• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN SANTRI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN SANTRI."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN SANTRI

(Studi Deskriptif di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

Gita Chinintya Gunawan 1001443

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014

(2)

Oleh

Gita Chinintya Gunawan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Imu Pengetahuan Sosial

© Gita Chinintya Gunawan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

GITA CHININTYA GUNAWAN

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS PENDIDIKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN SANTRI

(Studi Deskriptif di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan, Jakarta Selatan)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Pembimbing I

Prof. Dr, Endang Danial Ar, M.Pd NIP. 19500502 197603 1 002

Pembimbing II

Prof. Dr. Endang Sumantri, M.Ed NIP. 19410715 196703 1 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

(4)

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP. 19630820 198803 1 001

3. Penguji : 3.1

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001

3.2

Dr. Prayoga Bestari, S.Pd. M.Si

NIP. 19750414 200501 1 001

3.3

(5)

vi Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

D. Metode Dan Teknik Penelitian……….6

E. Manfaat Penelitian……….………...7

F. Sturktur Organisasi Skripsi………...10

BAB II KAJIAN PUSTAKA……….…………12

F. Teknik Analisis Data………..52

G. Pengujian Keabsahan……….53

(6)

vii Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Deskripsi Umum Lokasi dan Subjek Penelitian………57

B. Deskripsi Hasil Penelitian……….…...………..69

C. Pembahasan Hasil Penelitian……….78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..103

A. Kesimpulan………....…….…...…...103

B. Saran……….105

DAFTAR PUSTAKA………...…...106

(7)

i

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Gita Chinintya Gunawan. (2014). Peran Pondok Pesantren Sebagai Basis Pendidikan Karakter Kepemimpinan Santri (Studi Deskriptif di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan)

Penelitian dilatarbelakangi oleh krisis kepemimpinan yang terjadi di negeri ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh proses perencanaan pendidikan karakter kepemimpinan santri, mengetahui implementasi pendidikan karakter kepemimpinan santri, hambatan dan faktor dominan dalam pendidikan karakter kepemimpinan santri serta hasil akhir dari pendidikan karakter kepemimpinan santri. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan studi dolumentasi. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Proses perencanaan pendidikan karakter kepemimpinan santri telah terprogram dengan baik melalui pembelajaran di kelas pada mata pelajaran leadership/nisaiyyah, pengembangan nilai-nilai karakter yang diberikan pada setiap mata pelajaran, melalui pendidikan 24 jam dan ekstrakurikuler; 2) Implementasi pendidikan karakter kepemimpinan santri dilaksanakan melalui beberapa program dan kegiatan seperti mata pelajaran leadership/nisaiyyah, Organisasi Santri Darunnajah (OSDN), kepramukaan, muhadharah atau pidato tiga bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa inggris dan bahasa arab. Praktik Pengabdian Masyarakat, Panggung Gembira serta melalui pendidikan 24 jam. 3) Hambatan dan faktor dominan yang terjadi pada pendidikan karakter kepemimpinan santri adalah adanya santri yang tidak betah di pesantren karena berbagai alasan, santri merasa kesulitan dalam membagi waktu dengan padatnya kegiatan yang ada di pesantren, letak pesantren yang berada di kota Jakarta menjadikan lingkungan pesantren kurang kondusif bagi santri, adanya wali santri yang tidak paham dengan peraturan pesantren, pengaruh budaya dan pergaulan dari luar pesantren. Faktor dominan dalam pendidikan karakter kepemimpinan santri adalah para kyai, pimpinan pesantren dan guru. 4) Hasil akhir dari pendidikan karakter kepemimpinan santri adalah nilai kepemimpinan seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw, yakni sifat yang amanah dalam kepemimpinannya, sangat peduli terhadap umatnya, tanggung jawab, dapat menjadi sauri teladan yang baik, kedisiplinan, pengendalian nafsu, keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, berakhlak mulia dan menyiapkan santri sebagai calon pengabdi masyarakat, bangsa dan negara. Pesantren diharapkan dapat meningkatkan pendidikan karakter kepemimpinan santri agar menjadi lebih baik lagi.

(8)

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah krisis kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh pada kehidupan bangsa Indonesia. Maka dari itu pendidikan karakter kepemimpinan harus diterapkan sedini mungkin kepada para penerus bangsa agar kelak mereka dapat tumbuh menjadi pemimpin-pemimpin yang sesuai dengan apa yang selama ini diharapkan.

Mengutip pendapat Siagian dalam Nawawi (2006: 28) bahwa „kepemimpinan merupakan inti manajemen yakni sebagai motor penggerak bagi sumber-sumber dan alat-alat dalam organisasi‟. Selanjutnya, ada sifat-sifat tertentu yang harus dimiliki seorang pemimpin, seperti yang disebut oleh Ahmadi (2007: 122-123) sebagai berikut:

1) Cakap. Cakap disini dalam artian luas, bukan saja ahli atau kemahiran teknik dalam suatu bidang tertentu, tetapi meliputi hal-hal yang bersifat abstrak, inisiatif, konsepsi, perencanaan, dan sebagainya. Seorang pemimpin harus memiliki ketajaman berpikir yang kritis dan rasional.

2) Kepercayaan. Menurut Le Bon, seorang pemimpin harus memiliki keyakinan yang kuat, percaya akan kebenaran tujuannya, percaya akan kemampuannya (pada diri sendiri). Sebaliknya dia harus mendapat kepercayaan dari pengikutnya. Ia merupakan syarat adanya wibawa sang pemimpin terhadap anggota-anggotanya.

3) Rasa tanggung jawab. Sifat ini penting sekali sebab manakala seorang pemimpin tidak memiliki rasa tanggung jawab, ia akan mudah bertindak sewenang-wenang terhadap kelompoknya.

4) Berani. Berani dalam arti karena benar dan dengan perhitungan. Lebih-lebih dalam saat-saat yang kritis dan menentukan, pemimpin harus tegas, berni mengambil keputusan dengan konsekuen dan tidak boleh ragu-ragupat bertindak cepat.

5) Tangkas dan ulet. Seorang pemimpin harus dapat bertindak cepat dan tepat. Ia harus tangkas dalam bertindak lebih-lebih jika menghadapi masalah yang rumit. Kegagalan tidak boleh menjadikan ia cepat bosan atau putus asa, tetapi sebaliknya ia harus gigih dan ulet.

(9)

2

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

das sollen. Terutama dalam merumuskan strategi atau menggariskan suatu taktik, hal ini adalah sangat penting.

Karakter kepemimpinan yang lebih dahulu diajarkan kepada peserta didik yaitu mampu memimpin dirinya sendiri dari segala hal yang dianggap tidak baik, mampu mengendalikan diri, mengatur jadwal, menghindari hal-hal negatif, dan lain sebagainya. Pendidikan karakter kepemimpinan ini banyak diterapkan oleh pesantren-pesantren di Indonesia. Pola pendidikan pesantren-pesantren di Indonesia yang menerapkan sistem asrama menuntut santri-santrinya memiliki karakter kepemimpinan. Baik itu memimpin dirinya sendiri, memimpin adik kelas bagi santri senior, maupun para guru dan kyai yang memimpin santri-santrinya.

Pada penelitian sebelumnya, Sa‟dun Akbar (2008) meneliti tentang internalisasi nilai dan karakter peserta didik Daarut-Tauhid, Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan dilaksanakan dengan menyeimbangkan antara aspek pikir dan dzikir (hati) dengan menggunakan metode: learning by doing, simulasi, aksi sosial, khidmad dan ikhtiar, sosiodrama, studi lapangan, hikmah, serta evaluasi reflektif yang mementingkan kesadaran diri. Nilai-nilai dan karakter terinternalisasi secara efektif yang ditunjukkan dengan ciri-ciri santri dan alumni yang suka membantu orang lain, disiplin, kerja keras, optimis, percaya diri, bersih, santun dan murah senyum, berpikir positif, mandiri, sangat menghargai orang lain, kreatif inovatif, patut diteladani, serta islami.

Sejak karakter dimunculkan kembali, model pendidikan pesantren menjadi perhatian banyak pihak. Hal ini disebabkan karena pola pendidikan di pesantren dipandang telah mampu membentuk manusia yang berkarakter lebih positif dibanding sekolah biasa. Selain model pendidikan pesantren Daarut-Tauhid di Bandung, berikut ini juga dikaji model pendidikan karakter di pesantren Gontor.

(10)

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kesungguhan, kesederhanaan, dan tanggung jawab; b) mengkondisikan hidup di lingkungan berasrama sehingga proses pembelajaran berlangsung terus menerus di bawah pengontrolan guru; c) memberi pengarahan nilai dan filosofi hidup; d) menugaskan supaya dapat hidup mandiri dengan cara mengurus dirinya sendiri, mengelola usaha, memimpin organisasi dan bermasyarakat; dan e) membiasakan hidup disiplin, taat beribadah dan taat terhadap peraturan pondok.

Selanjutnya hasil penelitian dari Arifin, Miftahul. (2011) yang meneliti tentang Pendidikan Kepemimpinan di Pondok Pesantren Fathurrahman Gapura Barat Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: Pendidikan kepemimpinan di Pondok Pesantren Fathurrahman Gapura Barat Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep adalah salah satu usaha yang dilaksanakan untuk membina dan mendidik para santri untuk memiliki ilmu pengetahuan agama, mental, sifat dan perilaku yang baik sebagai kader-kader pemimpin dengan melalui kegiatan-kegiatan dan keterampilan baik yang sudah terjadwal maupun tidak. Seperti, pemberian tugas mengajar, latihan pidato, pengiriman santri yang dibutuhkan masyarakat, dan keterampilan komputer.

Dengan diterapkannya pendidikan karakter khususnya karakter kepemimpinan di pesantren diharapkan para santrinya dapat menjadi pemimpin-pemimpin yang baik untuk dirinya sendiri, keluarga, lingkungan masyarakat dan membawa negaranya ke arah yang lebih baik lagi.

(11)

4

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berikut ini adalah fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional, Pasal 3, Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, yaitu:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Jika dibandingkan antara fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional yang dirumuskan dalam Pasal 3, Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional dengan realita permasalahan-permasalahan yang terjadi pada peserta didik, fungsi dan tujuan dari pendidikan nasional tersebut belum dapat tercapai dengan baik. Oleh karena itu, pada saat ini sedang digadang-gadangkan kembali pendidikan karakter yang bertujuan untuk dapat membentuk karakter peserta didik sesuai dengan apa yang diharapkan pada Pasal 3, Undang-Undang No. 20 tahun 2003. Sedangkan menurut Mulyana (2011: 256) “pendidikan karakter merupakan bagian dari pendidikan pada umumnya yang lebih menekankan tumbuhnya sikap yang bermakna dalam kehidupan sosial peserta didik”. Pendidikan karakter adalah tanggung jawab kita bersama guna terbentuknya karakter-karakter penerus bangsa yang sesuai dengan yang diharapkan. Pendidik wajib memberi teladan perilaku/karakter yang baik pada peserta didiknya.

Menurut Stephen Covey (2013) dalam The 7th Habits of Highly Effective Perti mople memiliki rumusan yang menarik yaitu:

(12)

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendidikan karakter di lembaga pendidikan formal diberikan dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, pada Pasal 37 bahwa dalam kurikulum pendidikan dasar, menengah, serta pendidikan tinggi wajib memuat salah satunya adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu pendidikan yang memberikan pelajaran bagaimana menjadi warga negara yang baik, yang dapat berguna bagi bangsa dan negaranya. Sehingga Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan mampu membentuk karakter peserta didiknya sebagaimana yang diharapkan. Pendidikan Kewarganegaraan menurut Djahiri (1996: 18) adalah:

Pendidikan Kewarganegaraan dengan misinya membina pemahaman, keyakinan dan sikap perilaku warga negara Indonesia yang baik. Warga negara Indonesia yang baik antara lain paham dan sadar harga diri, tugas, dan tanggung jawab kewenangan hak dirinya, orang lain, pemerintah, dan negaranya. Paham dan sadar serta mampu melaksanakan hak dalam kehidupan dirinya dengan sesamanya dan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Republik Indonesia dengan sistem dan norma serta sosial budaya Indonesia.

Sebagai mata pelajaran di sekolah, Pendidikan Kewarganegaraan dimunculkan dengan nama mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) berdasarkan Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, yaitu:

Menurut ketentuan tersebut Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Standar Isi ini memuat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PKn baik untuk tingkat SD, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/MAK.

Menurut Wahab dalam Wuryan dan Syaifullah (2008: 9-10) menyatakan bahwa:

(13)

6

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jawab. Agar dapat membuat keputusan secara tepat dan cepat baik untuk dirinya maupun orang lain. Warga negara yang tidak mencemari air dan tidak merusak lingkungan.

Salah satu karakter yang harus diterapkan kepada peserta didik adalah karakter kepemimpinan. Karena kelak mereka yang akan menjadi pemimpin dan penerus bangsa dan harus memiliki karakter kepemimpinan yang baik agar krisis kepemimpinan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia dapat teratasi.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini dirumuskan masalah penelitian secara umum yaitu: Bagaimana peran pondok pesantren sebagai basis pendidikan karakter kepemimpinan santri.

Melihat rumusan masalah tersebut begitu luas, maka penulis akan membatasi masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana proses perencanaan pendidikan karakter kepemimpinan santri di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan?

2. Bagaimana implementasi pendidikan karakter kepemimpinan santri yang dilakukan sehari-hari di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan?

3. Bagaimana hambatan dan faktor dominan pendidikan karakter kepemimpinan santri di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan? 4. Bagaimana hasil akhir proses pendidikan karakter kepemimpinan santri dalam

kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penelitian

(14)

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Tujuan Umum

Sesuai dengan rumusan masalah, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendidikan karakter kepemimpinan santri di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan.

2. Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini yang dirumuskan sebagai berikut yaitu ingin:

a. Mengetahui dan memahami bentuk proses perencanaan yang dilakukan dalam pendidikan karakter kepemimpinan santri di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan.

b. Mengetahui dan memahami implementasi pendidikan karakter kepemimpinan santri yang dilakukan sehari-hari di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan.

c. Mengetahui dan memahami hambatan dan faktor dominan dalam pendidikan karakter kepemimpinan santri di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan.

d. Mengetahui dan memahami hasil akhir dari proses pendidikan karakter kepemimpinan santri dalam kehidupan sehari-hari di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan.

D. Metode dan Teknik Penelitian 1. Metode Penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Moleong

(2011: 6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian

(15)

8

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”.

Sedangkan Sugiyono (2010: 5) mengemukakan pengertian penelitian kualitatif

ialah:

Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambil sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Melalui penggunaan metode dan pendekatan di atas, diharapkan peneliti dapat

memperoleh gambaran tentang pendidikan karakter kepemimpinan santri di Pondok

Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan.

2. Teknik Penelitian

Teknik pengumpulan data lebih menitik beratkan pada perekaman studi yang

terjadi dalam konteks masalah yang dibahas. Dengan demikian pada penelitian ini

alat utama bagi pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Menurut Moleong (2011: 186) “wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu. Maksud melaksanakan wawancara menurut Lincoln dan

Guba dalam Moleong (2011: 186) antara lain “untuk mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan”.

(16)

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyediakan pertanyaan yang disesuaikan dengan pendidikan karakter

kepemimpinan santri.

b. Observasi

Menurut Nasution dalam Sugiyono (2010: 64) menyatakan bahwa observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui

observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat

canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang

sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

Manfaat observasi sebagaimana yang disebutkan oleh Patton dalam Sugiyono

(2010: 67-68) adalah

a) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami

konteks data yang holistik dan menyeluruh.

b) Dengan observasi akan diperoleh pengalaman secara langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jika tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

c) Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu karena telah dianggap biasa dan karena itu tidak akan terungkap dalam wawancara.

d) Dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitive atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

e) Dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi

responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih

komprehensif.

f) Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan daya

yang kaya tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi dan merasakan suasana situasi social yang diteliti.

c. Studi Dokumentasi

Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel atau dapat

(17)

10

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. hasil penelitian juga akan semakin

kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang

telah ada. Sugiyono (2010: 83).

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini sangat diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah

bagi dunia pendidikan dalam menggali persoalan-persoalan yang berhubungan

dengan pendidikan karakter kepemimpinan santri di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan.

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis berupa konsep-konsep baru tentang cara dan upaya dalam melakukan pendidikan karakter kepemimpinan santri di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan.

2. Secara Praktis

a. Bagi pesantren terutama pimpinan pesantren dan guru kelas, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan minimal terhadap peningkatan pelayanan terhadap

santri-santri yang berada di pesantren.

b. Bagi guru pembimbing santri, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan gambaran yang jelas mengenai sistem layanan yang perlu dilakukan

terhadap santri di pesantren.

c. Bagi pemberi kebijakan (Dinas Pendidikan Propinsi maupun Kabupaten/Kota), hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan temuan yang

dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya.

F. Struktur Organisasi Skripsi

(18)

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(19)

44

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Menurut Nasution (2009: 49) lokasi penelitian menunjukan pada pengertian tempat atau lokasi sosial penelitian yang dicirikan oleh adanya tiga unsur yaitu, pelaku, tempat, dan kegiatan yang dapat diobservasi. Lokasi penelitian diadakan di Pondok Pesantren Darunnajah yang beralamat di Jl. Ulujami Raya No 86 Pesanggrahan Jakarta Selatan 12250. Beberapa pertimbangan mengapa melaksanakan penelitian di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan observasi awal diperoleh informasi bahwa Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan adalah salah satu pesantren yang memiliki sistem pendidikan yang menjadikan para santrinya memiliki karakter khususnya karakter kepemimpinan.

b. Adanya keterbukan dari pihak Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan terhadap penelitian yang akan dilaksanakan. c. Lokasi Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan

yang strategis, sehingga memudahkan peneliti untuk mengadakan pemelitian di pesantren tersebut.

2. Subjek Penelitian

(20)

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori.

Jadi dalam penelitian kualitatif subjek penelitiannya adalah pihak-pihak yang akan menjadi sumber penelitian atau dapat disebut sebagai narasumber yang dapat memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan selama penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah pimpinan, pengasuhan santri, guru dan santri Pondok Pesantren Darunnajah

Ulujami Pesanggrahan Jakarta.

Tabel 3.1

Subjek Penelitian Peran Pondok Pesantren Sebagai Basis Pendidikan

Karakter Kepemimpinan Santri (Studi Deskriptif di Pondok Pesantren

Darunnajah Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta DSelatan)

No. Subjek Penelitian Keterangan

1. Pimpinan Pondok Pesantren 2 orang

2. Pengasuhan Santri 2 orang

3. Guru 4 orang

4. Santri 6 orang

(21)

46

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Moleong

(2011: 6) menyatakan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan

dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Sedangkan Sugiyono (2010: 5) menyatakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambil sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Melalui penggunaan metode dan pendekatan di atas, diharapkan peneliti

dapat memperoleh gambaran tentang pendidikan karakter kepemimpinan santri di

Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2011: 4) mengemukakan, prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.

(22)

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Definisi Operasional

Definisi operasional perlu dirumuskan untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman antara pembaca dan penulis tentang berbagai pengertian yang ada dalam penelitian ini.

1. Pondok Pesantren

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 783) “Pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran an yang berarti tempat tinggal santri”.

“Pesantren asal katanya adalah santri, yaitu seorang yang belajar agama Islam, sehingga dengan demikian pesantren mempunyai arti tempat orang untuk berkumpul belajar agama islam” Poerbakawatja (1976: 233).

2. Pendidikan Karakter

Menurut Allport dalam Narwanti (2011: 2) „karakter merupakan suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas. Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia. Karakter bukan sekedar sebuah kepribadian (personality) karena karakter sesungguhmya adalah kepribadian yang ternilai (personality evaluated)‟.

3. Kepemimpinan

“Sebutan pemimpin muncul ketika seseorang memiliki kemampuan mengetahui perilaku orang lain, mempunyai kepribadian khas, dan mempunyai kecakapan tertentu yang jarang didapat orang lain”. Sukamto (1999: 19)

(23)

48

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kepemimpinan menurut Anoraga (1990: 2) “adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, melalui komunikasi yang baik secara langsung maupun secara tidak langsung dengan maksud untuk menggerakan orang-orang tersebut agar dengan penuh pengertian, kesadaran, dan senang hati bersedia mengikuti kehendak-kehandak pemimpin itu”.

4. Santri

“Penggunaan istilah santri ditujukan kepada orang yang sedang menuntut pengetahuan agama di pondok pesantren”. Sukamto (1999: 97). Sedangkan menurut Dhofier dalam Sukamto (1999: 42) “santri adalah mereka yang menuntut ilmu di pesantren”.

D. Prosedur Penelitian

Untuk memudahkan proses penelitian, maka terdapat beberapa tahap dalam penelitian yang disusun secara sistematis. Tahap tersebut antara lain:

1. Tahapan Penelitian

Tahap persiapan penelitian diawali dengan melakukan pengamatan awal dengan mendatangi Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan dengan melakukan kegiatan pra penelitian guna memperoleh informasi dari guru di pesantren tersebut untuk menggali mengenai permasalahan dan untuk menentukan fokus kajian dalam penelitan dan selanjutnya peneliti mengajukan judul dan proposal skripsi sesuai dengan apa yang akan diteliti.

2. Tahap Perizinan Penelitian

(24)

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada rektor UPI Bandung melalui jurusan PKn, ditandatangani oleh ketua Jurusan PKn, selanjutnya diteruskan kepada Dekan FPIPS melalui Pembantu Dekan I untuk mendapatkan surat rekomendasi.

b. Mengajukan surat izin penelitian ke SUBAG MAWA Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dengan melampirkan foto copy proposal skripsi yang telah di sahkan oleh kedua pembimbing, tanda bukti pembayaran SPP, dan foto copy KTM (Kartu Tanda Mahasiswa).

c. Pembantu Dekan I FPIPS mengeluarkan surat rekomendasi permohonan izin penelitian untuk disampaikan kepada rektor UPI melalui Pembantu Rektor Bidang Akademik dan Hubungan Internasional.

d. Rektor UPI melalui Pembantu Rektor Bidang Akademik dan Hubungan Internasional mengeluarkan surat permohonan izin mengadakan penelitian untuk disampaikan pada Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan.

e. Setelah mendapatkan izin kemudian peneliti melakukan penelitian di tempat yang telah ditentukan yaitu Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan.

3. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan inti dari penelitian yang dilakukan, dimana peneliti mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah disusun untuk memecahkan fokus masalah. Penelitian ini berupa penelitian kualitatif deskriptif, jadi pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada tahapan yang ada pada penelitian kualitatif. Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti adalah sebagai berikut :

(25)

50

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Menghubungi Pimpinan Pondok Pesantren, Pengasuhan Santri, Guru dan Santri yang akan diwawancarai.

c. Mengadakan wawancara dengan Pimpinan Pondok Pesantren, Pengasuhan Santri, Guru dan Santri.

d. Menghubungi santri sebagai subjek penelitian untuk diwawancarai.

e. Membuat catatan yang diperlukan dan dianggap penting yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data lebih menitik beratkan pada perekaman studi

yang terjadi dalam konteks masalah yang dibahas. Dengan demikian pada

penelitian ini alat utama bagi pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Menurut Moleong (2011: 186) “wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. Maksud melaksanakan wawancara menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2011: 186) antara lain „untuk mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain‟.

Menurut pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah sebagai cara untuk mendapatkan informasi dengan cara mengajukan pertanyaaan-pertanyaan kepada narasumber untuk mendapatkan informasi atau data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk mengetahui bagaimana pendidikan karakter kepemimpinan santri di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan. Dalam wawancara ini peneliti mewawancarai pimpinan pesantren, pengasuhan santri, guru dan santri

dengan terlebih dahulu menyediakan pertanyaan yang disesuaikan dengan

(26)

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Observasi

Menurut Nasution dalam Sugiyono (2010: 64) menyatakan bahwa observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui

observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang

sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron)

maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

Manfaat observasi sebagaimana yang disebutkan oleh Patton dalam

Sugiyono (2010: 67-68) adalah

a) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data yang holistik dan menyeluruh.

b) Dengan observasi akan diperoleh pengalaman secara langsung, sehingga

memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jika tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery. c) Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak

diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu karena telah dianggap biasa dank arena itu tidak akan terungkap dalam wawancara.

d) Dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitive atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga. e) Dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar

persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

f) Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan daya yang kaya tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi dan merasakan suasana situasi social yang diteliti.

Guba dan Lincoln dalam Moleong (2011: 174) mengemukakan beberapa alasan pentingnya pengamatan dalam penelitian kualitatif, yaitu :

(27)

52

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Ketiga, pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. Keempat, sering terjadi ada keraguan pada peneliti. Kelima, teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. Keenam, dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.

Dapat disimpulkan bahwa observasi atau pengamatan sangat penting

dilakukan dalam penelitian kualitatif karena peneliti dapat mengetahui keadaan

yang sebenarnya di lokasi penelitian guna mengoptimalkan hasil penelitian

sehingga tujuan-tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik.

3. Studi Dokumentasi

“Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di

sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi”. Sugiyono (2010: 83)

Dapat disimpulkan bahwa studi dokumentasi ini dapat menunjang data pada

penelitian kualitatif yang dilakukan peneliti. Agar informasi atau data yang

diperoleh selama penelitian dapat lebih dipercaya keakuratannya sehingga

penelitian ini dapat mencapai hasil yang maksimal.

F. Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data, peneliti menggunakan Model Miles dan

Huberman. Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2010: 90) „bahwa

aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh‟.

(28)

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”.

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data menurut Sugiyono (2010: 92) adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

b. Data Display (Penyajian Data)

Menurut Sugiyono (2010: 95) “dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart ataupun sejenisnya”. Selanjutnya masih menurut Sugiyono (2010, hlm. 95) menjelaskan “bahwa dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan utuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami tersebut”.

c. Conclusion Drawing/Verification

Aktivitas terakhir dalam proses analisis data menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukan masih bersifat sementara dan akan berubah tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Sugiyono, (2010: 99).

(29)

54

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa kausal atau interaktif, hipotesis atau teori”.

G. Pengujian Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2010: 117) Uji keabsahan data dalam penelitian sering ditekankan pada uji validitas dan reliabitas. Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian.

1. Uji Kredibilitas

Sugiyono (2010: 121) mengemukakan “uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check”. Serangkaian aktivitas uji kredibilitas data tersebut penulis terapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Perpanjangan Pengamatan

Menurut Sugiyono (2010: 122) menegaskan bahwa “dengan perpanjangan pangamatan ini berarti hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi”.

b. Meningkatkan Ketekunan

(30)

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati Sugiyono (2010: 125).

Sedangkan menurut Moleong (2010: 329) mengungkapkan bahwa “ketekunan pengamatan bemaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memungkinkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci”.

c. Triangulasi

Moleong (2011: 330) mengemukakan “bahwa triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya”. Sedangkan Sugiyono (2010: 125-127) mengemukakan triangulasi data diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu, yaitu:

1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibiltas data yang dilakukan dengan cara mngecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

2) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

3) Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.

d. Analisis Kasus Negatif

(31)

56

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya Sugiyono (2010,: 128).

e. Menggunakan Bahan Referensi

Yang dimaksud dengan bahan referensi yang cukup disini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia, atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Sugiyono (2010: 128).

f. Mengadakan Member Check

(32)

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

103 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan melaksanakan pendidikan karakter kepemimpinan santri melalui model kolaborasi yakni mengadakan pendidikan karakter dalam mata pelajaran, pengembangan nilai karakter dalam mata pelajaran lain, serta melalui kegiatan ekstrakurikuler.

2. Kesimpulan Khusus

Secara khusus dapat disimpulkan hasil penelitian mengenai pendidikan karakter kepemimpinan santri, antara lain:

a. Proses perencanaan pendidikan karakter kepemimpinan santri telah terprogram dengan baik yaitu melalui pembelajaran di kelas melalui materi kepemimpinan yang ada pada mata pelajaran leadership/nisaiyyah, pengembangan nilai-nilai karakter yang diberikan pada setiap mata pelajaran, melalui pendidikan 24 jam, baik di dalam kelas maupun di dalam lingkungan pondok pesantren dengan penuh kedisiplinan serta melalui program ekstrakurikuler.

b. Implementasi pendidikan karakter kepemimpinan di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami, Pesanggrahan Jakarta Selatan dilaksanakan melalui beberapa program dan kegiatan seperti mata pelajaran

leadership/nisaiyyah, Organisasi Santri Darunnajah (OSDN),

(33)

104

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Makan pagi, persiapan pergi ke sekolah. 4) Belajar di kelas. 5) Jama’ah dzuhur, tadarus, makan siang, istirahat. 6) Belajar siang di kelas. 7) Istirahat. 8). Jama’ah ashar, tadarus Al-Qur’an. 9) Olah raga, aktivitas di luar sekolah, kursus. 10) Mandi menjelang maghrib. 11) Jama’ah maghrib, tadarus Al-Qur’an. 12) Makan malam. 13) Jama’ah isya. 14) Belajar malam. 15) Mufradat, persiapan tidur malam. 16) Istirahat, tidur serta menggunakan bahasa arab dan bahasa inggris dalam berkomunikasi sehari-hari.

c. Hambatan dan faktor dominan yang terjadi pada pendidikan karakter kepemimpinan santri adalah sebagai berikut: (1) Adanya santri yang tidak betah di pesantren karena berbagai alasan. (2) Santri merasa kesulitan dalam membagi waktu dengan padatnya kegiatan yang ada di pesantren. (3) Letak pesantren yang berada di kota Jakarta menjadikan lingkungan pesantren kurang kondusif bagi santri. (4) Adanya wali santri yang tidak paham dengan peraturan pesantren sehingga mengganggu penegakkan kedisiplinan. (5) Pengaruh budaya dan pergaulan dari luar pesantren. Faktor dominan dalam pendidikan karakter kepemimpinan di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan adalah para kyai, pimpinan pesantren dan guru.

(34)

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran

1. Bagi Dinas Pendidikan

a. Hendaknya pemerintah melalui Dinas Pendidikan memberikan dukungan bagi berjalannya proses pendidikan karakter kepemimpinan khususnya di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

2. Bagi Pihak Pondok Pesantren Darunnajah

a. Pesantren diharapkan dapat meningkatkan pendidikan karakter kepemimpinan santri agar menjadi lebih baik lagi.

3. Bagi Guru

a. Guru diharapkan dapat lebih berinovasi dalam menerapkan model pembelajaran yang lebih interaktif.

b. Guru lebih memberikan motivasi dan dukungan kepada para santri.

4. Bagi Santri

a. Santri diharapkan lebih aktif lagi dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di pesantren.

b. Santri diharapkan dapat lebih menerapkan semua hasil pendidikan karakter kepemimpinan yang telah diperoleh di dalam kehidupan sehari-hari.

5. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

a. Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan lebih meningkatkan pengembangan metode dan model pembelajaran karakter kepemimpinan di pesantren.

(35)

106 Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Anoraga, Pandji. (1992). Psikologi Kepemimpinan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Aqib, Zainal. (2011). Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa. Bandung: CV Yrama Widya.

Arifin, M. (1991). Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta: Bumi Aksara.

Arifin, Miftahul. (2011). Pendidikan Kepemimpinan di Pondok Pesantren Fathurrahman Gapura Barat Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep.

Pamekasan: STAIN Pamekasan. Tidak diterbitkan. (Skripsi). (15 Januari 2013)

Barnawi & Arifin. (2012). Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter.Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Budimansyah, Dasim dan Kokom Komalasari. (2011). Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa (Penghargaan dan

Penghormatan 70 Tahun Prof. Dr. H. Endang Somantri, M.Ed). Bandung:

Widya Aksara Press, Laboratorium PKn UPI.

Budimansyah, Dasim. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Cahyono, Cheppy Hari. (1984). Psikologi Kepemimpinan. Surabaya: Usaha Nasional.

Covey, Stephen. (2013) the Seven Habits of Highly Effective People. Tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/The_Seven_Habits_of_Highly_Effective_People. html. [20 Desember 2013]

(36)

107 Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daulay, H. P. (2012). Sejarah Petumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Dhofier, Zamakhsyari. (1994). Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES.

Djahiri. (1996). Menelusuri Dunia Afektif Pendidikan Nilai dan Moral. Bandung: Laboraturium PMP IKIP.

Kartono, Kartini. (1986). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: CV Rajawali.

Koesoema, Doni A. (2007). Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Globalisasi. Jakarta: Grasindo.

Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS.

Mendiknas. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pusat Tata Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

_________. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pusat Tata Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Moleong, Lexy, J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan Ke-29. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mu’in, Fatchul. (2011). Pendidikan Karakter Konsturksi Teoretik &

Praktik.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Muharsafa, Sam dan Zamzami. (2010). Santri Pewaris Negeri. Aceh: Afkari Publishing.

Mulyana, Yoyo. (2011). Pendidikan Sastra dan Karakter Bangsa. Bandung: Jurdiksastrasia FPBS UPI.

(37)

Al-108 Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Basyariah Desa Rahayu Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan. (Skripsi)

Munawwir, Imam. (1986). Asas-asas Kepemimpinan Dalam Islam. Surabaya: Usaha Nasional.

Munir, A. (2010). Pendidikan Karakter (Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah). Yogyakarta: Pedagogia.

Narwanti, Sri. (2011). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Familia.

Nasution. (2009). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT. Rosdakarya.

Nawawi, Hadari. (1995). Kepemimpinan Yang Efektif. Jakarta: Rineka Cipta.

_____________. (2006). Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi . Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Pemerintah Republik Indonesia. (2010). Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa.

Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. (23 Januari 2013)

Poerbakawatja, Soegarda. (1976). Ensiklopedia Pendidikan Alam Indonesia Merdeka. Jakarta: Gunung Agung.

Rahim, Husni. (2001). Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.

Republik Indonesia. (2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.

Rivai, Veithzal dan Mulyadi, Deddy. (2011). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

(38)

109 Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sa’adun, Akbar. (2009). Pengembangan Model Pembelajaran Nilai dan Karakter

Untuk Sekolah Dasar Berbasis Model Pendidikan Nilai dan Karakter di

Pesantren Daarut-Tauhied Bandung. Malang: Universitas Negeri Malang.

Tidak diterbitkan. (Skripsi). (15 Januari 2013)

Sashkin, Marshall dan Sashkin, Molly G. (2011). Prinsip-prinsip Kepemimpinan. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Cetakan Ke-6. Bandung: Alfabeta.

Sukamto. (1999). Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren. Jakarta: LP3ES.

Suryawan. (2013). Pola Pendidikan Akidah di Pesantren Dalam Membentuk Karakter Santri: Studi Kasus Tentang Kegiatan Pendidikan Akidah Di

Lingkungan Pondok Pesantren Nurussalam Cintaharja Kujang Cikoneng

Ciamis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

(Thesis)

Syukri Zarkasyi, Abdullah. (2010). Pola Pendidikan Pesantren Dalam Pembentukan Karakter Bangsa. Makalah disajikan dalam Seminar Pendidikan Karakter

Bangsa melalui Pola Pendidikan Pesantren, Balitbang, Kemendiknas, Hotel Salak, Bogor, 10-12 Desember 2010.

Thaha, M. Malik. et al. (2007). Modernisasni Pesantren. Jakarta: Balai Pengembangan dan Penelitian Agama.

Wuryan, Sri & Syaifullah. (2008). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Cetakan ke-1. Bandung: Laboraturium Pendidikan Kewarganegaraan, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia.

Yukl, Gary. (2010). Kepemimpinan Dalam Organisasi. Jakarta: PT Indeks.

(39)

110 Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(40)

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR CEKLIS

No. Daftar Pustaka Halaman Dalam

Skrisi 1. Ahmadi, Abu. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta 1, 2, 30, 89, 90

2. Anoraga, Pandji. (1992). Psikologi Kepemimpinan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

28, 47

3. Aqib, Zainal. (2011). Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa. Bandung: CV Yrama Widya.

20, 22

4. Arifin, M. (1991). Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta: Bumi Aksara

13, 78, 79

5. Arifin, Miftahul. (2011). Pendidikan Kepemimpinan di Pondok Pesantren Fathurrahman Gapura Barat Kecamatan Gapura

Kabupaten Sumenep. Pamekasan: STAIN Pamekasan. Tidak

diterbitkan. (Skripsi). (15 Januari 2013)

3

6. Barnawi & Arifin. (2012). Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter.Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

19, 20, 21, 25, 26, 88

7. Budimansyah, Dasim dan Kokom Komalasari. (2011). Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi Upaya Pembinaan

Kepribadian Bangsa (Penghargaan dan Penghormatan 70

Tahun Prof. Dr. H. Endang Somantri, M.Ed). Bandung: Widya

Aksara Press, Laboratorium PKn UPI.

24, 25

8. Budimansyah, Dasim. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa.

Bandung: Widya Aksara Press

23, 24

(41)

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Surabaya: Usaha Nasional.

10. Covey, Stephen. (2013) the Seven Habits of Highly Effective People. Tersedia:

http://en.wikipedia.org/wiki/The_Seven_Habits_of_Highly_Ef fective_People. html. [20 Desember 2013]

4, 5

11. Damapolii, Muljono. (2011). Pesantren IMMIM Pencetak Muslim Modern. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

12, 37, 38

12. Daulay, H. P. (2012). Sejarah Petumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada

Media Grup.

15, 16

13. Dhofier, Zamakhsyari. (1994). Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES.

13

14. Djahiri. (1996). Menelusuri Dunia Afektif Pendidikan Nilai dan Moral. Bandung: Laboraturium PMP IKIP.

5

15. Kartono, Kartini. (1986). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: CV Rajawali.

31, 99

16. Koesoema, Doni A. (2007). Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Globalisasi. Jakarta: Grasindo.

20

17. Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan

Pesantren. Jakarta: INIS.

12, 16, 79

18. Mendiknas. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pusat Tata Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

12, 46

19. _________. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pusat Tata Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

(42)

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

20. Moleong, Lexy, J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan Ke-29. Bandung: Remaja Rosdakarya.

7, 8, 45, 46, 50, 51, 52, 54, 55

21. Mu’in, Fatchul. (2011). Pendidikan Karakter Konsturksi

Teoretik & Praktik.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

21

22. Muharsafa, Sam dan Zamzami. (2010). Santri Pewaris Negeri. Aceh: Afkari Publishing.

38, 39

23. Mulyana, Yoyo. (2011). Pendidikan Sastra dan Karakter Bangsa. Bandung: Jurdiksastrasia FPBS UPI.

4, 18

24. Mulyani, Lena. (2013). Peran Pondok Pesantren Dalam Membina Perilaku Santri yang Berwatak Terpelajar dan

Islami: Studi Deskriptif di Pesantren Al-Basyariah Desa

Rahayu Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung. Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan. (Skripsi).

42, 43

25. Munawwir, Imam. (1986). Asas-asas Kepemimpinan Dalam Islam. Surabaya: Usaha Nasional.

29, 89

26. Munir, A. (2010). Pendidikan Karakter (Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah). Yogyakarta: Pedagogia.

25

27. Narwanti, Sri. (2011). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Familia.

18, 19, 20, 47

28. Nasution. (2009). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT. Rosdakarya.

44

29. Nawawi, Hadari. (1995). Kepemimpinan Yang Efektif. Jakarta: Rineka Cipta.

28, 35

30. _____________. (2006). Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

(43)

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

31. Pemerintah Republik Indonesia. (2010). Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa.

22, 23

32. Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. (23 Januari 2013)

5

33. Poerbakawatja, Soegarda. (1976). Ensiklopedia Pendidikan Alam Indonesia Merdeka. Jakarta: Gunung Agung.

12, 47

34. Rahim, Husni. (2001). Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.

17

35. Republik Indonesia. (2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra

Umbara.

4, 5, 16, 17, 24, 94

36. Rivai, Veithzal dan Mulyadi, Deddy. (2011). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada

26, 31, 32, 33, 34, 35, 36

37. Rukmana, Nana. (2007). Etika Kepemimpinan Perspektif Agama dan Moral. Bandung: CV Alfabeta.

35

38. Sa’adun, Akbar. (2009). Pengembangan Model Pembelajaran

Nilai dan Karakter Untuk Sekolah Dasar Berbasis Model

Pendidikan Nilai dan Karakter di Pesantren Daarut-Tauhied

Bandung. Malang: Universitas Negeri Malang. Tidak

diterbitkan. (Skripsi). (15 Januari 2013)

2

39. Sashkin, Marshall dan Sashkin, Molly G. (2011). Prinsip-prinsip Kepemimpinan. Jakarta: Erlangga.

28

40.

Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Cetakan Ke-6. Bandung: Alfabeta.

(44)

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

41. Sukamto. (1999). Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren. Jakarta: LP3ES.

15, 26, 36, 37, 47, 48

42. Suryawan. (2013). Pola Pendidikan Akidah di Pesantren Dalam Membentuk Karakter Santri: Studi Kasus Tentang

Kegiatan Pendidikan Akidah Di Lingkungan Pondok Pesantren

Nurussalam Cintaharja Kujang Cikoneng Ciamis. Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan. (Thesis)

40, 41

43. Syukri Zarkasyi, Abdullah. (2010). Pola Pendidikan Pesantren Dalam Pembentukan Karakter Bangsa. Makalah disajikan

dalam Seminar Pendidikan Karakter Bangsa melalui Pola Pendidikan Pesantren, Balitbang, Kemendiknas, Hotel Salak, Bogor, 10-12 Desember 2010.

2, 3

44. Thaha, M. Malik. et al. (2007). Modernisasni Pesantren. Jakarta: Balai Pengembangan dan Penelitian Agama.

13, 14, 99

45. Wuryan, Sri & Syaifullah. (2008). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Cetakan ke-1. Bandung: Laboraturium Pendidikan

Kewarganegaraan, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia.

5, 6

46. Yukl, Gary. (2010). Kepemimpinan Dalam Organisasi. Jakarta: PT Indeks.

26, 27, 28, 29

47. Yusuf, Syamsu dan Nani Sugandi. (2011). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Raja Grafindo Persada

99

48. Ziemek, Manfred. (1986). Pesantren Dalam Perubahan Sosial. Jakarta: P3M.

(45)

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR CEKLIS

No. Judul Buku BAB Halaman Dalam Skripsi

1. Psikologi Sosial I

2. Psikologi Kepemimpinan II

III

28 47

3. Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa

II 20, 22

4. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum)

II IV

13 78, 79 5. Pendidikan Kepemimpinan di Pondok

Pesantren Faturrahman Gapura Barat Kabupaten Sumenep (Skripsi)

I 3

6. Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter

II IV

19, 20, 21, 25, 26 88

7. Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa 10. The Seven Habits Of Highly Effective

People

I 4, 5

11. Pesantren IMMIM Pencetak Muslim Modern

II 12, 37, 38

(46)

Gita Chinintya Gunawan, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN SEBAGAI BASIS KEPEMIMPINAN SANTRI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendidikan Islam di Indonesia 13. Tradisi Pesantren: Studi Tentang

Pandangan Hidup Kyai

II 13

14. Menelusuri Dunia Afektif Pendidikan Nilai dan Moral

I 5

15. Pemimpin dan Kepemimpinan II IV

31 99 16. Pendidikan Karakter: Strategi

Mendidik Anak di Zaman Globalisasi

II 20

17. Dinamika Sistem Pendidikan

Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren

II IV

12, 16 79

18. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990) II III

12 46 19. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) II 36 20. Metode Penelitian Kualitatif I

III

7, 8

45, 46, 50, 51, 52, 54, 55 21. Pendidikan Karakter Konstruksi

Teoritik dan Praktik

II 21

22. Santri Pewaris Negeri II 38, 39

23. Pendidikan Sastra dan Karakter Bangsa I II

4 18 24. Peran Pondok Pesantren Dalam

Membina Perilaku Santri yang Berwatak Terpelajar dan Islami (Skripsi)

II 42, 43

25. Asas-Asas Kepemimpinan Dalam Islam

II IV

Gambar

Tabel 3.1

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil estimasi OLS diperoleh hasil bahwa variabel bibit, pupuk alami, pupuk kimia, insektisida, fungisida dan tenaga kerja secara bersama-sama (keseluruhan)

Usahatani Bawang Putih (Studi Kasus di Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo) (Skripsi). Analisis Efisiensi Usahatani Tebu (Studi kasus

Penerapan Teknik Bercerita Berpasangan dalam Pembelajaran Menulis Karangan Narasi (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas X SMA Negeri 14 Bandung Tahun

(2) Terdapat perbedaan yang nyata antara harga jeruk, harga kubis, harga kentang, harga tomat, harga wortel, harga buncis, harga petsai, harga labu siam, harga kol bunga, harga cabe

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. © 2014 Muhamad Fadjar Adi Pratama

Project work (dalam kerangka penilaian akhir program disebut proyek tugas akhir) adalah metoda pembelajaran yang mengarahkan peserta didik pada prosedur kerja yang sistematis

In contrast, the GCPs are completely bypassed in this paper, using the direct georeferencing method (Vassilaki et al., 2011), which is based only on orbital data and other meta-

Alhamdulillahirrabbil’alamin , puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah S ubhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis