• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN. ( Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN. ( Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rata-rata laju pertumbuhan populasi ternak unggas selama enam tahun dari tahun 2004 hingga 2010 menunjukkan peningkatan, diantaranya ternak ayam ras petelur dan pedaging serta itik (Tabel 1). Sementara, perkembangan ternak ayam buras mengalami penurunan dengan rata-rata laju penurunan 0,29 persen selama enam tahun di Indonesia. Namun demikian, rata-rata kontribusi populasi ternak ayam buras terhadap populasi ternak unggas di Indonesia selama tujuh tahun sebesar 20,60 persen menunjukkan bahwa budidaya ayam buras juga menyumbang pertumbuhan output nasional pada subsektor peternakan unggas sebagai salah satu sektor riil perekonomian di Indonesia, yaitu sektor pertanian. Selain itu, kontribusi populasi ayam buras terhadap pemenuhan konsumsi daging dan telur nasional potensial untuk dikembangkan.

Tabel 1. Populasi Ternak Unggas di Indonesia Tahun 2004-2010

(dalam 000 Ekor)

Ternak Unggas 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010*)

Ayam Buras 276.989 278.954 291.085 272.251 243.423 249.964 268.957

Ayam Ras Petelur 93.416 84.790 100.202 111.489 107.955 99.768 103.841 Ayam Ras Pedaging 778.970 811.189 797.527 891.659 902.052 991.281 1.249.952 Itik 32.573 32.405 32.481 35.867 38.840 42.318 45.292

Total Populasi Unggas 1.181.948 1.207.338 1.221.295 1.311.266 1.292.270 1.383.331 1.668.042

Keterangan: *) Angka Sementara

Sumber: Badan Pusat Statistik (2011) 1) (Diolah)

Jumlah produksi unggas nasional tersebut sebagian besar disumbang dari Pulau Jawa, antara lain Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagaimana yang ditunjukkan dalam Tabel 2. Besar sumbangan populasi ternak ayam buras di Provinsi Jawa Barat terhadap populasi nasional 11,11 persen menunjukkan masih rendahnya pengusahaan ternak ayam buras dibandingkan dengan ayam ras pedaging dan petelur. Data populasi ternak ayam buras belum memilah antara usaha ternak ayam pedaging dan petelur, sehingga data populasi

1)

(http://www.bps.go.id). Populasi Ternak (000) Ekor 2000-2008. Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.

(2)

2 yang ditunjukkan merupakan total keseluruhan populasi ayam buras pedaging dan petelur.

Tabel 2. Perbandingan Populasi Ternak di Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi Lain dan Kontribusinya terhadap Nasional Tahun 2010*

No Ternak Populasi (Ekor) % Kontribusi

Populasi** Jawa Barat JawaTengah JawaTimur Nasional

1 Ayam Buras 29,022,875 36,741,465 23,964,085 261,173,531 11.11 2 Ayam Ras Pedaging* 512,626,821 59,302,085 154,356,580 1,115,108,029 45.97 3 Ayam Ras Petelur 11,125,158 17,583,669 34,037,999 116,188,087 9.58 4 Itik 8,840,386 5,188,611 3,691,306 43,367,193 20.38

Keterangan: *) Angka Sementara

**) Persentase kontribusi populasi unggas Provinsi Jawa Barat terhadap populasi unggas Nasional Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (2011) 2)

Populasi unggas ayam buras di Provinsi Jawa Barat yang masih rendah tersebut disebabkan pengusahaan oleh rumah tangga peternak yang organisasi produksinya masih bersifat subsisten atau hanya sebagai rumah tangga pemelihara (Tabel 3). Kedua jenis rumah tangga yang berbeda dalam Tabel tersebut menjelaskan corak usahatani yang terdapat dalam masyarakat pembudidaya ternak unggas di Jawa Barat.

Tabel 3. Jumlah Rumah Tangga Peternakan Unggas di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008

Jenis Unggas Jumlah Rumah Tangga

Pemelihara (orang)

Jumlah Unit Usaha Komersial (orang)

Ayam Buras 1.277.792 20.258

Itik 94.075 34.657

Ayam Ras Petelur 5.425 1.328

Ayam Ras Pedaging 10.894 9.738

Jumlah (orang) Rumah Tangga Pemelihara 1.388.186 Unit Usaha Komersial 65.981 Peternakan Total 1.454.167

Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (2011)3)

2)

(http://disnak.jabarprov.go.id). Perbandingan Populasi Ternak di Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi Lain dan Kontribusinya terhadap Nasional Tahun 2010*. Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.

3)

(http://disnak.jabarprov.go.id). Rumah Tangga Peternakan di Jawa Barat (SPN 08). Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.

(3)

3 Rumah tangga pemelihara dimaksudkan dengan corak usaha ternak yang subsisten dan rumah tangga usaha merupakan corak usaha ternak yang komersial. Umumnya, budidaya ternak ayam buras diusahakan secara terpencar-pencar oleh individu peternak di wilayah pedesaan dengan skala yang sangat kecil dan corak subsisten. Jumlah rumah tangga peternak, baik rumah tangga pemelihara maupun rumah tangga usaha dalam membudidayakan ternak ayam buras sangat besar jumlahnya, tetapi populasi ayam buras masih rendah.

Berbeda halnya dengan populasi ayam ras pedaging dan petelur yang pengusahaannya oleh rumah tangga peternak lebih sedikit dibandingkan dengan rumah tangga peternak ayam buras. Persentase jumlah rumah tangga pemelihara ternak ayam buras terhadap jumlah rumah tangga pemelihara unggas di Provinsi Jawa Barat mencapai 92,05 persen adalah lebih besar daripada jumlah rumah tangga pemelihara ayam ras pedaging dan petelur yang masing-masing hanya 0,78 persen dan 0,39 persen terhadap jumlah rumah tangga pemelihara unggas di Jawa Barat pada tahun 2008. Sementara, rumah tangga peternak usaha (komersial) untuk ternak ayam buras baru diusahakan sekitar 1,39 persen terhadap seluruh rumah tangga peternakan unggas di Jawa Barat.

Namun demikian, pengusahaan ayam ras pedaging dan petelur secara komersial pun tidak lebih besar dari rumah tangga peternak ayam buras komersial masing-masing hanya 0,64 persen dan 0,09 persen dari rumah tangga peternakan unggas di Jawa Barat. Hal ini disebabkan pengusahaan ayam ras pedaging dan petelur saat ini banyak dikembangkan dengan berkelompok melalui kelembagaan-kelembagaan sosial dan ekonomi yang terdapat dalam lingkungan masyarakat, seperti kelompok ternak, Kelompok Wanita Tani (KWT) dan diarahkan dengan bentuk kemitraan PIR (Perusahaan Inti Rakyat). Dengan prinsip kolektivitas tersebut, baik melalui kelembagaan maupun kemitraan, ternyata mampu meningkatkan produksi ayam ras pedaging dan petelur. Bentuk kolektivitas ini masih jarang ditemukan dalam perkembangan budidaya ayam buras hampir di sebagian besar wilayah pedesaan Indonesia.

Produksi ternak unggas ayam buras yang masih kecil itu membuat harga jual hasil ternak, baik daging maupun telur ayam buras lebih mahal daripada hasil ternak ayam ras, selain karena produk ayam buras memiliki diferensiasi dan

(4)

4 karakteristik yang lebih diminati masyarakat tertentu. Beberapa karakteristik daging dan telur ayam buras tersebut, diantaranya seperti tekstur yang liat pada daging dan kandungan lemak yang lebih tinggi sehingga rasanya lebih gurih daripada daging dan telur ayam ras. Pemeliharaannya yang tradisional dengan membebaskan ayam secara liar untuk mencari pakan sendiri, membuat tingkat keaktifan ayam buras lebih tinggi dan secara biologis membentuk rasa dan tekstur spesifik. Hasil ternak telur ayam buras lebih banyak diminati karena manfaat fungsionalnya untuk menjaga stamina dan kesehatan tubuh daripada telur ayam ras yang manfaatnya untuk makanan konsumsi sehari-hari. Implikasinya adalah bahwa permintaan hasil ternak ayam buras masih lebih besar daripada produksinya, seperti yang dapat dijelaskan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Pemasukan dan Pengeluaran Unggas Antar Kabupaten di Wilayah Provinsi Jawa Barat Angka Tetap Tahun 2010

No. Kabupaten/Kota

Pemasukan Unggas (Ekor) Pengeluaran Unggas (Ekor)

Ayam Buras Ayam Ras Petelur Ayam Ras Pedaging Ayam Buras Ayam Ras Petelur Ayam Ras Pedaging 1 Kab. Bogor 492.882 1.046.000 5.533.439 157.130 5.078.704 14.518.050 2 Kab. Sukabumi 88.721 - - 41.700 69.160 8.795.862 3 Kab. Cianjur 1.420.000 - - - 1.186.480 870.700 4 Kab. Bandung 409.134 63.223 1.200.000 412.101 1.795.200 - 5 Kab. Garut 972.800 - 2.362.970 151.600 - 295.226 6 Kab. Tasikmalaya 11.892 800.900 1.266.060 20.257 365.310 7.608.900 7 Kab. Ciamis 217.333 - - 466.814 - 15.209.816 8 Kab. Kuningan 49.582 124.900 17.882 13.716 69.400 24.226.571 9 Kab. Cirebon 1.011.045 14.819 5.289.998 461.978 60.095 4.923.712 10 Kab. Majalengka 123.502 61.090 546.861 694.465 30.190 4.378.611 11 Kab. Sumedang 402.200 85.900 133.500 - 134.700 - 12 Kab. Indramayu 666.452 - 29.551.723 51.115 - - 13 Kab. Subang 781.133 16.963 837.847 116.477 52.012 7.218.235 14 Kab. Purwakarta 46.090 - - - - - 15 Kab. Karawang 658.950 - 7.805.640 208.800 - 4.518.150 16 Kab. Bekasi 213.600 4.144 5.855.500 147.651 - 4.596.000 17 Kab. Bandung Barat 225.975 7.240 970.277 5.891 319.352 2.806.800 18 Kota Bogor 104.701 - - 35 - 6.602 19 Kota Sukabumi - - - - 20 Kota Bandung - - - 7.000 5.897 583.283 21 Kota Cirebon 48.000 500 1.850.300 25.077 - 1.887.952 22 Kota Bekasi 114.375 116.744 7.971.058 343.092 25.500 1.100.499 23 Kota Depok 14.510 - 8.610.000 70.800 47.962 - 24 Kota Cimahi 9.401 - 52.332 - 1.200 141.540 25 Kota Tasikmalaya 305.041 52.323 1.432.265 13.051 12.636 1.724.371 26 Kota Banjar 72.862 18.000 18.709.500 8.470 - 17.561.000 Jawa Barat 8.460.181 2.412.746 99.997.152 3.417.148 9.253.798 122.971.880

Keterangan : Tanda (-) menunjukkan bahwa tidak ada pemasukan dan pengeluaran unggas Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (2011) 4)

4

(http://disnak.jabarprov.go.id). Pemasukan Unggas (Ekor) dan Telur (Butir) Antar Kabupaten di Wilayah Provinsi Jawa Barat Angka Tetap Tahun 2010. Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.

(5)

5 Istilah pemasukan menjelaskan tentang kebutuhan suatu daerah akan ternak tertentu yang dikirimkan berasal dari daerah di luar Provinsi Jawa Barat. Sementara, istilah pengeluaran menjelaskan jumlah unggas yang dapat diproduksi oleh peternak daerah tersebut yang dapat dikonsumsi dan atau dikirimkan ke luar daerah tersebut. Jumlah pemasukan ayam buras untuk Kabupaten dan Kota Bogor yang lebih besar dibandingkan jumlah pengeluaran pada tahun 2010 menunjukkan bahwa permintaan ayam buras di daerah Bogor masih lebih besar daripada produksinya. Hal ini pun terjadi juga di beberapa kabupaten dan kota lainnya di Provinsi Jawa Barat. Dengan demikian, pengembangan ternak ayam buras ini menjadi penting untuk meningkatkan produksi dalam memenuhi peluang permintaan yang masih besar.

1.2. Perumusan Masalah

Rekapitulasi data kelompok peternakan ayam buras dalam Tabel 5 menunjukkan potensi ternak ayam buras yang dikembangkan di Kabupaten Bogor. Menurut data dari Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Peternakan dan Kehutanan (BP4K), terdapat lima kecamatan di Kabupaten Bogor yang membudidayakan ayam buras dengan berkelompok, salah satunya adalah di Kecamatan Klapa Nunggal.

Tabel 5. Rekapitulasi Data Kelompok Peternakan Ayam Buras Tahun Anggaran

2009 di Kabupaten Bogor

Kecamatan Desa Nama Kelompok

Ternak Jumlah Anggota (orang) Kelas Kelompok Tahun Pendirian Luas Kandang (m2) Jumlah Populasi (ekor) Tamansari

Sukajadi Harapan Maju 2 14 Pemula 1998 58 97

Sukajadi Harapan Maju 1 22 Pemula 2005 116 215

Tamansari Tanjung 3 14 Pemula 2005 63 128

Tamansari Tanjung 2 20 Lanjut 1998 145 154

Tamansari Tanjung 1 20 Pemula 1998 116 162

Cigombong Ciburuy Motekar/KWT 15 Pemula 2005 81,75 155

Rumpin

Luwibatu Rahayu Mekar 15 Lanjut 2000 112 303

Rabak Giri Mulya 15 Lanjut 2000 132 381

Gobang Karya Mandiri 20 Lanjut 2000 151 454

Rabak Tunas Harapan 16 Lanjut 2000 132 413

Klapa Nunggal Nambo Hidayah Alam 6 Pemula 2000 1048 6250

Sukamakmur

Sukamulya Herang Mulya 22 Pemula 94 289

Wargajaya Mekar sari 20 Pemula 46 252

Antajaya Harapan Jaya 10 Pemula 2006 790 323

TOTAL 3.048,75 9.576

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2011) 5) (Diolah).

5)

(http://bp4k.bogorkab.go.id). Rekapitulasi Data Kelompok Peternakan Tahun Anggaran 2009. Diakses Tanggal 10 Oktober 2011.

(6)

6 Kelompok ternak yang mengusahakan ternak ayam buras di Kecamatan Klapa Nunggal Desa Nambo merupakan kelompok ternak ayam buras yang mempunyai jumlah populasi ternak ayam buras terbanyak dibandingkan dengan kelompok-kelompok ternak ayam buras lainnya di Kabupaten Bogor, yaitu Kelompok Ternak Hidayah Alam.

Pada tahun 2009, Kelompok Ternak Hidayah Alam Desa Nambo memiliki kandang terluas yaitu 1.048 m2 dengan jumlah populasi ternak ayam burasnya sebesar 6.250 ekor. Dengan jumlah anggota peternak yang tergabung didalamnya sebanyak enam orang, Kelompok Ternak Hidayah Alam yang berdiri pada tahun 2000 telah berkembang menjadi peternakan unggas yang bercorak komersial dengan skala kecil, karena jumlah kepemilikan ayam yang lebih dari 1.000 ekor (Bamualim, Inounu dan Talib 2007). Namun dalam perkembangannya hingga tahun 2011, populasi ternak ayam buras tersebut semakin berkurang. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Ketua Kelompok Ternak Hidayah Alam, bahwa sebelumnya terdapat beberapa peternak ayam buras yang pernah menjadi anggota kelompok tersebut, tetapi kemudian meninggalkan usaha ternak ayam burasnya. Hal ini disebabkan jumlah ayam buras yang dipelihara cukup besar dan akan membutuhkan tenaga kerja tambahan. Tetapi, sebagian besar peternak yang mengusahakan ayam buras dalam kelompok ini menjadikan usaha ternak ayam buras sebagai pekerjaan sampingan, sehingga peternak mencurahkan jam kerja sebagian besar kepada pekerjaan utamanya di luar usaha ternak, diantaranya sebagai pegawai pemerintahan dan karyawan perusahaan.

Keterbatasan tenaga kerja keluarga untuk mengelola usaha ternak ayam buras ini menyebabkan manajemen pemeliharaan, terutama untuk seleksi bibit ayam untuk memperoleh produksi telur yang diharapkan, semakin menurun sehingga mengurangi pertumbuhan produktivitas telur ayam. Peternak tidak menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga, karena selain pertimbangan munculnya biaya produksi tambahan, tetapi juga beralihnya peternak dalam penggunaan jenis pakan. Sejak 1,5 tahun sebelumnya, peternak meramu pakan manual meliputi dedak padi, bungkil kedelai, tepung ikan dan jagung giling, tetapi kini peternak lebih memilih menggunakan jenis pakan jadi ayam petelur yang dapat dibeli dengan mudah dan dapat diberikan secara praktis. Akibatnya,

(7)

7 beberapa peternak yang mempunyai mesin pemecah jagung saat ini jarang dimanfaatkan, terutama karena ketersediaan bahan-bahan untuk membuat pakan manual yang semakin langka. Harga pakan jadi ayam petelur ini relatif mahal bagi sebagian besar peternak, terlebih lagi konsumsi ayam buras petelur untuk memproduksi telur konsumsi membutuhkan jumlah pakan yang relatif besar, berkisar antara 80-100 gram per ekor per hari.

Harga pakan jadi ayam petelur yang digunakan peternak Kelompok Hidayah Alam rata-rata sebesar Rp 200.000,00 setiap 50 kilogram yang diberikan untuk 400 ekor ayam dan habis dikonsumsi dalam satu hari. Kebutuhan dan harga pakan jadi yang tinggi ini ikut mendorong sebagian besar peternak untuk memutuskan menjual ayam-ayam yang dipeliharanya, di samping untuk mengurangi biaya tambahan tenaga kerja untuk mempertahankan manajemen pemeliharaan tanpa menurunkan produktivitas telur ayam, tetapi juga untuk membiayai penggunaan jenis pakan jadi yang lebih besar daripada biaya pakan manual untuk membudidayakan ternak ayam buras pada tahun berikutnya.

Namun demikian, pembudidayaan ayam buras petelur di Desa Nambo ini terus dikembangkan dalam Kelompok Ternak Hidayah Alam dan dijalankan melalui kemitraan dengan perusahaan di sekitar desa tersebut dalam suatu program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility

(CSR). Tetapi, tidak semua peternak bermitra dan menerima bantuan modal tersebut, sehingga terdapat peternak yang bermitra dan tidak bermitra. Kemitraan yang dijalankan antara perusahaan dengan kelompok ternak berupa pemberian pinjaman modal dalam bentuk input bibit ayam betina umur lima bulan, yang sifatnya bergulir di antara peternak dengan jangka waktu pengembalian selama tiga tahun. Di samping itu, peternak yang menjalankan kemitraan juga memperoleh pelatihan budidaya ayam buras dari perusahaan swasta tersebut.

Kemitraan ini dilaksanakan oleh dua perusahaan swasta, yaitu PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dan PT. Holcim Indonesia, Tbk. Peran kemitraan ini sebagai sumber penyedia permodalan bagi peternak merupakan salah satu upaya pengembangan usaha ternak dalam kaitannya dengan penyediaan input usaha ternak. Oleh karena itu, penting sekali mengkaji perbedaan keputusan bermitra pada peternak terhadap tingkat keberhasilan usaha ternak. Selain itu,

(8)

8 usaha ternak yang dijalankan Kelompok Hidayah Alam ini memiliki variasi jumlah populasi ayam buras yang dipelihara, yaitu skala pengusahaan paling kecil sebanyak 150 ekor dan skala paling besar sebanyak 1.325 ekor.

Perluasan skala pengusahaan ternak dapat menurunkan rata-rata komponen biaya input tetap per unit output sehingga keuntungan produsen meningkat (Teken dalam Fatma 2011). Perbedaan skala pengusahaan ternak ini membutuhkan kajian mengenai analisis usaha ternak antara peternak skala besar dan peternak skala kecil untuk melihat perbedaan tingkat keberhasilan usaha ternak. Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi usaha ternak yang dijalankan Kelompok Ternak Hidayah Alam saat ini, sehingga dapat menjadi rekomendasi alternatif pengembangan usaha ternak ayam buras petelur. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah:

(1) Bagaimana perbedaan kemitraan dan skala pengusahaan ternak terhadap tingkat keberhasilan usaha ternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam?

(2) Bagaimana alternatif pengembangan usaha ternak ayam buras petelur dalam Kelompok Ternak Hidayah Alam?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan dalam:

(1) Menganalisis perbedaan kemitraan dan skala pengusahaan ternak terhadap pendapatan dan efisiensi usaha ternak ayam buras petelur dalam Kelompok Hidayah Alam;

(2) Menganalisis perbedaan kemitraan dan skala pengusahaan ternak terhadap tingkat keuntungan investasi usaha ternak ayam buras petelur dalam Kelompok Hidayah Alam; dan

(3) Menganalisis alternatif pengembangan usaha ternak ayam buras petelur dalam Kelompok Hidayah Alam.

(9)

9

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari adanya penelitian ini diantaranya adalah: (1) Bagi Masyarakat Desa Nambo

Masyarakat Desa Nambo, khususnya peternak ayam buras petelur yang tergabung dalam Kelompok Ternak Hidayah Alam merupakan pihak yang sangat terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk membantu peternak dalam memberikan alternatif solusi permasalahan dalam pengembangan usaha ternak ayam buras petelur dan pada akhirnya untuk meningkatkan pendapatan dan keuntungan peternak. Sementara itu, manfaat penelitian bagi masyarakat secara umum adalah memberikan informasi mengenai potensi pengembangan usaha ternak telur ayam buras sebagai tambahan penerimaan dalam rumah tangga dan upaya peningkatan kemandirian pangan secara lokal;

(2) Bagi Mahasiswa

Penelitian ini merupakan tugas akhir mahasiswa sebagai bentuk pertanggungjawaban akademik dalam menyelesaikan permasalahan masyarakat yang terkait dengan bidang keahliannya. Perencanaan dan pelaksanaan penelitian yang dirancang ini melatih mahasiswa untuk tanggap melihat permasalahan-permasalahan yang ada dalam masyarakat dan kemudian menganalisis permasalahan-permasalahan tersebut serta memberikan rekomendasi solusi berbekal ilmu yang diperoleh selama bangku perkuliahan. Di samping menambah pengalaman selama di lapangan, penelitian ini juga dapat meningkatkan kemampuan akademik mahasiswa dalam tataran aplikasi; dan

(3) Bagi Institut Pertanian Bogor

Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu pihak akademis yang mempunyai tanggung jawab untuk memajukan daerah-daerah pedesaan sekitar kampus maupun luar kampus dalam sektor pertanian secara luas. Oleh karena itu, pelaksanaan penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan mahasiswa sebagai perwakilan Institut Pertanian Bogor dalam membangun daerah-daerah pedesaan tersebut. Hasil dari kegiatan penelitian yang dilaksanakan dapat membantu menggambarkan kondisi daerah-daerah pedesaan yang perlu

(10)

10 mendapatkan perhatian dari pihak IPB, sehingga pembangunan desa-desa tersebut dapat terus dilakukan sebagai salah satu upaya meningkatkan pertanian Indonesia.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengembangan usaha ternak ayam buras petelur Kelompok Ternak Hidayah Alam, Desa Nambo, Kecamatan Klapa Nunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Objek penelitian ini adalah seluruh peternak yang tergabung ke dalam kelompok ternak Hidayah Alam yang berjumlah enam orang. Sedangkan, periode produksi dalam satu tahun yang menjadi patokan analisis usaha ternak ini yaitu produksi hasil ternak yang terjadi dalam Januari sampai dengan Desember pada tahun 2011. Unit analisis dalam penelitian ini adalah usaha ternak penetasan telur ayam buras yang dibudidayakan oleh peternak-peternak yang tergabung ke dalam Kelompok Ternak Hidayah Alam. Artinya, usaha lain yang terkait dengan usaha ternak ayam buras petelur, seperti misalnya usaha pembesaran telur ayam buras, usaha pembesaran daging ayam buras, usaha pembibitan ayam buras, perusahaan mitra penyedia permodalan dan saluran-saluran pemasaran telur ayam buras menjadi faktor ekstern unit analisis tersebut.

Gambar

Tabel 2.  Perbandingan Populasi Ternak di Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi
Tabel  4.      Pemasukan  dan  Pengeluaran  Unggas  Antar  Kabupaten  di  Wilayah
Tabel 5.  Rekapitulasi Data Kelompok Peternakan Ayam Buras Tahun Anggaran

Referensi

Dokumen terkait

“Laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama satu periode tertentu. Informasi tentang kinerja suatu perusahaan, terutama

Obat utama yaitu obat kronis yang diresepkan oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dan tercantum pada Formularium Nasional

(1) Penyebab utama kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa dalam mempelajari bahasa kedua adalah interferensi bahasa ibu, (2) kesulitan belajar itu disebabkan

Penting Pemanfaatan eks PLTU terhadap Sosial dan Kesehatan Masyarakat : Pada awal tahap Pasca Operasi, karyawan PLTU yang kehilangan pekerjaan akan mengalami guncangan ( shock

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Direct Intruction dengan Menggunakan Media

Tahap selanjutnya yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan penyusunan dan penafsiran terhadap fakta-fakta yang telah teruji kebenarannya. Berbagai fakta yang berbeda antara

Kemudian, terjadinya surplus NPI (Neraca Pembayaran Indonesia) keseluruhan 2017 yang mencapai USD 11,6 milyar yang juga didukung oleh peningkatan surplus TMF dan

Masker, menjadi hal yang sangat identik dengan masa pandemi ini, karena masker merupakan salah satu senjata ampuh dalam menjaga sesorang dari paparan virus