• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pelatihan Ronde Keperawatan terhadap Kinerja Perawat dalam Pemberian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pelatihan Ronde Keperawatan terhadap Kinerja Perawat dalam Pemberian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima Medan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kinerja dapat dipandang sebagai proses maupun hasil pekerjaan. Kinerja

merupakan suatu proses pekerjaan yang berlangsung untuk mencapai hasil kerja

dan hasil pekerjaan itu sendiri juga menunjukkan kinerja (Triwibowo, 2013).

Perilaku kerja perawat terlihat dari cara kerja yang penuh semangat, disiplin,

bertanggung jawab, melaksanakan tugas sesuai standar yang ditetapkan, memiliki

motivasi dan kemampuan kerja yang tinggi serta terarah pada pencapaian tujuan

rumah sakit. Hasil kerja perawat merupakan proses akhir dari suatu kegiatan yang

dilakukan dalam mencapai sasaran. Hasil kerja dapat dicapai secara maksimal

apabila perawat mempunyai kemampuan dalam mendayagunakan pengetahuan,

sikap, dan keterampilan (PPNI, 2005).

Desain kerja dalam kinerja keperawatan sangat mempengaruhi kinerja

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan (Barker et al., 2011). Menurut

Mangkunegara (2014), secara teoritis ada tiga faktor yang mempengaruhi perilaku

kerja dan kinerja, yaitu: a) faktor individu dikelompokkan pada subvariabel

kemampuan, keterampilan dan latarbelakang demografi, b) faktor organisasi

dikelompokkan pada subvariabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur

desain pekerjaan, c) faktor psikologi dikelompokkan pada subvariabel persepsi,

sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Ketiga faktor tersebut mempengaruhi

(2)

Perawat merupakan sumber daya manusia terpenting di rumah sakit karena

selain jumlahnya yang dominan (55-65%) juga merupakan profesi yang

memberikan pelayanan yang konstan dan terus menerus selama 24 jam kepada

pasien. Oleh karena itu pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari

pelayanan kesehatan jelas mempunyai kontribusi yang sangat menentukan

kualitas pelayanan di rumah sakit sehingga setiap upaya untuk meningkatkan

kualitas pelayanan rumah sakit harus juga disertai upaya untuk meningkatkan

kualitas pelayanan keperawatan (Nursalam, 2007).

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan

baik didalam maupun diluar negeri yang diakui oleh pemerintah RI sesuai dengan

peraturan perundangan dan telah disiapkan untuk memiliki kompetensi yang

ditetapkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia serta teregistrasi. Perawat

di rumah sakit sebagai perawat pelaksana yaitu pemberi asuhan keperawatan

sehingga apabila kita akan melihat kinerja perawat maka yang dilihat adalah hasil

yang dicapai oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Hasil kerja

perawat di rumah sakit dapat dinilai melalui pengamatan langsung yaitu proses

pemberian asuhan keperawatan atau laporan dan catatan pasien (dokumentasi)

asuhan keperawatan. Dengan demikian pencapaian standar praktik keperawatan

yang tinggi atau kinerja perawat yang tinggi dalam pelayanan keperawatan akan

mempengaruhi tingkat kualitas dalam keperawatan. Asuhan keperawatan yang

optimal merupakan salah satu indikator kinerja perawat, dimana untuk

mewujudkan sangat diperlukan dukungan tenaga keperawatan berdasarkan

(3)

Perawat sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas asuhan

keperawatan dan merupakan faktor yang paling menentukan untuk tercapainya

pelayanan kesehatan yang optimal dengan asuhan keperawatan yang bermutu.

Untuk dapat melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik seorang perawat

perlu memiliki kemampuan berhubungan dengan klien dan keluarga, serta

berkomunikasi dengan anggota tim kesehatan lain, mengkaji kondisi kesehatan

klien baik melalui wawancara, pemeriksaan fisik maupun menginterprestasikan

hasil pemeriksaan penunjang, menetapkan diagnosis keperawatan dan

memberikan tindakan yang dibutuhkan klien, mengevaluasi tindakan keperawatan

yang telah diberikan serta menyesuaikan kembali perencanaan yang telah dibuat

dan sebagainya (Copel, 2007).

Salah satu strategi yang untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

adalah dengan pelaksanaan program ronde keperawatan yang merupakan salah

satu implementasi dari Relationship Based Care. Ronde keperawatan memungkinkan perawat untuk melakukan hubungan timbal balik dengan pasien

secara teratur dan sistematis untuk menunjukkan keberadaan perawat dalam

membantu mengantisipasi kebutuhan dan memberikan kenyamanan serta

perlindungan bagi pasien (Woolley et. al., 2012). Ronde keperawatan merupakan

strategi yang efektif dalam memulai banyak perubahan dalam aspek perawatan

terutama meningkatkan komunikasi di antara anggota tim terkait interaksi antar

(4)

Ronde keperawatan merupakan suatu metode dalam pelayanan

keperawatan yang berguna untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien dan

memberikan masukan kepada perawat tentang asuhan keperawatan yang

dilakukan. Kozier et al. (2004) menyatakan bahwa ronde keperawatan adalah

salah satu prosedur dua atau lebih perawat mengunjungi pasien untuk

mendapatkan informasi yang akan membantu dalam merencanakan pelayanan

keperawatan dan memberikan kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan

masalah keperawataannya serta mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah

diterima pasien.

Laporan dari Studer Group (2007) menyatakan berdasarkan hasil temuan pada tahun 2006 bahwa institusi yang melaksanakan ronde keperawatan secara

berkala dan sistematik meningkatkan kepuasan pasien hingga mencapai 89% dan

menurunkan angka jatuh hingga mencapai 60%. Selain itu terdapat 2 dari 12

rumah sakit yang menerapkan ronde keperawatan secara berkala dan sistematis

memperoleh peningkatan rating pelayanan yang prima mencapai 41.85%

Menurut penelitian Aristyawati, Gunahariati dan Lestari (2015) bahwa

ronde keperawatan dapat meningkatkan kinerja perawat dalam hal kognitif, afektif

dan psikomotor. Penelitian ini juga melaporkan bahwa dampak tidak dilaksanakan

ronde keperawatan dapat menurunkan produktivitas kerja serta menurunkan

komunikasi teraupetik perawat dengan tenaga kesehatan dan komunikasi perawat

dengan pasien sehingga motivasi perawat dalam bekerja akan menurun secara

perlahan. Selanjutnya ada perbedaan motivasi kerja perawat yang melaksanakan

(5)

Penelitian lain terkait ronde keperawatan dipublikasikan oleh Meade,

Bursell dan Ketelsen (2006) menunjukkan bahwa pelaksanaan ronde keperawatan

terbukti secara statistik mampu menurunkan penggunaan bel untuk memanggil

perawat, mengurangi kemungkinan pasien jatuh dan meningkatkan kepuasan

pasien. Selain itu dengan pelaksanaan ronde keperawatan pelayanan keperawatan

menjadi lebih efisien, komunikasi antara perawat menjadi lebih baik dan

berkurangnya stress kerja perawat sehingga akan meningkatkan kepuasan kerja

dari perawat. Hal yang sama juga dikemukakan McCabe (2009) dalam

penelitiannya bahwa salah satu cara untuk memperbaiki mutu pelayanan adalah

dengan memperbaiki kemampuan komunikasi antara perawat dengan perawat dan

perawat dengan pasien dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan.

Penelitian Saleh, Nusair, Al Zubadi, Al Shloul dan Saleh (2011) juga

mempublikasikan hasil pengaruh penerapan sistem ronde keperawatan terhadap

angka kejadian pasien jatuh, dimana terjadi penurunan angka kejadian pasien

jatuh dari angka 25 menjadi angka 4, sedangkan angka kejadian luka tekan

menurun hingga mencapai 50% dan kepuasan pasien meningkat 7,5%.

Aitken et al. (2010) meneliti dampak ronde keperawatan di ruang intensive care terhadap kepuasan perawat yang didasarkan pada subvariabel imbalan, otonomi, status profesional, persyaratan tugas, kebijakan organisasi serta interaksi

antara sesama perawat dan perawat dengan dokter. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa adanya peningkatan masing-masing subvariabel setelah

dilakukan tindakan ronde keperawatan dibandingkan kelompok kontrol yang tidak

(6)

Penelitian Maliya dan Susilaningsih (2009) menunjukkan bahwa ada

peningkatan kinerja staf keperawatan setelah dilakukan pelatihan ronde

keperawatan. Ronde keperawatan merupakan komponen kunci dari program

service excellent yang akan menghasilkan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. Peningkatan kualitas pelayanan keperawatan tersebut dapat dilihat

dari beberapa outcomes yaitu peningkatan kepuasan pasien, peningkatan kepuasan perawat, penurunan penggunaan bel panggil, penurunan angka pasien jatuh dan

penurunan angka kejadian luka tekan. Untuk itu rumah sakit perlu

mempertimbangkan ronde keperawatan sebagai salah satu program yang dapat

diterapkan di ruang rawat inap.

Penelitian Beniscova (2007) menyatakan bahwa ronde keperawatan sangat

penting dalam mengupayakan pasien mendapat pelayanan yang berkualitas.

Ronde keperawatan memungkinkan pasien untuk mendapat informasi mengenai

penyakit, kelanjutan pemeriksaan, proses keperawatan, rehabilitasi dan lain-lain.

Ronde keperawatan sangat penting bagi pasien dan perawat karena di dalam

kegiatannya terdapat kontak yang terus menerus antara perawat dengan pasiennya.

Rumah Sakit Royal Prima Medan merupakan rumah sakit swasta dengan

kualifikasi tipe B yang memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 225 tempat tidur.

Indikator pencapaian kinerja pada tahun 2015 yaitu: Bed Occupancy Rate (BOR) 67%, Average Lenght of Stay (ALOS) 5 hari, Turn Over Interval (TOI) 3 hari,

Bed Turn Over (BTO) 51 kali/tahun. Jumlah perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap berjumlah 180 orang terdiri dari D3 Keperawatan sebanyak 95

(7)

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Royal

Prima terhadap Wakil Direktur Pelayanan dan Kepala Bidang Keperawatan

terkait pelaksanaan ronde keperawatan didapatkan bahwa pelaksanaan ronde

keperawatan belum terlaksana dengan optimal, pedoman ronde keperawatan dan

Standar Operasional Procedure (SOP) belum dibuat sehingga belum adanya persepsi yang sama terhadap pelaksanaan ronde keperawatan serta perawat belum

pernah mendapatkan pelatihan ronde keperawatan. Selain itu perawat pelaksana

juga belum mengetahui pentingnya ronde keperawatan terhadap peningkatan

layanan.

Hasil wawancara dengan 5 perawat pelaksana Rumah Sakit Royal Prima

pada tanggal 26 Februari 2016 terkait ronde keperawatan bahwa perawat belum

pernah melakukan ronde keperawatan di ruangan, perawat pelaksana hanya

melakukan rutinitas pekerjaan saja, perawat mengutamakan tugas profesi lain

daripada tugas mandiri sebagai perawat, perawat belum pernah mendapatkan

pelatihan mengenai ronde keperawatan mengakibatkan kurangnya rasa empati

perawat terhadap pasien dan kurangnya komunikasi dari perawat ke pasien. Untuk

memperbaiki kemampuan komunikasi antara perawat dengan pasien dalam

memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan dapat dilakukan melalui ronde

keperawatan. Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti penting untuk meneliti

bagaimana pengaruh pelatihan ronde keperawatan terhadap kinerja perawat dalam

(8)

1.2. Permasalahan

Ronde keperawatan merupakan prosedur dimana dua atau lebih perawat

mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu dalam

merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatan pada pasien

untuk mendiskusikan masalah keperawatannya serta mengevaluasi pelayanan

keperawatan yang telah diterima pasien. Ronde keperawatan bertujuan untuk

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan untuk mengetahui pelaksanaan

standar asuhan keperawatan yang telah dijalankan. Dampak tidak dilaksanakan

ronde keperawatan dapat menurunkan produktivitas kerja serta menurunkan

komunikasi teraupetik perawat dengan tenaga kesehatan dan komunikasi perawat

dengan pasien.

Rumah Sakit Royal Prima merupakan rumah sakit konsumen pengguna

jasa kelas menengah atas yang menuntut kualitas pelayanan dan asuhan

keperawatan yang prima. Faktor komunikasi yang rinci dan sistematis, informasi

tentang kondisi kesehatan pasien dan edukasi mengenai perawatan merupakan hal

utama yang dianggap penting dan diharapkan pasien mampu diberikan kepada

perawat. Rumah Sakit Royal Prima sudah melakukan survey kepuasan pasien

terhadap pelayanan rumah sakit. Data survei kepuasan pasien pada bulan Februari

2016 menunjukkan bahwa jumlah pasien yang puas terhadap pelayanan perawat

berada pada 30,5%. Penelitian Kocsis & Miksch (2007) mendapatkan hasil bahwa

ronde keperawatan memberikan pengaruh terhadap peningkatan kepuasan pada

pasien. Interaksi perawat dengan pasien secara maksimal terjadi pada saat

(9)

Hasil wawancara dengan 5 perawat pelaksana Rumah Sakit Royal Prima

pada tanggal 26 Februari 2016 terkait ronde keperawatan bahwa perawat belum

pernah melakukan ronde keperawatan di ruangan, perawat pelaksana hanya

melakukan rutinitas pekerjaan saja, perawat mengutamakan tugas profesi lain

daripada tugas mandiri sebagai perawat, perawat belum pernah mendapatkan

pelatihan mengenai ronde keperawatan mengakibatkan kurangnya rasa empati

perawat terhadap pasien dan kurangnya komunikasi dari perawat ke pasien. Untuk

memperbaiki kemampuan komunikasi antara perawat dengan pasien dalam

memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan dapat dilakukan melalui ronde

keperawatan.

Selain itu penelitian Aristyawati, Gunahariati dan Lestari (2015) bahwa

ronde keperawatan dapat meningkatkan kinerja perawat dalam hal kognitif, afektif

dan psikomotor. Selain itu juga penelitian Maliya dan Susilaningsih (2009)

menunjukkan bahwa ada peningkatan kinerja staf keperawatan setelah dilakukan

pelatihan ronde keperawatan. Rumah Sakit Royal Prima perlu memperbaiki

kualitas pelayanan keperawatan dan memperbaiki kinerja perawat terutama dalam

memberikan pelayanan keperawatan. Kualitas pelayanan merupakan faktor yang

dapat meningkatkan kepuasan pasien. Ronde keperawatan merupakan salah satu

cara yang dapat dilakukan. Kinerja perawat dipengaruhi oleh banyak faktor

menyadari hal tersebut maka menarik untuk mengembangkan penelitian dan

mencari jawaban bagaimana pelatihan ronde keperawatan dapat berpengaruh

terhadap kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan.

(10)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Menguji pengaruh pelatihan ronde keperawatan terhadap kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima

Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik perawat yang mengikuti pelatihan ronde

keperawatan di Rumah Sakit Royal Prima Medan

2. Mengidentifikasi kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan

sebelum dengan sesudah dilakukan pelatihan ronde keperawatan pada

kelompok kontrol dan kelompok intervensi

3. Mengidentifikasi perbedaan kinerja perawat dalam pemberian asuhan

keperawatan sebelum dan sesudah pelatihan ronde keperawatan pada

kelompok kontrol dan kelompok intervensi

4. Mengidentifikasi perbedaan kinerja perawat dalam pemberian asuhan

keperawatan sesudah dilakukan pelatihan ronde keperawatan pada

kelompok kontrol dan kelompok intervensi

1.4 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini “ada pengaruh pelatihan ronde keperawatan

terhadap kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan di Rumah Sakit

(11)

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Institusi Rumah Sakit

Hasil penelitian dapat menjadi masukan untuk meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan melalui penerapan pelatihan ronde keperawatan di rumah

sakit agar dilakukan secara konsisten.

1.5.2 Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Institusi

Pendidikan Fakultas Keperawatan khususnya Magister Ilmu Keperawatan

Universitas Sumatera Utara, sebagai bahan referensi kepustakaan sehingga dapat

meningkatkan pengetahuan peserta didik terkait konsep ronde keperawatan.

1.5.3 Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan data dasar bagi penelitian

selanjutnya yang mempunyai minat dan perhatian pada fokus penelitian ini yaitu

pelatihan ronde keperawatan terhadap kinerja perawat dalam pemberian asuhan

keperawatan.

Referensi

Dokumen terkait

Ukuran partikel abu vulkanik yang dibuat dalam dua jenis yaitu abu vulkanik yang lolos ayakan 100 mesh (< 0,15 mm) dan abu vulkanik mikro ( ± 5,6 µ m) cukup mempengaruhi

b. Dengan menggunakan jangka, lukislah dua buah lingkaran kongruen dengan titik pusat A dan B serta berjari-jari sama dengan tali busur AB.. Tentukan titik potong dari kedua

Jalan Raya, Jalan Lingkungan, termasuk perawatannya (22001) Kecil.. 2.a Bidang Pekerjaan Sub

While the melon fruit with minimal processed without coating edible and stored at room temperature (control) had weight loss of high value so that the process

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (teams game tournament) terhadap keaktifan dan hasil

Denis Purnama Sari dan Rustanto Rahardi, Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Turen Pada Pokok Bahasan Turunan dengan Pembelajaran

memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat, karena karya sastra lahir.

Pola hubungan suami-istri yang mempengaruhi pola komunikasi diadik bergerak dari ujung yang satu komunikasi satu arah; otoriter pada satu pihak, penyingkapan diri yang tidak