• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES KOORDINASI UNTUK CABANG OLAHRAGA FUTSAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES KOORDINASI UNTUK CABANG OLAHRAGA FUTSAL."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES KOORDINASI UNTUK CABANG OLAHRAGA FUTSAL

(Modifikasi Soccer Wall Volley Test)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Oleh :

AWALUDIN RAMADIARSYAH 0801431

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(2)

ABSTRAK

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES KOORDINASI

UNTUK CABANG OLAHRAGA FUTSAL

(Modifikasi Soccer Wall Volley Test)

Pembimbing : 1. Dr. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd. 2. Alen Rismayadi, M.Pd

Awaludin Ramadiarsyah*

Latar belakang penelitian ini adalah dibutuhkannya koordinasi dalam cabang olahraga permainan futsal. Untuk dapat mengetahui tingkat koordinasi seorang pemain futsal diperlukan alat ukur yang valid dan reliabel sesuai dengan karakteristik cabang olahraga permainan futsal. Oleh karena itu perlu untuk memodifikasi tes koordinasi (mata-kaki) soccer wall volley test pada olahraga permainan sepakbola. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas dari modifikasi tes koordinasi soccer wall volley test. Modifikasi tes ini digunakan untuk cabang olahraga permainan futsal. Penelitian ini memiliki tiga model tes dengan jarak melakukan passing untuk model A = 1,83 meter, model B = 2 meter, dan model C = 3 meter.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi dan sampel penelitian ini yaitu anggota Unit Sepakbola UPI divisi Futsal, dengan sampel sebanyak 18 orang yang diperoleh menggunakan teknik purposive sampling.

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, diperoleh: (1) tes koordinasi model A (jarak 1,83 meter) memiliki tingkat validitas r = 0,90 (sangat kuat) dan reliabilitas r = 0,63 (kuat). (2) tes koordinasi model B (jarak 2 meter) memiliki tingkat validitas r = 0,80 (sangat kuat) dan reliabilitas r = 0,73 (kuat). (3) tes koordinasi model C (jarak 3 meter) memiliki tingkat validitas r = 0,83 (sangat kuat) dan reliabilitas r = 0,45 (sedang).

Ketiga model tes koordinasi hasil modifikasi dari soccer wall volley test memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang baik, sehingga ketiga model tes tersebut dapat digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui tingkat koordinasi seseorang dalam cabang olahraga permainan futsal.

(3)

DAFTAR ISI

G. Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis...……... 11

1. Perkembangan Olahraga Permainan Futsal ... 11

(4)

BAB III METODE PENELITIAN

A. MetodePenelitian ………..…... 37

B. Populasi dan Sampel Penelitian ………... 38

C. Desain dan Alur Penelitian ……….………... 39

D. Definisi Operasional ... 41

E. Instrumen Penelitian ………...…... 41

F. Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data ... 46

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 51

B. Hasil Perhitungan Validitas Butir Tes ... 52

C. Analisis Signifikansi Koefisien Validitas Butir Tes ... 53

D. Hasil Perhitungan Reliabilitas Butir Tes ... 53

E. Analisis Signifikansi Koefisien Reliabilitas Butir Tes .... 54

F. Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Dua Koefisien Korelasi ... 55

G. Diskusi Penemuan ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ………..……... 61

LAMPIRAN ... 63

RIWAYAT HIDUP ... 99

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Futsal merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang dimainkan

oleh dua regu yang masing-masing regu terdiri dari 5 orang pemain yang salah

satunya adalah penjaga gawang. Cabang olahraga ini asal mulanya dari cabang

olahraga sepakbola yang lebih disederhanakan. Ukuran lapangan dan bola yang

digunakan lebih kecil dibandingkan sepakbola, begitu juga dengan peraturan

perminan yang berbeda. Aturan permainan futsal dengan sengaja dibuat sangat

ketat oleh FIFA agar nilai Fair Play terjadi dan sekaligus untuk menghindari

cedera berhubung lapangan permainan futsal (untuk pertandingan internasional)

bukan terbuat dari rumput, tetapi dari kayu atau plastik/rubber, sehingga apabila

terjadi benturan akan sangat berbahaya bagi para pemain.

Karena futsal merupakan cabang olahraga yang asal mulanya dari cabang

olahraga sepakbola, maka teknik dasar permainan futsal hampir sama dengan

teknik dasar sepakbola. Menurut Justinus, (2011: 29) teknik dasar futsal yaitu :

mengumpan (passing), menahan bola (control), mengumpan lambung

(chipping), menggiring bola (dribbling), dan menembak (shooting).” Teknik dasar

di atas inilah yang menjadi karakteristik cabang olahraga ini. Apabila dari kelima

teknik dasar futsal di atas telah dikuasai, maka pemain dapat bermain futsal secara

(6)

Untuk pencapaian prestasi maksimal, tidak hanya aspek teknik saja yang

perlu dilatih. Namun diperlukan beberapa aspek yang wajib diberikan kepada atlet

saat latihan seperti fisik, taktik dan mental. Hal ini sama seperti yang di jelasakan

oleh Harsono (1988: 100) yaitu : “... ada empat aspek latihan yang perlu

diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu (a) latihan fisik, (b)

latihan teknik, (c) latihan taktik, dan (d) latihan mental.” Ke-empat faktor ini

mutlak harus dimiliki seorang atlet futsal.

Untuk bermain futsal dengan baik, pemain harus dibekali dengan kondisi

fisik yang baik. Sebagaimana dijelaskan oleh Justinus (2011: 17), “persiapan fisik

merupakan suatu hal yang penting dalam masa persiapan sebuah tim untuk

mencapai prestasi yang optimal.” Dengan kondisi fisik yang baik, maka seorang

pemain akan mudah menguasi teknik dasar bermain futsal. Hal ini dikarenakan

hampir semua teknik dasar bermain futsal yang disebutkan di atas memerlukan

komponen-komponen kondisi fisik berupa daya tahan, kecepatan, kekuatan,

koordinasi, dan kelincahan. Komponen kondisi fisik tersebut perlu dilatih secara

terprogram dengan baik, sehingga mendapatkan hasil yang baik. Berikut adalah

hasil dari latihan fisik yang dapat dicapai (Justinus, 2011: 17) :

1. Daya tahan (earobic) lebih besar. 2. Kecepatan semakin meningkat. 3. Kekuatan semakin besar. 4. Koordinasi semakin sempurna. 5. Kelincahan yang lebih baik.

Salah satu komponen kondisi fisik yang penting untuk dilatih adalah berupa

(7)

koordinasi yang baik. Hal ini disebabkan karena olahraga futsal dimainkan

dengan dominan menggunakan salah satu alat gerak dari bagian tubuh yaitu

tungkai.

Salah satu teknik dasar yang perlu dikuasai oleh seorang pemain futsal

adalah keterampilan menendang. Karena dengan menendang bola permainan akan

berjalan dan dengan menendang pula sebuah tim dapat mencetak gol ke gawang

lawan. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Damiri et al (2008: 44) mengenai

fungsi tungkai adalah, “Tungkai sesuai dengan fungsinya sebagai alat gerak, ia

menahan berat badan bagian atas, ia dapat memindahkan (bergerak), ia dapat

menggerakan tubuh kearah atas, dan ia dapat menendang dsb.”

Pada saat menendang, bola, gerak, langkah dan waktu harus mampu

dipadukan sedemikian rupa menjadi satu kesatuan yang baik dan harmonis,

sehingga menghasilkan hasil yang baik pula. Seorang pemain futsal dapat

melakukan gerakkan yang baik untuk melakukan tendangan apabila mempunyai

koordinasi yang baik pula. Adapun pengertian koordinasi menurut Harsono (1988:

219) “koordinasi adalah suatu kemampuan biomotorik yang sangat kompleks.”

Sehingga apabila seseorang itu mempunyai koordinasi yang baik maka ia akan

dapat melaksanakan tugas dengan mudah secara efektif. Seperti yang dijelaskan

oleh Sajoto (1988: 53) mengenai koordinasi adalah “kemampuan untuk

menyatukan berbagai sistem syaraf gerak, yang terpisah, ke dalam satu pola gerak

yang efisien.” Pada dasarnya koordinasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu

(8)

a. Koordinasi umum merupakan kemampuan seluruh tubuh dalam

menyesuaikan dan mengatur gerakan secara simultan pada saat melakukan

suatu gerak (Sage, 1984: 279). Artinya, bahwa setiap gerak yang dilakukan

melibatkan semua atau sebagian besar otot-otot, sistem syaraf, dan

persendian.

b. Koordinasi Khusus merupakan koordinasi antar beberapa anggota badan,

yaitu kemampuan untuk mengkoordinasikan gerak dari sejumlah anggota

badan secara simultan (Sage, 1984: 278). Pada umumnya setiap teknik

dalam cabang olahraga merupakan hasil perpaduan antara pandangan

mata-tangan (hand eye-coordination) dan kerja kaki (footwork).

Dalam futsal, koordinasi digunakan pemain agar dapat melakukan gerakan

dalam futsal secara berkesinambungan, misalnya berlari kemudian melakukan

controle, melakukan passing, melakukan dribble yang dilanjutkan melakukan

shooting kearah gawang, keterampilan ini membutuhkan koordinasi khusus yaitu

perpaduan koordinasi mata dengan kaki. Dari pengalaman dan pengamatan

penulis sebagai penonton dan pelatih pada beberapa pertandingan futsal, beberapa

pemain sering melakukan kesalahan dalam melakukan passing dan control.

Pemain sering tidak tepat saat melakukan operan bola kepada temannya, ataupun

seorang pemain yang tidak bisa menahan bola hasil dari operan temannya, bahkan

pada saat penulis menjadi seorang pelatih, pada sebuah pertandingan seorang

pemain tidak bisa memasukan bola ke gawang lawan yang sudah ditinggalkan

oleh penjaga gawang dan tidak ada seorangpun yang menggangu pada saat itu.

(9)

instrumen tes koordinasi yang tepat sesuai dengan karakteristik cabang olahraga

futsal dan memiliki kriteria sebagai tes yang baik. Dengan adanya tes tersebut

dapat digunakan oleh penulis sebagai pelatih cabang olahraga futsal dan juga

pelatih-pelatih futsal lainnya untuk mengetahui tingkat koordinasi para

pemainnya, sehingga dapat meraih prestasi yang maksimal. Karena apabila

koordinasi yang dimiliki seorang pemain futsal tidak baik maka akan

mempengaruhi pada saat permainan seperti kasus yang penulis alami sebagai

pelatih, apabila itu terjadi maka prestasi yang akan dicapai tidak akan maksimal.

Suatu tes yang baik adalah tes yang dapat menilai apa yang hendak dinilai.

Dalam dunia olahraga, setiap cabang olahraga mempunyai karakteristik yang

berbeda-beda, oleh sebab itu tes dan pengukuran dalam dunia olahraga haruslah

disesuaikan dengan karakteristik cabang olahraganya dan mempunyai tingkat

validitas dan reliabilitas yang baik. Dalam olahraga, hasil dari tes dan pengukuran

yang mempunyai tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi dapat membantu

untuk meningkatkan prestasi atlet pada cabang olahraganya masing-masing.

Begitu juga pada cabang olahraga futsal, untuk mengetahui kemampuan salah satu

komponen kondisi fisik berupa koordinasi seorang atlet futsal dapat diketahui

dengan melaksanakan tes koordinasi.

Namun sejauh ini tidak ada penelitian secara ilmiah mengenai instrumen

tes koordinasi yang sesuai dengan karakteristik olahraga ini. Oleh karena itu,

dalam upaya meningkatkan kualitas pemain agar dapat meraih prestasi yang

maksimal memerlukan suatu tes yang sesuai dengan karakteristik setiap cabang

(10)

sebuah data dalam suatu penelitian. Kualitas dan ketepatan hasil pengukuran

sangat bergantung pada kecocokan alat ukur yang digunakan sesuai dengan

karakteristik setiap cabang olahraga. Nurhasan (2007: 1) mengatakan :

Dalam proses pembelajaran tes dan pengukuran merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dalam kegiatan evaluasi. Tes merupakan suatu alat yang digunakan dalam memperoleh data dari suatu objek yang akan diukur, sedangkan pengukuran merupakan suatu proses untuk memperoleh data. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran merupakan data yang objektif, yang dapat dijadikan dasar melakukan penilaian dalam proses pembelajaran.

Tes atau alat ukur tersebut haruslah memiliki nilai validitas dan reliabilitas

yang baik. Oleh karena itu penulis bermaksud membuat modifikasi tes koordinasi

untuk cabang olahraga futsal. Tes ini adalah modifikasi dari Soccer Wall Voley

Test yang merupakan bentuk tes koordinasi mata dengan kaki (Eye-Foot

Coordination) untuk sepakbola. Hal ini dilakukan karena karakteristik antara

cabang olahraga sepakbola hampir sama dengan cabang olahraga futsal. yang

membedakan antara cabang olahraga futsal dan sepak bola terletak pada

penggunaan bola dan lapangan yang lebih kecil dari sepak bola, seingga penulis

melakukan perubahan alat yang digunakan pada tes tersebut, yaitu area terget

yang lebih kecil dibandingkan dari tes koordinasi untuk sepakbola. oleh karena

itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas

instrumen tes koordinasi untuk cabang olahraga sepakbola yang telah

dimodifikasi, yang selanjutnya diuji untuk cabang olahraga futsal.

(11)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas mengenai

salah satu komponen kondisi fisik berupa koordinasi yang dapat mempengaruhi

penampilan atlet untuk mencapai prestasi optimal. Oleh karena itu dibutuhkan

suatu alat ukur yang sesuai dengan karakteristik olahraga futsal sehingga dapat

mengetahui tingkat koordinasi dari tiap-tiap pemain. Maka rumusan masalah yang

penulis buat adalah : apakah instrument tes koordinasi untuk cabang olahraga

futsal hasil dari modifikasi soccer wall volley test menunjukan tingkat validitas

dan reliabilitas yang baik?

C. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah penulis jalaskan di

atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan

informasi tentang tingkat validitas dan reliabilitas modifikasi tes koordinasi

mata-kaki (Soccer Wall Voley Test) untuk olahraga futsal. Oleh karena itu penulis

merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut: untuk mengetahui tingkat validitas

dan reliabilitas instrumen tes koordinasi untuk cabang olahraga futsal hasil

modifikasi dari soccer wall volley test.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang serta tujuan penelitian, maka manfaat yang

diharapkan oleh penulis melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memudahkan dalam mengukur tingkat koordinasi pemain futsal.

2. Sebagai parameter yang dapat dijadikan alat ukur pemain futsal yang

(12)

3. Merupakan alat untuk mendapatkan data yang objektif.

4. Memberi gambaran terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

5. Sebagai dasar penelitian yang lebih lanjut.

E. Batasan Penelitian

Batasan masalah sangat perlu dinyatakan sebagai pembatasan masalah

penelitian itu sendiri agar penelitian lebih terarah dan akan memperoleh suatu

gambaran yang jelas. Maka ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada uji

validitas dan reliabilitas modifikasi tes koordinasi mata-kaki (Soccer Wall Voley

test) pada cabang olahraga futsal.

Agar penelitian ini terkontrol, maka diperlukan sebuah batasan masalah.

Batasan-batasan masalah tersebut adalah :

1. Ruang lingkup penelitian hanya ditekankan pada alat ukur tes koordinasi

cabang olahraga futsal.

2. Populasi dan sampel yang menjadi objek penelitian ini adalah atlet UKM

Futsal UPI.

3. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam telah dirancang sedemikian rupa

sesuai karakteristik cabang olahraga futsal.

F. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pembaca memahami isi dari penelitian, maka penulis

membuat batasan istilah agar terhindar dari kesimpangsiuran istilah-istilah dalam

(13)

1. Validitas menurut Nurhasan (2007:35) adalah kesahihan atau mengukur apa

yang hendak diukur.

2. Reliabilitas menurut Nurhasan (2007:42) adalah keterandalan atau derajat

keajegan, atau konsistensi dari hasil pengukuran.

3. Tungkai menurut Damiri dkk (2008:5) merupakan anggota badan bagian

bawah (Lower Extremity) yang terdiri dari: paha atau tungkai atas, tungkai

bawah, dan kaki (pergelangan kaki, tapak kaki, dan lima jari kaki).

4. Koordinasi adalah “suatu kemampuan biomotorik yang kompleks” (Harsono,

1988:219). Dalam hal ini koordinasi mata-kaki.

5. Futsal adalah versi kecil dari sepak bola outdoor di mana dua tim berbeda

secara berlawanan (dua sisi) saling menyerang dengan tujuan menciptakan

goal (bola masuk gawang). Futsal dimainkan di lapangan lebih kecil dengan

pemain lebih sedikit (5 orang) dan bola yang digunakan berukuran lebih kecil

pula.

G. Struktur Organisasi Skripsi

Dalam penulisan skripsi ini, penulis memaparkan urutan dalam

penyusunannya. Adapun urutan dari masing-masing bab akan penulis jelaskan

sebagai berikut:

1. Pada BAB I tentang pendahuluan akan dipaparkan mengenai : latar belakang

penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, struktur

organisasi penelitian, batasan penelitian, dan definisi oprasional.

2. Pada BAB II tentang landasan teoritis akan dipaparkan mengenai :

(14)

karakteristik permainan futsal, kondisi fisik, konsep tes dan pengukuran,

fungsi tes dan pengukuran, kriteria tes, asumsi dasar, dan hipotesis.

3. Pada BAB III tentang metode penelitian akan dipaparkan secara rinci

mengenai komponen yang terdapat dalam metode penelitian diantaranya :

populasi dan sampel penelitian, desain dan alur penelitian, definisi

operasional, alat pengumpul data, dan pengolahan data.

4. Pada BAB IV tentang pengolahan dan analisis data akan dipaparkan

mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang akan berisikan tentang : hasil

pengolahan dan analisis data, uji prasyarat analisis data, dan diskusi hasil

temuan.

5. Pada BAB V tentang kesimpulan dan saran akan dipaparkan mengenai

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pada saat setiap melakukan penelitian diperlukan suatu metode. Metode

adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan. Dalam

menggunakan metode penelitian tidaklah sembarang, namun harus disesuaikan

dengan masalah dan tujuan dari penelitian itu sendiri. Tujuan dari diadakannya

suatu penelitian adalah untuk dapat mengungkapkan, menggambarkan, dan

menyimpulkan hasil dari pemecahan masalah menggunakan cara-cara tertentu

sesuai dengan prosedur penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar

validitas dan reliabilitas modifikasi tes koordinasi (mata-kaki) Soccer Wall Volley

Test untuk cabang olahraga futsal. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode penelitian adalah metode deskriptif. Mengenai metode

deskriptif dikemukakan oleh Nurul Zuriah (2006: 47), “penelitian deskriptif

adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta,

atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi

atau daerah tertentu.”

Tujuan yang ingin di capai dari metode deskriptif adalah untuk dapat dapat

menyelididki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang selanjutnya hasil dari

penyelidikan tadi dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Seperti

dikemukakan oleh Arikunto (2010: 3), “penelitian deskriptif adalah penelitian

(16)

sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.”

Dalam penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan tingkat validitas dan

reliabilitas tes koordinasi soccer wall volley test untuk cabang olahraga futsal.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Agar penelitian dapat menghasilkan data yang diperlukan maka perlu ada

sumber data, sumber data tersebut dapat diperoleh dari populasi. Populasi menurut

Sugiyono (2012: 117), “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Untuk

menguji validitas dan reliabilitas sebuah instrumen tes koordinasi, dibutuhkan

atlet yang mempunyai teknik dan kondisi fisik yang baik. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini penulis mengambil populasi dari anggota UKM Futsal UPI

sebanyak 30 orang.

Setelah menetukan populasi, penulis memilih beberapa atlet untuk menjadi

sampel dalam penelitian. Mengenai pengertian sampel itu sendiri dijelaskan oleh

Sugiyono (2012: 118), “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut.” Untuk memilih beberapa orang yang dijadikan

sampel tidaklah sembarangan, namun terdapat beberapa teknik menentukan

sampel yang disebut teknik sampling, seperti yang dikatakan oleh Sugiyono

(2012: 119):

(17)

sampling meliputi, sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sampling purposive.

Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu” (Sugiyono, 2012: 124). Sampel dalam penelitian ini adalah anggota

UKM Futsal UPI sebanyak 18 orang. Pertimbangan yang penulis ambil karena:

1. Berdasarkan seringnya mengikuti latihan dan anggota aktif.

2. Berdasarkan kemampuan penguasaan teknik dasar dan kondisi fisik yang baik.

3. Berdasarkan anggota yang mengikuti seleksi untuk mengikuti kejuaraan antar

Universitas di ITB bulan Februari.

C. Desain dan Alur Penelitian

Agar suatu penelitian berjalan dengan mudah maka perlu dibuat

langkah-langkah dan desain penelitian. Hal ini dilakukan agar penelitian tidak keluar dari

ketentuan yang sudah ditetapkan dan tujuan serta hasil dari penelitian dapat

tercapai sesuai dengan yang diharapkan. “Desain penelitian merupakan rencana

tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara

ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu”, (Nasution, 2009: 23). Oleh

karena itu penulis membuat langkah-langkah dan desain penelitian seperti pada

(18)

Gambar 3.1 Desain penelitian

Keterangan :

: tes dengan jarak 1.83 meter : tes dengan jarak 3.00 meter

: tes dengan jarak 2.00 meter Y : validitas dan reliabilitas tes

Sedangkan untuk alur penelitian, penulis menggambarkan secara demikian:

Gambar 3.2

POPULASI

SAMPEL

KESIMPULAN PENGOLAHAN DAN ANALISIS

DATA PENGUMPULAN

DATA TES KOORDINASI

(MATA-KAKI)

Y

(19)

Alur penelitian D. Definisi Operasioanal

Untuk memudahkan pembaca memahami isi dari penelitian, maka penulis

membuat batasan istilah agar terhindar dari kesimpangsiuran istilah-istilah dalam

judul penelitian ini. Batasan istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Validitas menurut Nurhasan (2007: 35) adalah kesahihan atau mengukur apa

yang hendak diukur.

2. Reliabilitas menurut Nurhasan (2007: 42) adalah keterandalan atau derajat

keajegan, atau konsistensi dari hasil pengukuran.

3. Tungkai menurut Damiri dkk (2008: 5) merupakan anggota badan bagian

bawah (Lower Extremity) yang terdiri dari: paha atau tungkai atas, tungkai

bawah, dan kaki (pergelangan kaki, tapak kaki, dan lima jari kaki).

4. Koordinasi adalah “suatu kemampuan biomotorik yang kompleks” (Harsono,

1988: 219). Dalam hal ini koordinasi mata-kaki.

5. Futsal adalah versi kecil dari sepak bola outdoor di mana dua tim berbeda

secara berlawanan (dua sisi) saling menyerang dengan tujuan menciptakan

goal (bola masuk gawang). Futsal dimainkan di lapangan lebih kecil dengan

pemain lebih sedikit (5 orang) dan bola yang digunakan berukuran lebih kecil

pula.

E. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk

memperoleh, mengelola, dan mengintepretasikan informasi dari para responden

(20)

garis besar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu yang berbentuk tes dan non tes.

Namun sesuai dengan penelitian ini penulis menggunakan instrumen penelitian

berupa tes. “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan

atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (Arikunto, 2010: 193).

Suatu tes haruslah mempunyai tingkat validitas dan reliabilitas yang baik,

untuk itu perlu diujicobakan. Dalam penelitian ini penulis melakukan uji coba tes

koordinasi wall soccer volley test untuk sepak bola yang dimodifikasi untuk

cabang olahraga futsal. Perubahan dilakukan karena dalam cabang olahraga futsal

teknik dasar dan cara bermainnya hampir sama dengan cabang olahraga sepak

bola. Sehingga tes koordinasi tersebut mempunyai validitas dan reliabilitas yang

baik sesuai dengan karakteristik cabang olahraga futsal. sebagaimana yang

dikatakan Nurhasan (2007: 35), “suatu tes dikatakan sahih apabila tes dapat

mengukur apa yang hendak di ukur.” Perubahan yang dilakukan dengan membuat

tiga model tes. Model A dengan menggunakan jarak yang telah ada yaitu 1.83

meter, model B dengan jarak 2 meter dan model C dengan jarak 3 meter. Dua

model yang penulis tambahkan yaitu model B dan C dengan alasan melihat dari

seringnya passing yang dilakukan oleh pemain pada saat pertandingan dan karena

kondisi lapangan yang lebih kecil sehingga dalam permainan futsal passing dalam

jarak pendek sangat dibutuhkan dalam permainan futsal. Seperti yang dikatakan

oleh Jastinus dan Ishak (2008: 64), “operan-operan bola jarak pendek mutlak

diperlukan karena lapangan futsal relatif sempit”. Selain dari itu dilihat dari jarak

(21)

futsal, Scheunemann (2009: 21) “jarak antara-pemain lini belakang kira-kira ± 3

m (sebesar lebar gawang).”

Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat ukur tes koordinasi yang

telah dimodifikasi sehingga sesuai dengan karakteristik cabang olahraga futsal,

yang kemudian tiga model tes tersebut di uji tingkat validitas dan reliabilitasnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat mengumpulkan data yang

diperlukan secara objektif dalam penelitian ini melalui tes dan pengukuran. Data

yang telah didapat tadi berupa angka-angka yang kemudian diolah secara

statistika sesuai dengan prosedur yang ada. Adapun petunjuk pelaksanaan tes

model A, B dan C tersebut adalah sebagai berikut :

a) Tujuan : Mengukur tingkat koordinasi seseorang

b) Alat yang digunakan :

 Area tes dan area target berupa dinding yang rata

 Bola futsal

 Stopwatch

 Kapur

 Alat tulis

 Pluit

c) Petunjuk Pelaksanaan :

 Testee berdiri di belakang garis tembak yang jaraknya telah

ditentukan yaitu model A = 1.83 meter, B = 2 meter, dan C = 3

(22)

 Testee mulai melakukan tendangan ke arah target area setelah

terdengar bunyi pluit.

 Testee melakukan tendangan kearah target area dan menahannya

kembali lalu menendang lagi dengan posisi kaki berada di

belakang garis batas yang telah ditentukan.

 Testee diberi tiga kali kesempatan dengan masing-masing

kesempatan berdurasi 20 detik.

d) Petunjuk Penilaian :

 Hitung jumlah tendangan yang berhasil mengenai sasaran dan

kembali lagi dengan melewati garis batas.

 Apabila testee menahan bola menggunakan tangan maka di kurangi

1 point.

e) Tes dinyatakan gagal bila :

 Bola ditahan tidak di belakang atau tepat di garis batas.  Bola ditendang tidak di belakang garis batas.

 Bola yang ditendang melewati target area (tembok) yang telah di

tentukan.

Adapun gambar untuk area melakukan tes model A, B, dan C terdapat pada

(23)

Gambar 3.3

Area Pelaksanaan Tes Koordinasi Model A

1,5 m

78 cm

2,5 m

2.00 m

4 m 1,5 m

78 cm

2,5 m

1,83 m

(24)

Gambar 3.4

Area Pelaksanaan Tes Koordinasi Model B

Gambar 3.5

Area Pelaksanaan Tes Koordinasi Model C

F. Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data

Data yang terkumpul dari hasil tes adalah berupa angka-angka, data

tersebut merupakan data asli. Data tersebut kemudian diolah dan di analisis

menggunakan rumus statitiska agar hasil dari sebuah penelitian dapat dipercaya.

Untuk mengolah dan menganalisis data tersebut, penulis menggunakan

rumus-rumus statitiska yang dikutip dari buku tes dan pengukuran Nurhasan (2007).

Adapun langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1,5 m

78 cm

2,5 m

3.00 m

(25)

1. Data yang telah ada di periksa kembali dan di susun. Hal ini dilakukan agar

tidak terjadi kesalahan penulisan dalam proses pengolahan atau hilangnya

data.

2. Menghitung nilai rata-rata dari item tes yang dilakukan dngan menggunakan

rumus:

̅

=

Keterangan:

X = Nilai rata-rata

X = Skor yang diperoleh

n = Jumlah sampel

∑ = Jumlah skor

3. Menghitung simpangan baku dari hasil data mentah setiap variabel dengan

menggunakan rumus:

S =

̅

Keterangan: S = Simpangan baku

= Skor yang dicapai seseorang

̅ = Nilai rata-rata rata-rata n = Jumlah sampel

4. Menguji normalitas data dengan pendekatan uji Lilliefors. Adapun

langkah-langkah pengujian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

a) Menyusun data hasil pengamatan, yang dimulai dari nilai pengamatan

(26)

b) Untuk semua nilai pangamatan dijadikan angka baku baku Z dengan

pendekatan Z-skor yaitu :

S X X Z  

c) Untuk setiap bilangan baku ini, menggunakan daftar distribusi normal

baku, kemudian dihitung peluang F ( ) = P (Z ≤ )

d) Selanjutnya dihitung proporsi , , . . . , yang lebih kecil atau sama

dengan , juka proposrsi ini dinyatakan dengan S ( ), maka :

e) Hitung selisih F ─ S ( ) kemudian tentukan harga mutlaknya.

f) Untuk tiap angka baku tersebut, dengan bantuan tabel distribusi normal

baku (tabel distribusi Z). Kemudian hitung peluang dari masing-masing

nilai Z (FZi) dengan ketentuan : Jika nilai Z negatif, maka dalam

menentukan Fzi-nya adalah 0,5 – luas daerah distribusi Z pada tabel.

g) Menentukan proporsi masing-masing nilai Z (SZi) dengan cara melihat

kedudukan nilai Z pada nomor urut sampel yang kemudian di bagi dengan

banyaknya sampel.

h) Hitung selisih antara F(Zi) – S(Zi) dan tentukan harga mutlaknya.

i) Ambilah harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak dari

seluruh sampel yang ada dan berilah simbol Lo.

j) Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka bandingkan Lo dengan

nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors,

(27)

jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar kritis

uji Liliefors. Dalam hal lain hipotesis nol diterima.

5. Mencari validitas dan reliabilitas butir tes. Untuk mencari validitas, dengan

menggunakan cara mengkorelasikan skor hasil tes pertama dengan kriteria

(dalam penelitian ini menggunakan composite score yaitu skor gabungan dari

kedua model tes) digunakan rumus korelasi product moment dengan

simpangan baku, sedangkan untuk mencari reliabilitas penulis menggunakan

cara mengkorelasikan hasil tes pertama dengan tes kedua (tes re-test). Adapun

rumus untuk mencari validitas dan reliabilitas tes koordinasi yang penulis

kutip dari buku Nurhasan (2007) adalah sebagai berikut:

a) Mencari validitas tes dengan teknik korelasi product momen

kemudian dengan teknik korelasi angka kasar (Nurhasan, 2007:38).

=

√{ }{ }

b) Menghitung reliabilitas tes dengan melakukan dua kali pengukuran

(test re-test), kemudian mengkorelasikan tes yang pertama dan yang

ke-dua, (Nurhasan, 2007:42)

=

√{ }{ }

Keterangan :

= Koefisien korelasi antara variabel X dan Y (kriteria) x = Skor pada variabel X

y = Skor pada variabel Y

∑x = Jumlah skor variabel X

(28)

∑ = Jumlah dari kuadrat skor X

∑ = Jumlah dari kuadrat skor Y xy = Skor X kali Y

N = Jumlah Subyek

6. Menurut standar penilaian derajat validitas Meyers dan menganalisa tingkat

validitas dan reliabilitas butir tes yang diperoleh, dengan menggunakan

pendekatan uji-t, dengan dk = n – 2. Rumus uji – t sebagai berikut:

t = Besarnya tingkat signifikasi validitas dan reliabilitas butir tes yang dicari.

r = Koefisien korelasi variabel. n = Jumlah sampel.

r2 = Hasil penghitungan korelasi dikuadratkan.

Kriteria pengujian adalah: terima Ho, jika –t < < t –

dengan dk = (n – 2). Dalam hal lain Ho ditolak.

Adapun kriteria tingkat korelasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi (Sumber : Sugiyono, 2012 : 257)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 ─ 0,199 Sangat Rendah

0,20 ─ 0,399 Rendah

0,40 ─ 0,599 Sedang

0,60 ─ 0,799 Kuat

(29)
(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penghitungan, pengolahan dan analisis data dari hasil tes model

A, B, dan C mengenai uji validitas dan reliabilitas tes koordinasi untuk cabang olahraga

futsal, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: instrument tes koordinasi

untuk cabang olahraga futsal hasil dari modifikasi soccer wall volley test

menunjukan tingkat validitas dan reliabilitas yang baik.

B. Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian yang penulis lakukan, maka ada beberapa

saran dari penulis yang dapat dipertimbangkan sebagai berikut :

1. Bagi pembina, pelatih, dan atlet cabang olahraga futsal dan para pembaca

pada umumnya, tes ini dapat dijadikan sebagai instrumen atau alat ukur untuk

mengetahui tingkat koordinasi untuk cabang olahraga futsal .

2. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis telah lakukan, sebaiknya dilakukan

penelitian lebih lanjut tentang uji validitas dan reliabilitas tes koordinasi

dengan model yang lain.

Demikian kesimpulan dan saran atas penelitian yang telah penulis

laksanakan dengan judul ”Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Koordinasi Untuk

Cabang Olahraga Futsal”, semoga hasil ini dapat dimanfaatkan oleh semua pihak

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Hasanudin Cholil. D. (2009). Tes Kemampuan Komponen Fisik Dasar Cabang-Cabang Olahraga. Bandung : FPOK UPI

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Bandung : CV. Tambak Kusuma

Lhaksana, Justinus. dan H. Pardosi, I. (2006). Inspirasi dan Spirit Futsal. Jakarta : Raih Asa Sukses

Mahendra, Agus. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung : FPOK UPI Lhaksana, Justinus. (2011). Taktik dan Strategi Futsal Modern. Depok : Be Champion

Lutan, R., Prawirasaputra, S. dan Yusup, U. (2000). Dasar-dasar Kepelatihan. Bandung : FPOK UPI

Nasution. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara

Nurhasan.(2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan.Bandung : FPOK UPI

Sajoto, Mochamad. (1988). Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga pendidikan Tenaga Kependidikan

(32)

Scheunemann, Timo. (2009). Futsal For Winner Taktik dan Variasi Latihan Futsal. Malang : Dioma

Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta

Zuriah, Nurul. (2006). Metodologi Peneltian Sosial dan Pendidikan.Jakarta : PT. Bumi Aksara

Pudianto, H. (2010). Petunjuk Pelaksanaan Tes Koordinasi Mata-kaki. [Online]. Tersedia: http://zho-day.blogspot.com/2010/08/petunjuk-pelaksanaan-tes-koordinasi.htmlkoordinasi.htmlkoordinasi.html [12 Maret 2012]

__________, (2011). Koordinasi. [Online]. Tersedia:

http://pengetahuanolahraga.wordpress.com/2011/07/16/koordinasi/ [12 Maret 2012]

Gambar

gambar 3.1:
Gambar 3.1  Desain penelitian
gambar 3.3, 3.4 dan 3.5:
Gambar 3.5 Area Pelaksanaan Tes Koordinasi Model C
+2

Referensi

Dokumen terkait

loughborough soccer passing test. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Oleh karena itu peneliti menarik kesimpulan bahwa

Adapun alat nuboya telah di uji validitas dan reliabilitas menurut Agung Harry pada skripsi Pengaruh Latihan Plyometrik Menggunakan Angle Box dan Lateral Bound Terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas dan reliabilitas tes kemampuan matematika berbasis UN yang dikembangkan sebagai salah satu instrumen dalam penelitian

Reliabilitas tes adalah keputusan instrumental atau reliabilitas dalam mengevaluasi apa yang sedang dievaluasi, yang berarti akan mendapatkan hasil yang relatif

Validitas dari pengembangan tes secara logis diperoleh bahwa tes sangat valid, dan validitas dari pengembangan tes secara empiris, uji reliable, tingkat kesukaran dan

Masih sama dengan lembar data editor yang digunakan dalam uji validitas, kita lanjutkan uji reliabilitas dengan klik menu Analyze  Scale  Reliability Analysis... Blok

• Bahasa statistiknya, bila mlkk reliabilitas tes maka akan didapatkan perkiraan total variance atau variasi total dari nilai tes, yg disebut error variance?. • Dengan memiliki tes

Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama.. Penelitian