BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Penetapan UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999 oleh pemerintah mengenai Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, berimplikasi pada tuntutan otonomi yang lebih luas dan akuntabilitas publik yang nyata dan harus diberikan kepada pemerintah daerah (Halim, 2007:23) dalam Sitepu (2015:1). Selanjutnya, UU ini diganti dan disempurnakan dengan UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004.
Kedua undang-undang tersebut telah mengubah akuntabilitas atau pertanggungjawaban pemerintah daerah dari pertanggungjawaban vertikal (kepada pemerintah pusat) ke pertanggungjawaban horizontal (kepada masyarakat melalui DPRD).
dengan cara memaksimalkan segala potensi sumber daya yang juga berasal dari daerah tersebut. Sebagai organisasi sektor publik, pemerintah daerah diharapkan memiliki kinerja yang berorientasi pada kepentingan masyarakat dan harus selalu tanggap terhadap daerahnya dengan berupaya memberikan pelayanan yang terbaik secara transparan dan juga berkualitas.
SKPD adalah unit kerja Pemerintah Daerah yang mempunyai tugas mengelola anggaran dan barang daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Satuan Kerja dan bertanggung jawab atas aktivitas entitasnya.Putra (2013:4) menyatakan “kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi”.Adapun Menurut Mahoneydalam Putra (2013:4) “kinerja manajerial adalah kinerja individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial antara lain: perencanaan, investigasi, koordinasi, pengaturan staf, negosiasi, dan lain-lain”.Pengukuran kinerja secara berkelanjutan akan memberikan umpan balik, sehingga upaya perbaikan secara terus menerus akan mencapai keberhasilan di masa mendatang.
Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik untuk membantu manajer publik untuk menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur (financial dan non financial).Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment system.(Mardiasmo, 2002:121)
Kinerja manajerial satuan kerja perangkat daerah juga merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran atau tujuan sebagai penjabaran dari visi, misi, dan strategi instansi pemerintah daerah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi aparatur pemerintah (Putra, 2013:2).Kinerja manajerial yang dimaksud dalam penelitian ini yakni kinerja kepala bidang, kepala bagian, kepala seksi, kepala sub bidang, kepala sub bagian, dan kepala sub seksi.
Partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua pihak atau lebih yang mempunyai dampak masa depan bagi pembuat dan penerima keputusan dan mengarah kepada seberapa besar tingkat keterlibatan aparat pemerintah daerah serta pelaksanaannya untuk mencapai target anggaran tersebut (Bangun, 2009:12). Kenis dalam Bangun (2009:5) mengatakan terdapat 2 (dua) karakteristik sistem penganggaran, yaitu partisipasi dalam penyusunan anggaran dan kejelasan sasaran anggaran. Menurut Brownell dalam Nasution (2013:2) “partisipasi penyusunan anggaran adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh seseorang dalam proses penyusunan anggaran. Partisipasi merupakan perilaku, pekerjaan, dan aktivitas yang dilakukan oleh manajer selama aktivitas berlangsung.” Oleh karena partisipasi anggaran melibatkan bawahan dalam proses penyusunannya, sehingga bawahan akan termotivasi untuk mencapai kinerja yang diharapkan.
kinerja yang ingin dicapai. Anggaran pemerintah daerah harus bisa menjadi tolak ukur pencapaian kinerja yang diharapkan, sehingga perencanaan anggaran pemerintah daerah harus bisa menggambarkan sasaran kinerja secara jelas (Bangun, 2009:15).
Akuntabilitas publik adalah suatu pertanggungjawaban oleh pihak-pihak yang diberi kepercayaan oleh masyarakat/individu di mana nantinya terdapat keberhasilan atau kegagalan di dalam pelaksanaan tugasnya tersebut dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Pertanggungjawaban tersebut berkaitan langsung dengan aktivitas birokrasi dalam memberikan pelayanan sebagai kontra prestasi atas hak-hak yang telah dipungut langsung maupun tidak langsung dari masyarakat. (Ulum, 2008:47). Fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan sektor publik dewasa ini adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik (Seperti: Pemerintah pusat dan daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga Negara).
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan olehMarpaung (2010) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Di Pemerintah Kabupaten Toba Samosir”.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial Pemerintah Daerah Kabupaten Toba Samosir.
Putra (2013) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Akuntabilitas Publik dan Kejalasan Sasaran Anggaran terhadap kinerja manajerial SKPD Kota Padang”.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel akuntabilitas publik dan kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD di Kota Padang.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membahas tentang kinerja manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam sebuah skripsi yang berjudul“PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, DAN AKUNTABILITAS PUBLIK TERHADAPKINERJA MANAJERIAL SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) DI KOTA MEDAN”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, permasalahan pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan berikut :
2. Apakah kejelasan sasaran anggaran berpengaruhterhadap Kinerja Manajerial SKPD di Kota Medan ?
3. Apakah akuntabilitas publik berpengaruhterhadap Kinerja Manajerial SKPD di Kota Medan ?
4. Apakah partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, dan akuntabilitas publik berpengaruh secara simultan terhadap kinerja manajerial SKPD di Kota Medan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkanrumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial SKPD di Kota Medan
2. Pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial SKPD di Kota Medan
3. Pengaruh akuntabilitas publik terhadap kinerja manajerial SKPD di Kota Medan
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti sehubungan dengan pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, akuntabilitas publik, dan pengendalian akuntansi terhadap kinerja manajerial SKPD di Kota Medan.
2. Bagi pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi bagi pembaca terkait dengan partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, akuntabilitas publik, dan pengendalian akuntansi serta pengaruhnya terhadap kinerja manajerial khususnya SKPD di Kota Medan.
3. Bagi akademisi