BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Bawang Merah
Menurut Samadi dan Cahyono (2005) bawang merah merupakan salah satu komoditi hortikultura yang termasuk ke dalam sayuran rempah yang
digunakan sebagai pelengkap bumbu masakan guna menambah citarasa dan kenikmatan masakan. Di samping itu, tanaman ini juga berkhasiat sebagai obat tradisional, misalnya obat demam, masuk angin, diabetes melitus, disentri dan
akibat gigitan serangga.
Menurut Wibowo (2005) bawang merah mengandung protein 1,5 g, lemak
0,3 g, kalsium 36 mg, fosfor 40 mg vitamin C 2 g, kalori 39 kkal, dan air 88 g serta bahan yang dapat dimakan sebanyak 90%. Komponen lain berupa minyak atsiri yang dapat menimbulkan aroma khas dan memberikan cita rasa gurih pada
makanan.
Bawang merah sangat dibutuhkan sebagai bumbu dapur. Meskipun sering
dibutuhkan, tetapi orang tidak mau menanam di pekarangan. Padahal, bawang merah dapat di tanam dengan mudah di dataran rendah maupun dataran tinggi (Sunarjono, 2004).
Tanaman bawang merah dapat ditanam dan tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter dpl. Walaupun demikian, untuk pertumbuhan
yang tinggi serta cuaca yang kabut. Tanaman bawang merah memerlukan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu
udara (25 – 32) 0C serta kelembapan nisbi yang rendah (Sutarya et al., 1995).
Varietas bawang merah yang ditanam oleh petani kita di Indonesia cukup banyak, antara lain varietas bawang merah Australia, varietas bawang merah Bali,
varietas bawang merah Bangkok, varietas bawang merah Filipina, varietas bawang merah Medan, varietas Ampenan, varietas Bima Brebes, varietas
Sumenep. Membedakan jenis bawang merah yang satu dengan jenis yang lainnya biasanya didasarkan pada adanya perbedaan sifat dan ciri-cirinya misalnya bentuk, ukuran, warna, kekenyalan, dan aroma umbi. Perbedaan lainnya adalah
umur tanaman, ketahanan terhadap penyakit, ketahanan terhadap hujan dan sebagainya (Tim Bina Karya Tani, 2008).
Usia tanam bawang sekitar 60-70 hari. Untuk itu, dalam setahun petani bisa menanam bawang hingga empat kali. Bawang tidak terlalu baik ditanam saat curah hujan tinggi. Kondisi ini cocok di tanam di Samosir yang iklimnya
cenderung kering dan petani di Samosir biasanya menghindari menanam bawang pada Agustus hingga Desember.
Berbagai permasalahan yang dihadapi petani bawang merah di Kabupaten Samosir diantaranya adalah serangan hama yaitu lalat penggorok yang menyerang lahan seluas 13,4 Ha dan busuk kering daun yang menyerang lahan seluas 18,4 Ha
Menurut Trubus Online (2016) musuh lain seperti penyakit busuk pangkal batang dan cendawan fusarium juga kerap menghantui petani bawang merah saat
musim hujan. Petani gagal panen lantaran umbi bawang busuk. Serangan bertubi-tubi itu terus mewabah sejak 1998 – 2004. Mewabahnya hama bawang merah di Samosir akibat penanaman di lahan yang sama secara berulang-ulang.
Ketersediaan makanan yang kontinu disukai hama sehingga menjadi endemik. (Trubus Online, 2016).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Minat
Menurut Sumadi Suryabrata (2002) definisi minat adalah suatu rasa lebih
suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu hal diluar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minatnya. Minat dapat diartikan sebagai kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu, tertarik, perhatian, gairah dan keinginan.
Woodworth dan Marquis (2001) berpendapat, minat merupakan suatu motif yang menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan obyek yang
menarik baginya. Oleh karena itu, minat dikatakan sebagai suatu dorongan untuk berhubungan dengan lingkungannya, kecenderungan untuk memeriksa, menyelidiki atau mengerjakan suatu aktivitas yang menarik baginya. Apabila
Menurut Hilgard yang dikutip oleh Slameto (2003) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Sedangkan menurut Holland yang dikutip oleh Djaali (2007) mengatakan bahwa minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu.
Crow & Crow (1995) menyatakan bahwa minat adalah dasar bagi tugas
hidup untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Seseorang yang mempunyai minat terhadap sesuatu maka akan menampilkan suatu perhatian, perasaan dan sikap positif terhadap sesuatu hal tersebut.
Menurut Chaplin (1995), minat merupakan suatu sikap yang kekal, mengikutsertakan perhatian individu dalam memilih obyek yang dirasakan
menarik bagi dirinya dan minat juga merupakan suatu keadaan dari motivasi yang mengarahkan tingkah laku pada tujuan tertentu. Minat dipandang sebagai reaksi yang sadar, karena itu kesadaran atau info tentang suatu obyek harus ada terlebih
dahulu daripada datangnya minat terhadap obyek tersebut, cukup kalau individu merasa bahwa obyek tersebut menimbulkan perbedaan bagi dirinya.
Menurut Basu Swasta dan Hani Handoko (2000) menyebutkan bahwa minat mempunyai kaitan yang erat dengan sikap dan perilaku. Minat (intention) merupakan variabel perantara yang menyebabkan terjadinya perilaku dari suatu
a. Minat dianggap sebagai penangkap atau perantara faktor-faktor motivasional yang mempunyai dampak pada suatu perilaku.
b. Minat menunjukkan seberapa keras seseorang berani mencoba.
c. Minat juga menunjukkan seberapa banyak upaya yang direncanakan seseorang untuk dilakukan.
d. Minat adalah paling dekat berhubungan dengan perilaku selanjutnya. Oleh karena itu minat merupakan aspek psikis yang dimiliki seseorang
yang menimbulkan rasa suka atau tertarik terhadap sesuatu dan mampu mempengaruhi tindakan orang tersebut. Minat mempunyai hubungan yang erat dengan dorongan dalam diri individu yang kemudian menimbulkan keinginan
untuk berpartisipasi atau terlibat pada suatu yang diminatinya. Seseorang yang berminat pada suatu obyek maka akan cenderung merasa senang bila
berkecimpung di dalam obyek tersebut sehingga cenderung akan memperhatikan perhatian yang besar terhadap obyek. Perhatian yang diberikan tersebut dapat diwujudkan dengan rasa ingin tahu dan mempelajari obyek tersebut.
Faktor-faktor yang mendasari minat menurut Crow&Crow yang diterjemahkan oleh Z. Kasijan (1984) yaitu faktor dorongan dari dalam, faktor
dorongan yang bersifat sosial dan faktor yang berhubungan dengan emosional. Faktor dari dalam dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan. Timbulnya minat dari diri seseorang juga dapat didorong oleh adanya
motivasi sosial yaitu mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari lingkungan masyarakat dimana seseorang berada sedangkan faktor emosional memperlihatkan
Minat pada seseorang akan suatu obyek atau hal tertentu tidak akan muncul dengan sendirinya secara tiba-tiba dalam diri individu. Minat dapat timbul
pada diri seseorang melalui proses. Dengan adanya perhatian dan interaksi dengan lingkungan maka minat tersebut dapat berkembang. Banyak faktor yang mempengaruhi minat seseorang akan hal tertentu.
Menurut Crow and Crow yang dikutip (Dimyati Mahmud, 2001:56) yang menyebutkan bahwa ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat seseorang
yaitu :
1. Faktor dorongan yang berasal dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.
2. Faktor motif sosial. Timbulnya minat dari seseorang dapat didorong dari motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan dan
lingkungan dimana mereka berada.
3. Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap sesuatu kegiatan atau obyek tertentu.
2.2.2 Karakteristik Minat
Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.
Terbentuknya minat diawali oleh perasaan senang dan sikap positif. Terdapat tiga karakteristik minat, yaitu sebagai berikut :
1. Minat menimbulkan sikap positif daru suatu objek.
3. Minat mengandung unsur penghargaan, mengakibatkan suatu keinginan, dan kegairahan untuk mendapat sesuatu yang diinginkan.
2.2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Minat Petani dalam Menanam
Bawang Merah
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi minat petani dalam menanam
bawang merah adalah sebagai berikut :
1. Luas Lahan
Menurut Lains (1988) dalam Joko Triyanto (2006) luas lahan sangat mempengaruhi minat, apabila luas lahan semakin luas maka minat petani untuk
berusahatani semakin tinggi.
2. Pengalaman
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Chapli (2006) dalam pengalaman merupakan pengetahuan atau keterampilan yang diketahui dan dikuasai seseorang sebagai akibat dari perbuatan atau pekerjaan yang telah
dilakukan sebelumnya selama jangka waktu tertentu yang dapat mempengaruhi minat seseorang terhadap apa yang dikerjakan.
Menurut Crow (1973) dalam Khairani (2013) menyatakan Minat pada hakekatnya merupakan sebab akibat dari pengalaman. Minat berkembang sebagai hasil dari pada suatu kegiatan dan akan menjadi sebab akan dipakai lagi dalam
kegiatan yang sama. Pengalaman merupakan reaksi yang merangsang kegiatan-kegiatan para petani dalam lingkungannya yang bersifat menyenangkan dan
Menurut Milton (1961) minat yang timbul akibat perasaan yang menyatakan bahwa pengalaman-pengalaman tertentu yang bersifat menyenangkan
dan dimiliki karena dibangkitkan atau ditimbulkan. Semakin banyak pengalaman yang diperoleh oleh petani, maka minat mereka terhadap usahatani bawang merah semakin tinggi, dengan banyaknya pengalaman yang telah mereka lalui, maka
banyak cara yang dapat mereka lakukan untuk menaikkan produksi panen.
3. Pendapatan
Dalam hal ini bahwa semakin tinggi pendapatan semakin tinggi minat, hal
ini sesuai dengan pendapat Suyanto (2008) . Pendapatan adalah jumlah dana yang diperoleh dari pemanfaatan faktor produksi yang dimiliki, yang dapat
mempengaruhi minat seseorang.
4. Bantuan
Menurut Crow and Crow (1973) yang menyatakan bahwa rangsangan
yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat. Menurut Soekartawi
dalam Widodowati (2007) Bantuan yang diperoleh tiap petani seperti faktor produksi maupun teknologi yang dapat menghasilkan atau menaikkan produksi, akan menambah minat petani semakin tinggi dan mendorong para petani untuk
2.2.4 Teori Peluang
Menurut Sheldon Ross ( 2009) menyataka bahwa peluang atau
kebolehjadian atau dikenal juga sebagai probabilitas adalah cara untuk mengungkapkan pengetahuan atau kepercayaan bahwa suatu kejadian akan berlaku atau telah terjadi. Konsep ini telah dirumuskan dengan lebih ketat dalam
matematika atau statistika, tetapu juga keuangan, sains dan filsafat.
2.2.5 Regresi Logistik
Adapun regresi logistik (kadang disebut model logistik atau model logit) merupakan salah satu bagian dari Analisis Regresi, yang digunakan untuk memprediksi probabilitas kejadian suatu peristiwa, dengan mencocokkan data
pada fungsi logit kurva logistik. Metode ini merupakan model linier umum yang digunakan untuk regresi binominal. Seperti analisis regresi pada umumnya,
metode ini menggunakan beberapa variabel bebas, baik numerik maupun kategori. Misalnya, probabilitas bahwa orang yang menderita serangan jantung pada waktu tertentu dapat diprediksi dari informasi usia, jenis kelamin, dan indeks massa
tubuh. Regresi logistik juga digunakan secara luas pada bidang kedokteran, ilmu sosial, dan bahkan pada bidang pemasaran, seperti predisksi kecenderungan
pelanggan untuk membeli suatu produk atau berhenti berlangganan. Regresi logistik tidak memerlukan asumsi normalitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi, dikarenakan variabel terikat yang terdapat pada Regresi Logistik
merupakan variabel dummy (0 dan 1), sehingga residualnya, tidak memerlukan ketiga pengujian tersebut. Untuk asumsi multikolinearitas ini dapat digunakan uji
hipotesis (uji X2), guna melihat variabel- variabel bebas mana saja yang signifikan, dapat dibentuk suatu matriks korelasi, dan apabila tidak terdapat
variabel- variabel bebas yang saling memiliki korelasi yang tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gangguan multikolinearitas pada model penelitian (David W. Hosmer, 2011).
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian Sitty Muawiyah Panurat (2014) tentang Faktor- Faktor Yang
Mempengaruhi Minat Petani Berusahatani Padi di Desa Sendangan Kecamatan Kakas Kabupaten Minahasa untuk menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi dan pengaruh faktor terhadap minat petani padi sawah. Dari hasil
analisis diperoleh koefisien R2: 0,719 persen variabel luas lahan, pengalaman, pendapatan, bantuan dan pendidikan dapat menjelaskan minat. Koefisien regresi
dari luas lahan sebesar 0,703 terlihat adanya kontribusi positif luas lahan terhadap minat dan berpengaruh sangat nyata terhadap minat petani (Pvalue = 0,002). Koefisien regresi dari pengalaman sebesar 0,085 terlihat adanya kontribusi positif
pengalaman terhadap minat dan berpengaruh nyata terhadap minat petani (Pvalue = 0,018). Koefisien regresi dari pendapatan sebesar 0,538 terlihat adanya kontribusi
positif pendapatan terhadap minat dan berpengaruh sangat nyata terhadap minat petani (Pvalue = 0,001). Koefisien regresi dari bantuan sebesar 0,646 terlihat adanya kontribusi positif bantuan terhadap minat dan berpengaruh nyata terhadap minat
petani (Pvalue = 0.063). Koefisien regresi dari pendidikan sebesar -0.099 terlihat tidak adanya kontribusi terhadap pendidikan terhadap minat dan tidak
Hasil pengujian pada Tabel Model Summary menunjukkan bahwa koefisien determinasi (R2) dari model regresi adalah sebesar 0,719 atau 72 persen.
Nilai koefisien determinasi sebesar 72 persen artinya variabel luas lahan, pengalaman, pendapatan, bantuan dan pendidikan dapat menjelaskan minat sebesar 72 persen dan sisanya sebesar 28 persen dijelaskan oleh variabel (faktor)
lain yang tidak dimasukkan dalam model.
Penelitian Puji Astuty (2013) dapat dilihat dari data anti image matrics, diperoleh nilai MSA masing-masing variabel. Dari 10 variabel (variabel produksi, pertanaman, aplikasi, harga, hama dan penyakit, tenaga kerja, waktu, pengetahuan, petugas, dan bahan) terdapat satu variabel dengan nilai MSA di
bawah 0,5, yaitu variabel harga (dengan nilai MSA 0,387). Karena nilai MSA pada variabel harga di bawah 0,5 maka dilakukan uji data lanjutan (kedua) dengan
mengeluarkan variabel harga, sehingga tersisa 9 variabel.
Penelitian Lisa Oktaviani (2017) faktor lingkungan keluarga merupakan faktor yang berpengaruh dominan petani berdasarkan nilai asymp. Sig yang
didapatkan lebih kecil dari taraf signifikasi (0,05) yaitu 0,000, kemudian diikuti dengan faktor pendapatan = 0,001 dan lingkungan keluarga = 0,003.
Penelitian Rum Yanti (2015) dapat dilihat hasil penelitian ini menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi minat petani adalah pengalaman, pendapatan, dan pendidikan. Pengalaman dan pendapatan berpengaruh nyata
dibuktikan dengan nilai signifikan lebih besar dari nilai ?. Nilai ? yang digunakan adalah 0.05 atau 95%.
Penelitian Sri Muljaningsih (2012) Variabel yang berpengaruh terhadap minat wirausaha adalah tenaga kerja (X2), skill (X3), lahan (X4), dan jiwa kewirausahaan (X5). Dari koefisien beta tertinggi diperoleh bahwa variabel skill
(X3) berpengaruh paling dominan terhadap minat wirausaha. Artinya variabel minat wirausaha paling dipengaruhi oleh adanya skill.
Tabel 5. Penelitian- Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian ini menunjukkan Faktor-faktor yang mempengaruhi minat petani adalah luas lahan, pengalaman, pendapatan, bantuan dan pendidikan. Luas lahan dan pendapatan berpengaruh sangat nyata terhadap minat petani. Sedangkan bantuan dan pengalaman berpengaruh nyata terhadap minat, sebaliknya pendidikan berpengaruh tidak nyata terhadap minat. Dengan nilai kontribusi Determinasi R2 faktor yang mempengaruhi adalah luas lahan, pengalaman, pendapatan, bantuan dan pendidikan sebesar 72%.
+2,114X8+1,544X9-Padi di omnibus test diperoleh nilai chi square sebesar 41,400 dengan signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel bebas secara simultan memiliki pengaruh terhadap minat petani dalam berusahatani padi di Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar. Nilai Nagelkerke R Square sebesar 66,5%. Uji secara parsial diperoleh harga komoditi berpengaruh nyata positif dengan koefisien 1,811, harga benih berpengaruh nyata positif dengan koefisien 1,918, harga pupuk berpengaruh nyata positif dengan koefisien 2,114, dan ketersediaan air berpengaruh nyata positif dengan koefisien
Menerapkan
Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari 10 variabel yaitu variabel produksi (x1), variabel pertanaman (x2), variabel aplikasi (x3), variabel harga (x4), variabel hama dan penyakit (x5), variabel tenaga kerja (x6), variabel waktu (x7), variabel pengetahuan (x8), variabel petugas (x9), serta variabel bahan (x10). Dengan menggunakan program statistik SPSS analisis faktor, diperoleh nilai KMO dan Barltlett’s test adalah 0,698 dengan signifikansi 0,00.
terhadap minat petani.
tanaman salak sebagai olahan, pengetahuan manfaat tanaman garut sebagai bahan olahan, kemudahan membuat pangan olahan salak, dan kemudahan membuat pangan olahan garut. Faktor lahan diukur dengan tiga indikator yaitu lahan tegal, tanaman salak, dan tanaman garut. Sedangkan faktor jiwa kewirausahaan diukur dengan delapan indikator yaitu dorongan, integritas, ketepatan, ketenangan, perkiraan resiko, kesehatan fisik, kebebasan, dan dapat bergaul. Hasil analisis memperlihatkan bahwa variabel minat wirausaha dipengaruhi modal, tenaga kerja, skill, lahan, dan jiwa kewirausahaan. Skill berpengaruh paling dominan terhadap minat wirausaha.
Hasil penelitian di atas telah memberikan sumbangan pemikiran bagi penulis bahwa yang mempengaruhi minat petani untuk menanam bawang merah antara lain luas lahan, pengalaman, pendapatan dan bantuan. Penelitian terdahulu
pengambilan variabel- variabel dalam penelitian ini. Serta penulis mencoba untuk menerapkan metode analisis yang sama yaitu Analisis Logit Binominal untuk
menganalisa minat menanam petani bawang merah Desa Cinta Dame Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.
2.4Kerangka Pemikiran
Pertanian yang banyak diusahakan oleh petani di Desa Cinta Dame Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir berupa palawaija dan hortikultura.
Tanaman hortikultura yang dibudidayakan adalah bawang merah setelah tanaman kentang. Bawang merah merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan karena kegunaan dan
manfaat yang dapat diperoleh dari komoditas ini.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang
mempengaruhi minat petani bawang merah untuk menanam bawang merah. Pada penelitian ini akan dibahas secara deskripsi faktor – faktor yang mempengaruhi minat petani bawang merah untuk menanam bawang merah. Adapun faktor –
faktor yang mempengaruhi minat petani adalah luas lahan (X1) , pengalaman (X2), trauma (X3), pendapatan (X4) dan bantuan (X5). Selanjutnya akan dianalisis
bagaimana peluang variabel independen yaitu luas lahan, pengalaman, pendapatan, trauma dan bantuan terhadap dua pilihan atau respon yaitu Y = 1 jika petani minat untuk menanam bawang merah dan Y = 0 jika petani tidak minat
menanam bawang merah dengan menggunakan metode analisis model binomial logit. Adapun variabe independen yang digunakan terdiri dari variabel kovariat
jika X = 1 menunjukkan pendapatan diatas upah minimum provinsi dan X = 0 menunjukkan pendapatan dibawah upah minimum provinsi, variabel trauma yaitu
jika X = 1 menunjukkan petani tidak trauma untuk menanam bawang merah dan X = 0 menunjukkan petani mengalami trauma untuk menanam bawang merah, dan variabel bantuan yaitu jika X = 1 menunjukkan jika petani mendapatkan
bantuan untuk usahatani bawang merah dan X = 0 jika petani tidak mendapatkan bantuan untuk usahatani bawang merah. Sedangkan untuk variabel kovariat terdiri
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
2.5 Hipotesis Penelitian
1. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi minat petani menanam bawang merah di Desa Cinta Dame adalah luas lahan, pengalaman,
trauma, pendapatan dan bantuan.
Petani Bawang Merah
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Minat Petani :
1. Luas Lahan 2. Pengalaman 3. Trauma 4. Pendapatan 5. Bantuan
Minat Petani Menanam Bawang Merah