• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN. Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152);

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANGAN. Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152);"

Copied!
222
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

NOMOR….. TAHUN…. TENTANG

RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

Menimbang : a. bahwa kedudukan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia, menyebabkan ruang wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta berfungsi sebagai ruang ibukota negara dan kawasan perkotaan, maka pembangunan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta perlu diarahkan pada pemanfaatan ruang secara bijaksana, berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan sesuai dengan kaidah-kaidah penataan ruang, sehingga kualitas ruang dapat terjaga keberlanjutannya untuk kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan;

b. bahwa pertumbuhan dan perkembangan penduduk dan pembangunan dapat mengakibatkan penurunan kualitas pemanfaatan ruang dan ketidakseimbangan struktur dan fungsi ruang, sehingga perlu dilakukan pengendalian pemanfaatan ruang sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah, sehingga pembangunan dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif;

c. bahwa berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, setiap Rencana Tata Ruang Wilayah harus ditindaklanjuti dengan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi sebagai perangkat operasional Rencana Tata Ruang Wilayah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888);

4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152);

5. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169);

6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

7. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

8. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

11. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);

12. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722);

14. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

15. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

16. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

17. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah RANCANGAN

(2)

Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744);

18. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746);

19. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);

20. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849);

21. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);

22. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866);

23. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956);

24. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956);

25. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967);

26. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

27. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

28. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

29. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052);

30. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

31. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

32. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5066);

33. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5080);

34. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168);

35. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

36. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

37. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5252);

38. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5280);

39. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527);

40. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 60,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529);

41. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4146);

42. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161);

43. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4242);

(3)

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);

45. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4489) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5019);

46. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490);

47. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532);

48. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588);

49. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);

50. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

51. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

52. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761);

53. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4826);

54. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

55. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

56. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4840);

57. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4858);

58. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4859);

59. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);

60. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5004);

61. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048);

62. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070);

63. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086);

64. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2012;

65. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

66. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5108);

67. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2012; 68. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penetapan

Kawasan Khusus (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5125);

69. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);

70. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Angkutan Multimoda (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 20, Tambahan

(4)

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5199);

71. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5217);

72. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5230);

73. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285);

74. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292);

75. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Badar Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295);

76. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 188,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5347);

77. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 8,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393);

78. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;

79. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur;

80. Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2012 tentang Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 291);

81. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1986 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 1986 Nomor 91);

82. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2008 Nomor 10);

83. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2010 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2010 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 4);

84. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030 (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2012 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 28);

85. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2012 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2012 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 30); 86. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2012 tentang Prasarana, Sarana, dan Utilitas

Umum (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2012 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 34);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

dan

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang selanjutnya disebut DKI Jakarta. 2. Provinsi adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, yang selanjutnya disebut

Provinsi DKI Jakarta.

3. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

4. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, yang selanjutnya disebut Pemerintah Provinsi DKI Jakarta,

5. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat dengan DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

7. Kota Administratif adalah Kota Administratif di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 8. Kabupaten Administratif adalah Kabupaten Administratif di Provinsi Daerah Khusus

(5)

9. Kecamatan adalah Kecamatan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 10. Kelurahan adalah Kelurahan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

11. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disebut BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi DKI Jakarta dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Gubernur dalam koordinasi penataan ruang di daerah.

12. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional.

13. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

14. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

15. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. 16. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,

dan pengendalian pemanfaatan ruang.

17. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. 18. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

19. Rencana Tata Ruang Wilayah selanjutnya disingkat RTRW adalah Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

20. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah tingkat kecamatan yang dilengkapi dengan peraturan zonasi yang merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah dengan peta skala 1: 5.000.

21. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendalian dan disusun untuk setiap blok atau zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.

22. Pemanfaatan ruang kecamatan adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana detail tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaan.

23. Kawasan adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional baik lindung ataupun budidaya serta memiliki ciri tertentu.

24. Kawasan prioritas adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional, provinsi dan/atau kota/kabupaten administratif yang mempunyai nilai strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan.

25. Kawasan konservasi adalah kawasan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumber daya buatan.

26. Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai pengaruh secara signifikan baik secara alamiah atau binaan terhadap fungsi penampungan dan peresapan air hujan ke dalam tanah, sehingga dapat membantu mengendalikan aliran air permukaan dan mencegah banjir.

27. Lingkungan adalah bagian wilayah kota yang merupakan kesatuan ruang untuk suatu kehidupan dan penghidupan tertentu dalam suatu sistem pengembangan kota secara keseluruhan.

28. Kawasan sistem pusat kegiatan adalah kawasan yang diarahkan bagi pemusatan berbagai kegiatan campuran maupun yang spesifik, memiliki fungsi strategis dalam menarik berbagai kegiatan pemerintahan, sosial, ekonomi dan budaya serta kegiatan pelayanan kota menurut hierarki terdiri dari kawasan pusat kegiatan primer, kawasan pusat kegiatan sekunder dan kawasan pusat kegiatan tersier.

29. Kawasan pusat kegiatan primer adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala nasional atau beberapa provinsi dan internasional.

30. Kawasan pusat kegiatan sekunder adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kota/kabupaten administrasi.

31. Kawasan pusat kegiatan tersier adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kota/kabupaten administrasi atau beberapa kecamatan.

32. Lahan adalah bidang tanah untuk maksud pembangunan fisik.

33. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik yang spesifik. 34. Sub Zona adalah suatu bagian dari zona yang memeiliki fungsi dan karakteristik tertentu

yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang bersangkutan.

35. Zoning adalah pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi dan

karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain.

36. Ruang terbuka atau plasa adalah suatu lahan atau kawasan yang tidak terbangun atau tidak diduduki oleh bangunan, struktur, area parkir, jalan, lorong atau yard yang diperlukan. Ruang terbuka dapat dimanfaatkan untuk penanaman tanaman, halaman, area rekreasi, dan fasilitas.

37. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat dengan RTH, adalah ruang-ruang dalam kota dalam bentuk area/kawasan maupun memanjang/jalur yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu dan atau sarana kota, dan atau pengaman jaringan prasarana dan atau budidaya pertanian.

38. Jalur pedestrian adalah jalur khusus yang disediakan untuk pejalan kaki.

39. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapan yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.

(6)

40. Jalan arteri adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

41. Jalan kolektor adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.

42. Jalan lokal adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. 43. Pembangunan jalan baru adalah proses pembukaan ruangan lalu lintas guna mengatasi

permasalahan geografi sebagai penghubung antar satu wilayah dengan wilayah lain 44. Peningkatan kapasitas jalan adalah proses meningkatkan kapasitas jalan untuk memenuhi

lonjakan kendaraan dengan melakukan penambahan terhadap badan jalan

45. Pemeliharaan jalan adalah proses peningkatan kualitas jalan melalui penambahan material jalan dan perbaikan jalan guna memperbaiki kondisi jalan akibat penggunaan jalan setiap harinya

46. Closed Circuit Television yang kemudian disingkat menjadi CCTV adalah penggunaan

kamera video untuk mentransmisikan sinyal ke sejumlah monitor/display untuk membantu pengamatan dan pengawasan suatu area yang bisa dioperasikan secara terus menerus maupun pada saat tertentu.

47. Angkutan umum massal adalah angkutan umum yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar yang beroperasi secara cepat, nyaman, aman, terjadwal, dan berfrekuensi tinggi.

48. Ruang evakuasi bencana adalah area yang disediakan untuk menampung masyarakat yang terkena bencana dalam kondisi darurat, sesuai dengan kebutuhan antisipasi bencana karena memiliki kelenturan dan kemudahan modifikasi sesuai kondisi dan bentuk lahan di setiap lokasi.

49. Jalur dan ruang evakuasi bencana adalah jalur perjalanan yang menerus termasuk jalan ke luar, koridor/selasar umum dan sejenis dari setiap bagian bangunan gedung termasuk di dalam unit hunian tunggal ke tempat aman, yang disediakan bagi suatu lingkungan/kawasan sebagai tempat penyelamatan atau evakuasi.

50. Peruntukan lahan adalah rencana pemanfaatan ruang untuk fungsi ruang kota tertentu yang menetapkan jenis penggunaan tanah dan peraturan pemanfaatan ruang yang berlaku, sesuai rencana tata ruang kota.

51. Rencana zonasi adalah rencana pembagian kawasan menjadi zona sesuai dengan fungsi dan karakteristiknya atau diarahkan bagi pengembangan fungsi lain serta menetapkan pengendalian pemanfaatan ruang, dan memberlakukan ketentuan hukum yang berbeda untuk setiap zonanya.

52. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan (ekstra) tinggi, pantai, dan lain-lain, dan/atau yang belum nyata atau rencana jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota.

53. Sub Blok adalah bidang tanah yang merupakan satu atau lebih perpetakan yang telah ditetapkan batas-batasnya sesuai dengan rencana tata ruang kota untuk suatu peruntukan tanah tertentu.

54. Nomor blok adalah kode numerik yang diberikan untuk setiap blok.

55. Intensitas Pemanfaatan Ruang adalah besaran ruang untuk fungsi tertentu yang ditentukan berdasarkan pengaturan Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien Dasar Bangunan, Ketinggian bangunan, Koefisien Dasar Hijau, Koefisien Tapak Besmen, tiap kawasan bagian kota sesuai dengan kedudukan dan fungsinya dalam pembangunan kota 56. Rumah susun adalah bangunan hunian berbentuk gedung bertingkat yang dibangun

dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.

57. Sarana kota adalah alat, cara, syarat, fasilitas atau segala sesuatu yang dipakai untuk berlangsungnya suatu kota dimana fasilitasyang dimaksud dapat berupa fasilitas ibadah, fasilitas pemerintahan, fasilitas pelayanan umum, fasilitas sosial budaya, fasilitas rekreasi dan olah raga, fasilitas transportasi dan fasilitas hijau dan dihubungkan oleh prasarana umum.

58. Prasarana kota adalah infrastruktur, prasyarat utama atau segala sesuatu yang merupakan penunjang utama kota, diperlukan untuk memberikan pelayanan atau jasa bagi kebutuhan dasar penduduk, terdiri atas jaringan jalan, jaringan air buangan dan air bersih serta berbagai jaringan utilitas.

59. Kaveling/Persil adalah bidang lahan yang telah ditetapkan batas-batasnya sesuai dengan batas kepemilikan lahan secara hukum/legal di dalam blok atau subblok.

60. Utilitas adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan yang diselenggarakan oleh pemerintah/pemerintah daerah dan pembangun swasta pada lingkungan permukiman, meliputi penyediaan jaringan jalan, jaringan air bersih, listrik, pembuangan sampah, telepon, saluran pembuangan air kotor, dan drainase serta gas.

61. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

62. Panduan Rancang Kota adalah panduan bagi perencanaan kawasan yang memuat uraian teknis secara terinci tentang kriteria, ketentuan, persyaratan, standar dimensi, standar kualitas yang memberikan arahan bagi pembangunan suatu kawasan yang ditetapkan mengenai fungsi, fisik bangunan prasarana dan fasilitas umum, utilitas maupun sarana lingkungan.

63. Insentif dan disinsentif adalah ketentuan yang diterapkan untuk dapat mendorong perkembangan kota terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.

64. Garis sempadan sungai adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai.

(7)

66. Daerah aliran sungai yang selanjutnya disingkat DAS, adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

67. Pelampauan KLB adalah kelebihan hasil perbandingan yang dihitung dari jumlah luas lantai seluruh bangunan terhadap luas lahan perpetakan/persil yang dikuasai.

68. Bangunan Tipe Tunggal adalah bangunan yang harus memiliki jarak bebas dengan batas perpetakan atau batas pekarangan pada sisi samping dan belakang.

69. Bangunan Tipe Deret adalah bangunan yang diperbolehkan rapat dengan batas perpetakan atau batas pekarangan pada sisi samping.

70. Pembatasan Lalu Lintas adalah upaya pemanfaatan semaksimal mungkin sistem jaringan jalan yang ada dan bisa menampung lalu lintas sebanyak mungkin atau menampung pergerakan orang sebanyak mungkin dan memperhatikan keterbatasan lingkungan atau kapasitas lingkungan, memberikan prioritas untuk kelompok pengguna jalan tertentu dan penyesuaian kebutuhan kelompok pemakai jalan lainnya serta menjaga kecelakaan lalu lintas sekecil mungkin.

71. Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah atau yang selanjutnya disebut dengan SIPPT adalah Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah yang diberikan kepada pengembang dalam rangka pengembangan suatu kawasan dan atau guna permohonan hak atas tanah. 72. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan

ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

73. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain dalam penataan ruang.

BAB II RUANG LINGKUP

Pasal 2 Ruang Lingkup RDTR dan Peraturan Zonasi memuat: a. asas, tujuan, fungsi, dan manfaat;

b. rencana pengembangan pemanfaatan ruang kecamatan; c. rencana pola ruang;

d. rencana jaringan prasarana;

e. penetapan kawasan yang diprioritaskan penanganannya; f. rencana pemanfaatan ruang; dan

g. peraturan zonasi.

BAB III

AZAS, TUJUAN, FUNGSI, DAN MANFAAT Pasal 3

RDTR dan Peraturan Zonasi dilaksanakan berdasarkan azas penataan ruang.

Pasal 4 Tujuan RDTR dan Peraturan Zonasi untuk:

a. terwujudnya nilai atau kualitas ruang yang terukur dan dicapai sesuai dengan ketetapan tentang standar teknis dan arahan dalam RTRW;

b. terwujudnya tertib penyelenggaraan penataan ruang yang berkepastian hukum melalui pengaturan intensitas kegiatan, keseimbangan keserasian peruntukan lahan serta penyediaan sarana dan prasarana kota yang memadai;

c. terwujudnya ruang wilayah yang menyediakan kualitas kehidupan kota yang produktif dan inovatif melalui pengaturan intensitas kegiatan, keseimbangan keserasian peruntukan lahan serta penyediaan sarana dan prasarana kota yang memadai, guna meminimumkan dampak pembangunan yang merugikan dan menjaga kualitas lingkungan;

d. terwujudnya Jakarta dengan tata air yang dapat mengurangi bencana banjir;

e. terwujudnya Jakarta dengan kinerja transportasi baik untuk mengurangi kemacetan; dan f. terwujudnya ruang terbuka hijau sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 5 Fungsi RDTR dan Peraturan Zonasi sebagai berikut:

a. mendukung perwujudan pemanfaatan ruang dalam pelaksanaan program pembangunan nasional dan daerah;

b. menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian pengembangan kawasan fungsional sesuai RTRW;

c. menciptakan keterkaitan antar program pembangunan yang selaras, serasi dan efisien dalam perencanaan kawasan;

d. sebagai perangkat pengendalian pemanfaatan ruang; e. sebagai acuan pemberian insentif dan disinsentif; f. sebagai dasar pengenaan sanksi;

g. sebagai acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang; dan

h. sebagai panduan teknis dalam pemberian izin pemanfaatan ruang. Pasal 6

Manfaat RDTR dan Peraturan Zonasi untuk: a. menjamin dan menjaga kualitas ruang;

b. menjaga kualitas zona dan/atau sub zona dengan meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan zona dan/atau sub zona; dan

c. meminimalkan gangguan atau dampak kegiatan terhadap zona dan/atau sub zona.

BAB IV

KEDUDUKAN DAN JANGKA WAKTU Pasal 7

Kedudukan RDTR dan Peraturan Zonasi merupakan ketentuan operasional RTRW yang mengatur persyaratan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang berdasarkan zona dan/atau sub zona.

Pasal 8

(8)

BAB V

WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB Pasal 9

(1) Wewenang Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan RDTR dan Peraturan Zonasi, sebagai berikut:

a. pengaturan, perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, dan pengawasan RDTR dan Peraturan Zonasi;

b. penetapkan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis daerah;

c. pemanfaatan ruang berdasarkan RDTR dan Peraturan Zonasi; d. pengendalian pelaksanaan RDTR dan Peraturan Zonasi;

e. penyelenggaraan kerja sama dalam penyelenggaraan RDTR dan Peraturan Zonasi; f. pengoordinasikan kegiatan antar instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat; dan g. pemberian sanksi pelanggaran pemanfaatan ruang sesuai peraturan

perundang-undangan.

(2) Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kewajiban Pemerintah Daerah sebagai berikut:

a. menyebarluaskan informasi RDTR dan Peraturan Zonasi;

b. memberikan arahan Peraturan Zonasi dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang;

c. memberikan petunjuk pelaksanaan RDTR dan Peraturan Zonasi; dan

d. melaksanakan standar pelayanan minimal dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang berdasarkan RTRW, RDTR, dan Peraturan Zonasi.

Pasal 10

(1) Wewenang dan kewajiban Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, menjadi tanggung jawab Gubernur.

(2) Gubernur dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada kebijakan, standar, norma, kriteria, prosedur,dan peraturan perundang-undangan.

Pasal 11

Wewenang, kewajiban, dan tanggung jawab Pemerintah Daerah dan/atau Gubernur dalam pelaksanaan RDTR dan Peraturan Zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10 secara operasional menjadi tugas dan fungsi Kepala SKPD di bidang tata ruang sesuai peraturan perundang-undangan.

BAB VI

HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT Pasal 12

(1) Setiap orang berhak :

a. mengetahui RDTR dan Peraturan Zonasi; dan

b. berperan aktif dalam pemanfaatan dan pengawasan RDTR dan Peraturan Zonasi.

(2) Setiap orang wajib :

a. mentaati RDTR dan Peraturan Zonasi; dan

b. berperan aktif memelihara kualitas ruang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB VII

POLA PENGEMBANGAN KAWASAN DAN SIFAT LINGKUNGAN Bagian Satu

Umum Pasal 13

(1) RDTR dan Peraturan Zonasi disusun didasarkan pada batas administrasi kecamatan dan kelurahan yang didalamnya terdapat informasi luas kecamatan, kelurahan, dan jumlah penduduk di masing-masing kecamatan dan kelurahan yang berada di 5 (lima) kota administrasi dan 1 (satu) kabupaten administrasi.

(2) Batas administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disajikan dalam Gambar-1 Peta Batas Administrasi dalam Lampiran I, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(3) Luas dan jumlah penduduk di masing-masing kecamatan di kota dan kabupaten administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disajikan dalam Tabel Luas Kecamatan dan Jumlah Penduduk dalam Lampiran II, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

 

Pasal 14

(1) Pemanfaatan ruang membentuk suatu pola pengembangan kawasan berdasarkan rencana tata ruang di masing-masing zona dan/atau sub zona peruntukan, diarahkan pada:

a. pembangunan baru; b. peremajaan lingkungan; c. perbaikan lingkungan; dan/atau d. pemugaran lingkungan.

(2) Pola pengembangan kawasan sebagaimana dimaksud ayat (1), meliputi:

a. peningkatan perkembangan kawasan timur, barat dan utara melalui pembangunan baru, perbaikan lingkungan dan peremajaan lingkungan;

b. pengendalian perkembangan kota pada kawasan pusat, tengah, dan selatan melalui pemugaran lingkungan, peremajaan lingkungan, perbaikan lingkungan dan pembangunan baru; dan

c. pengendalian wilayah selatan JORR dengan mempertimbangkan kawasan perlindungan daerah bawahannya, perkembangan ekonomi, intensitas pemanfaatan ruang, kapasitas prasarana dan sarana, dan KKOP.

(9)

Pasal 15

(3) Pola pengembangan kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, dengan mempertimbangkan pola sifat lingkungan.

(4) Pola sifat lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas: a. pola sifat lingkungan sangat padat (SP);

b. pola sifat lingkungan padat (P);

c. pola sifat lingkungan kurang padat (KP); dan d. pola sifat lingkungan tidak padat (TP).

(5) Pola sifat lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digambarkan dalam Gambar-2 Peta Pola Sifat Lingkungan dengan skala 1:50.000 dalam Lampiran I, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB VIII

RENCANA PENGEMBANGAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN Bagian Satu

Umum Pasal 16

(1) Rencana pengembangan pemanfaatan ruang kecamatan bertujuan untuk memberikan arahan fungsi utama terhadap rencana pola ruang, rencana jaringan prasarana, penetapan kawasan yang diprioritaskan penanganannya, pemanfaatan ruang dan peraturan zonasi pada masing-masing kecamatan.

(2) Rencana pengembangan pemanfaatan ruang kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diarahkan sebagai berikut:

a. Kota Administrasi Jakarta Pusat, diarahkan sebagai berikut:

1. Kecamatan Cempaka Putih sebagai kawasan permukiman horizontal, vertikal dan kompak, pusat perkantoran, perdagangan dan jasa yang didukung oleh prasarana dan sarana kota;

2. Kecamatan Gambir sebagai pusat fungsi pemerintahan nasional dan daerah, kawasan permukiman secara horizontal, vertikal dan kompak, serta perkantoran yang didukung prasarana dan sarana kota;

3. Kecamatan Johar Baru sebagai kawasan permukiman dengan pengembangan kawasan pemanfaatan ruang secara horizontal;

4. Kecamatan Kemayoran sebagai pusat ekshibisi dan informasi bisnis dengan arahan pengembangan kawasan secara vertikal dan kompak;

5. Kecamatan Menteng sebagai pusat kawasan permukiman, pusat perkantoran, perdagangan dan jasa skala kota dengan memperhatikan bangunan cagar budaya;

6. Kecamatan Sawah Besar sebagai kawasan Permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa skala kota dengan memanfaatkan ruang secara vertikal dan kompakuntuk mendukung keberadaan Kawasan Mangga Dua;

7. Kecamatan Senen sebagai kawasan permukiman horizontal, vertikal dan kompak, pusat perkantoran, perdagangan dan jasa yang didukung prasarana dan sarana kota dengan konsep TOD;dan

8. Kecamatan Tanah Abang sebagai kawasan pemerintahan nasional, permukiman serta perkantoran, perdagangan dan jasa skalanasional dan internasional dengan

pengembangan secara vertikal dan kompak untukmendukung Kawasan Sentra Primer Tanah Abang;

b. Kota Administrasi Jakarta Utara, diarahkan sebagai berikut :

1. Kecamatan Cilincing sebagai kawasan permukiman, industri, pusat ekonomi strategis dan pembangunan pulau-pulau reklamasi, didukung oleh prasarana dan sarana kota yang mampu memfasilitasi kegiatan skala nasional dan internasional; 2. Kecamatan Kelapa Gading sebagai pusat kawasan permukiman, serta pusat

perkantoran, perdagangan dan jasa dengan pengembangan secara horizontal, vertikal, dan kompak;

3. Kecamatan Koja sebagai kawasan permukiman, industri, dan pembangunan pulau-pulau reklamasi, pendukung kawasan ekonomi strategis skala nasional dan internasional;

4. Kecamatan Pademangan sebagai kawasan permukiman, pusat perkantoran, perdagangan dan jasa, dan pembangunan pulau-pulau reklamasi serta pengembangan industri pariwisata;

5. Kecamatan Penjaringan sebagai kawasan permukiman, pusat perkantoran, perdagangan dan jasa skala kota dan dan pembangunan pulau-pulau reklamasi; dan

6. Kecamatan Tanjung Priok sebagai pusat pemerintahan Jakarta Utara, kawasan permukiman, industri, pembangunan pulau-pulau reklamasi dan ekonomi strategis skala nasional dan internasional;

c. Kota Administrasi Jakarta Barat, diarahkan sebagai berikut :

1. Kecamatan Cengkareng sebagai kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, dan industri serta pergudangan yang didukung oleh prasarana dan sarana kota; 2. Kecamatan Grogol Petamburan sebagai kawasanpermukiman dan campuran

secara horisontal, vertikal dan kompak;

3. Kecamatan Kalideres jiwa sebagai kawasan industri yang didukung oleh prasarana dan sarana kota;

4. Kecamatan Kebon Jeruk sebagai kawasan permukiman, pendidikan serta perdagangan dan jasa skala kota yang didukung prasarana dan sarana kota; 5. Kecamatan Kembangan sebagai pusat pemerintahan Jakarta Barat, pusat

perkantoran, perdagangan dan jasa, dan kawasan permukiman secara horisontal, vertikal, dan kompak;

6. Kecamatan Palmerah sebagai sebagai kawasan permukiman dan perdagangan dan jasa yang didukung prasarana dan sarana kota;

7. Kecamatan Tamansari sebagai kawasan perdagangan dan jasa, dan permukiman dengan memperhatikan bangunan cagar budaya; dan

8. Kecamatan Tambora sebagai kawasan permukiman dan campuran yang didukung prasarana dan sarana kota.

d. Kota Administrasi Jakarta Selatan, diarahakan sebagai berikut :

1. Kecamatan Cilandak sebagai kawasan permukiman, pusat perkantoran, perdagangan dan jasa, didukung prasarana dan sarana kota dengan konsep TOD;

2. Kecamatan Jagakarsa sebagai kawasan permukiman yang dikembangkan secara horizontal, vertikal dan kompak;

3. Kecamatan Kebayoran Baru sebagai pusat pemerintahan Jakarta Selatan, pusat perkantoran, perdagangan dan jasa, sertakawasan permukiman horizontal, vertikal dan kompak yang didukung prasarana dan sarana kota dengan konsep TOD;

4. Kecamatan Kebayoran Lama sebagai kawasan permukiman secara horizontal, vertikal dan kompak, pusat perkantoran, perdagangan dan jasa skala kota didukung prasarana dan sarana kota;

(10)

5. Kecamatan Mampang Prapatan sebagai kawasan permukiman, pusat perkantoran, perdagangan dan jasa yang didukung prasarana dan sarana kota; 6. Kecamatan Pancoran sebagai kawasan permukiman, perkantoran, perdagangan

dan jasa yang didukung prasarana dan sarana kota;

7. Kecamatan Pasar Minggu sebagai kawasan permukiman, perkantoran, serta perdagangan dan jasa yang didukung prasarana dan sarana kota dengan fasilitas park and ride;

8. Kecamatan Pesanggrahan sebagai kawasan permukiman horizontal, vertikal dan kompak;

9. Kecamatan Setiabudi sebagai kawasan perkantoran, perdagangan dan jasa, kawasan permukiman secara horizontal, vertikal dan kompak yang didukung oleh prasarana dan sarana dengan konsep TOD; dan

10. Kecamatan Tebet kawasan permukiman, pusat perdagangan dan jasa yang didukung prasarana dan sarana kota dengan konsep TOD.

e. Kota Administrasi Jakarta Timur, diarahakan sebagai berikut :

1. Kecamatan Cakung sebagai pusat pemerintahan Jakarta Timur, kawasan permukiman, industri serta perkantoran, perdagangan dan jasa skala nasional dan internasional dengan pengembangan secara vertikal dan kompak untuk mendukung Kawasan Sentra Primer Timur;

2. Kecamatan Cipayung sebagai kawasan permukiman dan kawasan strategis pertahanan dan keamanan;

3. Kecamatan Ciracas sebagai kawasan permukiman, industri dan pergudangan yang didukung oleh prasarana dan sarana kota dengan konsep park and ride; 4. Kecamatan Duren Sawit sebagai pusat kawasan permukiman secara horizontal,

vertikal dan kompak yang disukung prasarana dan sarana kota;

5. Kecamatan Jatinegara sebagai perkantoran, perdagangan dan jasa skala nasional dan internasional, dan kawasan permukiman secara horizontal, vertikal dan kompak, kawasan fungsi pemerintahan nasional yang didukung oleh prasarana dan sarana kota;

6. Kecamatan Kramat Jati sebagai pusat perkantoran, perdagangan dan jasa skala nasional, kawasan permukiman horizontal, vertikal dan kompak;

7. Kecamatan Makasar kawasan permukiman, dan Bandar Udara Halim Perdana Kusuma;

8. Kecamatan Matraman kawasan permukiman secara horizontal, vertikal dan kompak, serta pusat perkantoran, perdagangan dan jasa yang didukung prasarana dan sarana kota;

9. Kecamatan Pasar Rebo sebagai kawasan permukiman secara horizontal, vertikal dan kompak; dan

10. Kecamatan Pulo Gadung sebagai kawasan permukiman, pusat perkantoran, perdagangan dan jasa skala kota yang didukung prasarana dan sarana kota; f. Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, diarahkan sebagai berikut:

1. Kecamatan Kepulauan Seribu Utara sebagai kawasan permukiman, pusat pelayanan tingkat kabupaten diantaranya pemerintahan, pendidikan dan kesehatan; dan

2. Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan sebagai kawasan permukiman, pusat pelayanan tingkat kecamatan dengan fasilitas pendidikan dan kesehatan.

(3) Rencana pengembangan pemanfaatan ruang pembangunan pulau-pulau reklamasi sebagaimana ayat (2) huruf b akan disusun rencana tata ruang kawasan strategis pantura sebagaimana ditetapkan dalam RTRW DKI Jakarta 2030. 

Bagian Kedua Kecamatan Cempaka Putih

Pasal 17

Tujuan pengembangan pemanfaatan ruang di Kecamatan Cempaka Putih mewujudkan kawasan permukiman nyaman dan memiliki sarana dan prasarana yang lengkap, dengan prinsip penataan ruang sebagai berikut:

a. kawasan permukiman yang berwawasan lingkungan yang dilengkapi dengan pusat perdagangan dan jasa serta penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang memadai; b. pengembangan taman lingkungan dan jalur hijau sebagai sarana resapan air, pengendali

polusi udara, sarana sosial, dan estetika kota; dan c. pembangunan dan pemeliharaan taman lingkungan.

Pasal 18

(1) Untuk mencapai tujuan pengembangan ruang di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dilakukan pembagian:

a. blok dan sub blok kawasan; dan b. zona dan sub zona kawasan.

(2) Pembagian blok kawasan di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, digambarkan dalam Peta-1A Delineasi Blok Kecamatan Cempaka Putih pada Lampiran III, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 19

Pembagian blok dan sub blok serta zona dan sub zona di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, menjadi dasar penyusunan:

a. rencana pola ruang;

b. rencana jaringan prasarana; c. rencana jaringan pergerakan;

d. rencana jalur dan ruang evakuasi bencana;

e. rencana kawasan yang diprioritaskan penanganannya; dan f. rencana pemanfaatan ruang.

Pasal 20

(1) Rencana pola ruang di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a terdiri atas:

a. zona lindung; dan b. zona budidaya.

(2) Rencana pola ruang zona lindung di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, terdiri dari:

a. zona sempadan sungai, kali, dan kanal; dan b. zona 13 (tiga belas) aliran sungai utama.

(3) Rencana pola ruang di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, diarahkan pada zona budidaya yang terdiri dari:

(11)

a. zona taman kota/lingkungan; b. zona jalur hijau;

c. zona hijau tegangan tinggi;

d. zona hijau pengaman jalur kereta api; e. zona pemerintahan nasional;

f. zona pemerintahan daerah; g. zona perumahan horisontal; h. zona perumahan vertikal;

i. zona perumahan vertikal KDB rendah; j. zona perkantoran, perdagangan dan jasa;

k. zona perkantoran, perdagangan dan jasa KDB rendah; l. zona campuran;

m. zona sarana pelayanan umum dan sosial; dan n. zona terbuka biru.

(4) Penetapan zona lindung dan zona budidaya di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam RTRW.

(5) Pemanfaatan ruang di Kecamatan Cempaka Putih wajib memperhatikan pembagian zona lindung dan zona budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang disajikan dalam Peta-1B Peta Rencana Pola Ruang Kecamatan Cempaka Putih pada Lampiran III dan pada Tabel-1A Rencana Pola Ruang Kecamatan Cempaka Putih pada Lampiran IV, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 21

(1) Rencana jaringan prasarana di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b, terdiri dari:

a. rencana sistem dan jaringan energi;

b. rencana sistem dan jaringan telekomunikasi; c. rencana sistem dan jaringan drainase; d. rencana sistem dan jaringan air bersih; e. rencana sistem dan jaringan air limbah; dan f. rencana sistem dan jaringan persampahan.

(2) Rencana jaringan prasarana terkait rencana sistem dan jaringan energi dan rencana sistem dan jaringan telekomunikasi di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b disajikan dalam Peta-1C Rencana Jaringan Energi dan Telekomunikasi Kecamatan Cempaka Putih pada Lampiran III, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(3) Rencana jaringan prasarana terkait rencana sistem dan jaringan drainase, rencana sistem dan jaringan air bersih, rencana sistem dan jaringan air limbah, dan rencana sistem dan jaringan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f disajikan dalam Peta-1D Rencana Jaringan Drainase, Air Bersih, Air Limbah dan Persampahan Kecamatan Cempaka Putih pada Lampiran III, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 22

(1) Rencana sistem dan jaringan energi di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf a, diarahkan pada:

a. Pengembangan jaringan transmisi berupa saluran koneksi tegangan tinggi (SKTT) di Jalan Pramuka dan Jalan Pramuka Sari di Kelurahan Rawasari

b. pengembangan jaringan distribusi Tegangan Menengah (JTM) di setiap kelurahan. c. pengembangan jaringan distribusi Jaringan Tegangan Rendah (JTR) di setiap

kelurahan.

d. Sambungan Rumah di setiap kelurahan.

e. pengembangan jaringan pipa gas bawah tanah guna meningkatkan pelayanan di Kelurahan Cempaka Putih Timur, Kelurahan Cempaka Putih Barat, dan Kelurahan Rawasari.

(2) Dalam rangka peningkatan pelayanan pengisian bahan bakar gas dan minyak di Kecamatan Cempaka Putih, Gubernur menetapkan lokasi stasiun pengisian bahan bakar gas dan minyak (SPBG/SPBU), yang pelaksanaannya sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal 23

(1) Rencana sistem dan jaringan telekomunikasi di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b, diarahkan pada:

a. pengembangan lapisan inti dilakukan dengan penempatan jaringan serat optik yang terdapat di Jalan Pramuka Kelurahan Rawasari; Jalan Jendral Ahmad Yani di Kelurahan Cempaka Timur dan Kelurahan Rawasari; Jalan Cempaka Putih Barat dan Jalan Cempaka Putih Raya di Kelurahan Cempaka Putih Barat; Jalan Cempaka Putih Raya, Jalan Cempaka Timur, Cempaka Putih Timur 14, Cempaka Putih Timur 17, Jalan Cempaka Raya, Jalan Cempaka Putih Timur 25, Jalan Cempaka Putih Timur 24, Jalan Cempaka Tengah 13, Jalan Cempaka Tengah 26A, Jalan Cempaka Tengah 26B, Jalan Cempaka Tengah 26C, Jalan Cempaka Tengah 26D, Jalan Cempaka Putih Tengah 33, dan Jalan Cempaka Putih Timur di Kelurahan Cempaka Putih Timur;

b. rencana penyediaan CCTV terdapat di setiap kelurahan; dan c. rencana penyediaan Internet nirkabel terdapat di setiap kelurahan.

(2) Rencana sistem dan jaringan telekomunikasi di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam RTRW dan peraturan perundang-undangan.

Pasal 24

(1) Rencana sistem dan jaringan drainase di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf c, dilakukan melalui pengembangan sistem jaringan drainase yang berfungsi untuk mencegah genangan, meliputi:

a. penerapan sistem polder nomor 33 terdapat di Cempaka Putih untuk menangani genangan air di Kawasan Cempaka Putih;

b. pengembangan prasarana drainase dengan cara peningkatan kapasitas saluran mikro dengan rasio badan air sampai 5% (lima persen) yang terdapat di ruas jalan lokal;

c. peningkatan kapasitas saluran submakro dengan meningkatkan rasio badan air sampai dengan 5% (lima persen) dilakukan pada:

1. saluran Mardani, Cempaka Putih Raya, Djatof, Cempaka Putih Indah, dan saluran Cempaka Putih Barat 25 di Kelurahan Cempaka Putih Barat;

(12)

3. saluran Komplek BPKP, Golf, dan saluran Bacang di Kelurahan Rawasari. d. peningkatan kapasitas saluran makro dengan meningkatkan rasio badan air sampai

dengan 5% (lima persen) melalui kegiatan normalisasi pada Sungai Ciliwung di Kelurahan Cempaka Putih Timur.

(2) Rencana sistem dan jaringan drainase di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam RTRW dan peraturan perundang-undangan.

Pasal 25

(1) Rencana sistem dan jaringan air bersih di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf d, diarahkan pada sistem dan jaringan air bersih berupa prasarana sumber air permukaan sebagai sumber air bersih berasal dari Kali Sunter diperuntukan Kelurahan Cempaka Putih Timur, Cempaka Putih Barat, dan Kelurahan Rawasari.

(2) Rencana sistem dan jaringan air bersih di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), secara bertahap dilaksanakan peningkatan kualitas sehingga dapat diperuntukan sebagai air minum.

(3) Rencana sistem dan jaringan air bersih di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), dilaksanakan berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam RTRW dan peraturan perundang-undangan di bidang sumber daya air.

Pasal 26

(1) Rencana sistem dan jaringan air limbah di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf e, diarahkan pada:

a. pengembangan sistem pengelolaan air limbah domestik di Kelurahan Cempaka Putih Barat, Cempaka Putih Timur, dan Kelurahan Rawasari;

b. sistem pembuangan air limbah terpusat (off Site)/Komunal terdapat pada Zona 6 atau IPAL Waduk Sunter di Kelurahan Rawasari;

c. pengelolaan air limbah domestik dengan sistem terpusat/perpipaan diterapkan di Kelurahan Rawasari; dan

d. pengembangan pengelolaan air limbah domestik dengan sistem terpusat diprioritaskan pada kawasan Cempaka Putih berada di Kelurahan Cempaka Putih Timur.

(2) Rencana sistem dan jaringan air limbah di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam RTRW dan peraturan perundang-undangan.

Pasal 27

(1) Rencana sistem dan jaringan persampahan di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf f, diarahkan pada pengembangan prasarana dan sarana TPS dan/atau TPS-3R yang terdapat di Kelurahan Cempaka Putih Timur, Cempaka Putih Barat dan/atau Kelurahan Rawasari ditujukan sebagai tempat penampungan sementara dan/atau pengolahan sampah sebelum diangkut ke tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) dan/atau tempat pengolahan akhir (TPA).

(2) Rencana penyediaan TPS dan/atau TPS-3R di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam RTRW dan peraturan perundang-undangan dibidang pengelolaan sampah.

Pasal 28

Rencana jaringan pergerakan di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c, terdiri dari:

a. rencana jaringan transportasi darat; dan b. rencana jaringan transportasi perkeretaapian.

Pasal 29

(1) Rencana jaringan transportasi darat di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a, meliputi:

a. rencana pengembangan sistem angkutan umum massal berupa bus berjalur khusus; b. rencana penyediaan halte umum massal;

c. rencana pengembangan sistem angkutan umum massal berupa bus besar; d. rencana peningkatan jaringan jalan arteri primer;

e. rencana peningkatan jaringan jalan arteri sekunder; f. rencana peningkatan jaringan jalan kolektor primer; g. rencana peningkatan jaringan jalan kolektor sekunder; h. rencana pengembangan jaringan jalan lokal;

i. rencana penerapan pembatasan lalu lintas; j. rencana perparkiran; dan

k. rencana sistem prasarana angkutan barang.

(2) Rencana jaringan transportasi perkeretaapian di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf b, diarahkan berupa rencana pengembangan sistem angkutan umum massal berbasiskan rel.

(3) Rencana jaringan pergerakan di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disajikan dalam Peta-1E Rencana Jaringan Pergerakan Kecamatan Cempaka Putih dan Peta-1F Rencana Jaringan Angkutan Umum Massal Kecamatan Cempaka Putih pada Lampiran III, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 30

(1) Rencana jaringan transportasi darat di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a yang berfungsi melancarkan arus transportasi dan menangani kemacetan, meliputi:

a. rencana jaringan transportasi darat berupa pengembangan sistem angkutan umum massal berupa bus berjalur khusus pada:

a. jalur bus koridor 2 Pulogadung–Harmoni pada ruas Jalan Letjen Suprapto di Kelurahan Cempaka Putih Timur, dan Kelurahan Cempaka Putih Barat; dan b. jalur bus koridor 10 Tanjung Priok–PGC pada ruas Jalan Jenderal Ahmad Yani

di Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Kelurahan Rawasari.

b. rencana jaringan transportasi darat berupa penyediaan halte angkutan umum massal berupa bus berjalur khusus terdiri dari Halte Bus Pasar Cempaka Putih dan Halte Bus Cempaka Putih pada ruas Jalan Letjen Suprapto di Kelurahan Cempaka Putih Timur;

(13)

c. rencana jaringan transportasi darat berupa pengembangan sistem angkutan umum massal berupa bus besar dengan memanfaatkan ruas jalan arteri;

d. rencana jaringan transportasi darat berupa rencana peningkatan jaringan jalan arteri primer di Kecamatan Cempaka Putih dilakukan melalui rencana pelebaran Jalan pada ruas Jalan Letjend Suprapto di Kelurahan Cempaka Putih Timur; Jalan Jenderal Ahmad Yani dan Jalan Pramuka di Kelurahan Rawasari; Jalan Letjen Suprapto di Kelurahan Cempaka Putih Barat; Jalan Jenderal Ahmad Yani dan Jalan Cempaka Putih Timur di Kelurahan Rawasari;

e. rencana jaringan transportasi darat berupa rencana jaringan transportasi darat berupa rencana peningkatan jaringan jalan arteri sekunder di Kecamatan Cempaka Putih dilakukan melalui rencana pelebaran jalan pada ruas Jalan Letjend Suprapto di Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Kelurahan Cempaka Putih Barat;

f. rencana jaringan transportasi darat berupa rencana pengembangan jaringan jalan kolektor primer di Kecamatan Cempaka putih melalui pemeliharaan jalan pada ruas Jalan Cempaka Putih Tengah di Kelurahan Cempaka Putih Barat; Jalan Rawamangun Jalan Percetakan Negara Raya, Jalan Percetakan Negara 5, Jalan Pramuka di Kelurahan Rawasari; Jalan Rawa Sari di Kelurahan Cempaka Putih Timur;

g. rencana jaringan transportasi darat berupa rencana pengembangan jaringan jalan kolektor sekunder di Kecamatan Cempaka Putih melalui pemeliharaan jalan pada ruas Jalan Percetakan Negara 1, Jalan Percetakan Negara 3, Jalan Pramuka, Jalan Rawamangun, Jalan Percetakan Negara Raya, Jalan Rawasari Selatan di Kelurahan Rawasari; Jalan Rawasari Selatan, Jalan Cempaka Putih Raya, Jalan Cempaka Putih Timur 11, Jalan Rawasari Barat 10, Jalan Cempaka Putih Timur, Jalan Cempaka Putih Tengah di Kelurahan Cempaka Putih Timur; Jalan Cempaka Putih Barat 26 di Kelurahan Cempaka Putih Barat; Jalan Mardani Raya di Kelurahan Cempaka Putih Barat dan Kelurahan Rawasari; Jalan Pangkalan Asem, Jalan Kampung Rawa Selatan di Kelurahan Cempaka Putih Barat;

h. rencana jaringan transportasi darat berupa rencana pengembangan jaringan jalan lokal di Kecamatan Cempaka Putih melalui:

1. pengembangan jalan tembus dan jalan sejajar pada ruas jalan Inspeksi Saluran sebelah timur dan barat di Kompleks Angkatan Laut; dan

2. pengembangan jalan lokal di Jalan Percetakan Negara 9, Jalan Percetakan Negara 7, Jalan Pramuka, Jalan Percetakan Negara 3, Jalan Rawamangun, Jalan 11 A, Jalan Penerbangan Sipil, Jalan Perhubungan, dan Jalan Johar Baru 1 di Kelurahan Rawasari; Jalan Cempaka Putih tengah 27, Jalan Cempaka Putih Tengah 21 di Kelurahan Cempaka Putih Timur; Jalan Cempaka Putih tengah 17, Jalan Jenderal Ahmad Yani dan Jalan Sudiro di Kelurahan Cempaka Putih Barat; Jalan Kodam dan Jalan Cempaka Jaya di Kelurahan Cempaka Putih Timur; Jalan Cempaka Putih Tengah 30 di Kelurahan Cempaka Putih Tengah; Jalan Cempaka Putih Barat 25, Jalan Cempaka Putih Barat, Jalan Johar Baru 4, Jalan Rawasari, dan Jalan Rawa Sawah 3 di Kelurahan Cempaka Putih Barat;

i. penerapan sistem dan pola jaringan jalan arteri menggunakan penerapan pembatasan lalu lintas yang terdapat pada ruas jalan Jalan Pramuka, Jalan Jenderal Ahmad Yani, dan Jalan Percetakan Negara 1 di Kelurahan Rawasari; Jalan Cempaka Putih Raya, Jalan Cempaka Putih Barat 26, Jalan Mardani Raya, Jalan Cempaka Baru Timur, dan Jalan Letnan Jenderal Suprapto di Kelurahan Cempaka Putih Barat; Jalan Cempaka Putih Raya, Jalan Cempaka Putih Barat 26, Jalan Letnan Jenderal Suprapto, dan Jalan Jenderal Ahmad Yani di Kelurahan Cempaka Putih Timur;

j. rencana perparkiran di Kecamatan Cempaka Putih dikembangkan gedung parkir secara bertahap sesuai kebutuhan yang lokasi sesuai kriteria yang ditetapkan dalam RTRW dan peraturan perundang-undangan; dan

k. pengembangan sistem prasarana angkutan barang terdapat pada ruas Jalan Jenderal Ahmad Yani di Kelurahan Cempaka Putih Timur.

(2) Rencana jaringan transportasi perkeretaapian di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf b berupa angkutan umum massal berbasiskan rel di Kelurahan Rawasari, Kelurahan Cempaka Putih Timur, Kelurahan Rawasari.

Pasal 31

(1) Rencana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf d, meliputi:

a. lokasi kawasan evakuasi bencana menggunakan kawasan pusat pemerintahan, kawasan permakaman, kawasan fasilitas sosial dan umum, dan kawasan rekreasi lainnya; dan

b. jalur dan ruang evakuasi bencana terdapat di Jalan Letjen Suprapto di Kelurahan Cempaka Putih Timur, dan Kelurahan Cempaka Putih Barat; dan Jalan Jenderal Ahmad Yani di Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Kelurahan Rawasari.

(2) Rencana jalur dan ruang evakuasi bencana di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disajikan dalam Peta-1G Rencana jalur dan ruang evakuasi bencana Kecamatan Cempaka Putih pada Lampiran III, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 32

(1) Rencana kawasan yang diprioritaskan penanganannya di Kecamatan Cempaka Putih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf e meliputi:

a. Kawasan Cempaka Putih dengan fungsi pengembangan pusat kegiatan perdagangan dan jasa skala kota; dan

b. rencana pengembangan kampung deret.

(2) Rencana kawasan yang diprioritaskan penanganannya Kawasan Pasar Cempaka Putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, di Kelurahan Cempaka Putih Timur dengan tema:

a. Pengembangan kawasan melalui pemanfaatan ruang secara vertikal dan kompak; b. Pembentukan lingkungan yang memprioritaskan kebutuhan pejalan kaki; dan

c.

Penyediaan lahan parkir.

(3) Rencana kawasan yang diprioritaskan penanganannya Kawasan Pasar Cempaka Putih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, ditetapkan oleh Gubernur.

(4) Instansi dan/atau dinas yang menangani kawasan yang diprioritaskan penanganannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a. Instansi dan/atau dinas terkait tata ruang; b. Instansi dan/atau dinas terkait pasar;

c. Instansi dan/atau dinas terkait perdagangan dan jasa; dan d. Instansi dan/atau dinas terkait perparkiran.

(14)

Pasal 33

(1) Rencana pemanfaatan ruang Kecamatan Cempaka Putih merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah yang dijabarkan dalam indikasi program penataan atau pengembangan kecamatan dalam jangka waktu perencanaan 20 (dua puluh) tahun, dengan periode 5 (lima) tahunan.

(2) Indikasi program penataan atau pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang-kurangnya terdiri atas:

a. program pemanfaatan ruang prioritas; b. lokasi;

c. besaran;

d. sumber pendanaan; e. instansi pelaksana; dan

f. waktu dan tahapan pelaksanaan.

(3) Indikasi program penataan atau pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disajikan dalam Tabel-1 Indikasi Program Penataan atau Pengembangan Kecamatan Cempaka Putih pada Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketiga Kecamatan Gambir

Pasal 34

Tujuan pengembangan pemanfaatan ruang di Kecamatan Gambir mewujudkan kawasan pemerintahan nasional dan perwakilan negara/lembaga asing disertai dengan penyediaan infrastruktur yang memadai, dengan prinsip penataan ruang sebagai berikut:

a. pengembangan kawasan pemerintahan nasional;

b. pengembangan kawasan perwakilan negara/lembaga asing; c. kawasan permukiman mantap;

d. pengembangan jalur hijau;

e. kawasan pemugaran bangunan dan objek bersejarah; f. kawasan multifungsi bertaraf internasional;

g. pusat perdagangan dan jasa berwawasan lingkungan dengan menyediakan fasilitas umum;

h. pusat perdagangan yang terintegrasi dengan penataan kawasan sekitarnya; dan

i. perbaikan lingkungan kawasan campuran disertai dengan penyediaan infrastruktur yang memadai.

Pasal 35

(1) Untuk mencapai tujuan pengembangan pemanfaatan ruang di Kecamatan Gambir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, dilakukan pembagian:

a. blok dan sub blok kawasan; dan b. zona dan sub zona kawasan.

(2) Pembagian blok kawasan di Kecamatan Gambir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, digambarkan dalam Peta-2A Delineasi Blok Kecamatan Gambir pada Lampiran III, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 36

Pembagian blok dan sub blok serta zona dan sub zona di Kecamatan Gambir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, menjadi dasar penyusunan:

a. rencana pola ruang;

b. rencana jaringan prasarana; c. rencana jaringan pergerakan;

d. rencana jalur dan ruang evakuasi bencana;

e. rencana kawasan yang diprioritaskan penanganannya; dan f. rencana pemanfaatan ruang.

Pasal 37

(1) Rencana pola ruang di Kecamatan Gambir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf a terdiri atas:

a. zona lindung; dan b. zona budidaya.

(2) Rencana pola ruang zona lindung di Kecamatan Gambir sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, terdiri dari:

a. zona 13 (tiga belas) aliran sungai utama; b. zona sempadan sungai, kali dan kanal; c. zona sekitar situ; dan

d. zona pemugaran bangunan dan objek bersejarah.

(3) Rencana pola ruang di Kecamatan Gambir sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, diarahkan pada zona budidaya yang terdiri dari:

a. zona taman kota/lingkungan; b. zona jalur hijau;

c. zona hijau pengaman jalur kereta api; d. zona pemerintahan nasional;

e. zona pemerintahan daerah; f. zona perwakilan negara asing; g. zona perumahan horisontal; h. zona perumahan vertikal;

i. zona perkantoran, perdagangan dan jasa;

j. zona perkantoran, perdagangan dan jasa KDB rendah; k. zona campuran;

l. zona campuran KDB rendah;

m. zona sarana pelayanan umum dan sosial; n. zona industri; dan

o. zona terbuka biru.

(4) Penetapan zona lindung dan zona budidaya di Kecamatan Gambir sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam RTRW.

(5) Pemanfaatan ruang di Kecamatan Gambir wajib memperhatikan pembagian zona lindung dan zona budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang disajikan dalam Peta-2B Peta Rencana Pola Ruang Kecamatan Gambir pada Lampiran III dan pada Tabel-2A Rencana Pola Ruang Kecamatan Gambir pada Lampiran IV, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Referensi

Dokumen terkait

Gagasan postmodernisme di dalam pertunjukan teater bukan gagasan yang memisahkan antara bentuk teater postmodernisme dan modernisme, melainkan suatu gagasan transisi di

Air sungai dikategorikan sebagai agak tercemar apabila terdapat campuran organisma indikator dari kelas 1 & 2, atau dari kelas 1, 2, & 3. Air sungai dikategorikan

Apakah penghuni yang menderita penyakit1. pernafasan digabung dg

PenyiapanKelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Kegiatan penyiapan kelembagaan KPH bermaksud untuk menyediakan hasil kajian akademik dalam rangka pembentukan

Untuk menganalisis hubungan demensia dengan tingkat ketergantungan dalam pemenuhan activities of daily living (ADL) pada lansia yang tinggal di UPT Pelayanan

Tradisi upacara manganan mempunyai makna yang lebih dari itu, upacara tradisional itu sudah menjadi salah satu bagian yang sudah menyatu dengan masyarakat yang

Alhamdulilah segala puji syukur patut Penulis haturkan kehadirat ALLAH SWT yang senantiasa membimbing hambanya dan atas kasih sayang-Mu jualah, sehingga Penuis

Spektra MS piren hasil analisis sampel jamur Spektra MS piren dalam database.. Ion hasil fragmentasi