• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kota Madinah; Publication: 1435 H_2014 M. Kota Madinah; Masjid Nabawi Dan Masjid Quba. Sumber Majalah as-sunnah Ed.05, Th.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kota Madinah; Publication: 1435 H_2014 M. Kota Madinah; Masjid Nabawi Dan Masjid Quba. Sumber Majalah as-sunnah Ed.05, Th."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Kota Madinah

;

M

ASJID

N

ABAWI

dan

M

ASJID

Q

UBA

Publication: 1435 H_2014 M

Kota Madinah;

Masjid Nabawi Dan Masjid Quba’

Sumber Majalah as-Sunnah Ed.05, Th.XVIII_1435H/2014M

(2)

ada kota Madinah terdapat dua masjid yang agung yaitu Masjid Nabawi dan Masjid Kuba'. Kedua masjid tidak akan terpisahkan dari pembicaraan seputar kota Madinah, karena keduanya memiliki kedudukan tinggi. Berikut penjelasan singkat terkait kedua masjid tersebut.

MASJID NABAWI

Masjid Nabawi yang terletak di kota Madinah memiliki banyak keutamaan yang dijelaskan dalam banyak hadits. Di antaranya adalah sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم:

اَل

ا

ا دَشُت

ا

اُلاَحِّرلا

ا

اَلِإ

ا

اَلِإ

ا

اِةَث َلََث

ا

اَد ِجاَسَم

اِد ِجْسَمْلا

ا

اِماَرَْلْا

،ا

اِدِجْسَمَو

اي

،اَذَى

ا

اِدِجْسَمَو

ا

ىَصْقَْلْا

Tidak boleh melakukan safar (menuju tempat yang dianggap berkah) kecuali safar menuju tiga masjid yaitu Masjidil Haram, Masjidku ini dan Masjidil Aqsha. (HR. Imam al-Bukhari dan Muslim)

Di kota Madinah-lah terdapat salah satu dari tiga masjid yang dibangun oleh para Nabi Alaihimussalam.

(3)

Ada juga hadits yang menunjukkan keutamaan shalat di Masjid Nabawi. Shalat di Masjid Nabawi akan lebih baik dari seribu shalat, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

اٌة َلََص

ا

اِف

ا

يِد ِجْسَم

ا

اَذَى

ا

اُلَضْفَأ

ا

اْنِم

ا

اِفْلَأ

ا

اٍة َلََص

ا

اَميِف

ا

اُهاَوِس

ا

اَلِإ

ا

اَدِجْسَمْلا

ا

اَماَرَْلْا

ا

اٌة َلََصَو

ا

اِف

ا

اَكِلَذ

ا

اُلَضْفَأ

ا

اْنِم

ا

اِةَئاِم

ا

اٍة َلََص

ا

اِف

ا

اَذَى

Satu shalat masjidku ini lebih baik dari seribu shalat di masjid lainnya, kecuali Masjidil Haram. Dan satu shalat di masjid itu (Masjidil Haram) lebih baik dari seratus shalat di masjid ini (Masjid Nabawi). (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Ini merupakan keutamaan yang sangat agung dan momen di antara momen akhirat, keuntungan pahala padanya berlipatganda, bukan hanya puluhan kali, bukan pula ratusan, akan tetapi lebih dari ribuan kali.

Sudah diketahui bersama, bahwa para pebisnis apabila meyakini atau mengetahui barang dagangan mereka laris atau laku di suatu tempat pada suatu waktu, maka mereka akan mempersiapkan diri mereka untuk menyambut momen tersebut, walaupun keuntungan yang akan didapatkan hanya setengah atau satu kali lipat. Ini perdagangan duniawi, lalu bagaimana dengan keuntungan akhirat yang didapatkan di Masjid Nabawi, yang bukan hanya sepuluh kali lipat, atau

(4)

seratus kali lipat, tidak pula lima ratus atau enam ratus, akan tetapi lebih dari seribu??!

Janji Allah اّلجوّزع lewat lisan Rasul-Nya ini tentu akan semakin memompa semangat kaum Muslimin untuk memperbanyak beribadah di Masjid Nabawi. Namun terkait ini ada beberapa perkara yang perlu diperhatikan berkenaan dengan masjid yang penuh berkah ini:

Pertama; Pelipatgandaan pahala shalat di Masjid Nabawi sampai lebih dari seribu tidak dikhususkan untuk shalat fardhu saja. Akan tetapi, mencakup shalat fardhu dan sunnah. Karena, Nabi صلى الله عليه وسلم menyebutkan kata shalat secara mutlak. Jadi shalat fardhu setara dengan seribu shalat fardhu, dan shalat sunnah setara dengan seribu shalat sunnah.

Kedua; pelipatgandaan pahala yang terdapat dalam hadits tidak dikhususkan untuk area Masjid yang ada pada zaman Beliau صلى الله عليه وسلم saja, akan tetapi mencakup semua area yang ditambahkan saat perluasan masjid. Terbukti Khalifah 'Umar dan Utsman امهنعا اللها يضر memperluas masjid dari arah depan, dan kita ketahui bersama bahwa tempat imam dan shaf setelahnya termasuk dari area perluasan, di luar areal masjid pada zaman Nabi صلى الله عليه وسلم. Seandainya area perluasan tidak memiliki hukum yang sama dengan area sebelum perluasan, niscaya dua khalifah besar itu tidak akan melakukan

(5)

perluasan dari sisi depan masjid, kemudian juga jumlah para Sahabat pada masa dua khalifah tersebut masih sangat banyak dan tidak ada seorang pun yang menyangkal atau menolak perluasan masjid. Ini merupakan bukti yang sangat kuat bahwa pelipatgandaan pahala tidak terbatas pada areal masjid di zaman Nabi صلى الله عليه وسلم saja.

Ketiga; Di dalam area Masjid Nabawi terdapat tempat yang disebut oleh Nabi صلى الله عليه وسلم, sebagai salah satu taman dari taman surga. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

اَما

اَْيَ ب

ا

اِتْيَ ب

ا

يَِبَْ نِمَو

ا

اٌةَضْوَر

ا

اْنِم

ا

اِضَيَِر

ا

اِةَنَْلْا

ا

Area diantara rumahku dan mimbarku adalah taman dari taman-taman surga. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Pengkhususan tempat ini sebagai salah satu taman surga tanpa penyebutan tempat-tempat lain dari Masjid Nabawi menunjukkan keutamaan dan keistimewaan tempat tersebut. Keutamaan akan bisa diraih dengan melakukan shalat sunnah di sana atau berzikir dan membaca al-Qur'an, dengan tanpa menyakiti atau mengganggu orang lain yang sudah berada di dalamnya atau ketika mencapai tempat tersebut. Adapun shalat fardhu, maka lebih utama dilakukan pada shaf-shaf awal, karena Nabi صلى الله عليه وسلم pernah bersabda:

اُرْ يَخ

ا

اِفوُفُص

ا

اِلاَجِّرلا

ا

اُلَوَأ

اَه،

ا

اَى رَشَو

ا

اَىُرِخآ

ا

(6)

Sebaik-baiknya shaf kaum laki-laki adalah shaf yang paling depan, dan seburuk buruk shaf mereka adalah shaf yang paling belakang. (HR. Muslim)

Beliau صلى الله عليه وسلم juga bersabda:

اْوَلا

اُمَلْعَ ي

ا

اُساَنلا

ا

اَما

اِف

ا

اِءاَدِّنلا

ا

اِّفَصلاَو

ا

اِلَوَْلْا

اا

َُث

ااَل

اْما

اوُدَِيَ

ا

اَلِإ

ا

اْنَأ

ا

اوُمِهَتْسَي

ا

اِوْيَلَع

ا

اوُمَهَ تْس َل

ا

اِوْيَلَع

ا

Seandainya manusia mengetahui ganjaran yang terdapat pada panggilan adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak bisa mendapatkannya kecuali dengan cara undian niscaya mereka akan berundi untuk mendapatkannya (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Keempat; Apabila Masjid Nabawi sudah penuh dengan orang yang sedang menunaikan shalat berjamaah, maka orang yang datang terlambat bisa melakukan shalat di jalan-jalan yang ada pada tiga sisi masjid selain jalan-jalan yang ada pada sisi depan. Dengan itu, dia sudah mendapatkan pahala shalat berjamaah, namun tidak mendapatkan keutamaan shalat di Masjid Nabawi. Karena pahala yang lebih dari seribu kali itu dikhususkan untuk orang yang shalat di dalam Masjid Nabawi saja, berdasarkan sabda Nabi صلى الله عليه وسلم:

(7)

اٌة َلََص

ا

اِف

ا

يِد ِجْسَم

ا

اَذَى

ا

اُلَضْفَأ

ا

اْنِم

ا

اِفْلَأ

ا

اٍة َلََص

ا

اَميِف

ا

اُهاَوِس

ا

اَلِإ

ا

اَدِجْسَمْلا

ا

ا

اَماَرَْلْ

Satu shalat di masjidku ini lebih baik dari seribu shalat di masjid lainnya, kecuali Masjidil Haram. (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Dan orang yang shalat di jalan-jalan tidak dianggap shalat di dalam Masjid Nabawi, maka dia tidak mendapatkan pahala yang berlipat-lipat.

Kelima; Telah tersebar di tengah masyarakat kaum Muslimin, bahwa barangsiapa datang ke kota Madinah maka dia harus menunaikan shalat empat puluh kali shalat di Masjid Nabawi, berdasar hadits dalam Musnad Imam Ahmad dari Sahabat Anas رضي الله عنه , dari Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

اْنَم

ا

ىَلَص

ا

اِف

ا

يِد ِجْسَم

ا

اَيِعَبْرَأ

ا

اًة َلََص

ا

اَل

ااَ ت

اُوُتوُف

ا

اٌة َلََص

،ا

اْتَبِتُك

اا

ُوَل

ا

اٌةَءاَرَ ب

ا

اْنِم

ا

اِراَنلا

،ا

اٌةاََنََو

ا

اْنِم

ا

اِباَذَعْلا

ا

اَئِرَبَو

ا

اْنِم

ا

اِقاَفِّنلا

Barangsiapa shalat di masjidku ini empat puluh shalat tidak terlewatkan satu shalat pun, maka akan dituliskan baginya kebebasan dari api neraka, selamat dari adzab, dan terlepas dari sifat munafik.

(8)

Hadits ini adalah hadits yang dhaif (lemah) yang tidak bisa dijadikan hujjah (dalil).

Juga masalah ini adalah masalah yang fleksibel. Jadi, siapa pun yang datang ke kota Madinah tidak diharuskan untuk melakukan shalat-shalat tertentu di Masjid Nabawi, akan tetapi setiap shalat yang dilakukan di Masjid Nabawi berpahala lebih dari seribu kali shalat di tempat lain selain Masjidil Haram, tanpa ada batasan atau pengkhususan shalat-shalat tertentu.

Keenam; Banyak kalangan kaum Muslimin di berbagai belahan dunia yang membangun masjid di atas kubur, atau memakamkan mayat di dalam masjid. Untuk membenarkan perbuatan ini, mereka terkadang berdalih dengan kuburan Nabi صلى الله عليه وسلم yang berada di dalam Masjid Nabawi. Syubhat ini bisa dibantah dengan mengatakan bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم sendiri yang membangun Masjid Nabawi saat pertama kali tiba di kota Madinah, kemudian Beliau membangun rumah-rumah Beliau yang ditempati oleh para istri Beliau صلى الله عليه وسلم tepat di samping Masjid Nabawi. Di antara rumah itu ada rumah untuk Aisyah

رضي الله عنها yang pada akhirnya nanti menjadi tempat Beliau صلى الله عليه وسلم dikuburkan. Rumah-rumah ini tetap berada di luar area Masjid Nabawi pada zaman Khulafa' ar-Rasyidin, zaman Mu'awiyah dan zaman beberapa khalifah setelahnya. Di pertengahan khilafah Umawiyyah, Masjid Nabawi diperluas

(9)

dan rumah Aisyah رضي الله عنها yang berisi kubur Nabi صلى الله عليه وسلم masuk menjadi area Masjid Nabawi.

Selain itu, banyak hadits Nabi صلى الله عليه وسلم yang tidak mungkin

dinaskh (dihapus hukumnya) yang menunjukkan haramnya menjadikan kuburan sebagai masjid. Di antaranya hadits Jundub bin Abdillah al-Bajali, beliau صلى الله عليه وسلم mendengarnya langsung dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم lima hari sebelum Beliau صلى الله عليه وسلم wafat. Jundub رضي الله عنه berkata, "Saya mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda lima hari sebelum Beliau صلى الله عليه وسلم meninggal:

اِّنِإ

ا

اُأَرْ بَأ

ا

اَلِإ

ا

اَِللّا

ا

اْنَأ

ا

اَنوُكَي

ا

اِل

ا

اْمُكْنِم

ا

اَخ

اٌليِل

ا

اَنِإَف

ا

اََللّا

ا

اَلاَعَ ت

ا

اْدَق

ا

اِنَذََتَّا

ا

اًلَيِلَخ

ا

اَمَك

ا

اَذََتَّا

ا

اَميِىاَرْ بِإ

ا

اًلَيِلَخ

ا

اْوَلَو

ا

اُتْنُك

ا

اًذِخَتُم

ا

اْنِم

ا

اِتَمُأ

ا

اًلَيِلَخ

ا

اُتْذََتَّ َل

ا

اَبَأ

ا

اٍرْكَب

ا

اًلَيِلَخ

ا

اَلَأ

ا

اَنِإَو

ا

اْنَم

ا

اَناَك

ا

اْمُكَلْ بَ ق

ا

اوُناَك

ا

اَنوُذِخَتَ ي

ا

اَروُبُ ق

ا

اْمِهِئاَيِبْنَأ

ا

اْمِهيِِلْاَصَو

ا

اَد ِجاَسَم

ا

اَلَأ

ا

اَلََف

ا

اوُذِخَتَ ت

ا

اَروُبُقْلا

ا

اَد ِجاَسَم

ا

اِّنِإ

ا

اْمُكاَهْ نَأ

ا

اْنَع

ا

اَكِلَذ

Saya berlepas diri kepada Allah dari menjadikan salah seorang diantara kalian sebagai kekasih, sesungguhnya Allah menjadikanku sebagai kekasih-Nya sebagaimana Allah اّلجوّزع telah mengambil Nabi Ibrahim sebagai

(10)

kekasih-Nya. Seandainya saya diperkenankan mengambil salah seorang di antara umatku sebagai kekasih, niscaya saya telah menjadikan Abu Bakar sebagai kekasihku. Ketahuilah sesungguhnya orang-orang sebelum kalian menjadikan kuburan para nabi dan orang-orang shaleh mereka sebagai masjid, maka janganlah kalian menjadikan kubur sebagai masjid, karena sesungguhnya aku melarang kalian dari perbuatan tersebut. (HR. Muslim dalam Shahih-nya).

Bahkan ketika ajal akan menjemput, Nabi صلى الله عليه وسلم masih sempat memperingatkan ummatnya dari perbuatan yang menjadikan kuburan sebagai masjid, sebagaimana termaktub dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari Aisyah رضي الله عنها dan Ibnu Abbas امهنعااللهايضر, Mereka berdua berkata, "Ketika ajal akan menjemput Rasulullah صلى الله عليه وسلم, Beliau صلى الله عليه وسلم meletakkan sehelai kain hitam di wajah Beliu kemudian tatkala Beliau صلى الله عليه وسلم susah bernafas, Beliau melepaskannya, lantas Beliau صلى الله عليه وسلم bersabda:

اُةَنْعَل

ا

اَِللّا

ا

ىَلَع

ا

اِدوُهَ يْلا

ا

ىَراَصَنلاَو

ا

اوُذََتَّا

ا

اَروُبُ ق

ا

اْمِهِئاَيِبْنَأ

ا

اَد ِجاَسَم

ا

Semoga Allah melaknat kaum Yahudi dan Nashra, mereka menjadikan kubur para Nabi mereka sebagai masjid.

(11)

Beliau mewanti-wanti umatnya صلى الله عليه وسلم agar tidak melakukan apa yang telah dilakukan kaum Yahudi dan Nashara.

Hadits-hadits yang diriwayatkan dari Aisyah رضي الله عنها, Ibnu Abbas امهنعااللهايضر dan Jundub رضي الله عنه adalah hadits muhkam yang tidak bisa dinasakh (dihapus) hukumnya bagaimanapun keadaannya. Karena hadits Jundub رضي الله عنه terjadi pada hari-hari akhir Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Adapun hadits Aisyah رضي الله عنها dan Ibnu Abbas

امهنعااللهايضر terjadi di saat-saat akhir Beliau صلى الله عليه وسلم. Oleh karena itu, tidak dibenarkan bagi kaum Muslimin secara individu dan maupun berkelompok untuk meninggalkan isi hadits-hadits ini, dan menjadikan apa yang dilakukan pada Bani Umawiyah berupa perluasan masjid yang mengakibatkan masuknya kubur Nabi صلى الله عليه وسلم ke dalam Masjid Nabawi sebagai hujjah untuk membolehkan pembangunan masjid di atas kubur, atau memakamkan mayat di dalam masjid.

MASJID QUBA'

Masjid Quba' adalah masjid kedua dari dua masjid yang memiliki keutamaan dan kedudukan penting di kota Madinah. Kedua masjid itu didirikan atas dasar ketakwaan sejak hari pertama. Khusus tentang Masjid Quba', ada beberapa dalil yang menunjukkan keutamaan shalat di masjid itu. Dalil-dalil

(12)

itu berasal dari perkataan maupun perbuatan Rasulullah

صلى الله عليه وسلم.

Dalil yang berasal dari perbuatan Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin 'Umar امهنعا اللها يضر. Beliau berkata:

اَناَك

ا

ا ِبَنلا

ا

صلى الله عليه وسلم

ا

اِتَْيَ

ا

اَدِجْسَم

ا

اٍءاَبُ ق

ا

اَلُك

ا

اٍتْبَس

،ا

اًيِشاَم

ا

اًبِكاَرَو

اِوْيِفايِّلَصُيَ فا،

اِْيَ تَعْكَر

ا

Dahulu Nabi صلى الله عليه وسلم mendatangi Masjid Quba setiap pekan dengan berjalan kaki atau berkendaraan kemudian Beliau

صلى الله عليه وسلم shalat dua rakaat. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Sedangkan dalil yang berasal dari perkataan Beliau صلى الله عليه وسلم adalah hadits yang diriwayatkan dari Sahl bin Hunaif رضي الله عنه berkata, "Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

اْنَم

ا

اَرَهَطَت

ا

اِف

ا

اِوِتْيَ ب

اا

َُث

ا

ىَتَأ

ا

اَدِجْسَم

ا

اٍءاَبُ ق

ا

ىَلَصَف

ا

اِويِف

ا

اًة َلََص

ا

اَناَك

اا

ُوَل

ا

اِرْجَأَك

ا

اٍةَرْمُع

ا

Barangsiapa bersuci di rumahnya kemudian datang ke Masjid Quba', kemudian dia mendirikan shalat di sana, maka dia mendapatkan pahala umrah (HR. Ibnu Majah dan lainnya).

(13)

Sabda Beliau صلى الله عليه وسلم dalam hadits di atas :

ىَلَصَف

ا

اِويِف

ا

اًة َلََص

ا

Kemudian dia mendirikan shalat.

Kata shalat di sini mencakup semua shalat fardhu dan sunnah.

Itulah keutamaan Masjid Nabawi dan Masjid Quba' yang dijelaskan dalam hadits-hadits Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Selain kedua masjid di kota Madinah di atas, tidak ada keterangan dalam hadits yang menunjukkan keutamaan tertentu dari masjid-masjid lain yang ada di kota Madinah.

Referensi

Dokumen terkait

Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Komputer pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Kota

dan gendang singindungi : “ gendang ” berarti sebagai instrumen ritmis ), serta dua buah gong sebagai instrumen ritmis meskipun kedengarannya sebagai pembawa metronom ( gung dan

Evaluasi adalah suatu proses yang ditempuh seseorang untuk memperoleh informasi yang berguna untuk menentukan mana dari dua hal merupakan alternatif yang

[r]

ekonominya semakin meningkat menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun dari 50,09 persen pada 1983 menjadi 19,31 persen pada 2003, rumah tangga pertanian yang kondisi

Ginjal yang telah difiksasi dengan buffer formalin, diambil, diletakkan dalam kaset-kaset dan dicuci dengan cara meletakkannya ke dalam wadah kemudian dialiri menggunakan

Dalam rangka penataan kembali Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Raja Ampat yang dituangkan kedalam Peraturan Daerah Nomor