

hlm. 14) adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan

terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang

mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar atau trauma,

kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak.

Perampasan hak anak dengan kekerasan merupakan suatu pelanggaran

terhadap hak asasi anak dan secara khusus dikenai tindak pidana, sebagaimana

diatur dalam Pasal 77 sampai dengan Pasal 89 UU tentang perlindungan anak

(Djamil, 2013). Perlindungan anak Mengacu pada UU Nomor 23 Tahun 2002

adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar

hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan

harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari diskriminasi

dan kekerasan.

Kekerasan terhadap anak dapat terjadi dalam lingkungan keluarga maupun

sekolah (Pinheiro, 2006). Berdasarkan data Komisi Nasional Perlindungan Anak

tahun 2007, tempat terjadinya kasus kekerasan dan bentuk kekerasan disajikan

dalam tabel sebagai berikut (Tanpa nama, 2013):

Tabel 1.1 Tempat Terjadinya Kekerasan terhadap Anak

Kekerasan Jumlah Kasus Persentase

Di Sekolah 226 54,20%

Di Luar Sekolah 191 45,80%

(16)

2

Tita Rosita, 2015

Tabel 1.2 Bentuk Kekerasan terhadap Anak

Kekerasan Jumlah Kasus Persentasi

Kekerasan Fisik 89 21,34%

Kekerasan Seksual 118 28.30%

Kekerasan Psikis 210 50,36%

Total 417 100%

Tabel 1.1 dan 1.2 menunjukkan presentasi kasus kekerasan di Indonesia

yang terjadi di sekolah lebih tinggi dibandingkan di luar sekolah dan presentasi

kasus kekerasan psikologis lebih tinggi dibandingkan dengan kasus kasus

kekerasan lain. Penelitian ini lebih difokuskan pada kekerasan psikologis yang

dilakukan guru.

Kekerasan yang dilakukan guru berdasarakan hasil penelitian United

Nations Children Fund (UNICEF) pada tahun 2006 di beberapa daerah di

Indonesia di antaranya menunjukkan bahwa 80% guru di Jawa Tengah mengaku

pernah menghukum siswa-siswanya dengan berteriak di depan kelas dan 55%

guru mengaku pernah menyuruh siswa mereka berdiri di depan kelas; 90% guru di

Sulawesi Selatan mengaku pernah menyuruh siswa berdiri di depan kelas, 73%

guru pernah berteriak kepada siswa, dan 54% guru pernah menyuruh siswa untuk

membersihkan toilet; dan lebih dari 90% guru di Sumatra Utara menyatakan

pernah menyuruh siswa mereka berdiri di depan kelas, sedangkan 80% guru

pernah berteriak pada siswanya (Shalahuddin, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan Public Mental Health (CPMH) Fakultas

Psikologi UGM di SMA, SMK dan MA di 4 kota besar yaitu Solo, Semarang,

Surabaya, dan Malang bahwa dari 2000 responden yang diambil secara random

diketahui 8,60% siswa secara langsung meyaksikan gurunya melakukan kekerasan

(Natalia, 2012).

Hasil penelitian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

(17)

Tita Rosita, 2015

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES

SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yaitu 80% guru menggunakan hukuman fisik dan melakukan kekerasan verbal

terhadap siswanya (Sri, 2012).

Menurut Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,

terdapat tiga bentuk kekerasan terhadap anak, yaitu kekerasan fisik, psikis, dan

seksual (Djamil, 2013).

Klasifikasi kekerasan psikologis pada anak menurut Azevedo & Azevedo

(2008, hlm. 68) yaitu indifference (tidak peduli), humiliation (penghinaan),

isolation (mengisolasi), rejection (penolakan), dan terror (teror). Kekerasan

psikologis telah dikembangkan oleh beberapa peneliti, contoh-contoh spesifiknya

adalah kata-kata penolakkan, membantah, mengancam, menolak respon

emosional atau mengabaikan, mengejek, mengkritik, mengalihkan, menyindir,

merendahkan, dan mempermalukan (Briere, Dubowitz, & Evans, DePanfilis

Thousand; dalam Esteban, 2006, hlm. 244).

Perilaku guru yang merendahkan atau mempermalukan siswa pada saat

mengajar dengan alasan pendisiplinan atau dengan tujuan mendidik menimbulkan

luka psikis. Menurut Wiyani (2012, hlm. 27) bahwa kekerasan psikologis

mengakibatkan trauma psikologis, rasa takut, rasa tidak aman, dendam,

menurunnya semangat belajar, daya konsentrasi, kreativitas, hilangnya inisiatif

dan daya tahan mental siswa, menurunnya rasa percaya diri, inferior, stres,

depresi, dan dalam jangka panjang dapat menurunkan prestasi serta perubahan

perilaku yang menetap.

Menurut Stevens (dalam Azevedo & Azevedo, hlm. 97) bahwa

konsekuensi dari kekerasan psikologis yaitu dapat merusak self-esteem korban,

dapat merusak perkembangan psikologis anak yang mencakup perkembangan

kecerdasan, memori, pengakuan, persepsi, perhatian, imajinasi dan rasa moralitas,

dapat membahayakan perkembangan sosial anak dan kemampuan anak untuk

(18)

4

Tita Rosita, 2015

Penelitian O’Hagan (dalam Esteban, 2006, hlm. 244) mengemukakan

bahwa kekerasan psikologis melemahkan kemampuan anak untuk memahami dan

mengelola lingkungannya dengan menciptakan kebingungan dan ketakutan, stres,

pemahaman anak lebih rentan dan kurang percaya diri. Meskipun penerimaan

mereka terhadap kekerasan psikologis dari orang tua sebagai praktik disiplin,

analisis tematik persepsi anak memiliki dampak sedih, sakit, takut, frustrasi, dan

melemahkan harga dirinya (Esteban, 2006, hlm. 252).

Penelitian lain menunjukkan bahwa kekerasan yang dialami anak dapat

menyebabkan gangguan mental seperti depresi, kecemasan, serangan panik,

gangguan stres pasca trauma, agresi, masalah interpersonal, depresi, dan

psikosomatik atau keluhan fisik pada anak-anak dan remaja (Darves-Bornoz, dkk.,

Finkelhor, Itzin dkk., Lanktree dkk., Sidebotham, Wallace dan Roberson, Widom;

dalam Khodarahimi, 2014, hlm. 261).

Beberapa hasil penelitian di atas menunjukan bahwa dampak kekerasan

psikologis memiliki kontribusi merusak terhadap perkembangan anak baik secara

fisik maupun psikis. Dua dampak kekerasan psikis diantaranya yaitu anak rentan

terhadap stres dan self-esteem anak rendah.

Self-esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan

indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian,

kesuksesan dan keberhargaan. Secara singkat self-esteem adalah “personal

judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti yang di ekspresikan dalam

sikap-sikap individu terhadap dirinya (Coopersmith, 1967).

Terdapat beberapa faktor yang menghambat pertumbuhan self-esteem.

Menurut Nathaniel Braden (dalam Coopersmith, 1967) hal-hal yang dapat

menghambat pembentukan self-esteem diantaranya adalah perasaan takut. Rasa

takut juga berhubungan dengan pikiran, memori, perasaan, atau kata-kata,

seringkali rasa takut dan cemas dihasilkan oleh produk negatif pikiran kita dan

lingkungan sekitarnya. Bila produk negatif pikiran tersebut telah menjadi suatu

(19)

Tita Rosita, 2015

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES

SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Stres berdasarkan prinsip dasar pendekatan relasional dalam pendekatan

subjektif yaitu bahwa penilaian pentingnya apa yang terjadi terhadap orang itu

berdasarkan persfektifnya sendiri. Pikiran mengevaluasi untuk menafsirkan apa

yang terjadi atas dasar nilai-nilai pribadi, tujuan, dan keyakinan. Pendekatan

relasional mempertimbangkan karakteristik lingkungan dan orang, serta

kepentingan relatif mereka; makna relasional bagian dari proses stres yaitu

berdasarkan penilaian subjektif dari makna pribadi apa yang terjadi (Lazarus,

1999, hlm. 59-60).

Reaksi stres yang terjadi pada individu dalam intensitas tertentu dapat

memaksimalkan produksi energi yang akan membantu tubuh untuk menghadapi

berbagai situasi yang menantang atau mengancam, dan individu cenderung untuk

menggunakan semaksimal mungkin kemampuannya dalam situasi demikian

(Bernard & Krupat, 1994). Namun demikian tidak semua anak dapat meregulasi

kekerasan psikologis yang dialaminya sebagai hal positif terhadap pekembangan

dirinya.

Salah satu dampak negatif dari stres diantaranya sering kali sulit

menangkap sebuah informasi, bahkan stres dalam tingkatan yang tinggi dapat

mengurangi memori dan atensi individu dalam sebuah proses kognitif (Cohen

dkk. 1986; dalam Sarafino, 1994).

Berdasarkan hasil wawancara nonformal pada tanggal 4 April 2015 yang

dilakukan pada tiga siswa kelas XI jurusan Rekayasa Perangkat Lunak di SMK “X” Kabupaten Bandung, diperoleh informasi bahwa mereka pernah mengalami kondisi stres yang disebabkan oleh perlakuan guru mata pelajaran Pemograman

Dekstop pada saat proses pembelajaran yaitu dengan mengatakan bahwa mereka

bodoh, diabaikan saat mereka bertanya, tidak dihargai atas usaha penyelesaian

tugas-tugasnya, dan bahkan mereka tidak berani bertanya saat tidak faham

terhadap materi yang disampaikan gurunya karena rasa takut. Mereka juga kadang

berharap guru tersebut tidak masuk karena mereka merasa sering sakit hati atas

(20)

6

Tita Rosita, 2015

tersebut merasa kurang bisa memahami materinya karena yang berada dalam

pikiran mereka rasa khawatir terhadap perlakuan dari gurunya.

Hasil pengambilan data awal ini mengindikasikan bahwa stres pada salah

satu siswa diantaranya disebabkan perlakuan dari guru pada saat proses

pembelajaran. Siswa tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang pada

umumnya mereka berada pada rentang usia remaja, dimana Santrock (2003)

bahwa masa remaja disebut juga masa masa-masa strom dan stress, maka

dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap optimalisasi perkembangan

kognitifnya. Selain itu menurut Hurlock (1994) masa remaja sebagai masa

pencarian identitas, masa usia bermasalah dan masa periode perubahan. Salah satu

fenomena yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi remaja pada fase

tahapan perkembangan ini adalah berkaitan dengan masalah self-esteem.

Seorang individu dengan self-esteem yang tinggi akan menunjukkan

kepercayaan diri, menerima dan menghargai diri sendiri, perasaan mampu dan

lebih produktif (Ali & Asroni, 2006, hlm. 72), sehingga siswa SMK dengan

self-esteem yang tinggi diharapkan setelah lulus siap menghadapi dunia kerja lebih

profesional dengan rasa percaya diri atas kemampuan yang dimilikinya. Hal ini

sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 merumuskan bahwa

Pendidikan Menengah Kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki

lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.

Guru sebagai profesi yang melaksanakan tugas terbesar dalam

mensukseskan tujuan pendidikan dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990

dihadapkan pada tantangan keberagaman latar belakang siswa baik sosial maupun

budayanya. Sehingga untuk menghadapi hal tersebut, guru perlu memiliki

komitmen yang kuat dalam menjalankan tugasnya. Hopkins dan Stern (1996)

menjelaskan bahwa komitmen mendorong guru untuk mencari metode pengajaran

yang lebih baik, bahkan ketika siswa menunjukkan sikap negatif atau perilaku

yang sulit. Komitmen guru juga memiliki dampak positif pada siswa melalui

(21)

Tita Rosita, 2015

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES

SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kepercayaan diri siswa (Bryk & Driscoll, Louis & Smith, Louis Firestone; dalam

Collie R.J. dkk., 2011, hlm. 1035).

Berdasarkan penjelasan fenomena di atas, sehingga peneliti memandang

perlu melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara kekerasan

psikologis guru mata pelajaran Pemograman Dekstop dengan self-esteem dan

tingkat stres siswa kelas XI Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak di SMK “X”

Kabupaten Bandung Bandung Tahun Ajaran 2014-2015.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian ini terkait dengan kekerasan psikologis yang

dilakukan guru mata pelajaran Pemograman Dekstop terhadap siswa kelas XI

Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak SMK “X” Kabupaten Bandung Tahun Ajaran

2014-2015 akan diawali dengan rumusan-rumusan masalah berikut ini;

1. Bagaimana profil tingkat kekerasan psikologis guru yang dialami siswa SMK?

2. Bagaimana profil tingkat self-esteem siswa SMK?

3. Bagaimana profil tingkat stres siswa SMK?

Rumusan-rumusan masalah di atas secara lebih rinci akan digali untuk

menjawab pertanyaan sebagai berikut :

Apakah terdapat hubungan antara kekerasan psikologis guru dengan self-esteem dan tingkat stres siswa SMK?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi profil tingkat kekerasan psikologis guru mata

pelajaran Pemograman Dekstop SMK “X” Kabupaten Bandung.

2. Untuk mengidentifikasi profil tingkat self-esteem siswa kelas XI jurusan

Rekayasa Perangkat Lunak SMK “X” Kabupaten Bandung.

3. Untuk mengidentifikasi profil tingkat stres siswa kelas XI jurusan Rekayasa

(22)

8

Tita Rosita, 2015

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES

SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

4. Untuk mengidentifikasi hubungan antara kekerasan psikologis guru dengan

self-esteem dan tingkat stres siswa kelas XI jurusan Rekayasa Perangkat Lunak SMK “X” Kabupaten Bandung.

1.4 Manfaat Penelitian

Secara teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat dalam rangka memperkaya

referensi dalam memahami hubungan kekerasan psikologis yang dilakukan oleh

guru dengan self-esteem dan tingkat stres siswa, serta mengetahui perbedaan

hubungan antara kekerasan psikologis guru dengan self-esteem dan tingkat stres

siswa laki-laki dan perempuan.

Adapun manfaat lain dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi guru SMK “X” Kabupaten Bandung, penelitian ini diharapkan

memberikan informasi terkait hubungan kekerasan psikologis dengan

self-esteem dan tingkat stres.

2. Bagi guru SMK “X” Kabupaten Bandung, penelitian ini diharapkan

memberikan masukan yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dalam menyusun dan memberikan suatu layanan pengajaran termasuk di

dalamnya mengenai pengembangan diri siswa sehingga proses pembelajaran

di dalam maupun di luar kelas dapat terlaksana dengan tepat dan tujuan yang

diharapkannya pun dapat tercapai dengan tepat. Selain itu hasil penelitian ini

dapat dijadikan rujukan dalam bahan pembuatan modul terkait sikap dan

perilaku yang perlu dimiliki oleh seorang guru dalam mendidik siswa.

1.5Struktur Organisasi Tesis

Untuk membantu menggambarkan struktur orgaanisasi tesis, secara

sedehana dalam skema sebagai berikut :

Bab I yaitu pendahuluan yang

mengkaji alasan penelitian ini dilakukan dan bagaimana tujuan dari penelitian ini. Bab ini mencakup latar belakang

penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

(23)

Tita Rosita, 2015

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES

SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(24)

45

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini merupakan bagian metode penelitian yang terdiri atas desain

penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel dan definisi operasional,

instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data.

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk mengukur derajat hubungan antara tiga

variabel yaitu kekerasan psikologis guru, self-esteem siswa dan tingkat stres siswa;

sehingga desain penelitian yang digunakan yaitu penelitian korelasional.

Kekerasan psikologis dalam penelitian ini sebagai variabel bebas, self-eteem

dan tingkat stres sebagai variabel terikat.. Secara skematis model penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3. Skema Desain Penelitian

Keterangan :

X = Kekerasan psikologis

Y1= Self-eteem

Y2 = Tingkat stres

3.2Populasi dan Sampel Penelitian X

Y1

(25)

Tita Rosita, 2015

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI jurusan Rekayasa

Perangkat Lunak SMK “X” Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2014-2015 yang

berjumlah 146 siswa.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu nonprobability

sampling. Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi

untuk dipilih menjadi sampel (Sugiono, 2012, hlm. 95), sehingga sampel dalam

penelitian ini adalah semua siswa kelas XI jurusan Rekayasa Perangkat Lunak SMK

“X” Kabupaten Bandung.

3.3 Variabel dan Definisi Operasional

Penelitian ini terdapat empat variabel yaitu kekerasan psikologis, self-esteem,

stres, dan jenis kelamin.

a. Kekerasan psikologis

Definisi konseptual kekerasan terhadap anak dan remaja menurut Adorno

(dalam Azevedo & Azevedo, 2008, hlm. 22) adalah kekerasan interpersonal,

penyalahgunaan kekuasan dalam mengadakan hukuman dan tanggung jawab, proses

di mana korban ditundukkan dan dijadikan suatu objek, bentuk pelanggaran hak-hak

asasi anak dan remaja

Kekerasan psikologis adalah perilaku yang meliputi rasa tidak peduli

(indifference), penghinaan (humiliation), mengisolasi (isolation), penolakan

(rejection), dan teror (terror) (Azevedo & Azevedo, 2008, hlm. 68).

Definisi operasional kekerasan psikologis yang dimaksud dalam penelitian ini

yaitu tindak kekerasan yang dialami siswa kelas XI jurusan Rekayasa Perangkat

Lunak SMK “X” Kabupaten Bandung dari guru mata pelajaran Pemograman Dekstop

dalam bentuk perilaku tidak peduli, penghinaan, mengisolasi, penolakan, dan teror

terhadap siswa yang menimbulkan luka psikis.

(26)

47

Definisi konseptual self-esteem menurut Coopersmith (1967) adalah evaluasi

yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya terutama mengenai sikap

menerima atau menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap

kemampuannya, keberartian, kesuksesan dan keberhargaan. Ada empat komponen

yang menjadi sumber dalam pembentukan self-esteem individu yaitu power,

significance, virtue, dan competence (Coopersmith, 1967).

Definisi operasional self-esteem yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

penilaian siswa terhadap power, significance, virtue, dan competence yang

dimilikinya pada saat proses pembelajaran Pemograman Dekstop.

c. Stres

Stres muncul ketika ada tuntutan-tuntutan terhadap pribadi seseorang yang

membebani atau melampaui kemampuannya dalam menyesuaikan diri. (Lazarus,

1999, hlm. 62). Pendekatan stres berdasarakan penilaian kognitif (cognitive

appraisal) menurut Lazarus & Folkman (1984, hlm. 22) setiap individu dapat

menampilkan reaksi psikis dan psikologis yang berbeda-beda dalam berbagai situasi

stres.

Reaksi psikis yang muncul akibat stres diantaranya yaitu sakit kepala, jantung

berdetak kencang, mudah lelah, sakit perut (Syamsu, 2004, hlm. 95), sedangkan

reaksi psikologis yang muncul akibat stres menurut Atkinson, dkk. (1991) dapat

dilihat dari aspek anxiety (kecemasan), anger and agresion (kemarahan dan agresi),

apathy and depresion (ketidakberdayaan), dan cognitive impairment (penurunan

fungsi kognitif).

Stres yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi atau perasaan

tertekan yang membebani siswa akibat kekerasan psikologis yang mereka peroleh

dari guru mata pelajaran Pemograman Dekstop. Reaksi stres yang muncul pada siswa

dapat dilihat dari aspek gejala fisik (sakit kepala saat belajar, jantung berdetak

(27)

Tita Rosita, 2015

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

aspek gejala psikologis kecemasan, kemarahan dan agresi, ketidakberdayaan, dan

penurunan fungsi kognitif.

3.4Hipotesis Statistik Penelitian

Teknik analisis statistik yang digunakan adalah statistik non-parametrik

dengan menggunakan uji korelasi Multivariate. Adapun hipotesis statistiknya adalah:

H0 : rxy = 0 : Tidak terdapat hubungan antara kekerasan psikologis guru dengan

self-esteem dan tingkat stres siswa SMK.

H1 : rxy ≠ 0 : Terdapat hubungan antara kekerasan psikologis guru dengan self-esteem

dan tingkat stres siswa SMK.

Kriteria uji signifikansi H0 dilakukan dengan cara membandingkan nilai α

dengan Pvalue. H0 ditolak jika Pvalue < α dengan taraf signifikansi α = 0,05.

3.5Instrumen Penelitian

3.5.1 Jenis Instrumen

a. Alat ukur kekerasan psikologis

Instrumen kekerasan psikologis merupakan kuesioner yang berisi

pernyataan-pernyataan yang mengungkapkan kekerasan psikologis yang diterima siswa

berdasarkan teori kekerasan psikologis dari Azevedo & Azevedo (2008). Dalam skala

ini subjek diminta untuk memilih salah satu dari empat kemungkinan jawaban (SS =

sangat sesuai, S = sesuai, TS = tidak sesuai, STS = sangat tidak sesuai) yang terdapat

pada setiap item yang dirasakan paling sesuai dengan dirinya.

Kisi-kisi mengenai alat ukur tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Kekerasan Psikologis

(28)

49

+ -

Kekerasan Psikologis

Tidak peduli - Guru mengabaikan kebutuhan rasa ingin tahu siswa

- Guru tidak peduli terhadap kemampuan siswa

- Guru tidak peduli terhadap kehadiran siswa

1 2

3

4

Penghinaan - Guru menghina siswa - Guru mengkritik siswa - Guru menyindir siswa - Guru mengejek hasil usaha

siswa

Mengisolasi - Guru tidak memberi

kesempatan belajar tambahan - Guru hanya membatasi sumber

buku belajar siswa

11

12

Penolakan - Guru tidak menghargai gagasan siswa

- Guru mendiskriminasi siswa

13 14

15 Teror -Guru menimbulkan situasi yang

menakutkan bagi siswa -Guru menimbulkan rasa cemas

pada siswa dengan ancaman

17 16

18

Item-item dalam alat ukur di atas mengukur tingkat kekerasan psikologis,

dimana setiap item memiliki aturan skoring sebagai berikut:

Tabel 3.2 Ketentuan Skor Item Alat Ukur Tingkat Kekerasan Psikologis

Alternatif Jawaban Pernyataan

b. Alat ukur self-esteem

Alat ukur self-esteem merupakan kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan

yang mengungkapkan self-esteem siswa berdasarkan teori self-esteem dari

(29)

Tita Rosita, 2015

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

empat kemungkinan jawaban (SS = sangat sesuai, S = sesuai, TS = tidak sesuai,

STS= sangat tidak sesuai) yang terdapat pada setiap item yang dirasakan paling

sesuai dengan dirinya.

Kisi-kisi mengenai alat ukur tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Self-Esteem

Variabel Aspek Indikator Sebaran Item

+ -

Self-esteem

Power - Siswa mampu untuk mengendalikan dirinya.

- Siswa memiliki pendapat yang diterima oleh teman

1,2

4

3

5

Significance - Siswa merasa dipedulikan oleh guru dan teman.

- Siswa mendapat dukungan guru dan teman

- Siswa merasa diterima guru dan temannya

6

8,9

10,11 7

Virtue - Kepatuhan siswa terhadap aturan di kelas

12 13

Competence - Siswa dapat mengerjakan tugas dengan baik dan benar

- Siswa memiliki tuntunan prestasi 14

16

15

17

Item-item dalam alat ukur di atas mengukur tingkat self-esteem, dimana setiap

item memiliki aturan skoring sebagai berikut:

Tabel 3.4 Ketentuan Skor Item Alat Ukur Tingkat Self-Esteem

Alternatif Jawaban Pernyataan

Alat ukur stres ini merupakan kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan

(30)

51

psikologis akibat stres menurut Syamsu (2004, hlm. 95) dan Atkinson, dkk. (1991).

Dalam skala ini subjek diminta untuk memilih salah satu dari empat kemungkinan

jawaban (SS = sangat sesuai, S = sesuai, TS = tidak sesuai, STS = sangat tidak

sesuai) yang terdapat pada setiap item yang dirasakan paling sesuai dengan dirinya.

Kisi-kisi mengenai alat ukur tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Tingkat Stres

Item-item dalam alat ukur di atas mengukur tingkat stres, dimana setiap item

memiliki aturan skoring sebagai berikut:

Tabel 3.6 Ketentuan Skor Item Alat Ukur Tingkat Stres

Alternatif Jawaban Pernyataan

3.5.2 Uji Coba Alat Ukur

Variabel Aspek Sub Aspek Indikator Sebaran Item

+ -

- Siswa merasakan sakit kepala - Siswa merasakan jantung

berdetak kencang

- Siswa merasakan mudah lelah - Siswa merasakan sakit perut

4

Anxiety (kecemasan) - Siswa merasa cemas 6,7

Anger and agresion

(kemarahan dan agresi)

- Siswa merasa marah dan ingin menyerang guru

8,9

Apathy

(ketidakberdayaan)

- Siswa merasa tidak berdaya 10,13 11,12

(31)

Tita Rosita, 2015

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data try out

terpakai. Try out terpakai merupakan istilah yang digunakan untuk proses penelitian

yang menggunakan sampel yang sama dengan sampel dalam uji validitas dan

reliabilitasnya (Setiadi, Matindas, & Chairy, 1998). Uji coba alat ukur ini dilakukan

terhadap 146 subjek penelitian, untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur

kekerasan psikologis, self-esteem, dan tingkat stres.

3.5.2.1Analisis Item

Analisis item ini dilakukan pada tiga variabel yaitu kekerasan psikologis,

self-esteem, dan tingkat stres dengan cara menghitung koefisien antara skor tiap item

dengan skor total. Menurut Sugiono (2011, hlm. 151) untuk penelitian korelasi

dengan data yang sifatnya ordinal, maka penggunaan statistik untuk proses analisis

item ini menggunakan analisis konsistensi internal dengan menggunakan rumus

koefisien korelasi Multivariate.

Tahap analisis ini menggunakan program SPSS (Stastisical Program for

Social Science 16). Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan SPSS, maka

item dengan koefisien korelasi > 0,25 untuk item kekerasan psikologis dari 18 item

diperoleh 18 item valid, item self-esteem dari 17 item diperoleh 14 item yang valid,

dan item tingkat stres dari 17 item diperoleh 15 item yang valid (dapat dilihat pada

lampian 4, 5, dan 6). Menurut Azwar (2003, hlm. 65) apabila jumlah item dianggap

tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka seorang peneliti dapat

mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria koefisien korelasi

menjadi 0,25.

3.5.2.2Validitas Alat Ukur

Pada skala kekerasan psikologis koefisien konstruk didapatkan dengan cara

mengkorelasikan skor-skor pada aspek kekerasan psikolgis dengan skor total

(32)

53

dengan menggunakan formulasi korelasi Multivariate karena data yang dihasilkan

berbentuk ordinal.

Hasil uji validitas alat ukur kekerasan psikologis dapat dilihat pada lampiran

7, hasil uji validitas alat ukur self-esteem dapat dilihat pada lampiran 8, dan hasil uji

validitas alat ukur tingkat stres dapat dilihat pada lampiran 9.

3.5.2.3 Reliabilitas Alat Ukur

Prinsip umum dalam menginterpretasikan koefisien reabilitas, menggunakan

klasifikasi Guillford dan Benjamin (1956) yaitu reabilitas tinggi jika koefisien korelasi

0,61 – 0,80 dan reabilitas sangat tinggi jika koefisien korelasi 0,81 – 1,00. Perhitungan uji

reliabilitas dilakukan dengan menggunakan Alpha Cronbach. Berdasarkan

pengolahan statistik diperoleh rabilitas dari tiga variabel yang diukur yaitu sebagai

berikut :

a. Reabilitas skala kekerasan psikologis yaitu 0,881 (reabilitas sangat tinggi). 0,881

memiliki arti bahwa 88% variasi skor dapat menunjukkan perbedaan performa

antara subjek yang memiliki karakter stabil dan subjek yang tidak stabil dan

dapat diprediksikan bahwa 88% alat ukur ini dapat menghasilkan skor yang

konsisten jika diujikan dalam kelompok yang memiliki karakteristik yang sama.

12% dari perbedaan skor yang diperoleh menunjukkan adanya variasi error atau

kesalahan dalam pengukuran (dapat dilihat pada lampiran 10).

b. Reabilitas skala self-esteem yaitu 0,666 (reabilitas tinggi). 0,666 memiliki arti

bahwa 66% variasi skor dapat menunjukkan perbedaan performa antara subjek

yang memiliki karakter stabil dan subjek yang tidak stabil dan dapat

diprediksikan bahwa 66% alat ukur ini dapat menghasilkan skor yang konsisten

jika diujikan dalam kelompok yang memiliki karakteristik yang sama. 34% dari

perbedaan skor yang diperoleh menunjukkan adanya variasi error atau kesalahan

dalam pengukuran (dapat dilihat pada lampiran 11).

c. Reabilitas tingkat Stres yaitu 0,863 (reabilitas sangat tinggi). 0,863 memiliki arti

(33)

Tita Rosita, 2015

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang memiliki karakter stabil dan subjek yang tidak stabil dan dapat

diprediksikan bahwa 86% alat ukur ini dapat menghasilkan skor yang konsisten

jika diujikan dalam kelompok yang memiliki karakteristik yang sama. 14% dari

perbedaan skor yang diperoleh menunjukkan adanya variasi error atau kesalahan

dalam pengukuran (dapat dilihat pada lampiran 12).

3.5.2.4Interpretasi Skor

Menurut Azwar (2003, hlm. 105) sebagai suatu hasil ukur berupa angka

(kuantitatif), skor skala memerlukan suatu norma pembanding agar dapat

diinterpretasikan secara kualitatif. Adapun kategorisasi yang digunakan oleh peneliti

adalah kategori berdasar model distribusi normal hal ini didasari oleh suatu asumsi

bahwa skor subjek dalam kelompoknya merupakan estimasi terhadap skor subjek

dalam populasi dan diasumsikan pula bahwa skor subjek dalam populasinya

terdistribusi secara normal.

Lebih spesifik lagi, kategorisasi yang dijadikan dasar interpretasi adalah

kategori berdasarkan jenjang (ordinal). Kategorisasi ini menurut Azwar (2003, hlm.

106), bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang

terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur.

Adapun tabel norma yang akan digunakan pada interpretasi ini adalah:

Tabel 3.7 Norma Interpretasi Skor

Interpretasi

Z < 0 Level kekerasan psikologis/self-esteem/tingkat stres rendah

Z ≥ 0 Level kekerasan psikologis/self-esteem/tingkat stres tinggi

3.6 Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

(34)

55

1) mengadakan orientasi dan observasi terhadap masalah-masalah yang akan

dijadikan bahan penelitian;

2) melakukan studi kepustakaan untuk mengumpulkan berbagai literatur dan

sumber tertulis lainnya seperti jurnal internasional, artikel dari internet yang

berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, dan hasil

penelitian-penelitian dalam tesis;

3) menyusun usulan rancangan penelitian sesuai dengan masalah yang diteliti;

4) menyusun teknik pengambilan data untuk menjaring hal-hal yang akan dilihat

atau diteliti sesuai dengan rencana penelitian.

b. Tahap pelaksanaan meliputi :

1) menentukan jumlah responden yang akan diambil;

2) meminta kesediaan responden untuk memberikan data;

3) melakukan pengambilan data terhadap responden yang telah ditentukan.

c. Tahap pembuatan laporan meliputi :

1) menyusun laporan;

2) menulis hasil penelitian dalam bentuk laporan sebagai bahan pertanggung

jawaban.

3.7 Analisis Data

Untuk menentukan teknik statistik yang digunakan dalam penelitian ini, maka

statistik uji yang akan digunakan haruslah disesuaikan terlebih dahulu dengan data

yang diperoleh. Data yang diperoleh adalah data yang berskala ordinal, data dalam

penelitian ini data dua kelompok tidak berpasangan, kemudian pengujian yang akan

diteliti adalah pengujian korelasional antar variabel, dan teknik statistik berbentuk

(35)

Tita Rosita, 2015

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

analisis data yang dilakukan secara khusus menggunakan program SPSS 16

(36)

68

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

Bab ini merupakan bagian mengenai simpulan, implikasi, dan rekomedasi

dari hasil penelitian yang sudah dilakukan.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, uji empirik, dan pembahasan tentang

kekerasan psikologis guru Pemograman Dekstop terhadap siswa kelas XI jurusan Rekayasa Perangkat Lunak SMK “X” Kabupaten Bandung dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

a. Tingkat kekerasan psikologis guru yang dialami siswa kelas XI jurusan RPL

SMK “X” Kabupaten Bandung pada aspek tidak peduli yaitu 74 siswa berada

pada kategori tinggi dan 74 siswa berada pada kategori rendah; aspek

penghinaan yaitu 80 siswa berada pada kategori tinggi dan 66 siswa berada

pada kategori rendah; aspek mengisolasi yaitu 73 siswa berada pada kategori

tinggi dan 50 siswa berada pada kategori rendah; aspek penolakan yaitu 87

siswa berada pada kategori tinggi dan 61 siswa berada pada kategori rendah;

dan aspek teror yaitu 64 siswa berada pada kategori tinggi dan 82 siswa

berada pada kategori rendah.

b. Tingkat self-esteem siswa kelas XI jurusan RPL SMK “X” Kabupaten Bandung pada aspek power yaitu 82 siswa berada pada kategori tinggi dan 64

siswa berada pada kategori rendah; aspek significance yaitu 77 siswa berada

pada kategori tinggi dan 69 siswa berada pada kategori rendah; aspek virtue

yaitu 35 siswa berada pada kategori tinggi dan 111 siswa berada pada kategori

rendah; dan aspek competence yaitu 65 siswa berada pada kategori tinggi dan

81 siswa berada pada kategori rendah.

c. Tingkat stres siswa kelas XI jurusan RPL SMK “X” Kabupaten Bandung pada aspek gejala fisik yaitu 77 siswa berada pada kategori tinggi dan 69 siswa

berada pada kategori rendah; dan aspek gejala psikis yaitu 67 siswa berada

(37)

Tita Rosita, 2015

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Terdapat hubungan antara kekerasan psikologis guru dengan self-esteem dan

tingkat stres siswa SMK “X” Kabupaten Bandung. 5.2 Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian tentang kekerasan psikologis guru

Pemograman Dekstop terhadap siswa kelas XI jurusan Rekayasa Perangkat Lunak

SMK “X” Kabupaten Bandung memiliki implikasi sebagai berikut:

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam bahan pembuatan modul

terkait sikap dan perilaku tanpa kekerasan psikologis yang perlu dimiliki guru

di SMK “X” Kabupaten Bandung.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk mengadakan pelatihan

terhadap guru dalam memahami pentingnya mengembangkan aspek

self-esteem dan meminimalisir tingkat stres pada siswa dalam proses pembelajaran.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pemahaman

bagi para guru maupun pihak-pihak yang terkait dalam lingkungan

pendidikan baik formal maupun non-formal mengenai kekerasan psikologis,

sehingga dapat memberikan masukan yang dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam menyusun dan memberikan suatu layanan pengajaran

termasuk di dalamnya mengenai pengembangan diri siswa sehingga proses

pembelajaran di dalam maupun di luar kelas dapat terlaksana dengan tepat

dan tujuan yang diharapkannya pun dapat tercapai dengan tepat.

5.3 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dengan memperhatikan

keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini, peneliti mengajukan rekomendasi

agar dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang memerlukannya

sebagai berikut:

a. Penelitian ini hanya mengambil populasi kelas XI jurusan RPL di satu SMK,

sehingga untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif peneliti

merekomendasikan untuk mengadakan penelitian dengan populasi yang lebih

luas dan dari beberapa sekolah dengan jurusan yang berbeda.

b. Untuk penelitian selanjutnya peneliti merekomendasikan melanjutkan

(38)

70

sehingga hasil penelitian yang diperoleh lebih mendalam. Selain itu juga untuk

penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan metode penelitian komparatif yaitu

untuk melihat perbedaan self-esteem dan tingkat stres antara siswa laki-laki dan

(39)

Tita Rosita, 2015

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., & Asroni, M. (2004). Psikologi remaja: Perkembangan peserta didik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Arief, B.N. (1997) Masalah perlindungan hukum bagi anak peradilan anak di Indonesia. Bandung: Mandar Maju.

Atkinson, R.L., dkk. (1991). Penghantar psikologi (Edisi. 8). Jakarta: Erlangga.

Azevedo, M.A & Azevedo, V.N. (2008). Domestic psychological violence: Voice of youth. University of Sao Paulo.

Azwar, S. (2008). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Branden, N. (1992). Six pillars of self-esteem. Newyork: Bantam.

Brown, J. D. (1998). The self. New York: McGraw Hill.

Chaplin. J. P. (2005). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Rajawali Press

Collie R.J. dkk. (2011). Predicting teacher commitment: the impact of school climate and social–emotional learning. Journal psychology in the Schools. DOI: 10.1002/pits.20611.Vol. 48 (10).

Cordon, I.M. (1997). Stress. California State University. Northridge.

Coopeersmith, S. (1967). The antecendents of self-esteem. San Fransisco: Freemab Press.

Cooper, C.L., dkk. (1988). Living with stress. Penguin Books: Middlesex

(40)

71

Crider, A.B. (1983), Psychology. illionis scot foresman and company. Cristopher.

Djamal, M. (2013). Kekerasan di sekolah-studi kasus kekerasan di SMP dan MTs di kabupaten purworejo. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta

Djamil, M. N. (2013). Anak bukan untuk dihukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Eriyanti, R.W. (2011). Kekerasan verbal dalam pembelajaran di SMP kota malang. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Negeri Malang.

Esteban, E.J. (2006). Parental verbal abuse- culture-specific coping behavior of college students in the philippines. Journal child psychiatry & human development. Volume 36 issue 3.

Davidson, G. C., dkk. (2004). Psikologi abnormal. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Guilford, J.P. (1956). Fundamental statistics in psychology and. education. New York: McGraw-Hill.

Hurlock, Elizabeth. (1994). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kaplan, R.M., & Saccuzzo, D.P. (2005). Psychological testing: principles

Khodarahimi, S. (2014). The role of family violence on mental health and hopefulness in an iranian adolescents sample. Journal of family. DOI 10.1007/s10896-014-9587-4.

Krauss H.H, dkk. (Penyunting). (2005) Violence in schools: Cross-National and cross-cultural perspectives. Amerika : Springer Science & Business Media, Inc.

(41)

Tita Rosita, 2015

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lazarus, R.S & Folkman, S. (1984). Stress, appraisal, and coping. New York: Springer Publishing Company.

Tanpa nama. (2013). Bullying pada institusi pendidikan ditinjau dari sudut pandang hukum. Diakses dari: http :// lbhmawarsaron.or.id/ home/index.php?option=com_

content&view=article&id=149:bullying-pada-Poerwandari. (1998). Psikologi pendidikan. Jakarta : PT. RajaGrafindo

Sarafino, E,.P. (1994). Health Psychology. New York: John W iiey & Sons Inc.

Shalahuddin, O. (2012). Menyoal kekerasan dan penghukuman fisik di sekolah. Diakses dari. from : https://odishalahuddin.wordpress.com/2012/09/

09/menyoal-kekerasan-dan-penghukuman-fisik-di-sekolah-3/

Santrock, J.W. (2003). Adolescence: perkembangan remaja (6th.ed). Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W. (2007). Remaja, edisi kesebelas. Jakarta: Erlangga.

(42)

73

Saptarini, Y. (2009). Kekerasan dalam lembaga pendidikan formal (studi mengenai kekerasan oleh guru terhadap siswa sekolah dasar di surakarta). (Skripsi). FISIP Jurusan Sosiologi, Universitas Negeri Semarang.

Setiadi, B., Matindas, R., & Chairy, L. (1998). Pedoman Penulisan Skripsi Psikologi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Silalahi, Ulber. (2010). Metode penelitian sosial. Jakarta: Refika Aditama.

Sriati, Aat. (2008). Harga diri remaja. Universitas Padjadjaran Fakultas Ilmu. Keperawatan

Sri, R. (2012). Hat-hati kekerasan verbal terhadap anak. Diakses dari:

http://tekno.kompas.com/read/2012/09/09/14023719/hati-hati.kekerasan.verbal.pada.anak.

Susilowati, P. (2008). Kekerasan pada siswa di sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Surya, M. (2014). Strategi kognitif dalam proses pembelajaran. Garut : STKIP Garut Press

Unicef. (2000). Domestic violence against women and girls. Innocenti Digest.

Yanto. (2013). Kekerasan verbal timbulkan luka hati di anak. Diakses dari: http://erabaru.net/kehidupan/parenting/5660-kekerasan-verbal-timbulkan-luka-di-hati-anak.

Yusuf, S. (2004). Mental hygiene; Perkembangan kesehatan mental dalam kajian psikolog dan agama. Bandung: Bani Quraisy

Wiyani, A.N. (2012). Save our children from school bullying. Yogyakarta : Ar-ruz Media Group.

(43)

Tita Rosita, 2015

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG

Gambar

Tabel 1.1  Tempat Terjadinya Kekerasan terhadap Anak
Tabel 1.2  Bentuk Kekerasan terhadap Anak
Gambar 3. Skema Desain Penelitian
Tabel 3.2 Ketentuan Skor Item Alat Ukur Tingkat Kekerasan Psikologis
+4

Referensi

Dokumen terkait

139. Pemahaman akan evaluan yang hendak dievaluasi akan menjadi landasan kuat bagi evaluator dalam mengembangkan pekerjaan evaluasinya serta dapat menentukan fokus evaluasi yang

[r]

Tunas integritas adalah pegawai kementerian dan penyelenggara negara di lingkungan kementerian yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan Training of Trainer

Berdasarkan pengamatan observasi yang penulis lakukan di SMAN 19 Bandung, bahwa siswa ataupun atlet yang mengikuti ekstrakurikuler bola basket dan ekstrakurikuler bola

Penelitian ini dilakukan untuk membahas budaya lokal didalam sistem pemerintahan gampong di Aceh yang berdasarkan qanun nomer 5 tahun 2003.. Adapun maksud penelitian ini

[r]

Sahabat MQ/ setelah Susno Duadji membuka skandal makelar kasus di Mabes Polri/ ancaman mendekam dalam sel selama 21 hari menanti// MANTAN Kabareskrim POLRI

Dan diperoleh hasil bahwa dengan identifikasi pola data serta penggunaan data demand yang sesungguhnya dapat meningkatkan akurasi peramalan, dengan metode yang