• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BERBAGAI FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN DAN PEMBATASAN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN TULANG AYAM BROILER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH BERBAGAI FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN DAN PEMBATASAN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN TULANG AYAM BROILER"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BERBAGAI FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN DAN PEMBATASAN

PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN TULANG

AYAM BROILER

Effect of Feeding Frequency and Restriction on Bone Growth in Broiler Chickens L. A. Kurniawan, U. Atmomarsono, L. Djauhari Mahfudz

Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai frekuensi pemberian pakan dan pembatasan pakan terhadap pertumbuhan tulang, khususnya tulang tarsus, sayap pada bagian ulna, dan dada pada ayam broiler. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah broiler umur 1 hari (DOC) unsex, sejumlah 200 ekor. Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan sehingga ada 20 petak kandang sebagai unit percobaan. Setiap unit percobaan terdiri dari 10 ekor ayam. TO : Pemberian pakan ad libitum sesuai standar P.T. Charoen Pokphand, T1 : Pemberian pakan 75 % dari pakan standar dengan frekuensi pemberian 4 kali, T2 : Pemberian Pakan 75 % dari pakan standar dengan frekuensi pemberian 3 kali, T3 : Pemberian Pakan 75 % dari pakan standar dengan frekuensi pemberian 2 kali. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan analisis ragam dengan uji F pada taraf uji 5%. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh (P>0,05) perlakuan terhadap bobot hidup, panjang tulang tarsus, panjang tulang sayap khususnya bagian ulna, dan lebar tulang dada pada ayam broiler jantan maupun betina. Bobot tulang tarsus betina perlakuan T1 lebih rendah (P<0,05) dibandingkan dengan T0 (kontrol). Panjang tulang dada broiler jantan T2 lebih panjang (P<0,05) dibanding T1, tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05) dibandingkan T0 (kontrol). Dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang mendapatkan pembatasan pakan maupun yang tidak mendapat perlakuan pembatasan pakan (kontrol) tidak mempengaruhi konsumsi pakan, yang tidak berpengaruh pula terhadap pertumbuhan tulang.

Kata kunci: pembatasan pakan, pertumbuhan tulang, broiler

ABSTRACT

The aim of the research to know the effect of different feeding frequency and restriction on broiler growth of bone, especially tarsus bone, wings and ulna parts, and also chest on broiler chickens. Material used in this research were 200 heads of Day Old Chicken broiler. Design used in this research was Completely Randomized Design (CRD), with 4 treatments and 5 replications, so there were 20 cages as experiment units. Each experiment unit consisted of 10 brid. T0: ad libitum feeding according to PT. Charoen Pokphand standard. T1: feeding with 75% standard feed which is given 4 times a day, T2: feeding with 75% of standard feed which is given 3 times a day, T3: feeding with 75% of standard feed which is given twice a day. Parameters used were: Life Body Weight; weight, length, and rounds of tarsus bone; length of wings bone (ulna); length and wide of chest bone. Data were collected then analyzed by variance test analysis with F test on 5% level. The results shows that there's no effects (P>0,05) from treatments on life bodyweight, length of tarsus bone, length of wings bone especially ulna bone, and wide of chest bone

(2)

PENDAHULUAN

Ayam broiler adalah salah satu ternak yang berkembang di masyarakat dan merupakan ayam pedaging unggul yang memiliki karakteristik khas dengan pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging dan efisien dalam merubah pakan menjadi daging, maka ayam broiler banyak dipilih sebagai salah satu alternatif d a l a m m e m e n u h i k e b u t u h a n g i z i kususnya memenuhi kebutuhan daging bagi masyarakat luas. Berkembangnya usaha ayam broiler berbanding lurus dengan tuntutan performa ayam broiler, yaitu memiliki tulang yang kuat dan dagingnya tidak berlebih. Pembatasan waktu dan jumlah pemberian pakan a d a l a h s o l u s i y a n g t e p a t u n t u k memberikan sejumlah kebutuhan nutrisi bagi ternak (ayam broiler) secara tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan nutrisinya. Permasalahan pada ayam broiler adalah pertumbuhan tulang tidak secepat pertumbuhan daging, sehingga peningkatan pertumbuhan tulang menjadi sangat penting.

P e m b a t a s a n p a k a n a d a l a h program memberikan pakan pada ternak s e s u a i d e n g a n k e b u t u h a n h i d u p pokoknya pada umur dan periode tertentu. Penbatasan pakan dapat dilakukan melalui pembatasan kuantitatif dan kualitatif. Pembatasan pakan kuantitatatif dapat mengurangi angka kematian dan dapat meningkatkan konversi pakan (Fontana et al., 1992) dan dapat menyempurnakan bobot badan jika tingkat pembatasan tidak terlalu berat

(Deaton, 1995). Pembatasan pemberian j u m l a h r a n s u m s a n g a t n y a t a mempengaruhi pertumbuhan (Wilson et al., 1983). Menurut penelitian Tillman et al. (1988), bahwa pengurangan ransum akan memperlambat kecepatan pertumbuhan, b i l a p e n g u r a n g a n r a n s u m s a m p a i dibawah kebutuhan optimalnya dapat kehilangan bobot badannya sehingga bentuk grafik pertumbuhannya tidak ideal. Pembatasan waktu makan dengan ketersediaan ransum selama 4 dan 8 jam per hari melalui pengurangan frekuensi pemberian ransum masih mungkin d i l a k u k a n , k a r e n a a y a m m a m p u memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ransum selama waktu ransum disediakan hal demikian ada hubungannya dengan upaya untuk memaksimalkan kebutuhan nutrient untuk hidup pokok dan produksi (Bokkers and Koene, 2003). Ayam broiler yang mendapat pembatasan ransum melalui pengosongan ransum (feed withdrawal) selama 4 jam/hari dari umur 1 - 2 1 h a r i d a p a t m e n g h a s i l k a n pertumbuhan kompensasi (Zhan et al., 2007). Fakta yang sama juga terjadi pada penelitian Mohebodini et al. (2009), bahwa ayam yang diberi ransum dengan pembatasan waktu makan selama 8 jam/hari dari umur 7 - 21 hari dapat menghasilkan pertumbuhan yang sama dengan kontrol, dan masih dikategorikan pembatasan ransum intensitas rendah.

P e r t u m b u h a n t u l a n g y a n g sebenarnya dapat terjadi melalui dua p r o s e s y a i t u e n d o c h o n d r a l d a n intramembranous ossification, kemudian diikuti dengan perubahan struktur tulang on each male and female broiler chickens. Weight of tarsus bone on T1 The result lower (P<0,05) than T0 (as control). Length of male broiler chicken chest bone of T2 is longer (P<0,05) than T1, but no significant (P>0, 05) with T0 (as control). The conclusion is restriction in feeding was not affecting feed consumption and affecting growth of bone.

(3)

dan perkembangan kerangka (Lawrence and Fowler, 2002). Menurut Sullivan (1994) di sitasi oleh (Enny et al., 2002), bahwa kecepatan mineralisasi tulang femur terjadi lebih lambat dibandingkan dengan tulang tarsus dan hal ini diduga b a h w a t u l a n g f e m u r m e r u p a k a n rangkaian penyebab abnormalitas perkembangan panjang tulang. Demikian juga menurut pendapat Forest et al. (1975), bahwa pertumbuhan yang paling cepat adalah tulang dan setelah tercapai ukuran maksimal pertumbuhan tulang akan terhenti, tulang lebih dulu tumbuh k a r e n a m e r u p a k a n r a n g k a y a n g menentukan konformasi otot. Menurut Bevelander (1970) di sitasi oleh (Enny et al., 2002), bahwa proses perkembangan tulang diawali dengan pembentukan tulang yang merupakan peningkatan produksi jumlah substansi dasar sel. Pada waktu yang sama ukuran sel meningkat, diperkirakan sebagai suatu bentuk polyhedral, selanjutnya melalui jumlah prosesus sel-sel yang berdekatan saling dihubungkan. Pada tahap ini sel-sel tersebut diketahui sebagai osteoblast, dan osteoblast menyusun permukaan lapisan tulang. Peningkatan ketebalan tulang terjadi melalui penambahan lapisan dari matrik yang dihasilkan oleh aktifitas osteoblastic. Menurut Wilson et al. (1983), bahwa jaringan tulang tumbuh dan berkembang dipengaruhi oleh faktor genetik, pakan dan fungsi hormonal yang mempengaruhi laju pertumbuhan, bentuk t u l a n g , s e r t a u k u r a n d a r i t u l a n g . Dijelaskan lebih lanjut oleh Rose (1997), t e r d a p a t f a k t o r - f a k t o r y a n g mempengaruhi pertumbuhan tulang yaitu f a k t o r e n d o g e n e o u s ( f a c t o r y a n g d i p e n g a r u h i o l e h h o r m o n ) d a n exogeneous (factor yang dipengaruhi oleh pakan). Hasil penelitian Santoso et al. (1993) menunjukkan bahwa ayam pedaging jantan dan betina memiliki respon pada laju pertumbuhan tulang

y a n g b e r b e d a t e r h a d a p p r o g r a m pembatasan pakan.

MATERI DAN METODE Ayam Percobaan

Penelitian ini menggunakan anak ayam broiler umur 1 hari (DOC) unsex sejumlah 200 ekor. DOC ditempatkan ke dalam 20 unit petak kandang percobaan dengan ukuran 1 x 1 m.

Ransum Percobaan

Pakan yang digunakan adalah ransum jadi, dengan kandungan protein 22,69% kering udara, Energi metabolis 2.935 kkal/kg. Periode awal sampai akhir menggunakan ransum yang sama. Rancangan Percobaan

P e r c o b a a n m e n g g u n a k a n Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan sehingga ada 2 0 p e t a k k a n d a n g s e b a g a i u n i t percobaan. Setiap unit percobaan terdiri dari 10 ekor ayam.

Pengambilan Data Sesuai Dengan Parameter

Ayam yang sebelumnya telah dipuasakan selama 8 jam sebelum dipotong ditimbang untuk mendapatkan data bobot hidup. Bobot, panjang, dan lingkar tulang tarsus; bobot tulang m e n i m b a n g t u l a n g m e n g g u n a k a n timbangan elektrik dengan ketelitian 1 g, panjang tulang diukur dari ujung ke ujung menggunakan jangka sorong (cm). Lingkar tulang diukur pada bagian tengah menggunakan pita ukur (cm). Panjang tulang sayap (ulna), panjang tulang ulna diukur dari ujung ke ujung menggunakan jangka sorong (cm). Panjang dan lebar tulang dada, panjang tulang dada diukur dari ujung ke ujung menggunakan pita ukur (cm), lebar tulang diukur dari sisi kanan ke sisi kiri menggunakan pita ukur (cm).

(4)

Tahap Perlakuan

Ada 3 perlakuan dan 1 kontrol :

TO : Pemberian pakan ad libitum sesuai standar P.T. Charoen Pokphand. T1 : Pemberian pakan 75 % dari pakan

standar dengan frekuensi pemberian 4 kali, pada pukul 06.00, 10.00, 14.00, dan 18.00.

T2 : Pemberian Pakan 75 % dari pakan standar dengan frekuensi pemberian 3 kali, pada pukul 06.00. 14.00, dan 18.00.

T3 : Pemberian Pakan 75 % dari pakan standar dengan frekuensi pemberian 2 kali, pada pukul 06.00 dan 14.00.

Umur 1 sampai 7 hari pakan ad libitum. Perlakuan dilakukan mulai umur 8 sampai 21 hari selama 2 minggu, selanjutnya pakan ad libitum kembali. Akhir penelitian (35 hari) setiap unit percobaan diambil secara acak, masing-masing 2 ekor broiler untuk dipotong, yaitu 1 jantan dan 1 betina. Sebelum di potong ayam dipuasakan selama 8 jam. Data penelitian mengenai bobot, panjang, lingkar, dan lebar tulang diambil setelah

tulang dibersihkan dari daging. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh (P>0,05) perlakuan terhadap bobot hidup, panjang tulang tarsus, panjang tulang sayap khususnya bagian ulna, dan lebar tulang dada pada ayam broiler jantan maupun betina. Tetapi ada pengaruh (P<0,05) perlakuan terhadap bobot tulang tarsus broiler betina dan panjang tulang dada broiler jantan, bobot tulang tarsus perlakuan T1 lebih rendah (P<0,05) dibandingkan dengan T0 (kontrol). Panjang tulang dada broiler jantan T2 lebih panjang (P<0,05) dibanding T1, tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05) dibandingkan T0 (kontrol). Rata-rata bobot hidup, bobot, panjang, dan lingkar tulang tarsus, panjang tulang sayap (ulna), panjang dan lebar tulang dada ayam broiler jantan maupun betina akibat perlakuan berbagai frekuensi pemberian pakan dan pembatasan pakan, disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Bobot Hidup, Bobot, Panjang, dan Lingkar Tulang Tarsus,

Panjang Tulang Sayap (Ulna), Panjang dan Lebar Tulang Dada Ayam Broiler Akibat Perlakuan Berbagai Frekuensi Pemberian Pakan dan Pembatasan Pakan.

Parameter T0 T1 T2 T3 Bobot Hidup (g) Jantan Betina 2.042,6 1.791,4 1.958,8 1.672,2 1.959,8 1.677,4 1.844,6 1.736,2 Bobot Tulang Tarsus (g)

Jantan Betina 17.2 15.8a 18.4 12.2b 17.5 15.3ab 17.3 13.9ab Panjang Tulang Tarsus (cm)

Jantan Betina 10,24 9,57 10,04 9,17 10,25 9,52 9,79 9,73 Lingkar Tulang Tarsus (cm)

Jantan Betina 2,71 2,63 2,72 2,49 2,66 2,58 2,54 2,48 Panjang T. Sayap (Ulna) (cm)

Jantan Betina 6,56 5,75 6,19 5,89 6,08 5,85 6,26 5,78 Panjang Tulang Dada (cm)

Jantan Betina 13,2ab 12,9 12,5b 12,8 14,0a 12,68 13,0ab 12,22 Lebar Tulang Dada (cm)

Jantan Betina 10,9 12,1 12,4 12,9 13,5 12,3 13,1 13,0

(5)

Bobot Hidup

Tidak adanya pengaruh terhadap bobot hidup pada ayam broiler jantan maupun betina disebabkan karena T0 (kontrol) tidak dapat memenuhi standar konsumsi ransum, demikian juga dengan T1, T2, dan T3, artinya ayam broiler jantan dan betina tidak mampu maksimal dalam mengkonsumsi ransum, diketahui bahwa konsumsi ransum dapat mempengaruhi bobot hidup, konsumsi ransum yang tidak m a k s i m a l d a p a t d i p e n g a r u h i o l e h temperatur yang tinggi pada siang hari

°

dengan rata-rata suhu 29 C, kelembaban 62%. Hasil penelitian Ain Bazis et al. (1996), menunjukkan bahwa konsumsi ransum ayam broiler menurun sebesar 3,6% setiap peningkatan suhu lingkungan

° °

1 C (pada suhu ruang antara 22 dan 32 C). Keadaan tersebut diikuti dengan turunnya pertambahan bobot hidup sebesar 46% pada broiler umur 4 - 7 minggu. Konsumsi ransum yang tidak maksimal adalah salah satu sebab bobot hidup pada perlakuan tidak bebeda dengan kontrol, temperatur juga berperan penting untuk mencapai bobot hidup normal. North dan Bell (1990) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi bobot hidup broiler adalah pakan (nutrisi), genetik, jenis kelamin, suhu dan tatalaksana.

Bobot Tulang Tarsus

Tidak adanya perbedaan nyata terhadap bobot tulang tarsus pada ayam jantan dapat dipengaruhi oleh bobot akhir yang tidak berbeda nyata pula, artinya rata-rata bobot akhir antar perlakuan relatif sama, hal ini juga dapat dipengaruhi oleh kadar protein yang terkandung dalam ransum sudah tercukupi. Menurut Jull (1972), pakan yang mengandung kadar p r o t e i n y a n g m e n c u k u p i a k a n menyebabkan pertumbuh tulang yang baik, karena protein sangat berperan dalam meningkatkan stabilitas deposisi mineral tulang. Periode pertumbuhan di

awali dengan pertumbuhan tulang yang sangat cepat yang dapat dipengaruhi oleh faktor nutrisional dan faktor manajerial. Demikian juga menurut Wahju (2004),

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ayam broiler yaitu faktor nutrisional yang meliputi, protein, vitamin, mineral dan kalsium. Faktor manajerial meliputi genetik, jenis kelamin, umur, penyakit,

manajemen pemeliharaan. Periode

p e r t u m b u h a n d i a w a l i d e n g a n pertumbuhan tulang yang sangat cepat. Bobot tulang tarsus ayam broiler betina p a d a p e r l a k u a n T 1 , T 2 , d a n T 3 , menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P<0,05) dibandingkan dengan T0. P e r l a k u a n T 0 n y a t a l e b i h t i n g g i dibandingkan dengan perlakuan T1 dengan frekuensi pemberian pakan 4 kali, hal ini berarti pada perlakuan T0 menunjukkan pertumbuhan bentuk t u l a n g , u k u r a n t u l a n g , d a n b o b o t tulangnya lebih baik dibandingkan dengan T1. Diketahui bahwa pembatasan pakan menyebabkan kecepatan pertumbuhan pada ayam broiler terhambat, hal ini juga dapat mempengaruhi pertumbuhan bentuk maupun ukuran dari tulang dan bobot tulang pada ayam broiler itu sendiri. Menurut penelitian Tillman et al. (1988), bahwa pengurangan ransum akan memperlambat kecepatan pertumbuhan, b i l a p e n g u r a n g a n r a n s u m s a m p a i dibawah kebutuhan optimalnya dapat kehilangan bobot badannya sehingga bentuk grafik pertumbuhannya tidak ideal. Panjang Tulang Tarsus

Panjang tulang tarsus ayam broiler jantan dan betina pada perlakuan T1, T2, dan T3 menunjukkan tidak ada p e r b e d a a n y a n g n y a t a ( P > 0 , 0 5 ) dibandingkan dengan T0. Hal ini dapat disebabkan oleh kecepatan mineralisasi tulang tarsus yang baik, sehingga tidak m e n g g a n g g u a t a u m e n g h a m b a t perkembangan panjang tulang tarsus.

(6)

Menurut Sullivan (1994) di sitasi oleh (Enny et al., 2002), bahwa kecepatan mineralisasi tulang femur terjadi lebih lambat dibandingkan dengan tulang tarsus dan hal ini diduga bahwa tulang femur merupakan rangkaian penyebab abnormalitas perkembangan panjang tulang. Dapat diketahui juga bahwa panjang tulang tarsus pada ayam broiler memiliki korelasi dengan bobot badannya, sehingga pertumbuhan tulang tarsus juga semakin cepat untuk menopang berat tubuhnya. Demikian juga menurut pendapat Forest et al. (1975), bahwa pertumbuhan yang paling cepat adalah tulang dan setelah tercapai ukuran maksimal pertumbuhan tulang akan terhenti, tulang lebih dulu tumbuh karena merupakan rangka yang menentukan konformasi otot.

Lingkar Tulang Tarsus

Lingkar tulang tarsus ayam broiler jantan dan betina pada perlakuan T1, T2, d a n T 3 , m e n u n j u k k a n t i d a k a d a p e r b e d a a n y a n g n y a t a ( P > 0 , 0 5 ) dibandingkan dengan T0. Ayam yang mendapatkan perlakuan pembatasan pakan selama 4 - 8 jam/hari menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan tulang yang baik. Pembatasan pakan selama 4 - 8 jam/hari pada umur 7 - 21 hari tidak akan mengganggu laju pertumbuhan ayam broiler, sehingga laju pertumbuhan tulangnya pun tidak akan terganggu, pembatasan pakan ini merupakan pembatasan pakan dengan kategori intensitas rendah dan masih mampu d i l a k u k a n , p e r l u d i k e t a h u i p r o s e s perkembangan tulang diawali dengan pembentukan tulang yang merupakan peningkatan produksi jumlah substansi dasar sel. Menurut penelitian Zhan et al. (2007), bahwa ayam broiler yang mendapat pembatasan ransum melalui pengosongan ransum (feed withdrawal) selama 4 jam/hari dari umur 1 - 21 hari

dapat menghasilkan pertumbuhan kompensasi. Fakta yang sama juga terjadi pada penelitian Mohebodini et al. (2009), bahwa ayam yang diberi ransum dengan pembatasan waktu makan selama 8 jam/hari dari umur 7 - 21 hari dapat menghasilkan pertumbuhan yang sama dengan kontrol, dan masih dikategorikan pembatasan ransum intensitas rendah. Demikian juga menurut Bevelander (1970) di sitasi oleh (Enny et al., 2002), bahwa proses perkembangan tulang diawali dengan pembentukan tulang yang merupakan peningkatan produksi jumlah substansi dasar sel.

Panjang Tulang Sayap (ulna)

Panjang tulang sayap khusunya bagian ulna ayam broiler jantan dan betina p a d a p e r l a k u a n T 1 , T 2 , d a n T 3 , menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (P>0,05) dibandingkan dengan T0. Hasil ini menunjukkan bahwa ayam broiler jantan maupun betina memperlihatkan pertumbuhan atau perkembangan tulang yang baik, dapat dilihat bahwa hasil rata-rata panjang tulang sayap (ulna) sama dengan kontrol, yang artinya tidak ada perbedaan antara perlakuan dengan kontrol, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor genetik dan pakan. Genetik dan pakan sangat penting dalam mempengaruhi laju pertumbuhan dan perkembangan pada tulang, apabila kandungan zat makanan yang terkandung d a l a m p a k a n s u d a h m e n c u k u p i kebutuhan terutama kebutuhan Ca dan P, laju pertumbuhan tulang pada ayam broiler dapat berkembang dengan baik. Menurut Wilson et al. (1983), bahwa jaringan tulang tumbuh dan berkembang dipengaruhi oleh faktor genetik, pakan dan fungsi hormonal yang mempengaruhi laju pertumbuhan, bentuk tulang, serta ukuran dari tulang. Dijelaskan lebih lanjut oleh Rose (1997), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tulang

(7)

yaitu faktor endogeneous (factor yang d i p e n g a r u h i o l e h h o r m o n ) d a n exogeneous (factor yang dipengaruhi oleh pakan).

Panjang Tulang Dada

Panjang tulang dada ayam broiler jantan, pada perlakuan T1 dan T2 menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P<0,05) tetapi tidak berbeda nyata dibandingkan dengan T0. Perlakuan T2 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan T1. Hal ini terjadi karena pada perlakuan T2 pembatasan pakan dengan frekuensi pemberian 3 kali atau selama 8 jam/hari masih dapat dilakukan, karena ayam mampu memaksimalkan kebutuhan r a n s u m d a n m a m p u m e m e n u h i kebutuhan nutrient setelah periode pemulihan. Menurut Bokkers and Koene (2003), alternatif pembatasan waktu makan dengan ketersediaan ransum selama 4 dan 8 jam per hari melalui pengurangan frekuensi pemberian ransum masih mungkin dilakukan, karena a y a m m a m p u m e m a k s i m a l k a n pemenuhan kebutuhan ransum selama waktu ransum disediakan hal demikian ada hubungannya dengan upaya untuk memaksimalkan kebutuhan nutrient untuk h i d u p p o k o k d a n p r o d u k s i . L a j u pertumbuhan tulang ayam jantan lebih cepat dibandingkan dengan ayam betina. Ayam jantan memiliki ukuran-ukuran tubuh yang lebih besar daripada ayam betina. Hasil penelitian Santoso et al. (1993) menunjukkan bahwa ayam pedaging jantan dan betina memiliki respon pada laju pertumbuhan tulang y a n g b e r b e d a t e r h a d a p p r o g r a m pembatasan pakan. Panjang tulang dada ayam broiler betina pada perlakuan T1, T2, dan T3 menunjukkan tidak adanya p e r b e d a a n y a n g n y a t a ( P > 0 , 0 5 ) dibandingkan dengan T0. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, pakan d a n f u n g s i h o r m o n a l y a n g d a p a t

mempengaruhi laju pertumbuhan dan bentuk serta ukuran akhir dari tulang. Menurut Wilson et al. (1983), jaringan tulang tumbuh dan berkembang di pengaruhi oleh faktor genetik, pakan dan fungsi hormonal yang mempengaruhi laju pertumbuhan, bentuk tulang, serta ukuran dari tulang.

Lebar Tulang Dada

Lebar tulang dada ayam broiler jantan dan betina pada perlakuan T1, T2, dan T3 menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (P>0,05) dibandingkan dengan T0. Hal ini dapat disebabkan oleh produktivitas yang baik setelah perlakuan pembatasan pakan, karena setelah pembatasan pakan ayam diberi pakan ad libitum dengan tujuan utama untuk mengejar pertumbuhan tulang, pada saat pemberian pakan ad libitum ayam broiler diharapkan dapat memperbaiki kondisi tubuhnya yang sebelumnya mengalami pertumbuhan terhambat, tulang dada merupakan tulang yang berhubungan dengan sifat produktivitas, perlu diketahui bahwa tulang tumbuh dan berkembang secara cepat dipengaruhi oleh pakan yang dapat merubah ukuran serta bentuk tulang. Menurut Crawford (1990) bahwa s i f a t y a n g b e r h u b u n g a n d e n g a n produktivitas adalah sternum, panjang shank, lingkar metatarsus, lingkar dada, panjang paha dan lebar dada. Menurut Wilson et al. (1983) bahwa Jaringan tulang tumbuh dan berkembang di pengaruhi oleh faktor genetik, pakan dan fungsi hormonal yang mempengaruhi laju pertumbuhan, bentuk tulang, serta ukuran dari tulang.

KESIMPULAN DAN SARAN D a p a t d i s i m p u l k a n b a h w a berbagai frekuensi pemberian pakan 4 kali, 3 kali, dan 2 kali dengan pembatasan

(8)

pakan 75% dari standar maupun yang tidak mendapat perlakuan pembatasan pakan 75% (kontrol) tidak mempengaruhi konsumsi pakan, yang tidak berpengaruh pula terhadap pertumbuhan tulang.

Perlu adanya pembatasan pakan pada daerah beriklim tropis, pembatasan pakan untuk broiler lebih baik diberikan 2 kali sehari.

DAFTAR PUSTAKA

Ain Baziz, H., P.A. Geraert, J.C.F. Padilha, and S. Guillaumin. 1996. Chronic heat exposure enhances fat deposition and modifies muscle a n d f a t p a r t i t i o n i n b r o i l e r carcasses. Poult. Sci. 75: 505-513.

Bokkers, E. A. M. and P. Koene. 2003. Eating behaviour, and preprandial and postprandial correlations in male broiler and layer chickens. Br. Poult. Sci. 44: 538-544.

Crawford, R. D. 1990. Poultry Breeding dan Genetics. Elsevier Science Publishers, Amsterdam.

Deaton, J. W. 1995. The Effect of Early Feed Restriction on Broiler Performance. Poult. Sci. 74: 1280-1286.

Enny, Y. W., Yuniwarti dan T. R. Saraswati. 2002. Aktifitas Klasifikasi Tulang Tibia Broiler Jantan dan Betina S e t e l a h P e m b e r i a n 1 , 2 5 -Dihidroxycholecalciferol. Laporan P e n e l i t i a n . U n i v e r s i t a s Diponegoro. Semarang.

Fontana, E. A., W. D. Weaver, Jr., B. A. Watkins, and D. M. Denbow. 1 9 9 2 . E ff e c t o f E a r l y F e e d Restriction on Growth, Feed

Conversion, and Mortality in Broiler Chickens. Poult. Sci. 71: 1296-1305.

Forest, J.C., E.D. Aberle, H.B. Hendrick, M.M. Judge and R.A. Markel. 1975. Principie Of Meat Science. W.H. Freeman and Co, San Fransisco.

rd Jull, M. A. 1972. Poultry Husbandry. 3 Ed.

Tata Mc Graw Hill Book Publishing Co. Ltd. New Delhi, India.

Lawrence, T. L. J. and V. R. Fowler. 2002. nd Growth of Farm Animals. 2 Ed. CABI Publishing, London.

Mohebodini, H., B. Dastar, M. Sham Sharg, and S. Zarehdaran. 2009. The comparison of early feed restriction and meal feeding on p e r f o r m a n c e , c a r c a s s c h a r a c t e r i s t i c s a n d b l o o d constituents of broiler chickens. J. Anim. Vet. Adv. 8: 2069-2074. North, M. O. and D. D. Bell, 1990.

Commercial Chicken Production th

Manual. 4 Ed. Van Nostrand. Reinhold. New York.

Rose, S.P. 1997. Principle of Poultry Science. Centre for Agriculture and Bioscience International, New York.

Santoso, U., K. Tanaka, S. Ohtani, and B. S. Youn. 1993. Effects of early f e e d r e s t r i c t i o n o n g r o w t h p e r f o r m a n c e a n d b o d y composition. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 6: 401-409.

T i l l m a n A . D . , H . H a r t a d i , S . R e k s o h a d i p r o d j o , S . P r a w i r o k u s u m o d a n S . L e b d o s o e k o j o . 1 9 8 8 . I l m u

(9)

Makanan Ternak Dasar. Gadjah M a d a U n i v e r s i t y P r e s s , Yogjakarta.

Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-5. Gadjah Mada University Press, Yogjakarta. Wilson, H.R, M.A. Boone, A.S. Arofa, and

D.M. janky. 1983. Abdominal fat pad reduction in broiler with thyroactive iodinated casein. Poult. Sci 62: 811-818.

Zhan, X. A., M. Wang, H. Ren, R. Q. Zhao, J. X. Li and Z. L. Tan. 2007. Effects o f e a r l y f e e d r e s t r i c t i o n o n metabolic programming and compensatory growth in broiler chickens. Poult. Sci. 86: 654-660.

Gambar

Tabel 1. Rata-rata Bobot Hidup, Bobot, Panjang, dan Lingkar Tulang Tarsus,

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan prestasi kerja dengan loyalitas karyawan pada PT.Bank Danamon, yang hasilnya :Penilaian Prestasi Kerja pada Bank Danamon dilihat dari rata-rata sebesar 3,95 artinya

Lisäksi tutkimustani voinee kutsua kolmannen tutkimuskysymyksen osalta myös pitkittäistutkimukseksi, koska siinä mitataan ja tutkitaan saman kohderyhmän ominaisuuksia

Mas Mochamad Fauzi, S.Pd.I selaku District Manager Bina Avia Persada Malang yang tak pernah kapok penyusun repoti dan turut berupaya mem back up penyebaran angket

[r]

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menurunkan zat warna dan parameter pengukuran lainnya (turbidity, COD dan pH) dari limbah cair industri tenun songket,

Rancangan percobaan yang digunakan untuk menguji daya kecambah, pertumbuhan koloni, dan sporulasi adalah acak lengkap (RAL) dengan 4 ulangan, sedangkan untuk aplikasi

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan banyak limpahan berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

dampak atau tujuan yang diinginkan (Budi Winarno, 2002:102). Adapun syarat-syarat untuk dapat mengimplementasikan kebijakan negara.. secara sempurna menurut Teori Implementasi Brian