• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA PADA SUB KONSEP EKOSISTEM PANTAI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA PADA SUB KONSEP EKOSISTEM PANTAI."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Dayi Nuraeni, 2013

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA PADA SUB

KONSEP EKOSISTEM PANTAI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Biologi

Oleh : DAYI NURAENI

0800025

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Dayi Nuraeni, 2013

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN

MOTIVASI SISWA PADA SUB KONSEP

EKOSISTEM PANTAI

Oleh Dayi Nuraeni

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Dayi Nuraeni 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Dayi Nuraeni, 2013

Lembar Pengesahan

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA PADA SUB

KONSEP EKOSISTEM PANTAI

Disusun oleh

DAYI NURAENI

0800025

Disetujui dan Disahkan oleh:

Pembimbing I

Dr. H. Saefudin, M. Si.

NIP. 196307011988031003

Pembimbing II

Drs. Amprasto M.Si

NIP. 196607161991011001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi,

Dr. Riandi, M.Si.

(4)

Dayi Nuraeni, 2013

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model kooperatif tipe NHT dalam meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa pada sub konsep ekosistem pantai. Metode Penelitian yang digunakan adalah Weak Eksperimen dengan desain The One-Group Pretest-Posttest Design. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri I Ciracap (Sukabumi), dengan kelas X-C sebagai kelas eksperimen yang terdiri dari 31 orang siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purvosif sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal pilihan ganda sebanyak 25 soal dan angket motivasi belajar model Attention, Relevance, Confidence, dan Satisfaction (ARCS). Hasilnya menunjukkan rata-rata nilai indeks gain sebesar 0,50 dengan kategori sedang. Sedangkan rata-rata angket motivasi belajar adalah 3,63 dengan kategori baik. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa pada sub konsep ekosistem pantai.

Kata kunci : model kooperatif tipe NHT, hasil belajar, motivasi belajar, ekosistem

pantai

ABSTRACT

The aims ot this study was to determine the implementation of cooperative learning model, NHT type to improve student learning outcomes and motivation in coastal ecosystem sub concept. The method wich used on this research is Weak Experiment with The One-Group Pretest-Posttest Design. This study was conducted in SMA I Ciracap (Sukabumi), using X-C class as the research sample that consisting of 31 students. Sampling technique that used is purvosif sampling. The instruments used in this study are 25 multiple choice questions and the Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction (ARCS) learning motivation questionnaire. The results shows the gain index value is 0.50 that moderate category. The average value of learning motivation questionnaire is 3.63 with on good category. Based on the results, it can be concluded that the implementation of cooperative learning model, NHT type can improve learning outcomes and student motivation in coastal ecosystem sub concept.

Keywords: NHT type cooperative models, learning outcomes, motivation, coastal

(5)

Dayi Nuraeni, 2013

A. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 8

B. Model Pembelajaran Number Heads Together (NHT) ... 11

C. Hasil Belajar ... 14

D. Motivasi Belajar ... 16

E. Model Kooperatif Tipe NHT dalam Meningkatkan Hasil Belajar dan Motivasi ... 20

(6)

Dayi Nuraeni, 2013

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 27

B. Desain Penelitian ... 27

C. Metode Penelitian ... 28

D. Definisi Operasional ... 28

E. Instrumen Penelitian ... 29

F. Tahapan Pengolahan Data dan Analisis Instrumen... 30

G. Teknik Pengolahan Data Hasil Penelitian ... 35

H. Prosedur Penelitian ... 38

I. Alur Penelitian ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil Penelitian ... 43

B. Pembahasan ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 67

(7)

Dayi Nuraeni, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1. Desain Penelitian ... 28

3.2. Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 30

3.3. Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Hasil Belajar ... 31

3.4. Kriteria Daya Pembeda ... 32

3.5. Rekapitulasi Daya Pembeda Butir Soal Hasil Belajar ... 32

3.6. Kriteria Validitas ... 33

3.7. Rekapitulasi Validitas Butir Soal Hasil Belajar ... 33

3.8. Kriteria Reliabilitas ... 34

3.9. Interpretasi Nilai Indeks Gain ... 36

3.10. Kriteria Ketuntasan Belajar Kelas ... 37

4.1. Rekapitulasi Perolehan Data Hasil Pretest dan Posttest ... 43

4.2. Rekapitulasi Skor Pretest, Posttest dan Indeks Gain ... 44

4.3. Kategori Indeks Gain Beserta Jumlah Siswa Sesuai Kategori Indeks Gain 46 4.4. Rata-rata Nilai Indeks Gain dan Kategorinya ... 46

4.5. Data Uji Zscore Ketuntasan Belajar ... 47

4.6. Hasil Ketuntasan Belajar Kelas ... 48

(8)

Dayi Nuraeni, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar

(9)

Dayi Nuraeni, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

A. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 68

B. Instrumen Penelitian ... 82

C. Analisis Butir Soal. ... 97

D. Analisis Data ... 101

E. Lembar Kerja Siswa ... 106

F. Administrasi Penelitian ... 109

G. Contoh Jawaban Siswa ... 110

(10)

Dayi Nuraeni, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar. Menurut Gagne, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Dahar, 1989 : 11).

Dalam suatu lembaga pendidikan keberhasilan proses belajar-mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau pikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif (Sudjana, 2002).

(11)

2

Dayi Nuraeni, 2013

Berdasarkan hasil wawancara informal dengan guru biologi kelas X di SMA Negeri 1 Ciracap, bahwa hasil belajar dan motivasi siswa di sekolah tersebut sangat bervariatif. Ada beberapa siswa yang mempunyai kemampuan lebih sehingga hasil belajarnya diatas rata-rata, tetapi kebanyakan siswa kurang motivasi untuk belajar sehingga hasil belajar yang diperoleh dibawah rata-rata. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah gaya belajar siswa dan kegiatan belajar siswa hanya dilakukan pada saat di sekolah sedangkan pada saat di rumah siswa tidak belajar.

Oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran, „perhatian‟ berperan sangat

penting sebagai langkah awal yang akan memacu aktivitas-aktivitas berikutnya. Dengan „perhatian‟, seseorang berupaya memusatkan pikiran, perasaan emosional

atau segi fisik dan unsur psikisnya kepada sesuatu yang menjadi tumpuan perhatiannya. Gage dan Berliner (1984) mengungkapkan, tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Jadi, seseorang siswa yang menaruh minat terhadap materi pelajaran, biasanya perhatiannya akan lebih intensif dan kemudian timbul motivasi dalam dirinya untuk mempelajari materi pelajaran tersebut.

(12)

3

Dayi Nuraeni, 2013

Model pembelajaran yang harus dikembangkan agar kemampuan siswa dapat berkembang adalah model pembelajaran yang berbasis kepada siswa atau keaktifan dan kreativitas siswa, yaitu pembelajaran yang memandang siswa sebagai subjek belajar yang dinamis sedangkan guru hanya berfungsi sebagai fasilitator dan motivator. Situasi ini dapat dilakukan dengan mengembangkan dan mengaplikasikan pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan melaksanakan model pembelajaran kooperatif, siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, disamping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill), seperti keterampilan untuk

mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerja sama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas (Stahl, 1994) dalam (Isjoni, 2010 : 35).

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model Numbered Head Together (NHT) dilakukan oleh guru dengan hanya menunjuk seorang siswa yang

(13)

4

Dayi Nuraeni, 2013

hasil belajar dan motivasi sehingga dapat membantu siswa memahami konsep-konsep dalam mata pelajaran biologi.

Konsep dalam mata pelajaran biologi cukup luas, salah satunya adalah materi tentang ekosistem. Makhluk hidup dengan lingkungan merupakan satu kesatuan fungsional yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya disebut ekosistem. Salah satu jenis ekosistem yang ada di Indonesia adalah ekosistem pantai. Konsep ini sangat penting untuk dipelajari karena sangat berkaitan dengan kehidupan manusia sehari-hari. Dengan mempelajari konsep ini diharapkan generasi muda mempunyai kepedulian terhadap kelestarian alam, khususnya kepedulian terhadap terjaganya ekosistem pantai dan biota laut lainnya.

Oleh karena itu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang melibatkan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa pada sub konsep ekosistem pantai yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai dengan KTSP 2006.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka disusunlah penelitian

dengan judul “Penerapan Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)

(14)

5

Dayi Nuraeni, 2013 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif

Tipe NHT terhadap hasil belajar dan motivasi siswa pada sub konsep ekosistem pantai ?”

Untuk memperjelas masalah penelitian ini, maka rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian, yaitu :

1. Bagaimana hasil belajar siswa sebelum (pretest) dan sesudah (postest) pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT pada sub konsep ekosistem pantai?

2. Bagaimana motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT pada sub konsep ekosistem pantai?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi yang diuji dengan tes pilihan ganda.

(15)

6

Dayi Nuraeni, 2013 D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan model kooperatif tipe NHT dalam meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa pada sub konsep ekosistem pantai.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi siswa

a. Pembelajaran diharapkan dapat memberikan suatu pengalaman belajar yang baru untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi belajar siswa. b. Dapat mendorong siswa untuk terlibat lebih aktif dalam proses

pembelajaran. 2. Manfaat bagi guru

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan rekomendasi dalam memilih model pembelajaran dalam materi biologi lainnya.

b. Dapat dijadikan bahan rujukan untuk membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

3. Manfaat bagi peneliti

(16)

7

Dayi Nuraeni, 2013

b. Dapat memberikan referensi dalam memilih model pembelajaran yang tepat ketika nanti peneliti menjadi seorang pengajar.

F. Asumsi

Penelitian ini didasarkan atas asumsi bahwa :

1. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif (Lie, 2004 : 29).

(17)

Dayi Nuraeni, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari tanggal 14-22 Mei 2012 di SMA Negeri 1 Ciracap Kabupaten Sukabumi, dengan alasan sekolah tersebut berada di kecamatan Ciracap yang dekat dengan pesisir pantai sehingga siswa sudah mengenal lingkungan pantai di daerahnya sendiri.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Ciracap pada semester genap 2011/2012. Sedangkan sampelnya diambil satu kelas dari seluruh kelas X yaitu kelas X-C. Pengambilan sampel menggunakan teknik purvosif sampling, berdasarkan atas beberapa pertimbangan seperti jadwal mata pelajaran biologi di kelas X-C yaitu pada jam ke tiga dan ke empat. Pada waktu tersebut siswa diharapkan masih fokus terhadap pembelajaran.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah The One-Group Pretest-Posttest Design (Sutarno, 2009) . Dalam rancangan ini digunakan satu kelompok subjek

(18)

28

Dayi Nuraeni, 2013

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Pretest Perlakuan Posttest

T1 X T2

(Sutarno, 2009) Keterangan :

T1/T2 = Pretest/Posttest

X = Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah weak eksperimen. Menurut Sutarno (2009) rancangan penelitian ini dikatakan “weak” karena tidak

memiliki kontrol untuk “membahas” validitas internal.

D. Definisi Operasional

a. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu : penomoran (numbering), pengajuan pertanyaan, berpikir bersama (head together), dan pemberian jawaban.

(19)

29

Dayi Nuraeni, 2013

c. Motivasi belajar adalah suatu dorongan agar siswa tertarik untuk terlibat dalam pembelajaran. Motivasi belajar diukur dengan instrumen model Attention, Relevance, Confidence, dan Satisfaction (ARCS) (Keller, 2000),

yang dikaitkan dengan pembelajaran pada sub konsep ekosistem pantai.

E. Instrumen Penelitian

a. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar berbentuk soal pilihan ganda sebanyak 25 soal digunakan dengan tujuan mengukur hasil belajar terkait sub konsep ekosistem pantai yang ditekankan pada ranah kognitif siswa yang terdiri dari jenjang C1, C2, C3 dan C4. Tes ini diberikan sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest). Kisi-kisi soal dan rincian soal untuk setiap jenjang kognitif dapat dilihat pada Lampiran B halaman 83.

b. Angket

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket motivasi ARCS yang telah diadaptasi yang dikaitkan dengan materi ekosistem pantai sebanyak 20 pernyataan. Komponen-komponen tersebut diantaranya adalah Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Confidence (percaya diri), dan

Satisfaction (kepuasaan), dengan lima pilihan jawaban (sangat setuju, setuju,

(20)

30

Dayi Nuraeni, 2013

F. Tahapan Pengolahan Data dan Analisis Instrumen

Analisis butir soal yang meliputi validitas item, daya pembeda dan taraf kesukaran dilakukan dengan bantuan program Anates Pilihan Ganda Versi 4.0.9 (Karno dan Wibisono, 2004). Data hasil pengolahan software Anates kemudian diinterpretasikan dengan kriteria interpretasi yang dikembangkan oleh Arikunto (2008). Berdasarkan hasil analisis butir soal, dari 50 soal yang diujicobakan, diperoleh 25 butir soal yang layak digunakan.

1. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran dari suatu butir soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut ( Arikunto, 2008:208).

Keterangan :

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Adapun kriteria acuan untuk tingkat kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Kriteria Kesukaran

(21)

31

Dayi Nuraeni, 2013

(Arikunto, 2008: 210)

Hasil uji coba instrumen pada setiap butir soal diperoleh berbagai tingkat kesukaran (Tabel 3.3).

Tabel 3.3. Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Hasil Belajar

Klasifikasi Nomor Soal Jumlah

Soal

2. Daya Pembeda Butir Soal

Daya pembeda soal merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang menguasai dengan siswa yang tidak, yaitu dengan rumus (Arikunto, 2010:213).

Keterangan :

D = Jumlah peserta tes

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab

0,30 – 0,70 Sedang

(22)

32

Dayi Nuraeni, 2013

soal dengan benar

PA = Proposi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proposi peserta kelompok bawah yang menjawab

benar

Adapun acuan untuk daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Kriteria Daya Pembeda

Kriteria Keterangan

Rekapitulasi hasil analisis daya pembeda butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Rekapitulasi Daya Pembeda Butir Soal Hasil Belajar

Klasifikasi

(23)

33

Dayi Nuraeni, 2013

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes dengan kriterium. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus sebagai berikut

(Arikunto, 2008: 72).

Adapun kriteria acuan untuk validitas butir soal terdapat pada Tabel 3.6. Tabel 3.6. Kriteria Validitas

Rekapitulasi hasil analisis validitas butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Rekapitulasi Validitas Butir Soal Hasil Belajar

Klasifikasi Nomor Soal Jumlah

Soal

(24)

34

4. Menguji reliabilitas butir soal

Suatu tes dikatakan dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabilitas sebuah tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Reliabilitas diperlukan untuk menyokong terbentuknya validitas sebuah soal (Arikunto,2010:86). Reliabilitas soal dihitung dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson 20 atau K-R. 20 (proposi subjek yang mendapat skor 1)

q = proposi subjek yang mendapat skor 0 (q=1−p) ∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya butir pernyataan S = standar deviasi dari tes

Adapun kriteria acuan untuk reabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.8.

(25)

35

Dayi Nuraeni, 2013

Kriteria Keterangan

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

0,60 – 0,79 Tinggi

0,20 – 0,59 Rendah

0,00 – 0, 19 Sangat rendah

(Arikunto, 2010:101)

Berdasarkan perhitungan reliabilitas instrumen pilihan ganda yang diujicoba diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0, 63 termasuk kategori tinggi. Rekapitulasi analisis uji coba instrumen hasil belajar secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran C halaman 96.

G. Teknik Pengolahan Data Hasil Penelitian

1. Teknik pengolahan data hasil belajar

a. Penskoran dengan menggunakan acuan penskoran. Skor untuk soal pilihan ganda ditentukan dengan metode Rights Only, yaitu diberikan nilai satu jika benar dan diberikan nilai nol jika salah. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan : S = Skor siswa

R = Jumlah jawaban yang benar

(26)

36

Dayi Nuraeni, 2013

dan gain ternormalisasi. Gain ternormalisasi diinterpretasikan sebagai kriteria untuk menunjukkan besarnya peningkatan antara skor pretest dan skor posttest. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai gain dan gain ternormalisasi adalah : (Hake, 2001)

Keterangan : G = gain actual

= gain ternormalisasi T1 = skor pretest

T2 = skor posttest I2 = skor ideal

Interpertasi ditunjukan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Interpretasi Nilai Indeks Gain

Keterangan

g > 0,7 Tinggi

0,3 < g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Kurang

(Hake, 2001) c. Menghitung Ketuntasan Belajar Siswa

(27)

37

Dayi Nuraeni, 2013

nilai standar ketuntasan belajar yang digunakan adalah 70. Siswa yang memperoleh nilai 70 keatas dianggap telah tuntas belajar, sedangkan siswa yang memperoleh nilai kurang dari 70 dianggap belum tuntas belajar. Selain dilakukan perhitungan mengenai ketuntasan belajar masing-masing siswa, dilakukan pula perhitungan mengenai ketuntasan belajar kelas dengan menggunakan rumus pengujian rata-rata satu pihak berikut (Sudjana, 2002).

Z

score

=

Keterangan :

= rata-rata kelas hasil post test µhip = nilai batas lulus (tuntas belajar) S = standar deviasi post test

N = jumlah siswa

Adapun kriteria ketuntasan belajar kelas berdasarkan rumus diatas terangkum dalam Tabel 3.10.

Tabel 3. 10. Kriteria Ketuntasan Belajar Kelas Z < -1,96 Belajar tidak tuntas

Z > 1,96 Belajar tuntas

Berdasarkan kriteria diatas, dapat disimpulkan bahwa apabila nilai Z lebih dari -1,96 maka dikatakan kelas tersebut tuntas belajar, dan sebaliknya apabila nilai Z kurang dari -1,96 maka dikatakan kelas tersebut tidak tuntas belajar.

2. Teknik pengolahan data motivasi belajar

(28)

38

Dayi Nuraeni, 2013

b. Tentukan nilai dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Untuk pernyataan dengan kriteria positif :

1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = ragu-ragu, 4 = setuju, dan 5 = sangat setuju.

2) Untuk pernyataan dengan kriteria negatif :

1 = sangat setuju, 2 = setuju,

3 = ragu-ragu, 4 = tidak setuju, dan 5 = sangat tidak setuju

c. Menghitung skor rata-rata gabungan dari kriteria positif dan negatif tiap kondisi.

d. Menentukan kategorinya dengan ketentuan skor rata-rata :

1,00 – 1,49 = tidak baik, 1,50 – 2,49 = kurang baik, 2,50 – 3,49 = cukup baik, 3,50 – 4,49 = baik, dan 4,50 – 5,00 = sangat baik

(29)

39

Dayi Nuraeni, 2013

Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Ketiga tahap tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

a. Studi pustaka untuk merumuskan masalah

Permasalahan yang akan diteliti dirumuskan terlebih dahulu lalu dicari sebanyak mungkin pustaka yang sesuai dengan permasalahan tersebut. Sumber pustaka yang digunakan sebagai bahan referensi meliputi kajian mengenai pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together, motivasi belajar, hasil belajar dan materi ekosisitem pantai.

b. Penyusunan proposal penelitian

Proposal penelitian disusun untuk menggambarkan rancangan penelitian yang akan dilakukan. Proposal tersebut berisi permasalahan yang akan diteliti, teori-teori yang terkait dengan permasalahan, serta metode penelitian.

c. Seminar proposal penelitian

Proposal yang telah dibuat kemudian diseminarkan untuk memperoleh tanggapan dan saran mengenai penelitian yang akan dilakukan. Tanggapan atau saran tersebut dapat dijadikan tambahan sebagi referensi untuk memperbaiki kekurangan pada rancangan penelitian.

(30)

40

Dayi Nuraeni, 2013

Proposal yang telah diseminarkan kemudian diperbaiki sesuai dengan saran yang telah diterima. Hasil perbaikan proposal tersebut dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.

e. Pembuatan Instrumen.

Pembuatan perangkat RPP dan pembuatan instrumen penelitian mengenai sub konsep ekosistem pantai yang meliputi instrumen tes hasil belajar dan angket motivasi. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar bentuk pilihan ganda yang dibuat berdasarkan analisis SK dan KD dalam KTSP dan angket untuk mengukur motivasi belajar siswa.

f. Judgment instrumen

Instrumen yang akan digunakan melalui proses judgment kepada dosen yang ahli. Hal tersebut dimaksudkan agar instrumen yang digunakan benar-benar mengukur variabel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Beberapa aspek yang di judgment oleh dosen ahli diantaranya adalah kesesuaian soal dengan indikator,

kesesuaian soal dengan jenjang kognitif yang ingin dicapai, kesesuaian kunci jawaban, dan kejelasan kalimat pertanyaan. Kekurangan soal yang telah di judgment diperbaiki kembali sebelum dilakukan uji coba instrumen.

g. Uji coba instrumen dilakukan setelah sebelumnya dilakukan judgment.

(31)

41

Dayi Nuraeni, 2013

validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran dengan menggunakan bantuan program Anates Pilihan Ganda Versi 4.0.9 (Karno dan Wibisono, 2004).

h. Perbaikan instrumen tes hasil belajar dengan memilih 25 soal dari 50 soal yang diuji cobakan yang memenuhi kualifikasi untuk digunakan dalam menjaring data hasil belajar siswa pada sub konsep ekosistem pantai.

2. Tahap pelaksanaan

a. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 14- 22 Mei 2012 di kelas X-C SMAN 1 Ciracap. Peneliti melaksanakan pengambilan data berupa tes hasil belajar dan angket motivasi siswa. Sebelum kegiatan pengambilan data, peneliti memberikan pemberitahuan kepada siswa bahwa pembelajaran yang akan disampaikan mengenai sub konsep ekosistem pantai dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT.

b. Penelitian dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Pada pertemuan pertama diberikan pretest untuk mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai materi ekosistem lalu dilanjutkan dengan pemberian materi pada sub konsep ekosistem pantai dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT.

(32)

42

Dayi Nuraeni, 2013

d. Pertemuan ketiga diberikan angket motivasi yang telah diadaptasi dari angket motivasi Keller (2000) untuk mengetahui motivasi siswa di dalam pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT.

3. Tahap akhir

a. Pengolahan dan pembahasan hasil data pretest, posttest dan skor motivasi belajar.

b. Ditarik kesimpulan dari hasil penelitian. c. Disusun laporan penelitian berupa skripsi.

I. ALUR PENELITIAN

Revisi Instrumen Penelitian Uji Coba Instrumen Penelitian

Pertemuan 2 : Pemberian materi dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT dan tes akhir (posttest)

Pertemuan 3 : Pengisian angket motivasi siswa Pertemuan 1 : Tes awal (Pretest) dan pemberian materi

dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT

(33)

43

Dayi Nuraeni, 2013

Gambar 3. 1. Alur Penelitian

Analisis dan pembahasan data

(34)

Dayi Nuraeni, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hasil belajar siswa di kelas eskperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada sub konsep ekosistem pantai menunjukkan peningkatan hasil belajar dengan kategori sedang yaitu sebesar 0,50. Hal tersebut dapat terlihat pada peningkatan rata-rata nilai hasil belajar saat pretest dan posttest di kelas.

Motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen juga menunjukkan peningkatan. Hal tersebut dapat terlihat dari rata-rata skor total angket motivasi yang dikembangkan oleh Keller (2000) sebesar 3,63 yang menunjukkan kategori baik.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan mengenai penerapan pendekatan Salingtemas dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, maka dapat disarankan beberapa hal berikut ini :

(35)

63

Dayi Nuraeni, 2013

Hal ini tentunya dengan memperhatikan alokasi waktu, bahan ajar yang digunakan, dan pengelolaan kelas yang sesuai.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memerlukan waktu yang relatif lama dalam proses pembelajarannya, terutama pada tahap diskusi dan pemanggilan nomor untuk memberikan jawaban, sehingga diperlukan perencanaan dan persiapan yang matang sebelum dilaksanakan di kelas agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan alokasi waktu dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

3. Pada saat uji coba instrumen penelitian mengenai sub konsep ekosistem pantai lebih baik diberikan kepada siswa atau sekolah yang berada tidak jauh dari kawasan pantai, agar hasil dari uji coba instrumen memiliki kualifikasi soal yang baik, karena siswa mengenali lingkungan pantai dengan baik dibandingkan siswa yang tinggal jauh dari daerah pantai.

(36)

64

Dayi Nuraeni, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Alma, B. (2009). GURU PROFESIONAL (Menguasai Metode dan Terampil Mengajar). Bandung : Alfabeta.

Arikunto, S. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010) . Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). (2006). Pedoman Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Darmadi, (2010). Ekosistem Terumbu Karang di Indonesia. [Online]. Tersedia : http://dhamadharma.wordpress.com/2010/05/04/ekosistem- terumbu-karang-di-indonesia/ [27 Maret 2012].

Fatimah, (2012). Penggunaan Asesmen Portofolio Untuk Mengungkap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Konsep Alat Indera. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak Diterbitkan.

Firman, (2010). Ekosistem Padang Lamun di Teluk Banten. [Online]. Tersedia : http://firmans08.wordpress.com/2010/03/30/ekosistem-padang-lamun-di-teluk- banten/ [27 Maret 2012].

Hake, R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf [ 27 Maret 2012].

Haris, (2012). Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi Hasil Belajar : Psikologi

Pendidikan.[Online]. Tersedia :

http://blog.umy.ac.id/muhakbargowa/files/2012/11/makalah-psikologi-pendidikan.pdf [6 Januari 2012]

Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press. Indriyanto, (2008). Ekologi Hutan. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Irwan, D. (2010). Prinsip-prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya. Jakarta : PT Bumi Aksara.

(37)

65

Dayi Nuraeni, 2013

Isjoni, (2010). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Keller, J. (2000). How to Integrate Learner Motivation Planning Into Lessons Planning : The ARCS Model Approach. Florida State University : USA.

Kusumojanto dan Herawati, (2009). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Diklat Manajemen Perkantoran Kelas X APK di SMK Ardjuna 01 Malang. Jurnal Penelitian Kependidikan. 19, (1), 83-98.

Lie, A. (2004). COOPERATIVE LEARNING Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT Grasindo.

Mustafa, Yusnani dan Baharudin, (2011). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Keaktifan dan Penguasaan Konsep Matematika. Jurnal PTK DBE3. Volume Khusus, (1), 7-14.

Nur, M. (2005). Pembelajaran Kooperatif. Jawa Timur : Depdiknas Dirjen Dikwen LPMP.

Peodjiadi, A. (2005). Sains Teknologi Masyarakat Model pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung : Rosda.

Prayitno, E. (1989). Motivasi dalam Mengajar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Purwanto, N. (2006). Prinsip-prinsip dan teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya .

Rusman, (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Rustaman, N. (2005). Strategi belajar mengajar Biologi. Malang : Universitas Negeri Malang (UM PRESS).

Sardiman, (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Setyawati, (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan Berkomunikasi Siswa Pada Konsep Sistem Indera. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak Diterbitkan.

Solihatin, E. dan Raharjo. (2009). Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : PT Bumi Aksara.

(38)

66

Dayi Nuraeni, 2013

Sudjana, N. (2005). Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Sugiyanto, (2010). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Yuma Pustaka.

Sutarno, N. (2008). Handout Metode Penelitian Pendidikan Biologi. Jurusan Pendidikan Biologi UPI : Tidak Diterbitkan.

Syafitri, R. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar. [Online].Tersedia:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23699/4 /Chapter% 20II.pdf [26 Maret 2012].

Uno, H. (2010). Teori-Teori Motivasi. Jakarta : Bumi Aksara.

Waryono, dan Yulianto. (2002). Restorasi Ekologi Hutan Mangrove (Studi Kasus DKI Jakarta). [Online]. Tersedia : dishut.jabarprov.go.id [27 Maret 2012].

Widdiharto, (2004). Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta : Dirjen Dikdasmen PPPG Matematika.

Gambar

Tabel
Gambar 3.1.  Alur Penelitian ........................................................................................
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Tabel 3.2. Klasifikasi Tingkat Kesukaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari program S-1 jurusan Akuntansi

Penelitian tindakan kelas ini, dilaksanakan sebanyak 2 (dua) siklus. Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini adalah melaksanakan pembelajaran membaca dan

Tulisan ini merupakan bagian dari kegiatan Riset Kapasitas PEnangkapan Cantrang pada Perikanan Demersal di Laut Jawa Serta Pukat Cincin pada Perikanan Cakalang dan

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, diharapkan agar Saudara dapat hadir tepat waktu dengan membawa dokumen asli dan 1 (satu) rangkap fotocopy untuk setiap data yang telah

Guru Taman Kanak-kanan dalam pembelajaran seni tari, disamping harus menguasai bentuk-bentuk tarian dan ketrampilan dalam

The study used purposive random sampling method by taking and observation of mangrove vegetation and density of molluscs and measurement of water quality parameters.. Data

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber... Implementasi Sistem ... Implementasi Antarmuka ... Form Informasi Jadwal ...

Tidak sedikit ibu rumah tangga bahkan kita sendiri sering kali lupa mematikan kran bak mandi, hal ini mengakibatkan air akan terbuang sia-sia bahkan yang lebih buruk tagihan