• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA MUDA DI DESA PONDOK Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia Dewasa Muda Di Desa Pondok Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA MUDA DI DESA PONDOK Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia Dewasa Muda Di Desa Pondok Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA MUDA DI DESA PONDOK

KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

YULIANA DEWI RACHMAWATI J 410 090 023

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)
(3)

1 HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN

HIPERTENSI PADA USIA DEWASA MUDA DI DESA PONDOK KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

Yuliana Dewi Rachmawati Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (yuliadewi81@ymail.com)

ABSTRAK

Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular penyebab utama terjadinya stroke dan serangan jantung yang dapat diderita pada usia dewasa muda maupun lanjut usia. Dari hasil catatan Puskesmas Nguter Kabupaten Sukoharjo terdapat 507 kasus pada tahun 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa muda di Desa Pondok Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Metode penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan case control. Populasi penelitian ini adalah penduduk usia dewasa muda sebanyak 208 orang. Sampel kasus adalah penderita hipertensi sebanyak 30 orang dan sampel kontrol sebanyak 30 orang. Teknik pengambilan sampel kasus diambil seluruh penderita hipertensi berdasarkan data di Puskesmas Nguter dengan sampling jenuh, sedangkan sampel kontrol menggunakan Simple Random Sampling. Uji statistik menggunakan chi square dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi adalah aktifitas fisik (p=0,012; OR=5,152) dan konsumsi garam yang berlebihan (p=0,002; OR=6,571). Sedangkan faktor yang tidak berhubungan adalah merokok (p=0,747) dan konsumsi kopi (p=0,457).

Kata Kunci : Gaya Hidup, Hipertensi, Usia Dewasa Muda

ABSTRACT

Hypertension is a cardiovascular disease which is the main cause of stroke and heart

attack suffered by the early adults or the elder ones.From documentation goverment

clinic of Nguter Sukoharjo regency there are 507 case in 2012. The aim of the research is to analyze the correlation between lifestyle and hypertension to adults in Pondok Village of Nguter in Sukoharjo. The research method was observational analytic method with case control design. The population taken is 30 Hypertension sufferers with 30 people are taken for control samples. The sampling technique is taken from all

hypertension patients based on the data from the Health Center of Nguter using total sampling, while the sampling control use Simple Random Sampling. The statistic test uses

chi square using SPSS. The result of research explained that the determinant have

(4)

2 OR=5,152) and over salt intake (p=0,012; OR=6,571). Whereas factor is not have relationship is smoking (p=0,747) and consumption of coffee (p=0,344).

Key words : Lifestyle, Hypertension, Early Adult People..

PENDAHULUAN

Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak

mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.

Apabila terjadi hipertensi secara terus menerus dapat memicu terjadinya stroke,

serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal ginjal

kronik (Rudianto, 2013).

Berdasarkan data pola 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2010,

prevalensi kasus hipertensi sebesar 8,24% diantaranya 3,49% pada laki-laki dan

4,75% pada perempuan. Penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit dengan

Case Fatality Rate tertinggi setelah pneumonia yaitu 4,81% (Kemenkes RI,

2012).

Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai diantara penyakit tidak

menular lainnya. Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang mempunyai

prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka nasional. Kasus tertinggi penyakit

tidak menular tahun 2012 pada kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah

adalah penyakit hipertensi esensial. Prevalensi kasus hipertensi primer/esensial di

Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 1,67% mengalami penurunan

dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 1,96% (Dinkes Provinsi Jawa Tengah,

(5)

3 Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2012,

penyakit hipertensi esensial memperoleh peringkat pertama, dikarenakan

mempunyai kasus tertinggi diantara penyakit tidak menular lainnya. Pada tahun

2012 prevalensi penyakit hipertensi di Kabupaten Sukoharjo sebesar 5,78%. Hal

ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2011 sebesar

7,29% dan tahun 2010 sebesar 6,6%.

Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai diantara penyakit tidak

menular lainnya. Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang mempunyai

prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka nasional. Kasus tertinggi penyakit

tidak menular tahun 2012 pada kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah

adalah penyakit hipertensi esensial. Prevalensi kasus hipertensi primer/esensial di

Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 1,67% mengalami penurunan

dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 1,96% (Dinkes Provinsi Jawa Tengah,

2013).

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2012,

penyakit hipertensi esensial memperoleh peringkat pertama, dikarenakan

mempunyai kasus tertinggi diantara penyakit tidak menular lainnya. Dari salah

satu kecamatan di Kabupaten Sukoharjo terdapat kecamatan yang prevalensi

hipertensi meningkat dari tahun ke tahun yaitu Kecamatan Nguter. Prevalensi

penyakit hipertensi pada tahun 2010 sebesar 7,16%, tahun 2011 sebesar 7,29%,

dan tahun 2012 sebesar 7,96% (Puskesmas Nguter, 2012).

Berdasarkan survei pendahuluan, diantara 16 desa yang terdapat di

(6)

4 salah satunya Desa Pondok. Kasus hipertensi tahun 2010 sebanyak 222 kasus,

tahun 2011 sebanyak 316 kasus, dan tahun 2012 sebanyak 507 kasus.

Gaya hidup merupakan faktor risiko penting timbulnya hipertensi pada

seseorang termasuk usia dewasa muda (21-40 tahun). Meningkatnya hipertensi

dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat. Hal-hal yang termasuk gaya hidup

tidak sehat, antara lain merokok, kurang olahraga, mengonsumsi makanan yang

kurang bergizi, dan stres (Nisa, 2012).

Hipertensi merupakan penyakit yang kasusnya dapat meningkat baik pada

masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Terjadinya hipertensi pada usia dewasa

muda dipengaruhi oleh gaya hidup, seperti pola makan, merokok, dan aktifitas

fisik (Junaidi, 2010). Desa Pondok yang jaraknya dekat dengan kota Sukoharjo

dan adanya gaya hidup modern telah mengubah sikap dan perilaku manusia. Oleh

karena itu peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian tentang hubungan

antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa muda.

Menurut Townsend (2010), hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah

suatu keadaan yang menunjukkan tekanan darah secara konsisten berada pada

atau diatas 140/90 mmHg. Faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi seperti

gaya hidup meliputi kebiasaan melakukan aktifitas fisik, merokok, minuman

berkafein, dan mengonsumsi garam berlebihan. Sedangkan faktor yang tidak

dapat dimodifikasi antara lain umur, keturunan (genetik), dan jenis kelamin

(Gunawan, 2001). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara

gaya hidup dengan kejadian penyakit hipertensi pada usia dewasa muda di Desa

(7)

5 METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan rancangan

penelitian case control. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk

usia dewasa muda di Desa Pondok sejumlah 208 orang. Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah gaya hidup yang meliputi merokok, aktifitas fisik, konsumsi

kafein, dan konsumsi garam yang berlebihan. Pengumpulan data dilakukan di

Desa Pondok dengan melibatkan penderita hipertensi sebanyak 30 orang dan

sampel kontrol sebanyak 30 orang yang dilakukan pada bulan Agustus 2013.

Teknik pengambilan sampel pada kelompok kasus dalam penelitian ini

adalah sampling jenuh, sedangkan pada kelompok kontrol yaitu dengan

menggunakan metode Simple Random Sampling (acak sederhana). Jenis data

dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara

dengan menggunakan kuesioner.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum

Desa Pondok merupakan salah satu dari 16 desa yang terdapat di

Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Desa Pondok memiliki luas wilayah

sebesar 253,3970 Ha. Adapun batas wilayah Desa Pondok, yaitu sebelah utara

adalah Kelurahan Mandan, sebelah selatan adalah Kelurahan Lawu, sebelah

(8)

6 Berdasarkan data kependudukan, tahun 2012 Desa Pondok memiliki

penduduk mencapai 4967 jiwa yang terdiri dari 2509 penduduk laki-laki dan

2458 penduduk perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 1192.

Variabel aktifitas fisik dan konsumsi garam yang berlebihan memiliki

hubungan dengan kejadian hipertensi pada usia dewasa muda. Sedangkan variabel

merokok dan konsumsi kafein tidak memiliki hubungan dengan kejadian

hipertensi pada usia dewasa muda.

1. Analisis hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi

Tabel 1 . Analisis hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi di Desa Pondok Tahun 2013

Kebiasaan Merokok

Kasus Kontrol p

value OR 95% CI n (%) n (%)

Merokok 5 (16,7) 7 (23,3) 0,747 0,657 0,813-2,363 Tidak merokok 25 (83,3) 23 (76,7)

Total 30 100 30 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa responden pada kelompok kasus maupun

kontrol lebih banyak yang tidak merokok dibandingkan dengan yang merokok

yaitu masing-masing sebanyak 25 orang (83,3%) pada kasus dan 23 orang

(76,7%) pada kontrol. Berdasarkan hasil uji Chi square diperoleh nilai p=0,747

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok

dengan kejadian hipertensi di Desa Pondok. Hal tersebut dibuktikan dengan

jumlah responden pada kelompok kasus yang merokok lebih sedikit dibandingkan

yang tidak merokok. Hal tersebut disebabkan responden pada kelompok kasus

(9)

7 2. Analisis hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi

Tabel 2. Analisis hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi di Desa Pondok Tahun 2013

Tabel 2 menunjukkan bahwa responden pada kelompok kasus maupun

kontrol lebih banyak yang tidak pernah olahraga yaitu sebanyak 20 orang (66,7%)

pada kasus dan 11 orang (36,67%) pada kontrol. Responden yang tidak menderita

hipertensi lebih banyak melakukan olahraga teratur yaitu sebanyak 17 orang

(56,67%).

Berdasarkan hasil uji Chi square disimpulkan bahwa ada hubungan antara

aktifitas fisik tidak pernah melakukan olahraga dengan kejadian hipertensi dengan

nilai p=0,012. Responden yang tidak pernah olahraga lebih banyak pada

kelompok kasus daripada kelompok kontrol, sedangkan yang melakukan olahraga

secara teratur lebih banyak pada bukan penderita hipertensi daripada penderita

hipertensi. Nilai OR sebesar 5,152 (95% CI= 1,573-16,872) sehingga dapat

diartikan bahwa seseorang tidak pernah melakukan olahraga mempunyai risiko

sebesar 5,152 kali terkena hipertensi dibandingkan yang melakukan

olahraga`teratur.

Berdasarkan hasil uji Chi square disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

antara aktifitas fisik tidak teratur olahraga dengan kejadian hipertensi dengan nilai Aktifitas fisik

Kasus Kontrol p

value OR 95% CI

n (%) n (%)

Tidak pernah

olahraga 20 (66,7) 11 (36,67) 0,012 5,152 1,573-16,872 Tidak teratur

olahraga 4 (13,3) 2 (6,67) 0,168 5,667 0,818-39,267

Olahraga teratur 6 (20) 17 (56,67) - - -

(10)

8 p=0,168. Pada kelompok kasus maupun kontrol yang olahraga teratur lebih

banyak dibandingkan dengan yang tidak teratur olahraga, sehingga diperoleh nilai

OR sebesar 5,667. Meskipun olahraga tidak teratur hubungannya tidak signifikan

dengan kejadian hipertensi namun mempunyai risiko 5,667 kali terkena

hipertensi.

3. Analisis hubungan antara konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi

Tabel 3. Analisis Hubungan antara Konsumsi Kopi dengan Kejadian Hipertensi di Desa Pondok Tahun 2013

Konsumsi Kopi

Kasus Kontrol p

value OR 95% CI

n (%) n (%)

Sering 4 (13,3) 1 (3,3) 0,457 4 0,392-40,794 Jarang 13 (43,3) 16 (53,3) 0,91 0,813 0,281-2,348 Tidak pernah 13 (43,3) 13 (43,3)

Total 30 100 30 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah responden yang sering mengkonsumsi

kopi lebih banyak pada kelompok kasus daripada kelompok kontrol, yaitu 4 orang

(13,3%) pada kasus dan 1 orang (3,3%) pada kontrol. Sedangkan baik kelompok

kasus maupun kontrol pada responden yang tidak pernah mengkonsumsi kopi

jumlahnya sama, yaitu masing-masing sebanyak 13 orang (43,3%).

Dari hasil uji Chi square diketahui bahwa nilai p=0,457>0,05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sering konsumsi kopi dengan

kejadian hipertensi. Responden baik kelompok kasus maupun kontrol yang tidak

pernah mengkonsumsi kopi lebih banyak daripada yang sering mengkonsumsi

kopi. Tetapi, responden yang sering mengkonsumsi kopi sedikit lebih banyak

(11)

9 menderita hipertensi. Nilai OR sebesar 4 (95% CI=0,392-40,794) sehingga dapat

diartikan bahwa orang yang sering mengkonsumsi kopi berisiko 4 kali terkena

hipertensi dibandingkan dengan yang tidak pernah minum kopi, meskipun

hubungannya tersebut tidak terbukti signifikan.

Dari hasil uji Chi square diperoleh nilai p= 0,910>0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara seseorang yang jarang

mengkonsumsi kopi dengan kejadian hipertensi. Responden baik pada kelompok

kasus maupun kontrol lebih banyak yang jarang minum kopi, sedangkan

responden yang tidak pernah minum kopi jumlahnya sama antara kelompok kasus

dan kontrol.

4. Analisis hubungan antara konsumsi garam yang berlebihan dengan kejadian hipertensi

Tabel 4. Analisis Hubungan antara Konsumsi Garam yang Berlebihan dengan Kejadian Hipertensi

Tabel 4 menunjukkan bahwa pada penderita hipertensi (kasus) lebih banyak

yang sering mengkonsumsi garam yang berlebihan yaitu sebanyak 23 orang

(76,7%) dibandingkan dengan bukan penderita hipertensi yaitu sebanyak 10 orang

(33,3%).

Berdasarkan hasil uji Chi square diketahui bahwa nilai p=0,002<0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara konsumsi garam yang

berlebihan dengan kejadian hipertensi. Responden yang sering mengkonsumsi Konsumsi

Makanan Asin

Kasus Kontrol P

value OR 95% CI n (%) n (%)

Sering 23 76,7 10 33,3 0,002 6,571 2,109-20,479 Tidak sering 7 23,3 20 66,7

(12)

10 makanan asin lebih banyak pada kelompok kasus daripada kelompok kontrol,

sedangkan yang tidak sering mengkonsumsi makanan asin lebih banyak pada

bukan penderita hipertensi daripada penderita hipertensi.

Nilai OR sebesar 6,571 (95% CI= 2,109-20,479) sehingga dapat diartikan

bahwa seseorang yang sering mengkonsumsi garam yang berlebihan mempunyai

risiko terkena hipertensi sebesar 6,571 kali dibandingkan dengan yang tidak

sering mengkonsumsi garam yang berlebihan (makanan asin).

Simpulan

1. Tidak ada hubungan antara merokok dengan kejadian penyakit hipertensi

pada usia dewasa muda di Desa Pondok.

2. Ada hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian penyakit hipertensi pada

usia dewasa muda di Desa Pondok.

3. Tidak ada hubungan antara konsumsi kafein dengan kejadian penyakit

hipertensi pada usia dewasa muda di Desa Pondok.

4. Ada hubungan antara konsumsi garam yang berlebihan dengan kejadian

penyakit hipertensi di Desa Pondok.

SARAN

1. Bagi masyarakat

Bagi masyarakat hendaknya merubah gaya hidup yang berisiko menimbulkan

penyakit hipertensi seperti merokok, kurangnya aktifitas fisik, konsumsi

kafein, dan konsumsi garam yang berlebihan, terutama yang memiliki riwayat

(13)

11 2. Bagi Instansi Kesehatan

Petugas kesehatan memberikan upaya promotif dan preventif pada

masyarakat mengenai kejadian hipertensi yang dapat dilakukan kerjasama

dengan instansi kesehatan lainnya, misalnya meningkatkan informasi kepada

masyarakat mengenai pentingnya memeriksakan tekanan darah secara

berkala.

3. Bagi peneliti lain

Bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

faktor risiko terjadinya hipertensi dengan variabel penggunaan kontrasepsi

hormonal.

Daftar Pustaka

Anggara Dwi, F H dan Prayitno N. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat. Jakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol 5/ No. 1

Bustan, MN. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Rineka Cipta

Depkes RI. 2008. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007. Jakarta: Depkes RI

DKK Sukoharjo. 2012. Data penyakit hipertensi di Kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo: DKK Sukoharjo

Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012. Jawa Tengah: Dinkes Provinsi Jawa Tengah

Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi. Yogyakarta: Kanisius

Haryono R dan Setianingsih S. 2013. Awas Musuh-musuh Anda Setelah Usia 40 Tahun. Yogyakarta: Goysen Publishing

(14)

12 Kemenkes RI. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta:

Kemenkes RI

Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usana Offset Printing

Muliyati Hepti, Syam Aminuddin, dan Sirajuddin Saifuddin. 2011. Hubungan Pola Konsumsi Natrium dan Kalium serta Aktifitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di RSUP. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Artikel Penelitian. Makassar: Universitas Hasanuddin

Nisa, Intan. 2012. Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Darah Tinggi. Jakarta: Dunia Sehat

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Puskesmas Nguter. 2013. Data penyakit hipertensi di Puskesmas Nguter. Nguter: Puskesmas Nguter.

Pradono, Julianty. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi di Daerah Perkotaan (Analisis Data Riskesdas 2007). Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Balitbangkes. Gizi Indon. Vol. 1/ No. 33 Hal 59-66

Rudianto, Budi F. 2013. Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta: Sakkhasukma

Sigarlaki, Herke. 2006. Karakteristik dan Faktor Berhubungan dengan Hipertensi di Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia. Makara Kesehatan. Vol. 10/No. 2 Hal 78-88.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sunaryati, SS. 2011. 14 Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat Mematikan. Yogyakarta: Flashbooks

Susilo, Y dan Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: Andi

Syahrini E N, Susanto H S dan Udiyono Ari. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Primer di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 1/No. 2/2012 Hal 315-325.

Townsend, Raymond R. 2010. 100 Tanya Jawab Soal Hipertensi. Jakarta: PT Indeks

(15)

13 Widjaja dkk. 2013. Prehypertension and hypertension among young Indonesian adults at a primary health care a rural area. Jakarta: Universitas Indonesia. Vol. 22/No. 1

World Health Organization (WHO). 2011. Non Communicable Disease Country

Profiles. Diunduh : 21 Mei 2013.

Http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs290/en/index.html

Gambar

Tabel 3. Analisis Hubungan antara Konsumsi Kopi dengan Kejadian
Tabel 4 menunjukkan bahwa pada penderita hipertensi (kasus) lebih banyak

Referensi

Dokumen terkait

anak-anak tidak diberi kesempatan mempelajari keterampilan tertentu, mereka akan memiliki dasar ketermpilan yang telah dipelajari oleh teman-teman sebayanya, dan

several people will choose to continue use drugs and provide information and educations programs on how to minimise the risk of blood borne viruses (BBV’s infection); 3) Harm

reach the level of leading schools in any developed countries, especially the teaching-learning process (Dikdasmen; 2009: 8) It means that the teachers at the State

Therefore, the writer is interested in using Total physical Response to improve students understanding in using preposition of place in this study, and he wants do this

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dapat disimpulkan (1) pembelajaran dengan media gambar ilustrasi mampu meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi dengan

Five seaturtle species inhabit Indonesian archipelago and the green turtle ( Chelonia mydas ) is the most commonly found here. One of the major green turtle nesting

saintifik memberikan prestasi belajar yang sama. Sedangkan siswa dengan.. kecedasan spasial tinggi dan rendah memiliki prestasi belajar yang lebih baik. dibandingkan siswa