I MADE DARMAWAN
P ENGA R UH K ONSENT R A SI P R OP I L ENGL I K OL
T ER H A DA P P R OF I L P ENET R A SI P ER K UT A N P I R OK SI K A M
DA L A M BA SI S GEL CA R BOP OL SECA R A IN VI T R O
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH KONSENTRASI PROPI LENGLI KOL
TERHADAP PROFI L PENETRASI PERKUTAN PIROKSI KAM
DALAM BASI S GEL CARBOPOL SECARA IN VI TRO
SKRIPSI
DIBUAT UNTUK MEMENUHI SYARAT MENCAPAI GELAH4
*
SARJANA FARMASI PADA FAKULTAS F A R M A S I *
UNIVERSITAS AIRLANGGA
1991
OLEH
I MADE DARMAWAN
058510729
PERSEMBAHAN ILMU PENGETAHUAN
LEBIH MULIA DARIPADA PERSEMBAHAN MATERI
DALAM KESELURUHANNYA
SEMUA KERJA INI AKAN MENDAPAT APA YANG DIINGINKAN
KATA-PENGANTAR
Kami mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga
pe-nyusunan skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi
sya-;
rat mencapai gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga.
Pada kesempatan ini perkenankanlah kami mengucapkan
rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :
- Bapak D r s .Soegiharto H,Apt, Bapak D r s ,Sadono,Apt ,
Drs.Roesjdi Gawai, Apt,SU sebagai pembimbing kami
yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan
petunjuk, pengarahan-pengarahan yang sangat ber-
harga serta dorongan moril selama peneiitian hing-
ga selesainya skripsi ini.
- Seluruh staf Laboratorium Preskripsi - Formulasi
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang telah
banyak membantu k a m i .
- PT Surya Dermato Medica Lab. yang telah memberikan
bantuan bahan-bahan yang diperlukan dalam peneii
tian ini .
- Ayah, Ibu dan saudara-saudaraku sentua atas segala
dukungan baik moril roaupun material selama melaku-
kan peneiitian hingga terselesainya skripsi ini.
- Sahabat-sahabat serta semua pihak yang tidak mung-
mem-berikan dorongan dan bantuan sehingga kami dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata kami sampaikan ucapan terima kasih kepada
panitia skripsi yang telah berkenan memeriksa skripsi ini.
Kepada almamater Fakultas Farmasi Universitas Airlangga,
skripsi ini dipersembahkan dengan harapan dapat berguna
bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
Surabaya Januari 1991
DAFTAR ISI
1.3. Faktor - faktor yang mempengaruhi penetra si perkutan ... 10
2. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian... 21
3. Tahapan kerja ...22
3.1. Uji kualitatif piroksikam ... 22
3.2. Uji kualitatif propilenglikol ... 23
3.3. Pembuatan sediaan gel ...23
3.3.1. Formula dasar yang digunakan dalam penelitian ... 23
3.3.2. Formula yang digunakan dalam pene litian ... 23
3.4. Karakteristik sediaan ... 24
3.5. Penetapan kadar piroksikam ... 25
3.5.1. Pembuatan larutan baku induk ... 25
3.5.2. Penentuan panjang gelombang maksi mum ... 25
3.5.3. Pembuatan kurva baku piroksikam.... 25
3.6. Uji homogenitas sediaan ... 26
3.7. Penyiapan perangkat uji penetrasi perku tan ... 27
3.8. Penentuan kadar piroksikam dalam cupli kan ... 29
4. Uji kelarutan piroksikam dalam propilenglikol..30
5. Uji kelarutan jenuh piroksikam dalam media pe- nerima (NaCl 0,9%) ... 31
6. Analisa Data ...31
HASIL PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA ... 32
1. Uji kualitatif piroksikam ...32
2. Uji kualitatif propilenglikol ... 36
3. Karakteristik sediaan ... 36
3.2. Pengukuran pH sediaan ... 36
3.3. Pengukuran viskositas sediaan ...38
4. Penentuan panjang gelombang maksimum ... 39
5. Pembuatan kurva baku piroksikam ... 42
6. Uji homogenitas sediaan ...44
7. Pembuatan kurva profil penetrasi perkutan pi roksikam ... 45
8. Perbedaan luas area di bawah kurva antar for mula ... 47
9. Perbedaan efisiensi pelepasan antar formula ...48
10. Uji kelarutan piroksikam dal am.propilenglikol..50
11. Uji kelarutan jenuh piroksikam dalam media pe- nerima (NaCl 0,9^) ... 52
12. Perhitungan korelasi/regresi antara penambahan- propilenglikol dengan AUC penetrasi piroksikam.52 V. PEMBAHASAN ... 54
VI. KESIMPULAN ... 58
VII. SARAN ... 59
DAFTAR TABEL
I. Formula sediaan ...24
II. Hasil uji kualitatif piroksikam ... 32
III. Nilai pH sediaan dari masing-masing formula ... 36
IV. Ringkasan ANAVA dengan rancangan acak lengkap
pH dari formula ... 37
V. Selisih pH rata-rata dari masing-masing formula ..37
VI. Ringkasan ANAVA dengan rancangan acak lengkap
viskositas dari formula ... 38
VII. Viskositas sediaan dari masing-masing formula ....39
VIII. Nilai serapan larutan baku piroksikam dengan ka-dar 8,096 mcg/ml, 10,120 mcg/ml dan 20,240 mcg/ml.40
IX. Nilai serapan larutan baku piroksikam dengan ber-bagai kadar pada panjang gelombang maksimum ... 42
X. Kadar piroksikam dalam beberapa cuplikan sediaan dari formula A, B, C dan D ...44
XI. Kadar rata-rata piroksikam dalam cuplikan tiap waktu tertentu dari sediaan dengan formula A, B,
C dan D ... 45
XII. Luas area di bawah kurva dari formula A, B, C
dan D ... 47
XIII. Ringkasan ANAVA dengan rancangan acak lengkap
AUC pelepasan piroksikam dari formula ... 47
XIV. Selisih luas area rata-rata di bawah kurva dari
formula A, B, C dan D ... 48
XV. Efisiensi pelepasan dari formula A, B, C dan D ...49
XVI. Ringkasan ANAVA dengan rancangan acak lengkap
efisiensi pelepasan dari formula ... 49
XVII. Selisih efisiensi pelepasan rata-rata dari for
mula A, B, C dan D ... 50
Tabel halaman
XVIII. Uji kelarutan piroksikam dalam propilenglikol ....51
XIX. Ringkasan ANAVA dengan rancangan acak lengkap
uji kelarutan piroksikam dalam propilenglikol ....51
XX. Selisih kelarutan piroksikam rata-rata dalam pro-pilenglikol ... 52
DAFTAR GAMBAR
1. Anatomi kulit ... 5
2. Jalur penetrasi perkutan . . . ... ... 8
3. Rangkaian alat uji penetrasi ... 28
4. Termogram DSC piroksikam ... 33
5. Spektra infra merah piroksikam percobaan ... 34
6. Spektra infra merah piroksikam dalam pustaka ....35
7. Kurva nilai serapan vs panjang gelombang larutan baku piroksikam untuk menentukan panjang gelom bang maksimum ... 41
8. Kurva baku piroksikam pada panjang gelombang 249 nm ... 43
9. Kurva profil penetrasi perkutan piroksikam anta-ra kadar anta-rata-anta-rata vs waktu ... 46
Gambar halaman
DAFTAR LAMPIRAN
I. Perhitungan statistic ... 63
II. Tabel harga rr pada derajat kepercayaan 5% dan
1%
...
6 8III. Tabel F. 95 ...69
IV. Tabel K ... 70
V. Sertifikat analisa piroksikam ... 71
RINGKASAN
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan khususnya di
bidang farmasi, maka diharapkan membuat suatu sediaan far-
masi yang mempunyai efek teraputik sesuai dengan yang
di-r
inginkan, dengan efek samping yang minimal serta mudah da
lam penggunaannya.
Banyak bahan-bahan yang ditambahkan dalam suatu se
diaan farmasi, yang dapat meningkatkan efek terputiknya.
Propilenglikol misalnya banyak digunakan dalam pengobatan
karena disamping kurang toksis dibandingkan golongan glikol
yang lainnya, juga dapat meningkatkan kelarutan bahan obat
dalam air.
Piroksikam merupakan obat anti inflamasi non steroid
yang banyak digunakan akhir-akhir ini. Efek samping terse-
ring penggunaan piroksikam adalah gangguan saluran cerna.
Penambahan propilenglikol ke dalam gel piroksikam
dengan basis carbopol diharapkan mampu meningkatkan kelaru
tan piroksikam. Piroksikam yang berada dalam keadaan terla-
rut akan berpenetrasi menembus m e mbran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan propilenglikol terhadap profil penetrasi perku
tan piroksikam dengan bahan pembentuk gel carbopol 934 se-
cara in vitro. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbe-
daan profil penetrasi perkutan piroksikam antar formula.
Sediaan dengan konsentrasi propilenglikol 30% memberikan
PENDAHULUAN BAB I
Ketersediaan obat aktif dalam tubuh tergantung pada
formulas! suatu sediaan farmasi. Sediaan farmasi yang
bermutu adalah yang memenuhi, kriteria aman, efektif,
stabil dan nyaman. Untuk meraenuhi kriteria tersebut, obat
d iformu1asikan sedemikian rupa sehingga obat aktif dapat
mencapai tempat kerjanya, memberikan efek farmakologis yang
diinginkan dengan efek samping minimal serta mempunyai
stabilitas sediaan dan kenyamanan dalam pemakaiannya.
Dengan membuat suatu rancangan formulasi dan dengan memilih
rute tertentu pemberian obat, maka bioavailabi1itas obat
aktif dapat diubah dari absorpsi yang sangat lambat menjadi
cepat atau bahkan tidak terjadi absorpsi sama sekali (1).
Agar sediaan topikal dapat memberikan efek farmakolo-
gi, bahan aktif dalam sediaan harus mengalami penetrasi
menembus kulit dan mencapai reseptor. Salah satu bentuk
sediaan topikal yang kini sering digunakan adalah bentuk
gel. Gel merupakan sediaan dasar berupa lembekan sistim
dispersi, terdiri dari partikel anorganik submikroskopis
atau organik makromolekul yang tersuspensi atau terbungkus
dan terbacam dalam cairan, yang bercorak dari transparan
atau transluen hingga buram opak. Sistim dispersi gel
merupakan sistim koloid (2). Gel mudah dalam penggunaannya
sekalipun tanpa penekanan (2).
Banyak bahan yang digunakan sebagai basis gel yaitu
etil selulosa, alginat, bentonit dan carbopol. Keuntungan
pemakaian carbopol dibandingkan bahan yang lain adalah
sifatnya yang mudah didispersikan dalam air, dengan konsen-
trasi kecil mempunyai kekentalan yang cukup sebagai pemba-
w a . Gel carbopol merupakan gel hidrofilik sehingga mudah
tercuci oleh air, tanpa meninggalkan rasa lengket di kulit
(3,4).
Untuk meningkatkan penetrasi bahan obat ke dalam
kulit dapat ditambahkan bahan-bahan tertentu ke dalam basis
sediaan luar. Menurut penelitian Mollgaard dan Hoelgaard
bahan-bahan tersebut antara lain senyawa-senyawa golongan
glikol misalnya propi1englikol dan etilenglikol (5). Adanya
bahan-bahan tersebut dapat meningkatkan kelarutan bahan
obat dalam pembawa sehingga dapat meningkatkan penetrasi
bahan obat ke dalam kulit. Penggunaan propilenglikol dalam
sediaan luar cukup banyak jika dibandingkan terhadap golo
ngan glikol yang lain, karena toksisitasnya rendah.
Obat-obat antiinf 1amasi dibedakan menjadi dua golo
ngan yaitu obat antiinflamasi steroid dan obat antiinflama-
si non steroid. Obat antiinf1amasi non steroid akhir-ak-
hir ini banyak digunakan. Secara umum obat antiinf 1amasi
non steroid merupakan iritan mukosa lambung. Masing-masing
obat itu mempunyai perbedaan daya iritasi antara obat satu
adalah piroksikam, yang akhir-akhir ini digunakan sebagai
sediaan topikal dalam bentuk gel piroksikam (7,8).
Berdasarkan uraian di atas timbul permasalahan apa-
kah penambahan propilenglikol dengan kadar tertentu akan
mempengaruhi profil penetrasi perkutan piroksikam secara in
vitro ?.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan propilenglikol terhadap profil penetrasi perku
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11.1. Absorpsi perkutan.
Kulit juga merupakan bagian penting untuk terja-
dinya absorpsi selain organ lain seperti usus (9).
Untuk obat-obat yang dilepas secara transdermal maka
absorpsi melalui kulit memegang peranan yang pen
ting. Absorpsi melalui kulit dari suatu sediaan akan
terjadi bila zat aktif dilepaskan dari pembawanya,
kemudian berpenetrasi ke lapisan kulit yang lebih
dalam dan akhirnya menembus pembuluh darah kapiler
dan masuk ke dalam aliran darah (10).
Untuk mengetahui lebih jauh tentang absorpsi
perkutan, diperlukan pengetahuan tentang anatomi dan
fisiologi kulit, penetrasi perkutan serta faktor-
faktor yang mempengaruhi penetrasi perkutan (11).
11.1.1. Anatomi dan fisiologi kulit.
Kulit merupakan organ tubuh yang paling besar
meliputi lebih kurang 15% dari berat tubuh total
(12). Pada orang dewasa berat kulit rata-rata
lebih kurang 8 pound ( tidak termasuk lemak ).
Permukaan mukosal, konjungtiva atau kornea mata
tidak dianggap sebagai bagian dari kulit (13).
Kulit menutupi permukaan tubuh seluas 20.000 cm
yang tersusun dari tiga lapisan, yaitu epidermis,
dermis, dan lapisan lemak subkutan (14).
Secara histologis, epidermis diklasifikasikan
menjadi lima lapisan, mulai yang terluar (15) :
1. Stratum korneum
2. Stratum lusidum
3. Stratum granulosum
4. Stratum spinosum
5. Stratum germinativum
Epidermis merupakan lapisan terluar dari
kulit, dengan ketebalan bervariasi mulai dari
lebih kurang 1 mm pada telapak tangan dan kaki
sampai 0,1 mm atau kurang pada bagian tertentu
dari wajah dan tubuh (11). Epidermis ini mempunyai
fungsi sebagai barier pelindung untuk melawan
bakteri, zat-zat kimia yang mengirit&si, alergen
dan sebagainya (15).
Lapisan terluar dari epidermis adalah stratum
corneum yang terdiri dari sel-sel keratin yang
sudah mati dan kompak dengan densitas 1,55. Tebal
stratum corneum pada permukaan tubuh berbeda-beda
(14). Paling tebal pada telapak kaki dan tangan
(0,6 - 0,8) dan lebih tipis pada bagian wajah
(11). Komposisi kimia dari stratum korneum adalah:
protein 85% (hampir 15% larut air, 65% keratin
atau protein sitoplasma dan 5% protein membran),
lemak 7-9%, lain-lain 6-8% (mukopolisakarida,
karbihidrat, musin, asam amino, dll). Stratum
korneum dilapisi oleh lapisan tipis lemak yang
mempunyai PH 4,5-6,5 dan disebut mantel asam.
Mantel asam ini mempunyai fungsi yang penting
dalam pertahanan terhadap pengaruh-pengaruh dari
luar, misalnya : serangan bakteri. Karena stratum
korneum sebagian besar terdiri dari keratin,
besar terhadap air dan bahan-bahan yang bersifat
polar lainnya (11).
Stratum lusidum merupakan lapisan perantara
stratum korneum dan lapisan granular. Lapisan ini
disebut zona barier karena hanya terdapat pada
telapak tangan dan kaki yang diketahui bersifat
kurang permiabel dibandingkan bagian tubuh lainnya
(15). Stratum lusidum terlihat jelas pada irisan
melintang kulit tangan atau kaki dan mempunyai
ketebalan yang cukup, sel-selnya tidak berinti dan
fungsinya dalam proses keratinisasi belum jelas
(13) .
Stratum granulosum memegang peranan yang
penting dalam proses keratinisasi kulit. walaupun
mekanisme yang pasti masih .belum jelas (15).
Lapisan ini terdiri sel-sel yang datar. sel-sel
granular kasar, menonjol dalam lapisan geminal
sebagai sel-sel berinti dan berbentuk kolom (15) .
Dengan adanya granul-granul keratohialin pada
lapisan ini. stratum corneum bersifat basofilik
(mengasorbsi zat-zat yang bersifat basa) (13).
Lapisan terdalam dari epidermis adalah stratum
germinativum, merupakan lapisan yang reproduktif.
Pada lapisan ini. sel-sel mengadakan mitosis,
sel-sel anak secara bertahap pindah ke permukaan
bentuk dan komposisi sampai menjadi sel-sel kera
tin pada stratum corneum (11).
Lapisan dermis, atau kulit sebenarnya. berbeda
secara morfologis dengan lapisan epidermis. Dermis
terdiri dari jaringan fibrus rapat yang terdapat
bersama-sama dengan pembuluh darah dan limfe,
folikel rambut, kelenjar sebaseus, kelenjar kerin-
gat, serabut syaraf dan otot (11). Dermis tersusun
dari lebih kurang 80% protein yang terikat pada
matriks mukopolisakarida (14).
Stratum spinosum dan stratum germinativum
disebut lapisan malpighi (15).
Penetrasi perkutan dapat melalui beberapa
jalur antara lain :
II.1.2. Jalur penetrasi perkutan (15)
1. Diantara sel-sel stratum corneum
2. Melalui dinding folikel rambut
3. Melalui kelenjar keringat
4. Melalui kelenjar sebaseus
5. Menembus sel-sel stratum corneum
Untuk bahan-bahan yang diabsorpsi perkutan,
rute transepidermal memegang peranan yang penting
(16). Tregear menyimpulkan bahwa masuknya bahan-
bahan ke dalam kulit adalah melalui epidermis
(menembus sel-sel stratum corneum atau lewat
diantara sel-sel stratum corneum) dari pada mela
lui folikel rambut dan kelenjar keringat (11).
Disamping melalui rute ini, absorpsi perkutan juga
melalui kelenjar keringat, dinding folikel rambut
dan kelenjar sebaseus, tetapi hal ini relatif
keci1, k a r e n a :
1. Jumlah kelenjar keringat brvariasi untuk tiap-
tiap bagian tubuh dan spesies. Pada manusia
bagian perut dan lengan mempunyai densitas
kelenjar keringat 210-220 cm sedangkan folikel
rambut mempunyai densitas 40-100 cm (17).
Kelenjar keringat dan folikel rambut ini letak-
nya tersebar dan menempati 0,1-1,0 % dari luas
100-1000 kali lebih luas (17). Sehingga pene
trasi melalui rute ini menjadi tidak berarti
karena luas area relatif kecil dibandingkan de
ngan luas kulit secara total.
2. Adanya bukti bahwa absorpsi perkutan melalui
telapak tangan dan kaki kecil sekali, padahal
bagian tersebut jumlah kelenjar keringat persa-
tuan luas tiga kali lebih besar dibandingkan
dengan bagian lain (17). Ini menunjukkan bahwa
absorpsi perkutan melalui jalur ini tidak
penting.
II.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penetrasi perku
tan .
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
penetrasi perkutan antara lain: sifat fisiko
kimia dari zat aktif,fisiologi kulit dan sifat
yang menembus membran (1). Karakteristik
kelarutan obat baik dalam media air maupun
dalam lemak sangat mempengaruhi kemampuannya
Meyer-Overten dikatakan bahwa sel membran
epidermis terdiri dari molekul-molekul lemak
dan protein, sehingga obat yang larut dalam
lemak akan melalui membran epidermis karena
kandungan lemak dari membran tersebut. Se
dangkan untuk obat yang larut dalam air akan
melalui membran epidermis setelah sebelumnya
terjadi proses hidrasi. Sehingga koefisien
partisi memegang peranan yang penting. Makin
besar koefisien partisi , maka makin besar
jumlah zat yang menetrasi kulit (10).
b. Konsentrasi obat
Makin besar konsentrasi obat dalam
sediaan, maka makin besar tersedia obat untuk
terjadinya penetrasi melalui kulit, sesuai
Cmk= konsentrasi zat aktif dalam mem
bran kulit.
h = tebal membran kulit.
Si fat thermodinamik
Sifat thermodinamik di sini meliputi
aktivitas thermodinamika. Aktivitas thermodi-
namika zat aktif dalam sediaan berbanding
terbalik dengan afinitas zat aktif dengan
d. Konstanta difusi
Konstanta difusi menunjukkan kemampuan
dari zat aktif untuk mengadakan difusi mele-
wati kulit. Makin besar konstanta difusi
suatu zat aktif maka makin besar jumlah zat
aktif yang menetrasi kulit. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan hukum Fick (10).
e. Karakteristik molekul
Yang termasuk dalam karakteristik
molekul ini adalah ukuran/berat molekul dan
bentuk molekul. Molekul-molekul kecil akan
lebih cepat diabsorpsi dibandingkan molekul
besar, tetapi tidak ada korelasi yang jelas
antara ukuran/berat molekul dengan kecepatan
penetrasi (16).
II.1.3.2. Fisiologis kulit
a. Kondisi kulit
Kulit yang sehat merupakan barier yang
baik terhadap penetrasi bahan melalui kulit.
Apabila kulit mengalami trauma, maka penetra
si melalui kulit akan meningkat (11).
b. Umur kulit
Semakin bertambah umur kulit, semakin
kurang permiabel kulit tersebut. Hal ini
dari epdermis, sehingga akan menghambat
penetrasi perkutan (18).
c. Variasi spesies
Spesies yang berlainan mempunyai perbe
daan yang besar pada karakteristik fisik dari
kulit, misalnya antara manusia dengan bina-
tang. Perbedaan fisik seperti : ketebalan dan
juga jumlah lubang appendiks persatuan luas.
Perbedaan-perbedaan ini akan mempengaruhi
penetrasi obat melalui kulit (18).
d. Lokasi kulit
Kulit mempunyai ketebalan yang berbeda
pada lokasi yang berbeda.Stratum corneum m i
salnya mempunyai ketebalan yang berbeda pada
telapak tangan dan. kaki dibandingkan dengan
bagian wajah atau tempat lain (11). Kulit de
ngan stratum corneum yang tipis mudah ditem-
bus oleh obat.
e. Aliran darah
Apabila aliran darah yang melalui
pembuluh darah pada dermis meningkat maka
kecepatan penetrasi akan semakin meningkat.
Hal ini disebabkan karena klirens dari bahan
obat yang masuk ke sistim sistemik semakin
meningkat. Sebaliknya apabila aliran darah
vasokontriksi, akan menurunkan kecepatan
penetrasi melalui kulit (18).
f. Hidrasi
Hidrasi merupakan suatu proses pengika-
tan air oleh protein yang terdapat pada kulit
bagian luar (17). Hidrasi mempengaruhi pene
trasi, hal ini disebabkan karena hidrasi
mempengaruhi jaringan kulit secara fisis dan
juga akan merubah koefisien difusi dari bahan
obat sehingga meningkatkan kecepatan penetra
si bahan obat tersebut (17).
g. Temperatur kulit
Temperatur kulit berubah dalam rentang
yang sempit. Terjadi peningkatan absorpsi
perkutan aspirin dan kortikosteroid yang ber-
makna dengan meningkatnya temperatur kulit.
II.1.3.3. Bahan pembawa
Pemilihan jenis dan komposisi bahan pemba
wa sediaan kulit diharapkan dapat memperbaiki
kecepatan dan jumlah difusi zat aktifnya, sesuai
dengan tujuan pembuatan sediaan tersebut. afini-
tas pembawa dengan obat memegang peranan yang
penting dalam proses penetrasi, hal ini disebab
kan karena apabila afinitas pembawa dengan obat
kecil bahkan tidak dilepas samasekali. Dimana
diketahui bahwa jumlah zat aktif yang diabsorpsi
kulit sebanding dengan pelepasan zat aktif dari
sediaan (10). Viskositas pembawa juga dapat
mempengaruhi pelepasan obat dari pembawa, aki-
batnya tidak tersedia obat bebas untuk diabsorp
si. Hal ini disebabkan oleh viscositas dari
pembawa terlalu besar. Misalnya dalam krim M/A
dengan obat hidrocortison yang mengandung asam
stearat, menunjukkan kecepatan difusi yang lebih
rendah dibandingkan dengan kecepatan hidrocorti
son dari suspensi dalam campuran propilenglikol-
air ( 10 : 90 ) (10). Disamping juga sifat dari
pembawa yang dapat menghambat penetrasi melalui
kulit.
I I .2. Sediaan gel
Gel adalah sediaan dasar berupa lembekan
sistim dispersi, terdiri dari partikel organik
submikroskopis atau organik makromolekul yang ter-
suspensi atau terbungkus dan terbacam dalam cairan,
yang bercorak dari transparan atau transluen hingga
buram opak. Sistim dispersi gel merupakan sistim
koloid yang dibedakan menjadi gel sistim fase tung-
gal dan gel sistim fase rangkap. Jika masa gel
terdiri dari gumpalan masa kecil, gel demikian
lumer-an. Jika masa gel terdiri dari makromolekul yang
seragam dan tersebar merata keseluruh cairan sedemi-
kian rupa sehingga tidak tampak lagi batas yang
jelas antara molekul yang terdisper dengan cairan,
gel demikian disebut gel fase tunggal, dan lebih
lazim disebut lendiran (2).
Gel yang bercorak transparan atau transluen
lazim disebut jeli. Namun demikian pengertian gel
dan jeli masih belum disepakati oleh para ahli dan
produsen, terutama dibidang kosmetika. Gel lebih
condong digunakan untuk kentalan yang dibuat dari
zat gel anorganik, sedangkan jeli dimaksudkan untuk
kentalan yang dibuat dari zat gel organik (2).
Bahan untuk pembentuk gel diperlukan bahan
dasar dan bahan tambahan. Bahan dasar pembentuk gel
seperti tragakan, natrium alginat, pektin, karbomer,
dan lain-lain (19). Dalam banyak hal sering diguna
kan minyak dan sejenisnya yang dimaksudkan sebagai
pelicin, pelarut, atau zat manfaat. Diantara zat
tambahan yang paling sering digunakan adalah zat
pengawet dan parfum (2).
I I .2.1. Basis gel
Secara garis besar basis gel dapat digo-
longkan menjadi dua yaitu basis gel hidrofilik
A. Basis gel hidrofilik
Basis gel hidrofilik mempunyai sifat
mudah larut dalam air, sehingga dalam penggu-
naannya mudah dicuci dengan air dan tidak
berlemak. Sehingga dalam penggunannya lebih
disukai.
Basis gel hidrofilik biasanya mengan-
dung air, gliserol, atau propilenglikol
dengan bahan pembentuk gel seperti carbopol,
tragakan, turunan selulosa dan lain-lain (3).
Disamping sebagai basis gel hidrofilik,
carbopol juga mempunyai viskositas yang
tinggi.
B. Basis gel hidrofobik
Mempunyai sifat sukar larut dalam air.
sehingga sulit dihilangkan dari permukaan
kulit dan berminyak. Tetapi mempunyai bebera-
pa kelebihan dibandingkan basis gel hidrofi
lik, yaitu memungkinkan untuk penambahan
minyak dari jenis dan viskositas (2).
II.3. Piroksikam
Sinonim •.
2 H-l, 2-benzothiazine-3-carboxamide,4-hy
4-Hydroxy-2-methyl-N-2-pyridyl^2 H-l, 2-
benzo- thiazin-3-carboxamide-l,1-dioxide
- 3,4-dihydro-2-methyl-4-OXO-N-2- pyridyl-2
H - l ,2- benzothiazi ne-3-carboxamide-l,1-
dioxide
Piroksikam mempunyai khasiat sebagai analge-
sik. antipiretik dan anti inf 1amasi, banyak diguna
kan pada pengobatan penyakit reumatik. : C H N O S
sedikit larut dalam larutan
alkali dan alkohol (1:1000).
II.4. Hipotesis
Propilenglikol mempengaruhi penetrasi perku
tan piroksikam dalam basis gel carbopol secara in
vitro, makin meningkat kadar propilenglikol, makin
;
BAHAN, ALAT DAN METODA KERJA
III.l. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ada
lah :
BAB III
1. Piroksikam p.g ( Secifarma dari Coronet
Crown )
2. Carbopol 934 p.g ( dari Surya Dermato Me
dica Lab )
3. Isopropi1alkohol p.g ( dari Surya Dermato Me
dica Lab )
4. Propilenglikol p.g ( Dow Chemical Pacific
Ltd )
5. Natrium hidroksida p.g ( dari Surya Dermato Me
dica Lab )
6. Natrium Clorida p.a ( E Merk )
7. Metanol p.a ( E Merk )
8. Air suling
III.2. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini ada
lah :
1. Rangkaian alat untuk uji penetrasi perkutan (22)
2. Double Beam Spectrophotometer UV-VIS Shimadzu
tipe 140-02
3. Infra Red Spectrophotometer shimadzu tipe IR-02
4. Differential Scanning Calorimetry (DSC) Shi
5. PH-meter Corning Scientific Instrument Model 5
6. Rion Viscoteste-r tipe VT-04
7. Timbangan analitik Sartorius tipe JP - 160
8. Membran Filter Cellulose Acetate Sartorius 0,8 um
9. Membran Filter Cellulose Acetate Sartorius 0,45um
10. Alat-alat gelas
III.3. Tahapan kerja
III.3.1. Uji kualitatif piroksikam
A. Kemurnian piroksikam diperiksa berdasarkan
penentuan titik lelehnya dengan memakai alat
Differential Scaning Calorimetry (DSC).
B. Spektrum serapan infra merah dari piroksikam
yang dibuat pelet dengan KBr diamati. Hasil
yang diperoleh dibandingkan dengan literatur
(23) .
2. Liebermann's test
Pereaksi : 5 gr NaNO dalam 50 ml H SO
da-2 2 4
membebaskan gas coklat.
Cara : Sampel ditambah 2 atau 3 tetes pe
reaksi pada papan tetes, kadang-
kadang perlu dilakukan dalam
tabung dan dipanaskan dalam pena-
ngas air pada suhu 100 C.
Hasil positip : terjadi warna kuning.
111.3.2. Uji kualitatif propilenglikol (24)
Pereaksi : dengan kalium Bisulfat.
Hasil positip : terjadi uap yang berbau enak.
111.3.3. Pembuatan sediaan gel piroksikam.
111.3.3.1. Formula dasar yang digunakan dalam penelitian
ini adalah (3) :
R/ Piroksikam 0,5
Carbopol 934 0,5
Isopropilalkohol 5
Propilenglikol 20
Larutan NaOH 10% 1,2
Air suling sampai 100
111.3.3.2. Tabel formula dari sediaan yang digunakan dalam
TABEL I
Formula sediaan
formu1 a A B C D
Piroksikam 0,5 0.5 0,5 0,5
Carbopol 934 0,5 0,5 0.5 0,5
Isopropilalkohol 5 5 5 5
Propilenglikol - 10 20 30
Larutan NaOH 10% 1,2 1,2 1,2 1,2
Air Suling sampai 100 100 100 100
Cara pembuatan :
1. Carbopol 934 ditambahkan pada campuran pro-
pilenglikol dan air suling, diaduk sampai
terbentuk larutan yang jernih.
2. (1) + isopropilalkohol, diaduk sampai homogen
3. (2) + larutan NaOH 10%, diaduk dengan hati-
hati untuk menghindari terbentuknya gelembung
u d a r a .
4. Piroksikam + (3) sedikit demi sedikit sambil
diaduk sampai homogen.
5. (4) + air suling sampai beratnya 100 gram.
6. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
III.3.4. Karakteristik sediaan yang dilakukan meliputi :
A. Penampilan
- Warna
- Bau
B. Pengukuran PH sediaan (25)
Pengukuran pH masing-masing sediaan dilakukan
t
dengan pH-meter ( Corning Scientific Instru
ments Model 5 ).
Cara : 10 gram sediaan + 50 ml air suling yang
bebas CO 2
C. Pengukuran viskositas sediaan.
Masing-masing sediaan diukur viskositasnya de
ngan Rion Viscotester tipe VT 04.
III.3.5. Penetapan kadar piroksikam (20,21)
111.3.5.1. Pembuatan larutan baku induk piroksikam 100
m c g / m l .
Ditimbang saksama 50 mg piroksikam, dilarutkan
dalam metanol sampai volume 500 ml.
111.3.5.2. Penentuan panjang gelombang maksimum.
Panjang gelombang maksimum ditentukan dengan
menggunakan larutan baku kerja piroksikam kadar
8, 10, dan 20 mcg/ml. Nilai serapan tiap-tiap
kadar diamati pada rentang panjang gelombang
235-265 nm, kemudian dibuat kurva serapan versus
panjang gelombang sehingga panjang gelombang
maksimum dapat ditentukan.
Dibuat larutan dengan kadar : 1; 2; 4; 8; 10;
15 dan 20 mcg/ml dari pengenceran baku induk.
Larutan ini kemudian ditentukan serapannya pada
panjang gelombang maksimum.
Dibuat kurva serapan versus kadar larutan.
Cara pengukuran serapan : 3,0 ml larutan baku
kerja + 3,0 ml larutan NaCl 0,9% dan dicampur
homogen, kemudian diamati serapannya.
III.3.6. Uji homogenitas sediaan.
50 mg gel piroksikam dilarutkan dalam metanol
sampai 25 ml dalam labu ukur. Diambil 5 ml dan
disaring dengan membran filter cellulose acetate
Sartorius ukuran 0,45 um. 3,0 ml hasil saringan +
3,0 ml larutan NaCl 0,9% dikocok sampai homogen
dan diamati serapannya pada panjang gelombang mak
simum. Cuplikan sediaan diambil dari beberapa tem-
pat yang berbeda.
Untuk mendapatkan serapan dari piroksikam, maka
serapan dari sediaan dengan bahan obat dikurangi
dengan serapan dari sediaan tanpa bahan obat (ba
sis) . Cara pengukuran serapan dari basis sama de
ngan cara pengukuran serapan dari sediaan dengan
bahan obat.
Larutan blanko : metanol + NaCl 0,9% dalam jumlah
III.3.7. Penyiapan perangkat uji penetrasi perkutan (22).
Alat yang digunakan merupakan modifikasi dari
Zuber M. et a l . Alat ini dirancang sehingga me-
mungkinkan adanya penetrasi piroksikam.
lankan dengan kecepatan 70 ± 5 rpm.
penyangga (E). Sediaan dalam tabung diratakan
dengan batang pengaduk.
4. Tabung (G) dicelupkan ke dalam larutan dalam be-
ker (K) sedalam 1,8 cm.
5. Cuplikan diambil dengan syringe dalam waktu-
waktu tertentu melalui tempat pengambilan cu-
plikan (F).
III.3.8. Penentuan kadar piroksikam dalam cuplikan.
Cuplikan diambil dari wadah (K) melalui (F) seba
nyak 5 ml pada jam ke : 0,5; 1; 1,5; 2; 3; 4; 5;
6; 7; dan 8 , diamati serapannya pada panjang
gelombang maksimum. Kadar piroksikam dalam
cuplikan dihitung berdasarkan persamaan kurva baku
piroksikam. Kemudian dibuat kurva kadar piroksikam
dalam sampel terhadap waktu. Cara pengukuran
serapan :
Cuplikan yang diambil dari wadah (D) sebanyak 5 ml
disaring terlebih dahulu dengan membran filter
cu-plikan yang sudah disaring diambil sebanyak 3,0 ml
+ 3,0 ml metanol, dicampur homogen. Serapannya
diamati pada spektrofotometer pada panjang ge
lombang maksimum.
Bl-anko : 3,0 ml larutan NaCl 0,9% + 3,0 ml metanol
III.4. Uji kelarutan piroksikam dalam propilenglikol.
Uji . kelarutan piroksikam dalam propilenglikol de
ngan konsentrasi yang berbeda-beda, sesuai dengan
konsentrasi propilenglikol masing-masing formula.
Formula A : konsentrasi propi leng’likol. 0%
Formula B : konsentrasi propilenglikol 10%
Formula C : konsentrasi propilenglikol 20%
Formula D : konsentrasi propi1englikol 30%
Cara pengukuran :
1,0 ml sampel ( dalam keadaan jenuh ) yang sudah di
saring dengan membran filter cellulose acetate
Sartorius 0,45 um + 1,0 ml metanol, diencerkan d e
ngan campuran metanol - NaCl 0,9% dalam perbandi-
ngan sama sampai volume 25 ml dalam labu ukur. Kemu-
dian diukur serapannya di spektrofotometer pada pan
jang gelombang maksimum.
Blanko : 1,0 ml media disolusi + 1,0 metanol, d i
encerkan dengan metanol - NaCl 0,9% per-
bandingan sama, sampai 25 m l . ( diberlaku-
111.5. Uji kelarutan jenuh piroksikam dalam media penerima
( NaCl 0,9% ).
Piroksikam dilarutkan dalam media penerima ( NaCl
0,9% ) sampai jenuh. Kemudian serapannya diamati di
spektrofo.tometer pada panjang gelombang maksimum.
Cara pengukuran :
1,0 ml sampel ( dalam keadaan jenuh ) yang sudah di-
saring dengan membran filter cellulose acetate
Sartorius 0,45 um + 1,0 ml metanol, diencerkan de
ngan metanol - NaCl 0,9% dalam perbandingan sama
sampai 25.0 ml. Diukur serapannya di spektrofotome-
ter pada panjang gelombang maksimum.
Blanko : Campuran NaCl 0,9% - metanol perbandingan
s a m a .
111.6. Analisa data (26,27)
Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan
uji anava, kemudian dilanjutkan dengan uji HSD ( Ho
nestly Significant Difference ) apabila diperlukan.
Kurva yang diperoleh dari hasil percobaan ditentukan
HASIL PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA
Hasil uji kualitatif piroksikam
reaksi warna hasi 1 pustaka ( 23 )
B. Pemeriksaan spektra infra merah piroksikam dengan
tehnik KBr menghasilkan spektra seperti tertera
pada gambar 5. Spektra yang'didapat dibandingkan
dengan spektra yang terdapat dalam pustaka , se
perti pada gambar 6. Hasil yang diperoleh me-
nunjukkan bahwa spektra infra merah piroksikam i-
dentik dengan spektra infra merah piroksikam dalam
pustaka.
T
r
a
n
sm
i
t
an
-1
Bilangan gelombang (cm )
T
r
a
n
s
m
i
tan
-1
Bilangan gelombang (cm )
IV.2. Uji kualitatif propilenglikol
Reaksi dengan Kalium Bisulfat : terjadi uap yang
berbau enak.
IV.3. Karakteristik sediaan.
IV.3.1. Penampilan
A . Bentuk : setengah padat
B. Warna : kuning
C . Bau :
-IV.3.2. Pengukuran pH sediaan.
Hasil pengukuran pH sediaan dari masing-masing
formula dapat dilihat pada tabel III.
TABEL III
Nilai pH sediaan dari masing-masing formula
Ringkasan ANAVA dengan rancangan acak lengkap
kelompok 0,1116 3 0,0372 14,3077 4,07
dalam
k e 1ompok 0,0210 8 0,0026
total 0,1326 11
TABEL V
Selisih pH rata-rata dari masing-masing formula
XI X2 X3 X4
IV.3.3. Pengukuran viskositas sediaan.
Hasil pengukuran viskositas sediaan dapat dilihat
pada tabel VI.
TABEL VI
Viskositas sediaan dari masing-masing formula
repli- kasi
viskositas sediaan pada formula (poise)
A B C D
Perhitungan tidak dilanjutkan sampai HSD karena
pada perhitungan dengan anava harga F hitung = 2,97
lebih kecil daripada F tabel = 4,07 pada P = 0,05.
Jadi disini tidak ada perbedaan viskositas yang
TABEL VII
Ringkasan ANAVA dengan rancangan acak lengkap
viskositas dari formula
sumber
variasi SS df MS
F hitung
F tabel
antar
k e 1ompok 222,9167 3 74,3056 2,9722 4,07
dalam
kelompok 200,0000 8 25
total 422.9167 11
IV.4. Penentuan panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang maksimum diperoleh pada panjang
gelombang 249 nm, dapat dilihat pada tabel VIII dan
Nilai serapan larutan baku piroksikam dengan kadar
8,096 mcg/ml, 10,120 mcg/ml dan 20,240 mcg/ml TABEL VIII
no A
(nm)
ni lai serapan pada kadar
8,096 mcg/ml 10,120 mcg/ml 20.240 mcg/ml
1 235 0,131 0,161 0.332
2 240 0,139 0,173 0,356
3 245 0,149 0,189 0,389
4 246 0,152 0,193 0.395
5 247 0,155 0.196 0.400
6 248 0,158 0.198 0,402
7 249 0,159 0.200 0,405
8 250 0,158 0.199 0.404
9 251 0,158 0. 199 0,404
10 252 0,157 0,197 0.402
11 253 0,155 0, 194 0,399
12 254 0,153 0,191 0.394
13 255 0,151 0. 189 0.390
14 260 0,130 0, 170 0,353
s
e
r
a
p
a
n
■> P\ (nm)
Gambar 7. Kurva nilai serapan vs panjang gelombang larutan baku piroksikam untuk menentukkan
IV.5. Pembuatan kurva baku piroksikam.
TABEL IX
Nilai serapan larutan baku piroksikam
dengan bertagai kadar pada panjang gelombang maksimum
( 249 nm )
Dari perhitungan diperoleh hasil :
s
e
r
a
p
a
n
> kadar ( mcg/ml )
IV.6. Uji homogenitas sediaan
Hasil uji homogenitas sediaan dengan formula A, B, C
dan D dapat dilihat pada tabel X.
TABEL X
Kadar piroksikam dalam beberapa cuplikan sediaan
dengan formula A, B, C dan D.
cup 1 i kan
kadar piroksikam (%) dalam sediaan dengan formula
A B C D
1 97,6948 93,0684 97,7320 98,3348
2 93,7920 100,1436 92,6280 101,0280
3 96,1640 95,8524 96.7068 101,4904
4 93,2093 97,4908 95,1588 93,7820
5 99,5812 98,6968 99,4804 91,8920
6 99,0584 100,2024 99,7420 103,4804
rata-IV.7. Pembuatan kurva profil penetrasi perkutan piroksikam.
Kurva profil penetrasi perkutan piroksikam setelah
dikoreksi dengan faktor pengenceran (28), dibuat dari
tabel XI dan dapat dilihat pada gambar 9.
i
TABEL II
Kadar rata-rata piroisikai dalai cuplikai tiap vaitu terteito
.dari sediaai deagai fonula A, B, C daa D
Valtu
Kadar rata-rata piroksikai dalai cuplikaa (icg/il) dari sediaan deigan formula
(jai) A B C D
0,5 1,0611 1 0,0503 1,1448 t 0,1265 1,4631 1 0,2303 1,6306 1 0,2767
1 1,1414 i 0,0295 1,4607 1 0,3799 1,9672 + 0,3799 2,1368 t 0,2039
1,5 1,2559 1 0,0299 1,6463 1 0,0483 2,2930 1 0,1802 2.5317 1 0,3285
2 1,4053 1 0,0995 2,0182 1 0,2290 2,4384 1 0,2353 2,8582 1 0,1931
3 1,6070 i 0,1053 2,2940 t 0,1827 2,7025 1 0,3089 3,2634 1 0,0671
4 1,8106 1 0,0777 2,5562 + 0,2805 2,8690 l 0,2579 3,5918 1 0.0866
5 1,9998 10,1278 2,7711 i 0,3844 3,0540 1 0,2475 4,0369 1 0,1642
6 2,2078 1 0,1467 3,0721 1 0,3149 3,1892 1 0,2455 4,3696 1 0,0503
7 2,4683 t 0,1371 3,3094 i 0,4187 3,3619 1 0,2358 4,6054 1 0,0741
k
IV.8. Perbedaan luas area dibawah kurva antar formula.
1 14,8050 21,3972 22,7758 27,9223
2 13.5251 19,2076 19,7254 28,0691
3 14,2468 17.5703 22,4288 26.6524
rata-Ringkasan ANAVA dengan rancangan acak lengkap
AUC pelepasan piroksikam dari formula
sumber
k e 1ompok 275,5371 3 91,8457 49,0210 4,07
dal am
kelompok 14,9886 8 1,8736
TABEL XIV
Selisih luas area rata-rata di bawah kurva dari formula
A, B, C dan D
XI X2 X3 X4
XI = 14,1923
X2 = 19,3917
X3 = 21,6433
X4 = 27,5479
5,1994 7,4510
2,2516
13,3556
8,1562
5,9046
Harga HSD = 4,8997
Perhitungan statistik dapat dilihat pada lampiran.
IV.9. Perbedaan efisiensi pelepasan antar formula.
Efisiensi pelepasan rata-rata dari formula A, B, C
dan D dinyatakan dalam persen dapat dilihat pada
Efisiensi pelepasan dari formula
A, B, C dan D TABEL XV
repl i kasi
efisiensi pelepasan (%) dari formula
A (XI) B (X2) C (X3) X
1 3,9293 5,6789 6,0448 7,4107
2 3,5896 5,0978 5,2352 7,4497
3 3,7812 4,6632 5,9527 7,0737
rata- 3,7667 + 5,1466 ± 5,7442 ± 7,3114 ±
rata 0.1703 0,5096 0,4432 0,2067
TABEL XVI
Ringkasan ANAVA dengan rancangan acak lengkap
efisiensi pelepasan dari formula
sumber
kelompok 19,4090 3 6,4697 49,0500 4,07
dal am
kelompok 1,0558 8 0,1319
Selisih efisiensi pelepasan rata-rata dari
Perhitungan statistik dapat dilihat pada lampiran.
IV.10. Uji kelarutan piroksikam dalam propilenglikol.
Uji kelarutan piroksikam dalam propilenglikol dengan
konsentrasi berbeda-beda, sesuai dengan konsentrasi
propilenglikol dari masing-masing formula.
Formula A : konsentrasi propilenglikol dalam air 0%
Formula B : konsentrasi propilenglikol dalam air 10%
Formula C : konsentrasi propilenglikol dalam air 20%
Formula D : konsentrasi propilenglikol dalam air 30%
Hasil uji kelarutan piroksikam dalam propilenglikol
Uji kelarutan piroksikam dalam propilenglikol TABEL XVIII
re{>l ika si
jumlah piroksikam terlarut (ug/ml) dalam propilenglikol pada formula
A (XI) B (X2) C (X3) D (X4)
1 43.4965 54,0492 91,1532 152,7110
2 42.7427 52.7929 92.4095 151,4547
3 43,2452 54.5517 95.5502 155,8517
rata-rata 43.1615 ±
Ringkasan ANAVA dengan rancangan acak lengkap
uji kelarutan piroksikam dalam propilenglikol
sumber
kelompok 22368,2701 3 7456,0900 2656,5326 4,07
dalam
kelompok 22,4533 8 2,8067
Selisih jumlah piroksikam terlarut rata-rata dari
Perhitungan statistik dapat dilihat pada lampiran.
IV.11. Uji kelarutan jenuh piroksikam dalam media penerima
( NaCl 0,9% ).
Hasil uji kelarutan jenuh piroksikam dalam media
penerima :
Jumlah piroksikam terlarut ( mcg/ml )
47,2653 + 46,7628 + 47,2653
3
= 47,0978 mcg/ml
IV. 12. Perhitungan korelasi/regresi antara penambahan pro-
pilenglikol dengan AUC penetrasi piroksikam.
TABEL XXI
Perhitungan korelasi/regresi
prosen propilen glikol<%)
AUC pada replikasi
1 2 3
0 14,8050 13,5251 14,2468
10 21,3972 19,2076. 17,5703
20 22,7750 19,7254 22,4288
30 27.9223 28,0691 26.6524
r hitung = 0.9616
r tabel = 0,576 pada n = 12 dan P = 0,05
r hitung lebih besar daripada r tabel. Jadi ada ko
relasi antara konsentrasi propilenglikol dengan
BAB V
PEMBAHASAN
Dari uji kualitatif piroksikam dengan reaksi warna
Koppanyi - Zwikker test terjadi warna jingga dan dengan re
aksi warna Liebermann's test terjadi warna kuning.Penentuan
titik leleh dengan DSC diperoleh 199,28 C, uji kualitatif
tersebut dapat dilihat pada tabel II. Pemeriksaan spektra
infra merah piroksikam dengan teknik KBr menghasilkan spek
tra seperti tertera pada gambar 5. Spektra infra merah pi
roksikam yang diperoleh dibandingkan dengan spektra infra
merah di literatur ( gambar 6 ). Dengan hasil uji kualita-
tif di atas dapat disimpulkan bahwa piroksikam yang diguna
kan dalam penelitian memenuhi syarat USP edisi XXII. Uji
kualitatif propilenglikol dengan Kalium Bisulfat terjadi
uap yang berbau enak. Dari uji kualitatif propilenglikol
dapat disimpulkan bahwa propilenglikol memenuhi syarat Far-
makope Indonesia edisi III.
Panjang gelombang maksimum diperoleh pada panjang
gelombang 249 nm, terdapat pada tabel VIII dan gambar
7.Ke-mudian diamati serapan baku kerja pada panjang gelombang
maksimum ( 249 nm ). Dari hasil serapan baku kerja didapat
-4
persamaan baku kerja yaitu y = 0.0199x - 1,1594 X 10 de
ngan r = 0,9998. ( tabel IX dan gambar 8 ).
Uji homogenitas yang terdapat pada tabel X dari
sediaan yang dibuat, mempunyai kadar rata-rata terkecil
96,9080% dan kadar rata-rata terbesar 98,3346%. Homogeni
tas sediaan ini telah memenuhi syarat Farmakope Indonesia,
untuk sediaan salep.
Berdasarkan kurva profil penetrasi perkutan piroksi
kam dari sediaan dengan formula A, B, C dan D, ternyata se
sedia piroksikam dalam keadaan terlarut untuk berpenetrasi
menembus membran. Sedangkan formula A mempunyai profil pe
netrasi paling jelek. Karena pada formula A tidak mengan-
dung propilenglikol, yang mana propilenglikol tersebut da
pat meningkatkan kelarutan piroksikam. Perbedaan profil pe
netrasi antara formula A, B, C dan D terlihat jelas setelah
tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna, tetapi sebelum
jam ke 2 antara formula B dan C menunjukkan perbedaan yang
bermakna. Hal ini terlihat jelas pada gambar 9 dan tabel
XI, XII, XIII serta tabel XIV.
Dari kurva penetrasi perkutan piroksikam juga dapat
dilihat bahwa sampai jam ke 8 masing-masing formula belum
menunjukkan keadaan jenuh. Masing-masing formula masih me
nunjukkan kecendrungan untuk meningkat.
Dari analisa statistik pada P = 0,05 dapat disimpul
tidak berbeda secara bermakna. Hal ini diduga peningkatan
propi1englikol 10 % (formula B) menjadi 20 % (formula C)
belum maropu meningkatkan kelarutan piroksikam secara ber
makna dalam basis gel carbopol. Hal ini tampak dari kurva
an-tara formula B dan C tidak berbeda secara bermakna. Dengan
konsentrasi propilenglikol 30 % ( formula D ), peningkatan
jumlah penetrasi piroksikam tampak sangat jelas setelah
jam ke 1,5.
Pada uji penetrasi gel piroksikam dalam basis car
bopol, ternyata basis dari gel tersebut memberikan absorpsi
pada panjang gelombang 249 nm. Masing-masing formula membe
rikan absorpsi yang berbeda-beda. Formula A memberikan ab
sorpsi mulai jam ke 6, formula B memberikan absorpsi mulai
jam ke 3, formula C dan formula D memberikan absorpsi mulai
jam ke 0,5. Sehingga dalam perhitungan, absorpsi dari basis
gel digunakan sebagai faktor koreksi.
Hasil uji kelarutan piroksikam dalam propilenglikol
menunjukkan bahwa kelarutan piroksikam semakin besar dengan
semakin bertambahnya konsentrasi propilenglikol ( tabel
XVIII ). Secara statistik ada perbedaan yang bermakna an
tara konsentrasi propilenglikol dengan jumlah piroksikam
terlarut pada P = 0,05 ( tabel XIX dan XX ).
Dari perhitungan korelasi/regresi antara penambahan
propi1 eng 1iko1 dengan AUC penetrasi piroksikam diperoleh
r hitung = 0,9616 dan r tabel = 0,576 pada n = 12 dan
P = 0,05. Jadi di sini r hitung > r tabel, maka dapat di-
simpulkan bahwa ada korelasi antara konsentrasi penamba
han proilenglikol dengan jumlah piroksikam yang berpene-
trasi ( tabel XXI ).
Jadi perbedaan profil penetrasi perkutan piroksikam
BAB VI
KESIMPULAN
1. Dengan penambahan propilenglikol dalam konsentrasi yang
berbeda-beda ke dalam gel piroksikam dengan basis carbo
pol, terdapat perbedaan profil penetrasi secara in vitro
pada P = 0,05.
2. Profil penetrasi perkutan piroksikam secara in vitro da
ri sediaan dengan formula D lebih baik dari formula B, C
dan A. Formula B dan C lebih baik dari formula A.
3. Ada korelasi antara kosentrasi propilenglikol yang di-
tambahkan dengan jumlah piroksikam yang berpenetrasi,
pada P = 0,05. Makin meningkat kadar propilenglikol, ma
kin meningkat pula penetrasi piroksikam secara in vitro.
BAB VII
SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penga-
ruh penambahan propilenglikol terhadap profil penetrasi
perkutan piroksikam dalam basis gel carbopol secara
in vivo.
2. Perlu diteliti korelasi penambahan propilenglikol ter
hadap profil penetrasi perkutan piroksikam dalam basis
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Leon Shargel, Andrew B.C.YU, 1988, Biofarmasetika dan
Farmakokinetika Terapan, edisi 2, Surabaya, Airlangga
University Press ( Terj ). hal. 86, 119.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985, Formu-
larium Kosmetika Indonesia. Jakarta, hal. 34 - 36.
3. Thoma K. Merk B, 1986, Neuere Arzneiformen in der
Apothekenrezeptur. Deutsher Apotheker Verlag Stutt
gart. p 71, 72, 80.
karta, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Univer
sitas Indonesia, hal. 195.
8. Kageyama T, 1987, Eur. J. Rheum. Inflam. Vol 8, No 1,
p 114.
9. Lyman RA, Sprowl JB, 1979, Text Book Pharmaceutical
Compunding and Dispensing, 2n<* e d . Philadelphia, JB
Lippincott Co, p 247 - 248.
10. Agoes G dan M a r ’u Uu, 1988, Penelitian Difusi Hidro-
kortison Dari Sediaan Krim Tercuci Air Yang Tidak Me-
ngandung Asam Stearat Dengan Penambahan Campuran Eta-
nol Propilenglikol Dalam Konsentrasi Bervariasi Seca
ra In Vitro, Acta Pharm. I n d . Vol XIII, h a l . 64 - 82.
11. Sprowl JB, Jr, 1970, Prescription Pharmacy. second
ed, Philadelpia, J.B. Lippincott Company, p 231-239.
12. Criep LH, 1967, Dermatoloaic A1lerav : Immunology
Diagnosis, Management, W.B., Philadelphia, London,
Saunder Co, p 3 - 10.
troduction to Pharmaceutical Techniques and Dosage
t Ti
17. Hoover JE, 1975.Remington 1s Pharmaceutical Sciences,
15 ed, Easton Pensylvania, Mack Publishing Company,
p 1523 - 1529.
18. Idson B, 1975, Percutaneous Absorption. J. Pharm.Sci
19. Cooper and Gunn's, 1975, Dispensing for Pharmaceutical
Students. 12th ed, p 214 - 217.
20. United State Pharmacopeia. XXII, 1990 United States
Pharmacopoeial Convention, Inc, Rockville, p 1091.
21. Martha W, 1983, The Merk Index. An Encyclopedia of
Clarke's Isolation and Identification of Drugs. 2nd
ed, London, The Pharmaceutical Press, p 135 - 136,
911 .
24. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farma-
kope Indonesia, edisi 3, Jakarta, hal 534.
25. British Pharmacopeia. 1980, London, Her Majesty's Sta
LAMPIRAN I
PERHITUNGAN STATISTIK
I. Perhitungan statistik untuk menganalisa ada tidaknya
perbedaan profil penetrasi perkutan piroksikam secara in
vitro antara formula A,B,C dan D.
A.Menghitung luas area di bawah kurva profil penetrasi
perkutan piroksikam. Luas area di bawah kurva dihitung
dengan cara rumus trapesium (1).
Rumus Trapesium :
tn Cn-1 + Cn
[AUC] = --- ( tn - tn-1 )
tn-1 2
Dimana :
AUC = luas area di bawah kurva
Cn = konsentrasi pada waktu n ( dinyatakan dim
mcg/ml)
Cn-1- konsentrasi sebelum waktu n ( dinyatakan dim
mcg/ml)
tn = waktu n ( dinyatakan dalam jam )
tn-l= waktu sebelum n ( dinyatakan dalam jam )
B. Analisa statistik terhadap luas area di bawah kurva
repl i
1 14,8050 21,3972 22,7758 27,9223
2 13,5251 19,2076 19,7254 28,0691 ;
3 14,2468 17,5703 22,4288 26,6524
Ti 42,5769 58,1751 64,9300 82,6436 . 248,3258
mean 14,1923 19,3917 21,6433 27,5479 82,7752
2 4 (Ti) SSE = 2x - 2
---ni
2 2 2
42,5769 58,1751 64,9300
= 5429,3343 - [ --- + --- + --- +
perkutan piroksikam secara in vitro yang bermakna antar
7 5 P
dari masing-masing formula gel piroksikam
tidak berbeda secara bermakna dengan X3.
- X3 berbeda secara bermakna dengan XI dan X4, namun
tidak berbeda secara bermakna dengan X2.
- X4 berbeda secara bermakna dengan XI, X2 dan X3.
Perbedaan yang dimaksud di sini adalah selisih luas area di
bawah kurva antara masing-masing formula gel piroksikam
lebih besar dari pada 4,8997.
II. Perhitungan statistik untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
pH, viskositas dan efisiensi pelepasan antar formula serta
uji kelarutan piroksikam dalam propilenglikol dihitung se-
Tabel harga r pada derajat kepercayaan 5% dan 1%
Ritschel W.A., 1980, Handbook of Basic Pharmacokinetics, nd
2 Edition, Drug Intellice Publication, Inc, Hamilton
LAMPIRAN V
SERTIFIKAT ANALISA PIROKSIKAM