• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Rasa Percaya Diri - UPAYA MENINGKATAN RASA PERCAYA DIRI DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) KELAS VIII B MTs MUHAMMADIYAH PATIKRAJA - repository perpustakaa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Rasa Percaya Diri - UPAYA MENINGKATAN RASA PERCAYA DIRI DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) KELAS VIII B MTs MUHAMMADIYAH PATIKRAJA - repository perpustakaa"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1. Rasa Percaya Diri

Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas

kemampuan mereka sendiri serta memiliki penghargaan realistis, bahkan ketika harapan tidak terwujud mereka akan tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Menurut Siska dkk (2003) kepercayaan diri

merupakan keyakinan yang dimilki oleh seseorang bahwa dirinya mampu untuk berperilaku seperti yang dibutuhkan guna memperoleh

hasil yang diharapkan.

Marjanti (2015) berpendapat bahwa percaya diri adalah keyakinan

pada kemampuan diri sendiri mampu melaksanakan apa yang diinginkan, direncanakan dan diharapkan. Sedangkan Herdiana (2014) berpendapat bahwa kepercayaan diri akan memperkuat motivasi mencapai

keberhasilan, karena dengan tingginya kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri, maka akan semakin kuat semangat untuk menyelesaikan

sesuatu.

Rasa percaya diri akan timbul dari keinginan untuk mewujudkan diri bertindak dan berhasil (Mudjiono, 2006). Rasa percaya diri akan tumbuh

(2)

yang berpengaruh terhadap fisik dan mental dalam proses pembelajaran.

Rasa percaya diri pada umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat didalam suatu aktivitas tertentu dimana pikirannya terarah untuk mencapai suatu hasil yang di inginkan.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa percaya diri adalah keyakinan pada kemampuan diri sendiri yang dapat

memperkuat motivasi untuk meraih keberhasilan yang diinginkan. Orang yang memiliki rasa percaya diri akan memandang dirinya positif dan dapat membangun kemampuannya dalam meningkatkan percaya diri

untuk meraih kebahagiaan dan kesuksesan. Sedangkan, orang yang tidak mempunyai kepercayaan diri penuh hanya akan mencapai kurang dari

apa yang seharusnya dapat diselesaikannya.

Dengan demikian, walaupun ada orang yang mempunyai

pemahaman lengkap dan kemampuan penuh di bidangnya, kalau ia kurang mempunyai kepercayaan diri, ia akan jarang berhasil dalam tugasnya karena kemampuannya untuk mengarahkan motivasi dan semua

sumber daya yang dipunyainya menjadi tidak maksimal. Begitu juga dalam proses pembelajaran siswa membutuhkan rasa percaya diri, agar

siswa lebih berani dalam menyampaikan pendapat, bertanya dan yakin atas kemampuan yang dimilikinya.

Pada teori Luster (Wahyuni, 2014) percaya diri memiliki ciri-ciri

(3)

1. Percaya akan kemampuan sendiri yaitu keyakinan atas diri sendiri

terhadap fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk mengatasi dan mengevaluasi fenomena tersebut

2. Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan yaitu dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri yang dilakukan secara

mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang lain dan mampu untuk meyakini tindakan yang diambil.

3. Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri yaitu adanya penilaian

yang baik terhadap diri sendiri, baik dari pandangan maupun tindakan yang dilakukan guna menimbulkan rasa positif terhadap

diri dan masa depannya.

4. Berani mengungkapkan pendapat. Adanya suatu sikap untuk mampu

mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau rasa yang dapat menghambat pengungkapan tersebut.

Selain itu, Syaifullah (Putri, 2016) juga mengungkapkan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki sikap percaya diri diantaranya adalah sebagai

berikut.

a. Tidak mudah mengalami putus asa. Pribadi yang percaya diri akan

(4)

c. Mengutamakan usahanya sendiri tidak tergantung dengan orang lain.

d. Berani menyampaikan pendapat. Seseorang yang memiliki sikap percaya diri akan berani untuk menyampaikan pendapat yang dimilikinya di depan orang banyak.

e. Tanggung jawab dengan tugas-tugasnya. Pribadi yang percaya diri akan selalu memiliki tanggung jawab pada dirinya sendiri dengan

selalu mengerjakan apa yang menjadi tugasnya serta akan di kerjakan dengan tekun dan rajin.

f. Memiliki cita-cita untuk meraih prestasi. Sifat percaya diri hanya di

miliki oleh orang yang bersemangat berjuang dan memiliki kemauan keras, berusaha dan merealisasikan mimpi-mimpinya untuk menjadi

kenyataan.

g. Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki sikap percaya diri yaitu : (1) tidak mudah putus asa, (2) percaya akan kemampuan sendiri, (3) berani

mengemukakan pendapat, (4) tidak bergantung pada orang lain, (5) mudah dalam berkomunikasi dan membantu orang lain.

Berkebalikan dengan orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, orang yang memiliki kepercayaan diri rendah akan memandang dirinya rendah dan bersikap pesimis. Menurut Hakim (Dewi, 2012)

(5)

1. Mudah cemas dalam menghadapi persoalan dengan tingkat

kesulitan tertentu.

2. Gugup dan terkadang bicara gugup.

3. Tidak tahu bagaimana cara mengembangkan diri untuk memiliki

kelebihan tertentu.

4. Sering menyendiri dari kelompok yang dianggap lebih dari dirinya.

5. Mudah putus asa.

6. Cenderung bergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah. 7. Sering bereaksi negatif dalam menghadapi masalah. Misalnya

dengan menghindari tanggung jawab atau mengisolasi diri yang menyebabkan rasa tidak percaya dirinya semakin buruk.

Sukarman (2014) juga menyebutkan beberapa ciri orang yang kurang percaya diri antara lain:

1. Menyimpan rasa takut/kekhawatiran terhadap penolakan

2. sulit menerima realitas diri (terlebih menerima kekurangan diri) dan memandang rendah kemapuan diri sendiri

3. Pesimistis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negative

4. Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani

memasangtarget untuk berhasil

5. Selalu menempatkan/memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai dirinya tidak mampu

(6)

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa

orang yang kepercayaan dirinya rendah memiliki ciri antara lain: 1. Mudah putus asa

2. Mudah cemas dalam menghadapi masalah

3. Tidak berani mengemukakan pendapatnya 4. Selalu mengganggap dirinya rendah

5. Sulit berkomunikasi dengan orang lain

6. Cenderung bergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, penulis merumuskan

indikator kepercayaan diri antara lain: 1) Tidak mudah putus asa

2) Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain 3) Percaya akan kemampuan sendiri

4) Berani mengemukakan pendapat 5) Tidak bergantung pada orang lain

6) Dapat bertanggung jawab atas tugas yang diberikan

2. Kemampuan Komunikasi Matematis

Menurut Majid (2013) Komunikasi merupakan suatu proses yang

melibatkan dua orang atau lebih, dan didalamnya terjadi pertukaran informasi dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Daryanto (2010) komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran

(7)

tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud

oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi.

Komunikasi terdiri dari beberapa arah yaitu komunikasi satu arah, komunikasi dua arah, dan komunikasi banyak arah (Majid, 2013). Pada

komunikasi satu arah guru lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sedangkan siswa pasif. Sedangkan komunikasi dua arah yaitu komunikasi

antara guru dan siswa berperan sama terjadi timbal balik antara guru dan siswa. Komunikasi banyak arah yaitu komunikasi yang melibatkan partisipasi aktif antara siswa dengan siswa serta siswa dengan guru.

Tentu saja komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi banyak arah, sehingga pembelajaran menjadi lebih hidup dan menyenangkan serta

materi yang diberikan dapat dipahami oleh siswa.

Dimyati dan Mujiono (2009) mengatakan bahwa

mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual atau suara visual. Hal tersebut mennjukkan bahwa semua

orang mempunyai kebutuhan untuk mengemukakan ide, perasaan, dan kebutuhan orang lain pada diri kita. Komunikasi merupakan bagian

penting dalam matematika karena melalui komunikasi ide dapat tercerminkan, didiskusikan, dikembangkan serta dapat memperjelas pemahaman. Menurut Dewi (2014), dalam pembelajaran, ada interaksi

(8)

mencapai tujuan belajar secara optimal karena kualitas belajar juga

meningkat secara signifikan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi yang melibatkan dua orang atau

lebih melalui cara tertentu sehingga penerima informasi dapat memahami informasi yang disampaikan. Dalam pembelajaran matematika

komunikasi merupakan hal yang sangat penting karena dapat memperjelas pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan dan juga salah satu cara untuk menyampaikan ide-ide yang dimiliki siswa.

Komunikasi matematika terbagi menjadi dua jenis yaitu komunikasi matematika lisan dan komunikasi matematika tertulis. Komunikasi

matematika lisan yaitu kemampuan individu untuk menyampaikan ide – ide atau gagasan matematis dalam bentuk verbal. Sedangkan komunikasi

matematika tertulis yaitu kemampuan dan keterampilan individu untuk menyampaikan ide – ide atau gagasan matematis dalam bentuk tulisan dapat berupa simbol, notasi, grafik dan lain sebagainya. Pada penelitian

ini, peneliti lebih memfokuskan pada peningkatan kemampuan komunikasi tertulis.

Indikator kemampuan komunikasi matematis siswa menurut NCTM

(2000), yaitu sebagai berikut:

a) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan,

tulisan dan mendemonstrasikan serta menggambarkannya dalam

(9)

b) Kemampuan memahami, menginterpretasikan dan mengevaluasi

ide-ide matematis baik secara lisan, tulisan maupun dalam bentuk visual

lainnya.

c) Kemampuan menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika

dan struktur matematik untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan

hubungan-hubungan dengan model-model situasi.

Sumarmo (Susanto,2013) berpendapat bahwa indikator kemampuan komunikasi matematis meliputi:

1) Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide

matematika

2) Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis secara lisan dan tulisan

dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar

3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol

matematika

4) Mendengarkan, berdiskusi dan menulis tentang matematika 5) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika

6) Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi

7) Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

indikator kemampuan komunikasi matematis meliputi (1) kemampuan

(10)

tulisan serta mendemonstrasikan dan menggambarkannya dalam bentuk

visual, (2) Kemampuan memahami dan mengevaluasi ide-ide matematis

baik secara lisan, tulisan maupun dalam bentuk visual lainnya, (3)

Mampu menghubungkan benda nyata, gambar, atau diagram ke dalam

model matematika.

Berdasarkan uraian di atas, indikator komunikasi matematis tertulis

yang akan digunakan untuk penelitian yaitu sebagai berikut:

1) Menghubungkan benda nyata atau gambar ke dalam model matematika.

Siswa dapat memahami dan menghubungkan benda nyata atau

gambar ke dalam model matematika.

Contoh soal.

(11)

2) Menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa, simbol, atau

model matematika;

Siswa dapat memahami maksud dari masalah matematika yang

diberikan. Siswa memisalkan terlebih dahulu masalah matematika

yang diberikan, kemudian mengubahnya ke model matematika.

Contoh soal.

Harga 3 pasang sepatu dan 4 pasang sandal adalah Rp390.000,

sedangkan harga 2 pasang sepatu dan 3 pasang sandal adalah

Rp270.000. Buatlah model matematika dari pernyataan tersebut.

3) Menyatakan ide-ide matematis secara tertulis;

Siswa mampu memahami dan menuliskan proses atau

langkah-langkah penyelesaian dari masalah yang diberikan.

Contoh soal.

Tentukan penyelesaian dari persamaan 𝑥 + 2𝑦 = 8 dengan 𝑥 dan 𝑦

bilangan bulat.

3. Model Pembelajaran Think Talk Write

Menurut Huda (2013) Think Talk Write (TTW) adalah strategi yang

memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut

dengan lancar. Menurut Hartanto (2015) Think Talk Write adalah sebuah

pembelajaran yang dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan

(menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi), hasil bacaannya

dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian membuat

(12)

2015) model pembelajaran Think Talk Write merupakan model

pembelajaran dimana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai

kegiatan pembelajaran yaitu melalui berpikir, bertukar pendapat, dan

menuliskan hasil diskusi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Think Talk

Write adalah model pembelajaran yang dimulai dengan berpikir melalui

bahan bacaan, kemudian bertukar pendapat atau berdiskusi, dan setelah itu

menuliskan hasil diskusinya. Menurut Huda (2013) tahapan-tahapan model

pembelajaran TTW adalah sebagai berikut:

1) Berpikir (think)

Siswa membaca teks berupa soal, pada tahap ini siswa secara individu

memikirkan kemungkinan jawaban, membuat catatan kecil tentang

ide-ide yang terdapat pada bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahami

dengan menggunakan bahasanya sendiri.

2) Berbicara (talk)

Siswa diberi kesempatan untuk membicarakan hasilpenyelidikan pada

tahap pertama. Pada tahap ini siswa merefleksikan, menyusun, serta

menguji ide-ide dalam kegiatan kelompok. Kemajuan komunikasi

siswa akan terlihat pada dialognya dalam berdiskusi, baik dalam

bertukar ide ataupun refleksi mereka sendiri yang diungkapkannya

(13)

3) Menulis (Write)

Pada tahap ini, siswa akan menuliskan ide-ide yang diperolehnya dan

kegiatan tahap pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas landasan

konsep yang digunakan, keterkaitan dengan materi sebelumnya,

strategi penyelesian, dan solusi yang diperoleh.

Berdasarkan penjelasan di atas, langkah-langkah yang akan peneliti

gunakan saat pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Guru membagikan LKS yang memuat soal yang harus dikerjakan oleh

siswa serta petunjuk pelaksanaan.

2) Siswa membaca teks dan membuat catatan kecil berupa hal-hal yang

diketahui dan tidak diketahui (think).

3) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu kelompok

untuk membahas isi catatan kecil (talk).

4) Siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan yang memuat pemahaman

ke dalam sebuah tulisan (write).

4. Materi Pembelajaran

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) merupakan salah satu

pokok bahasan yang diajarkan kepada siswa SMP kelas VIII. Adapun

cakupan materi dari pokok bahasan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Standar Kompetensi : 2. Memahami system persamaan linear dua

variable dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.

2. Kompetensi Dasar :

(14)

2.2 Membuat matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem

persamaan linear dua variabel

3. Materi Pembelajaran : Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

4. Indikator Pencapaian Kompetensi:

2.1.1 Menyebutkan perbedaan PLDV dan SPLDV

2.1.2 Menjelaskan SPLDV dalam berbagai bentuk dan variabel

2.1.3 Menentukan akar SPLDV dengan subtitusi dan eliminasi

2.2.1 Membuat matematika dari masalah sehari-hari yang berkaitan dengan

SPLDV

B. Penelitian yang Relevan

Dari hasil penelitian Sumirat (2014) menunjukkan bahwa penerapan

strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih efektif dalam meningkatkan

kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa jika dibandingkan

dengan pembelajaran konvensional tipe ekspositori. Hal ini didukung oleh

hasil post-tes kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh

tingkat efektifitas ES = 1, 031 yang berarti bahwa efektivitas strategi TTW

dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa tergolong

tinggi dan berdasarkan data hasil angket disposisi matematis siswa dengan

tingkat efektifitas diperoleh ES = 0,681 yang menunjukkan bahwa strategi

TTW efektif meningkatkan disposisi matematis siswa dibandingkan dengan

(15)

Selain itu, hasil penelitian dari Taufiq (2016) menunjukkan bahwa

kemampuan komunikasi siswa yang memperoleh pembelajaran kontekstual

dan strategi think talk write secara statistik lebih baik daripada siswa yang

memperoleh pembelajaran konvensional. Penelitian dari Bekti Setiti (2011)

bertujuan untuk mengetahui peningkatan kepercayaan diri siswa melalui

pendekatan Cooperative Learning tipe Number Head Together (NHT) dalam

pembelajaran matematika. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

adanya peningkatan kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran matematika

serta hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari presentase

peningkatan kepercayaan diri siswa sebesar 67,8%.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang relevan tersebut adalah

peneliti sama-sama menggunakan think talk write sebagai model

pembelajaran di kelas untuk meningkatkan kemampuan komunikasi.

Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang relevan tersebut

adalah peneliti menggunakan variabel terikatnya adalah rasa percaya diri dan

kemampuan komunikasi dengan materi Sistem Persamaan Linear Dua

Variabel (SPLDV).

C. Kerangka pikir

Berdasarkan uraian latar belakang dapat disimpulkan bahwa kemampuan

komunikasi matematis dan rasa percaya diri siswa sangat kurang hal ini

terlihat dari hasil tes observasi awal kemampuan komunikasi matematis dan

angket yang masih rendah. Oleh karena itu, sangat diperlukan model

(16)

komunikasi matematis siswa. Salah satu solusi yang dapat digunakan yaitu

dengan menerapkan model pembelajaran Think Talk Write (TTW).

Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) merupakan salah satu tipe

model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok

kecil heterogen yang beranggotakan 3-5 orang. Sebelum pembentukan

kelompok, masing-masing siswa dituntut untuk membuat catatan kecil yang

berisi tentang kemungkinan-kemungkinan jawaban, kemudian mendiskusikan

catatannya dengan kelompoknya masing-masing, langkah selanjutnya siswa

harus membuat laporan/ menulis penyelesaian dari permasalahan yang telah

didiskusikan dengann kelompoknya.

Langkah-langkah model pembelajaran TTW terdiri atas 3 tahap, meliputi

think, talk, dan write. Langkah tersebut dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi siswa karena mengandung unsur think (berpikir), talk (berbicara),

dan write (menulis).

Pada langkah think secara mandiri siswa dituntut untuk mencari

kemungkinan-kemungkinan solusi/penyelesaian dari suatu masalah yang

disajikan, sebelumnya siswa sudah membaca permasalahan terlebih dahulu.

Dalam langkah ini dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa yaitu

mengekspresikan ide-ide matematis melalui tulisan dan menggambarkannya

secara visual serta indikator percaya diri yaitu percaya akan kemampuannya

sendiri dan tidak bergantung pada orang lain.

Langkah selanjutnya yaitu talk, pada tahap ini siswa diarahkan untuk

(17)

untuk saling berbagi ide, bekerja sama serta saling bertukar pikiran untuk

mencari kesepakatan jawaban yang dianggap paling benar dengan teman satu

kelompok. Pada langkah talk dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

yaitu membuat model matematika melalui grafik, tabel, dan aljabar serta

dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat

menyampaikan apa yang belum diketahui maupun yang diketahui terkait

dengan permasalahan yang diberikan, selain itu siswa juga akan saling dan

indikator percaya diri yaitu mudah berkomunikasi dan membantu orang lain serta berani mengemukakan pendapat.

Langkah terakhir adalah write, pada langkah ini siswa diminta untuk

menuliskan ide-ide yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya dan

menuliskannya dengan bahasa sendiri serta dilakukan secara individu.

Dengan adanya kegiatan menulis, dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi matematis siswa yaitu mengekspresikan ide-ide matematis

melalui tulisan dan indikator percaya diri yaitu bertanggung jawab atas tugas

(18)

Gambar 2.1: Kerangka Berpikir Rasa Percaya Diri Dan Kemampuan Komunikasi Matematis Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Think

Talk Write.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, maka diajukan

hipotesis penelitian sebagai berikut :

Indikator Kemampuan Matematis 1) Menghubungkan benda nyata atau

gambar ke dalam model

1. Tidak mudah putus asa 2. Mudah berkomunikasi dan

membantu orang lain

3. Percaya akan kemampuan sendiri 4. Berani mengemukakan pendapat 5. Tidak bergantung pada orang lain 6. Dapat bertanggung jawab atas

tugas yang diberikan

Rendahnya rasa percaya diri dan kemampuan komunikasi matematis

Menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW). Think Talk Write adalah model pembelajaran yang dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan, kemudian bertukar pendapat atau berdiskusi, dan setelah itu menuliskan hasil diskusinya

(19)

1. Pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan rasa

percaya siswa kelas VIII B MTs Muhammadiyah Patikraja

2. Pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII B MTs

Gambar

gambar ke dalam model matematika.
gambar ke dalam model

Referensi

Dokumen terkait

disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan

Kemudian, menurut Handayani dan Novianto (dalam Kristiyanti, 2006) jika wanita Jawa tampil di sektor publik sementara suami masih ada,.. masyarakat akan beranggapan bahwa

Sistem informasi konsultasi ini adalah berbasis web, yang memiliki kelebihan bisa diakses kapan saja dan dari mana saja, tanpa terbatas jarak dan waktu, dan

5) Memiliki pengetahuan, keterampilan sederhana dan sikap dasar untuk berkomunikasi, bekerja dan berintegrasi dalam kehiduapan masyarakat serta berkembang sesuai

Hanya Penyedia Barang/Jasa yang memiliki SPDA yang masih berlaku pada subbidang usaha yang sesuai yang dapat mengikuti proses Prakualifikasi ini.. / Prequalification requirements

3 DESA NAGA HUTA KECAMATAN SIANTAR MARIMBUN NAGA HUTA SIANTAR MARIMBUN PEMATANG SIANTAR SUMATERA UTARA Kandidat Careworker... SIMPANG III

(200 M x 106 M) dan 1 (satu) pintu rumah papan yang terletak di atas tanah tersebut dengan ukuran 4 x 3 M sama dengan luas 12 M, yang terletak di kampung Pilar Jaya, Kecamatan

Untuk mengetahui motivasi belajar peserta didik terhadap pembelajaran melalui model ARIAS ( Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction), analisis ini