• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI REGENERASI SEL LEYDIG DAN SEL SPERMATOGENIK PADA TESTIS MENCIT (Mus musculus) HIPERGLIKEMIK YANG DIINDUKSI DENGAN EKSTRAK IKAN GABUS (Channa striata) - ITS Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "POTENSI REGENERASI SEL LEYDIG DAN SEL SPERMATOGENIK PADA TESTIS MENCIT (Mus musculus) HIPERGLIKEMIK YANG DIINDUKSI DENGAN EKSTRAK IKAN GABUS (Channa striata) - ITS Repository"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR – SB091358

POTENSI REGENERASI SEL LEYDIG DAN SEL

SPERMATOGENIK PADA TESTIS MENCIT (

Mus

musculus

) HIPERGLIKEMIK YANG DIINDUKSI

DENGAN EKSTRAK IKAN GABUS (

Channa

st riat a

)

MAHARANI LUKITASARI 1510100013

Dosen Pembimbing

Dra. Nurlit a Abdulgani, M. Si.

Jurusan Biologi

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya 2014

(2)

FINAL PROJECT – SB091358

REGENERATION POTENTIAL OF LEYDIG AND

SPERMATOGENIC CELLS IN HYPERGLYCEMIC

MICE (

Mus musculus

) TESTES INDUCED BY

SNAKEHEAD FISH EXTRACT (

Channa st riat a

)

MAHARANI LUKITASARI 1510100013

Advisor Lect urer

Dra. Nurlit a Abdulgani, M. Si.

Biology Departement

Faculty of Mathematics and Natural Science Sepuluh Nopember Institute of Technology Surabaya 2014

(3)
(4)

POTENSI REGENERASI SEL LEYDIG DAN SEL

SPERMATOGENIK PADA TESTIS MENCIT (Mus musculus)

HIPERGLIKEMIK YANG DIINDUKSI DENGAN EKSTRAK

IKAN GABUS (Channa striata)

Nama Mahasiswa : Maharani Lukitasari

NRP : 1510 100 013

Jurusan : Biologi

Dosen Pembimbing : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si.

Abstrak

Ekstrak ikan gabus (Channa striata) dapat menurunkan kadar glukosa darah melalui perbaikan struktur histologi pankreas. Penelitian lanjutan dilakukan untuk mengetahui potensi regenerasi sel Leydig dan sel spermatogenik testis mencit

(Mus musculus) hiperglikemik. Mencit jantan galur Balb-C umur

2-3 bulan diinduksi hiperglikemik dengan aloksan monohidrat dosis tunggal 190 mg/kg berat badan secara intraperitoneal. Mencit hiperglikemik diterapi secara oral selama 14 hari menggunakan ekstrak ikan gabus. Preparasi histologi testis menggunakan metode parafin dengan pewarnaan Haematoxylin dan Eosin (H & E) kemudian diamati dengan mikroskop Olympus ® CX21. berdasarkan anova tidak ada pengaruh ekstrak ikan gabus terhadap regenerasi sel leydig, tetapi ada pengaruh pada regenerasi sel spermatogenik. Dengan uji Tukey, diketahui dosis 0.14846 ml/hari dapat meregenerasi sel spermatogenik hingga >90% mencapai kondisi normal.

Kata kunci: Channa striata, hiperglikemik, histologi, testis.

(5)

REGENERATION POTENTIAL OF LEYDIG AND SPERMATOGENIC CELLS IN HYPERGLYCEMIC MICE (Mus musculus) TESTES INDUCED BY SNAKEHEAD FISH

(Channa striata) EXTRACT

Student Name : Maharani Lukitasari

NRP : 1510 100 013

Departement : Biologi

Advisor Lecturer : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si.

Abstract.

Snakehead (Channa striata) fish extract can reduce blood

glucose levels trough pancreas histological structure repaired. Further research was conducted to determine the potency of Leydig and spermatogenic cells regeneration in hyperglycemic

mice (Mus musculus) testes. Two to three months Balb-C strain

male mice induced hy perglycemic using alloxan monohydrate single dose of 190 mg / kg body weight intraperitoneally. Hyperglycemic mice treated orally for 14 da ys using snakehead fish extract. Preparation of testicular histology using the paraffin method with Haematoxylin and Eosin staining (H & E) and then observed with an Olympus ® CX21 microscope. Based on ANOVA there is no effect of snakehead fish extract on L eydig cell regeneration, but there is an effect on spermatogenic cell regeneration. Based on Tukey's test, 0.14846 ml /day snakehead fish extract was known to be able to regenerate spermatogenic cells up to > 90% attain normal conditions.

Keywords: Channa striata, histology, hyperglycemic, testes.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul

“Potensi Regenerasi Sel Leydig dan Sel Spermatogenik pada Testis Mencit (Mus Musculus) Hiperglikemik yang Diinduksi dengan Ekstrak Ikan Gabus (Channa Striata)”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si. yang telah membimbing mulai dari masa persiapan hingga tersusunnya Tugas Akhir ini, serta kepada Ibu Ir. Sri Nurhatika, MP. dan Ibu Dr. Enny Zulaika, MP. selaku dosen penguji tugas akhir. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda, adik-adik serta keluarga atas doa dan kasih sayangnya, juga kepada teman-teman seperjuangan Biologi ITS 2010 atas semangat, bantuan dan kerjasamanya, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam kelancaran penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat berarti bagi penulis. Penulis berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca. Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua. Amin.

Surabaya, 12 Juli 2014

Maharani Lukitasari

(7)

ABSTRAK ... 1.2 Rumusan Permasalahan ... 1.3 Batasan Masalah ...

2.3 Kandungan Nutrisi Ekstrak Ikan Gabus ... 2.4 Hiperglikemia ... 2.5 Testis ... 2.6 Tubulus Seminiferus ... 2.6.1 Anatomi dan Histologi Tubulus Seminiferus ... 2.6.2 Kerusakan Tubulus Seminiferus ... 2.7 Spermatogenesis ... 2.8 Aloksan ... 2.9 Pengaruh Diabetes Mellitus Terhadap Reproduksi ....

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 3.2 Metode yang Digunakan ...

3.2.1 Pemeliharaan mencit (Mus musculus) ...

(8)

3.2.3 Terapi mencit hiperglikemik ... 3.2.4 Pengukuran kadar glukosa darah ... 3.2.5 Pembuatan preparat histologi testis mencit ... 3.2.6 Pengamatan mikroskopis ... 3.3 Rancangan Penelitian dan Analisa Data ...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Potensi Regenerasi Sel Leydig Testis Mencit

Hiperglikemik Setelah Diinduksi dengan Aloksan ... 4.2 Potensi Regenerasi Sel Spermatogenik Testis

Mencit Hiperglikemik Setelah Diinduksi dengan

(9)

DAFTAR GAMBAR

Histologi Tubulus Seminiferus ...

Proses Spermatogenesis dan

Morfologi Spermatozoa ...

Struktur Kimia Aloksan ...

Sel Leydig pada Ruang Intrastitial (tanda panah) dengan Perbesaran

400x ...

Histologi Tubulus Seminiferus

Mencit Perbesaran 1000x ...

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1

Tabel 2.2

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Kandungan Protein Ikan ...

Kandungan Nutrisi Ekstrak Ikan

Gabus dalam 100 milimeter ...

Jumlah Sel Leydig/Bidang Pandang ...

Jumlah Sel Spermatogenik/Bidang

Pandang ...

8

9

28

30

18

33

(11)

Lampiran 1

Dokumentasi Hasil Pengamatan Sel Spermatogenik pada Tubulus Seminiferus Kelompok Kontrol

Negatif ...

Dokumentasi Hasil Pengamatan Sel Spermatogenik pada Tubulus Seminiferus Kelompok Kontrol

Positif ...

Dokumentasi Hasil Pengamatan Sel Spermatogenik pada Tubulus Seminiferus Kelompok Terapi

Ekstrak Ikan Gabus Dosis Bawah ...

Dokumentasi Hasil Pengamatan Sel Spermatogenik pada Tubulus Seminiferus Kelompok Terapi

Ekstrak Ikan Gabus Dosis Tengah ...

Dokumentasi Hasil Pengamatan Sel Spermatogenik pada Tubulus Seminiferus Kelompok Terapi

Ekstrak Ikan Gabus Dosis Atas ...

Dokumentasi Hasil Pengamatan Sel Leydig Kelompok Kontrol

Negatif ...

Dokumentasi Hasil Pengamatan Sel Leydig Kelompok Kontrol

(12)

Lampiran 2

Dokumentasi Hasil Pengamatan Sel Leydig Kelompok Terapi

Ekstrak Ikan Gabus Dosis Tengah ...

Dokumentasi Hasil Pengamatan Sel Leydig Kelompok Terapi

Ekstrak Ikan Gabus Dosis Atas ...

Data Hasil Pengukuran Kadar

Glukosa Darah Mencit ...

Data hasil Data Hasil Uji

ANOVA Sel Spermatogonium ...

Data hasil Data Hasil Uji

ANOVA Sel Spermatosit...

Data hasil Data Hasil Uji

ANOVA Sel Spermatid ...

Data hasil Data Hasil Uji

ANOVA Sel Leydig ...

Hasil Pengamatan Jumlah Sel

Spermatogenik dan Sel Leydig ...

(13)

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan kelainan metabolik kronis yang terjadi akibat pankreas tidak dapat memproduksi cukup insulin bagi tubuh atau insulin tubuh tidak dapat digunakan secara efektif ditandai dengan kondisi hiperglikemia yaitu peningkatan kadar gula darah diatas kadar normal. Berdasarkan data World Health Organization, pada tahun 2012 penderita diabetes mellitus (DM) di dunia sudah mencapai 347 juta jiwa. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat. Indonesia merupakan negara keempat dengan jumlah penderita DM terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan India. Pada tahun 2030 diperkirakan prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Diabetes mellitus merupakan penyakit yang bersifat kronik dan akan menetap seumur hidup, selain itu juga memberikan pengaruh sistemik yang menyebabkan terjadinya gangguan fungsional tubuh secara umum. Salah satu dampak yang ditimbulkan dari penyakit ini yaitu gangguan fungsi repoduksi pria kaitannya dengan penurunan kualitas sperma yang menjadi salah satu penyebab terjadinya infertilitas pada pria. Di Indonesia, prevalensi infertilitas adalah 12% atau sekitar 3 juta pasangan suami-istri (Suyono, 2005).

Sexton (1997) menyatakan bahwa diabetes mellitus menyebabkan gangguan pada hormon yang mempengaruhi spermatogenesis. Selain itu, terdapat kelainan di dalam proses spermatogenesis itu sendiri yang diikuti dengan adanya gangguan ejakulasi. Pada penderita diabetes didapati penurunan kadar

testosteron secara signifikan disertai penurunan kadar Luteinizing

Hormone (LH) dan Folicle Stimulating Hormon (FSH) (Remzi et

al., 2004). Dampak utama diabetes mellitus terhadap infertilitas

pria adalah akibat adanya peningkatan radikal bebas yang menyebabkan terjadinya stres oksidatif pada sel spermatogenik, sel Leydig dan sel sertoli yang memiliki peran penting dalam prose spermatogenesis. Radikal bebas akan memicu terjadinya

(14)

gangguan dan kerusakan pada sel-sel tersebut. kerusakan yang terjadi antara lain apoptosis dan atrofi (Christina, 2005; Warren

et al., 1996 dalam Hassan et al., 2001), serta terjadi penurunan

jumlah sel spermatogenik, volume semen, jumlah, motilitas dan

morfologi sel spermatozoa (Garcia-Diez et al., 1991).

Penurunan kadar testosteron dan peningkatan radikal bebas pada penderita diabetes mellitus dapat mempengaruhi fungsi seksual pria secara umum. Kondisi ini tentunya merupakan masalah besar bagi pria karena berhubungan dengan kesejahteraan hidupnya. Oleh karena itu, diperlukan penanganan dalam berbagai bentuk terapi yang dikembangkan baik untuk mengatasi penyakit diabetesnya maupun dampak dari diabetes itu

sendiri. Menurut Meldawati (2011), peningkatan kadar Reactive

Oxygen Species (ROS) yang ditimbulkan oleh kondisi

hiperglikemik berpotensi menimbulkan stress oksidatif yang tidak dapat diatasi oleh antioksidan endogen.

Stress oksidatif dapat diantisipasi dengan antioksidan eksogen yang dapat memperbaiki kapasitas antioksidan plasma (Endrinaldi, 2007). Salah satu sumber antioksidan eksogen alami di Indonesia adalah albumin yang terdapat pada ikan gabus (Channa striata). Aktivitas antioksidan albumin ikan gabus ini

sebesar 0,14 ± 0.003 mmol/L, atau sebanding dengan 90,93% aktivitas antioksidan vitamin E. Menurut Fadli (2010) dan Sunatrio (2003) ekstrak ikan gabus mengandung 70% protein (3.36 g/100ml), 21% albumin (2.17g/100ml), asam amino lengkap, mineral-mineral penting antara lain Zn (3.43 mg/100ml), Cu (2,34 mg/100ml), dan Fe (0.81 mg/100ml).

(15)

Ikan gabus dapat diekstrak untuk memperoleh protein plasma yang mengandung albumin dan nutrien lainnya. Masyarakat telah mengenal berbagai produk berbahan baku ikan gabus, diantaranya olahan dalam bentuk tablet, krim, dan ekstrak cair. Produk olahan ikan gabus tersebut berpotensi untuk meningkatkan kadar albumin pada penderita hypoalbuminemia

dan pasien pasca operasi bedah, menurunkan kadar kolesterol

darah, menurunkan kadar trigliserida darah, menurunkan risiko kematian karena penyakit jantung, mengurangi gejala rematik, serta menurunkan aktivitas pertumbuhan sel kanker (Suprayitno

dkk, 2009; Santoso, 2009). Penelitian Abdulgani et al (2014) juga

telah membuktikan bahwa albumin dari ekstrak ikan gabus mampu memperbaiki struktur sel beta pankreas pada pulau langerhans sehingga dapat menurunkan kandungan glukosa darah pada mencit hiperglikemik. Ditinjau dari berbagai kelebihannya, diduga apabila ekstrak ikan gabus ini dikonsumsi pria dengan gangguan reproduksi maka akan berpotensi untuk meregenerasi sel Leydig dan sel spermatogenik testis. Untuk menguji

kemampuan ekstrak gabus digunakan hewan coba mencit (Mus

musculus) yang dikondisikan hiperglikemik melalui induksi

aloksan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas

pemanfaatan ikan gabus di bidang kesehatan, khususnya dalam

penyembuhan infertilitas pada pria yang disebabkan oleh komplikasi diabetes mellitus.

1.2 Rumusan Permasalahan

Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1.

Apakah regenerasi sel Leydig pada testis mencit

hiperglikemik dapat terjadi setelah diinduksi ekstrak ikan gabus?

2.

Apakah regenerasi sel spermatogenik dalam tubulus

(16)

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1.

Hewan coba dalam penelitian ini adalah mencit (Mus

musculus) jantan galur Balb/C, umur 2-3 bulan.

2.

Induksi hiperglikemik menggunakan aloksan monohidrat

dengan dosis 190 mg/kg berat badan.

1.4 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui potensi regenerasi sel Leydig pada testis

mencit hiperglikemik setelah diinduksi ekstrak ikan gabus?

2. Untuk mengetahui potensi regenerasi sel spermatogenik

dalam tubulus seminiferus testis mencit hiperglikemik setelah diinduksi ekstrak ikan gabus?

1.5 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas

pemanfaatan ikan gabus di bidang kesehatan, khususnya dalam

(17)

2.1 Mencit (Mus musculus) Sebagai Hewan Coba

Mencit merupakan hewan yang paling umum digunakan pada penelitian laboratorium sebagai hewan percobaan karena memliki banyak keunggulan, yaitu siklus hidup yang relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi dan mudah dalam penanganannya (Moriwaki, 1994).

Mencit merupakan omnivora alami, sehat, dan kuat, profilik, kecil, dan jinak. Selain itu, hewan ini juga mudah didapat dengan harga yang relatif murah dan biaya ransum yang rendah (Peter, 1976). Menurut Arrington (1972), mencit memiliki taksonomi sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Mamalia

Ordo : Rotentia

Familia : Muridae

Genus : Mus

Species : Mus musculus

Para ilmuwan telah memunculkan banyak strain atau galur tikus khusus untuk eksperimen antara lain tikus Wistar albino, Sprague Dawley, Fischer 344, Holtzman albino strain, Long-Evans, dan Balb/C (Gambar 2.1)

Gambar 2.1 Mencit Galur Balb/C (sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014)

(18)

Balb/C adalah mencit albino yang memiliki bulu pendek halus berwarna putih serta ekor berwarna kemerahan dengan ukuran lebih panjang dari pada badan dan kepala. Mencit galur Balb/C mudah dikembangbiakkan dan mudah dalam penanganan. Mencit galur Balb/C sering digunakan dalam berbagai penelitian khususnya mengenai sel kanker dan tumor.

2.2 Ikan Gabus (Channa striata)

Ikan Gabus (Channa striata) merupakan jenis ikan perairan

umum yang bernilai ekonomis. Ikan gabus merupakan ikan asli perairan daerah tropis seperti Asia dan Afrika. Ikan gabus banyak ditemukan di perairan umum dan belum dibudidayakan secara luas (Santoso, 2009).

Ikan gabus hidup di muara-muara sungai, danau dan dapat pula hidup di air kotor dengan kadar oksigen rendah, bahkan tahan terhadap kekeringan dan dapat ditemukan di berbagai perairan umum di wilayah Indonesia, diantaranya Jawa, Sumatra, Sulawesi, Bali, Lombok, Singkep, Flores, Ambon dan Maluku dengan nama yang berbeda. Di Palembang ikan gabus dikenal dengan sebutan ikan deleg, di Jawa dikenal dengan sebutan ikan kutuk, dan di Kalimantan dikenal dengan ikan ruan atau haruan dan di Sulawesi dikenal dengan ikan dalak. Ikan gabus memijah sepanjang tahun dengan jumlah fekunditas untuk ikan dengan ukuran panjang total 18,5 – 50,5 cm dan bobot 60 – 1.020 gr berjumlah 2.585 – 12.880 butir (Santoso, 2009).

Ikan gabus merupakan ikan buas (karnivora yang bersifat pemakan segala yang predator). Di alam, ikan gabus tidak hanya memangsa benih ikan tetapi juga ikan dewasa dan serangga air lainnya termasuk kodok. Ikan ini memiliki bentuk tubuh hampir

bulat, kepala besar dan agak gepeng mirip kepala ular (snake

head), panjang dan makin ke belakang makin pipih (compressed).

Bagian punggung cembung, perut rata dan kepala pipih seperti

ular (snake head). Warna tubuh pada bagian punggung hijau

(19)

gabus tidak memiliki jari-jari keras, mempunyai sirip punggung dan sirip anal yang panjang dan lebar, sirip ekor berbentuk setengah lingkaran, sirip dada lebar dengan ujung membulat. Ikan gabus dapat mencapai panjang 90 – 110 cm. Morfologi ikan gabus disajikan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.2 Channa striata (Fishbase, 2014).

Klasifikasi ikan gabus menurut Rahayu (1992) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Actinopterygii

Ordo : Perciformis

Familia : Channidae

Genus : Channa

Species : Channa striata

Ikan gabus hidup di air tawar dan melakukan pemijahan secara alami selama musim hujan (Bijaksana, 2012), memiliki laju pertumbuhan yang cepat, mampu melakukan respirasi pada kondisi air yang sedikit oksigen (Sampath, 1985) dan bertahan pada lingkungan dengan kadar amonia yang tinggi (Ng, 1990).

(20)

1. Membentuk jaringan baru dalam masa perkembangan dan pertumbuhan tubuh.

2. Memelihara, memperbaiki, dan mengganti jaringan yang

rusak atau mati.

3. Cadangan energi bila tubuh kekurangan lemak dan

karbohidrat.

4. Sebagai alat transport untuk lipida, oksigen, asam lemak, dan

ion tembaga dalam tubuh

5. Membentuk biokatalisator (enzim), zat pengatur (hormon),

dan antibodi.

6. Membentuk struktur membran plasma bersama-sama lipida

dan karbohidrat

2.3 Kandungan Nutrisi Ekstrak Ikan Gabus

Ikan gabus memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan jenis ikan lainnya seperti yang tercantum pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Kandungan Protein Ikan.

Jenis Ikan Protein (g%)

(21)

Tabel 2.2 Kandungan Nutrisi Ekstrak Ikan Gabus dalam 100

Protein plasma dengan kandungan terbanyak dalam ekstrak ikan gabus adalah albumin. Albumin merupakan sumber antioksidan hewani yang berfungsi sebagai pengikat radikal sehingga berperan dalam proses pembersihan dan penangkapan

Reactive Oxygen Species (ROS) (Sunatrio, 2003). Ekstrak ikan

gabus memiliki aktivitas antioksidan 0,14 ± 0.003 mmol/L, atau sebanding dengan 90,93% aktivitas antioksidan vitamin E. Hal ini menunjukkan ekstrak ikan gabus dapat difungsikan sebagai antioksidan. Albumin melimpah akan gugus (-SH) yang berfungsi sebagai pengikat radikal sehingga berperan dalam proses

pembersihan dan penangkapan ROS (Santoso, 2009). Selain itu

albumin juga bersinergi dengan mineral Zn yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan sel maupun pembentukan jaringan sel baru seperti akibat luka dan penyembuhan luka akibat

operasi. Zn membantu sekresi dan metabolisme insulin, serta

melindungi efek kerusakan pankreas. Zn juga berfungsi sebagai antioksidan yang melindungi sel-sel, mempercepat proses penyembuhan luka, mengatur ekspresi dalam limfosit dan protein, memperbaiki nafsu makan dan stabilisasi berat badan (Gibson, 2005). Sedangkan kalsium diyakini dapat meningkatkan sensitivitas, respon dan sekresi insulin (Wilcox, 2005).

(22)

sedemikian rupa, dibuat serbuk, kemudian dimasukkan dalam kapsul. Bau amis ikan yang tak disukai itu pun hilang, tak terasa lagi. Hampir semua pasien berkadar albumin rendah yang diberi suplemen dari ikan gabus ini, kadar albuminnya naik lebih cepat ketimbang pemberian albumin lewat infus. Bahkan, pasien berkadar albumin rendah yang diikuti komplikasi penyakit lain seperti tuberculosis, diabetes, patah tulang, stroke, hingga HIV/AIDS, kondisinya bisa lebih baik dengan pemberian ekstrak ikan gabus. Begitu juga pada anak dengan gizi buruk dan berat badan kurang, pemberian biskuit dari ekstrak ikan gabus membuat berat badan balita dapat naik minimal 1 k ilogram per bulan. (Astuti, 2008).

Ikan tersebut memiliki protein yang sangat tinggi, ikan ini dapat dijadikan alternatif sumber albumin bagi penderita hipoalbumin (rendah albumin) dan luka, baik luka pasca operasi maupun luka bakar. Bahkan, di daerah pedesaan, anak laki-laki pasca khitan selalu dianjurkan mengkonsumsi ikan jenis ini agar penyembuhan lebih cepat. Daging ikan tersebut dikukus atau disteam sehingga memperoleh filtrat, yang dijadikan menu ekstra bagi penderita hipoalbumin dan luka. Dalam tubuh manusia, album disintesis oleh hati kira-kira 100-200 mikrogram/g jaringan hati setiap hari. Albumin didistribusikan secara vaskuler dalam plasma dan secara ekstravaskuler dalam kulit, otot, serta beberapa jaringan lain (Yanti, 2009).

2.4 Hiperglikemia

Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah dari rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah (Corwin, 2001).

(23)

Hiperglikemia dapat menyebabkan komplikasi kronik termasuk penyakit kardiovaskular (iskemik miokard, kardiomiopati), gangren, kegagalan kronis ginjal, retinopati serta neuropati. Komplikasi yang lebih serius umum terjadi bila kontrol kadar gula darah buruk. Sehingga pasien dengan diabetes melitus harus benar-benar dapat mengatur diet makanan khususnya dalam konsumsi karbohidrat.

Kondisi hiperglikemia yang menandai terjadinya penyakit diabetes mellitus juga dapat menyebabkan kerusakan sel melalui berbagai cara, salah satunya berawal dari komplikasi mikrovaskular. Adanya komplikasi mikrovaskular akan memicu terjadinya komplikasi fisiologis, biokimia, dan anatomi, antara

lain penebalan m embran (Raskin et al., 1983), penyakit

makrovaskular (Eschwege et al., 1985), glikosilasi protein

(Brownlee et al., 1988), gangguan immunitas seluler (Rayfield et

al., 1982), dan berbagai abnormalitas siklus sel (Lorenzi et al.,

1987). Selain itu, hiperglikemia juga menyebabkan gangguan

sekresi dan aksi insulin (DeFronzo et al., 1988) sehingga akan

timbul kondisi hiperglikemik yang lebih kronis.

(24)

Dengan menurunnya insulin dalam darah asupan nutrisi akan meningkat sebagai akibat kelaparan sel. Menurunnya glukosa intrasel menyebabkan sel mudah terinfeksi. Gula darah yang tinggi dapat menyebabkan penimbunan glukosa pada dinding pembuluh darah yang membentuk plak sehingga pembuluh darah menjadi keras (arterisklerosis) dan bila plak itu telepas akan menyebabkan terjadinya thrombus. Thrombus ini dapat menutup aliran darah yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit lain (tergantung letak tersumbatnya, missal cerebral dapat menyebabkan stroke, ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal, jantung dapat menyebabkan miocard infark, mata dapat menyebabkan retinopati) bahkan kematian.

Hiperglikemi dan defisiensi insulin mampu mempengaruhi struktur maupun fungsi jaringan, termasuk struktur protein sel.

Hiperglikemi akan meningkatkan Reactive Oxygen Spesies

(ROS). (Hayati et al., 2005).

2.5 Testis

(25)

Testis merupakan salah satu organ yang penting dalam reproduksi jantan. Testis berfungsi untuk memproduksi sperma dan hormon reproduksi yaitu testosterone (Falk, 2001). Ketika

masa pubertas tiba, tubulus seminiferus akan bekerja dengan

optimal menghasilkan sperma dan hormon-hormon reproduksi seperti testosteron dan androgen. Pada saat itu, secara tidak langsung dibutuhkan kapasitas yang besar dari tubulus

seminiferus yang akan meningkatkan bobot dan volume testis

untuk mendukung proses tersebut. Perkembangan dan peningkatan produksi sperma merupakan suatu hal yang berjalan seiring dengan perkembangan bobot testis (Amann, 1970).

Testis sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi yaitu menghasilkan spermatozoa atau sel-sel kelamin jantan, dan mengsekresikan hormone kelamin jantan, testosteron.

Spermatozoa dihasilkan didalam tubulus seminiferus atas

pengaruh FSH (Follicle Stimulating Hormone) sedangkan

testosteron diproduksi oleh sel-sel interstitial dari Leydig atas

pengaruh ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone)

(Toelihere, 1985).

FSH merupakan glikoprotein yang salah satu fungsinya adalah bersama-sama dengan androgen dalam proses spermatogenesis, sedangkan ICSH merupakan glikoprotein yang memiliki fungsi untuk proses ovulasi dan merangsang sel Leydig untuk mensekresi androgen (Hafez, 1970).

2.6 Tubulus Seminiferus

2.6.1 Anatomi dan Histologi Tubulus Seminiferus

Tubulus seminiferus adalah bagian dari organ reproduksi pria yang terletak di dalam testis yang berperan penting dalam proses spermatogenesis. Tubulus seminiferus berbentuk tabung dengan panjang sekitar 30 – 70 cm dan diameter 150 – 250 μm. Di dalam testis, tubulus seminiferus dimampatkan dan terletak di dalam lobulus testis (Gupta, 2005).

(26)

dibedakan menjadi tubulus seminiferus kontortus dan tubulus seminiferus rektus. Tubulus seminiferus kontortus dari masing-masing lobulus testis bergabung membentuk tubulus seminiferus rektus, yang merupakan saluran lurus yang langsung menghubungkan tubulus seminiferus dengan rete testis dibagian posterior testis. Dari rete testis ini selanjutnya spermatozoa akan dialirkan melalui duktus eferentes kemudian memasuki epidydimis dan siap untuk dikeluarkan (Gupta, 2005; Sherwood, 2001).

(27)

Gambar 2.3 Histologi Tubulus Seminiferus (Mescher, 2010)

2.6.2 Kerusakan Tubulus Seminiferus

Seperti halnya sel-sel di bagian tubuh yang lainnya, sel-sel penyusun tubulus seminiferus juga dapat mengalami cedera oleh berbagai hal yang mengakibatkan kerusakan struktur maupun fungsi sel tersebut. Oleh karena fungsi utama tubulus seminiferus adalah untuk spermatogenesis maka faktor-faktor yang merusak struktur tubulus seminiferus akan menimbulkan gangguan pada proses spermatogenesis. Secara umum kerusakan tubulus seminiferus dapat digambarkan ke dalam empat kategori (Burkitt, 1993) :

1. Atrofi tubuler yaitu keadaan dimana terjadi kehilangan sel-sel spermatogenik di dalam tubulus seminiferus, menurunnya diameter tubulus seminiferus dan tampak penebalan pada membran basalis

2. Nekrosis tubuler yaitu kerusakan seluruh unsur sel di dalam tubulus seminiferus, terlihat adanya sisa-sisa bahan nekrotik, tampak membrane basalis mengalami kerusakan akibat terjadinya lisis, dan terlihat adanya sel radang.

(28)

2.7 Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah suatu rangkaian perkembangan sel spermatogonia dari epitel tubulus seminiferus yang mengadakan proliferasi dan selanjutnya berubah menjadi spermatozoa yang bebas. Rangkaian perkembangan ini dapat dibagi menjadi tiga tahap (Gambar 2.4). Tahap pertama, sel spermatogonia mengadakan pembelahan mitosis menghasilkan spermatosit dan sel induk spermatogonia. Tahap kedua, pembelahan meiosis (reduksi) spermatosit primer dan sekunder menghasilkan spermatid yang haploid. Tahap ketiga, perkembangan spermatid menjadi spermatozoa melalui serangkaian metamorfosa yang panjang dan kompleks disebut spermiogenesis (Syahrum, 1994).

(29)

Proses spermatogenesis dipengaruhi oleh hormonal. Pada

spermatogenesis, folicle stimulating hormone (FSH) memiliki

peranan penting, yaitu berperan dalam menstimulasi kejadian awal spermatogenesis diantaranya proliferasi spermatogonia (Satriyasa, 2008) dan menunjang tahap pematangan maupun reduksi meiosis spermatosit primer (Turek, 2005). Setelah mengalami proses spermiogenesis (deferensiasi dan maturasi) lebih lanjut spermatid akan menjadi spermatozoa. Jadi dari satu sel spermatogenium yang 2 n pada akhir spermatogenesis akan menghasilkan 4 buah spermazoa yang 1 n.

2.8 Aloksan

Aloksan (2,4,5,6-tetraoksipirimidin; 5,6-dioksiurasil)

merupakan senyawa kimia yang dapat digunakan untuk menginduksi penyakit diabetes melitus. Pada tahun 1943, telah dilakukan penelitian bahwa pemberian aloksan pada kelinci menghasilkan hiperglikemia temporer, yang diikuti hipoglikemia hebat, dan diakhiri dengan kematian hewan. Peristiwa ini berhubungan dengan nekrosis selektif sel-sel β pulau Langerhans (Szkuldelski 2001).

Aloksan sebagai diabetogenik, dapat digunakan secara

intravena, intraperitoneal dan subkutan (Nugroho et al., 2006).

Dosis intravena yang digunakan biasanya 65 mg/kg BB, sedangkan intraperitoneal dan subkutan adalah 2-3 kalinya

(Szkudelski, 2001, R ees et al., 2005). Dosis pemberian aloksan

bervariasi tergantung pada spesies, nutrisi, dan rute pemberiannya (Szkudelski, 2001). Kemampuan aloksan untuk dapat menimbulkan diabetes juga tergantung pada jalur penginduksian, dosis, hewan coba, dan status nutrisinya (Andayani, 2003). Injeksi aloksan dengan dosis 190 mg/kg berat badan pada tikus akan memperlihatkan kenaikan kadar glukosa darah sampai lebih dari 200 m g/dl dalam jangka waktu minimal 48 j am setelah injeksi (Colca et al., 1983).

(30)

pada suhu yang lebih rendah. Molekul aloksan memiliki bentuk

yang sangat mirip dengan glukosa (Weaver et al., 1979; Gorus et

al., 1982), seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Struktur kimia aloksan (Nugroho 2006).

Karena karakter hidrofiliknya, aloksan dan glukosa tidak dapat menembus lipid bilayer membran plasma. Namun bentuk molekul aloksan yang sangat mirip dengan glukosa menyebabkan transporter glukosa GLUT2 dalam membrane plasma sel β menerima molekul ini sebagai analog glukosa (glukomimetik)

dan mengantarkannya ke dalam sitosol (Weaver et al., 1979;

Gorus et al., 1982).

Mekanisme toksisitas aloksan diawali dengan masuknya aloksan ke dalam sel β pankreas. Kerusakan pada sel β terjadi melalui beberapa proses secara bersamaan, yaitu melalui oksidasi gugus sulfidril dan pembentukan radikal bebas. Aloksan menginduksi pembentukan radikal bebas karena bersifat polar sehingga dapat memberikan satu elektronnya kepada oksigen. Melalui reaksi redoks, asam dialurat dibentuk sebagai hasil reduksi aloksan dengan menghasilkan metabolit intermediet radikal aloksan. Asam dialurat kemudian dioksidasi kembali membentuk aloksan sehingga menghasilkan radikal ion superoksida. Anion superoksida dapat mengalami reaksi

dismutase oleh enzim SOD (Superoxide Dismutase) menjadi

(31)

selektif pada sel β pankreas sehingga menghasilkan kondisi hiperglikemia permanen yang merupakan salah satu etiologi dari diabetes mellitus tipe I (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) (Szkudelski, 200).

Faktor lain selain pembentukan oksigen reaktif adalah gangguan pada homeostatis kalsium intraseluler. Aloksan dapat meningkatkan konsentrasi ion kalsium bebas sitosolik pada sel β Langerhans pankreas. Efek tersebut diikuti oleh beberapa kejadian : influks kalsium dari cairan ekstraseluler, mobilisasi kalsium dari simpanannya secara berlebihan, dan eliminasinya yang terbatas dari sitoplasma. Influks kalsium akibat aloksan tersebut mengkaibatkan depolarisasi sel β Langerhans, lebih lanjut membuka kanal kalsium tergantung voltase dan semakin menambah masuknya ion kalsium ke sel. Pada kondisi tersebut, konsentrasi insulin meningkat sangat cepat, dan secara signifikan mengakibatkan gangguan pada sensitivitas insulin perifer dalam waktu singkat. Selain kedua faktor tersebut di atas, aloksan juga diduga berperan dalam penghambatan glukokinase dalam proses

metabolisme energi (Szkudelski, 2001; Walde et al., 2002).

2.9 Pengaruh Hiperglikemia Terhadap Reproduksi

Menurut Garris et al. (1984) kondisi h iperglikemik pada

hamster china (Cricetus griseus) dapat menyebabkan kerusakan

struktur endometrium sehingga mengakibatkan meluasnya sel epitel pada lumen dan d egenerasi membran stroma, terjadinya atropi sel-sel uterus dan akumulasi lipid. Berdasarkan penelitian Garris & Garris (2003), pada tikus hiperglikemik terjadi atropi folikel akibat adanya akumulasi lipid. Hal ini ditandai dengan adanya degenerasi jaringan sehingga terjadi depresi fungsi ovarium.

(32)

sehingga kadar estrogen dalam tubuh menjadi rendah (Cox et al.,

1994).

Gangguan hormonal akibat kondisi hiperglikemik ini tidak hanya terjadi pada sistem reproduksi betina, namun juga pada sistem reproduksi pria. Diabetes mengakibatkan sejumlah komplikasi dasar yaitu angiopati pada sistem pembuluh darah dan neuropati pada sistem saraf ataupun campuran dari keduanya yang bermanifestasi di berbagai organ dan tempat di seluruh tubuh. Komplikasi dasar tersebut salah satunya dapat mengakibatkan gangguan seksualitas pada pria. Masalah seksual yang sering timbul pada penderita DM pada garis besarnya adalah keluhan seksual dan disfungsi seksual. Keluhan seksual yang sering dijumpai antara lain alat kelamin terasa lembek dan bertambah kecil. Sedangkan disfungsi seksual antara lain impotensi, ejakulasi dini, dan hilanggnya libido. Sexton (1997) menyatakan bahwa DM menyebabkan gangguan pada hormon yang mempengaruhi spermatogenesis. Kelainan di dalam proses spermatogenesis itu sendiri yang diikuti dengan adanya gangguan ejakulasi. Pada penderita diabetes didapati penurunan kadar

testosteron secara signifikan disertai penurunan kadar Luteinizing

Hormon (LH) dan Folicle Stimulating Hormone (FSH) (Remzi et al., 2004).

Dampak utama diabetes melitus terhadap infertilitas pria adalah akibat adanya peningkatan radikal bebas yang menyebabkan terjadinya stres oksidatif terhadap spermatozoa. Kondisi ini akan memicu terjadinya kerusakan pada mitokondria DNA. Selain itu kondisi hiperglikemik juga dapat menyebabkan terjadinya apoptosis dan atrofi pada sel spermatogenik maupun

tubulus seminiferus testis (Warren et al., 1996 dalam Hassan et

al., 2001), serta

menyebabkan penurunan

volume semen,

jumlah, motilitas dan morfologi sperma (Garcia-Diez et al.,

1991).

(33)

kadar yang rendah ditemukan pada penderita diabetes, dan diketahui kondisi hiperglikemik menurunkan respon kelenjar

pituitary ketika terstimulasi oleh gonadotropin (Garcia-Diez et al.,

(34)
(35)

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Zoologi jurusan Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember pada bulan Maret – Mei 2014.

3.2 Metode yang Digunakan

3.2.1 Pemeliharaan mencit (Mus musculus)

Mencit jantan galur Balb/C dengan kisaran umur 2-3 bulan

sebanyak 25 ekor diaklimatisasi di dalam laboratorium selama 2 minggu, 25 ekor mencit tersebut dibagi menjadi 5 kelompok (masing-masing 5 ekor)

− Kelompok K(-) : mencit kontrol negatif (normal).

− Kelompok K(+) : mencit kontrol positif (hiperglikemik).

− Kelompok TB : mencit hiperglikemik yang diberi ekstrak

ikan gabus dengan dosis masing-masing 0,07423 ml/hari.

− Kelompok TT : m encit hiperglikemik yang diberi ekstrak

ikan gabus dengan dosis masing-masing 0,1248 ml/hari.

− Kelompok TA : m encit hiperglikemik yang diberi ekstrak

ikan gabus dengan dosis masing-masing 0,14846 ml/hari. Alas kandang diberi sekam secara merata, serta setiap hari diberi pakan dan minum. Mencit dipuasakan selama 18 j am sebelum pengecekan kadar gula darah yakni pada hari ke-15. Pengecekan dilakukan dengan menggunakan glukometer.

3.2.2

Perlakuan mencit hiperglikemik 3.2.2.1 Pembuatan larutan aloksan

Masing-masing mencit ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berat badan yang berhubungan dengan banyaknya aloksan monohidrat yan g diinduksikan. Dengan menggunakan acuan dosis 190 mg/kg berat badan, dikonversikan ke dalam berat badan mencit dalam satuan gram. Proses penyimpanan sampai proses penyuntikan aloksan sebaiknya dilakukan pada suhu

(36)

dingin supaya aloksan tidak rusak. Aloksan yang telah ditimbang kemudian dilarutkan dengan akuades pro-injeksi sebanyak 0,5 cc untuk masing-masing mencit (Jin, 2012).

3.2.2.2 Induksi mencit hiperglikemik dengan aloksan

Setelah pengecekan glukosa darah (yakni pada hari ke-15),

penginduksian aloksan dilakukan pada kelompok K(+), TB, TT

dan TA pada hari ke-16. Masing-masing mencit diinduksi aloksan sebanyak 0,5 cc menggunakan syringe 1 ml secara intraperitoneal. Terlebih dahulu bagian ventral tubuh mencit diusap dengan kapas yang sudah dibasahi dengan alkohol 70% supaya steril. Kemudian syringe yang sudah berisi larutan aloksan, diinjeksikan pada daerah tersebut. Mencit pada kelompok K(-) hanya diinjeksi dengan aquades pro-injeksi saja (Jin, 2012).

3.2.3

Terapi mencit hiperglikemik

Mencit kelompok TB,TT dan TA yang memiliki kadar glukosa darah >200 mg/dL, siap diterapi menggunakan ekstrak ikan gabus secara oral pada hari ke-20.

− kelompok TB: mencit hiperglikemik yang diberi ekstrak ikan

gabus dengan dosis masing-masing 0,07423 ml/hari.

− kelompok TT: mencit hiperglikemik yang diberi ekstrak ikan

gabus dengan dosis masing-masing 0,1248 ml/hari.

− kelompok TA: mencit hiperglikemik yang diberi ekstrak ikan

gabus dengan dosis masing-masing 0,14846 ml/hari.

Terapi dengan ekstrak ikan gabus ini dilakukan setiap hari selama 14 hari yaitu sampai hari ke-33. Dosis yang digunakan berdasarkan dari perhitungan dosis dari Fakultas kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

3.2.4

Pengukuran kadar glukosa darah

(37)

dari ujung ekor pada kotak sensor di strip. Kemudian ditunggu pada layar glukometer akan muncul angka digital (dinyatakan dalam mg/dL) yang menunjukkan kadar glukosa darah mencit tersebut. Penggunaan strip untuk tiap mencit harus berbeda-beda. Pengecekan kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke-15, 19 dan 34 (Padilah, 2009).

3.2.5

Pembuatan preparat histologi testis mencit

Sampel testis yang telah difiksasi dalam buffer formalin 10%, kemudian dibuat sediaan histologis (metode parafin dan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE)) dengan tahapan sebagai berikut:

a. Dehidrasi dilakukan dengan memasukkan organ testis tersebut

ke dalam alkohol 70%, 80%, 90%, dan 96%, masing-masing selama 30 menit.

b. Clearing atau dealkoholisasi (pembersihan) dilakukan dengan

memasukkan organ testis tersebut ke dalam xylol sampai jernih atau transparan selama 24 jam.

c. Infiltrasi ke dalam parafin dilakukan di dalam oven pada suhu

56-60˚C. Sebelum masuk ke parafin murni, jaringan dimasukkan ke dalam xylol parafin 3:1, 1:1, dan 1:3. Setelah itu dimasukkan ke dalam paraffin murni, masing-masing perlakuan selama 30 menit.

d. Embedding, jaringan dari parafin murni ditanamkan ke dalam

suatu tempat yang telah berisi parafin cair. Jaringan diletakkan pada bagian dasar tengah dengan posisi melintang.

e. Sectioning (pemotongan) dilakukan dengan memasang holder

di mikrotom, kemudian mengatur ketebalan irisan sebesar 5 mikron pada mikrotom. Lalu diiris secara seri dengan cara memutar pengait mikrotom.

f. Deparafinasi, untuk menghilangkan parafin, sediaan histologis

dimasukkan ke dalam xylol I dan II masing-masing 10 menit. h. Staining (pewarnaan) dilakukan dengan pewarna hematoksilin

(38)

dimasukkan ke alkohol 95%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%, 40%, 30%, dan aquades. Dimasukkan ke hematoxylin 7 detik, lalu dicuci dengan air mengalir selama 10 menit, dicelup aquades lalu ke alkohol 30%, 40%, 50%, 60%, 70% beberapa celupan. Dimasukkan ke dalam eosin 1-2 menit, kemudian dicelupkan ke alkohol 70%, 80%, 90%, dan 95%, lalu dikeringkan dengan kertas saring. Dimasukkan xylol selama 15 menit, kemudian sediaan histologis ditetesi canada balsam.

i. Mounting (penutupan) dan labeling (pemberian label) yaitu

penutupan preparat dengan menggunakan kaca penutup dan memberi identitas pada preparat (label), kemudian disimpan dalam kotak sediaan (Volk, 1984)

3.2.6 Pengamatan mikroskopis

Pengamatan secara mikroskopis histologi testis dilakukan dengan menghitung jumlah sel Leydig dan sel spermatogenik (Spermatogonium, Spermatosit, dan spermatid). Pengamatan

mikroskopis menggunakan mikroskop Olympus® CX21

perbesaran 40-1000x.

3.3 Rancangan Penelitian dan Analisa Data

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Uji statistika

menggunakan ANOVA one way. Kemudian dilakukan

perbandingan antara rata-rata jumlah sel Leydig dan sel spermatogenik pada semua kelompok mencit percobaan. Penelitian ini memiliki hipotesa :

H0: Tidak ada potensi regenerasi sel Leydig dan sel

spermatogenik testis mencit hiperglikemik setelah diinduksi ekstrak ikan gabus

H1: Ada potensi regenerasi sel Leydig dan sel spermatogenik

testis mencit hiperglikemik setelah diinduksi ekstrak ikan gabus

Jika H1 diterima maka dilakukan uji Tukey dengan selang

(39)

4.1 Potensi Regenerasi Sel Leydig Testis Mencit Hiperglikemik setelah Diinduksi Ekstrak Ikan Gabus

Sel Leydig merupakan sel yang terletak di jaringan interstitialis testis dan berfungsi mengasilkan hormon testosteron, hormon ini berperan dalam proses kehidupan seksual ataupun mempengaruhi tanda-tanda kelamin sekuder laki laki dan juga mempengaruhi proses spermatogenesis. Aktivitas sel Leydig sangat dipengaruhi kadar gonadotropin terutama LH/ICSH, apabila gonadotropin terganggu maka sel Leydig dan proses spermatogenesis pun bisa terganggu (Suryadi, 2007).

Pada penderita diabetes mellitus terjadi tidak sensitifnya insulin dan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang berdampak pada testis berupa penurunan jumlah sel Leydig per ruang interstitial (Ballester, 2004). Berkurangnya jumlah sel Leydig menyebabkan penurunan kadar testosteron secara signifikan sehingga akan mengganggu proses spermatogenesis

(Remzi et al., 2004). Gangguan pada spermatogenesis ini diduga

dapat diatasi apabila kadar glukosa kembali pada kadar normal.

Penelitian Abdulgani et al., (2014) membuktikan bahwa

ekstrak ikan gabus dapat menurunkan kadar glukosa darah mencit hiperglikemik. Pada penelitian ini dilakukan penghitungan jumlah sel Leydig untuk mengetahui potensi regenerasi sel Leydig setelah pemberian ekstrak ikan gabus. Hasil anova mengenai pengaruh perlakuan terapi ekstrak ikan gabus terhadap jumlah sel Leydig testis mencit disajikan pada Tabel 4.1.

Hasil anova menunjukan tidak adanya pengaruh perlakuan terhadap jumlah sel Leydig pada semua kelompok perlakuan (p>0.05). Jumlah sel Leydig kelompok K(-) (kontrol negatif) dengan kelompok K(+) (kontrol positif) tidak berbeda secara signifikan. Hal ini menandakan bahwa kondisi hiperglikemik hanya memberikan efek yang kecil terhadap sel Leydig dan regenerasi tidak terjadi, sehingga jumlah sel Leydig kelompok TB

(40)

(terapi dosis bawah), TT (terapi dosis tengah), dan TA (terapi dosis atas) juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan kelompok K(-) dan K(+).

Tabel 4.1 Jumlah Sel Leydig/Bidang Pandang

Perlakuan Jumlah Sel Leydig (Sel)

K(-) 67 ± 15

Kelompok K(-) : mencit kontrol negatif (normal). Kelompok K(+) : mencit kontrol positif (hiperglikemik).

Kelompok TB : mencit hiperglikemik yang diberi ekstrak ikan gabus dengan dosis masing-masing 0,07423 ml/hari.

Kelompok TT : mencit hiperglikemik yang diberi ekstrak ikan gabus dengan dosis masing-masing 0,1248 ml/hari.

Kelompok TA : mencit hiperglikemik yang diberi ekstrak ikan gabus dengan dosis masing-masing 0,14846 ml/hari.

Sel Leydig dirangsang oleh Luteinizing Hormone (LH)

untuk memproduksi testosteron. Testosteron diperlukan untuk perkembangan sel-sel spermatogenik. Oleh karena itu, bila kadar testosteron menurun ada kemungkinan terjadinya penghambatan

pembentukan sel-sel spermatogenik. Penelitian Adewole et al..

(2007) menunjukkan bahwa hiperglikemik menyebabkan penurunan jumlah sel Leydig. Pada penelitian ini terjadi penurunan jumlah sel Leydig pada kelompok perlakuan K(+) namun tidak berbeda signifikan dengan kelompok K(-). Sehingga diambil kesimpulan bahwa jumlah sel Leydig tidak terlalu berpengaruh terhadap spermatogenesis. Diduga kerusakan sel pada kelompok K(+) lebih dipengaruhi oleh hormonal. Stres oksidatif yang terjadi akibat hiperglikemik akan memicu

penurunan kadar LH dan FSH (Nasrolahi et al., 2013). Penurunan

(41)

spermatogenesis. Pengamatan histologis pada ruang intrastitial yang ditunjukkan dengan Gambar 4.1 juga tidak memperlihatkan kondisi yang berbeda antar perlakuan.

Gambar 4.1 Sel Leydig pada Ruang Intrastitial (tanda panah) dengan Perbesaran 400x.

4.2 Potensi Regenerasi Sel Spermatogenik Testis Mencit Hiperglikemik setelah Diinduksi Ekstrak Ikan Gabus

Pengamatan jumlah sel spermatogenik pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan tingkat regenerasi sel spermatogenik testis mencit yang mengalami kerusakan akibat kondisi hiperglikemik. Hasil anova mengenai jumlah sel-sel spermatogenik testis mencit yang meliputi spermatogonium, spermatosit, dan spermatid disajikan pada Tabel 4.2.

Berdasarkan anova diketahui adanya pengaruh induksi ikan gabus terhadap jumlah sel. Sehingga dilakukan uji Tukey dengan hasil yang tercantum pada Tabel 4.2. Perbedaan yang signifikan (p<0.05) ditemui pada jumlah spermatogonium kelompok perlakuan K(-) dan K(+), jumlah spermatogonium K(+) hanya 55% dari K(-). Hal ini membuktikan bahwa Hiperglikemik memicu kerusakan sel dan gangguan spermatogenesis, sehingga terjadi penurunan jumlah sel spermatogonium.

K(-) K(+)

(42)

Setelah dilakukan terapi ekstrak ikan gabus selama 14 hari terjadi peningkatan jumlah spermatogonium pada kelompok TB, TT, dan TA. Jumlah spermatogonium perlakuan TB tidak berbeda secara signifikan (p>0.05) dengan K(+) sehingga disimpulkan bahwa tidak ada potensi regenerasi spermatogonium pada kelompok dengan induksi ekstrak ikan gabus dengan dosis 0,07423 ml/hari. Sedangkan jumlah spermatogonium kelompok perlakuan TT dan TA tidak berbeda signifikan dengan K(-). Tidak adanya perbedaan yang signifikan antara jumlah spermatogonium K(-) dengan TT dan TA menandakan adanya potensi regenerasi spermatogonium mencit hiperglikemik yang hampir mendekati normal setelah diinduksi ekstrak ikan gabus dengan dosis 0,1248 dan 0,14846 ml/hari. Spermatogonium TT mengalami regenerasi mencapai 85% dari jumlah sel normal, sedangkan jumlah spermatogonium TA mencapai 91% dari jumlah sel normal.

Tabel 4.2 Jumlah Sel Spermatogenik/Bidang Pandang

Jenis Sel Jumlah Sel Spermatogenik pada

perlakuan-K(-) K(+) TB TT TA

Spermatogonium 44a± 4 24b±10 26b± 5 37a± 4 40a± 4 Spermatosit 51a± 2 19d± 3 29c± 7 39b± 4 51a± 4 Spermatid 147a±11 27d±15 80c±13 103b±11 139a±46

Keterangan:

Kelompok K(-) : mencit kontrol negatif (normal). Kelompok K(+) : mencit kontrol positif (hiperglikemik).

Kelompok TB : mencit hiperglikemik yang diberi ekstrak ikan gabus dengan dosis masing-masing 0,07423 ml/hari.

Kelompok TT : mencit hiperglikemik yang diberi ekstrak ikan gabus dengan dosis masing-masing 0,1248 ml/hari.

Kelompok TA : mencit hiperglikemik yang diberi ekstrak ikan gabus dengan dosis masing-masing 0,14846 ml/hari.

(43)

37% dari jumlah sel normal, dan jumlah spermatid K(+) 18% dari jumlah sel normal. Penurunan jumlah spermatosit disebabkan oleh berkurangnya spermatogonium. Spermatogonium merupakan sel germinal yang akan membelah menjadi spermatosit. Apabila jumlah spermatogonium berkurang maka jumlah spermatosit juga akan ikut berkurang. Begitu pula pada spermatid yang merupakan sel haploid dari pembelahan meiosis spermatosit. Apabila jumlah spermatosit berkurang maka jumlah spermatid akan ikut berkurang. Selain itu penurunan jumlah spermatosit dan spermatid dapat pula disebabkan oleh efek sitotoksik dari kondisi hiperglikemik yang memicu kerusakan sel.

Setelah pemberian ekstrak ikan gabus selama 14 hari terjadi peningkatan jumlah spermatosit dan spermatid pada ketiga kelompok induksi. Jumlah spermatosit dan spermatid kelompok K(+) berbeda signifikan dengan TB, TT, dan TA. Perbedaan yang signifikan antara jumlah spermatosit dan spermatid kelompok K(+) dengan kelompok TB, TT, dan TA menandakan adanya potensi regenerasi sel setelah diinduksi ekstrak ikan gabus. Tingkat regenerasi terbaik ditemukan pada kelompok TA dengan persentase jumlah spermatosit 99% dan spermatid 95% dari jumlah normal. Jumlah sel spermatosit dan spermatid kelompok K(-) tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok TA, sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan dosis 0,14846 ml/hari dapat terjadi regenerasi spermatosit dan spermatid mendekati normal.

(44)

sel-sel spermatogenik, menurunnya jumlah sel spermatogenik, tidak ditemukannya spermatozoa dalam lumen. Renggangnya susunan sel spermatogenik tubulus seminiferus K(+) dapat disebabkan oleh adanya kerusakan sel-sel spermatogenik yang selanjutnya akan berdegenerasi dan difagositosis oleh sel sertoli, selain itu dapat juga karena proses spermatogenesis yang terhambat. Pada penelitian ini diketahui bahwa hiperglikemia tidak mempengaruhi sel Leydig, sehingga diasumsikan bahwa kerusakan sel yang terjadi tidak disebabkan oleh gangguan hormonal, namun lebih dipicu oleh gangguan sitotoksik.

Tidak penuhnya spermatozoa dalam lumen tubulus seminiferus terjadi karena berkurangnya jumlah spermatid dan adanya gangguan spermiogenesis sehingga spermatid terhambat untuk berdiferensiasi menjadi spermatozoa. Pada preparat histologi K(+) juga ditemukan kondisi nekrosis fokal, ditandai dengan kosongnya bagian tubulus seminiferus yang seharusnya terisi dengan spermatid dan spermatozoa.

Gambar 4.2 Histologi Tubulus Seminiferus Mencit Perbesaran 1000x

K(-) K(+)

(45)

Pada kelompok mencit yang diterapi dengan ekstrak ikan gabus (TB,TT, dan TA) tampak terjadi pertambahan jumlah sel. Pada ketiga kelompok terapi ditemukan semua jenis sel spermatogenik, yaitu sel spermatogonium, spermatosit, spermatid, dan spermatozoa. Namun pada kelompok TB jumlah sel spermatogenik belum mencapai jumlah normal sehingga lumen tampak luas, selain itu susunan selnya masih terlihat renggang. Pada kelompok TT jumlah sel spermatogenik lebih banyak dari TB, susunan sel terlihat lebih rapat. Pada kelompok TA jumlah sel semakin banyak mengisi tubulus seminiferus sehingga area lumen semakin sempit, jumlah dan kerapatan sel spermatogenik hampir sama dengan normal.

Kondisi hiperglikemia yang menandai terjadinya penyakit diabetes mellitus, dapat menyebabkan kerusakan sel melalui berbagai cara, salah satunya melalui komplikasi mikrovaskular. Adanya komplikasi mikrovaskular akan memicu terjadinya komplikasi fisiologis, biokimia, dan anatomi, antara lain

penebalan m embran (Raskin et al., 1983), penyakit

makrovaskular (Eschwege et al., 1985), glikosilasi protein

(Brownlee et al., 1988), gangguan immunitas seluler (Rayfield et

al., 1982), dan berbagai abnormalitas siklus sel (Lorenzi et al.,

1987) seperti gangguan spermatogenesis yang terjadi pada mencit kelompok kontrol positif di penelitian ini. Selain itu, hiperglikemia juga menyebabkan gangguan sekresi dan aksi

insulin (DeFronzo et al., 1988) sehingga akan timbul kondisi

hiperglikemik yang lebih kronis.

Pada penderita diabetes melitus dengan hiperglikemia kronis

akan terjadi peningkatan aktifitas Protein Kinase C (PKC), Tumor

Necrosis Factor α (TNF α) yang dapat menyebabkan gangguan

(46)

Penurunan jumlah sel spermatogenik juga dapat dipicu oleh kerusakan sel-sel karena adanya radikal bebas yang tinggi. Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya. Radikal bebas merupakan suatu kelompok bahan kimia dengan reaksi jangka pendek yang memiliki satu atau lebih elektron bebas (Droge 2002). Kerusakan sel-sel spermatogenik oleh faktor radikal bebas dapat dicegah dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung antioksidan. Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal (Drodge, 2002). Cara kerja antioksidan dalam menetralisir radikal bebas yaknimelengkapi kekurangan electron yang dimilikiradikal bebas yang dapat menimbulkan stress oksidatif dengan mengeluarkan spesies oksigen yang potensial bersifat toksik (pro-oksidan), menekan pembentukannya, atau

menekan kerja pro-oksidan tersebut (Ruhe, 2001). Ekstrak ikan

gabus dikenal mengandung antioksidan. Ekstrak ikan gabus mengandung banyak protein. Albumin, sebagai protein plasma dengan kadar terbanyak dalam ekstrak ikan gabus merupakan sumber antioksidan hewani yang berfungsi sebagai pengikat radikal sehingga berperan dalam proses pembersihan dan penangkapan radikal bebas (Sunatrio, 2003).

Ekstrak ikan gabus m emiliki aktivitas antioksidan 0,14 ± 0.003 mmol/l, atau sebanding dengan 90,93% aktivitas antioksidan vitamin E. Albumin merupakan protein yang tersusun oleh asam amino yang memiliki gugus (-SH) sehingga berfungsi sebagai pengikat radikal dan berperan dalam proses pembersihan

radikal bebas (Santoso, 2009). Selain itu albumin juga bersinergi

(47)

limfosit dan protein, memperbaiki nafsu makan dan stabilisasi berat badan (Gibson, 2005). Sedangkan kalsium dapat meningkatkan sensitivitas, respon dan sekresi insulin (Wilcox, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak ikan gabus berpotensi untuk meregenerasi sel-sel spermatogenik, yaitu sel-sel spermatogonia, spermatosit, dan spermatid. Regenerasi tersebut disebabkan oleh khasiat ekstrak ikan gabus sebagai antioksidan serta sangat berperan dalam perkembangan sel dan pembentukan jaringan sel baru. Ekstrak ikan gabus membantu sekresi dan metabolisme insulin, serta melindungi efek kerusakan pankreas. Apabila kondisi pankreas telah kembali normal maka jumlah hormon insulin yang diproduksi oleh sel beta pulau langerhans akan kembali seperti semula. Hormon insulin bersama hormon glukagon akan bekerja secara antagonis untuk mengatur homeostasis gkukosa darah. Kadar glukosa darah yang normal akan mencegah munculnya gangguan-gangguan yang dapat memicu keruskan sel.

(48)
(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Tidak ada potensi regenerasi sel Leydig pada testis mencit

hiperglikemik setelah diinduksi dengan ekstrak ikan gabus.

2. Ada potensi regenerasi sel spermatogenik dalam tubulus

seminiferus testis mencit hiperglikemik setelah diinduksi dengan ekstrak ikan gabus. Tingkat regenerasi tertinggi pada kelompok perlakuan dosis atas (0,14846 ml/hari) dengan persentase jumlah spermatogonium sebesar 91 % dari jumlah sel normal, spermatosit sebesar 91% dari jumlah sel normal dan spermatid sebesar 99 % dari jumlah sel normal.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh

ekstrak ikan gabus terhadap sel spermatogenik dengan variasi lama waktu induksi, sehingga dapat diketahui potensi regenerasi sel spermatogenik dalam rentang waktu induksi yang berbeda.

2. Perlu dilakukan penelitian mengenai kadar hormon

testosteron, sehingga diketahui pengaruh hormonal terhadap spermatogenesis.

3. Perlu dilakukan uji klinis terapi ekstrak ikan gabus pada

manusia.

4. Untuk penelitian yang selanjutnya disarankan menggunakan

hewan coba yang sudah diabetes, atau menggunakan zat diabetogenik lain yang efeknya lebih lama dari aloksan.

(50)
(51)

Aisyatussoffi, N., dan Arifiyanto, A. 2014. Snakehead (Channa striata) extracts treatment towards hyperglycemic mice (Mus musculus) blood glucose levelsand pancreatic histology Structure. J. Appl. Environ. Biol. Sci., 4:1-6.

Adewole, S.O., Caxton-Martin, E.A., Salako, A.A., Doherty, O.W., dan Naicker, T. 2007. Effects of oxidative stress induced by streptozotocin on the morphology and trace minerals of the

testes of diabetic wistar rats. J. Pharmacologyonline. 2:487-497.

Amann, R. P. 1970. Sperm Production Rates dalam A. D.

Johnson, W. R. Gomes dan N. L. VanDemark (Ed). New York: Academic Press.

Andayani, Y. 2003. Mekanisme Aktivitas Antihiperglikemik

Ekstrak Buncis (Phaseolus vulgaris Linn) pada Tikus Diabetes

dan Identifikasi Komponen Aktif. Disertasi. Bogor: Program

Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Arrington, L. 1972. Introductory Laboratory Animal. The

Breeding, Care, and Management of Experimental Animal Science. New York: The Interstate Printers and Publishing, Inc.

Ballester, J., Munoz, C., Dominguez, J., Rigau, T., Guinovart, J.J., dan Rodriguez-Gil J.E. 2004. Insulin-dependent diabetes affects testicular function by FSH-and LH-linked mechanisms.

Journal of Andrology 25:706–719.

Baziad, A. 2003. Menopause dan Andropause. Jakarta: Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

(52)

Bijaksana, U. 2012. Dosmestikasi ikan gabus, Channa Striata

Blkr, upaya optimalisasi perairan rawa di provinsi kalimantan

selatan. Jurnal Lahan Suboptimal 1: 92-101.

Brownlee, M., Cerami, A., dan Vlassara, H. 1988. Advanced glycosylation end products in tissue and the biochemical basis of

diabetic complications. N Engl I Med 318:1315-1321.

Burkitt, H,G. 1993. Functional Histologis, A Text and Colour

Atlas, London: Langman Group.

Campbell, N.A. Reece, J.B., Urry, L.A., Cain, M.L., Wasserman,

S.A., Minorsky, P.V., dan Jackson, B.R. 2008. Biology. San

Francisco: Pearson Benjamin Cummings.

Colca, J. R. 1983. Alloxan inhibition of Ca2+ and calmodulin

dependent protein kinase activity in pancreatic islet. J. Biol.

Chem. 12:7260-7263.

Corwin, E.J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Cox, N.M., Meurer, K.A., Carlton, C.A., Tubbs, R.C., dan Mannis, D.P. 1994. Effect of diabetes mellitus during the luteal phase of oestrous cycle on p reovulatory follicular function,

ovulation and gonadotrophins in gilts. Journal of Reproduction

and Fertility 101:77-86.

DeFronzo, R.A. 1988. Lilly Lecture 1987: The triumvirate: 0-

cell, muscle, liver: a collusion responsible for NIDDM. Diabetes

37:667-687.

Droge W. 2002. Free radicals in the physiological control of cell

(53)

Endrinaldi, E., Yerizel, dan Revilla, G. 2007. Pengaruh pemberian vitamin C dan E terhadap kadar MDA dan kolesterol darah kelinci diabetes melitus (DM) akibat induksi aloksan.

Majalah Kedokteran Andalas,Juli-Desember, 51-56.

Escadon, J.C. dan Cipolla, M. 2001. D iabetes and endothelial

dysfunction ; a clinical perspective. Endocrine Reviews 22: 36–

52.

Eschwege, E., Richard, J.L., Thibult, N., Ducimetiere, P., Warnet, J.M., Claude, J.R., dan Rosselin, G.E. 1985. Coronary heart diseased mortality in relation with diabetes, blood glucose and plasma insulin levels: the Paris prospective study, ten years later.

Horm Metab Res 15:41-46.

Fadli. 2010. Bagusnya Ikan Gabus.. Warta Pasar Ikan. Edisi

No.86, hal 4-5.

Fishbase. 2012. Channa striatus. <http://www.fishbase.org/

summary/CHANNA-STRIATUS.html> [23 Juli 2014].

García-Díez, L.C., Corrales, Hernandez, J.J., Hernandez-Diaz, J., Pedraz, M.J., dan Miralles, J.M. 1991. Semen characteristics and

diabetes mellitus: significance of insulin in male infertility. Arch

Androl 26: 119–128.

Garris, D.R., Williams, S.K., Smith-West, C., dan West, L. 1984. Diabetes-assosiated endometrial disruption in the chinese hamster: structure changes in relation to progressive

hyperglycemia. Experimental Biology and Medicine 17:

293-300.

(54)

periluminal epithelial lipoanathrophy. Experimental Biology and Medicine 52:51-58.

Gibson, 2005. Principles of Nutritional Assesment. New York.

Oxford University Prees.

Gorus, F.K., Malaisse, W.J., dan Pipeleers, D.G. 1982. Selective

uptake of alloxan by pancreatic B-cells. Biochem Journal

208:513-515.

Gupta, G.S. 2005. Proteomics of Spermatogenesis. India:

Departmen of Biophysis Panjab University.

Hafez, E.S.E. 1970. Reproduction and Breeding Techniques

for Laboratory Animals. Philadelphia: Lea and Febiger.

Hayati, A., Rahmaninta, A.D., dan Pidada, I.B.R. 2005. Spermatozoa motility and morphological recovery process in mice (Mus musculus) after the induction of 2-methoxyethanol.

Folia Medica Indonesiana, 41: 90-95.

International Diabetes Federation. 2007. World Diabetes Day..

<http://www.worlddiabetesday.org/> [14 November 2013].

Jin, M., Lu, Z., Huang, M., dan Wang, Y. 2012. E ffects of

se-enriched polysacchararides produced by Enterobacter cloacae

Z0206 on alloxan-induced diabetic mice. Int J Biol Macromol.

50:348-352.

Kandeel, F.R., Koussam V.K.T., dan Swerdloff, R.S. 2001. Male sexual function and disorders: physiology, pathophysiology,

(55)

Lorenzi, M., Nordberg, J.A., dan Toledo, S. 1987. High glucose prolongs cell-cycle traversal of cultured human endothelial cells.

Diabetes 36:1261-1267.

Manika, W., Tomaszewska, Sutama, I.K., Putu, I.G., dan

Chaniago, T.D. 1991. Reproduksi, Tingkah Laku Dan

Reproduksi Ternak Di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama

Meldawati, 2011. Pengaruh Ekstrak Buah Morinda Citrifolia Linn terhadap Kualitas, Kuantitas Sperma dan Kadar Malondialdehyde

Testis Tikus Wistar Diabetes Mellitus. Tesis. Padang: Universitas

Sumatera Utara.

Mescher, A.L. 2010. Junqueira's Basic Histology Text and

Atlas. Indiana: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Moriwaki, K. 1994. Genetic in Wild Mice. Its Application to

Biomedical Research. Tokyo: Karger.

Nasrolahi, O., Khanesi, F., Rahmani, F., dan Razi, M. 2013. Honey and metformin ameliorated diabetes-induced damages in

testes of rat; correlation with hormonal changes. Iran J Reprod

Med. 11: 1013-1020.

Ng, P.K. dan Lim, K.K.P. 1990. Snakeheads (Pisces: Channidae):

Natural history, biology and economic importance. Papers.

Department of Zoology, National University of Singapore, 127-152.

Nugroho, B.A. dan Purwaningsih, E. 2006. Perbedaan Diet

Ekstrak Rumput Laut (Eucheuma sp) dan insulin dalam

menurunkan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus)

(56)

Padilah, I. 2009. U ji Efek Hipogilkemia Fraksi Etil Asetat Biji

Jinten Hitam (Nigella sativa Linn) pada Tikus Putih Jantan

dengan Metode Induksi Aloksan dan Toleransi Glukosa. Skripsi.

Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Rahayu, W.P.S., Maamoen, Suliantari, dan Fardiaz, S. 1992.

Teknologi Fermentasi Produk Perikanan. Bogor: Penerbit

Pusat Antar U niversitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Raskin, P., Pietri, A., Unger, R., dan Shannon, W.A. 1983. The effect of diabetic control on the width of skeletal muscle capillary

basement membrane in patients with type I diabetes mellitus. N

Englj Med 309:1546-1550.

Rayfield, E.J., Ault, M.J., Keusch, G.T., Brothers, M.J., Nechemias, C., dan Smith, H. 1982. Infection and diabetes: the

case for glucose control. Am I Med 72:439-450.

Rees, D,A. and Alcolado, J. C. 2005, Animal models of diabetes

mellitus. Diabetic Medicine, 22 : 359-370.

Remzi, C., Ali, G., Suat, A., Kemal, N., dan Ayegul, J. 2004. Hypotalamic pituitary-gonadal axis hormones and cortisol in both menstrual phases of women with chronic fatigue syndrome and

effect of depressive mood on these hormones. BMC

Musculoskelet Disord, 5:47-51.

Ruhe, R.C. 2001. Use of antioxidant nutrients in the prevention

and treatment of type 2 diabetes. J Am Coll Nutrition.

20:363-369.

Sampath, K. 1985 Food intake, conversion and surfacing activity as a f unction of density and water change frequency in an

Gambar

Gambar 2.1 Mencit Galur Balb/C ........................
Tabel 2.1 Kandungan Protein Ikan .......................
Gambar 2.2 Channa striata (Fishbase, 2014).
Tabel 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lebih lanjut lagi, seluruh guru menyatakan bahwa alat praktikum yang dibutuh-kan dalam membela- jarkan materi sistem dan lingkungan yaitu alat praktikum yang mudah

Tujuan utama yang ingin dicapai dalam perencanaan layout fasilitas produksi pada dasarnya adalah meminimumkan biaya atau efensiensi dalam pengaturan segala

12 ● ● Mengamati untuk Mengamati untuk mengidentifikasi dan mengidentifikasi dan merumuskan masalah merumuskan masalah tentang cara membuat tentang cara membuat video atau animasi

Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Gramedia Pustaka Utama. Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan, Kepercayaan, dan Loyalitas. Jadi E-Commerce Terbesar , Shopee

Data yang diperoleh mengenai kemampuan penalaran adaptif siswa setelah diberi perlakuan berupa model pembelajaran baik pada siswa yang diajar dengan menerapkan

Selama berada di Pendawa Kencana Multyfarm, mahasiswa mendapatkan satu kali pendidikan dan pelatihan, yaitu mengenai budidaya ikan dalam terpal dan tiga kali

Bahwa dalam rangka pengembangan industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu