• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - KAJIAN SEMANTIK NAMA DIRI ANAK SD NEGERI (KELAS SATU) DI EKS KOTA ADMINISTRASI PURWOKERTO KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - KAJIAN SEMANTIK NAMA DIRI ANAK SD NEGERI (KELAS SATU) DI EKS KOTA ADMINISTRASI PURWOKERTO KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

A. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang penamaan ini telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Purwokerto dalam rangka penyusunan skripsi. Masalah panamaan dikaji berdasarkan ilmu semantik, yatiu ilmu tentang makna atau tentang arti.

Penelitian tentang penamaan yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa antara lain:

1. Penelitian Dian Setyarini (2006) dalam skripsinya yang berjudul “ Kajian Semantik Penamaan Nama Diri Pedagang di Pasar Jatibarang dan Pasar Brebes.” Dian Setyarini meneliti makna nama diri, tujuan pemberian nama diri,

asal bahasa pada nama diri, dan perbedaan penamaan pedagang yang lahir pada tahun 50-60-an di Pasar Jatibarang dengan pedagang yang lahir pada tahun 70-80-an di Pasar Brebes.

2. Penelitian Riva Handayani (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Kajian

Semantik Pada Nama-nama Kost-kostan di Daerah Dukuhwaluh Purwokerto.

(2)

Kedua penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Persamaannya adalah sama – sama menggunakan teori semantik dalam penelitian, sedangkan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan adalah data penelitian dan pada permasalahan yang dikaji. Data yang digunakan pada penelitian yang telah dilakukan Dian Setya Rini (2006) berupa penamaan nam diri pedagang di Pasar Jatibarang dan Pasar Brebes. Hal yang di kaji pada penelitian Dian (2006) ada makna nama diri, tujuan pemberian nama, asal bahasa pada nama diri, perbedaan penamaan pedagang yang lahir pada tahun 50-60-an di Pasar Jatibarang dengan pedagang yang lahir pada tahun 70-80-an di Pasar Brebes, metode yang digunakan cakap dengan teknik dasar berupa teknik pancing, dan teknik lanjutan teknik cakap semuka, dan teknik rekam dan catat.

(3)

kajian semantik pada nama diri anak SDN (kelas satu) di eks Kota Administrasi Purwokerto Kabupaten Banyumas juga belum pernah dilakukan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto, sehingga perlu dilakukan penelitian.

Dalam penelitian ini perbedaannya yaitu terletak pada landasan teori yang digunakan antara lain : (1) Landasan Teori : teori yang digunakan dalam penelitian ini yang berbeda dari penelitian sesudahnya yaitu tentang pengaruh pekerjaan atau kelas sosial orang tua dalam memberikan nama kepada anaknya, serta data yang digunakan oleh peneliti adalah nama diri anak SDN (kelas satu) di eks Kota Administrasi Purwokerto Kabupaten Banyumas (2) Tujuan Penelitian : sehubungan dengan permasalahannya, tujuannya dari penelitian ini adalah mendeskripsikan tujuan pemberian nama diri anak SDN (kelas satu) di eks Kota Administrasi Purwokerto Kabupaten Banyumas, mendeskripsikan jenis makna yang terkandung dalam nama diri anak SDN (kelas satu) eks Kota Administrasi Purwokerto Kabupaten Banyumas, mendeskripsikan Pengaruh kelas sosial dengan kesamaan pemberian nama diri anak SDN (kelas satu) di eks Kota Administrasi Purwokerto Kabupaten Banyumas.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Semantik

(4)

bahasa pada umumnya. Maksudnya penjelasan diatas bahwa semantik adalah bagian dalam struktur suatu bahasa yang mengkaji tentang ilmu makna dan arti dari suatu bahasa.

Ali, dkk. (1999:903) menggemukakan pengertian semantik yang terbagi menjadi dua antara lain : (a) Ilmu tentang makna kata, pengetahuan menganai seluk-beluk dan pergeseran arti kata, (b) bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna atau struktur makna. Maksudnya ilmu yang lebih khusus dan detail membahas tentang makna dan arti kata, misalnya pada setiap nama diri anak mempunyai makna yang terkandung di dalam nama diri yang diberikan.

Dari beberapa pengertian dan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa semantik adalah ilmu tentang makna kata atau teori arti yang merupakan bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna atau struktur makna serta lambang-lambang seperangkat sistem yang memiliki tatanan, bentuk, dan makna.

2. Penamaan

(5)

tumbuh dewasa, bahkan bisa menjadi motivasi bagi yang mempunyai nama untuk menjadi orang yang baik, pandai, dan sukses seperti makna pada nama itu sendiri.

Menurut Aristoteles (dalam Pateda, 2001:63) bahwa pemberian nama adalah soal perjanjian konvensi. Yang dimaksud dengan soal perjanjian bukan berarti bahwa dahulu ada sidang masalah nama untuk sesuatu yang diberi nama. Nama biasanya berasal dari seseorang seperti pakar, ahli, penulis, pengarang, wartawan, pemimpin negara, tokoh masyarakat yang kemudian dipopulerkan oleh masyarakat baik melalui media masa elektronik maupun nonelektronik atau juga melalui pembicaraan tatap muka. Misalnya : dalam bidang fisika dikenal dengan hokum Boyle dan

Archimendes. Penamaan suatu benda atau konsep berdasarkan bagian dari benda itu biasanya berdasarkan ciri yang khas atau yang menonjol dari benda itu yang sudah diketahui umum. Contohnya : Anggota ABRI disebut baju hijau karena ciri warna pakaian ABRI adalah hijau.

Nama merupakan kata-kata yang menjadi label setiap mahluk, benda, aktivitas, dan peristiwa di dunia ini. Nama muncul akibat dari kehidupan manusia yang kompleks dan beragamnya alam sekitar manusia berjenis-jenis. Maka manusia sulit memberikan label-label terhadap benda yang ada di sekelilingnya. Seperti nama kelompok, misalnya : binatang, buah-buahan, ikan, burung, rumput, dan tumbuhan-tumbuhan. Nama yang sama dengan lambang untuk sesuatu yang dilambangkannya. Lambangatau simbol bersisi dua yaitu bentuk dan makna (expression, content,

(6)

adalah suatu objek yang dihayati di dunia nyata berupa rujukan, acuan, atau sesutau yang ditunjukan oleh lambang itu.Kata, dengan sesutau benda atau hal yang dilambangkannya bersifat sewenang-wenang tidak ada hubungan wajib di antara keduanya. Misalnya : kata kuda dengan benda yang diacunya yaitu seekor binatang yang biasa dikendarai atau dipakai untuk menarik pedati (Chaer, 1990:43).

3. Tujuan Pemberian Nama Diri

Menurut (Widodo dan Yussof, 2010:260) Kajian tentang nama orang Jawa sangat sempit, kering, dan kurang diminati. Maksudnya nama orang Jawa seharusnya dilihat di dalam paradigma yang lebih lebar dan luas, mencakupi norma, tradisi, agama, sosial, dan budaya masyarakat pemiliknya yang menjadi konteksdari pada nama. Sebuah nama dibina dari unsur-unsur yang memiliki konteks yang berbeda-beda sehingga membentuk satu kesatuan makna.

(7)

a. Memperingati Saat Kelahiran

Pada masyarakat Jawa Sumber-sumber nama orang Jawa berasal dari pada kehidupan nyata masyarakat di Jawa (Widodo, 2010: 260). Penyataan ini bersifat terbuka terhadap berbagai bentuk interferensi, pertukaran (silang) budaya, yang mengarah pada bentuk-bentuk baru. Pemberian nama kepada anaknya biasanya selalu dikaitkan dengan peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan yakni saat kelahiran. Salah satu cara untuk mengingat-ingat kelahiran anaknya, yaitu dengan :

1) Mengaitkan nama anak dengan nama hari saat kelahiran yang terdiri dari nama pasaran (Pahing, Wage, Kliwon, Pon, dan Legi),atau nama bulan Jawa (Sapar, Suro, Ruwah, Mulud, Bakda Mulud, Sadran, dll) dan bulan nasional (Januari, Februari, Maret, April, Mie, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, Desember).

2) Mengaitkan nama dengan peristiwa penting yang terjadi pada saat anaknya dilahirkan.

Misalnya :

Ramadhani Berasal dari bahasa Arab yang berarti nama „Bulan yang suci

karena dalam bulan „Ramadhan‟ ini umat Islam melaksakan puasa

selama satu bulan penuh dan menjadi bulan yang paling berkah dan baik diantara bulan-bulan yang lain.

(8)

Misalnya : Eka, Dwi, Tri,Catur, Panca, dan Sapta.

b. Pemberian Nama Diri untuk Mengungkapkan Harapan

Memberi nama kepada anak adalah salah satu kewajiban orang tua kepada anaknya, namun kewajiban tersebut tidak serta merta harus ditelan bulat bulat tanpa melihat maksud dari pemberian nama. Nama itu adalah doa dengan nama baik orang tua berharap sang Anak Kelak bisa menjadi orang baik. Baik disini bukan hanya terfokus kepada bagusnya dari kedengan nama panggilan sang anak kelak, namun lebih terfokus kepada makna dan maksudnya.

Nama adalah ciri atau tanda, maksudnya adalah orang yang diberi nama dapat mengenal dirinya atau dikenal oleh orang lain. Dalam Al-Qur‟anul Kariim disebutkan;

(7)

ةروس

م يرم

“Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh)

(9)

tidak diberi nama, maka ia akan menjadi seorang yang majhul (tidak dikenal) oleh masyarakat.

Dan disunahkan memperbagus nama sesuai dengan Hadist (Hasyiyah al-Bajuri) “Kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kalian dan nama-nama bapak kalian, maka perbaguskanlah nama-nama kalian”. Dimakruhkan nama-nama yang berarti jelek, seperti himar (keledai) dan setiap nama yang diprasangka buruk (tathayyur) penafian atau penetapannya.

Tujuan atau harapan tersebut adalah :

1) Mempunyai sifat baik. Misalnya :

Maulanaberasal dari bahasa Arab yang berarti „yang dihormati‟ Endang berasal dari bahasa Jawa yang berarti „tenang dan halus‟

2) Agar hidupnya selamat Misalnya :

Ridhoberasal dari bahasa Arab yang berarti „merestui / setuju‟ Selamet berasal dari bahasa Jawa yang berarti „selamat / waras‟

3) Menjadi orang yang suci Misalnya :

Fitriberasal dari bahasa Arab yang berarti „suci‟ Safitriberasal dari bahasa Arab yang berarti „suci‟

4) Menjadi orang yang pandai Misalnya :

Nabilahdari bahasa Arab yang berarti „cerdas‟

(10)

5) Menjadi orang mulia Misalnya :

Azizahdari bahasa Arab yang berarti „mulia‟

Aqiladari bahasa Arab yang berarti „kemuliaan‟

c. Mengaitkan Pemberian Nama Diri dengan Agama yang Dianut

Pemberian nama diri dengan agama yang dianut berhubungan dengan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan. Setiap agama mempunyai ciri khas untuk nama diri. Memberi nama dengan nama orang-orang shalih di kalangan kaum muslimin terutama nama para sahabat Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam. Dalam sebuah hadits shahih dari Al-Mughirah bin Syu‟bah radhiallahu „anhu dari Nabi shallallahu „alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Mereka dahulu suka memakai nama para Nabi dan orang-orang shalih yang hidup sebelum mereka.” (HR. Muslim no. 2135)

Nama diri yang dianut oleh pemeluk agama Islam biasanya diambil dari Al-Qur‟an dan para Nabi atau Rosul, misalanya : Muhammad, Yusuf, Aisyah, Aminah.

(11)

4. Pengertian Makna

Menurut Ali, dkk. (1999:619), pengertian makna dibagi menjadi dua yaitu : a) Arti, b) maksud pembicaraan yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Maksud penjelasan berikut makna adalah memiliki pengertian arti atau maksud dari pembicaraan yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.

Kridalaksana (2001: 132) menyebutkan bahwa pengertian makna dibagi menjadi empat yaitu: (a) maksud pembicaraan, (b) pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman atau perilaku manusia atau kelompok manusia, (c) hubungan dalam arti kesepadanan antara bahasa dengan alam di luar bahasa atau ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya, (d) cara menggukan lambang-lambang bahasa.. maksud dari penjelasan diatas makna ialah maksud pembicaraan yang menggunakan lambang-lambang bahasa dan semua hal yang ditujukkannya.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa makna yaitu arti yang terkandung dalam suatu ujaran dari pembicara yang mempunyai tujuan jelas, serta telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehinga mudah dipahami dan dimengerti.

5. Jenis Makna

a. Makna Sempit

(12)

dari suatu jenis tanaman yang berbunga, sedangkan bunga adalah suatu bagian dari tumbuhan yang memiliki keindahan. Menurut Pateda (2010:126), makna sempit adalah makna yang berwujud sempit pada keseluruhan ujaran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa makna sempit adalah makna yang lebih sempit dari keseluruhan ujaran,.

b. Makna Luas

(13)

c. Makna Konotatif

Menurut Djajasudarma (2008:9), makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau apa yang didengar. Contoh kata ”putih“ memiliki makna dasar warna seperti yang dimiliki salju, dan kertas, akan

tetapi kata putih ternyata juga dapat diacukan pada makna yang lain, misalnya “kesucian”. Acuan makan kata yang pertama merupakan contoh dari makna dasar,

sedangkan makna kata yang kedua merupakan contoh dari makna tambahan. Makna konotatif adalah makan yang muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca (Pateda, 2010:112). Kesimpulanya bahwa makna konotatif adalah makna yang telah mengalami penambahan makan yang muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap kata yang dilafalkan atau kata yang didengarkan.

d. Makna Denotatif

(14)

e. Makna Kognitif

Makna kognitif adalah makna yang sebenarnya, bukan makna kiasan atau perumpamaan (Djajasudarma,2008:9). contohnya apabila ada seseorang yang mengatakan, pohon kelapa, terlihat secara langsung atau terbayang sebuah pohon kelapa. Menurut pateda (2010:109), makna kognitif adalah makna yang ditunjukan oleh acuannya. Beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa makna kognitif merupakan makna yang sebenarnya atau makna yang timbul akibat adanya pengetahuan dan pengalaman yang ditujukan oleh acuanya.

f. Makna Leksikal

(15)

g. Makna Referansial

Djajasudarma (2008:11), makan referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau referen (acuan), makan referensial disebut juga makna kognitif, karena memliki acuan. Contoh pada kata biru termasuk kata bermakna referensial karena ada acuanya dalam dunia nyata yaitu warna sperti warna langit. Menurut Chaer (2007:291), sebuah kata disebut bermakna referensial kalau ada referensnya, atau acuannya. Makan referensial adalah makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata (pateda, 2010:125). Kesimpulanya, bahwa makan referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau referen (acuan) yang ditunjuk oleh kata.

h. Makna Konseptual

Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas (bebas) dari konteks atau asosiasi apapun (Chaer, 2007:293). Contoh kata nyonya dapat dianalisis menjadi : manusia, dewasa, perempuan. Menurut Pateda (2010:114), makan konseptual disebut juga makna denotatif. Kesimpulanya, makna konseptual adalah makan yang sesuai dengan konsepnya, makan yang sesuai dengan referennya dan makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apapun.

i. Makna Gramatikal

(16)

menendang dalam kalimat, “Anto menendang bola” melahirkan makna gramatikal:

Anto bermakna „pelaku‟, menendang bermakna „aktif‟ dan bola bermakna „sasaran‟.

Menurut Chaer (2007:290), makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi. Kesimpulanya adalah makna gramatikal merupakan makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya kata dalam kalimat.

j. Makna Idesional

(17)

k. Makna Konstruksi

Makna kontruksi adalah makna yang terdapat di dalam konstruksi (Djajasudarma, 2008:12). Misalnya makna milik yang menyatakan kepunyaan di dalam bahasa Indonesia dinyatakan dengan jalan membuat urutan kata atau menggunakan akhiran punya, contoh: rumahnya, tasmu. Makan konstruksi adalah makna yang terdapat di dalam suatu konstruksi kebahasaan (Pateda, 2010:115). Kesimpulannya, makna konstruksi adalah makan yang terdapat di dalam konstruksi kebahasaan.

l. Makna Proposisi

Makna proposisi adalah makna yang muncul bila kita mebatasi pengertian tentang sesuatu ( Djajasudarma, 2008: 15). contohnya apabila ada seseorang mengujarkan sudut siku-siku pasti 90 derajat, matahari terbit dari sebelah timur. (Pateda, 2010: 123) Makna proposisi ini biasanya berhubungan dengan matematika atau hal-hal yang sudah pasti. Kesimpulanya, makna proposisi adalah makna yang muncul apabila kita membatasi pengertian tentang sesuatu.

m. Makna Pusat

Makna pusat adalah makna yang dimiliki setiap kata yang menjadi inti ujaran (Djajasudarma, 2008: 15). Contoh apabila yang berkata “Meja itu rusak” maka

(18)

(Pateda, 2010: 123). Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa makna pusat adalah makna yang dimiliki setiap kata yang menjadi dasar atau inti dari ujaran.

n. Makna Kiasan

Kridalaksana (dalam pateda, 2010:108), makna kiasan adalah pemakaian kata yang maknanya tidak sebenarnya. Pada kata bintang yang bermakna benda langit yang berkelip-kelip jika dilihat pada waktu malam hari. Menurut Chaer (2007:290) makna kiasan tidak sesuai dengan kosnep yang terdapat di dalam kata tersebut. Jadi dapat ditarik kesimpulan makna kiasan sudah bergeser dari makna yang sebenarnya, tetapi kadang masih ada kaitanya dengan makna yang tidak sebernanya.

o. Makna Idiomatik

Makna idiomatik adalah makna leksikal terbentuk dari beberapa kata. Kata-kata yang disusun dengan kombinasi kata lain dapat pula menghasilkan makna yang berlainan. Sebagian idiom merupakan bentuk baku, artinya kombinasi kata-kata dalam idiom bentuknya tetap (Djajajsudarma, 2008: 16). Makna idiomatik adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna unsur-unsrunya, baik secara leksikal maupun gramatikal (Chaer, 2007: 296).Kesimpulanya, makna idiomatik adalah makna dari kata baru atau makna yang berlainan, misalnya pada kalimat “ia

(19)

p. Makna Piktoral

Makna piktoral adalah makna suatu kata yang berhubungan dengan perasaan pendengar atau pembaca (Djajasudarma, 2008: 16). Menurut Shipley ( dalam Pateda, 20010: 122), makna piktoral adalah makan yang muncul akibat bayangan pendengar atau pembaca terhadap kata yang di dengar atau dibaca. Jadi kesimpulanya bahwa makna piktoral adalah makna yang muncul akibat perasaan pendengar atau pembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca, contohnya apabila kita mengatakan mangga,

lawan bicara kita mendengar bunyi yang kita ujarkan itu. Orang yang telah menyebut mangga, akan terbayang pada kita tentang wujud amngga (apakah buahnya, apakah pohonya, bentuknya, warnanya, atau bahkan timbul selera untuk mencicipi nikmatnya rasa mangga).

6. Strata Sosial Masyarakat

(20)

Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.

. Menurut kedua pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa antropologi ialah ilmu yang menjadi membahas tentang lapisan yang ada dilingkungan masyarakat.

Di dalam antropologi terdapat unsur terpenting yaitu masyarakat karena masyarakat yang menciptakan kebudayaan yang beragam di berbagai belahan dunia.Di dalam masyarakat ada unsur-unsur,yaitu anggota masyarakat sendiri, kategori sosial, golongan sosial, kelompok dan perkumpulan, beragam kelompok dan perkumpulan, ihktisar mengenai beragam wujud kesatuan manusia, interaksi antar individu.

1. Masyarakat

(21)

kesatuan manusia itu benar-benar berinteraksi. Sedangkan menurut Supardi (2008: 96). Masyarakat juga sering dikenal dengan istilah society yang berarti sekumpulan orang yang membentuk sistem, yang terjadi komunikasi didalam kelompok tersebut.Kedua pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa masyarakat adalah suatu kesatuan manusia yang berinteraksi dan memiliki perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kategori Sosial

(22)

sosisal ialah batas umur yang mempunyai ciri khas atau ciri objektif di ambil untuk bisa di data dan mempunyai kartu identitas yang wajib dimiliki.

3. Golongan Sosial

Golongan sosial adalah kesatuan manusia yang terwujud karena suatu ciri yang dikenakan kepada masyarakat yang bersifat spesifik dari pihak luar (Supardi, 2008:97).Dalam masyarakat masih ada suatu kesatuan manusia yang dapat disebut lapisan atau kelas sosial.Masyarakat kuno misalnya ada lapisan-lapisan seperti lapisan bangsawan, lapisan orang biasa, lapisan budak, dan sebagainya.Untuk masyarakat pada zaman sekarang ini ada lapisan Petani, lapisan buruh, lapisan pegawai, lapisan pegawai tinggi, lapisan cendekiawan, lapisan usahawan, dan sebagainya. Lapisan atau golongan sosial semcam itu terjadi karena manusia-manusia yang dikelaskan kedalamnya mempunyai suatu gaya hidup yang khas (Koencjaraningrat, 2009: 124).

(23)

terbanyak dalam masyarakat mereka biasanya masyarakat biasa-biasa saja atau sederhana.

Dalam kategori kelas sosial bawah di katakana orang tua memiliki penghasilan perbulan ≤ 500, kategori kelas sosial menengah ≥ 1.00.000, dan kategori

kelas sosial atas ≥ 2.000.000. Kategori ini di ambil menurut survai yang sudah

Referensi

Dokumen terkait

Saat AC sedang dalam keadaan mati, bukalah jendela agar udara segar dan cahaya matahari dapat menembus ruangan; (2) kurangi menyemprot pewangi ruangan yang mengandung

Dengan terbatasnya alat produksi proses pembuatan Bakso Aci juga berdampak pada tidak terpenuhinya target produksi Bakso Aci (Nursalim et al., 2019). Dari uraian diatas maka

Secara yuridis penodaan agama merupakan bagian dari delik agama yang memang telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) di Indonesia. Pengaturan

• Pendampingan dengan wali kelas siswa yang mengikuti Peantren Kilat, pembacaan Asmaul Husna dan Sayyidul istighfar dilajutkan dengan games. • Persiapan pesantren kilat

Keadilan prosedur juga akan meningkatkan kepuasan kerja, bukan karena semata-mata bertujuan untuk menghasilkan outcome yang lebih adil, tetapi karena dapat menyebabkan

Menurut Verhaar (1978:137) berpendapat bahwa “hiponim adalah ungkapan biasanya berupa kata, tetapi kiranya dapat beupa frasa atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan

Simulasi kasus bertujuan untuk melakukan pengujian terhadap snort dalam mendeteksi penyusup atau serangan yang melakukan tindak kejahatan pada web server target

yang dinyatakan dalam Y.. Variabel bebas yaitu variabel yang mendahului atau mempengaruhi.. variabel terikat. Variabel bebas