• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara iklim organisasi dengan komitmen organisasi pada karyawan fungsi produksi PT. Pertamina [Persero] UP V Balikpapan - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara iklim organisasi dengan komitmen organisasi pada karyawan fungsi produksi PT. Pertamina [Persero] UP V Balikpapan - USD Repository"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN

KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN FUNGSI

PRODUKSI PT. PERTAMINA (PERSERO) UP V

BALIKPAPAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Dwi Sadela Maharangitha

NIM: 039114090

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

About Life …

Hidup ini bukan tentang mengumpulkan nilai,

Bukan tentang berapa banyak orang yang meneleponmu,

Dan juga bukan tentang siapa pacarmu, bekas pacarmu, atau orang yang belum

kamu pacari.

Bukan tentang siapa yang telah kamu cium, atau olahraga apa yang kamu

mainkan.

Bukan tentang pemuda, atau gadis mana yang menyukai dirimu,

Bukan tentang sepatumu, atau rambutmu, atau warna kulitmu, atau tempat

tinggal dan sekolahmu...

Bahkan juga bukan tentang semua nilai ujianmu, uang, dan baju apa yang kau

pakai.

Bukan juga tentang perguruan tinggi yang menerimamu dan tidak menerimamu.

Hidup ini bukan tentang apakah kau diterima atau tidak diterima lingunganmu...

Hidup bukan tentang jabatan, kekayaan dan semua kemewahan hidup.

Hidup bukanlah tentang semua itu...

Namun,

Hidup ini adalah tentang siapa yang kamu cintai dan kamu sakiti,

Tentang bagaimana perasaanmu, dan tentang dirimu sendiri.

Tentang kepercayaan, kebahagiaan, dan welas asih.

Hidup adalah tentang menghindari rasa cemburu,

Hidup adalah tentang mengatasi rasa tidak perduli dan tentang membina

kepercayaan...

Tentang apa yang kamu katakan dan kamu maksudkan...

Tentang menghargai orang apa adanya dan bukan karena apa yang dimilikinya.

Dan yang terpenting,

Hidup ini adalah tentang memilih untuk menggunakan hidupmu agar dapat

menyentuh hidup orang lain melalui cara yang tidak bisa digantikan dengan cara

lain.

Hidup adalah tentang pilihan-pilihan itu…

(5)

Je T’aime Toujours…

Dua puluh tiga tahun,

Bukan waktu yang singkat bagi papah mamah untuk menjadikan aku manusia

yang berguna buat orang lain…

Bukan waktu yang singkat bagi kakak dan adikku untuk menerima perbedaan di

antara kami…

Bukan pula waktu yang singkat, bagi diriku sendiri untuk memahami apa yang

menjadi arah tujuan hidup dan mimpi-mimpiku…

Hidup itu proses, proses yang sangat panjang dimana setiap detiknya akan

menimbulkan satu kebahagiaan, satu kesedihan, satu masalah, satu kenangan,

satu keajaiban, atau satu pertanyaan besar akan apa sesungguhnya yang aku

cari dalam hidup ini.

Semua… semuanya bertambah banyak… satu, satu, satu demi satu...

Menjadi sebuah pemikiran panjang tentang apa yang bisa aku berikan kepada

mereka yang aku sayangi.

Apa aku lelah berpikir? Atau, aku jenuh mencari?... Apa aku merasa menyesal

karena aku terlahir menjadi bagian di antara mereka? Apa aku harus

mengajukan sebuah pertanyaan besar padaMu, ”mengapa”?

Tidak, dengan keyakinan hati aku mengatakan tidak.

Aku tidak lelah berpikir apa yang terbaik yang bisa aku berikan buat mereka,

Aku tidak jenuh mencari apa yang bisa membuat mereka bangga kepadaku,

Dan aku, aku merasa tenang karena memiliki mereka dalam kehidupan ini...

Inilah hidup... dan aku bersyukur karena aku mengalami semua prosesnya

bersama mereka,

Untuk waktu yang kemarin, saat ini, esok, dan selamanya...

Karena itu, aku persembahkan karya ini sebagai wujud cinta kasihku, sebagai

wujud kasih sayangku, sebagai wujud baktiku kepada papah, mamah, ade ina &

mba ika..

Je t’aime toujours...

”Pah... mah... ade ina&mba ika.. makasih ya buat dukungan, doa, dan ridhonya”

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian dari karya milik orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 15 Juli 2007

Penulis,

(7)

ABSTRAK

Dwi Sadela Maharangitha (2007). Hubungan Antara Iklim Organisasi dengan Komitmen Organisasi pada Karyawan Fungsi Produksi PT. Pertamina (Persero) UP V Balikpapan: Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara iklim organisasi dengan komitmen organisasi pada karyawan fungsi produksi PT. Pertamina (Persero) UP V Balikpapan. Dalam penelitian ini terdapat hipotesis yang berbunyi: Ada hubungan positif antara iklim organisasi dengan komitmen organisasi pada karyawan fungsi produksi PT. Pertamina (Persero) UP V Balikpapan. Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan pria di fungsi produksi PT. Pertamina (Persero) UP V Balikpapan dengan karakteristik masa kerja lima belas tahun atau lebih. Adapun jumlah subjek dalam penelitian adalah sejumlah 214 karyawan yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling dari keenam bagian di fungsi produksi, yaitu Distilling dan Wax (D & W), Hydroskimming Complex (HSC), Hydrocracking Complex (HCC), Laboratorium, Utilities, dan Terminal Balikpapan Lawe-lawe (TBL).

(8)

ABSTRACT

Dwi Sadela Maharangitha (2007). Hubungan Antara Iklim Organisasi dengan Komitmen Organisasi pada Karyawan Fungsi Produksi PT. Pertamina (Persero) UP V Balikpapan: Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

This research objective is to find out the positive correlation between the organizational climate with the organizational commitment on production function employee on PT. Pertamina (Persero) UP V Balikpapan. The hyphothesis proposed in this research is there’s a positive correlation between the organizational climate with the organizational commitment on production function employee on PT. Pertamina (Persero) UP V Balikpapan. The subjects in this research are man employee on production function PT. Pertamina (Persero) UP V Balikpapan with a 15 years or more period of work characteristic. The sample of this research is included 214 employees that acquired by purposive sampling technique from six departements on production function, that’s

Distilling dan Wax (D & W), Hydroskimming Complex (HSC), Hydrocracking Complex (HCC), Laboratorium, Utilities, and Terminal Balikpapan Lawe-lawe (TBL).

(9)

KATA PENGANTAR

Bismillahir Rahmaanir Rahiim, Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin. Dengan

memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, ridho

dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillahi Rabbil ‘aalamin tiada

henti-hentinya penulis mengucap syukur atas semua proses dan dinamika yang telah

dialami dan dijalani, hingga akhirnya penulis mampu untuk menyelesaikan karya

tulis ilmiah ini.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi tugas akhir

sebagai persyaratan mengakhiri program S1 Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma. Karya tulis ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian suatu masalah

yang dilakukan secara seksama dengan berkonsultasi pada satu dosen sebagai

pembimbing.

Dalam proses penyelesaiannya, tentu saja tidak terlepas dari bantuan dan

bimbingan banyak pihak karena keterbatasan kemampuan yang saya miliki. Oleh

sebab itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih dengan segala

kerendahan hati kepada:

1. Bapak Minto Istono, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan

segala kesabaran, kerelaan dan keihklasan hati memberikan saran,

membimbing, mengoreksi, mendukung dan menjadi teman diskusi dalam

proses penyelesaian karya tulis. Terima kasih atas waktu dan kesempatan

(10)

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan banyak

masukan, saran, dan dukungan dalam proses penyelesaian karya tulis.

3. Ibu Kristina Dewayani, S.Psi., M.Si. selaku dosen penguji yang telah

memberikan banyak masukan dan terima kasih atas waktu diskusi selama

penyelesaian karya tulis.

4. Ibu Sylvia Carolina M. Y. M, S.Psi., M.Si. Terima kasih atas segala waktu

yang diberikan ketika penulis membutuhkan banyak dukungan dan

semangat disaat-saat merasa jenuh.

5. Bapak Drs. T. Priyo Widiyanto, M.Si., Ph.D. yang banyak memberikan

dukungan, perhatian dan motivasi kepada penulis.

6. Bapak Dr. A. Supratiknya yang telah memberikan contoh teladan sebagai

sosok pengajar sekaligus pribadi yang sederhana, sopan, dan berwibawa.

Penulis kagum dengan kewibawaan dan kesederhanaan, serta sikap ramah

dan keteguhan bapak dalam menjalankan prinsip hidup.

7. Ibu Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik

dan Ibu Agnes Indar Etikawati S.Psi., Psi. selaku dosen pembimbing

akademik pengganti.

8. Bapak Y. Agung Santoso, S.Psi., Bapak C. Wijoyo Adinugroho, S.Psi.,

Bapak V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Si., Ibu A. Tanti Arini, S.Psi.,

M.Si., dan Ibu Titik Kristiyani, S.Psi. Terima kasih sudah meluangkan

waktu untuk berdiskusi dan memberikan banyak saran bagi penyelesaian

(11)

9. Seluruh dosen Fakultas Psikologi, baik dosen biasa maupun

dosen-dosen luar biasa yang pernah memberikan ilmu, wawasan, pengetahuan,

dan membuat pola pikir peneliti lebih bijaksana agar dapat berusaha dan

berbuat yang terbaik.

10.Bapak Drs. Chusnul Busro selaku Kepala Bagian Hupmas PT. Pertamina

(Persero) UP V Balikpapan yang telah membantu, dan memberikan ijin

serta kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

11.Bapak Hudi Darminto, SH. selaku Kepala Bagian Rencana

Pengembangan-SDM PT. Pertamina (Persero) UP V Balikpapan yang

telah memberikan ijin, pengarahan, bantuan, dan dukungan bagi penelitian

yang penulis lakukan.

12.Bapak Sugiyanto selaku koordinator yang memberikan pengarahan serta

bantuan teknis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan

lancar.

13.Bapak I Ketut Wardana, SE. selaku pembimbing lapangan dalam

pelaksanaan penelitian di PT. Pertamina (Persero) UP V Balikpapan.

Terima kasih atas bantuan, masukan, pengarahan dan nasehat-nasehat

terkait dengan penelitian.

14.Para staf Rencana Pengembangan-SDM PT. Pertamina (Persero) UP V

Balikpapan yang telah memberikan bantuan, informasi, dan pengarahan.

Terima kasih buat Ibu Nona dan Ibu Lela, dan Pak Djannah terima kasih

(12)

15.Seluruh staf dan karyawan Kilang fungsi produksi di PT. Pertamina

(Persero) UP V Balikpapan. Semoga kelak penulis dapat menjadi

pemimpin yang jujur, amanah dan memperhatikan perasaan karyawan

seperti yang bapak-bapak harapkan. Amin, terima kasih buat doanya.

16.Pak Giyanto, mas Gandung, dan mba Nanik atas semua bantuan,

kesabaran dan keramahan sikap dalam melayani kepentingan akademik.

17.Mas Muji selaku laboran dan sebagai teman diskusi mengenai dinamika

perkuliahan. Terima kasih juga atas semua bantuan, kepercayaan dan

dukungan yang membuat penulis lebih maju, dan mendapatkan

pengalaman menjadi asisten dosen praktikum.

18.Mas Doni, terima kasih telah menjadi teman yang baik dan mau

memberikan saran dan nasehat.

19.Sahabat terbaikku Deborah, semoga kita tetap bisa bersama seperti 18

tahun terakhir. Makasih ya bor, dukungannya. Akhirnya, jadi juga rencana

kita untuk tetap bertahan menjadi keluarga besar Pertamina. D’ndut dan

Putri, makasi udah jadi sahabatku yang selalu memberikan nasehat.

20.Teman kuliah yang paling setia, Sri “neng” Lestari. Makasih neng sudah

menjadi pendengar setia. Akhirnya neng... akhirnya... jadi juga aku

wisuda! Finally, i get my own life!! I’m gonna miss you, my close friend..

21.Terima kasih buat suster Hedwig yang telah berdoa untuk kelancaran

sidang. Rakhel, Etha, Itha, Anni, Tina, Netly, Devi, Dhani, Diana, Anna,

Atok, Arif, Rondang, Toa, Yohana, Rensi, Yoan dan teman-teman lainnya

(13)

22.Teman-teman Ψ 2003 lainnya atas dukungan dan bantuannya, juga terima

kasih telah berbagi cerita, pengalaman, wawasan, ilmu dan pengetahuan

selama di fakultas psikologi.

23.Kak Obeth (Ψ 2002) dan Kak Siska (Ψ 2002) atas informasi dan ilmu

SPSSnya, dan menjadi teman diskusi selama penyelesaian skripsi. Mas

Adi (Ψ 2001), buat pengalaman penulisan skripsinya. Kak Vincent (Ψ

2002), Kak Elvin (Ψ 2002), Kak Panji (Ψ 2002) dan kakak tingkat lainnya

yang banyak membantu. Terima kasih sudah berbagi pengalaman,

pengetahuan dan wawasan selama di Fakultas Psikologi.

24.Kepada semua pihak, teman, dan kerabat lainnya yang tidak dapat

disebutkan satu persatu. Terima kasih atas doa, bantuan, dukungan,

nasehat, saran dan masukannya dalam proses penyelesaian karya tulis.

Hormat Penulis,

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GRAFIK ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

1. Manfaat Teoretis ... 9

2. Manfaat Praktis ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Komitmen Organisasi ... 11

1. Pengertian Komitmen Organisasi ... 11

2. Komponen Komitmen Organisasi ... 15

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi ... 18

B. Iklim Organisasi ... 21

1. Pengertian Iklim Organisasi ... 21

(15)

3. Pengaruh Iklim Organisasi ... 28

C. Hubungan Antara Iklim Organisasi dengan Komitmen Organisasi ... 30

D. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 34

C. Definisi Operasional ... 35

1. Komitmen Organisasi ... 35

2. Iklim Organisasi ... 36

D. Subjek Penelitian ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

1. Skala Komitmen Organisasi ... 39

2. Skala Iklim Organisasi ... 42

F. Validitas dan Reliabilitas ... 44

1. Validitas ... 44

2. Seleksi Item ... 45

3. Reliabilitas ... 46

G. Metode dan Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Orientasi Kancah Penelitian ... 48

1. Profil Perusahaan ... 48

2. Distribusi Produk ... 48

3. Visi dan Misi Pertamina UP V Balikpapan ... 49

4. Data Karyawan Pertamina UP V Balikpapan ... 50

5. Peralatan Utama dan Fasilitas Penunjang Pertamina UP V Balikpapan ... 50

6. Struktur Organisasi Pertamina UP V Balikpapan ... 51

B. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 51

1. Perizinan Penelitian ... 51

2. Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur ... 52

(16)

a. Validitas ... 53

b. Analisis Item ... 54

c. Reliabilitas ... 58

4. Pelaksanaan Penelitian ... 59

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 63

D. Uji Asumsi Hasil Penelitian ... 64

1. Uji Normalitas ... 64

a. Sebaran Data Variabel Iklim Organisasi ... 65

b. Sebaran Data Variabel Komitmen Organisasi ... 66

2. Uji Linearitas ... 67

E. Uji Hipotesis ... 68

F. Pembahasan ... 70

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KELEMAHAN PENELITIAN ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 74

1. Bagi Pihak Perusahaan ... 74

2. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 75

C. Kelemahan Penelitian ... 76

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1: Penyebaran Item Pada Skala Komitmen Organisasi ... 42

Tabel 3.2: Skor Penilaian Skala Komitmen Organisasi ... 42

Tabel 3.3: Penyebaran Item Pada Skala Iklim Organisasi ... 43

Tabel 3.4: Skor Penilaian Skala Iklim Organisasi ... 43

Tabel 4.1: Distribusi Produk Pertamina ... 49

Tabel 4.2: Peralatan Utama Pertamina UP V Balikpapan ... 50

Tabel 4.3: Fasilitas Penunjang Pertamina UP V Balikpapan ... 51

Tabel 4.4: Hasil Korelasi Item Total Skala Iklim Organisasi ... 55

Tabel 4.5: Item yang Valid dan Gugur Pada Skala Iklim Organisasi ... 55

Tabel 4.6: Distribusi Item Skala Iklim Organisasi Setelah Uji Coba ... 56

Tabel 4.7: Hasil Korelasi Item Total Skala Komitmen Organisasi ... 56

Tabel 4.8: Item yang Valid dan Gugur Pada Skala Komitmen Organisasi ... 57

Tabel 4.9: Distribusi Item Skala Komitmen Organisasi Setelah Uji Coba ... 58

Tabel 4.10: Jumlah Karyawan Fungsi Produksi Pertamina UP V Balikpapan .... 60

Tabel 4.11: Jumlah Karyawan Fungsi Produksi Pertamina UP V Balikpapan (masa kerja di atas 15 tahun dan tanpa Kepala Bagian) ... 60

Tabel 4.12: Penyebaran Eksemplar di Fungsi Produksi ... 61

Tabel 4.13: Jumlah Eksemplar yang Kembali di Fungsi Produksi ... 62

(18)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Sebaran Data Variabel Iklim Organisasi ... 65

Grafik 2. Sebaran Data Variabel Komitmen Organisasi ... 66

Grafik 3. Linearitas Data Variabel Penelitian ... 67

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Skala Try Out ………... 84

Lampiran Skala Penelitian ………. 93

Lampiran Koefisien Reliabilitas Skala Try Out Iklim Organisasi ………. 100

Lampiran Koefisien Reliabilitas Skala Try Out Komitmen Organisasi ………. 102

Lampiran Koefisien Reliabilitas Skala Penelitian Iklim Organisasi ………….. 104

Lampiran Koefisien Reliabilitas Skala Penelitian Komitmen Organisasi ... 105

Lampiran Hasil Uji Normalitas Data Hasil Penelitian ... 106

Lampiran Hasil Uji Linearitas Data Hasil Penelitian ... 107

Lampiran Hasil Uji Hipotesis Data Hasil Penelitian ... 109

Lampiran Gambar Struktur Organisasi Pertamina UP V Balikpapan ... 110

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan merupakan salah satu

faktor yang sangat menentukan bagi terlaksananya suatu kegiatan dalam

perusahaan. Tanpa adanya individu sebagai karyawan dalam suatu

perusahaan, maka kegiatan atau aktifitas perusahaan tidak akan pernah

berjalan mengingat salah satu komponen penting dan utama dalam perusahaan

adalah individu atau manusia. Penelitian Mayo dan Roethlesberger

(Parwitasari, 2003) menemukan satu konsep bahwa organisasi merupakan

suatu sistem sosial dan karyawan adalah unsur yang paling penting di

dalamnya. Karyawan merupakan aset yang paling berharga dan

menguntungkan perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu,

pengelolaan sumber daya manusia yaitu karyawan di perusahaan harus terus

diupayakan dan dikembangkan dengan berbagai metode dan pelatihan. Hal ini

bertujuan agar para karyawan memiliki peningkatan kinerja dan produktivitas,

sehingga apa yang menjadi tujuan dari perusahaan dapat tercapai serta

eksistensi perusahaan dapat terus dipertahankan dan dikembangkan.

Karyawan sebagai sumber daya manusia yang harus tetap eksis dalam

perusahaan memiliki pengaruh-pengaruh yang dapat menyebabkan perusahaan

berada dalam posisi dan situasi yang stabil maupun situasi yang kurang stabil.

(21)

berperan sangat penting. Oleh karena itu, perusahaan sebagai pihak yang

berkepentingan harus sungguh-sungguh memperhatikan kebutuhan karyawan,

baik kebutuhan yang bersifat fisik dan materi, maupun kebutuhan yang

bersifat psikologis seperti penghargaan, kepuasan, rasa nyaman dan

kondisi-kondisi psikologis lainnya. Terabaikannya kebutuhan karyawan akan

menimbulkan berbagai macam akibat yang akan merugikan bagi perusahaan.

Beberapa akibat yang ditimbulkan jika perusahaan mengabaikan kepentingan

dan kebutuhan karyawannya antara lain, penurunan performansi kerja, kinerja

dan produktivitas, tingginya tingkat absensi dalam perusahaan,

ketidakdisiplinan kerja yang akan menimbulkan kecenderungan untuk

mengalami kecelakaan kerja, seringnya terjadi turnover dalam perusahaan, dan lain-lain (Mobbley, 1986). Akibat-akibat yang ditimbulkan ini tentunya

akan berdampak negatif bagi perusahaan dan besar kemungkinan bagi

perusahaan untuk mengalami kemunduran hingga akhirnya dengan terpaksa

menghentikan proses produksi serta kegiatan-kegiatan lainnya di dalam

perusahaan.

Selain itu, terabaikannya kebutuhan karyawan di dalam perusahaan

juga dapat turut menimbulkan kurangnya perasaan keterikatan karyawan

dengan perusahaan tempat karyawan bekerja (Armstrong, 1999). Kemudian,

karyawan kurang menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi yang mungkin

disebabkan karena ketidaksesuaian antara apa yang menjadi nilai-nilai

karyawan dengan nilai-nilai dalam perusahaan, sehingga karyawan tidak

(22)

pekerjaannya. Dengan kata lain, akibat-akibat tersebut di atas yang terjadi

dalam perusahaan menunjukkan rendahnya komitmen karyawan terhadap

perusahaan. Williams dan Hazer (Statt, 1994) mengemukakan hasil penelitian

mereka dan mendapat kesimpulan bahwa karyawan dengan komitmen yang

rendah terhadap perusahaan akan lebih memilih untuk keluar atau berhenti

dari pekerjaannya dibandingkan karyawan dengan komitmen yang tinggi.

Komitmen organisasi sebagai unsur penting dalam perusahaan

menyebabkan perusahaan memasukkan unsur komitmen sebagai salah satu

syarat untuk memegang posisi atau jabatan di perusahaan (Kuntjoro, 2002).

Luthans (2005) berpendapat bahwa komitmen organisasi adalah sebuah sikap

mengenai loyalitas seorang karyawan terhadap organisasi dan hal tersebut

merupakan proses yang berlangsung terus-menerus dimana anggota organisasi

menunjukkan kepedulian terhadap organisasi, dan ini akan membawa pada

keberhasilan dan keadaan yang baik. Selain itu, Morrow (Muchinsky, 1993)

berpendapat bahwa komitmen merupakan fungsi karakteristik personal dan

fungsi-fungsi situasional yang berhubungan dengan lingkungan kerja.

Karakteristik personal ini berupa usia, masa kerja, dan pendidikan, sedangkan

faktor situasional meliputi konflik peran dan iklim organisasi.

Komitmen organisasi merupakan kondisi dimana karyawan sangat

tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasinya. Komitmen

terhadap organisasi artinya lebih dari sekedar keanggotaan formal, karena

meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan

(23)

tujuan. Komitmen organisasi yang tinggi harus dimiliki oleh masing-masing

karyawan agar tercipta kondisi kerja yang kondusif, sehingga perusahaan

dapat berjalan secara efektif dan efisien. Akan tetapi, banyak faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi. Menurut Luthans (2005),

komitmen ditentukan oleh beberapa faktor individu, seperti usia dan masa

jabatan di organisasi atau perusahaan. Selain itu, juga turut dipengaruhi oleh

faktor organisasi seperti bentuk pekerjaan dan gaya kepemimpinan di dalam

perusahaan, dan beberapa variabel lingkungan kerja seperti ketidakjelasan

peran dalam pekerjaan, konflik peran, dan cakupan tugas-tugas dalam

pekerjaan.

Penelitian Baron & Greenberg (Sarwintono, 2006) menemukan bahwa

komitmen organisasi yang lebih tinggi terdapat pada karyawan yang memiliki

pekerjaan yang menuntut tanggung jawab tinggi, memiliki otonomi, variasi

dan sebagainya. Kemudian, Steers & Porter (1983) mengungkapkan bahwa

identitas tugas, umpan balik dalam pekerjaan dan kesempatan untuk

berinteraksi dalam lingkungan kerja dapat menjadi penyebab tinggi rendahnya

komitmen terhadap organisasi. Karyawan sebagai anggota organisasi

perusahaan juga memiliki harapan pada perusahaan antara lain jenis pekerjaan

yang diinginkan, gaji, status lingkungan kerja dan pengembangan diri. Bila

harapan, keyakinan dan nilai-nilai individu terkait dengan gaji, status

lingkungan kerja dirasakan dan dipersepsi secara positif oleh karyawan, maka

komitmen karyawan terhadap organisasi akan meningkat. Akan tetapi

(24)

lingkungan kerja dan nilai-nilai individu tidak tercapai, maka karyawan akan

memiliki komitmen yang rendah terhadap organisasi atau perusahaan (Steers

& Porter, 1983).

Kemudian, Hackett (Schultz & Schultz, 1990) dalam penelitiannya

juga menemukan bahwa komitmen organisasi dipengaruhi oleh beberapa

variabel lingkungan kerja, termasuk di dalamnya ruang lingkup pekerjaan,

ambiguitas atau ketidakjelasan peran dalam pekerjaan, dan konflik peran.

Ketika karyawan merasakan tidak nyaman dan mempersepsi negatif

lingkungan kerjanya, maka akan menimbulkan komitmen organisasi yang

rendah hingga menyebabkan terjadinya turnover.

Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, disebutkan bahwa

lingkungan kerja dapat menjadi penyebab tinggi rendahnya komitmen

terhadap organisasi pada karyawan. Lingkungan kerja yang dirasakan oleh

karyawan secara berbeda-beda disebut dengan iklim organisasi. Bagaimana

karyawan merasakan atau melihat dan memberikan penilaian terhadap

lingkungan kerjanya akan menimbulkan perilaku tertentu yang berbeda pula.

Perbedaan masing-masing karyawan dalam menilai maupun merasakan dan

melihat lingkungan kerja merupakan suatu proses persepsi. Oleh karena itu,

iklim organisasi merupakan sifat-sifat atau ciri-ciri yang dirasakan oleh

karyawan yang terdapat dalam lingkungan kerja dan timbul terutama karena

kegiatan organisasi, dilakukan secara sadar atau tidak dan dianggap

(25)

Peranan iklim organisasi dalam menentukan perilaku karyawan dalam

perusahaan sangat besar, sehingga menciptakan iklim organisasi yang

kondusif bagi karyawan secara umum harus menjadi prioritas utama bagi

pihak perusahaan atau organisasi. Hay dan McBer (Kusnan, 2006)

menyebutkan enam dimensi iklim organisasi yang meliputi dimensi flexibility/ conformity, responsibility, standards, rewards, clarity, dan team commitment/ team spirit juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen terhadap organisasi. Seperti misalnya dimensi responsibility pada iklim organisasi yaitu karyawan memiliki perasaan bebas mengerjakan dengan baik

pekerjaan mereka tanpa pengawasan yang berlebihan dari supervisor. Jika sebuah perusahaan mampu menciptakan iklim organisasi demikian, maka

karyawan akan mempersepsi secara positif terhadap iklim tersebut. Kemudian,

tanggung jawab yang tinggi terhadap suatu pekerjaan dan otonomi yang

diberikan oleh pihak perusahaan akan menimbulkan komitmen organisasi

yang tinggi pada karyawan (Sarwintono, 2006).

Kemudian, Kuntjoro (2002) menyatakan bahwa jika iklim organisasi

kerja dalam organisasi tersebut kurang menunjang, misalnya fasilitas kurang,

hubungan kerja kurang harmonis, jaminan sosial dan keamanan kurang, maka

secara otomatis komitmen individu terhadap organisasi menjadi makin luntur

atau bahkan cenderung menjelek-jelekkan tempat kerjanya.

Berdasarkan latar belakang tersebut yang menjelaskan tentang

pentingnya komitmen organisasi dalam suatu perusahaan, maka peneliti ingin

(26)

penting karena akan menentukan tinggi rendahnya komitmen organisasi pada

karyawan dalam suatu perusahaan dan komitmen yang tinggi pada karyawan

juga turut berperan dalam menjaga stabilitas perusahaan. Tujuan utama

perusahaan adalah menciptakan iklim organisasi yang kondusif, sehingga akan

memunculkan suatu kualitas pengalaman subjektif positif yang berasal dari

persepsi positif atas karakter-karakter yang relatif langgeng dalam organisasi.

Peneliti memilih melaksanakan penelitian di PT. Pertamina (Persero) Unit

Pengolahan V Balikpapan karena sejak tanggal 17 September 2003 Pertamina

telah mengalami perubahan menjadi PT. Persero berdasarkan Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 31/ 2003. Perubahan status menjadi PT. Persero dari

sebelumnya Perusahaan Negara (PN) yang dibentuk berdasarkan

Undang-undang, diiringi dengan pergantian manajemen puncak menimbulkan riak-riak

pertanyaan dan kegamangan seputar kelangsungan Pertamina

(www.pertamina.com).

Perubahan status badan hukum ini tentunya juga mempengaruhi

perilaku karyawan Pertamina sebagaimana disebutkan dalam Kompas,

Palembang (www.pertamina.com) bahwa perubahan status Pertamina dari

perusahaan negara menjadi perseroan ternyata menggelisahkan kalangan

pekerja di lingkungan badan usaha milik negara (BUMN) tersebut. Tanpa

komunikasi yang matang tentang proses perubahan tersebut, kegelisahan ini

dikhawatirkan akan menurunkan produktivitas karyawan. Seperti yang telah

dijelaskan di atas, penurunan produktivitas merupakan salah satu akibat dari

(27)

itu, perubahan dalam perusahaan pastinya akan menimbulkan beberapa

perubahan di lingkungan kerja perusahaan. Peneliti ingin mengetahui apakah

di dalam lingkungan Pertamina, iklim organisasi yang sering dipersepsi

kurang kondusif berhubungan dengan keputusan karyawan untuk tetap

bertahan di perusahaan. Karyawan sering merasakan kurangnya komunikasi

yang baik dalam pelaksanaan pekerjaan antara atasan dan karyawan bawah,

sehingga menyebabkan karyawan merasa tidak dipercaya dan kurang diberi

tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas (www.pertamina.com). Selain itu,

juga disebutkan bahwa perusahaan tidak memberikan kesempatan karyawan

bawah dalam pengembangan jenjang karir. Namun, meskipun demikian

karyawan-karyawan tetap bertahan dan terus berusaha untuk eksistensi

perusahaan.

Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari kebenaran akan

pentingnya peran variabel iklim organisasi dalam menentukan komitmen

organisasi pada karyawan, sehingga membuat karyawan mampu bertahan di

perusahaan selama belasan bahkan puluhan tahun. Peneliti merasa tertarik

karena berdasarkan informasi yang diperoleh terdapat ketidakpuasan akan

iklim organisasi di perusahaan karena dipersepsi kurang kondusif.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti ingin melaksanakan penelitian

di PT. Pertamina (Persero) Unit Pengolahan V Balikpapan untuk mengetahui

komitmen yang dimiliki para karyawan, terutama karyawan di fungsi produksi

setelah masa perubahan dalam perusahaan. Alasan peneliti memilih karyawan

(28)

“jantung” bagi kelangsungan produksi perusahaan dan memiliki jumlah

karyawan yang paling besar bila dibandingkan dengan fungsi-fungsi lainnya di

Pertamina. Selain itu, peneliti juga ingin melihat apakah ada hubungan antara

iklim organisasi dengan komitmen organisasi pada karyawan fungsi produksi

PT. Pertamina (Persero) Unit Pengolahan V Balikpapan.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, maka masalah pokok yang

dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah ada

hubungan positif antara iklim organisasi dengan komitmen organisasi pada

karyawan fungsi produksi PT. Pertamina (Persero) Unit Pengolahan V

Balikpapan?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui ada atau

tidak ada hubungan positif antara iklim organisasi dengan komitmen

organisasi pada karyawan fungsi produksi PT. Pertamina (Persero) Unit

Pengolahan V Balikpapan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi dunia

(29)

khususnya di bidang Psikologi Industri dan Organisasi mengenai

hubungan antara iklim organisasi dengan komitmen organisasi.

2. Manfaat Praktis

a. Apabila penelitian ini menghasilkan hubungan positif, maka

diharapkan dapat memberikan pengetahuan praktis pada anggota

organisasi perusahaan agar dapat menciptakan iklim organisasi yang

kondusif.

b. Penelitian ini dapat membantu pihak perusahaan untuk menumbuhkan

komitmen terhadap organisasi karena apabila hipotesis terbukti, maka

selain iklim organisasi juga terdapat faktor-faktor lainnya yang turut

mempengaruhi komitmen organisasi. Dengan demikian, perusahaan

dapat mencari solusi-solusi untuk menumbuhkan komitmen terkait

(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Komitmen Organisasi

Pembinaan sumber daya manusia menjadi tenaga kerja profesional

merupakan salah satu bagian penting yang berperan dalam menentukan

keberhasilan perusahaan. Perusahaan berusaha mencari dan membina

karyawan dengan semangat kerja tinggi, menciptakan dan memelihara

keunggulan sumber daya manusia yang mampu bersaing serta karyawan harus

mempunyai komitmen organisasi yang kuat (Sarwintono, 2006).

Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian komitmen organisasi

dan berbagai komponen dalam komitmen organisasi. Selain itu, juga akan

dijelaskan beberapa penelitian terkait dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi komitmen organisasi.

1. Pengertian Komitmen Organisasi

Pengertian komitmen organisasi menurut Porter (Davis &

Newstrom, 1996), Robbins (2001) dan Mathis & Jackson (2001) memiliki

kesamaan sudut pandang. Mereka mendefinisikan komitmen organisasi

sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu atau derajat ukuran

pekerja dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian

organisasi. Hal ini dapat ditandai dengan tiga hal, yaitu penerimaan

terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi, kesiapan dan kesediaan untuk

(31)

untuk mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi atau menjadi

bagian dari organisasi. Keinginan karyawan untuk tetap ada di dalam

organisasi tersebut pada akhirnya tergambar dalam statistik absensi dan

turnover.

Pengertian yang serupa mengenai komitmen organisasi

dikemukakan oleh Luthans (2005) yang mendefinisikan komitmen

organisasi sebagai sebuah sikap mengenai loyalitas seorang karyawan

terhadap organisasi dan hal tersebut merupakan proses yang berlangsung

terus menerus dimana anggota organisasi menunjukkan kepedulian

terhadap organisasi, dan ini akan membawa pada keberhasilan dan

keadaan yang baik. Menurut Luthans, karyawan dikatakan memiliki

komitmen terhadap perusahaannya ketika karyawan tersebut memiliki

keinginan yang kuat untuk menjadi anggota dalam organisasinya. Selain

itu, karyawan tersebut juga memiliki keinginan menuju level keahlian

tinggi atas nama organisasi, dan memiliki suatu kepercayaan serta

penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi tersebut.

Staw (1991) berpendapat, komitmen adalah ikatan psikologis

individu terhadap perusahaan, meliputi rasa keterlibatan dalam kerja,

loyalitas dan kepercayaan terhadap nilai-nilai yang dianut organisasi.

Mobley (Sarwintono, 2006) memberikan batasan komitmen sebagai

kekuatan relatif dari identifikasi dan keterlibatan seseorang dalam

organisasi. Definisi ini juga didukung oleh Steers (1991) yang

(32)

dimana karyawan menghadirkan kekuatan yang relatif kuat dalam

mengidentifikasikan dirinya serta melibatkan dirinya ke dalam organisasi.

Selain itu, komitmen terhadap organisasi diartikan oleh Kreitner &

Kinicki (1991) sebagai tingkat dimana individu memihak kepada

organisasi dan mengikatkan diri pada tujuan organisasi. Situmorang

(2001) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai loyalitas karyawan

terhadap organisasi melalui penerimaan sasaran-sasaran, nilai-nilai

organisasi, kesediaan atau kemauan untuk berusaha menjadi bagian dari

organisasi, serta keinginan untuk bertahan di dalam organisasi. Beberapa

pengertian di atas tidak hanya menjelaskan bahwa komitmen organisasi

merupakan identifikasi karyawan terhadap organisasi, namun juga

menekankan pada loyalitas karyawan terhadap organisasi, serta

mengikatkan diri dan melibatkan diri pada organisasi.

Definisi lainnya mengenai komitmen organisasi dikemukakan oleh

Golemen (1998), ia berpendapat bahwa komitmen organisasi memiliki arti

yang bersifat emosional, yaitu suatu perasaan kelekatan yang kuat pada

tujuan kelompok. Definisi yang hampir serupa juga dikemukakan oleh

Landy dan Conte (2004), mereka mengungkapkan bahwa komitmen

organisasi sering dikaitkan dengan sikap dan emosi. Komitmen pada suatu

relasi, organisasi, tujuan, atau bahkan pada suatu pekerjaan melibatkan

kelekatan emosional. Riggio (2000) menyatakan definisi senada mengenai

komitmen organisasi, yaitu perasaan dan sikap karyawan mengenai

(33)

Pendapat serupa diungkapkan oleh Gibson, Ivancevich, Donnely,

dan Konapaske (2006), Gibson mendefinisikan komitmen organisasi

sebagai suatu bentuk perilaku karyawan yang dipengaruhi oleh perasaan.

Menurutnya, komitmen organisasi merupakan perasaan karyawan untuk

mengidentifikasikan, melibatkan diri, dan memiliki loyalitas yang

diekspresikan pada organisasi atau bagian-bagian organisasi. Menurut

George dan Jones (2005), komitmen organisasi merupakan sekumpulan

perasaan-perasaan dan kepercayaan-kepercayaan yang dimiliki seseorang

mengenai organisasi secara menyeluruh. Selain itu, komitmen organisasi

juga diartikan sebagai kelekatan emosional karyawan untuk

mengidentifikasikan dan melibatkan diri dalam bagian organisasi

(McShane dan Von Glinow, 2005). Pengertian tentang komitmen

organisasi berdasarkan beberapa pendapat tersebut menekankan pada

keterlibatan karyawan secara emosional terkait dengan kelekatannya

kepada organisasi, sehingga karyawan memiliki perasaan untuk

mengidentikasikan dan melibatkan dirinya sebagai bagian dari organisasi

secara menyeluruh.

Berdasarkan uraian di atas mengenai definisi dari komitmen

organisasi, maka dapat diambil kesimpulan bahwa komitmen organisasi

merupakan ikatan psikologis karyawan, baik mengenai keyakinan,

kekuatan, kepercayaan, perasaan, kelekatan emosional terhadap

perusahaan atau anggota terhadap organisasi dimana terdapat perasaan

(34)

yang ditandai dengan adanya kerelaan dan kesediaan untuk

mengidentifikasikan diri, menerima nilai-nilai dan tujuan dari organisasi

atau perusahaan, dan kerelaan untuk berusaha secara maksimal sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki demi organisasi, sehingga

memunculkan perasaan serta keinginan yang kuat untuk tetap menjadi

anggota organisasi.

2. Komponen Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi sebagai salah satu variabel psikologis

memiliki komponen penyusun. Menurut Mowday, Steers & Porter

(Spector, 1996) tiga komponen yang penting di dalam komitmen, yaitu:

a. Menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi.

b. Kesediaan untuk berusaha sekuat tenaga demi organisasi.

c. Keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.

Buchanan (Sarwintono, 2006) juga mengemukakan tiga komponen

komitmen, antara lain:

a. Adanya rasa terlibat dalam misi organisasi.

b. Rasa terlibat atau keterlibatan psikologis pada tugas organisasi.

c. Rasa loyalitas dan afeksi terhadap organisasi sebagai tempat untuk

bekerja dan hidup.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, terdapat kesamaan

dalam menyebutkan komponen komitmen organisasi. Ketiganya

mengemukakan bahwa seorang karyawan dikatakan memiliki komitmen

(35)

nilai-nilai serta misi organisasi. Selain itu, karyawan dikatakan memiliki

komitmen organisasi jika memiliki rasa kesediaan dan keterlibatan

psikologis untuk melakukan yang terbaik bagi perusahaan, dan karyawan

juga mempunyai keinginan untuk selalu bertahan menjadi anggota di

dalam organisasi atau perusahaannya tersebut. Ketiga komponen ini

memiliki keterkaitan satu dengan yang lain, karena itu jika karyawan

dikatakan memiliki komitmen organisasi maka karyawan tersebut harus

memiliki ketiga komponen tersebut.

Hal berbeda dikemukakan oleh Allen dan Mayer (Yuwono dan

Suhariadi, 2005). Allen dan Mayer membedakan komitmen organisasi atas

tiga komponen, yaitu affective, normative, dan continuance yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Affective commitment berkaitan dengan emosional, identifikasi dan keterlibatan pegawai di dalam suatu organisasi.

b. Normative commitment merupakan perasaan-perasaan pegawai tentang kewajiban yang harus diberikan pada organisasi.

c. Continuance commitment berdasarkan persepsi pegawai tentang kerugian yang akan dihadapinya jika karyawan tersebut

meninggalkan organisasi atau perusahaan.

Allen dan Mayer berpendapat bahwa setiap komponen komitmen

memiliki dasar yang berbeda. Karyawan dengan komitmen affective

tinggi, masih bergabung dengan organisasi atau perusahaan karena

(36)

dengan komitmen continuance tinggi, tetap bergabung dengan organisasi tersebut karena mereka membutuhkan organisasi. Karyawan yang

memiliki komitmen normative yang tinggi, tetap menjadi anggota organisasi karena mereka harus melakukannya.

Dengan mengacu pada kesamaan sudut pandang mengenai

komponen komitmen organisasi yang disebutkan oleh Mowday, Steers dan

Porter, Buchanan, dan Luthans, maka peneliti menggunakan ketiga

komponen tersebut sebagai alat ukur dalam mengukur komitmen

organisasi. Kemudian, agar penggunaan alat ukur lebih terfokus dan

efektif, maka peneliti memilih untuk menggunakan salah satu teori, yaitu

tiga komponen komitmen organisasi yang dikemukakan oleh Mowday,

Steers & Porter (Spector, 1996). Hal ini dikarenakan Mowday dkk telah

melakukan pembahasan mengenai ketiga komponen dalam penelitian

terlebih dahulu, dan tidak terjadi perbedaan atau pengembangan komponen

oleh ahli-ahli lainnya. Adapun ketiga komponen yang digunakan dalam

alat ukur tadi merupakan bagian dari salah satu komponen komitmen

organisasi yang dikemukakan oleh Allen dan Mayer. Komponen tersebut

adalah komitmen affektive yang berkaitan dengan emosional, identifikasi

dan keterlibatan pegawai di dalam suatu organisasi, serta adanya keinginan

untuk terikat pada organisasi karena keinginannya sendiri (Yuwono dan

(37)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi sebagai salah satu variabel psikologis

dipengaruhi oleh faktor individu dan faktor organisasi. Menurut Luthans

(1995) komitmen ditentukan oleh beberapa faktor individu, seperti usia

dan masa jabatan di organisasi. Selain itu, komitmen juga ditentukan oleh

faktor organisasi seperti bentuk pekerjaan dan gaya kepemimpinan.

Schultz & Schultz (1990) mengemukakan bahwa faktor individu

dan organisasi dapat meningkatkan komitmen terhadap perusahaan. Faktor

individu tersebut antara lain meliputi usia, lamanya bekerja, tingkat

pendidikan, kemajuan karir dan tingkat motivasi kerja. Kemudian, faktor

organisasi yang dapat meningkatkan komitmen meliputi otonomi,

kesempatan untuk menerapkan keterampilan dan kemampuan pada

pekerjaan, dan sikap positif terhadap kelompok kerja. Faktor lain yang

dapat menyebabkan komitmen terhadap perusahaan adalah rencana

pensiun, jumlah anak yang bersekolah, kepemilikan rumah pribadi dan

persahabatan dalam komunitas.

Werther & Davis (Sarwintono, 2006) mengatakan bahwa faktor

lain yang turut mempengaruhi komitmen adalah adanya kontrak yang

mengikat karyawan untuk tidak bekerja di perusahaan lain selama satu

tahun atau lebih. Menurut Spector (1996), komitmen seorang karyawan

juga dipengaruhi tidak adanya lapangan kerja lain dan karena karyawan

membutuhkan gaji sehingga membuat karyawan harus tetap berada di

(38)

Faktor-faktor lainnya yang turut mempengaruhi komitmen

organisasi dikemukakan oleh Juliandi (2004). Menurut Juliandi,

faktor-faktor kepuasan kerja yang terdiri dari kondisi kerja, hubungan dengan

rekan kerja, supervisi, dan imbalan memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap komitmen organisasi. Yudhi (2005) juga menyebutkan bahwa

faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi adalah kepuasan kerja

karyawan. Penelitian lainnya dilaksanakan oleh Khamimah (2004), ia

menemukan bahwa kepemilikan saham perusahaan bagi karyawan

memiliki pengaruh terhadap komitmen organisasi.

Menurut Kuntjoro (2002), faktor lain yang dapat menyebabkan

komitmen organisasi rendah adalah iklim organisasi yang kurang

menunjang, seperti fasilitas kurang, hubungan kerja kurang harmonis,

jaminan sosial dan keamanan kurang, dan lain-lain. Kemudian, Hackett

(Schultz & Schultz, 1990) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa

komitmen organisasi dipengaruhi oleh beberapa variabel lingkungan kerja,

termasuk di dalamnya ruang lingkup pekerjaan, ambiguitas atau

ketidakjelasan peran dalam pekerjaan, dan konflik peran. Ketika karyawan

merasakan tidak nyaman dan mempersepsi negatif lingkungan kerjanya,

maka akan menimbulkan komitmen organisasi yang rendah hingga

menyebabkan terjadinya turnover.

Selain itu, beberapa ahli dan beberapa penelitian juga

mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen. Schultz &

(39)

sebuah perusahaan lebih dari dua tahun dan yang mempunyai motivasi

bekerja tinggi akan lebih berkomitmen terhadap perusahaan. Selain itu,

Baron & Greenberg (Sarwintono, 2006) menemukan bahwa komitmen

terhadap organisasi yang lebih tinggi terdapat pada karyawan yang

memiliki pekerjaan yang menuntut tanggung jawab tinggi, memiliki

otonomi, variasi dan sebagainya. Selain itu, komitmen juga dipengaruhi

oleh penggunaan rencana pembagian keuntungan. Suatu rencana dimana

karyawan akan menerima bonus sesuai dengan keuntungan yang diperoleh

perusahaan.

Steers & Porter (1983) juga mengungkapkan hal serupa bahwa usia

dan masa kerja, identitas tugas, umpan balik dalam pekerjaan dan

kesempatan untuk berinteraksi dalam lingkungan kerja dapat menjadi

penyebab tinggi rendahnya komitmen. Penelitian lainnya yang

dikemukakan oleh Johnson dan Johnson (2000) mengatakan bahwa

komitmen organisasi juga dipengaruhi oleh seberapa patut dan

diinginkannya sebuah tujuan dan cara-cara dimana para anggotanya akan

berhubungan satu dengan yang lainnya dalam bekerja untuk penyelesaian

sebuah tujuan. Chusmir (Jewell dan Siegall, 1998) mengatakan bahwa

karakteristik keluarga juga menjadi salah satu penentu komitmen

karyawan pada organisasi. Selain itu, faktor harapan dan pengembangan

karir, lingkungan kerja dan gaji/ tunjangan juga berpengaruh terhadap

(40)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi

antara lain iklim organisasi yang kurang menunjang seperti fasilitas

kurang, hubungan kerja yang kurang harmonis, jaminan sosial kurang, dan

lain-lain yang mengakibatkan rendahnya kepuasan kerja dan berakibat

pada rendahnya komitmen organisasi. Selain itu, komitmen organisasi juga

dipengaruhi oleh faktor individu antara lain meliputi usia, lamanya

bekerja, tingkat pendidikan, kemajuan karir dan tingkat motivasi kerja.

B. Iklim Organisasi

1. Pengertian Iklim Organisasi

Lingkungan kerja di sebuah organisasi pastinya memiliki dinamika

dan proses yang berbeda-beda. Perbedaan ini turut dirasakan oleh

karyawan-karyawan atau anggota dalam sebuah organisasi. Persepsi yang

dirasakan oleh karyawan terhadap lingkungan kerja dimana ia berada

disebut iklim organisasi. Beberapa ahli berikut ini mengemukakan

pendapat mengenai definisi iklim organisasi.

Iklim organisasi didefinisikan oleh Denison (1980) sebagai suatu

persepsi atau reaksi yang umum dari individu terhadap situasi yang

dialaminya dan menunjukkan pada seperangkat kondisi yang ada dan

mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu. Menurut Steers (1980),

iklim organisasi adalah sifat-sifat atau ciri-ciri yang dirasakan dan

(41)

kegiatan organisasi yang dilakukan secara sadar atau tidak, dan yang

dianggap mempengaruhi tingkah laku karyawan. Pendapat senada juga

dikemukakan oleh Smither & College (1994), menurut mereka iklim

organisasi merefleksikan bagaimana perasaan individu menjadi bagian dari

organisasi. Definisi-definisi tersebut memiliki penekanan yang serupa

yaitu adanya persepsi terhadap lingkungan kerja yang mempengaruhi

perilaku. Namun, penekanan yang berbeda dikemukakan oleh beberapa

ahli di bawah ini.

Owens (1995) mendefinisikan iklim organisasi sebagai suatu studi

tentang persepsi yang dimiliki individu mengenai berbagai macam

aspek-aspek dari lingkungan organisasi. Menurutnya, studi tentang iklim

organisasi sangat tergantung pada timbulnya persepsi dari partisipan.

Selain itu, Lewin (Landy & Conte, 2004) mendefinisikan iklim

organisasi sebagai suatu persepsi yang ditunjukkan pekerja mengenai

pekerjaan mereka secara menyeluruh: organisasi, divisi, departemen atau

kelompok kerja. Pendapat yang hampir serupa mengenai iklim organisasi

juga dikemukakan oleh Kusnan (2006), ia mengatakan bahwa iklim

organisasi meliputi beberapa unsur yang bisa menjadikan organisasi

dijiwai oleh semua anggotanya.

Pace & Faules (2002) berpendapat bahwa iklim organisasi

berkembang dari interaksi antara sifat-sifat suatu organisasi dan persepsi

individu atas sifat-sifat tersebut. Kemudian, Poole (Pace & Faules, 2002)

(42)

organisasi. Menurut Milton (1981), iklim organisasi dapat didefinisikan

menjadi lima poin penting, yaitu sebagai kualitas yang berlangsung relatif

dari sebuah lingkungan internal organisasi, dialami oleh masing-masing

anggotanya, mempengaruhi perilaku anggotanya, dapat dideskripsikan

dalam batasan suatu set karakteristik atau atribut-atribut, dan membedakan

organisasi yang satu dengan yang lainnya. Meskipun iklim menunjuk pada

karakteristik internal dari sebuah organisasi, namun iklim organisasi

adalah sebagian hasil dari lingkungan.

Beberapa definisi tersebut di atas memiliki tekanan pada

karakteristik, aspek, atribut, sifat-sifat atau praktik-praktik yang muncul

dalam lingkungan kerja di organisasi yang merupakan hasil dari

lingkungan kerja menyeluruh. Namun, beberapa definisi memiliki

penekanan berbeda, yaitu penekanan bahwa iklim organisasi merupakan

karakter atau seperangkat karakteristik organisasi yang dirasakan dan

mempengaruhi karyawan. Perbedaan penekanan dalam definisi iklim

organisasi dikemukakan oleh beberapa ahli di bawah ini.

Altman, Valenzi dan Hodgetts (1985) mengatakan bahwa iklim

organisasi adalah suasana atau karakter dari sebuah organisasi. Iklim

sering diukur dengan memberikan pertanyaan mengenai hal-hal yang

dirasakan para karyawan mengenai organisasi tempat mereka kerja.

Organisasi cenderung memiliki jenis iklim yang berbeda, tergantung pada

(43)

Berbagai definisi yang telah dijelaskan memberikan pemahaman

secara konseptual mengenai pengertian iklim organisasi. Berdasarkan

definisi-definisi tersebut maka dapat diambil sebuah kesimpulan

menyeluruh mengenai definisi iklim organisasi. Iklim organisasi

merupakan suatu set atribut dan sifat-sifat yang terdapat dalam suatu

organisasi terkait dengan nilai, norma, sikap, perasaan, dan tingkah laku

yang terbentuk berdasarkan interaksi antara anggota organisasi dan

menggambarkan situasi lingkungan organisasi yang dapat diukur melalui

persepsi anggotanya. Berdasarkan definisi ini menjelaskan bahwa iklim

organisasi terbentuk melalui pengalaman subjektif anggota organisasi yang

pada akhirnya akan mempengaruhi tingkah laku anggota organisasi. Hal

ini disebabkan karena penekanan suatu iklim organisasi adalah pada fungsi

afeksi individu yaitu perasaan.

2. Aspek-aspek Iklim Organisasi

Selain dimensi-dimensi, iklim organisasi juga memiliki

aspek-aspek. Aspek dan dimensi iklim organisasi merupakan sub bagian

penyusun dari iklim organisasi secara keseluruhan. Menurut Davis dan

Newstrom (1996), aspek-aspek penting yang turut menyusun iklim

organisasi adalah:

a. Kualitas kepemimpinan

Tujuan kepemimpinan adalah membantu karyawan untuk

menegakkan kembali, mempertahankan dan meningkatkan motivasi

(44)

style (gaya kerja) atau cara bekerja sama dengan orang lain yang konsisten. Kualitas kepemimpinan ini diukur dari persepsi karyawan

yang berkenaan dengan kepemimpinan atasan.

b. Kejelasan tujuan organisasi

Organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang usahanya harus

dikoordinasikan; tersusun dari sejumlah subsistem yang saling

berhubungan dan saling tergantung; bekerja bersama atas dasar

pembagian kerja, peran dan wewenang; serta mempunyai tujuan

tertentu yang hendak dicapai (Sukanto dan Handoko, 2001).

Berdasarkan definisi tersebut, suatu tujuan organisasi yang

merupakan tujuan bagi seluruh anggotanya merupakan hal yang

penting untuk diketahui secara jelas oleh tiap-tiap anggotanya.

Kejelasan tujuan organisasi juga diukur berdasarkan persepsi

karyawan mengenai tujuan organisasi yang dipandang sebagai arah

yang jelas.

c. Keadilan kompensasi

Menurut Andrew (Mangkunegara, 2004), proses administrasi upah

atau gaji atau kadang-kadang yang disebut kompensasi melibatkan

pertimbangan atau keseimbangan perhitungan. Kompensasi

merupakan sesuatu yang dipertimbangkan sebagai suatu yang

sebanding dengan tenaga atau pikiran yang telah diberikan oleh

karyawan kepada perusahaan. Keadilan kompensasi diukur dari

(45)

karyawan dalam organisasi sebagai bentuk balas jasa atas pekerjaan

yang telah dilakukan, dapat berupa uang yang diberikan secara tetap.

d. Tanggung jawab dan kepercayaan

Dapat berupa kesempatan yang diberikan bagi tiap-tiap karyawan

untuk menjadi “atasan” bagi dirinya sendiri. Maksudnya menjadi

atasan bagi dirinya sendiri adalah karyawan memiliki kesempatan

untuk dapat memutuskan sesuatu hal terkait dengan pekerjaannya.

Oleh karena itu, dengan adanya kesempatan maka karyawan tidak

lagi memiliki kewajiban untuk selalu melapor pada atasan tiap kali

membuat keputusan. Selain itu, organisasi juga memberikan

wewenang kepada karyawan untuk mengatur pekerjaannya.

Tanggung jawab dan kepercayaan juga diukur berdasarkan persepsi

karyawan.

e. Partisipasi

Partisipasi adalah keterlibatan emosi dan mental pegawai dalam

situasi kelompok yang menggiatkan mereka untuk menyumbang pada

tujuan kelompok serta bertanggung jawab pada hal tersebut (Keith

Davis dalam Mangkunegara, 2004). Peran serta karyawan dalam

situasi kelompok yang mendorong karyawan untuk memberikan

kontribusi dalam pengambilan putusan akan memotivasi karyawan.

Tingkat partisipasi karyawan akan diukur berdasarkan persepsi

(46)

f. Komunikasi

Komunikasi merupakan satu dari beberapa unsur-unsur organisasi

yang menjadi salah satu dari aspek-aspek iklim organisasi.

Komunikasi yang baik dalam sebuah organisasi akan menciptakan

organisasi yang mampu mencapai visi dan misi organisasi. Selain itu,

dengan adanya komunikasi yang baik dalam organisasi akan mampu

mengurangi stres dan konflik kerja yang sering terjadi disebabkan

oleh kesalahpahaman para karyawan. Komunikasi akan diukur

berdasarkan persepsi karyawan terhadap proses komunikasi dengan

lingkungan kerja, seperti dengan atasan maupun dengan rekan kerja.

Altman, Valenzi, dan Hodgetts (1985) mengemukakan bahwa

aspek-aspek dalam iklim organisasi terbagi atas dua kategori, yaitu:

a. Overt aspects merupakan aspek-aspek yang nampak dan dengan mudah dapat diukur. Aspek-aspek tersebut dapat langsung diamati dan

berorientasi pada pertimbangan struktural. Aspek-aspek tersebut, yaitu

hirarki, sumber keuangan, tujuan-tujuan organisasi, kemampuan dan

ketangkasan individu, keadaan teknologi, standar performansi, dan

pengukuran efisiensi.

b. Covert aspects merupakan aspek-aspek yang tidak kelihatan, tetapi juga berperan dalam mempertajam iklim organisasi. Selain tidak

mudah diamati, aspek ini juga berhubungan pada pertimbangan

(47)

perasaan-perasaan (ketakutan, amarah, dan lain-lain), nilai-nilai, norma-norma,

interaksi, dukungan, dan kepuasan.

Aspek-aspek yang dikemukakan oleh kedua ahli di atas memiliki

beberapa kesamaan, yaitu antara aspek overt dan covert dengan keenam aspek yang dikemukakan oleh Davis & Newstrom. Keenam aspek tersebut

merupakan bagian dari aspek overt dan covert, yaitu aspek kejelasan tujuan organisasi yang merupakan bagian dari overt aspects. Kemudian, aspek komunikasi dan partisipasi sebagai bagian dari covert aspects. Berdasarkan aspek-aspek iklim organisasi yang dikemukakan oleh kedua

ahli di atas, peneliti memilih untuk menggunakan enam aspek iklim

organisasi yang dikemukakan oleh Davis & Newstrom (1996). Hal ini

dikarenakan keenam aspek tersebut memiliki penggolongan yang lebih

rinci dan mewakili masing-masing aspek yang terdapat dalam lingkungan

organisasi. Keenam aspek tersebut antara lain, kualitas kepemimpinan,

kejelasan tujuan organisasi, keadilan kompensasi, tanggung jawab dan

kepercayaan, partisipasi, dan komunikasi.

3. Pengaruh Iklim Organisasi

Iklim organisasi tidak hanya dipengaruhi oleh berbagai faktor,

namun juga mempengaruhi beberapa faktor. Berdasarkan penelitian

Pritchard dan Karasick (Milton, 1981) ditemukan bahwa iklim organisasi

mempengaruhi performansi dan kepuasan kerja karyawan. Hal ini juga

didukung oleh Litwin (Milton, 1981) yang mengemukakan bahwa

(48)

iklim organisasi. Milton (1981) memperoleh kesimpulan bahwa iklim

organisasi berpengaruh pada perilaku, yang mana hasil dari perilaku

tersebut dapat bermacam-macam, antara lain absensi, kecelakaan kerja,

performansi kerja, turnover, dan kepuasan kerja.

Selain beberapa faktor-faktor di atas, iklim organisasi juga

merupakan stressor organisasi yang lebih melingkupi organisasi jika

dibandingkan dengan stressor individu atau stressor kelompok (Altman,

Valenzi, dan Hodgetts 1985). Oleh karena itu, iklim organisasi juga turut

menentukan stres kerja karyawan. Hal ini disebabkan karena ketika

karyawan mempersepsi negatif iklim organisasinya, maka akan

menurunkan motivasi kerja yang mana dengan demikian akan menurunkan

prestasi kerjanya. Prestasi kerja yang menurun pastinya akan

menyebabkan karir yang tidak berkembang, sehingga besar kemungkinan

bagi seseorang untuk mengalami stress dalam pekerjaannya.

Penelitian Herlina (2003) menemukan bahwa iklim organisasi juga

turut mempengaruhi motivasi berprestasi pada karyawan. Penelitian

lainnya yang menemukan hubungan antara iklim organisasi dengan

komitmen organisasi dilakukan oleh Alice (1999). Alice memperoleh

kesimpulan bahwa komitmen organisasi dipengaruhi oleh iklim organisasi.

Iklim organisasi merupakan persepsi karyawan terhadap lingkungan

perusahaannya, sehingga ketika karyawan memiliki persepsi yang positif

terhadap lingkungannya, maka karyawan tersebut akan merasa betah untuk

(49)

memiliki keinginan untuk tetap bekerja di perusahaan tersebut, maka

karyawan tersebut akan berusaha sekuat tenaga untuk kemajuan

perusahaannya, bahkan hingga rela mengorbankan kepentingan

pribadinya. Keinginan karyawan untuk tetap mempertahankan posisinya

dan berusaha sekuat tenaga merupakan wujud komitmen yang dimiliki

karyawan bagi perusahaannya.

Kemudian, faktor lainnya yang juga dipengaruhi oleh iklim

organisasi adalah kedisiplinan kerja (Amriany, Probowati, dan Atmadji,

2004). Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa hanya aspek

kualitas kepemimpinan dan partisipasi yang memiliki hubungan,

sedangkan aspek lainnya tidak menunjukkan adanya hubungan dengan

kedisiplinan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa kedua aspek iklim

organisasi tersebut berperan penting dalam menentukan kedisiplinan pada

karyawan, karena kedisiplinan juga membutuhkan partisipasi dari berbagai

pihak. Bukan hanya bawahan yang dituntut untuk berdisiplin, namun

seorang pemimpin juga harus bisa menjadi teladan bagi bawahannya.

C. Hubungan antara Iklim Organisasi dengan Komitmen Organisasi

Berdasarkan landasan teori di atas, dapat diambil kesimpulan

mengenai pentingnya komitmen organisasi pada karyawan di dalam sebuah

perusahaan. Dengan adanya komitmen organisasi, kegiatan di dalam

perusahaan akan berjalan lancar, sehingga apa yang menjadi tujuan dalam

(50)

organisasi tinggi, karyawan akan bertahan lebih lama pada pekerjaannya dan

berusaha lebih giat bekerja untuk perusahaan. Dengan demikian,

perusahaan-perusahaan produksi dapat meningkatkan hasil produksi hingga mampu

mencapai target dan memberikan keuntungan pada perusahaan. Keuntungan

yang diperoleh perusahaan akan memberikan kesejahteraan bagi para

karyawan, dan perusahaan akan tetap eksis dalam persaingan di perindustrian.

Akan tetapi, komitmen organisasi tidak muncul dengan sendirinya dan

tidak bersifat konstan, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam

lingkungan organisasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi komitmen

organisasi adalah persepsi karyawan terhadap lingkungan organisasi atau yang

biasa disebut dengan iklim organisasi. Persepsi yang muncul pada karyawan

mengenai lingkungan organisasi akan berbeda-beda, sehingga akan

memunculkan berbagai perilaku yang berbeda pula.

Iklim organisasi merupakan persepsi yang terbentuk karena adanya

interaksi atau pengalaman psikologis seorang karyawan terhadap lingkungan

kerjanya. Ketika karyawan memiliki persepsi yang positif terhadap

lingkungannya, maka karyawan tersebut akan merasa nyaman dan senang

bekerja di dalam perusahaan tersebut. Perasaan senang dan nyaman yang

dimiliki karyawan akan membuat karyawan tersebut merasa betah dan

memiliki keinginan untuk tetap tinggal dan bekerja pada perusahaan. Individu

akan cenderung bertahan pada situasi yang menguntungkan dan memberikan

rasa nyaman bagi dirinya, yang mana dalam hal ini lingkungan organisasi

(51)

psikologis maupun materi. Keinginan karyawan untuk tetap menjadi bagian

dari organisasi itulah yang akan membentuk komitmen organisasi pada

karyawan.

Dalam penelitian Hamid (2001) dikemukakan bahwa iklim organisasi

memiliki hubungan yang signifikan dengan komitmen organisasi, dan

diperoleh beberapa dimensi yang mempunyai hubungan dengan komitmen

organisasi dan beberapa lainnya tidak memiliki hubungan dengan komitmen

organisasi. Penelitian Alice (1999) memiliki kesimpulan yang serupa yaitu,

iklim organisasi memiliki hubungan positif yang signifikan dengan komitmen

organisasi. Aspek iklim organisasi yang memiliki hubungan paling signifikan

dengan komitmen organisasi adalah aspek kejelasan tujuan organisasi,

komunikasi, dan tanggung jawab dan kepercayaan.

Berdasarkan penelitian tersebut dapat dilihat bahwa ketika karyawan

memahami dengan jelas apa yang menjadi tujuan organisasi, maka karyawan

akan mengetahui apakah tujuan organisasi tersebut memiliki kesamaan dengan

apa yang menjadi tujuan maupun nilai-nilai yang dimiliki karyawan. Selain

itu, aspek komunikasi dan tanggung jawab serta kepercayaan juga

mempengaruhi komitmen seorang karyawan di perusahaan. Ketika karyawan

memiliki persepsi positif terhadap komunikasi di lingkungan kerjanya, maka

karyawan tersebut ingin selalu menjadi bagian dari organisasinya karena

munculnya perasaan nyaman untuk terus bekerja sama. Kemudian, tanggung

jawab dan kepercayaan yang diberikan oleh perusahaan terhadap karyawannya

(52)

anggota dalam organisasi. Rasa keterlibatan karyawan inilah yang

memunculkan semangat untuk terus terlibat sebagai bagian dari anggota

organisasi, sehingga karyawan akan terus berusaha untuk kepentingan

perusahaan.

Berbagai aspek iklim organisasi yang telah dijelaskan memiliki

pengaruh terhadap munculnya perasaan nyaman dan aman dalam bekerja.

Ketika karyawan merasakan kenyamanan, senang berinteraksi dengan

rekan-rekan kerja yang memiliki sikap saling pengertian, dan memiliki hubungan

baik serta komunikasi yang baik dengan atasan, tentunya akan merasakan

suasana kerja yang menyenangkan. Suasana atau lingkungan kerja inilah yang

akan mempengaruhi keputusan karyawan untuk tetap bertahan dalam sebuah

perusahaan, dan berusaha yang terbaik demi kelangsungan perusahaan.

D. Hipotesis Penelitian

(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dimana bertujuan untuk

menemukan ada tidaknya hubungan antara dua variabel yang akan diukur dan

apabila ada, seberapa erat hubungan serta berarti tidaknya hubungan tersebut

(Arikunto, 1991). Jadi, penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada

hubungan positif antara iklim organisasi dengan komitmen organisasi pada

karyawan fungsi produksi PT. Pertamina (Persero) Unit Pengolahan V

Balikpapan.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian (Arikunto, 1991). Sesuatu hal dapat disebut variabel

disebabkan secara kuantitatif atau secara kualitatif dapat bervariasi. Variabel

sebagai objek penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu variabel

tergantung (dependent variabel) dan variabel bebas (independent variabel).

Perincian kedua variabel adalah sebagai berikut:

1. Variabel tergantung : Komitmen Organisasi

(54)

C. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi variabel penelitian dalam

bentuk yang konkrit, termasuk bentuk skala pengukuran variabel yang

memudahkan peneliti dalam menginterpretasikan data (Azwar, 2003). Definisi

operasional variabel-variabel penelitian dijelaskan sebagai berikut:

1. Komitmen organisasi.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka komitmen organisasi dapat didefinisikan sebagai ikatan

psikologis karyawan, baik mengenai keyakinan, kekuatan, kepercayaan,

perasaan, kelekatan emosional terhadap perusahaan atau anggota terhadap

organisasi dimana terdapat perasaan untuk terlibat secara

sungguh-sungguh dalam kegiatan dan proses bekerja yang ditandai dengan adanya

kerelaan dan kesediaan untuk mengidentifikasikan diri, menerima

nilai-nilai dan tujuan dari organisasi atau perusahaan, dan kerelaan untuk

berusaha secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki demi

organisasi, sehingga memunculkan perasaan serta keinginan yang kuat

untuk tetap menjadi anggota organisasi.

Skala komitmen organisasi dibuat untuk mengetahui tinggi

rendahnya suatu komitmen yang dimiliki karyawan. Skala pengukuran ini

dibuat berdasarkan teori tentang komitmen organisasi yang dikemukakan

oleh Mowday, Steers & Porter (Spector, 1996). Mowday dkk

mengemukakan bahwa ada tiga komponen yang dapat mengungkap tinggi

(55)

tersebut yaitu kepercayaan yang pasti dan penerimaan yang penuh atas

nilai-nilai dan tujuan organisasi, adanya keinginan untuk berusaha sekuat

tenaga demi kepentingan organisasi, dan keinginan yang kuat untuk tetap

terlibat menjadi anggota organisasi.

Komitmen organisasi pada karyawan di perusahaan dapat

diungkap atau diukur tinggi rendahnya dengan menggunakan tiga

komponen komitmen organisasi yang dikemukakan oleh Mowday ,dkk

(Spector, 1996). Komitmen organisasi yang tinggi akan ditunjukkan

melalui perolehan hasil skor total dari ketiga komponen komitmen

organisasi yang telah dibuat dalam bentuk skala pengukuran. Semakin

tinggi hasil skor total yang diperoleh dari skala pengukuran komitmen

organisasi, maka semakin tinggi komitmen organisasi yang dimiliki

karyawan. Kemudian sebaliknya, semakin rendah hasil skor total yang

diperoleh berdasarkan skala pengukuran, maka semakin rendah komitmen

organisasi yang dimiliki oleh karyawan tersebut.

2. Iklim organisasi.

Iklim organisasi merupakan suatu persepsi dan pengalaman

psikologis karyawan yang terbentuk karena adanya interaksi dalam

lingkungan perusahaan tempat karyawan tersebut bekerja, yang mana

persepsi ini akan mempengaruhi perilaku karyawan tersebut.

Untuk mengukur persepsi yang dimiliki karyawan terhadap

lingkungan perusahaannya, atau yang biasa disebut dengan iklim

Gambar

Tabel 3.1 Penyebaran Item Pada Skala Komitmen Organisasi
Tabel 3.3 Penyebaran Item Pada Skala Iklim Organisasi
Tabel 4.2 Peralatan Utama Pertamina UP V Balikpapan
Tabel 4.3 Fasilitas Penunjang Pertamina UP V Balikpapan
+7

Referensi

Dokumen terkait

berikut : “ Iklim organisasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap gairah kerja..

Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikasn antara iklim organisasi dengan komitmen organisasi, dilihat dari nilai r sebesar 0,403 dengan

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara iklim organisasi dengan motivasi kerja karyawan”. Sumbangan efektif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Independen (Iklim Psikologis dan Komitmen Organisasi) secara siginifikan positif mempengaruhi variabel depanden kinerja

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KOMITMEN PROFESI

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara perceived organizational support dengan komitmen organisasi pada karyawan CV.. Subjek penelitian berjumlah 43

Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara variabel komitmen organisasi dengan turnover intention pada karyawan bagian produksi di PT. Dasaplast

Hipotesis mayor yang diajukan adalah adanya hubungan antara komitmen organisasi dan kepuasan kerja dengan intensi turnover pada karyawan bidang produksi CV.. Hipotesis minor