Tita Rosita, 2015
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES
SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pendidikan Bidang Psikologi Pendidikan
Oleh Tita Rosita NIM 1302601
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
TITA ROSITA
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES
SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing
Dr. Tina Hayati Dahlan, M.Pd., Psikolog NIP. 197204192009122002
Mengetahui,
Tita Rosita, 2015
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Prof. Dr. H. Juntika Nurihsan, M.Pd NIP. 196606011991031005
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul "Hubungan antara Kekerasan
Psikologis Guru dengan Self-Esteem dan Tingkat Stres Siswa SMK “X” Kabupaten Bandung" beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan
etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran
etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Agustus 2015
Yang membuat pernyataan,
Kesuksesan sejati adalah ketika kita berhasil meyakinkan semua yang diperoleh pada dasarnya bersumber dari kemurahan Allah SWT.
Tita Rosita, 2015
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
ABSTARK
Tita Rosita. 2015. Hubungan antara Kekerasan Psikologis Guru dengan Self-Esteem dan Tingkat Stres
Siswa SMK “X” Kabupaten Bandung. Tesis. Dibimbing oleh: Dr. Tina Hayati Dahlan, M.Pd.,
Psikolog. Program Studi Psikologi Pendidikan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Penelitian ini berangkat dari permasalahan kekerasan psikologis yang dilakukan guru terhadap siswa
SMK “X” Kabupaten Bandung pada saat proses pembelajaran Pemograman Dekstop. Kekerasan psikologis guru memiliki karakteristik menyamarkan dirinya dan kadang menjadi ideologi yang dibenarkan sebagai tindakan perlindungan untuk kebaikan siswa, namun demikian siswa cenderung sakit hati, mudah stres, dan rendah diri atas perlakuan gurunya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kekerasan psikologis yang dilakukan guru dengan
self-esteem dan tingkat stres siswa SMK. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
korelasional. Sampel penelitian sebanyak 146 siswa kelas XI jurusan Rekayasa Perangkat Lunak
SMK “X” Kabupaten Bandung yang mengalami kekerasan psikologis dari guru mata pelajaran
Pemograman Dekstop dengan menggunakan teknik nonprobability sampling. Data penelitian diperoleh melalui instrumen yang disusun oleh peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kekerasan psikologis guru dengan self-esteem dan tingkat stres siswa SMK “X” Kabupaten Bandung dengan Rxy1= 0,333 dan Rxy2 = 0,457 Rekomendasi, penelitian ini ditujukan
kepada para pendidik baik yang mengajar di sekolah formal maupun non formal.
Tita Rosita, 2015
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Tita Rosita. 2015. The Correlation between Teachers’ Psychological Abuse and Students’ Self -Esteem and Stress Level in Vocational High School “X” Bandung Regency. A Thesis. Supervised by: Dr. Tina Hayati Dahlan, M.Pd., Psychologist. Educational Psychology Study Program, the School of Postgraduate Studies, Indonesia University of Education, Bandung.
The research departs from the problem of teachers’ psychological abuse to their students in a
vocational high school in Bandung Regency taking place during the teaching and learning of Desktop
Programming. Teachers’ psychological abuse has the characteristics of being disguised and
sometimes justified as a form of students’ protection, while in reality students are hurt, tend to suffer
from stress, and have low self-esteem as a result of their teachers’ action. Therefore, the research aims to identify the correlation between teachers’ psychological abuse and vocational high school
students’ self-esteem and stress level. It adopted a correlational method, with a sample of 146 eleventh grade students of Software Engineering Department of Vocational High School “X” in Bandung Regency who experienced psychological abuse from their teachers in the subject of Desktop Programming taken through non-probability sampling. The data were obtained through the
researcher’s self-developed instrument. Results show that there was correlation between teachers’
psychological abuse and students’ self-esteem and stress level at Vocational High School “X” Bandung Regency with Rxy1= 0.333 and Rxy2= 0.457. The finding is recommended to be taken into
consideration by teachers of both formal and non-formal schools.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Pertanyaan Penelitian ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
1.5 Struktur Organisasi Tesis ... 8
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
Tita Rosita, 2015
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.1.1 Pengertian Kekerasan Psikologis ... 9
2.1.2 Bentuk Kekerasan Psikologi ... 10
2.1.3 Karakteristik Kekerasan Psikologis ... 12
2.1.4 Dampak Kekerasan Psikologis ... 12
2.1.5 Faktor yang Memengaruhi Kekerasan Psikologis ... 14
2.1.6 Dasar Hukum Perlindungan Anak ... 16
2.1.7 Prinsip-Prinsip Dasar Sekolah Ramah Anak ... 18
2.2 Self-Esteem ... 18
2.2.1 Pengertian Self-Esteem ... 18
2.2.2 Aspek Self-Esteem ... 19
2.2.3 Proses Pembentukan Self-Esteem ... 21
2.2.4 Self-Esteem pada Remaja ... 23
2.2.5 Perbedaan Tingkat Self-Esteem ... 24
2.3. Stres ... 27
2.3.1 Konsep Dasar Stres ... 27
2.3.2 Pengertian Stres ... 29
2.3.3 Pendekatan Stres ... 29
2.3.4 Macam-Macam Stres ... 37
2.3.5 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Stres ... 38
2.3.7 Penyebab Stres ... 40
2.3.8 Gejala Stres ... 40
2.4 Kerangka Berpikir ... 42
2.5 Hipotesis Penelitian ... 44
BAB III METODE PENELITIAN ... 45
3.1Desain Penelitian ... 45
v
3.3 Variabel dan Definisi Operasional ... 46
3.4 Hipotesis Statistik Penelitian ... 48
3.5 Instrumen Penelitian ... 48
3.5.1 Jenis Instrumen ... 48
3.5.2 Uji Coba Alat Ukur ... 51
3.5.2.1 Analisis Item ... 51
3.5.2.2 Validitas Alat Ukur ... 52
3.5.2.3 Reliabilitas Alat Ukur ... 52
3.5.2.4 Interpretasi Skor ... 53
3.6 Prosedur Penelitian ... 54
3.7 Analisis Data ... 55
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 56
4.1 Temuan Penelitian dan Pembahasan ... 56
4.1.1 Profil Tingkat Kekerasan Psikologis ... 56
4.1.2 Profil Tingkat Self-Esteem ... 58
4.1.3 Profil Tingkat Stres ... 60
4.2Uji Empirik dan Pembahasan Hubungan antara Kekerasan Psikologis Guru dengan Self-Esteem dan Tingkat Stres Siswa SMK ... 63
4.3Keterbatasan Penelitian ... 67
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 68
5.1 Simpulan ... 68
5.2 Implikasi ... 69
5.3 Rekomendasi ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 70
LAMPIRAN ... 74
RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 93
Tita Rosita, 2015
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
1.1Tabel Tempat Terjadinya ... 1
1.2 Tabel Bentuk Kekerasan ... 2
3.1 Tabel Kisi-Kisi Instrumen Kekerasan Psikologis ... 48
3.2 Tabel Ketentuan Skor Item Alat Ukur Tingkat Kekerasan Psikologis ... 49
3.3 Tabel Kisi-Kisi Instrumen Self-Esteem ... 49
3.4 Tabel Ketentuan Skor Item Alat Ukur Tingkat Self-Esteem ... 50
3.5 Tabel Kisi-Kisi Instrumen Tingkat Stres ... 50
3.6 Tabel Ketentuan Skor Item Alat Ukur Tingkat Stres ... 51
3.7 Tabel Norma Interpretasi Skor ... 54
4.1 Tabel Profil Tingkat Kekerasan Psikologis Guru yang Dialami Siswa SMK“X” Kabupaten Bandung ... 56
4.2 Tabel Profil Tingkat Self-Esteem Siswa SMK“X” Kabupaten Bandung ... 58
vii
4.4 Tabel Hasil Korelasi antara Kekerasan Psikologis Guru dengan Self-Esteem dan
Tingkat Stres Siswa SMK “X” Kabupaten Bandung ... 63
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Skema Struktur Organisasi Tesis ... 8
Gambar 2 Skema Kerangka Berpikir ... 44
Gambar 3 Skema Desain Penelitian ... 45
Gambar 4.1 Diagram Profil Tingkat Kekerasan Psikologis Guru yang Dialami Siswa
SMK “X” Kabupaten Bandung ... 57
Gambar 4.2 Diagram Profil Self-Esteem Siswa SMK “X” Kabupaten Bandung ... 59
Tita Rosita, 2015
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Alat Ukur Kekerasan Psikologis ... 74
Lampiran 2 Alat Ukur Self-Esteem ... 76
Lampiran 3 Alat Ukur Tingkat Stres... 78
Lampiran 4 Analisis Item Skala Kekerasan Psikologis ... 80
Lampiran 5 Analisis Item Skala Self-Esteem ... 81
Lampiran 6 Analisis Item Skala Tingkat Stres ... 82
Lampiran 7 Hasil Perhitungan Validitas Kekerasan Psikologis ... 83
Lampiran 8 Hasil Perhitungan Validitas Self-Esteem ... 84
Lampiran 9 Hasil Perhitungan Validitas Tingkat Stres ... 85
ix
Lampiran I1 Hasil Perhitungan Reabilitas Self-Esteem ... 88
Lampiran 12 Hasil Perhitungan Reabilitas Tingkat Stres ... 90
Lampiran 13 Hasil Perhitungan Hubungan Kekerasan Psikologis Guru dengan
Tita Rosita, 2015
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES
SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bagian pendahuluan yang terdiri atas latar belakang
penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
1.1 Latar Belakang Penelitian
Kekerasan menurut World Health Organization (dalam Krauss, dkk. 2005,
hlm. 14) adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan
terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang
mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar atau trauma,
kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak.
Perampasan hak anak dengan kekerasan merupakan suatu pelanggaran
terhadap hak asasi anak dan secara khusus dikenai tindak pidana, sebagaimana
diatur dalam Pasal 77 sampai dengan Pasal 89 UU tentang perlindungan anak
(Djamil, 2013). Perlindungan anak Mengacu pada UU Nomor 23 Tahun 2002
adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar
hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari diskriminasi
dan kekerasan.
Kekerasan terhadap anak dapat terjadi dalam lingkungan keluarga maupun
sekolah (Pinheiro, 2006). Berdasarkan data Komisi Nasional Perlindungan Anak
tahun 2007, tempat terjadinya kasus kekerasan dan bentuk kekerasan disajikan
dalam tabel sebagai berikut (Tanpa nama, 2013):
Tabel 1.1 Tempat Terjadinya Kekerasan terhadap Anak
Kekerasan Jumlah Kasus Persentase
Di Sekolah 226 54,20%
Di Luar Sekolah 191 45,80%
2
Tita Rosita, 2015
Tabel 1.2 Bentuk Kekerasan terhadap Anak
Kekerasan Jumlah Kasus Persentasi
Kekerasan Fisik 89 21,34%
Kekerasan Seksual 118 28.30%
Kekerasan Psikis 210 50,36%
Total 417 100%
Tabel 1.1 dan 1.2 menunjukkan presentasi kasus kekerasan di Indonesia
yang terjadi di sekolah lebih tinggi dibandingkan di luar sekolah dan presentasi
kasus kekerasan psikologis lebih tinggi dibandingkan dengan kasus kasus
kekerasan lain. Penelitian ini lebih difokuskan pada kekerasan psikologis yang
dilakukan guru.
Kekerasan yang dilakukan guru berdasarakan hasil penelitian United
Nations Children Fund (UNICEF) pada tahun 2006 di beberapa daerah di
Indonesia di antaranya menunjukkan bahwa 80% guru di Jawa Tengah mengaku
pernah menghukum siswa-siswanya dengan berteriak di depan kelas dan 55%
guru mengaku pernah menyuruh siswa mereka berdiri di depan kelas; 90% guru di
Sulawesi Selatan mengaku pernah menyuruh siswa berdiri di depan kelas, 73%
guru pernah berteriak kepada siswa, dan 54% guru pernah menyuruh siswa untuk
membersihkan toilet; dan lebih dari 90% guru di Sumatra Utara menyatakan
pernah menyuruh siswa mereka berdiri di depan kelas, sedangkan 80% guru
pernah berteriak pada siswanya (Shalahuddin, 2012).
Hasil penelitian yang dilakukan Public Mental Health (CPMH) Fakultas
Psikologi UGM di SMA, SMK dan MA di 4 kota besar yaitu Solo, Semarang,
Surabaya, dan Malang bahwa dari 2000 responden yang diambil secara random
diketahui 8,60% siswa secara langsung meyaksikan gurunya melakukan kekerasan
(Natalia, 2012).
Hasil penelitian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
Tita Rosita, 2015
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES
SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yaitu 80% guru menggunakan hukuman fisik dan melakukan kekerasan verbal
terhadap siswanya (Sri, 2012).
Menurut Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
terdapat tiga bentuk kekerasan terhadap anak, yaitu kekerasan fisik, psikis, dan
seksual (Djamil, 2013).
Klasifikasi kekerasan psikologis pada anak menurut Azevedo & Azevedo
(2008, hlm. 68) yaitu indifference (tidak peduli), humiliation (penghinaan),
isolation (mengisolasi), rejection (penolakan), dan terror (teror). Kekerasan
psikologis telah dikembangkan oleh beberapa peneliti, contoh-contoh spesifiknya
adalah kata-kata penolakkan, membantah, mengancam, menolak respon
emosional atau mengabaikan, mengejek, mengkritik, mengalihkan, menyindir,
merendahkan, dan mempermalukan (Briere, Dubowitz, & Evans, DePanfilis
Thousand; dalam Esteban, 2006, hlm. 244).
Perilaku guru yang merendahkan atau mempermalukan siswa pada saat
mengajar dengan alasan pendisiplinan atau dengan tujuan mendidik menimbulkan
luka psikis. Menurut Wiyani (2012, hlm. 27) bahwa kekerasan psikologis
mengakibatkan trauma psikologis, rasa takut, rasa tidak aman, dendam,
menurunnya semangat belajar, daya konsentrasi, kreativitas, hilangnya inisiatif
dan daya tahan mental siswa, menurunnya rasa percaya diri, inferior, stres,
depresi, dan dalam jangka panjang dapat menurunkan prestasi serta perubahan
perilaku yang menetap.
Menurut Stevens (dalam Azevedo & Azevedo, hlm. 97) bahwa
konsekuensi dari kekerasan psikologis yaitu dapat merusak self-esteem korban,
dapat merusak perkembangan psikologis anak yang mencakup perkembangan
kecerdasan, memori, pengakuan, persepsi, perhatian, imajinasi dan rasa moralitas,
dapat membahayakan perkembangan sosial anak dan kemampuan anak untuk
4
Tita Rosita, 2015
Penelitian O’Hagan (dalam Esteban, 2006, hlm. 244) mengemukakan
bahwa kekerasan psikologis melemahkan kemampuan anak untuk memahami dan
mengelola lingkungannya dengan menciptakan kebingungan dan ketakutan, stres,
pemahaman anak lebih rentan dan kurang percaya diri. Meskipun penerimaan
mereka terhadap kekerasan psikologis dari orang tua sebagai praktik disiplin,
analisis tematik persepsi anak memiliki dampak sedih, sakit, takut, frustrasi, dan
melemahkan harga dirinya (Esteban, 2006, hlm. 252).
Penelitian lain menunjukkan bahwa kekerasan yang dialami anak dapat
menyebabkan gangguan mental seperti depresi, kecemasan, serangan panik,
gangguan stres pasca trauma, agresi, masalah interpersonal, depresi, dan
psikosomatik atau keluhan fisik pada anak-anak dan remaja (Darves-Bornoz, dkk.,
Finkelhor, Itzin dkk., Lanktree dkk., Sidebotham, Wallace dan Roberson, Widom;
dalam Khodarahimi, 2014, hlm. 261).
Beberapa hasil penelitian di atas menunjukan bahwa dampak kekerasan
psikologis memiliki kontribusi merusak terhadap perkembangan anak baik secara
fisik maupun psikis. Dua dampak kekerasan psikis diantaranya yaitu anak rentan
terhadap stres dan self-esteem anak rendah.
Self-esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan
memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan
indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian,
kesuksesan dan keberhargaan. Secara singkat self-esteem adalah “personal
judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti yang di ekspresikan dalam
sikap-sikap individu terhadap dirinya (Coopersmith, 1967).
Terdapat beberapa faktor yang menghambat pertumbuhan self-esteem.
Menurut Nathaniel Braden (dalam Coopersmith, 1967) hal-hal yang dapat
menghambat pembentukan self-esteem diantaranya adalah perasaan takut. Rasa
takut juga berhubungan dengan pikiran, memori, perasaan, atau kata-kata,
seringkali rasa takut dan cemas dihasilkan oleh produk negatif pikiran kita dan
lingkungan sekitarnya. Bila produk negatif pikiran tersebut telah menjadi suatu
Tita Rosita, 2015
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES
SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Stres berdasarkan prinsip dasar pendekatan relasional dalam pendekatan
subjektif yaitu bahwa penilaian pentingnya apa yang terjadi terhadap orang itu
berdasarkan persfektifnya sendiri. Pikiran mengevaluasi untuk menafsirkan apa
yang terjadi atas dasar nilai-nilai pribadi, tujuan, dan keyakinan. Pendekatan
relasional mempertimbangkan karakteristik lingkungan dan orang, serta
kepentingan relatif mereka; makna relasional bagian dari proses stres yaitu
berdasarkan penilaian subjektif dari makna pribadi apa yang terjadi (Lazarus,
1999, hlm. 59-60).
Reaksi stres yang terjadi pada individu dalam intensitas tertentu dapat
memaksimalkan produksi energi yang akan membantu tubuh untuk menghadapi
berbagai situasi yang menantang atau mengancam, dan individu cenderung untuk
menggunakan semaksimal mungkin kemampuannya dalam situasi demikian
(Bernard & Krupat, 1994). Namun demikian tidak semua anak dapat meregulasi
kekerasan psikologis yang dialaminya sebagai hal positif terhadap pekembangan
dirinya.
Salah satu dampak negatif dari stres diantaranya sering kali sulit
menangkap sebuah informasi, bahkan stres dalam tingkatan yang tinggi dapat
mengurangi memori dan atensi individu dalam sebuah proses kognitif (Cohen
dkk. 1986; dalam Sarafino, 1994).
Berdasarkan hasil wawancara nonformal pada tanggal 4 April 2015 yang
dilakukan pada tiga siswa kelas XI jurusan Rekayasa Perangkat Lunak di SMK “X” Kabupaten Bandung, diperoleh informasi bahwa mereka pernah mengalami kondisi stres yang disebabkan oleh perlakuan guru mata pelajaran Pemograman
Dekstop pada saat proses pembelajaran yaitu dengan mengatakan bahwa mereka
bodoh, diabaikan saat mereka bertanya, tidak dihargai atas usaha penyelesaian
tugas-tugasnya, dan bahkan mereka tidak berani bertanya saat tidak faham
terhadap materi yang disampaikan gurunya karena rasa takut. Mereka juga kadang
berharap guru tersebut tidak masuk karena mereka merasa sering sakit hati atas
6
Tita Rosita, 2015
tersebut merasa kurang bisa memahami materinya karena yang berada dalam
pikiran mereka rasa khawatir terhadap perlakuan dari gurunya.
Hasil pengambilan data awal ini mengindikasikan bahwa stres pada salah
satu siswa diantaranya disebabkan perlakuan dari guru pada saat proses
pembelajaran. Siswa tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang pada
umumnya mereka berada pada rentang usia remaja, dimana Santrock (2003)
bahwa masa remaja disebut juga masa masa-masa strom dan stress, maka
dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap optimalisasi perkembangan
kognitifnya. Selain itu menurut Hurlock (1994) masa remaja sebagai masa
pencarian identitas, masa usia bermasalah dan masa periode perubahan. Salah satu
fenomena yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi remaja pada fase
tahapan perkembangan ini adalah berkaitan dengan masalah self-esteem.
Seorang individu dengan self-esteem yang tinggi akan menunjukkan
kepercayaan diri, menerima dan menghargai diri sendiri, perasaan mampu dan
lebih produktif (Ali & Asroni, 2006, hlm. 72), sehingga siswa SMK dengan
self-esteem yang tinggi diharapkan setelah lulus siap menghadapi dunia kerja lebih
profesional dengan rasa percaya diri atas kemampuan yang dimilikinya. Hal ini
sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 merumuskan bahwa
Pendidikan Menengah Kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki
lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.
Guru sebagai profesi yang melaksanakan tugas terbesar dalam
mensukseskan tujuan pendidikan dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990
dihadapkan pada tantangan keberagaman latar belakang siswa baik sosial maupun
budayanya. Sehingga untuk menghadapi hal tersebut, guru perlu memiliki
komitmen yang kuat dalam menjalankan tugasnya. Hopkins dan Stern (1996)
menjelaskan bahwa komitmen mendorong guru untuk mencari metode pengajaran
yang lebih baik, bahkan ketika siswa menunjukkan sikap negatif atau perilaku
yang sulit. Komitmen guru juga memiliki dampak positif pada siswa melalui
Tita Rosita, 2015
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES
SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kepercayaan diri siswa (Bryk & Driscoll, Louis & Smith, Louis Firestone; dalam
Collie R.J. dkk., 2011, hlm. 1035).
Berdasarkan penjelasan fenomena di atas, sehingga peneliti memandang
perlu melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara kekerasan
psikologis guru mata pelajaran Pemograman Dekstop dengan self-esteem dan
tingkat stres siswa kelas XI Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak di SMK “X”
Kabupaten Bandung Bandung Tahun Ajaran 2014-2015.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian ini terkait dengan kekerasan psikologis yang
dilakukan guru mata pelajaran Pemograman Dekstop terhadap siswa kelas XI
Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak SMK “X” Kabupaten Bandung Tahun Ajaran
2014-2015 akan diawali dengan rumusan-rumusan masalah berikut ini;
1. Bagaimana profil tingkat kekerasan psikologis guru yang dialami siswa SMK?
2. Bagaimana profil tingkat self-esteem siswa SMK?
3. Bagaimana profil tingkat stres siswa SMK?
Rumusan-rumusan masalah di atas secara lebih rinci akan digali untuk
menjawab pertanyaan sebagai berikut :
“Apakah terdapat hubungan antara kekerasan psikologis guru dengan self-esteem dan tingkat stres siswa SMK?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengidentifikasi profil tingkat kekerasan psikologis guru mata
pelajaran Pemograman Dekstop SMK “X” Kabupaten Bandung.
2. Untuk mengidentifikasi profil tingkat self-esteem siswa kelas XI jurusan
Rekayasa Perangkat Lunak SMK “X” Kabupaten Bandung.
3. Untuk mengidentifikasi profil tingkat stres siswa kelas XI jurusan Rekayasa
8
Tita Rosita, 2015
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES
SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
4. Untuk mengidentifikasi hubungan antara kekerasan psikologis guru dengan
self-esteem dan tingkat stres siswa kelas XI jurusan Rekayasa Perangkat Lunak SMK “X” Kabupaten Bandung.
1.4 Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat dalam rangka memperkaya
referensi dalam memahami hubungan kekerasan psikologis yang dilakukan oleh
guru dengan self-esteem dan tingkat stres siswa, serta mengetahui perbedaan
hubungan antara kekerasan psikologis guru dengan self-esteem dan tingkat stres
siswa laki-laki dan perempuan.
Adapun manfaat lain dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi guru SMK “X” Kabupaten Bandung, penelitian ini diharapkan
memberikan informasi terkait hubungan kekerasan psikologis dengan
self-esteem dan tingkat stres.
2. Bagi guru SMK “X” Kabupaten Bandung, penelitian ini diharapkan
memberikan masukan yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam menyusun dan memberikan suatu layanan pengajaran termasuk di
dalamnya mengenai pengembangan diri siswa sehingga proses pembelajaran
di dalam maupun di luar kelas dapat terlaksana dengan tepat dan tujuan yang
diharapkannya pun dapat tercapai dengan tepat. Selain itu hasil penelitian ini
dapat dijadikan rujukan dalam bahan pembuatan modul terkait sikap dan
perilaku yang perlu dimiliki oleh seorang guru dalam mendidik siswa.
1.5Struktur Organisasi Tesis
Untuk membantu menggambarkan struktur orgaanisasi tesis, secara
sedehana dalam skema sebagai berikut :
Bab I yaitu pendahuluan yang
mengkaji alasan penelitian ini dilakukan dan bagaimana tujuan dari penelitian ini. Bab ini mencakup latar belakang
penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
Tita Rosita, 2015
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES
SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
45
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini merupakan bagian metode penelitian yang terdiri atas desain
penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel dan definisi operasional,
instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data.
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk mengukur derajat hubungan antara tiga
variabel yaitu kekerasan psikologis guru, self-esteem siswa dan tingkat stres siswa;
sehingga desain penelitian yang digunakan yaitu penelitian korelasional.
Kekerasan psikologis dalam penelitian ini sebagai variabel bebas, self-eteem
dan tingkat stres sebagai variabel terikat.. Secara skematis model penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3. Skema Desain Penelitian
Keterangan :
X = Kekerasan psikologis
Y1= Self-eteem
Y2 = Tingkat stres
3.2Populasi dan Sampel Penelitian X
Y1
Tita Rosita, 2015
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI jurusan Rekayasa
Perangkat Lunak SMK “X” Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2014-2015 yang
berjumlah 146 siswa.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu nonprobability
sampling. Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel (Sugiono, 2012, hlm. 95), sehingga sampel dalam
penelitian ini adalah semua siswa kelas XI jurusan Rekayasa Perangkat Lunak SMK
“X” Kabupaten Bandung.
3.3 Variabel dan Definisi Operasional
Penelitian ini terdapat empat variabel yaitu kekerasan psikologis, self-esteem,
stres, dan jenis kelamin.
a. Kekerasan psikologis
Definisi konseptual kekerasan terhadap anak dan remaja menurut Adorno
(dalam Azevedo & Azevedo, 2008, hlm. 22) adalah kekerasan interpersonal,
penyalahgunaan kekuasan dalam mengadakan hukuman dan tanggung jawab, proses
di mana korban ditundukkan dan dijadikan suatu objek, bentuk pelanggaran hak-hak
asasi anak dan remaja
Kekerasan psikologis adalah perilaku yang meliputi rasa tidak peduli
(indifference), penghinaan (humiliation), mengisolasi (isolation), penolakan
(rejection), dan teror (terror) (Azevedo & Azevedo, 2008, hlm. 68).
Definisi operasional kekerasan psikologis yang dimaksud dalam penelitian ini
yaitu tindak kekerasan yang dialami siswa kelas XI jurusan Rekayasa Perangkat
Lunak SMK “X” Kabupaten Bandung dari guru mata pelajaran Pemograman Dekstop
dalam bentuk perilaku tidak peduli, penghinaan, mengisolasi, penolakan, dan teror
terhadap siswa yang menimbulkan luka psikis.
47
Definisi konseptual self-esteem menurut Coopersmith (1967) adalah evaluasi
yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya terutama mengenai sikap
menerima atau menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap
kemampuannya, keberartian, kesuksesan dan keberhargaan. Ada empat komponen
yang menjadi sumber dalam pembentukan self-esteem individu yaitu power,
significance, virtue, dan competence (Coopersmith, 1967).
Definisi operasional self-esteem yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
penilaian siswa terhadap power, significance, virtue, dan competence yang
dimilikinya pada saat proses pembelajaran Pemograman Dekstop.
c. Stres
Stres muncul ketika ada tuntutan-tuntutan terhadap pribadi seseorang yang
membebani atau melampaui kemampuannya dalam menyesuaikan diri. (Lazarus,
1999, hlm. 62). Pendekatan stres berdasarakan penilaian kognitif (cognitive
appraisal) menurut Lazarus & Folkman (1984, hlm. 22) setiap individu dapat
menampilkan reaksi psikis dan psikologis yang berbeda-beda dalam berbagai situasi
stres.
Reaksi psikis yang muncul akibat stres diantaranya yaitu sakit kepala, jantung
berdetak kencang, mudah lelah, sakit perut (Syamsu, 2004, hlm. 95), sedangkan
reaksi psikologis yang muncul akibat stres menurut Atkinson, dkk. (1991) dapat
dilihat dari aspek anxiety (kecemasan), anger and agresion (kemarahan dan agresi),
apathy and depresion (ketidakberdayaan), dan cognitive impairment (penurunan
fungsi kognitif).
Stres yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi atau perasaan
tertekan yang membebani siswa akibat kekerasan psikologis yang mereka peroleh
dari guru mata pelajaran Pemograman Dekstop. Reaksi stres yang muncul pada siswa
dapat dilihat dari aspek gejala fisik (sakit kepala saat belajar, jantung berdetak
Tita Rosita, 2015
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
aspek gejala psikologis kecemasan, kemarahan dan agresi, ketidakberdayaan, dan
penurunan fungsi kognitif.
3.4Hipotesis Statistik Penelitian
Teknik analisis statistik yang digunakan adalah statistik non-parametrik
dengan menggunakan uji korelasi Multivariate. Adapun hipotesis statistiknya adalah:
H0 : rxy = 0 : Tidak terdapat hubungan antara kekerasan psikologis guru dengan
self-esteem dan tingkat stres siswa SMK.
H1 : rxy ≠ 0 : Terdapat hubungan antara kekerasan psikologis guru dengan self-esteem
dan tingkat stres siswa SMK.
Kriteria uji signifikansi H0 dilakukan dengan cara membandingkan nilai α
dengan Pvalue. H0 ditolak jika Pvalue < α dengan taraf signifikansi α = 0,05.
3.5Instrumen Penelitian
3.5.1 Jenis Instrumen
a. Alat ukur kekerasan psikologis
Instrumen kekerasan psikologis merupakan kuesioner yang berisi
pernyataan-pernyataan yang mengungkapkan kekerasan psikologis yang diterima siswa
berdasarkan teori kekerasan psikologis dari Azevedo & Azevedo (2008). Dalam skala
ini subjek diminta untuk memilih salah satu dari empat kemungkinan jawaban (SS =
sangat sesuai, S = sesuai, TS = tidak sesuai, STS = sangat tidak sesuai) yang terdapat
pada setiap item yang dirasakan paling sesuai dengan dirinya.
Kisi-kisi mengenai alat ukur tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Kekerasan Psikologis
49
+ -
Kekerasan Psikologis
Tidak peduli - Guru mengabaikan kebutuhan rasa ingin tahu siswa
- Guru tidak peduli terhadap kemampuan siswa
- Guru tidak peduli terhadap kehadiran siswa
1 2
3
4
Penghinaan - Guru menghina siswa - Guru mengkritik siswa - Guru menyindir siswa - Guru mengejek hasil usaha
siswa
Mengisolasi - Guru tidak memberi
kesempatan belajar tambahan - Guru hanya membatasi sumber
buku belajar siswa
11
12
Penolakan - Guru tidak menghargai gagasan siswa
- Guru mendiskriminasi siswa
13 14
15 Teror -Guru menimbulkan situasi yang
menakutkan bagi siswa -Guru menimbulkan rasa cemas
pada siswa dengan ancaman
17 16
18
Item-item dalam alat ukur di atas mengukur tingkat kekerasan psikologis,
dimana setiap item memiliki aturan skoring sebagai berikut:
Tabel 3.2 Ketentuan Skor Item Alat Ukur Tingkat Kekerasan Psikologis
Alternatif Jawaban Pernyataan
b. Alat ukur self-esteem
Alat ukur self-esteem merupakan kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan
yang mengungkapkan self-esteem siswa berdasarkan teori self-esteem dari
Tita Rosita, 2015
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
empat kemungkinan jawaban (SS = sangat sesuai, S = sesuai, TS = tidak sesuai,
STS= sangat tidak sesuai) yang terdapat pada setiap item yang dirasakan paling
sesuai dengan dirinya.
Kisi-kisi mengenai alat ukur tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Self-Esteem
Variabel Aspek Indikator Sebaran Item
+ -
Self-esteem
Power - Siswa mampu untuk mengendalikan dirinya.
- Siswa memiliki pendapat yang diterima oleh teman
1,2
4
3
5
Significance - Siswa merasa dipedulikan oleh guru dan teman.
- Siswa mendapat dukungan guru dan teman
- Siswa merasa diterima guru dan temannya
6
8,9
10,11 7
Virtue - Kepatuhan siswa terhadap aturan di kelas
12 13
Competence - Siswa dapat mengerjakan tugas dengan baik dan benar
- Siswa memiliki tuntunan prestasi 14
16
15
17
Item-item dalam alat ukur di atas mengukur tingkat self-esteem, dimana setiap
item memiliki aturan skoring sebagai berikut:
Tabel 3.4 Ketentuan Skor Item Alat Ukur Tingkat Self-Esteem
Alternatif Jawaban Pernyataan
Alat ukur stres ini merupakan kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan
51
psikologis akibat stres menurut Syamsu (2004, hlm. 95) dan Atkinson, dkk. (1991).
Dalam skala ini subjek diminta untuk memilih salah satu dari empat kemungkinan
jawaban (SS = sangat sesuai, S = sesuai, TS = tidak sesuai, STS = sangat tidak
sesuai) yang terdapat pada setiap item yang dirasakan paling sesuai dengan dirinya.
Kisi-kisi mengenai alat ukur tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Tingkat Stres
Item-item dalam alat ukur di atas mengukur tingkat stres, dimana setiap item
memiliki aturan skoring sebagai berikut:
Tabel 3.6 Ketentuan Skor Item Alat Ukur Tingkat Stres
Alternatif Jawaban Pernyataan
3.5.2 Uji Coba Alat Ukur
Variabel Aspek Sub Aspek Indikator Sebaran Item
+ -
- Siswa merasakan sakit kepala - Siswa merasakan jantung
berdetak kencang
- Siswa merasakan mudah lelah - Siswa merasakan sakit perut
4
Anxiety (kecemasan) - Siswa merasa cemas 6,7
Anger and agresion
(kemarahan dan agresi)
- Siswa merasa marah dan ingin menyerang guru
8,9
Apathy
(ketidakberdayaan)
- Siswa merasa tidak berdaya 10,13 11,12
Tita Rosita, 2015
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data try out
terpakai. Try out terpakai merupakan istilah yang digunakan untuk proses penelitian
yang menggunakan sampel yang sama dengan sampel dalam uji validitas dan
reliabilitasnya (Setiadi, Matindas, & Chairy, 1998). Uji coba alat ukur ini dilakukan
terhadap 146 subjek penelitian, untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur
kekerasan psikologis, self-esteem, dan tingkat stres.
3.5.2.1Analisis Item
Analisis item ini dilakukan pada tiga variabel yaitu kekerasan psikologis,
self-esteem, dan tingkat stres dengan cara menghitung koefisien antara skor tiap item
dengan skor total. Menurut Sugiono (2011, hlm. 151) untuk penelitian korelasi
dengan data yang sifatnya ordinal, maka penggunaan statistik untuk proses analisis
item ini menggunakan analisis konsistensi internal dengan menggunakan rumus
koefisien korelasi Multivariate.
Tahap analisis ini menggunakan program SPSS (Stastisical Program for
Social Science 16). Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan SPSS, maka
item dengan koefisien korelasi > 0,25 untuk item kekerasan psikologis dari 18 item
diperoleh 18 item valid, item self-esteem dari 17 item diperoleh 14 item yang valid,
dan item tingkat stres dari 17 item diperoleh 15 item yang valid (dapat dilihat pada
lampian 4, 5, dan 6). Menurut Azwar (2003, hlm. 65) apabila jumlah item dianggap
tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka seorang peneliti dapat
mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria koefisien korelasi
menjadi 0,25.
3.5.2.2Validitas Alat Ukur
Pada skala kekerasan psikologis koefisien konstruk didapatkan dengan cara
mengkorelasikan skor-skor pada aspek kekerasan psikolgis dengan skor total
53
dengan menggunakan formulasi korelasi Multivariate karena data yang dihasilkan
berbentuk ordinal.
Hasil uji validitas alat ukur kekerasan psikologis dapat dilihat pada lampiran
7, hasil uji validitas alat ukur self-esteem dapat dilihat pada lampiran 8, dan hasil uji
validitas alat ukur tingkat stres dapat dilihat pada lampiran 9.
3.5.2.3 Reliabilitas Alat Ukur
Prinsip umum dalam menginterpretasikan koefisien reabilitas, menggunakan
klasifikasi Guillford dan Benjamin (1956) yaitu reabilitas tinggi jika koefisien korelasi
0,61 – 0,80 dan reabilitas sangat tinggi jika koefisien korelasi 0,81 – 1,00. Perhitungan uji
reliabilitas dilakukan dengan menggunakan Alpha Cronbach. Berdasarkan
pengolahan statistik diperoleh rabilitas dari tiga variabel yang diukur yaitu sebagai
berikut :
a. Reabilitas skala kekerasan psikologis yaitu 0,881 (reabilitas sangat tinggi). 0,881
memiliki arti bahwa 88% variasi skor dapat menunjukkan perbedaan performa
antara subjek yang memiliki karakter stabil dan subjek yang tidak stabil dan
dapat diprediksikan bahwa 88% alat ukur ini dapat menghasilkan skor yang
konsisten jika diujikan dalam kelompok yang memiliki karakteristik yang sama.
12% dari perbedaan skor yang diperoleh menunjukkan adanya variasi error atau
kesalahan dalam pengukuran (dapat dilihat pada lampiran 10).
b. Reabilitas skala self-esteem yaitu 0,666 (reabilitas tinggi). 0,666 memiliki arti
bahwa 66% variasi skor dapat menunjukkan perbedaan performa antara subjek
yang memiliki karakter stabil dan subjek yang tidak stabil dan dapat
diprediksikan bahwa 66% alat ukur ini dapat menghasilkan skor yang konsisten
jika diujikan dalam kelompok yang memiliki karakteristik yang sama. 34% dari
perbedaan skor yang diperoleh menunjukkan adanya variasi error atau kesalahan
dalam pengukuran (dapat dilihat pada lampiran 11).
c. Reabilitas tingkat Stres yaitu 0,863 (reabilitas sangat tinggi). 0,863 memiliki arti
Tita Rosita, 2015
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang memiliki karakter stabil dan subjek yang tidak stabil dan dapat
diprediksikan bahwa 86% alat ukur ini dapat menghasilkan skor yang konsisten
jika diujikan dalam kelompok yang memiliki karakteristik yang sama. 14% dari
perbedaan skor yang diperoleh menunjukkan adanya variasi error atau kesalahan
dalam pengukuran (dapat dilihat pada lampiran 12).
3.5.2.4Interpretasi Skor
Menurut Azwar (2003, hlm. 105) sebagai suatu hasil ukur berupa angka
(kuantitatif), skor skala memerlukan suatu norma pembanding agar dapat
diinterpretasikan secara kualitatif. Adapun kategorisasi yang digunakan oleh peneliti
adalah kategori berdasar model distribusi normal hal ini didasari oleh suatu asumsi
bahwa skor subjek dalam kelompoknya merupakan estimasi terhadap skor subjek
dalam populasi dan diasumsikan pula bahwa skor subjek dalam populasinya
terdistribusi secara normal.
Lebih spesifik lagi, kategorisasi yang dijadikan dasar interpretasi adalah
kategori berdasarkan jenjang (ordinal). Kategorisasi ini menurut Azwar (2003, hlm.
106), bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang
terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur.
Adapun tabel norma yang akan digunakan pada interpretasi ini adalah:
Tabel 3.7 Norma Interpretasi Skor
Interpretasi
Z < 0 Level kekerasan psikologis/self-esteem/tingkat stres rendah
Z ≥ 0 Level kekerasan psikologis/self-esteem/tingkat stres tinggi
3.6 Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
55
1) mengadakan orientasi dan observasi terhadap masalah-masalah yang akan
dijadikan bahan penelitian;
2) melakukan studi kepustakaan untuk mengumpulkan berbagai literatur dan
sumber tertulis lainnya seperti jurnal internasional, artikel dari internet yang
berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, dan hasil
penelitian-penelitian dalam tesis;
3) menyusun usulan rancangan penelitian sesuai dengan masalah yang diteliti;
4) menyusun teknik pengambilan data untuk menjaring hal-hal yang akan dilihat
atau diteliti sesuai dengan rencana penelitian.
b. Tahap pelaksanaan meliputi :
1) menentukan jumlah responden yang akan diambil;
2) meminta kesediaan responden untuk memberikan data;
3) melakukan pengambilan data terhadap responden yang telah ditentukan.
c. Tahap pembuatan laporan meliputi :
1) menyusun laporan;
2) menulis hasil penelitian dalam bentuk laporan sebagai bahan pertanggung
jawaban.
3.7 Analisis Data
Untuk menentukan teknik statistik yang digunakan dalam penelitian ini, maka
statistik uji yang akan digunakan haruslah disesuaikan terlebih dahulu dengan data
yang diperoleh. Data yang diperoleh adalah data yang berskala ordinal, data dalam
penelitian ini data dua kelompok tidak berpasangan, kemudian pengujian yang akan
diteliti adalah pengujian korelasional antar variabel, dan teknik statistik berbentuk
Tita Rosita, 2015
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
analisis data yang dilakukan secara khusus menggunakan program SPSS 16
68
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
Bab ini merupakan bagian mengenai simpulan, implikasi, dan rekomedasi
dari hasil penelitian yang sudah dilakukan.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data, uji empirik, dan pembahasan tentang
kekerasan psikologis guru Pemograman Dekstop terhadap siswa kelas XI jurusan Rekayasa Perangkat Lunak SMK “X” Kabupaten Bandung dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
a. Tingkat kekerasan psikologis guru yang dialami siswa kelas XI jurusan RPL
SMK “X” Kabupaten Bandung pada aspek tidak peduli yaitu 74 siswa berada
pada kategori tinggi dan 74 siswa berada pada kategori rendah; aspek
penghinaan yaitu 80 siswa berada pada kategori tinggi dan 66 siswa berada
pada kategori rendah; aspek mengisolasi yaitu 73 siswa berada pada kategori
tinggi dan 50 siswa berada pada kategori rendah; aspek penolakan yaitu 87
siswa berada pada kategori tinggi dan 61 siswa berada pada kategori rendah;
dan aspek teror yaitu 64 siswa berada pada kategori tinggi dan 82 siswa
berada pada kategori rendah.
b. Tingkat self-esteem siswa kelas XI jurusan RPL SMK “X” Kabupaten Bandung pada aspek power yaitu 82 siswa berada pada kategori tinggi dan 64
siswa berada pada kategori rendah; aspek significance yaitu 77 siswa berada
pada kategori tinggi dan 69 siswa berada pada kategori rendah; aspek virtue
yaitu 35 siswa berada pada kategori tinggi dan 111 siswa berada pada kategori
rendah; dan aspek competence yaitu 65 siswa berada pada kategori tinggi dan
81 siswa berada pada kategori rendah.
c. Tingkat stres siswa kelas XI jurusan RPL SMK “X” Kabupaten Bandung pada aspek gejala fisik yaitu 77 siswa berada pada kategori tinggi dan 69 siswa
berada pada kategori rendah; dan aspek gejala psikis yaitu 67 siswa berada
Tita Rosita, 2015
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Terdapat hubungan antara kekerasan psikologis guru dengan self-esteem dan
tingkat stres siswa SMK “X” Kabupaten Bandung. 5.2 Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian tentang kekerasan psikologis guru
Pemograman Dekstop terhadap siswa kelas XI jurusan Rekayasa Perangkat Lunak
SMK “X” Kabupaten Bandung memiliki implikasi sebagai berikut:
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam bahan pembuatan modul
terkait sikap dan perilaku tanpa kekerasan psikologis yang perlu dimiliki guru
di SMK “X” Kabupaten Bandung.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk mengadakan pelatihan
terhadap guru dalam memahami pentingnya mengembangkan aspek
self-esteem dan meminimalisir tingkat stres pada siswa dalam proses pembelajaran.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pemahaman
bagi para guru maupun pihak-pihak yang terkait dalam lingkungan
pendidikan baik formal maupun non-formal mengenai kekerasan psikologis,
sehingga dapat memberikan masukan yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam menyusun dan memberikan suatu layanan pengajaran
termasuk di dalamnya mengenai pengembangan diri siswa sehingga proses
pembelajaran di dalam maupun di luar kelas dapat terlaksana dengan tepat
dan tujuan yang diharapkannya pun dapat tercapai dengan tepat.
5.3 Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dengan memperhatikan
keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini, peneliti mengajukan rekomendasi
agar dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang memerlukannya
sebagai berikut:
a. Penelitian ini hanya mengambil populasi kelas XI jurusan RPL di satu SMK,
sehingga untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif peneliti
merekomendasikan untuk mengadakan penelitian dengan populasi yang lebih
luas dan dari beberapa sekolah dengan jurusan yang berbeda.
b. Untuk penelitian selanjutnya peneliti merekomendasikan melanjutkan
70
sehingga hasil penelitian yang diperoleh lebih mendalam. Selain itu juga untuk
penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan metode penelitian komparatif yaitu
untuk melihat perbedaan self-esteem dan tingkat stres antara siswa laki-laki dan
Tita Rosita, 2015
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M., & Asroni, M. (2004). Psikologi remaja: Perkembangan peserta didik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Arief, B.N. (1997) Masalah perlindungan hukum bagi anak peradilan anak di Indonesia. Bandung: Mandar Maju.
Atkinson, R.L., dkk. (1991). Penghantar psikologi (Edisi. 8). Jakarta: Erlangga.
Azevedo, M.A & Azevedo, V.N. (2008). Domestic psychological violence: Voice of youth. University of Sao Paulo.
Azwar, S. (2008). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Branden, N. (1992). Six pillars of self-esteem. Newyork: Bantam.
Brown, J. D. (1998). The self. New York: McGraw Hill.
Chaplin. J. P. (2005). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Rajawali Press
Collie R.J. dkk. (2011). Predicting teacher commitment: the impact of school climate and social–emotional learning. Journal psychology in the Schools. DOI: 10.1002/pits.20611.Vol. 48 (10).
Cordon, I.M. (1997). Stress. California State University. Northridge.
Coopeersmith, S. (1967). The antecendents of self-esteem. San Fransisco: Freemab Press.
Cooper, C.L., dkk. (1988). Living with stress. Penguin Books: Middlesex
71
Crider, A.B. (1983), Psychology. illionis scot foresman and company. Cristopher.
Djamal, M. (2013). Kekerasan di sekolah-studi kasus kekerasan di SMP dan MTs di kabupaten purworejo. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta
Djamil, M. N. (2013). Anak bukan untuk dihukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Eriyanti, R.W. (2011). Kekerasan verbal dalam pembelajaran di SMP kota malang. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Negeri Malang.
Esteban, E.J. (2006). Parental verbal abuse- culture-specific coping behavior of college students in the philippines. Journal child psychiatry & human development. Volume 36 issue 3.
Davidson, G. C., dkk. (2004). Psikologi abnormal. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Guilford, J.P. (1956). Fundamental statistics in psychology and. education. New York: McGraw-Hill.
Hurlock, Elizabeth. (1994). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kaplan, R.M., & Saccuzzo, D.P. (2005). Psychological testing: principles
Khodarahimi, S. (2014). The role of family violence on mental health and hopefulness in an iranian adolescents sample. Journal of family. DOI 10.1007/s10896-014-9587-4.
Krauss H.H, dkk. (Penyunting). (2005) Violence in schools: Cross-National and cross-cultural perspectives. Amerika : Springer Science & Business Media, Inc.
Tita Rosita, 2015
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lazarus, R.S & Folkman, S. (1984). Stress, appraisal, and coping. New York: Springer Publishing Company.
Tanpa nama. (2013). Bullying pada institusi pendidikan ditinjau dari sudut pandang hukum. Diakses dari: http :// lbhmawarsaron.or.id/ home/index.php?option=com_
content&view=article&id=149:bullying-pada-Poerwandari. (1998). Psikologi pendidikan. Jakarta : PT. RajaGrafindo
Sarafino, E,.P. (1994). Health Psychology. New York: John W iiey & Sons Inc.
Shalahuddin, O. (2012). Menyoal kekerasan dan penghukuman fisik di sekolah. Diakses dari. from : https://odishalahuddin.wordpress.com/2012/09/
09/menyoal-kekerasan-dan-penghukuman-fisik-di-sekolah-3/
Santrock, J.W. (2003). Adolescence: perkembangan remaja (6th.ed). Jakarta: Erlangga.
Santrock, J.W. (2007). Remaja, edisi kesebelas. Jakarta: Erlangga.
73
Saptarini, Y. (2009). Kekerasan dalam lembaga pendidikan formal (studi mengenai kekerasan oleh guru terhadap siswa sekolah dasar di surakarta). (Skripsi). FISIP Jurusan Sosiologi, Universitas Negeri Semarang.
Setiadi, B., Matindas, R., & Chairy, L. (1998). Pedoman Penulisan Skripsi Psikologi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Silalahi, Ulber. (2010). Metode penelitian sosial. Jakarta: Refika Aditama.
Sriati, Aat. (2008). Harga diri remaja. Universitas Padjadjaran Fakultas Ilmu. Keperawatan
Sri, R. (2012). Hat-hati kekerasan verbal terhadap anak. Diakses dari:
http://tekno.kompas.com/read/2012/09/09/14023719/hati-hati.kekerasan.verbal.pada.anak.
Susilowati, P. (2008). Kekerasan pada siswa di sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Surya, M. (2014). Strategi kognitif dalam proses pembelajaran. Garut : STKIP Garut Press
Unicef. (2000). Domestic violence against women and girls. Innocenti Digest.
Yanto. (2013). Kekerasan verbal timbulkan luka hati di anak. Diakses dari: http://erabaru.net/kehidupan/parenting/5660-kekerasan-verbal-timbulkan-luka-di-hati-anak.
Yusuf, S. (2004). Mental hygiene; Perkembangan kesehatan mental dalam kajian psikolog dan agama. Bandung: Bani Quraisy
Wiyani, A.N. (2012). Save our children from school bullying. Yogyakarta : Ar-ruz Media Group.
Tita Rosita, 2015
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN PSIKOLOGIS GURU DENGAN SELF-ESTEEM DAN TINGKAT STRES SISWA SMK “X” KABUPATEN BANDUNG