Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR HAK CIPTA ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 4
C.Tujuan Penelitian ... 5
D.Manfaat Penelitian ... 5
E.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Pemahaman Konsep 1. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 8
2. Keterampilan Generik Sains ... 12
3. Pemahaman Konsep ... 17
4. Kaitan antara Pembelajaran Inkuiri Terbimbing, Keterampilan Generik Sains dan Pemahaman Konsep ... 20
B.Materi Pembiasan Cahaya ... 22
A.Metode dan Desain Penelitian ... 31
B.Populasi dan Sampel Penelitian ... 31
C.Langkah-langkah Penelitian ... 32
D.Instrumen Penelitian ... 37
E.Teknik Analisis Data ... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian 1. Keterampilan Generik Sains ... 48
2. Pemahaman Konsep ... 51
3. Pelaksanaan Pembelajaran a. Proses Pembelajaran ... 54
b. Aktivitas Guru ... 56
c. Aktivitas Siswa ... 57
4. Tanggapan Siswa ... 58
B.Pembahasan 1. Peningkatan Keterampilan Generik Sains ... 61
2. Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa ... 65
3. Pelaksanaan Pembelajaran ... 68
4. Tanggapan Siswa ... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 73
B.Saran ... 74
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus melaju dengan
cepat mau tidak mau membuat pembelajaran sains juga mengalami
pergeseran menyusul bertambahnya tuntutan dan tantangan yang hampir tidak
terelakkan. Menghadapi perkembangan dunia yang semakin maju tersebut
masyarakat harus tanggap IPA, karena dewasa ini banyak sekali lapangan
pekerjaan yang membutuhkan berbagai keterampilan tingkat tinggi, menuntut
kemampuan untuk selalu dapat belajar dalam setiap perubahan, bernalar,
berfikir kreatif, membuat keputusan, dan kemampuan untuk memecahkan
masalah (Klausner, 1996). Oleh karena itu peningkatan mutu pemahaman
IPA (fisika) di semua jenjang pendidikan harus selalu diupayakan.
Gallagher (Liliasari, 2007) mengemukakan bahwa tantangan ini dapat
dihadapi melalui paradigma baru belajar sains, yaitu memberikan sejumlah
pengalaman kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk
menggunakan pengetahuan sains tersebut. Pendidikan Fisika bagi siswa
diharapkan dapat mengembangkan pemahaman, keterampilan, kemampuan,
dan sikap ilmiah (Sharma dalam Marzuki, 2010). Oleh karena itu, melibatkan
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran merupakan tuntutan dasar
dalam pembelajaran fisika. Siswa diberi kesempatan untuk berlatih
bertanya jika ada informasi yang dianggap janggal, dan akhirnya dapat
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
Namun, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada salah
satu SMP Negeri di Sungailiat Provinsi Bangka Belitung tanggal 8 Agustus
2011, kenyataan di lapangan menunjukkan pembelajaran fisika yang
digunakan guru masih didominasi oleh ceramah dengan alasan keterbatasan
waktu karena padatnya materi pada kurikulum. Pada proses pembelajaran
fisika, guru jarang memberi materi fisika melalui pengalaman langsung lewat
percobaan di laboratorium. Umumnya guru langsung masuk ke materi
pelajaran sehingga kurang memperhatikan pengetahuan awal yang dimiliki
siswa. Pembelajaran fisika di sekolah tersebut juga belum ada yang sengaja
ditujukan untuk mengembangkan kemampuan keterampilan generik sains
sebagai tujuan pembelajaran. Kondisi-kondisi di atas tentunya ikut andil
menjadikan hasil belajar fisika tergolong rendah. Hal tersebut dapat dilihat
dari nilai rata-rata prestasi belajar fisika yang diperoleh oleh siswa di sekolah
tersebut pada semester II tahun ajaran 2010/2011 hanya mencapai 58,04.
Salah satu cara yang dipandang dapat mengatasi permasalahan di atas
adalah melalui pembelajaran fisika berbasis inkuiri ilmiah yang sesuai dengan
tujuan mata pelajaran IPA di SMP dalam Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah yaitu melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi
(BSNP, 2006). Syam (2007) mengemukakan bahwa tujuan utama
membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berfikir) terkait
dengan proses-proses berfikir reflektif. Kemampuan berfikir dan bertindak
berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya melalui kerangka berfikir
sains disebut kemampuan generik sains (Liliasari, 2005). Pembelajaran yang
melatih keterampilan generik sains siswa akan menghasilkan siswa yang
mampu memahami konsep, menyelesaikan masalah, dan kegiatan ilmiah yang
lain serta mampu belajar sendiri dengan efektif dan efisien (Darliana, 2006).
Rutherford (Marzuki, 2010) juga berpendapat bahwa pembelajaran fisika
melalui berbagai pengalaman inkuiri ilmiah dapat menumbuhkan kemampuan
memahami fenomena abstrak, memanipulasi simbol-simbol, bernalar secara
logika dan menggeneralisasi. Begitu pula dengan Pratt & Hackett dalam
McBride (2004) yang menyatakan bahwa dengan belajar IPA melalui inkuiri,
siswa mengalami perkembangan pemahaman yang lebih mendalam tentang
konsep sains serta perkembangan dalam keterampilan berfikir kritis.
Pendapat-pendapat tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis
inkuiri dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan
pada aspek-aspek keterampilan generik sains siswa.
Pembelajaran inkuiri yang dapat diberikan pada siswa SMP adalah inkuiri
terbimbing (guided inquiry), di mana pada tahapan pembelajaran guru masih
banyak memberikan proses bimbingan. Bimbingan yang diberikan dapat
berupa pertanyaan-pertanyaan atau melalui lembar kerja siswa yang
Beberapa temuan yang dihasilkan pada penelitian-penelitian sebelumnya
tentang pembelajaran inkuiri terbimbing antara lain dilakukan oleh Sopamena
(2009) pada siswa SMK, menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses
sains siswa secara umum. Hasil penelitian Suratmi (2010) juga
mengungkapkan bahwa model inkuiri terbimbing pada pokok bahasan gerak
rotasi menunjukkan perbedaan signifikan sebagai model yang dapat
meningkatkan pemahaman konsep dan berpikir kritis mahasiswa. Kemudian
melalui hasil penelitian Megadomani (2011) diketahui bahwa model
pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan penguasaan konsep
dan keterampilan generik sains siswa SMA secara signifikan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik mengadakan penelitian
tentang pembelajaran fisika yang mengacu pada inkuiri terbimbing (guided
inquiry) untuk meningkatkan kemampuan fisika siswa berupa Keterampilan
Generik Sains (KGS) dan kemampuan Pemahaman Konsep (PK) Siswa SMP.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah peningkatan
keterampilan generik sains dan pemahaman konsep siswa sebagai impak
penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing?”.
Dari rumusan masalah tersebut, dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan
1. Bagaimanakah peningkatan keterampilan generik sains siswa sebagai
impak penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing?
2. Bagaimanakah peningkatan profil keterampilan generik sains siswa
sebagai impak penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing?
3. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep siswa sebagai impak
penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing?
4. Bagaimanakah peningkatan profil pemahaman konsep siswa sebagai
impak penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing?
5. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran Inkuiri
Terbimbing?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peningkatan keterampilan
generik sains dan pemahaman konsep siswa sebagai impak penerapan
pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Selain itu penelitian ini dilakukan untuk
mendapatkan gambaran mengenai tanggapan siswa terhadap pembelajaran
Inkuiri Terbimbing.
D. MANFAAT PENELITIAN
Data dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris
tentang pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan
oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil-hasil penelitian
tersebut.
E. VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran inkuiri
terbimbing, sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah keterampilan
generik sains dan pemahaman konsep siswa.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang seringkali dimunculkan
seperti berikut ini:
1. Pembelajaran inkuiri terbimbing.
Pembelajaran inkuiri terbimbing didefinisikan sebagai rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menyelidiki sehingga siswa dapat merumuskan sendiri
penemuannya seperti halnya seorang ilmuwan mempelajari dunia nyata.
Pada penelitian ini, pembelajaran inkuiri diawali dengan penyajian
fenomena melalui teka-teki bergambar (pictorial riddle) untuk
memfokuskan perhatian dan mengembangkan motivasi siswa. Tahapan
dalam proses pembelajaran ini dilanjutkan dengan kegiatan penyajian
masalah untuk kegiatan penyelidikan, mengidentifikasi masalah,
mengadakan eksperimen, mengolah hasil percobaan dan membuat
2. Keterampilan generik sains didefinisikan sebagai kemampuan berfikir dan
bertindak siswa berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya dan
diperoleh dari hasil belajar sains (Brotosiswoyo, 2001). Kemampuan
berpikir yang bersifat generik yang dapat ditumbuhkan melalui belajar
fisika, yaitu pengamatan langsung, pengamatan tidak langsung, kesadaran
tentang skala, bahasa simbolik, berpikir dalam kerangka taat asas logis,
melakukan inferensi logika, hukum sebab akibat, pemodelan matematika,
dan membangun konsep. Keterampilan generik sains diukur dengan
menggunakan tes keterampilan generik sains dalam bentuk pilihan ganda.
3. Pemahaman konsep didefinisikan sebagai tingkat kemampuan yang
mengharapkan siswa mampu memahami arti, situasi dan fakta yang
diketahui, serta dapat menjelaskan dengan menggunakan kata-kata sendiri
sesuai pengetahuan yang dimilikinya dengan tidak mengubah artinya
(Purwanto, 2007). Menurut (Anderson, L.W. et al., 2001), proses-proses
kognitif dalam kategori memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan,
mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan
menjelaskan. Pemahaman konsep diukur dengan menggunakan tes
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Pre Eksperimental dengan desain
One-Group Pretest-Posttest Design (Sugiyono, 2012). Pada desain ini,
subyek penelitian adalah satu kelas eksperimen tanpa pembanding. Kelompok
subjek tunggal diberi pretest/tes awal (O), perlakuan (X), dan posttest/tes
akhir (O). Instrumen pada saat pretest dan posttest sama, tetapi diberikan
dalam waktu yang berbeda. Adapun desain penelitian yang dimaksud, dapat
dilihat seperti gambar 3.1.
Gambar 3.1. Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest
Keterangan:
O1 : Tes Awal (pretest)
O1 : Tes Akhir (posttest)
X : Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester II (dua)
pada salah satu SMP Negeri di Sungailiat Provinsi Bangka Belitung yang
terdaftar pada tahun ajaran 2011/2012. Sampel penelitian dipilih satu kelas
sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VIII.4 dengan jumlah siswa sebanyak 32
orang per kelasnya. Sampel dipilih secara random dengan mengundi seluruh O1 X O2
kelas populasi yang memiliki kemampuan yang setara tanpa mengacak siswa
tiap kelasnya.
C. Langkah-langkah Penelitian
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan
pembelajaran fisika terutama pada konsep pembiasan cahaya di salah satu
SMP Negeri di Sungailiat Provinsi Bangka Belitung. Studi pendahuluan
ini dilaksanakan dengan cara mewawancarai guru fisika mengenai
pelaksanaan pembelajaran fisika di sekolah tersebut. Hasilnya ditemukan
bahwa prestasi belajar siswa masih cukup rendah, keterampilan generik
sains siswa belum diketahui, dan guru belum pernah melaksanakan
praktikum pada materi pembiasan cahaya. Oleh karena itu peneliti tertarik
untuk meneliti seberapa besar keterampilan generik sains dan pemahaman
konsep siswa di SMP tersebut.
2. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mencari teori-teori yang berkaitan
dengan indikator keterampilan generik sains dan pemahaman konsep fisika
terhadap standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) materi
pembiasan cahaya. Studi ini juga dilakukan untuk mengkaji
Hasil studi literatur, selanjutnya, digunakan sebagai landasan
mengembangkan pembelajaran inkuiri terbimbing.
3. Penyusunan Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian
Hasil studi pendahuluan dan studi literatur digunakan untuk
menyiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), dan teka-teki bergambar
(pictorial riddle). Perangkat pembelajaran tersebut kemudian
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran fisika
untuk mendapatkan masukan sehingga dapat mengimplementasikan
pembelajaran dengan baik di kelas. Penyusunan instrumen penelitian
diawali dari pembuatan instrumen penilaian keterampilan generik sains
dan pemahaman konsep berupa soal tes tertulis jenis pilihan ganda
berdasarkan indikator-indikator keterampilan generik sains dan
pemahaman konsep yang telah diperoleh dari studi pendahuluan dan
literatur. Selanjutnya dilakukan judgement oleh pakar untuk mengetahui
validitas isi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian tersebut.
Terakhir dilakukan pembuatan skala sikap tanggapan siswa tentang
pembelajaran inkuiri terbimbing serta lembar aktivitas guru dan siswa
4. Uji Coba Instrumen Penelitian
Sebelum instrumen penelitian digunakan, dilakukan uji coba soal untuk
mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran
soal. Pengujian instrumen penelitian dilakukan pada siswa kelas VIII.1 di
salah satu SMP Negeri di Sungailiat Provinsi Bangka Belitung. Dari hasil
uji coba, butir soal yang memenuhi syarat langsung digunakan untuk
mengambil data tes awal dan tes akhir.
5. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
Rancangan pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan pada siwa kelas
VIII di salah satu SMP Negeri di Sungailiat Provinsi Bangka Belitung.
Ketika pelaksanaan pembelajaran, observer menggunakan lembar aktivitas
siswa dan guru untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran inkuiri
terbimbing. Setelah pembelajaran, dilakukan penilaian kepada siswa
tentang keterampilan generik sains dan pemahaman konsep pembiasan
cahaya. Selanjutnya siswa diminta untuk mengisi skala sikap tanggapan
tentang pembelajaran inkuiri terbimbing.
6. Teknik Pengumpulan Data
a. Tes Keterampilan Generik Sains
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan keterampilan generik
sains yang dicapai siswa setelah diterapkannya pembelajaran inkuiri
b. Tes Pemahaman Konsep
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep
yang dicapai siswa setelah diterapkannya pembelajaran inkuiri
terbimbing.
c. Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Guru dan Siswa
Lembar observasi aktivitas guru dan siswa memuat sejumlah
aktivitas yang harus dilaksanakan guru dan siswa selama pembelajaran
inkuiri terbimbing dilaksanakan.
d. Skala Sikap Tanggapan Siswa
Skala sikap tanggapan siswa terhadap pembelajaran ini memuat
daftar pernyataan tentang pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing
yang telah dilaksanakan.
7. Tahap Analisis Data dan Pembahasan
Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan dan penskoran data
yang telah didapatkan. Kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut
dan seterusnya dilakukan pembahasan dan dilakukan pengambil
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 3.2
berikut ini:
Gambar 3.2. Alur Penelitian Pembelajaran Inkuiri Terbimibing
Studi Literatur Identifikasi Masalah
Pengembangan dan Uji Coba Instrumen Analisis Standar isi KTSP
SMP Kajian tentang konsep Pembiasan Cahaya
Analisis Keterampilan
Generik Sains (KGS) Inkuiri Terbimbing
Konsep-konsep
Pembiasan Cahaya Indikator KGS Pembelajaran inkuiri terbimbing
Tes Awal Tes Pemahaman Konsep Tes Keterampilan
Generik Sains (KGS)
Skala Sikap Respon Siswa Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran & Pictorial Riddle
Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Tes Akhir
Analisis Data
D. Instrumen Penelitian
1. Tes Keterampilan Generik Sains
Tes keterampilan generik sains diberikan sebanyak dua kali, yaitu
sebelum pembelajaran (pretest) dan setelah pembelajaran (posttest). Tes
ini bertujuan untuk mengukur keterampilan generik sains siswa sebelum
dan sesudah perlakuan diberikan. Berdasarkan hasil pretest dan posttest,
akan dihitung gain yang dinormalisasi <g> untuk melihat peningkatan
indikator keterampilan generik sains apa yang dapat dikembangkan
melalui penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing.
Soal pada tes ini terkait dengan indikator keterampilan generik sains
yaitu keterampilan pengamatan langsung, pemodelan matematik,
kesadaran akan besaran skala, bahasa simbolis, dan kerangka logika taat
asas terkait konsep pembiasan cahaya. Tes keterampilan generik sains ini
berupa tes tertulis jenis tes pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban.
2. Tes Pemahaman Konsep
Tes pemahaman konsep diberikan sebanyak dua kali, yaitu sebelum
pembelajaran (pretest) dan setelah pembelajaran (posttest). Tes ini
bertujuan untuk mengukur pemahaman konsep siswa sebelum dan sesudah
perlakuan diberikan. Berdasarkan hasil pretest dan posttest, akan dihitung
gain yang dinormalisasi <g> untuk melihat peningkatan indikator
pemahaman konsep apa yang dapat dikembangkan melalui penerapan
Soal pada tes ini terkait dengan indikator pemahaman konsep yaitu
kemampuan menafsirkan, membandingkan, mencontohkan, menjelaskan,
dan menyimpulkan terkait konsep pembiasan cahaya. Tes pemahaman
konsep ini berupa tes tertulis jenis tes pilihan ganda dengan empat pilihan
jawaban.
3. Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Lembar observasi aktivitas guru dan siswa ini memuat daftar aktivitas
yang harus dilaksanakan guru selama pelaksanaan pembelajaran inkuiri
terbimbing. Instrumen keterlaksanaan pembelajaran ini berbentuk rating
scale yang memuat kolom ya dan tidak, dimana observer hanya
memberikan tanda cek () pada kolom yang sesuai dengan aktivitas guru
dan siswa yang diobservasi. Lembar observasi aktivitas guru ini dapat
dilihat pada Lampiran B.4.1
4. Skala Sikap Tanggapan Siswa
Skala sikap ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang
tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing pada
konsep pembiasan cahaya. Skala sikap ini memuat daftar pernyataan
terkait penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dilaksanakan.
Instrumen skala sikap tanggapan ini memuat kolom sangat setuju (SS),
setuju (S), tidak setuju (TS), dan dan sangat tidak setuju (STS). Siswa
skala sikap. Skala sikap tanggapan siswa selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran B.5.
E. Teknik Analisis Data
1. Analisis Instrumen Penelitian
a. Validitas Soal
Pengujian validitas soal dilakukan secara validitas isi dengan cara
meminta pertimbangan (judgement) oleh ahli, dengan tujuan untuk
mengetahui apakah instrumen yang disusun sudah mengukur apa yang
hendak diukur (ketepatan). Para ahli diminta memberikan tanggapan
pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Jumlah tenaga ahli
yang diminta pertimbangannya dalam validitas soal ini berjumlah dua
orang. Pengujian validitas isi dilakukan dengan melihat kesesuaian
antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan (SK dan
KD), indikator keterampilan generik sains, dan indikator pemahaman
konsep.
Hasilnya pertimbangan (judgement) ahli menyimpulkan bahwa
instrumen keterampilan generik sains dan pemahaman konsep
pembiasan cahaya yang disusun sudah dapat digunakan untuk keperluan
penelitian. Tetapi ada beberapa hal terkait konteks, konten, dan redaksi
yang perlu diperbaiki. Hasil pertimbangan (judgement) oleh ahli
b. Reliabilitas Tes
Menurut Munaf (2001) reliabilitas juga dapat diartikan sebagai
tingkat keajegan (konsisten) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes
dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten (tidak
berubah-ubah) setiap kali dipakai. Hal senada juga diungkapkan oleh
Arikunto (2012) bahwa reliabilitas tes berhubungan dengan ketetapan
hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang
terjadi dapat dikatakan tidak berarti.
Berdasarkan pengertian di atas, maka tes dikatakan reliabel jika hasil
pengukurannya tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan
pada subyek yang sama (identik) meskipun dilakukan oleh orang yang
berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda. Tidak
terpengaruh oleh pelaku, situasi, dan kondisi. Anastasi (Surapranata,
2004) menyatakan suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas
yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang
dihitung dengan koefesien reliabilitas.
Untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas (r), digunakan tolak
ukur yang dibuat oleh J. P. Guilford (Ruseffendi, 2005) seperti pada
Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Kategori Reliabilitas Tes
Koefisien reliabilitas Kategori
r ≤ 0,20 Kecil
0,20 < r ≤ 0,40 Rendah
0,40 < r ≤ 0,70 Sedang
0,70 < r ≤ 0,90 Tinggi
Berdasarkan hasil analisis reliabilitas instrumen tes keterampilan
proses sains dan tes pemahaman konsep dengan menggunakan Software
Microsoft Office Excel 2007, diperoleh besar koefisien reliabilitas (r)
untuk tes keterampilan generik sains sebesar 0,72 yang berada pada
kategori tinggi (Lampiran C.1.1). Sedangkan besar koefisien reliabilitas
(r) untuk tes pemahaman konsep adalah sebesar 0,77 yang berada pada
kategori tinggi (Lampiran C.1.2).
c. Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan mudah atau
sukarnya suatu soal. Kategori penafsiran tingkat kesukaran item tes
dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Kategori Tingkat Kesukaran
Batasan Kategori
0,00 ≤ P ≤ 0,30 Sukar
0,31 ≤ P ≤ 0,70 Sedang
0,71 ≤ P ≤ 1,00 Mudah
(Arikunto, 2012)
d. Daya Pembeda Item Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2012). Kategori daya pembeda
Tabel 3.3
Kategori Daya Pembeda
Batasan Kategori
0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek
0,20 < D ≤ 0,40 Cukup
0,40 < D ≤ 0,70 Baik
0,70 < D ≤ 1,00 Baik sekali
(Arikunto, 2012)
Selanjutnya, hasil analisis instrumen tes keterampilan generik sains
menggunakan Software Microsoft Office Excel 2007 yang meliputi
analisis tingkat kesukaran dan daya pembeda item soal tercantum pada
Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Item Soal Keterampilan Generik Sains
No. Soal Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Keterangan
1 Sedang Baik Dipakai
2 Sedang Baik Dipakai
3 Mudah Cukup Dipakai
4 Sedang Baik Dipakai
5 Sedang Baik Dipakai
6 Sedang Baik Dipakai
7 Sedang Baik Dipakai
8 Sukar Jelek Tidak Dipakai
9 Sedang Cukup Dipakai
10 Mudah Cukup Dipakai
11 Sedang Jelek Tidak Dipakai
12 Sukar Jelek Tidak Dipakai
13 Sedang Baik Dipakai
14 Sedang Jelek Tidak Dipakai
15 Mudah Cukup Dipakai
Berdasarkan data hasil analisis pada Tabel 3.4, terdapat 4 butir soal
keterampilan generik sains yang tidak dipakai yaitu soal no. 8,11,12,
dan 14 disebabkan karena soal-soal tersebut memiliki daya pembeda
Sebelas butir soal keterampilan generik sains yang terpakai
mencakup lima indikator keterampilan generik sains yang akan diteliti
dalam penelitian ini, yaitu untuk pengamatan langsung, pemodelan
matematik, kesadaran akan besaran skala, bahasa simbolis, dan
kerangka logika taat asas. Distribusi indikator keterampilan generik
sains pada soal tes yang diuji cobakan dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5
Distribusi Soal Tes Keterampilan Generik Sains yang Diujicobakan
Indikator Keterampilan Generik Sains
No. Soal
Jumlah
Dipakai Tidak Dipakai
Pengamatan Langsung 1, 3, 9 8, 11, 14 6
Pemodelan Matematik 2, 5 - 2
Kesadaran akan Besaran Skala 13, 15 - 2
Bahasa Simbolis 6, 10 - 2
Kerangka Logika Taat Asas 4, 7 12 3
Jumlah 11 4 15
Sementara itu, hasil analisis instrumen tes pemahaman konsep yang
meliputi analisis uji validitas butir, tingkat kesukaran, dan daya
pembeda item soal tercantum pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6
Hasil Analisis Uji Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Item Soal Pemahaman Konsep
No. Soal Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Keterangan
1 Sedang Baik Dipakai
2 Sedang Baik Dipakai
3 Sedang Baik Dipakai
4 Mudah Cukup Dipakai
5 Sedang Baik Dipakai
6 Sedang Baik Dipakai
7 Sedang Baik Dipakai
8 Sedang Baik Dipakai
9 Sedang Baik Dipakai
10 Sukar Jelek Tidak Dipakai
No. Soal Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Keterangan
12 Mudah Cukup Dipakai
13 Sedang Jelek Tidak Dipakai
14 Mudah Jelek Tidak Dipakai
15 Sukar Jelek Tidak Dipakai
16 Sukar Jelek Tidak Dipakai
17 Sedang Cukup Dipakai
18 Sedang Jelek Tidak Dipakai
19 Sedang Jelek Tidak Dipakai
20 Mudah Baik Dipakai
Berdasarkan data pada Tabel 3.6, terdapat 7 butir soal pemahaman
konsep yang tidak dipakai yaitu soal nomor 10,13,14,15,16,18 dan 19.
Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1.2.
Tiga belas butir soal pemahaman konsep yang terpakai mencakup
lima indikator pemahaman konsep yang diteliti yaitu menafsirkan,
mencontohkan, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.
Distribusi indikator pemahaman konsep pembiasan cahaya pada soal tes
yang diujicobakan dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7
Distribusi Soal Tes Pemahaman Konsep yang Diujicobakan
Jenis Pemahaman Konsep No. Soal Jumlah
Dipakai Tidak Dipakai
Menafsirkan 1,4,6,20 13,14,16,19 8
Mencontohkan 5,8 - 2
Menyimpulkan 9,17 10,15 4
Membandingkan 11,12 - 2
Menjelaskan 2,3,7 18 4
2. Analisis Data
a. Membuat Tabulasi Skor Data
Memeriksa hasil tes setiap siswa sekaligus memberikan skor pada
lembar jawaban tes keterampilan generik sains dan pemahaman konsep
dengan soal yang jawabannya benar diberi skor 1 dan soal yang
jawabannya salah diberi skor 0.
b. Menghitung skor gain yang dinormalisasi <g> hasil tes keterampilan
generik sains dan pemahaman konsep
Peningkatan keterampilan generik sains dan pemahaman konsep
pembiasan cahaya siswa yang dikembangkan melalui pembelajaran
dihitung berdasarkan rata-rata skor gain dinormalisasi <g> (Hake,
1999). pre maks pre post S S S S
g .... (3.1)
Keterangan :
<Spost > = rata-rata skor tes akhir
<Spre> = rata-rata skor tes awal
<Smaks> = rata-rata skor maksimum
Kriteria:
Tabel 3.8.
Kriteria Gain dinormalisasi
<g> Kriteria
<g> ≥ 0,7 Tinggi
0,3 <g> < 0,7 Sedang
<g> < 0,3 Rendah
(Hake, 1999)
Pengolahan data rata-rata skor gain dinormalisasi dianalisis
....(3.2)
c. Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing
berdasarkan lembar observasi aktivitas guru dan siswa
% 100 diamati akan yang aspek n keseluruha Jumlah a terlaksan diamati yang aspek Jumlah naan keterlaksa %
Untuk mengetahui interpretasi kategori keterlaksanaan pembelajaran
inkuiri terbimbing yang dilakukan oleh guru dan siswa, dapat
diinterpretasikan pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9.
Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran
KP (%) Kriteria
KP = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana 0 < KP < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KP < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana
KP = 50 Setengah kegiatan terlaksana 50 < KP < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75 < KP < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana
KP = 100 Seluruh kegiatan terlaksana
d. Analisis skala sikap tanggapan siswa tentang pembelajaran inkuiri
terbimbing.
Model skala sikap yang digunakan adalah model skala sikap (Likert)
dengan empat pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS
(Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju). Arikunto (2012).
Skala sikap siswa pada tiap butir pernyataan, dihitung, ditabulasi
kemudian dibuat persentase. Untuk menghitung persentase hasil skala
sikap respon siswa tersebut menggunakan persamaan:
....(3.3) ∑ Responden yang menjawab (SS/S) atau (TS/STS)
% Tanggapan Responden =
Untuk memudahkan dalam menginterpretasi tanggapan tersebut,
digunakan kriteria seperti pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Kriteria Tanggapan Siswa
Alternatif jawaban (%) Deskripsi
100 Seluruh responden
100
75J Hampir seluruh responden
75
50J Sebagian besar responden
50 Setengah dari jumlah responden
50
25J Hampir setengahnya dari jumlah responden 25
0J Sebagian kecil responden
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian, hasil analisis data, dan pembahasan yang
telah dilakukan tentang penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk
meningkatkan keterampilan generik sains dan pemahaman konsep pembiasan
cahaya siswa, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Penerapan pembelajaran
Inkuiri Terbimbing pada konsep pembiasan cahaya dapat meningkatkan
keterampilan generik sains siswa. Hal ini ditunjukkan dengan persentase nilai
rata-rata gain yang dinormalisasi <g> yaitu sebesar 0,33 (kategori sedang).
Peningkatan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi <g> untuk profil
keterampilan generik sains siswa dari yang tertinggi sampai terendah
berturut-turut yaitu: keterampilan pengamatan langsung sebesar 0,38
(kategori sedang), keterampilan kerangka logika taat asas sebesar 0,34
(kategori sedang), keterampilan bahasa simbolis sebesar 0,31 (kategori
sedang), keterampilan kesadaran akan besaran skala sebesar 0,28 (kategori
rendah), dan keterampilan pemodelan matematik sebesar 0,25 (kategori
rendah).
Penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada konsep pembiasan
cahaya juga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Hal ini
ditunjukkan dengan persentase nilai rata-rata gain yang dinormalisasi <g>
indikator pemahaman konsep siswa dari yang tertinggi sampai terendah
berturut-turut yaitu: kemampuan menafsirkan sebesar 0,64 (kategori sedang),
kemampuan menjelaskan sebesar 0,58 (kategori sedang), kemampuan
mencontohkan sebesar 0,45 (kategori sedang), kemampuan membandingkan
yaitu sebesar 0,45 (kategori sedang), dan kemampuan menyimpulkan sebesar
0,44 (kategori sedang).
Hampir seluruh siswa memberikan tanggapan setuju terhadap penerapan
pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada konsep pembiasan cahaya dengan
persentase persetujuan sebesar 82,68%.
B. Saran
1. Peningkatan keterampilan kesadaran akan besaran skala dan pemodelan
matematik siswa masih berkategori rendah. Hal ini terjadi karena ketika
melaksanakan pengukuran siswa masih kurang tepat membaca skala alat
ukur sehingga sulit menentukan angka tafsiran yang tepat untuk
selanjutnya melakukan pembulatan jika diperlukan. Hal tersebut
menyebabkan beberapa hasil pengamatan yang ditemukan siswa masih
mengalami kekeliruan sehingga perlu diluruskan oleh guru agar
memperoleh persamaan yang benar. Oleh karena itu perlu adanya waktu
berlatih yang lebih luas sampai siswa memiliki pemahaman dan
pengalaman yang memadai tentang melakukan pengamatan suatu gejala
kesempatan yang diberikan guru kepada siswa untuk mengkomunikasikan
kesimpulan hasil eksperimen tidak dapat terlaksana dengan baik
mengingat waktu yang terbatas. Oleh karena itu sebaiknya ada manajemen
waktu yang baik untuk mengontrol kegiatan belajar mengajar dalam
menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing agar semua tahapan dan
materi dalam kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik terutama
bagi siswa yang belum terbiasa melaksanakan praktikum.
3. Beberapa siswa lebih senang mengerjakan tugas secara individu sehingga
kesulitan ketika harus bekerja sama dalam diskusi maupun saat
pelaksanaan praktikum. Oleh karena itu, pada pelaksanaan pembelajaran
menggunakan inkuiri terbimbing berikutnya diharapkan guru dapat lebih
memahami karakter siswa dan memberikan motivasi kepada siswa tentang
pentingnya bekerja secara kelompok. Guru juga diharapkan mampu
menguasai kelas sehingga dapat memastikan bahwa seluruh siswa ikut
DAFTAR PUSTAKA
Amellia, D. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan
Metode Pictorial Riddle terhadap Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya
pada Siswa SMP Kelass VIII. Tesis pada Universitas Negeri Semarang.
[Online]. http://lib.unnes.ac.id/6159/ [9 Januari 2012].
Anderson, L. W. (2001). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran,
dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Bloom, B. S. (1979). Taxonomy of Educational Objectives The Classification of
Educational Goals. London: Longman Group LTD.
BNSP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Depdiknas.
Brotosiswoyo, B. S. (2001). Hakikat Pembelajaran MIPA Fisika di Perguruan
Tinggi. Jakarta: Pusat Antar Universitas Departemen Pendidikan Indonesia.
Dahar, R. W. (2006). Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga
Darliana. (2006). Kompetensi Generik IPA. dalam P4tkipa [online], tersedia
p4tkipa.org [23 November 2008].
Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN). Jakarta
Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. America: Indiana University.
Klausner, R.D. (1996). National Science Education Standard. Washington DC:
National Academy Press.
Kristianingsih, D.D. (2010). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model
Pembelajaran Inkuiri dengan Metode Pictorial Riddle pada Pokok Bahasan
Alat-alat Optik di SMP N 1 Jambu. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 6,
10-13.
Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berfikir Manusia Indonesia Melalui
Pendidikan Sains. Naskah Pidato Ilmiah pada Pengukuhan Guru Besar
Pendidikan IPA UPI, Bandung. 23 November 2005
Liliasari. (2007). Scientific Concept and Generic Skill Relationship In The 21st
Century Science Education. Makalah pada In thr 1st International Seminar of
Science Education, Bandung.
Lukma, H.N. (2011). Pembelajaran Fisika dengan Inkuiri Terbimbing
menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle ditinjau dari Motivasi Belajar dan
Sikap Ilmiah Siswa. Tesis pada Universitas Negeri Surakarta: tidak diterbitkan.
Marzuki. (2010). Program Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep dan Kemampuan Generik Sains Siswa Sekolah Menengah
Pertama sebagai Upaya Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia.
Disertasi Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung:
Tidak Diterbitkan.
McBride, J.W, Bhatti, M.I, Hannan, M.A & Martin Feinberg. (2004). Using An
Inquiry Approach To Teach Science To Secondary School Science Teachers.
Megadomani, A. (2011). Model Pembelajaran Inkuiri Laboratorium Terbimbing
untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Generik Sains
Siswa SMA pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Tesis Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Munaf, S. (2001). Diktat Perkuliahan Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung:
Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.
NRC. (1996). National Science Education Standards. Washington: National
Academy Press.
Pujani, N.M. (2011). Pembekalan Keterampilan Laboratorium IPBA Berbasis
Kemampuan Generik Sains Bagi Calon Guru. Disertasi Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Rahman, T. (2007). Peran Praktikum dalam Membekali Kemampuan Generik
pada Calon Guru”. Makalah pada Seminar Internasional Pendidikan IPA I SPs
UPI, Bandung.
Ruseffendi. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Non-Eksakta Lainnya.
Bandung: Tarsito.
Sarino. (2010). Dampak Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) terhadap Peningkatan Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Sains
Siswa. Tesis Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Sopamena, O. (2009). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa
SMK pada Konsep Hasil Kali Kelarutan. Tesis Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumaji. (1997). Pendidikan Sains yang Humanistis “Persembahan 72 tahun Pater
J.I.G.M Drost, S.J. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta: Kanisius
Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika.
Jakarta: Grasindo.
Surapranata, S. (2004). Analisis Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Suratmi, S. (2010). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pokok Bahasan
Gerak Rotasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan
Berpikir Kritis Mahasiswa Polteknik Negeri Bandung. Tesis Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Suriyani, Darsikin dan Fichrin. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
terhadap Keterampilan Generik Sains dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA
Negeri 1 Tinombo. Mitra Sains, Jurnal Elektronik Bidang Eksakta Program
Pascasarjana Universitas Tadulako, Volume 1 Nomor 1 (2012).
Suyana, I. (2011). Kemampuan Mendeskripsikan Hubungan Antar Konsep Fisika
Siswa SMP dalam Pembelajaran Berbasis Free Inquiry dalam Upaya
Meningkatkan Kemampuan Generik Sains. Jurnal Pengajaran MIPA, Portal
Jurnal UPI Volume 16 Nomor 1 April 2011.
Syam. (2007). Praktikum Inkuiri. Makalah/bahan kuliah tidak dipublikasikan.
Bandung: SPs. UPI.
Tim Penyusun Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Trowbridge, L. W., Bybee, R. W. & Sund. R. B. (1981). Becoming a secondary
School Science Teacher. Third Edition. Columbus: Bell & Howell Company.
Wahidin, D. (2010). Pengembangan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi
yang Menggunakan Modul Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Inkuiri
(PBKMI) bagi Guru Sekolah Dasar. Disertasi Program Pascasarjana