• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen produksi dapat didefinisikan sebagai proses yang secara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen produksi dapat didefinisikan sebagai proses yang secara"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

A. Pengertian Proses Produksi

Manajemen produksi dapat didefinisikan sebagai proses yang secara kontinyu dan efektif menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumberdaya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yang berhubungan dengan penciptaan atau pembuatan barang atau jasa (Umar,2000: 143). Produksi adalah proses penciptaan barang dan jasa. Manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Menurut Sofjan (2004: 19) manajemen produksi dan operasi merupakan kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasi penggunaan sumber daya yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alat dan sumber daya dana serta bahan secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang atau jasa. Manajemen produksi merupakan pengaturan secara maksimal faktor-faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal, dan skill) agar dapat menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa (Widjajanta, et al, 2007:61).

Proses dapat diartikan sebagai cara, metode maupun tehnik untuk penyelenggaraan atau pelaksanaan dari suatu hal tertentu (Ahyari, 1994: 12). Sedangkan menurut (Evans dan Lindsay, 2007: 17) proses adalah serangkaian aktivitas yang ditujukan untuk mencapai beberapa hasil serta dapat menghasilkan nilai bagi perusahaan, dalam konteks produksi merupakan

(2)

sekumpulan aktivitas dan operasi yang terlibat dalam perubahan input menjadi output. Sedangkan produksi menurut (Ahyari, 2002: 12) adalah suatu metode maupun teknik bagaimana kegiatan penciptaan faedah baru atau penambahan faedah tersebut dilaksanakan. Dan proses produksi merupakan suatu kegiatan dengan melibatkan tenaga kerja manusia, bahan serta peralatan untuk menghasilkan produk yang berguna (Yamit, 2003: 123).

1. Jenis Proses Produksi

Ditinjau dari arus proses produksi dalam hal ini adalah aliran proses produksi dari bahan baku sampai dengan menjadi produksi akhir dalam perusahaan yang bersangkutan, jenis proses produksi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu (Ahyari, 1994: 72). :

a. Proses produksi terus-menerus

Proses produksi terus-menerus ini sering disebut dengan proses produksi kontinyu (continuous process). Pada proses produksi terus- menerus ini terdapat pola atau urutan yang pasti dan tidak berubah-ubah dalam pelaksanaan produksi dari perusahaan yang bersangkutan. Pola atau urutan pelaksanaan produksinya akan selalu sama antara pelaksanaan produksi pada waktu yang lalu (periode yang telah lalu), pada saat sekarang dan pada waktu yang akan datang. Umumnya akan memproduksi produk standar, dimana variasi produk adalah relatif kecil apabila dibandingkan dengan jumlah unit dari produk yang dihasilkan.

(3)

b. Proses produksi terputus-putus

Proses produksi terputus-putus ini sering disebut dengan proses produksi intermetten (intermittent process). Pada proses produksi terputus-putus ini akan terdapat beberapa pola atau urutan pelaksanaan produksi dalam perusahaan yang bersangkutan. Pola atau urutan pelaksanaan produksi yang dipergunakan pada hari ini, akan berbeda dengan pola atau urutan yang dipergunakan pada bulan lalu. Umumnya produk yang diproduksikan cenderung mempunyai variasi yang tinggi, apabila dibandingkan dengan jumlah unit dari produk yang dihasilkan. 2. Pengawasan Proses Produksi

Dengan adanya persediaan bahan mentah maka proses produksinya akan segera merubah bentuknya menjadi barang untuk memenuhi kebutuhan manusia. Agar barang jadi hasil proses produksi itu tepat sesuai dengan kebutuhan langganan, baik dalam jumlah dan waktu tertentu saja memperhatikan kualitas dan harganya, maka harus ada pengawasan untuk berjalannya suatu perencanaan. Semua kegiatan dalam suatu perusahaan pabrik harus diarahkan untuk menjamin adanya kontinuitas dan koordinasi kegiatan atau aktivitas dan untuk menyelesaikan produk sesuai dengan bentuk, kwantitas dan waktu yang diinginkan serta dalam batas-batas biaya yang direncanakan. Untuk itu diperlukan pengawasan proses produksi, jenis pengawasan produksi ada dua yaitu flow control dan order control (Sofjan, 1993: 156).

(4)

a. Flow control

Flow control atau pengawasan arus adalah pengawasan produksi yang dilakukan terhadap arus pekerjaan sehingga dapat menjamin kelancaran proses pengerjaan. Pada pengawasan ini dibutuhkan suatu tingkat hasil yang agak tetap atau konstan. Oleh karena itu flow control ini dijalankan pada produksi yang terus-menerus, dimana bahan-bahan yang digunakan dalam proses mempunyai arus yang relatif tetap dan jenis mesin yang digunakan adalah mesin khusus (special purpose machines) serta hasil produksinya mempunyai bentuk dan jenis yang sama dalam jangka waktu tertentu.

b. Order control

Order control atau pengawasan pengerjaan pesanan adalah pengawasan produksi yang dilakukan terhadap produk yang dikerjakan, sehingga produk yang dikerjakan itu dapat sesuai dengan keinginan si pemesan baik mengenai bentuk, jenis dan kualitasnya. Pada pengawasan ini, tiap-tiap produk pesanan harus dipisahkan dari produk pesanan yang lain, dimana tiap-tiap pesanan mempunyai nomor pesanannya sendiri. Oleh karena itu, order control ini dijalankan pada produksi dengan proses yang terputus-putus, dimana jenis mesin yang digunakan adalah mesin serba guna (general purpose machines) dan barang yang diproduksi mempunyai jenis dan bentuk yang berubah- ubah sesuai dengan pesanan.

(5)

Dari beberapa pengertian proses produksi diatas dapat disimpulkan bahwa proses produksi adalah suatu kegiatan mengolah barang mentah menjadi barang jadi, sehingga dapat menghasilkan produksi barang maupun jasa dalam jumlah, kualitas, harga, waktu serta tempat tertentu sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.

B. Pengertian Proses Packaging & Stuffing

Proses packaging & proses stuffing adalah proses yang sangat penting dalam melakukan kegiatan ekspor. Berikut pengertian proses-proses tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pengertian Proses Packaging

Packing adalah mengemas atau membungkus setiap produk untuk mengurangi resiko kerusakan sebuah produk serta pemberian aksesoris produk sebagai kelengkapan produk (Dokumen PT. Ota Indonesia). Packing merupakan kegiatan pembungkusan barang ekspor dengan menggunakan berbagai macam alat bungkus sesuai keamanan jenis barang yang akan di kirim (Suyono, 2003:162). Syarat pembungkusan harus memenuhi syarat 3K yaitu Keamanan, Keaslian dan Kepuasan. Jenis bungkusan yang diperlukan untuk membungkus barang, yang dapat merupakan kesatuan atau dalam jumlah yang banyak akan tergantung dari: a. Sifat dan jenis dari barang

b. Volume c. Berat

(6)

d. Jumlah barang e. Jenis barang f. Cara mengirim g. Tujuan

Secara umum, jenis bungkusan yang dipergunakan dan muatan didalamnya dapat dipaparkan sebagai berikut (Suyono, 2003:167):

a. Karung

Bahan karung hanya kuat untuk menahan tekanan luar dan tidak melindunginya dari kerusakan yang dapat datang dari luar. Dapat digunakan untuk muatan misalkan: pupuk, beras, jagung, gula, kopra, kopi, dan sebagainya.

b. Bahan fiber dan karton

Kotak pembungkus yang dibuat dari bahan fiber atau karton dapat menahan tekanan dan bantingan serta harganya relatif murah.

c. Peti kayu

Peti kayu merupakan bungkusan yang terbaik untuk barang karena dinding-dindingnya cukup kuat untuk menahan isi maupun tekanan dari luar. Peti kayu sesuai untuk pengangkutan barang secara konvensional, serta dapat menahan panas atau kelembaban.

2. Pengertian Proses Stuffing

Stuffing merupakan penentuan dan pengaturan muatan pekerjaan (work load) pada masing-masing pusat pekerjaan (work center) sehingga dapat ditentukan berapa lama waktu yang diperlukan pada setiap operasi

(7)

tanpa adanya penundaan atau kelambatan waktu (time delay) (Sofjan, 1993 : 152). Proses stuffing adalah aktivitas menempatkan dan menata barang kedalam container serta mengatur penataan barang untuk menghindari resiko kerusakan barang (Dokumen PT Ota Indonesia). Stuffing merupakan proses pemindahan produk yang sudah di packing kedalam container dengan diberi kode-kode yang ditentukan dan dihitung untuk pembuatan packing list (Suyono, 2003:198). Langkah – langkah yang harus dilakukan pada saat persiapan pemuatan barang atau stuffing (Sudijono dan Sarjiyanto, 2007:8):

a. Memeriksa container

Light test, bersih, bebas bau, kering dan bebas hama. Pintu dapat ditutup dengan baik dan atap tidak berkarat.

b. Stuffing yang baik (Sudijono dan Sarjiyanto, 2007:9): 1) Memaksimumkan kapasitas container

2) Berat terbagi rata

3) Peraturan umum pemuatan barang dalam karton 4) Yang ringan diatas yang berat dibawah

5) Ruang kosong harus di dunnage (diganjal) 6) Kemasan mudah pecah jangan tertekan didinding 7) Susunan jangan runtuh menimpa pintu container 8) Peraturan special cargo harus diperhatikan 9) Muatan berbahaya harus diperhatikan c. Mengurangi Kondensasi:

(8)

1) Harus ditata ditempat yang lebih lapang 2) Container harus kering

3) Pergunakan silica gel 4) Dunnage harus kering

5) Besi telanjang harus dicat atau dibungkus pipa PVC

Ada beberapa cara untuk melakukan stuffing container antara lain (Suyono, 2003:198):

a. Untuk peti karton

Bila berat peti atau karton tidak sama maka peti atau karton yang lebih berat diletakkan dan disusun di bawah. Bila susunan peti atau kartonnya seragam, maka tumpukan pertama disusun dari kanan ke kiri dan tumpukan kedua dari kiri ke kanan.

b. Untuk muatan karung yang tidak dipalet

Susunlah karung pada tumpukan pertama dengan baris melintang petikemas dan paling ujung membujur petikemas. Selanjutnya, pada tumpukan kedua, dua baris melintang dimulai dari atas yang membujur dan yang paling ujung disusun membujur.

c. Untuk muatan drum atau barrels

Drum atau barrel harus selalu disusun berdiri. Selang satu baris pergunakan dunnage, mulai dari kiri ke kanan atau dari depan ke belakang. Pergunakan dunnage di atas tumpukan atau susunan pertama untuk mulai tumpukan atau susunan kedua. Untuk mengurangi broken

(9)

space, gunakan alas papan pada baris urutan ganjil agar benjolan pada drum tidak saling bersentuhan.

d. Untuk muatan yang dipalet

Muatan di atas palet harus diikat kuat dengan menggunakan ban, ikatan pita baja atau plastik, dan diikat pada palet. Bila petikemas hanya diisi dengan satu atau dua palet saja maka letakkan susunan palet di tengah-tengah petikemas dan diperkuat letaknya dengan ganjal (chocking) agar muatan palet tidak bergoyang.

e. Untuk long length cargo

Lebih baik menggunakan petikemas jenis flat-rack atau open-top untuk memudahkan pemuatan dan pembongkarannya. Pasang chocking di ujung-ujung petikemas. Agar mudah mengeluarkan muatan, gunakan dunnage agar sling dapat mudah dimasukkan atau di-presling dahulu.

C. Petikemas

1. Pengertian Petikemas

Petikemas adalah suatu peti empat persegi panjang, tahan cuaca, digunakan untuk mengangkut dan menyimpan sejumlah muatan kemasan dan barang-barang curah yang melindungi isinya dari kehilangan dan kerusakan, dapat dipisahkan dari alat transportasi, diperlakukan sebagai satuan muat dan jika pindah kapal tanpa harus dibongkar isinya (Sudijono & Sarjiyanto, 2007: 7)

(10)

Petikemas (container) adalah suatu kemasan yang dirancang secara khusus dengan ukuran tertentu, dapat dipakai berulang kali, dipergunakan untuk menyimpan dan sekaligus mengangkut muatan yang ada didalamnya (Suyono R.P, 2003:179).

2. Ukuran Petikemas

Sesuai dengan International Standard Organitation (ISO) telah menetapkan ukuran-ukuran dari petikemas sebagai berikut:

a. Container 20’ Dry Freight (20 feet)

Ukuran luar : 20’ (p) x 8’ (l) x 8’6” (l) atau : 6.058 x 2.438 x 2.591 m Ukuran dalam : 5.919 x 2.340 x 2.380 m Kapasitas : Cubic Capacity : 33 Cbm

Pay Load : 22,1 ton b. Container 40’ Dry Freight (40 feet)

Ukuran luar : 40’ (p) x 8’ (l) x 8’6” (l) atau : 12.192 x 2.438 x 2.591 m Ukuran dalam : 12.045 x 2.309 x 2.379 m Kapasitas : Cubic Capacity : 67,3 Cbm

Pay load : 27,396 ton c. Container 40’ High Cube Dry

Ukuran luar : 40’ (p) x 8’ (l) x 9’6” (l) atau : 12.192 x 2.438 x 2.926 m Ukuran dalam : 12.056 x 2.347 x 2.684 m

(11)

Kapasitas : Cubic Capacity : 76 Cbm Pay load : 29,6 ton

Ukuran muatan dalam pembongkaran atau pemuatan kapal petikemas dinyatakan dalam TEU (Twenty Footer Equivalent Unit) dan FEU (Forty Footer Equivalent Unit). Oleh karena itu, ukuran standar dari petikemas dimulai dari panjang 20 feet, untuk satu petikemas 20 feet dinyatakan sebagai 1 TEU (Twenty Footer Equivalent Unit) dan untuk petikemas 40 feet dinyatakan dengan 2 TEU (Twenty Footer Equivalent Unit) atau 1 FEU (Forty Footer Equivalent Unit).

Sesuai International Standard Organitation (ISO) memberikan ketentuan mengenai petikemas (Freight Container) sebagai berikut:

a. Berbentuk tetap, cukup kuat untuk dipakai berkali-kali

b. Dibuat khusus untuk mengangkut barang melalui berbagai cara moda transportasi, dengan baik mengisi diantaranya

c. Dibuat sedemikian rupa, sehingga mudah diisi dan dikosongkan

d. Dilengkapi dengan perlengkapan operasional untuk segera dipakai terutama untuk memindahkan dari moda transportasi yang satu ke moda transportasi yang lain

Mempunyai isi bagian dalam 1m3 (35,8 cu.ft) atau lebih. e.

D. Pengertian Ekspor

Berdasarkan surat keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 146 / MPP / 1999 tentang keputusan umum dibidang ekspor, telah

(12)

dijelaskan mengenai ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari wilayah pabean Indonesia sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU Kepabeanan No. 10 th. 1995). Ekspor adalah mengeluarkan barang- barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing (Amir M.S, 2004:100). Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam ke luar wilayah pabean suatu negara degan memenuhi ketentuan yang berlaku (Ashar & Amirullah, 2002: 1). Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah pabean suatu negara dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Ashar & Amirullah, 2002:1).

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ekspor adalah suatu perdagangan baik barang maupun jasa yang dikeluarkan dari wilayah kepabeanan Indonesia sesuai peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang ditetapkan pemerintah wilayah Indonesia, dengan pembayaran menggunakan valuta asing serta berkomunikasi dengan pembeli (buyer) dengan bahasa asing.

E. Pengertian Analisis Biaya Manfaat (Cost Benefit Analysis)

Cost Benefit Analysis atau analisis pengurbanan manfaat adalah suatu analisis yang membandingkan seluruh ongkos-ongkos yang ditimbulkan oleh usulan proyek yang bersangkutan dengan seluruh manfaat atau benefit yang akan diperoleh dan ditimbulkan (Soetrisno, 1985:8). Analisis biaya manfaat

(13)

(Cost Benefit Analysis) adalah pendekatan untuk rekomendasi kebijakan yang memungkinkan analis membandingkan dan menganjurkan suatu kebijakan dengan cara menghitung total biaya dalam bentuk uang dan total keuntungan dalam bentuk uang (Dunn, 2003:447). Cost Benefit Analysis dilengkapi dengan pendekatan diskonto untuk menghitung pemasukan dan pengeluaran dimasa yang akan datang berdasarkan nilai sekarang dan tingkat diskonto tertentu, yang disebabkan oleh biaya dan manfaat yang cenderung terakumulasi dalam realitas deskriptif, tingkat preferensi waktu dan taksiran biaya modal sangat bervariasi akibat ketidak sempurnaan pasar-pasar modal (Pearce, 2008:121-122).

Implementasi Cost Benefit Analysis mempunyai ciri-ciri untuk mengukur semua biaya dan manfaat untuk masyarakat yang dihasilkan. Analisis biaya manfaat secara tradisional mempresentasikan rasionalitas ekonomi karena kriteria sebagian besar ditentukan dengan penggunaan efisiensi ekonomi secara global. Analisis biaya manfaat tradisional menggunakan pasar (swasta) sebagai titik tolak. Analisis biaya manfaat kontemporer, atau disebut juga analisis biaya manfaat sosial dapat digunakan untuk mengukur redistribusi manfaat (Dunn, 2003: 448). Cost Benefit Analysis mempunyai beberapa keunggulan antara lain:

1. Penggunaan sumber-sumber ekonomi secara efisien. Jika efisiensi terjamin, pencapaian kesejahteraan masyarakat dari kebijakan publik yang diimplementasikan lebih maksimal (Mangkoesoebroto, 2001: 165-166).

(14)

2. Analisis biaya manfaat dalam penghitungan biaya maupun manfaat diukur dengan mata uang sebagai unit nilai, sehingga memudahkan efisiensi (Dunn, 2003: 448).

3. Sangat kompatibel dengan penghitungan biaya manfaat kebijakan atau proyek dalam skala besar atau makro khususnya yang mempengaruhi kinerja pembangunan daerah secara keseluruhan (Sjafrizal, 2008: 170). Sedangkan kelemahan Cost Benefit Analysis adalah:

1. Analisis ini membutuhkan waktu dan prosesnya yang sangat lama dan hanya bisa diimplementasikan pada proyek atau kebijakan yang bersifat makro (Sjafrizal, 2008 : 170).

2. Pemilihan kebijakan atau proyek yang kurang menguntungkan bagi masyarakat. Hal tersebut disebabkan oleh proses penghitungan manfaat secara kuantitatif, sedangkan beberapa proyek atau kebijakan tidak dapat diukur manfaatnya secara kuantitatif (Mangkoesoebroto, 2001: 166). 3. Analisis ini tidak memiliki fleksibilitas tinggi, karena semua penghitungan

dilakukan secara kuantitatif. Hal ini menimbulkan interpretasi jika analisis ini dilaksanakan terlalu jauh, pemerintah tidak lagi dilaksanakan oleh wakil-wakil rakyat yang membawa aspirasi rakyat, melainkan seakan-akan dilaksanakan oleh robot komputer (Mangkoesoebroto, 2001: 167).

Langkah untuk menganalisis efisiensi suatu proyek melalui analisis biaya manfaat yaitu dengan cara menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek yang akan dilaksanakan. Tahap selanjutnya untuk menghitung

(15)

manfaat dan biaya dalam nilai uang, dan diteruskan dengan menghitung masing-masing manfaat dan biaya dalam nilai uang sekarang.

Pada dasarnya untuk menganalisis efisiensi suatu proyek langkah- langkah yang harus diambil adalah:

a. Menentukan semua manfaat dan biaya dari proyek yang akan dilaksanakan

b. Menghitung manfaat dan biaya dalam nilai uang

c. Menghitung masing-masing manfaat dan biaya dalam nilai uang sekarang.

Dari uraian diatas dapat ditarik garis besar bahwa analisis biaya manfaat adalah suatu alat analisis dengan prosedur yang sistematis untuk membandingkan serangkaian biaya dan manfaat yang relevan dengan sebuah aktivitas atau proyek, yang bertujuan untuk membandingkan nilai yang lebih besar. Selanjutnya dari hasil pembandingan, dapat diambil keputusan untuk dipertimbangkan suatu rencana akan dilanjutkan atau tidak dari sebuah aktivitas, produk atau proyek yang telah berjalan, adalah untuk menentukan keberlanjutan.

Menurut Lawrence dan Mears (2004) dalam Medinayesha (2013), tahapan dasar dalam melakukan analisis biaya manfaat meliputi:

1. Penetapan tujuan analisis dengan tepat

Sebelum pengumpulan data dilakukan, terlebih dahulu menentukan tujuan analisis, seperti pengevaluasian apakah hanya satu proyek atau beberapa.

(16)

2. Penetapan perspektif yang dipergunakan (identifikasi pemangku kepentingan yang terlibat)

Penetapan perspektif dalam memperhitungkan biaya dan manfaat perlu dilakukan dari awal untuk mempertimbangkan sensitivitas hasilnya. 3. Mengidentifikasi biaya dan manfaat

Tahapan yang paling penting adalah mengidentifikasi semua manfaat dan biaya. Secara umum dalam memperhitungkan manfaat terdapat dua komponen yaitu (i) manfaat langsung dan (ii) manfaat tidak langsung. 4. Menghitung, mengestimasi, menskalakan dan mengkuantifikasi biaya dan

manfaat

Setelah komponen biaya dan manfaat diidentifikasi pada tahap sebelumnya mengkuantifikasikan dalam satuan moneter (jika memungkinkan) atau menskalakan beberapa item yang tidak memiliki satuan kuantitatif dan selanjutnya dihitung untuk seluruh nilai yang satuannya sama menjadi total biaya dan manfaat.

5. Memperhitungkan jangka waktu (discount factor)

Discount factor adalah nilai pengurang dalam masa sekarang dari manfaat dan biaya yang akan terjadi pada periode masa yang akan datang. Penggunaan discount factor sangat penting jika benefit dan biaya yang muncul lebih dari satu periode dan untuk memperhitungkan ketidakpastian. 6. Menguraikan keterbatasan dan asumsi

Karena pada tahap kedua perspektif menjadi penentu lingkup manfaat dan biaya yang diperhitungkan, maka keterbatasan atas tidak

(17)

dimasukkannya hal-hal yang jauh kaitannya adalah bagian dari keterbatasan dan asumsi yang harus dijelaskan.

a. Biaya (Cost)

Menurut Kadariah (1999) dalam Medinayesha (2013), biaya dalam proyek digolongkan menjadi empat macam, yaitu Biaya Persiapan, Biaya Investasi, Biaya Operasional, dan Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan.

1) Biaya Persiapan

Biaya persiapan adalah biaya yang dikeluarkan sebelum proyek yang bersangkutan benar-benar dilaksanakan.

2) Biaya Investasi atau Modal

Biaya investasi biasanya didapat dari pinjaman suatu badan atau lembaga keuangan baik dari dalam negeri atau luar negeri. 3) Biaya Operasional

Biaya operasional masih dapat dibagi lagi menjadi biaya gaji untuk karyawan, biaya listrik, air dan telekomunikasi, biaya habis pakai, biaya kebersihan, dan sebagainya.

4) Biaya Pembaharuan atau Penggantian

Pada awal umur proyek biaya ini belum muncul tetapi setelah memasuki usia tertentu, biasanya pada bangunan mulai terjadi kerusakan-kerusakan yang memerlukan perbaikan.

(18)

b. Manfaat (Benefit)

Manfaat yang akan terjadi pada suatu proyek dapat dibagi menjadi tiga yaitu manfaat langsung, manfaat tidak langsung dan manfaat terkait (Kadariah, 1999) dalam Medinayesha (2013).

1) Manfaat Langsung

Manfaat langsung dapat berupa peningkatan output secara kualitatif dan kuantitatif akibat penggunaan alat-alat produksi yang lebih canggih, keterampilan yang lebih baik dan sebagainya.

2) Manfaat Tidak Langsung

Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang muncul di luar proyek, namun sebagai dampak adanya proyek. Manfaat ini dapat berupa meningkatnya pendapatan masyarakat disekitar lokasi proyek (sulit diukur).

3) Manfaat Terkait

Manfaat terkait yaitu keuntungan-keuntungan yang sulit dinyatakan dengan sejumlah uang, namun benar-benar dapat dirasakan, seperti keamanan dan kenyamanan. Dalam penelitian ini untuk penghitungan hanya didapat dari manfaat langsung dan sifatnya terbatas, karena tingkat kesulitan menilainya secara ekonomi.

Jadi, untuk menghitung Benefit – Cost Analysis adalah:

(19)

Dengan asumsi:

Total Uang dari container : Tiap 1 container yang dikeluarkan mendapatkan berapa banyak uang

Total Cost : Biaya – biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan laba (gaji, listrik, pajak, perawatan, dsb)

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu yaitu terletak pada variabel. Tahun dan sampel pada penelitian ini juga berbeda dari peneliti sebelumnya. Dalam

Fluktuasi.frekuensi terhadap variasi daya keluaran antara 0.03 -6, 75 kWadalah 24,04 -23, 76 kHlz .Pada variasi daya keluaran tersebut didapatkan tegangan dan arus anoda

dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang tidak berpihak atau tidak mengarah pada pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah, namun hanya melakukan kegiatan-

Sentuhan berulangan atau berpanjangan dengan semburan atau kabus boleh menyebabkan perengsaan mata yang kronik dan perengsaan kulit yang teruk.. Pendedahan berulangan atau

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan para ahli saintis,

Kebanyakan mikrobia yang terdapat pada tanah dan air juga ditemukan pada tanaman, karena bahan tersebut merupakan sumber utama mikrobia pada tanaman. Genus bakteri yang

c) Pembantu makmal yang bertugas perlu mewujudkan satu fail untuk merekod peralatan, perisian, jadual amali, rekod selengaraan dan manual pemasangan perisian. d)