1. Rasa Percaya Diri
Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas
kemampuan mereka sendiri serta memiliki penghargaan realistis, bahkan ketika harapan tidak terwujud mereka akan tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Menurut Siska dkk (2003) kepercayaan diri
merupakan keyakinan yang dimilki oleh seseorang bahwa dirinya mampu untuk berperilaku seperti yang dibutuhkan guna memperoleh
hasil yang diharapkan.
Marjanti (2015) berpendapat bahwa percaya diri adalah keyakinan
pada kemampuan diri sendiri mampu melaksanakan apa yang diinginkan, direncanakan dan diharapkan. Sedangkan Herdiana (2014) berpendapat bahwa kepercayaan diri akan memperkuat motivasi mencapai
keberhasilan, karena dengan tingginya kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri, maka akan semakin kuat semangat untuk menyelesaikan
sesuatu.
Rasa percaya diri akan timbul dari keinginan untuk mewujudkan diri bertindak dan berhasil (Mudjiono, 2006). Rasa percaya diri akan tumbuh
yang berpengaruh terhadap fisik dan mental dalam proses pembelajaran.
Rasa percaya diri pada umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat didalam suatu aktivitas tertentu dimana pikirannya terarah untuk mencapai suatu hasil yang di inginkan.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa percaya diri adalah keyakinan pada kemampuan diri sendiri yang dapat
memperkuat motivasi untuk meraih keberhasilan yang diinginkan. Orang yang memiliki rasa percaya diri akan memandang dirinya positif dan dapat membangun kemampuannya dalam meningkatkan percaya diri
untuk meraih kebahagiaan dan kesuksesan. Sedangkan, orang yang tidak mempunyai kepercayaan diri penuh hanya akan mencapai kurang dari
apa yang seharusnya dapat diselesaikannya.
Dengan demikian, walaupun ada orang yang mempunyai
pemahaman lengkap dan kemampuan penuh di bidangnya, kalau ia kurang mempunyai kepercayaan diri, ia akan jarang berhasil dalam tugasnya karena kemampuannya untuk mengarahkan motivasi dan semua
sumber daya yang dipunyainya menjadi tidak maksimal. Begitu juga dalam proses pembelajaran siswa membutuhkan rasa percaya diri, agar
siswa lebih berani dalam menyampaikan pendapat, bertanya dan yakin atas kemampuan yang dimilikinya.
Pada teori Luster (Wahyuni, 2014) percaya diri memiliki ciri-ciri
1. Percaya akan kemampuan sendiri yaitu keyakinan atas diri sendiri
terhadap fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk mengatasi dan mengevaluasi fenomena tersebut
2. Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan yaitu dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri yang dilakukan secara
mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang lain dan mampu untuk meyakini tindakan yang diambil.
3. Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri yaitu adanya penilaian
yang baik terhadap diri sendiri, baik dari pandangan maupun tindakan yang dilakukan guna menimbulkan rasa positif terhadap
diri dan masa depannya.
4. Berani mengungkapkan pendapat. Adanya suatu sikap untuk mampu
mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau rasa yang dapat menghambat pengungkapan tersebut.
Selain itu, Syaifullah (Putri, 2016) juga mengungkapkan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki sikap percaya diri diantaranya adalah sebagai
berikut.
a. Tidak mudah mengalami putus asa. Pribadi yang percaya diri akan
c. Mengutamakan usahanya sendiri tidak tergantung dengan orang lain.
d. Berani menyampaikan pendapat. Seseorang yang memiliki sikap percaya diri akan berani untuk menyampaikan pendapat yang dimilikinya di depan orang banyak.
e. Tanggung jawab dengan tugas-tugasnya. Pribadi yang percaya diri akan selalu memiliki tanggung jawab pada dirinya sendiri dengan
selalu mengerjakan apa yang menjadi tugasnya serta akan di kerjakan dengan tekun dan rajin.
f. Memiliki cita-cita untuk meraih prestasi. Sifat percaya diri hanya di
miliki oleh orang yang bersemangat berjuang dan memiliki kemauan keras, berusaha dan merealisasikan mimpi-mimpinya untuk menjadi
kenyataan.
g. Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki sikap percaya diri yaitu : (1) tidak mudah putus asa, (2) percaya akan kemampuan sendiri, (3) berani
mengemukakan pendapat, (4) tidak bergantung pada orang lain, (5) mudah dalam berkomunikasi dan membantu orang lain.
Berkebalikan dengan orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, orang yang memiliki kepercayaan diri rendah akan memandang dirinya rendah dan bersikap pesimis. Menurut Hakim (Dewi, 2012)
1. Mudah cemas dalam menghadapi persoalan dengan tingkat
kesulitan tertentu.
2. Gugup dan terkadang bicara gugup.
3. Tidak tahu bagaimana cara mengembangkan diri untuk memiliki
kelebihan tertentu.
4. Sering menyendiri dari kelompok yang dianggap lebih dari dirinya.
5. Mudah putus asa.
6. Cenderung bergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah. 7. Sering bereaksi negatif dalam menghadapi masalah. Misalnya
dengan menghindari tanggung jawab atau mengisolasi diri yang menyebabkan rasa tidak percaya dirinya semakin buruk.
Sukarman (2014) juga menyebutkan beberapa ciri orang yang kurang percaya diri antara lain:
1. Menyimpan rasa takut/kekhawatiran terhadap penolakan
2. sulit menerima realitas diri (terlebih menerima kekurangan diri) dan memandang rendah kemapuan diri sendiri
3. Pesimistis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negative
4. Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani
memasangtarget untuk berhasil
5. Selalu menempatkan/memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai dirinya tidak mampu
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
orang yang kepercayaan dirinya rendah memiliki ciri antara lain: 1. Mudah putus asa
2. Mudah cemas dalam menghadapi masalah
3. Tidak berani mengemukakan pendapatnya 4. Selalu mengganggap dirinya rendah
5. Sulit berkomunikasi dengan orang lain
6. Cenderung bergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, penulis merumuskan
indikator kepercayaan diri antara lain: 1) Tidak mudah putus asa
2) Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain 3) Percaya akan kemampuan sendiri
4) Berani mengemukakan pendapat 5) Tidak bergantung pada orang lain
6) Dapat bertanggung jawab atas tugas yang diberikan
2. Kemampuan Komunikasi Matematis
Menurut Majid (2013) Komunikasi merupakan suatu proses yang
melibatkan dua orang atau lebih, dan didalamnya terjadi pertukaran informasi dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Daryanto (2010) komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran
tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud
oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi.
Komunikasi terdiri dari beberapa arah yaitu komunikasi satu arah, komunikasi dua arah, dan komunikasi banyak arah (Majid, 2013). Pada
komunikasi satu arah guru lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sedangkan siswa pasif. Sedangkan komunikasi dua arah yaitu komunikasi
antara guru dan siswa berperan sama terjadi timbal balik antara guru dan siswa. Komunikasi banyak arah yaitu komunikasi yang melibatkan partisipasi aktif antara siswa dengan siswa serta siswa dengan guru.
Tentu saja komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi banyak arah, sehingga pembelajaran menjadi lebih hidup dan menyenangkan serta
materi yang diberikan dapat dipahami oleh siswa.
Dimyati dan Mujiono (2009) mengatakan bahwa
mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual atau suara visual. Hal tersebut mennjukkan bahwa semua
orang mempunyai kebutuhan untuk mengemukakan ide, perasaan, dan kebutuhan orang lain pada diri kita. Komunikasi merupakan bagian
penting dalam matematika karena melalui komunikasi ide dapat tercerminkan, didiskusikan, dikembangkan serta dapat memperjelas pemahaman. Menurut Dewi (2014), dalam pembelajaran, ada interaksi
mencapai tujuan belajar secara optimal karena kualitas belajar juga
meningkat secara signifikan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi yang melibatkan dua orang atau
lebih melalui cara tertentu sehingga penerima informasi dapat memahami informasi yang disampaikan. Dalam pembelajaran matematika
komunikasi merupakan hal yang sangat penting karena dapat memperjelas pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan dan juga salah satu cara untuk menyampaikan ide-ide yang dimiliki siswa.
Komunikasi matematika terbagi menjadi dua jenis yaitu komunikasi matematika lisan dan komunikasi matematika tertulis. Komunikasi
matematika lisan yaitu kemampuan individu untuk menyampaikan ide – ide atau gagasan matematis dalam bentuk verbal. Sedangkan komunikasi
matematika tertulis yaitu kemampuan dan keterampilan individu untuk menyampaikan ide – ide atau gagasan matematis dalam bentuk tulisan dapat berupa simbol, notasi, grafik dan lain sebagainya. Pada penelitian
ini, peneliti lebih memfokuskan pada peningkatan kemampuan komunikasi tertulis.
Indikator kemampuan komunikasi matematis siswa menurut NCTM
(2000), yaitu sebagai berikut:
a) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan,
tulisan dan mendemonstrasikan serta menggambarkannya dalam
b) Kemampuan memahami, menginterpretasikan dan mengevaluasi
ide-ide matematis baik secara lisan, tulisan maupun dalam bentuk visual
lainnya.
c) Kemampuan menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika
dan struktur matematik untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan
hubungan-hubungan dengan model-model situasi.
Sumarmo (Susanto,2013) berpendapat bahwa indikator kemampuan komunikasi matematis meliputi:
1) Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide
matematika
2) Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis secara lisan dan tulisan
dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar
3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematika
4) Mendengarkan, berdiskusi dan menulis tentang matematika 5) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika
6) Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi
7) Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
indikator kemampuan komunikasi matematis meliputi (1) kemampuan
tulisan serta mendemonstrasikan dan menggambarkannya dalam bentuk
visual, (2) Kemampuan memahami dan mengevaluasi ide-ide matematis
baik secara lisan, tulisan maupun dalam bentuk visual lainnya, (3)
Mampu menghubungkan benda nyata, gambar, atau diagram ke dalam
model matematika.
Berdasarkan uraian di atas, indikator komunikasi matematis tertulis
yang akan digunakan untuk penelitian yaitu sebagai berikut:
1) Menghubungkan benda nyata atau gambar ke dalam model matematika.
Siswa dapat memahami dan menghubungkan benda nyata atau
gambar ke dalam model matematika.
Contoh soal.
2) Menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa, simbol, atau
model matematika;
Siswa dapat memahami maksud dari masalah matematika yang
diberikan. Siswa memisalkan terlebih dahulu masalah matematika
yang diberikan, kemudian mengubahnya ke model matematika.
Contoh soal.
Harga 3 pasang sepatu dan 4 pasang sandal adalah Rp390.000,
sedangkan harga 2 pasang sepatu dan 3 pasang sandal adalah
Rp270.000. Buatlah model matematika dari pernyataan tersebut.
3) Menyatakan ide-ide matematis secara tertulis;
Siswa mampu memahami dan menuliskan proses atau
langkah-langkah penyelesaian dari masalah yang diberikan.
Contoh soal.
Tentukan penyelesaian dari persamaan 𝑥 + 2𝑦 = 8 dengan 𝑥 dan 𝑦
bilangan bulat.
3. Model Pembelajaran Think Talk Write
Menurut Huda (2013) Think Talk Write (TTW) adalah strategi yang
memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut
dengan lancar. Menurut Hartanto (2015) Think Talk Write adalah sebuah
pembelajaran yang dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan
(menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi), hasil bacaannya
dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian membuat
2015) model pembelajaran Think Talk Write merupakan model
pembelajaran dimana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai
kegiatan pembelajaran yaitu melalui berpikir, bertukar pendapat, dan
menuliskan hasil diskusi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Think Talk
Write adalah model pembelajaran yang dimulai dengan berpikir melalui
bahan bacaan, kemudian bertukar pendapat atau berdiskusi, dan setelah itu
menuliskan hasil diskusinya. Menurut Huda (2013) tahapan-tahapan model
pembelajaran TTW adalah sebagai berikut:
1) Berpikir (think)
Siswa membaca teks berupa soal, pada tahap ini siswa secara individu
memikirkan kemungkinan jawaban, membuat catatan kecil tentang
ide-ide yang terdapat pada bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahami
dengan menggunakan bahasanya sendiri.
2) Berbicara (talk)
Siswa diberi kesempatan untuk membicarakan hasilpenyelidikan pada
tahap pertama. Pada tahap ini siswa merefleksikan, menyusun, serta
menguji ide-ide dalam kegiatan kelompok. Kemajuan komunikasi
siswa akan terlihat pada dialognya dalam berdiskusi, baik dalam
bertukar ide ataupun refleksi mereka sendiri yang diungkapkannya
3) Menulis (Write)
Pada tahap ini, siswa akan menuliskan ide-ide yang diperolehnya dan
kegiatan tahap pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas landasan
konsep yang digunakan, keterkaitan dengan materi sebelumnya,
strategi penyelesian, dan solusi yang diperoleh.
Berdasarkan penjelasan di atas, langkah-langkah yang akan peneliti
gunakan saat pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Guru membagikan LKS yang memuat soal yang harus dikerjakan oleh
siswa serta petunjuk pelaksanaan.
2) Siswa membaca teks dan membuat catatan kecil berupa hal-hal yang
diketahui dan tidak diketahui (think).
3) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu kelompok
untuk membahas isi catatan kecil (talk).
4) Siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan yang memuat pemahaman
ke dalam sebuah tulisan (write).
4. Materi Pembelajaran
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) merupakan salah satu
pokok bahasan yang diajarkan kepada siswa SMP kelas VIII. Adapun
cakupan materi dari pokok bahasan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Standar Kompetensi : 2. Memahami system persamaan linear dua
variable dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.
2. Kompetensi Dasar :
2.2 Membuat matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel
3. Materi Pembelajaran : Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
4. Indikator Pencapaian Kompetensi:
2.1.1 Menyebutkan perbedaan PLDV dan SPLDV
2.1.2 Menjelaskan SPLDV dalam berbagai bentuk dan variabel
2.1.3 Menentukan akar SPLDV dengan subtitusi dan eliminasi
2.2.1 Membuat matematika dari masalah sehari-hari yang berkaitan dengan
SPLDV
B. Penelitian yang Relevan
Dari hasil penelitian Sumirat (2014) menunjukkan bahwa penerapan
strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih efektif dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa jika dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional tipe ekspositori. Hal ini didukung oleh
hasil post-tes kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh
tingkat efektifitas ES = 1, 031 yang berarti bahwa efektivitas strategi TTW
dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa tergolong
tinggi dan berdasarkan data hasil angket disposisi matematis siswa dengan
tingkat efektifitas diperoleh ES = 0,681 yang menunjukkan bahwa strategi
TTW efektif meningkatkan disposisi matematis siswa dibandingkan dengan
Selain itu, hasil penelitian dari Taufiq (2016) menunjukkan bahwa
kemampuan komunikasi siswa yang memperoleh pembelajaran kontekstual
dan strategi think talk write secara statistik lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional. Penelitian dari Bekti Setiti (2011)
bertujuan untuk mengetahui peningkatan kepercayaan diri siswa melalui
pendekatan Cooperative Learning tipe Number Head Together (NHT) dalam
pembelajaran matematika. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
adanya peningkatan kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran matematika
serta hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari presentase
peningkatan kepercayaan diri siswa sebesar 67,8%.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang relevan tersebut adalah
peneliti sama-sama menggunakan think talk write sebagai model
pembelajaran di kelas untuk meningkatkan kemampuan komunikasi.
Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang relevan tersebut
adalah peneliti menggunakan variabel terikatnya adalah rasa percaya diri dan
kemampuan komunikasi dengan materi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel (SPLDV).
C. Kerangka pikir
Berdasarkan uraian latar belakang dapat disimpulkan bahwa kemampuan
komunikasi matematis dan rasa percaya diri siswa sangat kurang hal ini
terlihat dari hasil tes observasi awal kemampuan komunikasi matematis dan
angket yang masih rendah. Oleh karena itu, sangat diperlukan model
komunikasi matematis siswa. Salah satu solusi yang dapat digunakan yaitu
dengan menerapkan model pembelajaran Think Talk Write (TTW).
Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) merupakan salah satu tipe
model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok
kecil heterogen yang beranggotakan 3-5 orang. Sebelum pembentukan
kelompok, masing-masing siswa dituntut untuk membuat catatan kecil yang
berisi tentang kemungkinan-kemungkinan jawaban, kemudian mendiskusikan
catatannya dengan kelompoknya masing-masing, langkah selanjutnya siswa
harus membuat laporan/ menulis penyelesaian dari permasalahan yang telah
didiskusikan dengann kelompoknya.
Langkah-langkah model pembelajaran TTW terdiri atas 3 tahap, meliputi
think, talk, dan write. Langkah tersebut dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi siswa karena mengandung unsur think (berpikir), talk (berbicara),
dan write (menulis).
Pada langkah think secara mandiri siswa dituntut untuk mencari
kemungkinan-kemungkinan solusi/penyelesaian dari suatu masalah yang
disajikan, sebelumnya siswa sudah membaca permasalahan terlebih dahulu.
Dalam langkah ini dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa yaitu
mengekspresikan ide-ide matematis melalui tulisan dan menggambarkannya
secara visual serta indikator percaya diri yaitu percaya akan kemampuannya
sendiri dan tidak bergantung pada orang lain.
Langkah selanjutnya yaitu talk, pada tahap ini siswa diarahkan untuk
untuk saling berbagi ide, bekerja sama serta saling bertukar pikiran untuk
mencari kesepakatan jawaban yang dianggap paling benar dengan teman satu
kelompok. Pada langkah talk dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
yaitu membuat model matematika melalui grafik, tabel, dan aljabar serta
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat
menyampaikan apa yang belum diketahui maupun yang diketahui terkait
dengan permasalahan yang diberikan, selain itu siswa juga akan saling dan
indikator percaya diri yaitu mudah berkomunikasi dan membantu orang lain serta berani mengemukakan pendapat.
Langkah terakhir adalah write, pada langkah ini siswa diminta untuk
menuliskan ide-ide yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya dan
menuliskannya dengan bahasa sendiri serta dilakukan secara individu.
Dengan adanya kegiatan menulis, dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa yaitu mengekspresikan ide-ide matematis
melalui tulisan dan indikator percaya diri yaitu bertanggung jawab atas tugas
Gambar 2.1: Kerangka Berpikir Rasa Percaya Diri Dan Kemampuan Komunikasi Matematis Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Think
Talk Write.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, maka diajukan
hipotesis penelitian sebagai berikut :
Indikator Kemampuan Matematis 1) Menghubungkan benda nyata atau
gambar ke dalam model
1. Tidak mudah putus asa 2. Mudah berkomunikasi dan
membantu orang lain
3. Percaya akan kemampuan sendiri 4. Berani mengemukakan pendapat 5. Tidak bergantung pada orang lain 6. Dapat bertanggung jawab atas
tugas yang diberikan
Rendahnya rasa percaya diri dan kemampuan komunikasi matematis
Menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW). Think Talk Write adalah model pembelajaran yang dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan, kemudian bertukar pendapat atau berdiskusi, dan setelah itu menuliskan hasil diskusinya
1. Pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan rasa
percaya siswa kelas VIII B MTs Muhammadiyah Patikraja
2. Pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII B MTs