• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN KAKI DIABETIK TERHADAP PENGETAHUAN PERAWATAN KAKI PADA DIABETES MELLITUS DI RSUP DR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN KAKI DIABETIK TERHADAP PENGETAHUAN PERAWATAN KAKI PADA DIABETES MELLITUS DI RSUP DR"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN

KAKI DIABETIK TERHADAP PENGETAHUAN PERAWATAN

KAKI PADA DIABETES MELLITUS DI RSUP DR. SOERADJI

TIRTONEGORO KLATEN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Program Studi Strata I Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :

Gatot Andriyanto J 210.151.006

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)
(3)
(4)
(5)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN KAKI DIABETIK TERHADAP PENGETAHUAN PERAWATAN KAKI PADA

DIABETES MELLITUS DI RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Abstrak

Latar Belakang. Salah satu komplikasi pada penderita diabetes mellitus disebabkan kurangnya pendidikan kesehatan dan perawatan kaki. Upaya pencegahan pada pasien diabetes mellitus dengan komplikasi neuropati diabetik adalah perawatan kaki. Perawatan kaki terdiri dari memeriksa kondisi kaki setiap hari, menjaga kebersihan kaki, memotong kuku dengan baik, memilih alas kaki yang benar. Perawatan kaki yang baik dapat mencegah dan mengurangi komplikasi kaki diabetik hingga 50%. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki diabetik terhadap pengetahuan perawatan kaki pada diabetes mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Metode Penelitian ini adalah quasi experimental designs dengan menggunakan rancangan pretest posttest with control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah 30 responden yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 15 responden untuk kelompok kontrol dan 15 responden untuk kelompok eksperimen menggunakan

accidental sampling. Hasil Penelitian dengan uji Kolmogorov Smirnov baik pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diperoleh nilai p-value 0,20 (p-value >0,05) yang berarti bahwa data tersebut berdistribusi normal. Hasil uji Paired T Test pada kelompok kontrol dengan nilai p-value 0,001 dan pada kelompok eksperimen dengan nilai

p-value 0,016 selanjutnya uji Independent T Test diperoleh nilai p-value 0,006 yang dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Simpulan ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki diabetik terhadap pengetahuan perawatan kaki pada penderita diabetes mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

Kata Kunci: Pendidikan Kesehatan, pengetahuan, perawatan kaki diabetik.

Abstract

Background. One complication in patients with diabetes mellitus due to the lack of health education and foot care. Prevention in patients with diabetes with complications of diabetic neuropathy is foot care. Foot care consists of checking the condition of your feet every day, keeping feet clean, cut nails properly, choosing the right footwear. Good foot care can prevent and reduce the complications of diabetic foot up to 50%. The Purpose Of This Research was to determine the effect of health education on the treatment of diabetic foot to foot care knowledge on diabetes mellitus in Hospital Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Research Methods is quasi-experimental designs using a pretest-posttest control group design. The population in this study were 30 respondents were divided into two groups of 15 respondents to the control group and an experimental group of 15 respondents to use

accidental sampling. Research Result by Kolmogorov-Smirnov both the control group and the experimental group obtained p-value of 0.20 (p-value> 0.05), which means that the data are normally distributed. Paired T Test results in the control group with a p-value of 0.001 and the experimental group with a p-value of 0.016 subsequent tests Independent T

(6)

Test was obtained p-value of 0.006 which can be concluded that Ho is refused. Conclusions about the effect of health education on the knowledge of diabetic foot care foot care in people with diabetes mellitus in Hospital Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

Keywords: Health education, knowledge, diabetic foot care.

1. PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus merupakan suatu gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang ditandai oleh hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa dalam darah yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin atau menurunnya kerja insulin (Adhiarta, 2011 dan American Diabetic Association, 2012). Diabetes Mellitus disebabkan oleh hormon insulin penderita yang tidak mencukupi atau tidak efektif sehingga tidak bisa bekerja secara normal. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 1997 dalam Porth (2007) mengklasifikasikan diabetes menjadi empat jenis, antara lain: Diabetes Mellitus tipe I, Diabetes Mellitus tipe II, Diabetes Mellitus tipe lain serta Diabetes Kehamilan.

Kenaikkan jumlah penduduk dunia yang terkena penyakit Diabetes Mellitus semakin mengkhawatirkan. Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2000 jumlah penduduk dunia yang menderita diabetes sudah mencapai 171.230.000 jiwa dan pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai jumlah 366.210.100 jiwa atau naik sebesar 114% dalam kurun waktu 30 tahun.

Kejadian Diabetes Mellitus yang paling banyak adalah Diabetes Mellitus tipe II yang jumlahnya mencapai 90-95% dari seluruh pasien dengan diabetes mellitus. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes mellitus tipe II, yaitu terapi nutrisi (diet), latihan fisik, pemantauan, terapi farmakologi dan pendidikan.

Pentingnya pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh penderita diabetes mellitus dapat membantu perawat dalam melakukan pendidikan dan penyuluhan. Pendidikan kesehatan bagi penderita diabetes mellitus memiliki peranan yang penting untuk mengubah perilaku dengan meningkatkan pemahaman penderita tentang penyakitnya agar mencapai keadaan sehat optimal dan penyesuaian keadaan psikologis serta kualitas hidup yang lebih baik. Pendidikan kesehatan pada pasien diabetes mellitus juga diperlukan karena penatalaksanaan diabetes mellitus memerlukan perilaku penanganan yang khusus seumur hidup. Pasien tidak hanya belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri guna menghindari fluktuasi kadar glukosa darah yang mendadak, tetapi juga

(7)

harus memiliki perilaku yang preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi diabetik jangka panjang (Damayanti, 2015).

Komplikasi diabetes mellitus ada dua, antara lain komplikasi akut dan komplikasi kronis. Komplikasi akut terjadi akibat ketidakseimbangan akut kadar glukosa darah, yaitu: hipoglikemia, diabetik ketoasidosis dan hiperglikemia hiperosmolar non ketosis (Black & Hawks, 2005). Komplikasi kronis terdiri dari makroangiopati (penyempitan pembuluh darah besar) seperti, penyakit jantung koroner, cerebrovaskuler, dan vaskuler perifer, mikroangiopati (penyempitan pembuluh darah kapiler) jika terjadi di retina mata menyebabkan retinopati diabetik dan di ginjal menyebabkan nefropati diabetik, neuropati diabetik mempengaruhi semua jenis saraf, yaitu saraf perifer, otonom dan spinal.

Komplikasi neuropati menimbulkan permasalahan di kaki berupa ulkus kaki diabetik. Adapun mekanisme terjadinya ulkus kaki diabetik antara lain: akibat ketidakpatuhan dalam melakukan tindakan pencegahan, pemeriksaan kaki, kurang melaksanakan pengobatan medis, aktivitas pasien yang tidak sesuai, kelebihan berat badan, penggunaan alas kaki yang tidak sesuai, kurangnya pendidikan kesehatan dan perawatan kaki.

Salah satu upaya pencegahan pada pasien diabetes mellitus dengan komplikasi neuropati diabetik adalah perawatan kaki. Perawatan kaki merupakan aktivitas sehari-hari pasien diabetes mellitus yang terdiri dari memeriksa kondisi kaki setiap hari, menjaga kebersihan kaki, memotong kuku dengan baik, memilih alas kaki yang benar, pencegahan cidera pada kaki, dan pengelolaan awal cidera pada kaki. Perawatan kaki yang baik dapat mencegah dan mengurangi komplikasi kaki diabetik hingga 50% (American Diabetic Association, 2012).

Badan Federasi Diabetes Internasional (IDF) pada tahun 2009 memperkirakan kenaikkan jumlah penderita Diabetes Mellitus dari 7,0 juta jiwa pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta jiwa di tahun 2030 (Maulana, 2009). Indonesia menduduki peringkat keempat terbesar dengan pertumbuhan sebesar 152% atau dari 8.426.000 jiwa pada tahun 2000 menjadi 21.257.000 jiwa di tahun 2030.

Perolehan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, terjadi peningkatan prevalensi Diabetes Mellitus di 17 provinsi seluruh Indonesia dari 1,1% tahun 2007 meningkat menjadi 2,1% di tahun 2013 dari total penduduk sebanyak 250 juta. Dari data – data prevalensi kejadian Diabetes Mellitus tersebut, salah satunya adalah Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah penderita Diabetes Mellitus sebanyak 509.319 jiwa (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2011).

(8)

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten pada tahun 2013, penderita Diabetes Mellitus menempati urutan ke 3 dari 11 penyakit yang tidak menular di Klaten sebanyak 360 jiwa penderita Diabetes Mellitus tipe I atau yang disebut Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan 12.989 jiwa penderita Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus

(NIDDM).

Berdasarkan data sekunder yang didapat peneliti di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada bulan januari sampai bulan april 2016 diperoleh pasien Diabetes Mellitus yang rawat jalan dengan pasien kunjungan lama 517 jiwa dan dengan pasien kunjungan baru sebesar 1233 jiwa dengan jumlah penderita neuropati diabetik sebanyak 137 jiwa. Data perolehan dari penderita diabetes mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten menunjukkan angka kejadian diabetes mellitus yang mengalami peningkatan.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan 10 responden. Hasil yang diperoleh pada saat wawancara adalah 7 orang mengatakan belum pernah mendapat pendidikan kesehatan dan 3 orang mengatakan sudah pernah mendapat pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki. Dari hasil tersebut, sebagian penderita Diabetes Mellitus mengatakan belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki diabetik dengan benar dan mereka mengatakan bahwa perawatan kaki diketahui setelah penderita mengalami luka pada kaki.

Sehubungan dengan itu penulis tertarik untuk meneliti tentang “pengaruh pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki diabetik terhadap pengetahuan perawatan kaki pada diabetes mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten“. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki diabetik terhadap pengetahuan perawatan kaki pada diabetes mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah quasi experimental designs dengan menggunakan rancangan pretest posttest with control group design. Populasi berjumlah 1233 orang dengan rata-rata per bulan sebesar 310 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non probability sampling atau non random sampel. Jenis pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Peneliti akan mengambil sampel penelitian sebesar 30 responden dengan 15 responden untuk kelompok eksperimen dan 15 responden untuk kelompok kontrol. Teknik analisis data yang digunakan adalah

(9)

untuk pretest selama 30 menit kemudian istirahat 30 menit dilakukan posttest selama 30 menit dan diberi leaflet. 15 kelompok eksperimen diberi kuisoner selama 30 menit untuk pretest kemudian diadakan penyuluhan pendidikan kesehatan selama 40 menit, lalu diberi leaflet dan istirahat 30 menit. Setelah itu diberi kuisoner lagi dengan waktu 30 menit untuk mengingat materi yang diberikan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Responden

Tabel 1 Karakteristik Responden

Sumber: Data Primer

Pada tabel 1 menunjukkan data distribusi responden berdasarkan jenis kelamin baik pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen mayoritas jenis kelamin perempuan yaitu 53,3%. Berdasarkan umur, menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang berumur 46-60 tahun pada kelompok kontrol 73,3% sedangkan kelompok eksperimen 60,0%. Pekerjaan pada kelompok kontrol yang terbanyak adalah karyawan swasta sebanyak 46,7% dan kelompok eksperimen dengan pekerjaan sebagai buruh sebanyak 40,0%. Pendidikan, kelompok kontrol yang paling dominan

Karakteristik Kontrol Eksperimen

ƒ % ƒ % Jenis Kelamin Laki-laki 7 46,7 7 46,7 Perempuan 8 53,3 8 53,3 Umur 25-35 th 2 13,3 5 33,3 36-45 th 2 13,3 1 6,7 46-60 th 11 73,3 9 60,0 Pekerjaan PNS 3 20,0 2 13,3 Petani 0 0 2 13,3 Kary. Swasta 7 46,7 3 20,0 Buruh 4 26,7 6 40,0 Tidak Bekerja 1 6,7 2 13,3 Pendidikan SD 4 26,7 0 0 SMP 0 0 5 33,3 SMA 7 46,7 5 33,3 Diploma 3 20,0 5 33,3 Tidak Sekolah 1 6,7 0 0 LamaMenderita DM < 5th 9 60,0 10 66,7 5-10 th 6 40,0 4 26,7 > 10 th 0 0 1 6,7 Total 15 100 15 100

(10)

tingkat pendidikan SMA 46,7% sedangkan kelompok eksperimen untuk tingkat pendidikan dari SMP, SMA, Diploma masing-masing jumlahnya sama 33,3%. Lama menderita DMT2 pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang terbanyak adalah lama menderita <5 tahun sebanyak 60,0% kelompok kontrol dan kelompok eksperimen 66,7%.

3.2 Pengetahuan Perawatan Kaki Diabetik

Tabel 2 Hasil Pretest dan Posttest Pengetahuan Perawatan Kaki Diabetik

Sumber: Data Primer

Tabel 2 diperoleh hasil pretest pengetahuan perawatan kaki pada kelompok kontrol maupun eksperimen rata-rata dalam kategori cukup yaitu 73,3% pada kelompok kontrol dan 66,7% pada kelompok eksperimen. Hasil posttest pengetahuan responden pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen mengalami peningkatan pada kategori baik yaitu 26,7% pada kelompok kontrol dan 67,7 pada kelompok eksperimen.

Tabel 3 Hasil Uji Perbedaan Pengetahuan Perawatan Kaki Pretest dan Posttest Pada Kelompok Kontrol

N Mean Std Deviation t p-value Pretest 15 18,20 3,189

-9,865 0,001 Posttest 15 21,07 2,939

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil uji statistik Paired t-Test pada tabel 3 menunjukkan adanya perbedaan rerata skor pengetahuan perawatan kaki yang signifikan sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dengan nilai p-value = 0,001.

Pengetahuan Pretest Posttest

Kontrol Eks Kontro Eks

N % N % N % N %

Baik 1 6,7 1 6,7 4 26,7 10 67,7

Cukup 11 73,3 10 66,7 10 66,7 5 33,3

Kurang 3 20 4 26,7 1 6,7 0 0

(11)

Tabel 4 Hasil Uji Perbedaan Pengetahuan Perawatan Kaki Pretest dan Posttest Pada Kelompok Eksperimen

N Mean Std Deviation t p-value Pretest 15 18,47 2,588

-34,293 0,016 Posttest 15 24,07 2,520

Sumber: Data Primer

Berdasarkan hasil uji statistic Paired t-Test pada tabel 4 menunjukkan adanya perbedaan rerata skor pengetahuan perawatan kaki karena nilai p-value= 0, 016.

Tabel 5 Hasil Uji Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Perawatan Kaki

Posttest NMean Std Deviation t p-value Kontrol 1 21,07 2,939

-3,001 0,006 Eksperimen 1 24,07 2,520

Sumber: Data Primer

Berdasarkan hasil uji Independent t-Test pada tabel 5 dapat terlihat bahwa ada perbedaan rerata skor pengetahuan perawatan kaki yang signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen dengan nilai p-value 0,006 yang berarti Ho ditolak.

3.3 Pembahasan

a) Perbedaan Pengetahuan Perawatan Kaki Sebelum dan Setelah Pendidikan Kesehatan Pada Kelompok Kontrol

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum diberikan pendidikan kesehatan diperoleh nilai rerata 18,20 setelah diberikan pendidikan kesehatan diperoleh nilai rerata 21,07, maka terjadi kenaikan rereta pengetahuan perawatan kaki sebesar 2,87, sedangkan hasil uji beda Paired t-Test diperoleh p-value = 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan perawatan kaki sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol.

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

(12)

Hasil penelitian ini didukung oleh Windasari (2014) yang menyebutkan terjadi peningkatan tingkat pengetahuan dalam melakukan perawatan kaki dan pencegahan terjadinya komplikasi diabetes mellitus. Perubahan rata-rata pada tingkat pengetahuan pada kelompok kontrol disebabkan oleh faktor konsentrasi yang terpecah pada saat melakukan pengisian kuesioner pretest yang dikarenakan sedang menunggu pemeriksaan gula darah dan pengisian kuesioner pemeriksaan posttest dilakukan setelah pemeriksaan gula darah dan menunggu dokter.

b) Perbedaan Pengetahuan Perawatan Kaki Sebelum dan Setelah Pendidikan Kesehatan Pada Kelompok Eksperimen

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum diberikan pendidikan kesehatan diperoleh nilai rerata 18,47 setelah diberikan pendidikan kesehatan diperoleh nilai rerata 24,07, maka terjadi kenaikan rerta pengetahuan perawatan kaki sebesar 5,60, sedangkan hasil uji beda Paired t-Test diperoleh p-value = 0,016. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan perawatan kaki sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen.

Nursalam (2012) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan selama ini belum maksimal sehingga perlu dukungan semua pihak dan advokasi, dengan pendidikan kesehatan pada pasien kaki diabetic diharapkan pasien lebih mengetahui tentang definisi, tanda dan gejala, perawatan kaki diabetik, serta pencegahan kaki diabetik. Hal ini relevan dengan pendapat Notoatmodjo (2007) yang menyatakan pada dasarnya tujuan utama pendidikan kesehatan adalah untuk mencapai 3 hal, yaitu: (1) Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat; (2) Peningkatan perilaku masyarakat; (3) Peningkatan status kesehatan masyarakat.

Media pendidikan kesehatan melalui media elektronik videovisual merupakan alat yang membantu menstimulasi indera penglihatan dan indera pendengaran pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan (Notoatmodjo, 2007).

Hasil penelitian ini didukung oleh Ibnu (2013) dan Windasari (2014) yang menyebutkan terjadi kenaikan tingkat pengetahuan dalam melakukan perawatan kaki dan pencegahan tejadinya komplikasi diabetes mellitus. Perubahan rata-rata pada tingkat pengetahuan pada kelompok eksperimen disebabkan oleh faktor diberikannya pendidikan kesehatan melalui audiovisual dengan LCD.

(13)

Peningkatan pengetahuan pada kelompok eksperimen terjadi karena diberikan pendidikan kesehatan melalui audiovisual dengan LCD, maka banyak responden yang lebih tertarik dan memperhatikan visualisasi maupun gambaran cara perawatan kaki dan pencegahan terjadinya komplikasi diabetestes mellitus, sehingga ingatan lebih kuat, lebih mudah dipahami dan menimbulkan kesan yang baik.

c) Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Perawatan Kaki Diabetik Terhadap Pengetahuan Perawatan Kaki Pada Diabetes Melitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki diabetik terhadap pengetahuan perawatan kaki pada penderita diabetes mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Hal ini dilihat dari nilai rerata pada kelompok eksperimen sebesar 24,07 sedangkan pada nilai rerata pada kelompok kontrol sebesar 21,07, sehingga terdapat selisih sebesar 3,00, dan hasil uji beda Independent t-Test diperoleh nilai p-value sebesar 0,006.

Penelitian ini juga didukung oleh Pramesti (2014). Pramesti mengungkapkan pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki bagi penderita diabetes mellitus dipilih karena sebagai bantuan untuk masalah kehidupan dampak lanjutan dari penyakit diabetes mellitus dengan cara yang tepat. Pemberian pendidikan kesehatan diharapkan dapat mengubah perilaku penderita diabetes mellitus dalam upaya mencegah komplikasi diabetes mellitus. Pramesti juga mengungkapkan bahwa penelitiannya ini didukung oleh beberapa faktor diantaranya faktor kesiapan penyuluh atau penyaji yang telah mempersiapkan materi yang akan disampaikan dan menguasai materi yang akan dijelaskan.

Pendidikan kesehatan didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau perilaku untuk mencapai kesehatan secara optimal (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Walgito (2005), faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan yaitu faktor penyuluh antara lain cukupnya persiapan, penguasaan materi yang dijelaskan, penampilan yang meyakinkan sasaran, bahasa yang digunakan dapat dimengerti oleh sasaran.

Hasil ini menunjukkan bahwa kelompok yang mendapatkan pendidikan kesehatan lebih mengerti dalam melakukan perawatan kaki dibanding kelompok yang tidak mendapatkan

(14)

pendidikan kesehatan. Hal ini membuktikan bahwa melalui pendidikan kesehatan, terjadi perubahan perilaku responden dalam merawat kaki.

Efektivitas pengaruh pendidikan kesehatan dengan menggunakan media audiovisual dibandingkan leaflet, disebabkan karena dengan audiovisual memiliki keuntungan seperti meningkatkan pengertian yang lebih baik, membuat ingatan terhadap pelajaran lebih lama, membantu memberikan konsep pertama atau kesan yang benar, sehingga penggunaan pendidikan kesehatan melalui media audiovisual lebih baik daripada media leaflet.

4. PENUTUP 4.1 Simpulan

a. Terdapat perbedaan pengetahuan perawatan kaki sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol dengan media leaflet.

b. Terdapat perbedaan pengetahuan perawatan kaki sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen dengan media audiovisual dengan LCD.

c. Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki diabetik terhadap pengetahuan perawatan kaki pada penderita diabetes mellitus di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. 4.2 Saran

a. Bagi Institusi Kesehatan

Institusi kesehatan lebih meningkatkan pelayanan pendidikan kesehatan melalui penyuluh kesehatan yang handal agar pengetahuan meningkat sehingga kesehatan masyarakat lebih baik lagi.

b. Bagi Penderita Diabetes Mellitus

Bagi penderita dan keluarga diabetes mellitus diharapkan mampu merawat kaki diabetik, sehingga tidak tergantung pada tenaga medis.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dan mengkaji lebih dalam dengan menggunakan media, instrument, lokasi penelitian di daerah lain melalui pengamatan langsung dilapangan, sehingga diperoleh hasil yang lebih variatif.

(15)

d. Bagi Instansi Pendidikan

Bagi instansi pendidikan menyediakan berbagai bahan kepustakaan terkait dengan pengaruh pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki diabetik, sehingga peneliti dan peneliti selanjutnya hasilnya lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Adhiarta. (2011). Penatalaksanaan Kaki Diabetik. Artikel dalam Forum Diabetes Nasional V. Bandung. Pusat Informasi Ilmiah Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD.

Alberti, K,G,M,Mayer, and PZ ft Zimmet. Definition, diagnosis and classification of diabetes mellitus and its complications. Part 1: diagnosis and classification of diabetes mellitus. Provisional report of a WHO consultation. Diabetic medicine 15.7 (1998): 539-553.

ADA (American Diabetes Association) .(2012). Diagnosis and classification of diabetes mellitus.

Diabetes care 35.Supplement 1 (2012).

Assal, J. P., and L. Groop (1999). Definition, diagnosis and classification of diabetes mellitus and its complications.

Damayanti, S.(2015). Diabetes Mellitus dan Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Dinkes Kabupaten Klaten. (2013). Data Penderita Diabetes Mellitus. Diunduh pada tanggal 23 Mei 2016 http://www.dinkesklatenkab.com

Fitri. (2015). Data Prevalensi Penderita Diabetes di Indonesia. Diunduh pada tanggal 23 Mei 2016. http://sehat.link/info

Ibnu, M.(2013). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Perawatan Kaki Diabetik Non Ulkus Terhadap Kemampuan Diabetisi Dalam Melakukan Perawatan Kaki di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten Pekalongan. Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol.5,No.2.

Juwitaningtyas, F,A. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Penderita Diabetes Mellitus Dalam Pencegahan Luka Kaki Diabetik Di Desa Mranggen Polokarto Sukoharjo. (SKRIPSI). UMS

Maulana, M. (2009). Mengenal Diabetes Mellitus. Jogjakarta: Kata Hati.

Mirah, N,P., Majid,A & Damayanti,S. (2015). "Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dalam Pencegahan Ulkus Kaki Diabetik Di Poliklinik RSUD Panembahan Senopati Bantul." Jurnal Keperawatan Respati Vol.2 No.1. ISSN: 2088-8872

Misnadiarly. (2006). Diabetes Mellitus: Gangren, Ulcer, Infeksi. Mengenali Gejalah, Menanggulangi, Mencegah Komplikasi (Edisi 1). Jakarta: Pustaka Populer Obor.

National Diabetes Data Group. Classification and diagnosis of diabetes mellitus and other categories of glucose intolerance. Diabetes 28.12 (1979): 1039-1057.

(16)

Noordiani.(2013). Pengetahuan dan Praktik Merawat Kaki Pada Klien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Kalimantan Selatan. Tesis. FIK:UI

Notoatmodjo, S.(2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. . (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam (2012). Mutu Asuhan Keperawatan Berdasarkan Analisis Kinerja perawat dan Kepuasan Perawat dan Pasien. Jurnal Ners 7.1:49-58

Paramitha, G,M. (2014). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. (SKRIPSI). UMS

Pramesti, D,E. (2014). Perbedaan Pengetahuan Tentang Perawatan Kaki Pada Penderita Diabetes Mellitus Sebelum dan Sesudah Dilakukan Pendidikan Kesehatan Di Desa Kedunggading Kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal. (SKRIPSI). Stikes Ngudi Waluyo

Profil Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah (2011). Diunduh pada tanggal 23 Mei 2016. http://www.dinkes.jatengprov.go.id/dokumen

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Prevalensi Diabetes Mellitus. Diunduh pada tanggal 23 Mei 2016. http://www.pusdatin.kemkes.go.id

Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I.(2009). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunaryo, & Welas,H. (2007). Perbandingan Pendidikan Kesehatan Antara Metode Diskusi dan Pemecahan Masalah dalam Perubahan Perilaku Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Swadana Pekalongan. Jurnal Keperawatan Soedirman 2.1: 17-23.

Supriadi, D., Kusyati,E & Sulistyawati,E. (2013). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Demonstrasi Terhadap Kemampuan Merawat Kaki Pada Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Manajemen Keperawatan 1.1.

Tuomilehto, J. Prevention of type 2 diabetes mellitus by changes in lifestyle among subjects with impaired glucose tolerance. New England Journal of Medicine 344.18 (2001): 1343-1350.

Trisnawati, S,K., &Setyorogo,S. (2013). Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng. Jurnal Ilmiah Kesehatan 5.1:6-11

Windasari, N,N. (2015). Pendidikan Kesehatan dalam Meningkatkan Kepatuhan Merawat Kaki pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II. Muhammadiyah Journal of Nursing 2.1: 79-90.

Gambar

Tabel 1 Karakteristik Responden
Tabel 2 Hasil Pretest dan Posttest Pengetahuan Perawatan Kaki Diabetik
Tabel 5 Hasil Uji Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Perawatan Kaki

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data yang tepat dan dapat dipercaya tentang seberapa jauh hubungan antara self-regulated learning dengan kecemasan akademik

Jika dalam waktu yang telah ditetapkan mahasiswa tidak sanggup menyelesaikan Tugas Akhirnya, maka judul Tugas Akhirnya akan dibatalkan dan mahasiswa diminta untuk mengajukan judul

X1.3 Ketersediaan informasi pertanian.. Program pembangunan pertanian baru dengan paradigma yang baru menuntut partisipasi aktif petani sebagai prioritas utama dalam

Yang dimaksud BMN sesuai dengan pasal 1 butir 10 UU No 1 Tahun 2004 adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang

Berdasarkan hasil uji beda Wilcoxon diketahui bahwa skor BDI penderita nyeri sendi pada kelompok kontrol saat post test tidak mengalami penurunan tingkat depresi yang

[r]

The object of this research is the movie entitled Iron Jawed Angels by Katja Von Garnier. The researcher employs qualitative method; the researcher uses two data

Penelitian ini menggunakan empat ekor landak Jawa yang berasal dari Tawangmangu yang terdiri dari tiga ekor jantan dan satu ekor betina yang memiliki bobot badan antara 6-8