• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR HAK CIPTA ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 5

D.Manfaat Penelitian ... 5

E.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Pemahaman Konsep 1. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 8

2. Keterampilan Generik Sains ... 12

3. Pemahaman Konsep ... 17

4. Kaitan antara Pembelajaran Inkuiri Terbimbing, Keterampilan Generik Sains dan Pemahaman Konsep ... 20

B.Materi Pembiasan Cahaya ... 22

(2)

A.Metode dan Desain Penelitian ... 31

B.Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

C.Langkah-langkah Penelitian ... 32

D.Instrumen Penelitian ... 37

E.Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian 1. Keterampilan Generik Sains ... 48

2. Pemahaman Konsep ... 51

3. Pelaksanaan Pembelajaran a. Proses Pembelajaran ... 54

b. Aktivitas Guru ... 56

c. Aktivitas Siswa ... 57

4. Tanggapan Siswa ... 58

B.Pembahasan 1. Peningkatan Keterampilan Generik Sains ... 61

2. Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa ... 65

3. Pelaksanaan Pembelajaran ... 68

4. Tanggapan Siswa ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 73

B.Saran ... 74

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus melaju dengan

cepat mau tidak mau membuat pembelajaran sains juga mengalami

pergeseran menyusul bertambahnya tuntutan dan tantangan yang hampir tidak

terelakkan. Menghadapi perkembangan dunia yang semakin maju tersebut

masyarakat harus tanggap IPA, karena dewasa ini banyak sekali lapangan

pekerjaan yang membutuhkan berbagai keterampilan tingkat tinggi, menuntut

kemampuan untuk selalu dapat belajar dalam setiap perubahan, bernalar,

berfikir kreatif, membuat keputusan, dan kemampuan untuk memecahkan

masalah (Klausner, 1996). Oleh karena itu peningkatan mutu pemahaman

IPA (fisika) di semua jenjang pendidikan harus selalu diupayakan.

Gallagher (Liliasari, 2007) mengemukakan bahwa tantangan ini dapat

dihadapi melalui paradigma baru belajar sains, yaitu memberikan sejumlah

pengalaman kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk

menggunakan pengetahuan sains tersebut. Pendidikan Fisika bagi siswa

diharapkan dapat mengembangkan pemahaman, keterampilan, kemampuan,

dan sikap ilmiah (Sharma dalam Marzuki, 2010). Oleh karena itu, melibatkan

siswa secara aktif dalam proses pembelajaran merupakan tuntutan dasar

dalam pembelajaran fisika. Siswa diberi kesempatan untuk berlatih

(4)

bertanya jika ada informasi yang dianggap janggal, dan akhirnya dapat

menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.

Namun, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada salah

satu SMP Negeri di Sungailiat Provinsi Bangka Belitung tanggal 8 Agustus

2011, kenyataan di lapangan menunjukkan pembelajaran fisika yang

digunakan guru masih didominasi oleh ceramah dengan alasan keterbatasan

waktu karena padatnya materi pada kurikulum. Pada proses pembelajaran

fisika, guru jarang memberi materi fisika melalui pengalaman langsung lewat

percobaan di laboratorium. Umumnya guru langsung masuk ke materi

pelajaran sehingga kurang memperhatikan pengetahuan awal yang dimiliki

siswa. Pembelajaran fisika di sekolah tersebut juga belum ada yang sengaja

ditujukan untuk mengembangkan kemampuan keterampilan generik sains

sebagai tujuan pembelajaran. Kondisi-kondisi di atas tentunya ikut andil

menjadikan hasil belajar fisika tergolong rendah. Hal tersebut dapat dilihat

dari nilai rata-rata prestasi belajar fisika yang diperoleh oleh siswa di sekolah

tersebut pada semester II tahun ajaran 2010/2011 hanya mencapai 58,04.

Salah satu cara yang dipandang dapat mengatasi permasalahan di atas

adalah melalui pembelajaran fisika berbasis inkuiri ilmiah yang sesuai dengan

tujuan mata pelajaran IPA di SMP dalam Standar Isi untuk Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah yaitu melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan

kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi

(BSNP, 2006). Syam (2007) mengemukakan bahwa tujuan utama

(5)

membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berfikir) terkait

dengan proses-proses berfikir reflektif. Kemampuan berfikir dan bertindak

berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya melalui kerangka berfikir

sains disebut kemampuan generik sains (Liliasari, 2005). Pembelajaran yang

melatih keterampilan generik sains siswa akan menghasilkan siswa yang

mampu memahami konsep, menyelesaikan masalah, dan kegiatan ilmiah yang

lain serta mampu belajar sendiri dengan efektif dan efisien (Darliana, 2006).

Rutherford (Marzuki, 2010) juga berpendapat bahwa pembelajaran fisika

melalui berbagai pengalaman inkuiri ilmiah dapat menumbuhkan kemampuan

memahami fenomena abstrak, memanipulasi simbol-simbol, bernalar secara

logika dan menggeneralisasi. Begitu pula dengan Pratt & Hackett dalam

McBride (2004) yang menyatakan bahwa dengan belajar IPA melalui inkuiri,

siswa mengalami perkembangan pemahaman yang lebih mendalam tentang

konsep sains serta perkembangan dalam keterampilan berfikir kritis.

Pendapat-pendapat tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis

inkuiri dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan

pada aspek-aspek keterampilan generik sains siswa.

Pembelajaran inkuiri yang dapat diberikan pada siswa SMP adalah inkuiri

terbimbing (guided inquiry), di mana pada tahapan pembelajaran guru masih

banyak memberikan proses bimbingan. Bimbingan yang diberikan dapat

berupa pertanyaan-pertanyaan atau melalui lembar kerja siswa yang

(6)

Beberapa temuan yang dihasilkan pada penelitian-penelitian sebelumnya

tentang pembelajaran inkuiri terbimbing antara lain dilakukan oleh Sopamena

(2009) pada siswa SMK, menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri

terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan proses

sains siswa secara umum. Hasil penelitian Suratmi (2010) juga

mengungkapkan bahwa model inkuiri terbimbing pada pokok bahasan gerak

rotasi menunjukkan perbedaan signifikan sebagai model yang dapat

meningkatkan pemahaman konsep dan berpikir kritis mahasiswa. Kemudian

melalui hasil penelitian Megadomani (2011) diketahui bahwa model

pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan penguasaan konsep

dan keterampilan generik sains siswa SMA secara signifikan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik mengadakan penelitian

tentang pembelajaran fisika yang mengacu pada inkuiri terbimbing (guided

inquiry) untuk meningkatkan kemampuan fisika siswa berupa Keterampilan

Generik Sains (KGS) dan kemampuan Pemahaman Konsep (PK) Siswa SMP.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah peningkatan

keterampilan generik sains dan pemahaman konsep siswa sebagai impak

penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing?”.

Dari rumusan masalah tersebut, dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan

(7)

1. Bagaimanakah peningkatan keterampilan generik sains siswa sebagai

impak penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing?

2. Bagaimanakah peningkatan profil keterampilan generik sains siswa

sebagai impak penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing?

3. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep siswa sebagai impak

penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing?

4. Bagaimanakah peningkatan profil pemahaman konsep siswa sebagai

impak penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing?

5. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran Inkuiri

Terbimbing?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peningkatan keterampilan

generik sains dan pemahaman konsep siswa sebagai impak penerapan

pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Selain itu penelitian ini dilakukan untuk

mendapatkan gambaran mengenai tanggapan siswa terhadap pembelajaran

Inkuiri Terbimbing.

D. MANFAAT PENELITIAN

Data dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris

tentang pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan

(8)

oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil-hasil penelitian

tersebut.

E. VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel

terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran inkuiri

terbimbing, sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah keterampilan

generik sains dan pemahaman konsep siswa.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang seringkali dimunculkan

seperti berikut ini:

1. Pembelajaran inkuiri terbimbing.

Pembelajaran inkuiri terbimbing didefinisikan sebagai rangkaian

kegiatan belajar yang melibatkan aktivitas siswa secara maksimal untuk

mencari dan menyelidiki sehingga siswa dapat merumuskan sendiri

penemuannya seperti halnya seorang ilmuwan mempelajari dunia nyata.

Pada penelitian ini, pembelajaran inkuiri diawali dengan penyajian

fenomena melalui teka-teki bergambar (pictorial riddle) untuk

memfokuskan perhatian dan mengembangkan motivasi siswa. Tahapan

dalam proses pembelajaran ini dilanjutkan dengan kegiatan penyajian

masalah untuk kegiatan penyelidikan, mengidentifikasi masalah,

mengadakan eksperimen, mengolah hasil percobaan dan membuat

(9)

2. Keterampilan generik sains didefinisikan sebagai kemampuan berfikir dan

bertindak siswa berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya dan

diperoleh dari hasil belajar sains (Brotosiswoyo, 2001). Kemampuan

berpikir yang bersifat generik yang dapat ditumbuhkan melalui belajar

fisika, yaitu pengamatan langsung, pengamatan tidak langsung, kesadaran

tentang skala, bahasa simbolik, berpikir dalam kerangka taat asas logis,

melakukan inferensi logika, hukum sebab akibat, pemodelan matematika,

dan membangun konsep. Keterampilan generik sains diukur dengan

menggunakan tes keterampilan generik sains dalam bentuk pilihan ganda.

3. Pemahaman konsep didefinisikan sebagai tingkat kemampuan yang

mengharapkan siswa mampu memahami arti, situasi dan fakta yang

diketahui, serta dapat menjelaskan dengan menggunakan kata-kata sendiri

sesuai pengetahuan yang dimilikinya dengan tidak mengubah artinya

(Purwanto, 2007). Menurut (Anderson, L.W. et al., 2001), proses-proses

kognitif dalam kategori memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan,

mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan

menjelaskan. Pemahaman konsep diukur dengan menggunakan tes

(10)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Pre Eksperimental dengan desain

One-Group Pretest-Posttest Design (Sugiyono, 2012). Pada desain ini,

subyek penelitian adalah satu kelas eksperimen tanpa pembanding. Kelompok

subjek tunggal diberi pretest/tes awal (O), perlakuan (X), dan posttest/tes

akhir (O). Instrumen pada saat pretest dan posttest sama, tetapi diberikan

dalam waktu yang berbeda. Adapun desain penelitian yang dimaksud, dapat

dilihat seperti gambar 3.1.

Gambar 3.1. Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest

Keterangan:

O1 : Tes Awal (pretest)

O1 : Tes Akhir (posttest)

X : Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester II (dua)

pada salah satu SMP Negeri di Sungailiat Provinsi Bangka Belitung yang

terdaftar pada tahun ajaran 2011/2012. Sampel penelitian dipilih satu kelas

sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VIII.4 dengan jumlah siswa sebanyak 32

orang per kelasnya. Sampel dipilih secara random dengan mengundi seluruh O1 X O2

(11)

kelas populasi yang memiliki kemampuan yang setara tanpa mengacak siswa

tiap kelasnya.

C. Langkah-langkah Penelitian

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan

pembelajaran fisika terutama pada konsep pembiasan cahaya di salah satu

SMP Negeri di Sungailiat Provinsi Bangka Belitung. Studi pendahuluan

ini dilaksanakan dengan cara mewawancarai guru fisika mengenai

pelaksanaan pembelajaran fisika di sekolah tersebut. Hasilnya ditemukan

bahwa prestasi belajar siswa masih cukup rendah, keterampilan generik

sains siswa belum diketahui, dan guru belum pernah melaksanakan

praktikum pada materi pembiasan cahaya. Oleh karena itu peneliti tertarik

untuk meneliti seberapa besar keterampilan generik sains dan pemahaman

konsep siswa di SMP tersebut.

2. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk mencari teori-teori yang berkaitan

dengan indikator keterampilan generik sains dan pemahaman konsep fisika

terhadap standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) materi

pembiasan cahaya. Studi ini juga dilakukan untuk mengkaji

(12)

Hasil studi literatur, selanjutnya, digunakan sebagai landasan

mengembangkan pembelajaran inkuiri terbimbing.

3. Penyusunan Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian

Hasil studi pendahuluan dan studi literatur digunakan untuk

menyiapkan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), dan teka-teki bergambar

(pictorial riddle). Perangkat pembelajaran tersebut kemudian

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran fisika

untuk mendapatkan masukan sehingga dapat mengimplementasikan

pembelajaran dengan baik di kelas. Penyusunan instrumen penelitian

diawali dari pembuatan instrumen penilaian keterampilan generik sains

dan pemahaman konsep berupa soal tes tertulis jenis pilihan ganda

berdasarkan indikator-indikator keterampilan generik sains dan

pemahaman konsep yang telah diperoleh dari studi pendahuluan dan

literatur. Selanjutnya dilakukan judgement oleh pakar untuk mengetahui

validitas isi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian tersebut.

Terakhir dilakukan pembuatan skala sikap tanggapan siswa tentang

pembelajaran inkuiri terbimbing serta lembar aktivitas guru dan siswa

(13)

4. Uji Coba Instrumen Penelitian

Sebelum instrumen penelitian digunakan, dilakukan uji coba soal untuk

mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran

soal. Pengujian instrumen penelitian dilakukan pada siswa kelas VIII.1 di

salah satu SMP Negeri di Sungailiat Provinsi Bangka Belitung. Dari hasil

uji coba, butir soal yang memenuhi syarat langsung digunakan untuk

mengambil data tes awal dan tes akhir.

5. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran

Rancangan pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan pada siwa kelas

VIII di salah satu SMP Negeri di Sungailiat Provinsi Bangka Belitung.

Ketika pelaksanaan pembelajaran, observer menggunakan lembar aktivitas

siswa dan guru untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran inkuiri

terbimbing. Setelah pembelajaran, dilakukan penilaian kepada siswa

tentang keterampilan generik sains dan pemahaman konsep pembiasan

cahaya. Selanjutnya siswa diminta untuk mengisi skala sikap tanggapan

tentang pembelajaran inkuiri terbimbing.

6. Teknik Pengumpulan Data

a. Tes Keterampilan Generik Sains

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan keterampilan generik

sains yang dicapai siswa setelah diterapkannya pembelajaran inkuiri

(14)

b. Tes Pemahaman Konsep

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep

yang dicapai siswa setelah diterapkannya pembelajaran inkuiri

terbimbing.

c. Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Guru dan Siswa

Lembar observasi aktivitas guru dan siswa memuat sejumlah

aktivitas yang harus dilaksanakan guru dan siswa selama pembelajaran

inkuiri terbimbing dilaksanakan.

d. Skala Sikap Tanggapan Siswa

Skala sikap tanggapan siswa terhadap pembelajaran ini memuat

daftar pernyataan tentang pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing

yang telah dilaksanakan.

7. Tahap Analisis Data dan Pembahasan

Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan dan penskoran data

yang telah didapatkan. Kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut

dan seterusnya dilakukan pembahasan dan dilakukan pengambil

(15)

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 3.2

berikut ini:

Gambar 3.2. Alur Penelitian Pembelajaran Inkuiri Terbimibing

Studi Literatur Identifikasi Masalah

Pengembangan dan Uji Coba Instrumen Analisis Standar isi KTSP

SMP Kajian tentang konsep Pembiasan Cahaya

Analisis Keterampilan

Generik Sains (KGS) Inkuiri Terbimbing

Konsep-konsep

Pembiasan Cahaya Indikator KGS Pembelajaran inkuiri terbimbing

Tes Awal Tes Pemahaman Konsep Tes Keterampilan

Generik Sains (KGS)

Skala Sikap Respon Siswa Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran & Pictorial Riddle

Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Tes Akhir

Analisis Data

(16)

D. Instrumen Penelitian

1. Tes Keterampilan Generik Sains

Tes keterampilan generik sains diberikan sebanyak dua kali, yaitu

sebelum pembelajaran (pretest) dan setelah pembelajaran (posttest). Tes

ini bertujuan untuk mengukur keterampilan generik sains siswa sebelum

dan sesudah perlakuan diberikan. Berdasarkan hasil pretest dan posttest,

akan dihitung gain yang dinormalisasi <g> untuk melihat peningkatan

indikator keterampilan generik sains apa yang dapat dikembangkan

melalui penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing.

Soal pada tes ini terkait dengan indikator keterampilan generik sains

yaitu keterampilan pengamatan langsung, pemodelan matematik,

kesadaran akan besaran skala, bahasa simbolis, dan kerangka logika taat

asas terkait konsep pembiasan cahaya. Tes keterampilan generik sains ini

berupa tes tertulis jenis tes pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban.

2. Tes Pemahaman Konsep

Tes pemahaman konsep diberikan sebanyak dua kali, yaitu sebelum

pembelajaran (pretest) dan setelah pembelajaran (posttest). Tes ini

bertujuan untuk mengukur pemahaman konsep siswa sebelum dan sesudah

perlakuan diberikan. Berdasarkan hasil pretest dan posttest, akan dihitung

gain yang dinormalisasi <g> untuk melihat peningkatan indikator

pemahaman konsep apa yang dapat dikembangkan melalui penerapan

(17)

Soal pada tes ini terkait dengan indikator pemahaman konsep yaitu

kemampuan menafsirkan, membandingkan, mencontohkan, menjelaskan,

dan menyimpulkan terkait konsep pembiasan cahaya. Tes pemahaman

konsep ini berupa tes tertulis jenis tes pilihan ganda dengan empat pilihan

jawaban.

3. Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Lembar observasi aktivitas guru dan siswa ini memuat daftar aktivitas

yang harus dilaksanakan guru selama pelaksanaan pembelajaran inkuiri

terbimbing. Instrumen keterlaksanaan pembelajaran ini berbentuk rating

scale yang memuat kolom ya dan tidak, dimana observer hanya

memberikan tanda cek () pada kolom yang sesuai dengan aktivitas guru

dan siswa yang diobservasi. Lembar observasi aktivitas guru ini dapat

dilihat pada Lampiran B.4.1

4. Skala Sikap Tanggapan Siswa

Skala sikap ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang

tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing pada

konsep pembiasan cahaya. Skala sikap ini memuat daftar pernyataan

terkait penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dilaksanakan.

Instrumen skala sikap tanggapan ini memuat kolom sangat setuju (SS),

setuju (S), tidak setuju (TS), dan dan sangat tidak setuju (STS). Siswa

(18)

skala sikap. Skala sikap tanggapan siswa selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran B.5.

E. Teknik Analisis Data

1. Analisis Instrumen Penelitian

a. Validitas Soal

Pengujian validitas soal dilakukan secara validitas isi dengan cara

meminta pertimbangan (judgement) oleh ahli, dengan tujuan untuk

mengetahui apakah instrumen yang disusun sudah mengukur apa yang

hendak diukur (ketepatan). Para ahli diminta memberikan tanggapan

pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Jumlah tenaga ahli

yang diminta pertimbangannya dalam validitas soal ini berjumlah dua

orang. Pengujian validitas isi dilakukan dengan melihat kesesuaian

antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan (SK dan

KD), indikator keterampilan generik sains, dan indikator pemahaman

konsep.

Hasilnya pertimbangan (judgement) ahli menyimpulkan bahwa

instrumen keterampilan generik sains dan pemahaman konsep

pembiasan cahaya yang disusun sudah dapat digunakan untuk keperluan

penelitian. Tetapi ada beberapa hal terkait konteks, konten, dan redaksi

yang perlu diperbaiki. Hasil pertimbangan (judgement) oleh ahli

(19)

b. Reliabilitas Tes

Menurut Munaf (2001) reliabilitas juga dapat diartikan sebagai

tingkat keajegan (konsisten) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes

dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten (tidak

berubah-ubah) setiap kali dipakai. Hal senada juga diungkapkan oleh

Arikunto (2012) bahwa reliabilitas tes berhubungan dengan ketetapan

hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang

terjadi dapat dikatakan tidak berarti.

Berdasarkan pengertian di atas, maka tes dikatakan reliabel jika hasil

pengukurannya tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan

pada subyek yang sama (identik) meskipun dilakukan oleh orang yang

berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda. Tidak

terpengaruh oleh pelaku, situasi, dan kondisi. Anastasi (Surapranata,

2004) menyatakan suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas

yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang

dihitung dengan koefesien reliabilitas.

Untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas (r), digunakan tolak

ukur yang dibuat oleh J. P. Guilford (Ruseffendi, 2005) seperti pada

Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Kategori Reliabilitas Tes

Koefisien reliabilitas Kategori

r ≤ 0,20 Kecil

0,20 < r ≤ 0,40 Rendah

0,40 < r ≤ 0,70 Sedang

0,70 < r ≤ 0,90 Tinggi

(20)

Berdasarkan hasil analisis reliabilitas instrumen tes keterampilan

proses sains dan tes pemahaman konsep dengan menggunakan Software

Microsoft Office Excel 2007, diperoleh besar koefisien reliabilitas (r)

untuk tes keterampilan generik sains sebesar 0,72 yang berada pada

kategori tinggi (Lampiran C.1.1). Sedangkan besar koefisien reliabilitas

(r) untuk tes pemahaman konsep adalah sebesar 0,77 yang berada pada

kategori tinggi (Lampiran C.1.2).

c. Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan mudah atau

sukarnya suatu soal. Kategori penafsiran tingkat kesukaran item tes

dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Kategori Tingkat Kesukaran

Batasan Kategori

0,00 ≤ P ≤ 0,30 Sukar

0,31 ≤ P ≤ 0,70 Sedang

0,71 ≤ P ≤ 1,00 Mudah

(Arikunto, 2012)

d. Daya Pembeda Item Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk

membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa

yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2012). Kategori daya pembeda

(21)

Tabel 3.3

Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup

0,40 < D ≤ 0,70 Baik

0,70 < D ≤ 1,00 Baik sekali

(Arikunto, 2012)

Selanjutnya, hasil analisis instrumen tes keterampilan generik sains

menggunakan Software Microsoft Office Excel 2007 yang meliputi

analisis tingkat kesukaran dan daya pembeda item soal tercantum pada

Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Hasil Analisis Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Item Soal Keterampilan Generik Sains

No. Soal Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Keterangan

1 Sedang Baik Dipakai

2 Sedang Baik Dipakai

3 Mudah Cukup Dipakai

4 Sedang Baik Dipakai

5 Sedang Baik Dipakai

6 Sedang Baik Dipakai

7 Sedang Baik Dipakai

8 Sukar Jelek Tidak Dipakai

9 Sedang Cukup Dipakai

10 Mudah Cukup Dipakai

11 Sedang Jelek Tidak Dipakai

12 Sukar Jelek Tidak Dipakai

13 Sedang Baik Dipakai

14 Sedang Jelek Tidak Dipakai

15 Mudah Cukup Dipakai

Berdasarkan data hasil analisis pada Tabel 3.4, terdapat 4 butir soal

keterampilan generik sains yang tidak dipakai yaitu soal no. 8,11,12,

dan 14 disebabkan karena soal-soal tersebut memiliki daya pembeda

(22)

Sebelas butir soal keterampilan generik sains yang terpakai

mencakup lima indikator keterampilan generik sains yang akan diteliti

dalam penelitian ini, yaitu untuk pengamatan langsung, pemodelan

matematik, kesadaran akan besaran skala, bahasa simbolis, dan

kerangka logika taat asas. Distribusi indikator keterampilan generik

sains pada soal tes yang diuji cobakan dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Distribusi Soal Tes Keterampilan Generik Sains yang Diujicobakan

Indikator Keterampilan Generik Sains

No. Soal

Jumlah

Dipakai Tidak Dipakai

Pengamatan Langsung 1, 3, 9 8, 11, 14 6

Pemodelan Matematik 2, 5 - 2

Kesadaran akan Besaran Skala 13, 15 - 2

Bahasa Simbolis 6, 10 - 2

Kerangka Logika Taat Asas 4, 7 12 3

Jumlah 11 4 15

Sementara itu, hasil analisis instrumen tes pemahaman konsep yang

meliputi analisis uji validitas butir, tingkat kesukaran, dan daya

pembeda item soal tercantum pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Hasil Analisis Uji Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Item Soal Pemahaman Konsep

No. Soal Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Keterangan

1 Sedang Baik Dipakai

2 Sedang Baik Dipakai

3 Sedang Baik Dipakai

4 Mudah Cukup Dipakai

5 Sedang Baik Dipakai

6 Sedang Baik Dipakai

7 Sedang Baik Dipakai

8 Sedang Baik Dipakai

9 Sedang Baik Dipakai

10 Sukar Jelek Tidak Dipakai

(23)

No. Soal Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Keterangan

12 Mudah Cukup Dipakai

13 Sedang Jelek Tidak Dipakai

14 Mudah Jelek Tidak Dipakai

15 Sukar Jelek Tidak Dipakai

16 Sukar Jelek Tidak Dipakai

17 Sedang Cukup Dipakai

18 Sedang Jelek Tidak Dipakai

19 Sedang Jelek Tidak Dipakai

20 Mudah Baik Dipakai

Berdasarkan data pada Tabel 3.6, terdapat 7 butir soal pemahaman

konsep yang tidak dipakai yaitu soal nomor 10,13,14,15,16,18 dan 19.

Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1.2.

Tiga belas butir soal pemahaman konsep yang terpakai mencakup

lima indikator pemahaman konsep yang diteliti yaitu menafsirkan,

mencontohkan, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

Distribusi indikator pemahaman konsep pembiasan cahaya pada soal tes

yang diujicobakan dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7

Distribusi Soal Tes Pemahaman Konsep yang Diujicobakan

Jenis Pemahaman Konsep No. Soal Jumlah

Dipakai Tidak Dipakai

Menafsirkan 1,4,6,20 13,14,16,19 8

Mencontohkan 5,8 - 2

Menyimpulkan 9,17 10,15 4

Membandingkan 11,12 - 2

Menjelaskan 2,3,7 18 4

(24)

2. Analisis Data

a. Membuat Tabulasi Skor Data

Memeriksa hasil tes setiap siswa sekaligus memberikan skor pada

lembar jawaban tes keterampilan generik sains dan pemahaman konsep

dengan soal yang jawabannya benar diberi skor 1 dan soal yang

jawabannya salah diberi skor 0.

b. Menghitung skor gain yang dinormalisasi <g> hasil tes keterampilan

generik sains dan pemahaman konsep

Peningkatan keterampilan generik sains dan pemahaman konsep

pembiasan cahaya siswa yang dikembangkan melalui pembelajaran

dihitung berdasarkan rata-rata skor gain dinormalisasi <g> (Hake,

1999).             pre maks pre post S S S S

g .... (3.1)

Keterangan :

<Spost > = rata-rata skor tes akhir

<Spre> = rata-rata skor tes awal

<Smaks> = rata-rata skor maksimum

Kriteria:

Tabel 3.8.

Kriteria Gain dinormalisasi

<g> Kriteria

<g> ≥ 0,7 Tinggi

0,3  <g> < 0,7 Sedang

<g> < 0,3 Rendah

(Hake, 1999)

Pengolahan data rata-rata skor gain dinormalisasi dianalisis

(25)

....(3.2)

c. Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing

berdasarkan lembar observasi aktivitas guru dan siswa

% 100 diamati akan yang aspek n keseluruha Jumlah a terlaksan diamati yang aspek Jumlah naan keterlaksa %  

Untuk mengetahui interpretasi kategori keterlaksanaan pembelajaran

inkuiri terbimbing yang dilakukan oleh guru dan siswa, dapat

diinterpretasikan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9.

Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran

KP (%) Kriteria

KP = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana 0 < KP < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KP < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

KP = 50 Setengah kegiatan terlaksana 50 < KP < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75 < KP < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana

KP = 100 Seluruh kegiatan terlaksana

d. Analisis skala sikap tanggapan siswa tentang pembelajaran inkuiri

terbimbing.

Model skala sikap yang digunakan adalah model skala sikap (Likert)

dengan empat pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS

(Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju). Arikunto (2012).

Skala sikap siswa pada tiap butir pernyataan, dihitung, ditabulasi

kemudian dibuat persentase. Untuk menghitung persentase hasil skala

sikap respon siswa tersebut menggunakan persamaan:

....(3.3) ∑ Responden yang menjawab (SS/S) atau (TS/STS)

% Tanggapan Responden =

(26)

Untuk memudahkan dalam menginterpretasi tanggapan tersebut,

digunakan kriteria seperti pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Kriteria Tanggapan Siswa

Alternatif jawaban (%) Deskripsi

100 Seluruh responden

100

75J Hampir seluruh responden

75

50J Sebagian besar responden

50 Setengah dari jumlah responden

50

25J Hampir setengahnya dari jumlah responden 25

0J  Sebagian kecil responden

(27)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian, hasil analisis data, dan pembahasan yang

telah dilakukan tentang penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk

meningkatkan keterampilan generik sains dan pemahaman konsep pembiasan

cahaya siswa, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Penerapan pembelajaran

Inkuiri Terbimbing pada konsep pembiasan cahaya dapat meningkatkan

keterampilan generik sains siswa. Hal ini ditunjukkan dengan persentase nilai

rata-rata gain yang dinormalisasi <g> yaitu sebesar 0,33 (kategori sedang).

Peningkatan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi <g> untuk profil

keterampilan generik sains siswa dari yang tertinggi sampai terendah

berturut-turut yaitu: keterampilan pengamatan langsung sebesar 0,38

(kategori sedang), keterampilan kerangka logika taat asas sebesar 0,34

(kategori sedang), keterampilan bahasa simbolis sebesar 0,31 (kategori

sedang), keterampilan kesadaran akan besaran skala sebesar 0,28 (kategori

rendah), dan keterampilan pemodelan matematik sebesar 0,25 (kategori

rendah).

Penerapan pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada konsep pembiasan

cahaya juga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Hal ini

ditunjukkan dengan persentase nilai rata-rata gain yang dinormalisasi <g>

(28)

indikator pemahaman konsep siswa dari yang tertinggi sampai terendah

berturut-turut yaitu: kemampuan menafsirkan sebesar 0,64 (kategori sedang),

kemampuan menjelaskan sebesar 0,58 (kategori sedang), kemampuan

mencontohkan sebesar 0,45 (kategori sedang), kemampuan membandingkan

yaitu sebesar 0,45 (kategori sedang), dan kemampuan menyimpulkan sebesar

0,44 (kategori sedang).

Hampir seluruh siswa memberikan tanggapan setuju terhadap penerapan

pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada konsep pembiasan cahaya dengan

persentase persetujuan sebesar 82,68%.

B. Saran

1. Peningkatan keterampilan kesadaran akan besaran skala dan pemodelan

matematik siswa masih berkategori rendah. Hal ini terjadi karena ketika

melaksanakan pengukuran siswa masih kurang tepat membaca skala alat

ukur sehingga sulit menentukan angka tafsiran yang tepat untuk

selanjutnya melakukan pembulatan jika diperlukan. Hal tersebut

menyebabkan beberapa hasil pengamatan yang ditemukan siswa masih

mengalami kekeliruan sehingga perlu diluruskan oleh guru agar

memperoleh persamaan yang benar. Oleh karena itu perlu adanya waktu

berlatih yang lebih luas sampai siswa memiliki pemahaman dan

pengalaman yang memadai tentang melakukan pengamatan suatu gejala

(29)

kesempatan yang diberikan guru kepada siswa untuk mengkomunikasikan

kesimpulan hasil eksperimen tidak dapat terlaksana dengan baik

mengingat waktu yang terbatas. Oleh karena itu sebaiknya ada manajemen

waktu yang baik untuk mengontrol kegiatan belajar mengajar dalam

menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing agar semua tahapan dan

materi dalam kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik terutama

bagi siswa yang belum terbiasa melaksanakan praktikum.

3. Beberapa siswa lebih senang mengerjakan tugas secara individu sehingga

kesulitan ketika harus bekerja sama dalam diskusi maupun saat

pelaksanaan praktikum. Oleh karena itu, pada pelaksanaan pembelajaran

menggunakan inkuiri terbimbing berikutnya diharapkan guru dapat lebih

memahami karakter siswa dan memberikan motivasi kepada siswa tentang

pentingnya bekerja secara kelompok. Guru juga diharapkan mampu

menguasai kelas sehingga dapat memastikan bahwa seluruh siswa ikut

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Amellia, D. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan

Metode Pictorial Riddle terhadap Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya

pada Siswa SMP Kelass VIII. Tesis pada Universitas Negeri Semarang.

[Online]. http://lib.unnes.ac.id/6159/ [9 Januari 2012].

Anderson, L. W. (2001). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran,

dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom). Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bloom, B. S. (1979). Taxonomy of Educational Objectives The Classification of

Educational Goals. London: Longman Group LTD.

BNSP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta: Depdiknas.

Brotosiswoyo, B. S. (2001). Hakikat Pembelajaran MIPA Fisika di Perguruan

Tinggi. Jakarta: Pusat Antar Universitas Departemen Pendidikan Indonesia.

Dahar, R. W. (2006). Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga

Darliana. (2006). Kompetensi Generik IPA. dalam P4tkipa [online], tersedia

p4tkipa.org [23 November 2008].

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN). Jakarta

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. America: Indiana University.

(31)

Klausner, R.D. (1996). National Science Education Standard. Washington DC:

National Academy Press.

Kristianingsih, D.D. (2010). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model

Pembelajaran Inkuiri dengan Metode Pictorial Riddle pada Pokok Bahasan

Alat-alat Optik di SMP N 1 Jambu. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 6,

10-13.

Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berfikir Manusia Indonesia Melalui

Pendidikan Sains. Naskah Pidato Ilmiah pada Pengukuhan Guru Besar

Pendidikan IPA UPI, Bandung. 23 November 2005

Liliasari. (2007). Scientific Concept and Generic Skill Relationship In The 21st

Century Science Education. Makalah pada In thr 1st International Seminar of

Science Education, Bandung.

Lukma, H.N. (2011). Pembelajaran Fisika dengan Inkuiri Terbimbing

menggunakan Animasi dan Pictorial Riddle ditinjau dari Motivasi Belajar dan

Sikap Ilmiah Siswa. Tesis pada Universitas Negeri Surakarta: tidak diterbitkan.

Marzuki. (2010). Program Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan

Pemahaman Konsep dan Kemampuan Generik Sains Siswa Sekolah Menengah

Pertama sebagai Upaya Membangun Kualitas Sumber Daya Manusia.

Disertasi Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung:

Tidak Diterbitkan.

McBride, J.W, Bhatti, M.I, Hannan, M.A & Martin Feinberg. (2004). Using An

Inquiry Approach To Teach Science To Secondary School Science Teachers.

(32)

Megadomani, A. (2011). Model Pembelajaran Inkuiri Laboratorium Terbimbing

untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Generik Sains

Siswa SMA pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Tesis Program

Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Munaf, S. (2001). Diktat Perkuliahan Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung:

Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

NRC. (1996). National Science Education Standards. Washington: National

Academy Press.

Pujani, N.M. (2011). Pembekalan Keterampilan Laboratorium IPBA Berbasis

Kemampuan Generik Sains Bagi Calon Guru. Disertasi Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Rahman, T. (2007). Peran Praktikum dalam Membekali Kemampuan Generik

pada Calon Guru”. Makalah pada Seminar Internasional Pendidikan IPA I SPs

UPI, Bandung.

Ruseffendi. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Non-Eksakta Lainnya.

Bandung: Tarsito.

Sarino. (2010). Dampak Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning) terhadap Peningkatan Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Sains

Siswa. Tesis Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

(33)

Sopamena, O. (2009). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa

SMK pada Konsep Hasil Kali Kelarutan. Tesis Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sumaji. (1997). Pendidikan Sains yang Humanistis “Persembahan 72 tahun Pater

J.I.G.M Drost, S.J. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta: Kanisius

Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika.

Jakarta: Grasindo.

Surapranata, S. (2004). Analisis Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes.

Bandung: Remaja Rosda Karya.

Suratmi, S. (2010). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pokok Bahasan

Gerak Rotasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan

Berpikir Kritis Mahasiswa Polteknik Negeri Bandung. Tesis Program

Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Suriyani, Darsikin dan Fichrin. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri

terhadap Keterampilan Generik Sains dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA

Negeri 1 Tinombo. Mitra Sains, Jurnal Elektronik Bidang Eksakta Program

Pascasarjana Universitas Tadulako, Volume 1 Nomor 1 (2012).

(34)

Suyana, I. (2011). Kemampuan Mendeskripsikan Hubungan Antar Konsep Fisika

Siswa SMP dalam Pembelajaran Berbasis Free Inquiry dalam Upaya

Meningkatkan Kemampuan Generik Sains. Jurnal Pengajaran MIPA, Portal

Jurnal UPI Volume 16 Nomor 1 April 2011.

Syam. (2007). Praktikum Inkuiri. Makalah/bahan kuliah tidak dipublikasikan.

Bandung: SPs. UPI.

Tim Penyusun Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Trowbridge, L. W., Bybee, R. W. & Sund. R. B. (1981). Becoming a secondary

School Science Teacher. Third Edition. Columbus: Bell & Howell Company.

Wahidin, D. (2010). Pengembangan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi

yang Menggunakan Modul Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Inkuiri

(PBKMI) bagi Guru Sekolah Dasar. Disertasi Program Pascasarjana

Gambar

Gambar 3.1.  Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest
Gambar 3.2. Alur Penelitian Pembelajaran Inkuiri Terbimibing
Tabel 3.1.
Tabel 3.2   Kategori Tingkat Kesukaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, tes keterampilan generik sains dan tes pemahaman konsep berbentuk tes tertulis

Karena yang diukur di dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep dan keterampilan generik sains maka model pembelajaran inkuiri ini lebih ditekankan penggunaannya dalam

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS TANTANGAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMP PADA TEMA PEMANASAN GLOBAL.

Dari sisi lain, rendahnya pencapaian skor rata-rata N-gain keterampilan generik sains siswa kemungkinan juga karena jumlah soal yang digunakan untuk mengukur

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan motivasi belajar

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang difokuskan pada penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi cahaya dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep

Surya Edukasi : Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantukan LKS Inkuiri Terintegrasi Generik Sains (Itgs) Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Ditinjau Dari

M asalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah metode pembelajaran eksperimen berbasis inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep